Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS


TERHADAP NY. J DENGAN PERAWATAN LUKA
PERINEUM TAHUN 2021

PEMBIMBING :
Herinawati, M.Keb

DISUSUN OLEH:

Nadianingsih

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PRODI PENDIDIKAN
PROFESI BIDAN TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
  Ahamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Fisiologis Nifas
pada Ny. S dengan Perawatan Perawatan Payudara tahun 2021 tepat pada waktunya.
Penulisan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas praktik klinik kebidanan stase
nifas yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses
pendidikan profesi kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Hj. Suryani, S.Pd, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi
3. Herinawati, M.Keb selaku Pembimbing Pembimbingyang telah banyak memberikan
petunjuk dan pembelajaran, bimbingan serta motivasi dalam pembuatan laporanini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih belum sempurna maka kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya.

Jambi, 2021

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Fisiologis Pada Masa Nifas”
guna memenuhi tugas Stase Nifas program studi profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi
tahun 2021.

Jambi, November 2021

Mahasiswa
Nadianingsih
PO.71242210040

Mengetahui:

Perseptor Akademik

(Herinawati, M.Keb)
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................i
Lembar pengesahan.....................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
1.4 Manfaat...........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asuhan kebidanan Nifas mormal ..................................................................7
2.2 2.3 Teori EBM (Evidence Based Midwifery)................................................38
2.3 Konsep dasar manajeman Asuhan Kebidanan .............................................54
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan Nifas dengan Luka Perineum........................................59
3.2 Catatan Perkembangan..................................................................................69
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data Dasar..............................................................................74
4.2 Interpretasi Data Dasar..................................................................................76
4.3 Diagnosa/Masalah Potensial.........................................................................77
4.4 Identifikasi Tindakan Segera/Kolaborasi......................................................77
4.5 Perencanaan..................................................................................................78
4.6 Pelaksanaan...................................................................................................79
4.7 Evaluasi.........................................................................................................80
4.8 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan.........................................................81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..................................................................................................82
5.2 Saran.............................................................................................................83
Daftar Pustaka..........................................................................................................85
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhirketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung selama kira-

kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2009).Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini

karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%

kematian ibu akibatkehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas

terjadi 24 jam pertama (Saifuddin, 2010).

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi kematian ibu pada masa

nifas yaitu dengan mengeluarkan kebijakan kunjungan nifas paling sedikit 4 kali.

Kunjungan masa nifas tersebut terdiri dari kunjungan pertama (6-8 jam setelah

persalinan), kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan), kunjungan ketiga (2 minggu

setelah persalinan), dan kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan). Kunjungan

masa nifas ini dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk

mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi serta untuk

mengetahui penyulit yang dialami ibu (Prawirohardjo, 2010).

Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologi, yaitu perubahan fisik,

involusi uterus dan pengeluaran lochea, laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan

sistem tubuh lainya, perubahan psikis (Saifuddin, 2010). Berdasarkan dari perubahan

perubahan tersebut maka ibu nifas normal membutuhkan kebutuhan dasar yang meliputi

nutrisi, mobilisasi, miksi, defekasi, perawatan payudara(mammae), laktasi (Mochtar,

2012).

Menurut World Health Organization(WHO), kematian ibu paling banyak terjadi

di Negara berkembang yaitu 99 % dibandingkan Negara maju. Rasio kematian ibu di


Negara berkembang pada tahun 2015 adalah 239 per100.000 kelahiran hidup dan 12 per

100.000 kelahiran hidup di Negara maju sedangkan rasio angka kematian bayi sekitar

29 per 1000 kelahiraan hidup di Negara berkembang dan 5per 1000 kelahiran hidup di

Negara maju pada tahun 2015. Pada tahun 2015 terjadi kasus ruptur perineum pada ibu

bersalin. Terdapat2,7 juta kasus ruptur perineum pada ibu bersalin, dimana angka ini

diperkirakan akanmencapai 6,3 juta pada tahun 2050. Di Amerika26 juta ibu bersalin

yang mengalami rupture perineum.Di Asia ruptur perineum juga merupakan masalah

yang cukup banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian rupture perineum di Dunia

terjadi di Asia.

