Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEGAWATDARURATAN NEONATUS DENGAN ASFIKSIA


Tugas Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal
Program Studi Kebidanan Reg-A 1 Semester 4

Dosen Pengampu :
Lina Contesa, SST., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1. Fika Permata Sari : (20.15401.10.02)
2. Krisna Dwi yunarni : (20.15401.10.09)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Makalah Asuhan Kegawatdaruratan Neonatus Dengan Asfiksia”.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 02 Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3. Tujuan.........................................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan.......................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian...................................................................................................4
2.2. Prinsip Dasar...............................................................................................4
2.3. Langkah promotif/preventif........................................................................5
2.4. Fisiologi pernapasan Bayi Baru Lahir.........................................................5
2.5. Patofisiologi................................................................................................5
2.6. Gejala KliniK..............................................................................................6
2.7. Etiologi.......................................................................................................6
2.8. Gejala Dan Diagnosis Asfiksia...................................................................7
2.9. Klasifikasi...................................................................................................7
2.10. Pencegahan..................................................................................................8
2.11. Penatalaksanaan..........................................................................................9
2.12. Keputusan Resusitasi...................................................................................9
2.13. Penatalaksanaan Resusitasi.......................................................................10
2.14. Tindakan Setelah Resusitasi.......................................................................11

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Desain Penelitian......................................................................................14
3.2. Lokasi penelitian.......................................................................................14
3.3. Populasi dan sampel..................................................................................14
3.4. Instrument penelitian................................................................................15
3.5. Teknik pengumpulan data.........................................................................15
3.6. Teknik analisa data...................................................................................15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian.........................................................................................17
4.1.2. Analisa masalah dan Diagnosa.......................................................17
4.1.3. Antisipasi Masalah Potensial..........................................................18
4.1.4. Tindakan Segera.............................................................................18
4.1.5. Perencanaan....................................................................................18
4.1.6. Pelaksanaan....................................................................................18
4.2 Pembahasan..............................................................................................19
4.2.1 Pengkajian........................................................................................19
4.2.2. Analisa masalah dan diagnosa potensial..........................................19
4.2.3 Antisipasi Masalah Potensial...........................................................20
4.2.4 Tindakan segera..............................................................................20

iii
4.2.5 Perencanaan...........................................................................................20
4.2.6 Pelaksanaan...........................................................................................20
4.2.7 Evaluasi...............................................................................................210

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan...............................................................................................22
5.2. Saran ........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur
penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi
dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang
paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi (Safrina,
2011).
Menurut data Survei Demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun
2007 angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka
kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal, setiap lima menit
terdapat satu neonatus yang meninggal. Adapun penyebab kematian bayi baru
lahir di indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27 % yang merupakan
penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah bayi berat lahir rendah (BBLR)
(Depkes RI, 2008).
Faktor yang menyebabkan kejadian asfiksia adalah faktor ibu yaitu usia
ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun (Depkes RI, 2009).kehamilan
pada usia yang terlalu muda dan tua termasuk dalam kriteria kehamilan risiko
tinggi dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada
ibu maupun janin (Widiprianita, 2010).
Bayi baru lahir dengan asfiksia merupakan salah salah satu faktor risiko
yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap kematian bayi khususnya
pada masa perinatal. Selain itu bayi baru lahir yang asfiksia sangat rentan
terpengaruh bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualitas,
asuhan persalinan normal dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga
professional. Untuk menurunkan kematian BBL karena asfiksia, persalinan harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan

1
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir. Kemampuan dan keterampilan ini
digunakan setiap kali menolong persalinan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Menjelaskan pengertian asfiksia BBL?
2. Menyiapkan resusitasi BBL?
3. Mengetahui patofisologi resusitasi?
4. Mengetahui perubahan yang terjadi pada asfiksia?
5. Mengetahui etiologi/penyebab asfiksia?
6. Mengetahui gejala dan diagnosis pada asfiksia?
7. Mengetahui manajemen pada asfiksia?
8. Menerapkan tindakan setelah resusitasi?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia
berdasarkan kejadaian asfiksia.
b. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia
berdasarkan usia ibu.
c. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia
berdasarkan usia kehamilan.
d. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia
berdasarkan riwayat preeklampsia dalam kehamilan.
e. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia
berdasarkan riwayat ketuban pecah dini.
f. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia
berdasarkan cara persalinan.

2
1.4. Manfaat Penulisan
1.4.1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
1.4.2. Bagi Profesi
Dapat memberikan informasi bagi kesehatan kerja lainnya dalam
memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
1.4.3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
b. Sebagai acuan dalam upaya mutu pelayanan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan asfiksia.
c. Intitusi Pendidikan
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya dalam
menangani asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Asfiksia merupakan kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di
dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia Pa CO2 meningkat dan asidosis.
Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia
sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat,
atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. Asfiksia adalah suatu
kejadian hipoksia yang progresif, asfiksia ringan (nilai apgar score < 10), asfiksia
sedang (nilai apgar score 4 – 6), asfiksia berat (nilai apgar score 0 – 3). (Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2009).
Asfiksia neonatorum adalah Merupakan kegagalan bernapas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Hal ini dapat
berakibat fatal. Nama lain untuk kondisi ini adalah asfiksia perinatal, hipoksia-
iskemik ensefalopati, dan asfiksia bayi baru lahir.

2.2 Prinsip Dasar


 Asfiksia merupakan penyebab kematian neonatal yang paling tinggi
menurut SKRT 2001, 27% kematian neonatal diakibatkan oleh asfiksia
dan angka kematian sekitar 41,94% di RS pusat rujukan provinsi.
 Asfiksia perinatal dapat terjadi selama antepartum, intrapartum maupun
postpartum
 Asfiksia selain dapat menyebabkan kematian dapat mengakibatkan
kecelakaan

4
2.3 Langkah promotif/preventif
Sebetulnya asfiksia dapat dicegah, maka sebaiknya dilakukan tindakan
pencegahan sebagai berikut :
 Pemeriksaan selama kehamilan secara teratur yang berkualitas
 Meningkatkan status nutrisi ibu
 Manajemen persalinan yang baik dan benar
 Melaksanakan pelayanan neonatal esensial terutama dengan melakukan
resusitasi yang baik dan benar yang sesuai standar

2.4 Fisiologi pernapasan Bayi Baru Lahir


Oksigen sangat penting untuk kehidupan sebelum dan sesudah persalinan.
Selama di dalam rahim, janin mendapatkan oksigen dan nutrien dari ibu dengan
mekanisme difusi melalui plasenta yang berasal dari ibu diberikan kepada darah
janin. Sebelum lahir, alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan. Paru
janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengelurkan CO2
(karbondioksida) sehingga paru tidak perlu diperfusi atau dialiri darah dalam
jumlah besar.
Setelah lahir, bayi tidak berhubungan dengan plasenta lagi dan akan segera
berantung kepada paru sebagai sumber utama oksigen. Oleh karena itu, maka
beberapa saat sesudah lahir paru harus segera terisi oleh oksigen dan pembuluh
darah paru harus berelaksasi untuk memberikan perfusi pada alveoli dan
menyerap oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh

2.5 Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia
pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.

5
2.6 Gejala Klinik
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari
100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap
refleks rangsangan.
Asfiksia yang terdeteksi sesudah lahir, prosesnya berjalan dalam beberapa
tahapan
1. Janin bernapas megap-megap (gasping), diikuti
2. Masa henti napas (fase henti napas primer).
3. Jika asfiksia berlanjut terus, timbul pernapasan megap-megap yang kedua
selama 4 – 5 menit (fase gasping kedua) diikuti masa hentinapas kedua (henti
napas sekunder)
Penilaian Keadaan Bayi Menit ke-1 dan ke-5 sesudah lahir dinilai dengan
skor Apgar (apparance, pulse, grimace, activity, respiration) lihat bagan 1.2. Nilai
menit 1 untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan resusitasi. Nilai ini
berkaitan dengan keadaan asidosis dan kelangsungan hidup. Nilai pada menit
kelima untuk menilai prognosis neurologis

2.7 Etiologi
a. Faktor Ibu
Keadaan ibu yang dapat mengakibatkan aliran darah ibu melalui
plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang akibatnya
akan mengakibatkan Gawat janin dan akan berlanjut sebagai asfiksia BBL,
antara lain : hipoksia ibu dan gangguan aliran darah uterus. Pre eklamsi
dan eklamsia. Perdarahan antepartum. Partus lama. Demam selama
kehamilan. Infeksi berat (malaria, sifilis dan TBC). Postmature/
Kehamilan lebih bulan (lebih dari 42 minggu kehamilan).
b. Faktor plasenta dan tali pusat
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta,

6
infark plasenta, hematom plasenta, lilitan tali pusat, tali pusat pendek,
simpul tali pusat, prolapsus tali pusat.
c. Faktor fetus
Kompresi umbillikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah ambilikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Lilitan tali pusat. Tali pusat pendek. Simpul tali pusat.
Prolapsus tali pusat.
d. Faktor neonatus
Bayi premature. Mekonium dalam ketuban. Depresi pusat
pernapasan pada bayi baru lahir yang terjadi karena beberapa hal yaitu
pemakaian obat anastesi / analgetika yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin, trauma yang
terjadi pada persalinan, kelainan congenital pada bayi.