Asuhan pada masa nifas sangat penting dilakukan oleh tenaga kesehatan guna

mendeteksi adanya perdarahan masa nifas. Asuhan kebidanan masa nifasatau perawatan

masa nifas adalah untuk menghindari atau mendeteksi adanyakemungkinan perdarahan

post partum dan infeksi. Oleh karena itu penolong persalinan berwaspada sekurang –

kurangnya 1 jam post partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi

persalinan.Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus

berlangsung lama. Masa nifas merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi dan

diperkirakan 60% kematian ibu termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%

kematian masa nifas terjadi dala 24 jam setelah persalinan, salah satu komplikasi yang

sering terjadi pada masa nifas adalah ruptur perineum yang terjadi pada hampir semua

persalinan primigravida dan tidak jarang pada persalinan berikutnya yang dapat

menyebabkan perdarahan dan infeksi sehingga mengakibatkan tingginya morbiditas dan

mortalitas ibu (Vivian, 2011).

Perawatan perineum merupakan proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia

seperti: biologis, psikologis, sosial dan spiritual (Nugroho, 2014).Kebersihan vagina

jika tidak terjaga dengan baik pada masa nifas dapat menimbulkan terjadinya infeksi
pada vagina dan dapat meluas sampai ke rahim. Infeksi masa nifas merupakan

peradangan yang terjadi pada organ reproduksi(Maritalia, 2012). Ibu beresiko

terjadinya infeksi post partum dikarenakan luka bekas pelepasan pasenta, laserasi pada

saluran genetalia termasuk episiotomi dan laserasi. Robekan jalan lahir merupakan luka

atau robekan yang jaringan yang tidak teratur (Walyani 2015). Perawatan luka

perineum pada ibu setelah melahirkan berguna untuk mengurangi rasa ketidak

nyamanan, menjaga kebersihan, mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka

jahitanperineum. Salah satu solusi bagi ibu nifas untuk mempercepat penyembuhan

lukaperineum selain menggunakan obat medis dan asupan gizi yang baik adalah vulva

hygiene.

Hasil penelitian Verby Divini Prety Tulas (2017) yang berjudul Hubungan

Perawatan Luka Perineum Dengan Perilaku Personal Hygiene Ibu Post Partum Di

Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado menunjukkan uji statistik uji chi-square

di peroleh nilai p value = 0.001 yang bearti ada hubungan antara perawatan luka

perineum dengan perilaku personal hygiene ibu post partum di Rumah sakit Pancaran

Kasih GMIM Manado.

Penelitian yang dilakukan oleh Manuntungi (2020) yang berjudul Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Lamanya Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Ruang

Perawatan Rumah Sakit Mitra Manakarra Mamuju diperoleh hasil Penelitian

berdasarkan uji Chi-Squaredidapatkan P value 0,878>0,05 : tidak terdapat hubungan

antara usia dengan lama penyembuhan luka perineum. Hasil uji analisis Fishers Exact

Test diperoleh P value lebih kecil dari nilai P(0,018<0,05) artinya terdapat hubungan

antara status gizi dengan lama penyembuhan luka perineum. Hasil uji analisis chi

square diperoleh P value lebih besar dari nilai P (0,221<0,05) artinya tidak ada

hubungan antara pendidkan dengan lama penyembuhan luka perineum.


Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana

asuhan kebidanan ibu nifas Fisiologis terhadap Ny. J dengan luka perineum di RSUD

Ahmad Ripin Muaro Jambi Tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam laporan ini

adalah “Bagaimana Asuhan kebidanan pada ibu Nifas Fisiologis terhadap Ny. J

dengan perawatan luka Perineum di Rsud Ahmad Ripim tahun 2021”

1.3 Tujuan

A. Tujuan umum

Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Fisiologis Terhadap Ny.

J dengan Perawatan Luka Perineum Tahun 2021.