2.8 Gejala Dan Diagnosis Asfiksia


a. Anamnesis :
 Gangguan atau kesulitan waktu lahir (perdarahan antepartum, lilitan tali
pusat, sungsang, sungsang, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, dll)
 Lahir tidak bernapas/menangis
 Air ketuban bercampur mekonium.
b. Pemeriksaan Fisis
 Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
 Denyut jantung kurang dari 100x/menit
 Kulit sianosis, pucat
 Tonus otot menurun
 Untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu nilai/Skor Apgar
2.9 Klasifikasi
 Vigorous bayi : skor apgar 7-10. Dalam kondisi ini bayi dianggap sehat
dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

7
 Mild moderate asphyxia (Asfiksia Sedang) : skor apgar 4-6. Pada
pemeriksaan fisik akan terjadi frekuensi jantung lebih dari 100x/menit,
tonus otot buruk, sionosis berat dan kadang kadang pucat, reflek iritabilita
tidak ada.
 Asfiksia Berat : skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100x/menit, tonus buruk, sianosis berat dan
kadang kadang pucat, reflex iritabilitas tidak ada.

2.10 Pencegahan
Pencegahan, eliminasi dan antisipasi terhadapt faktor resiko asfiksia
neonatorum menjadi prioritas utama. Bila ibu memiliki faktor yang
memungkinkan bayi lahir dengan asfiksia, maka langkah langkah antisipasi
harus dilakukan. Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama
kehamilan seperti anjuran WHO untuk mencari dan mengeliminasi faktor
faktor resiko.
Bila bayi berisiko lahir premature yang kurang dari 43 minggu,
pemberian kortikosteroid 24 jam sebelum lahir menjadi prosedur rutin yang
dapat membantu maturasi paru paru bayi dan mengurangi komplikasi
sindroma distress penafasan.
Pada saat persalinan, penggunaan partograph yang benar dapat
membentuk dekteksi dini kemungkinan diperlukannya resusitasi neonatus.
Penelitian Fahdhly dan Chongsuvivatwong terhadap penggunaan partograph
oleh bidan di Medan secara signifikan dengan pemantauan partograph WHO.
Adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan kerja sama
antara obstetric di kamar bersalin. Perlu diadakan perlatihan untuk
penanganan situasi yang tak diduga dan tidak biasa yang dapat terjadi pada
persalinan. Setiap anggota tim persalinan harus dapat mengidentifikasi situasi
persalinan yang dapat menyebabkan kesalahfahaman atau menyebabkan
keterlambatan atau pada situasi gawat.

8
2.11 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada bayi asfiksia neonatorum adalah dengan
tindakan resusitasi segera setelah lahir. Resusitasi setelah lahir adalah upaya untuk
membuka jalan nafas, mengusahakan agar oksigen masuk tubuh bayi dengan
meniup nafas ke mulut bayi (resusitasi pernafasan), menggerakan jantung
(resusitasi jantung) sampai bayi mampu bernafas spontan dan jantung berdenyut
spontan secara teratur.
Resusitasi dilakukan sesuai dengan tahapan resusitasi dan sangat tergantung
pada derajat asfiksia (ringan, sedang, atau berat), keadaan tidak bernafas disertai
gangguan fungsi jantung, keadaan tidak bernafas dengan jantung tidak berdenyut,
serta ada tidaknya aspirasi mekonium. Pada asfiksia berat diperlukan pemasangan
endotracheal tuba. Natrium Bikarbonat hanya di berikan pada keadaan asidosis
metabolic dan diberikan secara hati hati, karena cairan ini bersifat hipertonis yang
memudakan terjadinya perdarahan intracranial.
Selain tindakan resusitasi, bayi dengan neonaterum juga membutuhkan
terapi suportif dan terapi medikamentosa. Terapi suportif diberikan dalam bentuk
cairan infuse dextrose 5-10% untuk mencengah hipoglikemi, cairan elektrolit, dan
pemberian oksigen yang adekuat. Terapi medikamentosa dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya edema cerebri dengan pemberian kortikosteroid (masih
kontroversi) dan Phenobarbital untuk melokalisir perdarahan dan mengurangi
metabolisme serabral.