B. Tujuan khusus

Mampu melakukan identifikasi dan analisis data dasar pada Ny. J dengan

Perawatan Luka Perineum Tahun 2021.

1. Mampu mengintepretasi data dasar pada Ny. J dengan Perawatan Luka

Perineum Tahun 2021.

2. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada Ny. J dengan

Perawatan Luka Perineum Tahun 2021.

3. Mampu melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera pada Ny. J dengan

Perawatan Luka Perineum Tahun 2021.

4. Mampu menentukan rencana tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny. J dengan

Perawatan Luka Perineum Tahun 2021.

5. Mampu melaksanakan Tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny. J dengan

Perawatan Luka Perineum Tahun 2021.


6. Mampu melaksanakan Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny. J

dengan Perawatan Luka Perineum Tahun 2021.

7. Mampu melaksanakan pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ny. J

dengan Perawatan Luka Perineum Tahun 2021.

1.4 Manfaat

A. Bagi Lahan

Dapat di jadikan sebagai bahan masukan dan gambaran informasi sehingga

dapat meningkatkan manajemen asuhan kebidanan terhadap nifas dengan

perawatan luka perineum.

B. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan

Hasil Laporan diharapkan dapat menambah wawasan khususnya mahasiswa

kebidanan dalam menerapkan asuhan pada ibu nifas dengan perawatan luka

perineum serta dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi mahasiswa

kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi sehingga menjadikan sumber ilmu bagi

pembaca.

C. Bagi penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan serta dapat mengaplikasikan apa yang telah

di dapat selama perkuliahan dalam asuhan kebidanan terhadap nifas dengan

perawatan luka perineum.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Kebidanan Nifas normal


A. Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas disebut juga masa postpartum atau puerperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, hingga 6 minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan ( Hesty dkk, 2015).
Masa pascapersalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi, bagi
ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya
perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya. Keadaan ini ditandai
dengan perubahan emosional, perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga
dan aturan serta penyesuaian terhadap aturan yang baru. Termasuk didalamnya
perubahan dari seorang perempuan menjadi seorang ibu disamping masa
pascapersalinan mungkin menjadi masa perubahan dan penyesuaian social ataupun
perseorangan (individu) (Saifuddin, 2014).
Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40 hari,
dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai tanda – tanda
kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah tidak berhenti atau
tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila keluarnya disaat ada (kebiasaan) haid,
maka itu darah haid atau menstruasi. Akan tetapi, jika darah keluar terus dan tidak
pada masa-masa haidnya dan darah itu uterus tidak berhenti mengalir, maka ibu
harus segera memeriksakan diri kebidan atau dokter (Sari dkk, 2014).
Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam
menanggulangi kematian ibu dan bayi dibanyak negara, para pakar kesehatan
menganjurkan upaya pertolongan difokuskan pada periode intrapartum. Upaya ini
terbukti telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir
yang disertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam
keselamatan jiwa. Namun, tidak semua intervensi yang sesuai bagi suatu Negara
dapat dengan serta merta dijalankan dan memberi dampak menguntungkan bila
diterapkan dinegara lain (Saleha S, 2013).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkiran 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama(Saifuddin, 2014). Tujuan Masa Nifas :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
b. Melaksanakan skirinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobat atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan Ibu, nutrisi,
KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana
e. Mendapatkan kesehatan emosi (Nugroho, dkk 2016)
3. Tahapan Dalam Masa Nifas
Menurut Sari, dkk 2014 Dalam masa nifas terdapat 3 periode yaitu :
a. Periode immediate postpartum atau Puerperium Dini adalah masa segera
setalah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya perdarahan karena atoniauteri. Oleh sebab itu, bidan
harus dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lokea, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode intermedial atau Early Postpartum (24 jam – 1 minggu) difase ini
bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,
lokea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
c. Periode late postpartum (1-5 minggu) diperiode ini bidan tetap melakukan
perawatan dan pemeriksaan sehari –hari serta konseling KB. Pelayanan nifas
merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai standart pada ibu mulai 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa
nifas penting diberikan pada ibu dan bayi, karena merupakan masa krisis baik
ibu dan bayi. 60 % kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematian
pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama.
4. Perubahan Fisiologis ibu postpartum
Adapun perubahan fisiologis pada ibu post partum menurut Saleha, 2013. Yaitu:
a. Uterus.
Segera setelah plasenta lahir pada uterus yang berkontraksi posisi fundus
uteri berada kurang lebih di pertengahan antara umbilikus dan simpisis, atau
sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian
mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga
pelvis, tidak dapat di raba lagi dari luar.
Tabel 2.1

Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir 2 jari di bawah pusat 1. 000 gram

1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750 gram

2 minggu Tidak terabadiatas simpisis 500 gram

6 minggu Normal 50 gram

8 minggu Normal saat sebelum hamil 30 gram

Sumber : Saleha, 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, halaman 55.
b. Lochea
Lochea adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina selama Masa
nifas. Lochea mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organiJe
berkembang lebih cepat dari pada vagina normal. Lochea mempunyai bau
amis, meskipun tidak terlalu menyengat, dan volumenya berbeda-beda pada
setiap ibu. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi. Empat jenis
lochea sesuai dengan warnanya adalah sebagai berikut :
1) Lochea rubra/ kruenta (merah) Merupakan cairan bercampur dan sisa-sisa
penebalan dinding rahim (desidua) dan sisa-sisa penanaman plasenta
(selaput ketuban), berbau. Lochea rubra keluar sampai 2 hari postpartum.
2) Locheasangualenta berwarna merah kekuningan berisi darah dan lendir
yang keluar pada hari k3 sampai ke-7 pascapersalinan.
3) Lochea serosa (kuning) Lochea ini berwarna kuning kecoklatan atau
serum, pengeluarannya pada hari ke 7-14 post partum.
4) Lochea alba (putih) Lochea ini terdiri dari lekosit, lendir leher rahim, dan
jaringan-jaringan mati yang lepas dalam proses penyembuhan. Lochea alba
keluar selama 2-3 minggu.
5) Lochea purulenta: tarjadinya infeksi, keluar cauran seperti nanah baerbau
busuk
6) Lochea statis : lochea tidak lancar keluar (Saleha, 2013)
c. Serviks
Serviks mengalami involusi uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna
dapat dimasuki oleh 2 minggu 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan
serviks menutup. (Nugroho, 2016).
d. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perengangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keaadaan kendur. Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali kepada keaadaan tidak hamil dan ruge
dalam vagina secara berangsung-ansur akan muncul kembali sementara labia
menjadi lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke
5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun
tetap lebih kendur daripada keadan sebelum melahirkan.
5. Kebutuhan Dasar Ibu
a. Gizi
Ibu nifas dianjurkan untuk makan diet berimbang, cukup karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral. Mengkonsumsi makanan tambahan,
nutrisi 800 kalori/hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan
tahun kedua 400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut adalah tambahan dari
kebutuhan kalori perharinya. Missal pada ibu dengan kebutuhan perhari 1800
kalori plus tambahan 800 kalori sehingga kalori yang dibutuhkan sebanyak
2600 kalori. Demikian pula pada 6 bulan selanjutnya dibutuhkan rata-rata 2300
kalori dan tahun kedua 2200 kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter didapat
dari air minum dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan
makanan yang lain. Mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari.
Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk
suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan
tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada bulan – bulan
pertama kehidupan bayi bergantung pada vitamin A yang terkandung dalam
ASI (Widyasih 2015).
b. Istirahat dan Tidur
Anjurkan ibu untuk :
1) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan
2) Tidur siang atau isturahat selagi bayi tidur
3) Kembali kegiatan rumah tangga secara perlahan – lahan
4) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk
istirahat pada siang kira – kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :
a) Mengurangi jumlah ASI
b) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan
perdarahan
c) Depresi (Yuni 2015)
c. Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan
setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh
yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Selama
kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti
dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot dasar
panggul. Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga
kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah
melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan
ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam melahirkan) dapat
membantu Rahim untuk kembali kebentuk semula.
Tujuan senam nifas :
a) Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu
b) Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan
c) Membantu memulikan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul, perut
dan perineum terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan
d) Memperlancar pengeluaran lochea
e) Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan
f) Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan
g) Meminilisasi timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli,
trombosia dan lain-lain (Suherni, 2013).
6. Proses Adaptasi dan Psikologi Ibu Nifas
Perubahan emosi normal yang dapat terjadi pada masa nifas menurut Marmi,
(2015) yaitu:
a. Perasaan yang kontradiktif dan bertentangn, mulai dari kepuasan,