2.12 Keputusan Resusitasi


Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna
menentukan tindakan resusitasi.
Penilaian Sebelum bayi lahir:
 Apakah kehamilan cukup bulan?
 Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium
(warna kehijauan)?
Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):

9
 Menilai apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-
megap?
 Menilai apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?
Memutuskan bayi perlu resusitasi jika:
 Bayi tidak cukup bulan dan atau
Keputusan  Air ketuban bercampur mekonium dan atau
 Bayi megap-megap/tidak bernapas dan atau
 Tonus otot bayi tidak baik atau bayi lemas
Mulai lakukan resusitasi jika:
 Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/tidak
Tindakan
bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik/bayi lemas.
 Air ketuban tercampur mekonium.

Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir.
Segera setelah lahir, sambil meletakkan & menyelimuti bayi di atas perut ibu atau
dekat perineum, lakukan penilaian cepat usaha napas dan tonus otot. Penilaian ini
menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu resusitasi.
Nilai (skor) APGAR tidak digunakan sebagai dasar keputusan untuk
tindakan resusitasi. Penilaian harus dilakukan segera sehingga keputusan
resusitasi tidak didasarkan penilaian APGAR; tetapi cara APGAR tetap dipakai
untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah
kelahiran.
Dalam Manajemen Asfiksia, proses penilaian sebagai dasar pengambilan
keputusan bukanlah suatu proses sesaat yang dilakukan satu kali. Setiap tahapan
manajemen asfiksia, senantiasa dilakukan penilaian untuk membuat keputusan,
tindakan apa yang tepat dilakukan.
Dalam Bagan Alur Manajemen Bayi Baru Lahir dapat dilihat alur
penatalaksanaan bayi baru lahir mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan
serta alternatif tindakan apa yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan bayi baru
lahir. Untuk bayi baru lahir yang langsung menangis atau bernapas spontan dan
teratur dilakukan asuhan neonatal normal.

10
2.13 Penatalaksanaan Resusitasi
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi,
tindakan harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan membahayakan bayi.
Pemotongan tali pusat dapat dilakukan di atas perut ibu atau dekat perineum.

Pemotongan Tali Pusat :


a) Pola di atas perut ibu
Bidan yang sudah terbiasa dan terlatih meletakkan bayi di atas kain
yang ada di perut ibu dengan posisi kepala sedikit ekstensi, lalu selimuti
dengan kain, tetapi bagian dada dan perut tetap terbuka, kemudian klem
dan potong tali pusat. Tali pusat tidak usah diikat dulu, tidak dibubuhkan
apapun dan tidak dibungkus.
b) Pola dekat perineum ibu
Jika tali pusat sangat pendek sehingga cara a) tidak memungkinkan,
setelah BBL dinilai, letakkan bayi di atas kain yang ada di dekat
perineum ibu. Kemudian segera klem dan potong tali pusat tanpa diikat
dulu, tidak dibubuhi apapun dan tidak dibungkus

2.14 Tindakan Setelah Resusitasi


a. Pemantauan Pascaresusitasi
 Seringsekali setelah dilakukan resusitasi dan berhasil, bayi dianggap sudah
baik dan tidak perlu dipantau, padahal bayi masih mempunyai potensi atau
resiko terjadinya hal yang fatal, misalnya karena kedinginan, hipoglikemia
dan kejang.
 Bayi harus dipantau secara khusus :
o Bukan dirawat secara gabung
o Pantau tanda tanda vital: napas, jantung, kesadaran dan produksi urin
o Jaga bayi agar senantiasa hangat (lihat cara menghangatkan)
o Bila tersedia fasilitas, periksa kadar gula darah dan berikah injeksi
vitamin K1

11
o Perhatian khusus diberikan pada waktu malam hari
 Berikan imunisasi Hepatitis B pada saat bayi masih dirawat dan polio pada
saat pulang.

Kapan harus merujuk :


 Rujukan yang paling ideal adalah rujukan antepartum untuk ibu resiko tinggi/
komplikasi.
 Bila puskesmas tidak mempunyai fasilitas lengkap, maka lakukan rujukan bila
bayi tidak memberi respons terhadap resusitasi selama 2-3 menit.
 Bila puskesmas mempunyai fasilitas lengkap dan kemampuan melakukan
pemasangan ET dan pemberian obat-obatan serta bayi tidak memberikan
respons terhadap tindakan resusitasi, maka segera lakukan rujukan.
 Bila oleh karena satu dan lain hal bayi tidak dapat dirujuk, maka dilakukan
tindakan yang paling optimal di Puskesmas dan berikan dukungan emosional
kepada ibu dan keluarga.
 Bila sampai dngan 10 menit bayi tidak dapat dirujuk, jelaskan kepada orang
tua tentang prognosis bayi yang kurang baik dan pertimbangkan manfaat
rujukan untuk bayi ini.

Kapan menghentikan resusitasi :


Resusitasi dinilai tidak berhasil jika bayi tidak bernapas spontan dan tidak
terdengar denyut jantung setelah dilakukan resusitasi secara efektif selama 10
menit.

b. Dekontaminasi, mencuci dan mensterilkan alat


a) Buanglah kateter penghisap, pipa ET dan ekstraktor lendir sekali pakai
(disposable) ke dalam kantong plastik atau tempat yang tidak bocor
b) Untuk kateter, pipa ET dan ekstraktor lendir yang dipakai daur ulang:
 Rendam didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi
 Cuci dengan air dan detergen
 Gunakan semprit untuk membilas kateter/pipa
c) Lepaskan katup dan sungkup periksa apakah ada yang robek atau retak
d) Cuci katup dan sungkup dengan air dan detergen, periksa apakah ada
kerusakan, kemudian basuhlah

12
e) Pilih salah satu cara sterilisasi dan desinfeksi derajat tinggi :
 Sterilisasi dengan autoclaf 120oC, selama 30 menit bila dibungkus,
selama 20 menit, bila tidak dibungkus
 Desinfeksi tinggak tinggi (DTT) : Dengan merebus atau dikukus
selama 20 menit dari titik didih air atau Direndam dalam larutan
kimia (klorin 0,1% atau glutaraldehid 2% selama 20 menit kemudian
dibilas dengan air yang sudah DTT.
a)
b)
c)
d)
e)
f) setelah didisenfeksi dengan larutan kimia, basuh seluruh alat dengan air
dan biarkan kering dengan udara
g) pasang kembali balon
h) periksa untuk meyakinkan bahwa balon tetap berfungsi dengan cara tutup
katup yang keluar dengan membuat lekatan dengan telapak tangan dan
amati balon akan mengembang lagi bila lekatan dilepas. Ulangi
percobaan tersebut dengan memakai sangkup yang sudah dipasang balon.
c. Membuat catatan tindakan resusitasi
 Kondisi bayi saat lahir
 Tindakan yang diperlukan untuk memulai pernapasan
 Waktu antara lahir dengan memulai pernapasan
 Pengamatan secara klinis selama dan sesudah tindakan resusitasi
 Hasil tindakan resusitasi
 Bila tindakan resusitasi gagal, apa kemungkinan penyebab kegagalan
 Nama tenaga kesehatan yang menangani tindakan tersebut
d. Konseling pada keluarga

13
 Bila resusitasi nerhasil dan bayi dirawat secara rawat gabung, lakukan
konseling pemberian asi dini dan eksklusif dan asuhan bayi normal
lainnya
 Bila bayi memerlukan perawatan atau pemantauan khusus, konseling
keluarga tentang pemberian asi dini dan jelaskan tentang keadaan bayi
 Bila bayi sudah tidak memerlukan perawatan lagi di Puskesmas, nasehati
ibu dan keluarga untuk kunjungan ulang untuk pemantauan tumbuh
kembang bayi selanjutnya
 Bila resusitasi bayi tidak berhasil atau bayi meninggal dunia, berikan
dukungan emosional kepada keluarga

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain penelitian adalah rancangan bagaimana penelitian tersebut
dilaksanakan. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelilitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan rancangan yang digunakan adalah
studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu,
satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan dan sebagaimananya dalam
waktu tertentu. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisa untuk
menghasilkan teori (Sugiyono, 2011).

3.2. Lokasi Penelitian


Merupakan tempat atau lokasi pengambilan kasus yang akan dilaksanakan.
Lokasi dilakukan penelitian ini dilaksanakan di ruangan NICU RSUD Prof. Dr.
W. Z Johannes Kupang.

3.3. Populasi dan Sampel

14
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.
Populasi pada penelitian ini adalah bayi umur 0 hari dengan asfiksia berat
diruangan NICU RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Kriteria inklusi adalah karakteristik
umum subjek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan
diteliti.Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria
inkludi. Kriteria inklusinya adalah bayi yang ada diruangan NICU RSUD Prof.Dr.
W. Z. Johannes Kupang dengan asfiksia berat.