kegembiraan, kebahagiaan hingga kelahiran, ketidakberdayaan,

ketidakbahagiaan, dan kecewa karena pada beberapa minggu pertama

tampak didominasi oleh hal baru dan asing yang tidak terduga ini.

b. Kelegaan ‘syukurlah semua sudah berakhir’, mungkin diungkapkan oleh

kebanyakan ibu segera setelah lahir. Kadang-kadang ibu menanggapi secara

dingin terhadap periwtiwa yang baru terjadi, terutama bila ibu mengalami

persalinan lama dengan komplikasi dan sulit.

c. Beberapa ibu mungkin merasa dekat dengan pasangan dan bayi, sama

halnya dengan ibu yang idak tertarik dengan bayinya, meskipun beberapa

ibu yang ingin menyusui menginginkan adanya kontak kulit dan segera

menyusui.

d. Tidak tertarik atau sangat perhatian terhadap bayi.

e. Takut terhadap hal yang tidak diketahui dan terhadap tanggung jawab yang

sangat berat dan mendadak.

f. Kelelahan dan peningkatan emosi.


g. Nyeri.

h. Peningkatan kerentanan, tidak mampu memutuskan, kehiangan libido,

gangguan tidur dan kecemasan.

7. Kunjungan Masa Nifas


Menurut Ambarwati.2018, kunjungan masa nifas dibagi menjadi :
a. Kunjungan 1 (6 jam – 3 hari setelah persalinan)

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.


2) Mendeteksi penyebab lain perdarahan, merujuk jika perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi.
7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai
ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
b. Kunjungan 2 (6-14 hari setelah persalinan)

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus


di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyakit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan 3 (6 minggu setelah persalinan)

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.