3.4. Instrument Penelitian


Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
lembar pengkajian untuk wawancara dan observasi. Lembar pengkajian terdiri
dari data subyektif dan data obyektif. Untuk mendapatkan data subyektif maka
dilakukan anamnesa atau wawancara dengan pasien atau keluarga dengan
beberapa pertanyaan, sedangkan untuk data obyektif dilakukan observasi secara
langsung pada pasien.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling stategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.Teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi.
1. Wawancara yaitu pedoman asuhan untuk mengetahui data subyektif
2. Observasi yaitu pedoman asuhan kebidanan untuk mengetahui data
obyektif.
3. Dokumentsi untuk mengetahui data yangg tidak didapat dari wawancara
dan observasi hasil lab dan data rekam medik.

15
3.6. Teknik Analisa Data
Data dianlisa berdasarkan hasil pengkajian, dari hasil pengkajian dapat
ditentukan diagnosa dan dilakukan tindakan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh data
subjekif dilakukan dengan cara anamnese, kemudian dilakukan pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda Vital,
pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
2. Interprestasi Data Dasar
Data dasar yang telah dikumpulkan, diinterprestasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalh spesifik. Rumusan masalah dan diagnosa
keduanya digunakan karena masalah tidak dapat diidentifikasikan seperti
diagnosa tetapi membutuhkan penanganan.
3. Identifikasi Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan.Langkah ini penting
sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
4. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang membutuhkan
Tindakan segera.
Mengidentifikasi perluhnya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk
dikonsultasi dan ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yanglain
sesuai dengan kondisis pasien. Tindakan segera yang dilakukan dalam kasus
ini adalah melakukan resusitasi.
5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi. Penyusunan rencana
disesuaikan dengan teori yaitu manjemen preoperasi dan libatkan keluarga

16
dalam memberikan dukungan psikologi, observasi keadaan umum, kesadaran,
tanda-tanda vital, menjaga personal higiene, melakukan kolaborasi untuk
mendapatkan terapi.
6. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan, atau Sebagian
dilakukan olehbidan dan bisa juga dilakukan oleh tim kesehatan
lainnya.Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri tetapi bidan memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan
langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
7. Evaluasi
Langkah ini dilakukan evaluasi dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan
meliputi memenuhi kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Mei 2017 pukul 18.00 wita dengan
hasil pengkajian yang didapatkan sebagai beriku: bayi Ny. Y. B. Usia 0 hari jenis
kelamin perempuan lahir pada tanggal 11 Mei 2017, pukul 17.05 wita. Sedangkan
identitas dari kedua orang tua; nama ibu Ny. Y. B umur 29 tahun,agama kristen
protestan , asal dari Sabu, pendidikan terakhir SI pekerjaan honorer, tinggal di
Kelurahan Oebufu. Suami Tn. J. R, umur 33 tahun, agama kristen protestan asal
Sabu, pendidikan terakhir SI, pekerjaan PNS tinggal diKelurahan Oebufu.
Keluhan saat ini, bayi di rujuk dari Rumah sakit Tentara dengan asfiksia berat.
Riwayat antenatal, selama hamil ibu memeriksakan kehamilannya di dokter
SPOG, sebanyak 7 kali secara teratur, dan sudah mendapatkan imunisasi TT, serta
obat peroral.
Riwayat natal, umur kehamilan aterm (39-40 minggu), tempat persalinan
Rumah sakit Tentara, penolong dokter, dengan cara persalinan pervaginam tetapi

17
dengan tindakan (vakum) karena his tidak adekuat, keadaan saat lahir bayi tidak
menangis dan tidak bernapas, BB: 2800gram, PB: 45cm, LK: 30 cm, LD: 29 cm,
LP: 27 cm.
4.1.2. Analisa masalah dan Diagnosa
Data subyektif: bayi dirujuk dari RST. Wirasakti dengan dengan diagnosa
asfiksia berat. Data obyektif: keadaan umum bayi: bayi sesak, merintih,
kesadaran: apatis. Tanda-tanda vital : suhu 36,1 occ, HR: 140 X/menit, RR:
70x/menit, BB: 2800 gram, PB: 45cm, LK: 30 cm, LD: 29 cm, LP: 27 cm, A/S: 4.
Pada pemeriksaan fisik terdapat turgo pucat, tampak sianosi pada bagian
ekstermitas, ada lanugo, dan verniks caseosa, tali pusat basah dan dibiarkan
terbuka, refleks morro, rotting, sucking, babisky, graps,swallowing: tidak tampak
pada bayi. Score Ballard yang diperoleh adalah 38, sesuai dengan Interpretasi
hasil dapat dilihat pada tabel skor yaitu berada diantara usia kehamilan 38 minggu
dan 40 minggu.
Dari analiasa masalah diatas dapat ditentukan diagnosanya adalan bayi
Ny.Y.B neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan asfiksia berat.
4.1.3. Antisipasi Masalah Potensial
Antisipasi masalah potensial adalah hipotermi, hipoglikemi.
4.1.4. Tindakan Segera
Tindakan segera yang harus dilakukan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
berat adalah termoregulasi, beri O2, kolaborasi dengan dokter.
4.1.5. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan kepada bayi Ny. Y. B neonatus cukup bulan
sesuai masa kehamilan dengan asfiksia berat yaitu: Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan karena denga mencuci tangan dapat menurunkan
resiko pasien terkena infeksi sekunder, mengontrol sumber infeksi, mencegah
pemajanan pada individu terinfeksi. Informasikan pada keluarga keadaan bayi dan
tindakan yang akan dilakukan dengan karena informasi yang diberikan merupakan
hak klien, sehingga lebih kooperatif dalam menjalankan asuhan yang diberikan,
jaga bayi agar tetap hangat untuk mencegah agar bayi tidak kedinginan
(hipotermi). Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam menentukan tindakan atau

18
terapi dan nutrisi yang akan diberikan kepada bayi, observasi keadaan umum bayi
setiap 3 jam guna mengidentifikasi perkembangan keadaan bayi sehingga dapat
menetukan tindakan selanjutnya.
4.1.6. Pelaksanaan
Dari perencanaan yang dibuat akan dilakukan pelaksanaan pada bayi
Ny.Y. B neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan denan asfiksia berat pada
tanggal 11 Mei 2017, jam 18.00 wita adalah:
Mencuci tangan dibawah air mengalir, menggunakan sabun, kemudian
megeringkan dengan handuk bersih; menginformasikan kepada keluarga keadaan
bayi dan tindakan yang akan dilakukan; menjaga bayi agar tetap hangat dengan
meletakan bayi di imflant warmer kemudian di pindahkan lagi ke ingkubator dan
mengganti popok bayi setiap bayi BAB/BAK; melakukan kolaborasi dengan
dokter dalam menentukan tindakan atau terapi dan nutrisi yang akan diberikan
kepada kepada bayi.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian
Pemeriksaan yang dilakukan pada bayi Ny. Y. B neonatus cukup bulan
sesuai masa kehamilan dengan asfiksia berat, dilakukan pengkajian dan diperoleh
data subyektif bayi di rujuk dari RST Wirasakti dengan diagnose asfiksia berat.
Data objektif yang didapatkan dari hasi pemeriksaan bayi tampak lemah,
kesadaran apatis, eskpresi wajah merintih, bayi tidak menangis pernapasan tidak
spontan dan teratur (70x/menit), ada retraksi dinding dada, tonus otot tidak aktif,
terpasang O2, pemeriksaan fisik warna kulit tubuh merah mudah , ekstermitas
biru dan tidak ada aktifitas, dengan APGAR Score 4.
Pada pengkajian dan pemeriksaan bayi dengan asfiksia berat yang
menjadi data fokus adalah Appearance (warna kulit), Pulse (Denyut Nadi),
Grimance (Refleks), Activity (Tonus otot) Respiration (Usaha Bernapas). Pada
pemeriksaan bayi setelah dirujuk ditemukan tandan-tanda asfiksia dengan Score
APGARnya 4 sementara berdasarkan teori kasus asfiksia berat menurut Meliyani
(2016) score APGARnya berkisar antara 0-3. Dari hasil pengkajian diatas

19
ditemukan adanya ketidaksesuaian antara teori dan kasus,karena disaat menerima
rujukan bayi terpasang O2 dan sebelum bayi dirujuk bayi sudah mendapatkan
pertolongan pertama (resusitasi) dari tempat yang merujuk yaitu RST Wirasakti
sehingga APGAR score yang diperoleh sudah 4 yang sebenarnya kasus asfiksia
sedang
4.2.2 Analisa masalah dan diagnosa potensial
Pada kasus ini penulis menentukan diagnosa kebidanan bayi Ny. Y
neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan asfiksia berat, karena pada
pengkajian dan pemrikasaan ditemukan data subjektif bayi dirujuk dari RST.
Wirasakti dengan dengan diagnosa asfiksia berat.