B. Perawatan Luka Perineum
1. Pengertian Perineum.
Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah melahirkan,
perineum menjadi agak bengkak/ edema/memar dan mungkin ada luka jahitan
bekas robekan atau episiotomy, yaitu sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi.
Proses penyembuhan luka perineum sama seperti luka operasi lain. Perhatikan
tanda – tanda infeksi pada luka episiotomy seperti nyeri, merah, panas, bengkak,
atau keluar cairan tidak lazim. Penyembuhan luka biasanya berlangsung 2-3
minggu setelah melahirkan (Maryunani, 2012)
2. Perawatan luka Perineum.
Perawatan luka perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan
daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara
kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetic seperti pada waktu
sebelum hamil (Nugroho, 2016). Perawatan perineum adalah upayah memberikan
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan cara menyehatkan daerah antara kedua
paha yang dibatasi antara lubang dubur dan bagian alat kelamin luar pada wanita
yang habis melahirkan agar terhindar dari infeksi (Kumalasari,2015).
Luka perineum adalah luka karena ruptur maupun episiotomi pada waktu
melahirkan janin . Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi perineum sewaktu
persalinan. Robekan jalan lahir merupakan luka atau robekan jaringan yang tidak
teratur ( Walyani Purwoastuti,2015).
3. Tujuan Perawatan Luka Perineum
Tujuan perawatan luka perineum menurut (Prawirohardjo, 2008) adalah
mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan, untuk
mencegah terjadinya infeksi didaerah vulva, perineum, maupun di dalam uterus,
untuk penyembuhan luka perineum (jahitan perineum), untuk kebersihan perineum
dan vulva.
Tujuan Perawatan Luka Perineum menurut Kumalasari (2015) yaitu sebagai
berikut:
a. Menjaga kebersihan daerah kemaluan.
b. Mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu.
c. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganiJe ke dalam kulit dan membrane
mukosa.
d. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan.
e. Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan.
f. Membersihkan luka dari benda asing atau debris.
g. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat.
4. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2018) penatalaksanaan dalam perawatan luka
perineum adalah sebagai berikut :
a. Persiapan Alat
1) Sarung Tangan satu pasang.
2) Kapas dengan tempatnya.
3) Pispot.
4) Povidon Iodine.
5) Kom Kecil dan kasa steril dalam tempatnya beserta lidi kapas.
6) Perlak dan pengalas.
7) Bak Instrumen (pinset anatomi dan cirguis).
8) Pembalut wanita.
9) Bengkok.
10) Ember tempat sampah tertutup.
11) Lampu penerangan.
b. Tatalaksana
1) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
2) Komunikasi dengan ibu selama melakukan tindakan.
3) Tanggap terhadap respon ibu.
4) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dan dikeringkan
dengan handuk pribadi.
5) Menempatkan alat secara ergonomis.
6) Menjaga privasi pasien.
7) Memposisikan ibu dengan posisi dorsal recumbent.
8) Memasang perlak dan pengalas dengan benar.
9) Membuka pakaian bagian bawah.
10) Memakai sarung tangan bersih.
11) Memasang pispot.
12) Meminta pasien untuk BAK.
13) Mengguyur vulva dengan air bersih.
14) Mengangkat pispot.
15) Mengambil kapas DTT secukupnya dengan air bersih.
16) Mengusap labia mayora, kanan kiri dengan kapas DTT.
17) Mengusap labia minora, kanan kiri dengan kapas DTT.
18) Mengusap luka jahitan dengan betadine.
19) Memakaikan pembalut dan celana dalam.
20) Menyampaikan kepada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai.
21) Membereskan alat.

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN LUKA PERINEUM

NO LANGKAH KERJA GAMBAR


1 Persiapan :
Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan
sesuai dengan urutan kegiatan.

Pastikan bahan dan alat dalam keadaan dapat


digunakan sesuai urutan kerja.

2 Informed Consent.

Beritahukan pada Ibu mengenai apa yang akan


dilakukan.

3 Menempatkan alat-alat ke dekat pasien

4 Pintu atau Jendela ditutup, bila perlu dipasang


sampiran

5 Menyiapkan posisi pasien Dorsal Recumbent


NO LANGKAH KERJA GAMBAR
6 Pakaian bagian bawah dikeataskan
( Perhatikan cairan yang keluar dari Vagina pasien ).
7 Pasang pengalas bagian bawah bokong pasien.

8 Dekatkan Kom berisi kapas lembab pada pasien.

9 Letakkan Bengkok ke dekat Bokong Perineum


pasien.

10 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan


kemudian pasang handschoon.

Sebelum melakukan sesuatu pekerjaan, Bidan harus


memahami teknik pencegahan infeksi.

11 Ambil 5 kapas lembab.


Peras kapas agar tidak terlalu basah.
12 Bersihkan Labia mayora kiri dan kanan dengan
menggunakan kapas lembab dari atas ke bawah
sampai bersih.
( satu kapas satu kali usapan )
Buang kapas ke dalam bengkok.

NO LANGKAH KERJA GAMBAR


13 Dengan tangan kiri petugas (jari telunjuk dan ibu jari)
buka labia mayora pasien, kemudian bersihkan labia
minora kiri dan kanan dengan menggunakan kapas
lembab dariatas ke bawah sampai bersih.

14 Kemudian bersihkan bagian Vesubulum, Perineum


dan anus.
Selama melakukan vulva hygiene, perhatikan
keadaan Vagina.

15 Buang kapas kedalam bengkok, rapikan pasien


dengan memakaikan kembali pakaian dalam.

16 Rapikan alat dan cuci handschoon dalam keadaan


dipakai dan buka dalam keadaan terbalik, kemudian
rendam dalam larutan klorin.

17 Cuci tangan dan keringkan dengan handuk bersih.


5. Etiologi
Menurut Saifuddin (2014) luka perineum bias disebabkan dari beberapa faktor:
a. Faktor ibu
1) partus precipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong,
2) pasien tidak mampu berhenti mengejan,
3) partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang
berlebihan
4) edema dan kerapuhan pada perineum.
b. Faktor Janin
1) Bayi besar
2) Posisi kepala yang abnormal
3) Kelahiran bokong
4) Ekstraksi forsep yang sukar
5) Distosia bahu
6. Proses penyembuhan luka
Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka perineum dengan
terbentuknya jaringan yang baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu
6-7 hari post partum.
Kriteria penilaian luka adalah:
a. Baik, jika luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi (merah,
bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa).
b. Sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda– tanda infeksi
( merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa).
c. Buruk, jika luka basah, perineum menutup/membuka dan ada tanda infeksi
(merah, bengkak, panas,nyeri, fungsioleosa) (mas’adah, 2010)
7. Bentuk Luka Perineum
Bentuk luka prenium setelah melahirkan ada 2 macam yaitu ;
a. Ruptur adalah luka pada perenium yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang
robek sulit dilakukan penjahitan .
b. Episiotomi adalah tindakan insisi pada Perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan pasia perineum dan kulit sebalah depan Perineum
( Walyani dan Purwoastuti, 2015 ). Robekan jalan lahir (Perineum) :
Robekan Perineum dibagi atas 4 derajat :
Derajat I :Mukosa vagina, komisu posterior, kulit perineum.
Derajat II :Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum.
Derajat III :Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum,sfingter ani.
Derajat IV :Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum, sfingter ani, mukosa rektum
Berdasarkan tingkat keparahannya, menurut Icemi & Wahyu (2013) trauma
perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat. Trauma derajat satu ditandai
adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina dengan atau tanpa
mengenai kuit perineum. Perdarahannya biasanya sedikit. Trauma derajat dua luka
sudah mencapai otot perinei transversalis, tetapi tidak mengenai otot sfingter ani.
Trauma derajat tiga robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani.
Pada trauma derajat empat telah mencapai otot sfingter ani dan mukosa rektum
sehingga perdarahannya pun lebih banyak. (Icemi & Wahyu, 2013; Saifuddin,
2007).

Gambar. Derajat ruptur perieneum

(Sumber :Stuart, 2017)


Robekan perineum yang melebihi derajat 1 harus di jahit dengan penderita
berbaring secara litotomi dilakukan pembersihan luka dengan cairan luka anti septic
dan luas robekan ditentukan dengan seksama.
Pada derajat 2, setelah diberi anastesi lokal otot-otot diafragma urogenitalis
dihubungkan digaris tengah dengan jahitan dan kemudian jika pada vagina dan
kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan dibawahnya.

Pada derajat 3 dilakukan dengan teliti : dinding depan rectum yang robek
dijahit, kemudian fasia prarektal ditutup, dan muskulus sfingter ani eksternus yang
robek. dijahit. Lakukan penutupan robekan. Sedangkan pada derajat 4 dilakukan
rujukan.