4.2.3 Antisipasi Masalah Potensial


Pada kasus bayi Ny. Y neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
dengan asfiksia berat antisipasi masalah potensial adalah hipotermi,
hipoglikemi. Menurut Nanny (2010), bahwa diagnosa potensial asfiksia berat
adalah hipotermi hipoglikemi. Oleh karena itu penulis mengambil kesimpulan
bahwa pada langkah ini ada kesesuaian antara teori dan kasus.
4.2.4 Tindakan segera
Pada kasus bayi Ny. Y dengan asfiksia berat tindakan segera yang
dilakukan Tindakan segera yang harus dilakukan pada bayi baru lahir dengan
asfiksia berat adalah mempertahankan suhu tubuh agar tetap hangat
(termoregulasi), beri O2, kolaborasi dengan dokter.
4.2.5 Perencanaan
Pada kasus bayi Ny. Y dengan asfiksia berat ini rencana tindakan yang
dilakukan yaitu; Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan,informasikan pada keluarga keadaan bayi dan tindakan yang akan
dilakukan,jaga bayi agar tetap hangat lakukan kolaborasi dengan dokter
(memasang O2,pemasangan infus, pemberian terapi), Observasi keadaan umum
bayi setiap 3 jam, jaga personal hygine, dokumentasikan semua hasil pemeriksaan
dan tindakan yang diberikan.

20
4.2.6 Pelaksanaan
Pada kasus ini dilakukan secara menyeluruh dari apa yang sudah
direncanakan pada langkah kelima (perencanaan) yaitu; Mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakuakan tindakan, menginformasikan pada keluarga keadaan bayi
dan tindakan yang akan dilakukan, menjaga bayi agar tetap hangat dengan
meletan bayi di ingku bator dan mengganti popo bayi setiap kali BAB/BAK,
melakukan kolaborasi dengan dokter (memasang O2 JR,pemasangan infus
Desktrosa 10 % 133 cc/ 19 jam 6-7 tetes per menit,memberi terapi ampicillin dan
gentamicin), mengobservasi keadaan umum bayi setiap 3 jam, menjaga personal
hygine dengan memandikan bayi pada pagi hari dan sore hari serta melakukan
perawatan tali pusat. mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan tindakan
yang diberikan.
Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa ada kesesuaian antara teori
dan kasus yang diteliti, karena pelaksanaan tindakan dilakukan secara menyeluruh
sesuai dengan perencanaan tindakan sebelumnya.
4.2.7 Evaluasi
Berdasarkan pelaksanaan asuhan yang diberikan pada bayi Ny. Y. B
neonatus cukup bulan sesuai msa kehamilan dengan asfiksia berat tidak ada
hambatan atau masalah yang terjdi pada bayi dan dapat teratasi. Setelah asuhan
diberikan dan dilanjutkan dengan asuhan perawatan bayi baru lahir pemantauan
nutrisi dan pemantaun eliminasi selama 7 hari yang dimulai dari tanggal 11 mei
2019 sampai tanggal 17 mei 2019 kondisi bayi kembali normal.
Menurut Varney (2007), evaluasi yang diharapkan adalah keadaan
bayi baik, tidak terjadi hipotermi dan hipoglikemi. Pada kasus bayi Ny. Y. B
neonatus cukup bulan dengan asfiksia berat telah dilakukan asuhan
kebidanan selama 7 hari keadaan umum bayi baik, tidak terjadi hipotermi
dan hipoglikemi, suhu stabil. Asuhan kebidanan yang telah di laksanakan
secara efektif, efisien, dan aman. dokter menyatakan bayi Ny. Y pulang.

21
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
Penanganannya adalah dengan tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi
baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka.
2. Memulai pernafasan
3. Mempertahankan sirkulasi
Langkah-langkah resusitasi, meliputi 2 tahap. Tahap pertama adalah
langkah awal, dan tahap kedua adalah ventilasi.

5.2 Saran
Setelah pembaca mengetahui apa pengertian dan etiologi dari asfiksia
neonatorum, diharapkan pembaca bisa mengantisipasi terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum dan dapat melakukan pencegahan serta memahami tindakan
pengobatan yang dapat dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum.

22
DAFTAR PUSTAKA

Helen Varney , dkk, Buku Saku Bidan (Varney’Pocket Midwife), Editor bahasa
Alfrina Hany, EGC Jakarta, 2001

Ikatan Dokter Anak Indonesia, Buku Ajar Neonatolog , edisi pertama, cetakan
keempat , 2014

Vivian Nanny Lia Dewi, Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Salemba
Medika, Jakarta, 2010

WHO & Pusdiklatnakes, Panduan Asuhan Intranatal untuk Preseptor/Mentor,


2011

Pantiawati. 2010 Asuhan Neonates Bayi Dan Balita. Jakarta. Erlangga


Wulandari Wiwin. 2015. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan
Asfiksia Sedang. Diakse pada tahun 2017

Wiknjosastro. 2007. Ilmu Kebidanan. Ed.3. Jakarta : YBPSP


Yuflihul Khair. 2016. Asfiksia Neonatorum. Jakarta

23

Anda mungkin juga menyukai