8. Waktu Perawatan
a. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu postpartum pasti melepaskan pembalut, setelah terbuka
maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung
pada pembalut, maka perlu dilakukan penggantian pembalut, untuk itu perlu
dilakukan pembersihan perineum
b. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni
pada rektum akibatnya pemicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu
perlu pembersihan perineum.
c. Setelah buang air besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke
perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus
perineum secara kseluruhan (Nugroho 2016)
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi lama penyembuhan luka perineum
a. Faktor eksternal
1) Status Gizi
Status gizi mempengaruhi kecepatan penyembuhan luka. Status gizi
yang buruk mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yang memberi
perlindungan terhadap penyakit infeksi seperti penurunan sekretori imuno
globulin A (AIgA) yang dapat memberikan kekebalan permukaan membran
mukosa, gangguan sistem fagositosis, gangguan pembentukan kekebalan
humoral tertentu, berkurangnya sebagian komplemen dan berkurangnya
thymus sel (T).
2) Lingkungan
Dukungan dari lingkungan keluarga, dimana ibu akan selalu merasa
mendapatkan perlindungan dan dukungan serta nasihat nasihat khususnya
orang tua dalam merawat kebersihan setelah persalinan.
3) Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum,
termasuk oleh kalangan masyarakat. Misalnya untuk perawatan kebersihan
genital, masyarakat tradisional menggunakan daun sirih yang direbus
dengan air kemudian dipakai untuk cebok.
4) Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan setelah persalinan sangat
menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu
kurang, terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan luka akan
berlangsung lama.
5) Sosial ekonomi
Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama penyembuhan
perineum adalah keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktifitas
sehari-hari setelah persalinan.
6) Penanganan petugas
Pada saat persalinan, cara membersihkannya harus dilakukan dengan
tepat oleh penanganan petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu
penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum.
b. Faktor internal
1) Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi
pada orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini
disebabkan suplai darah yang kurang baik, status nutrisi yang kurang atau
adanya penyakit penyerta. Sehingga penyembuhan luka lebih cepat terjadi
pada usia muda dari pada orang tua.
2) Sarana prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam
perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum,
misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.
3) Penanganan jaringan
Penanganan yang kasar menyebabkan cedera dan memperlambat
penyembuhan.
4) Hipovolemia
Volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokonstriksi
dan penurunan oksigen dan nutrien yang tersedia untuk penyembuhan luka.
5) Faktor lokal Edema
Penurunan suplai oksigen melalui gerakan meningkatkan tekanan
interstisial pada pembuluh.
6) Personal hygiene
Personal hygiene (kebersihan diri) yang kurang dapat memperlambat
penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu
dan kuman.
7) Aktivitas yang berlebih
Aktivitas yang berlebih dapat menghambat perapatan tepi luka serta
mengganggu penyembuhan yang diinginkan.
8) Penyakit penyerta
Pada penyakit diabetes melitus (terjadi kerusakan imunitas), pada
penderita yang mendapat radioterapi juga mempengaruhi penyembuhan
luka karena akan terjadi penurunan vaskularisasi jaringan dan
penyembuhan luka pada daerah yang diradiasi sering terganggu(Rusjiyanto,
2009).
10. Pathway
Faktor predisposisi

(faktor ibu, faktor janin, persalinan pervaginam)

Kala pengeluaran

Rupture perineum

DERAJAT I DERAJAT II DERAJAT III

Mukosa vagina, Mukosa vagina, komisu Mukosa vagina, komisu


komisu posterior, dan posterior,kulit, dan otot posterior,kulit, otot
kulit perineum perineum perineum, dan anus

Cidera jaringan lunak setelah persalinan


(rupture jaringan)

Reparasi dengan jahitan


perineum

Cemas Nyeri Resiko terjadinya infeksi

Sumber: prawiroharjo (2015), dan nugroho 2016


2.2 Discharge planning
A. Pengertian
Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang.
Discharge planning didapatkan dari proses interaksi ketika petugas kesehatan
professional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur
kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus
berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta
keperawatan rutin yang sebenarnya (Nursalam, 2015). Discharge Planning adalah
proses mempersiapkan klien untuk meninggalkan satu tingkat asuhan ke tingkat
yang lain di dalam atau di luar institusi layanan kesehatan saat ini.
Discharge planning sebagai perencanaan kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan
dilakukan sehubungan dengan kondisi atau penyakitnya. Berdasarkan beberapa
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa discharge palnning adalah suatu
perencanaan pasien pulang dan memberikan pasien informasi tentang bagaiman
perawatannya ketika di rumah.
B. Tujuan Discharge Planning
Menurut Nursalam (2015) tujuan dari dilakukan discharge planning adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial,
meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
2. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien, membantu
rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.
3. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.
4. Menjelaskan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.
Perencanaan pulang bertujuan untuk membantu pasien dan keluarga untuk
dapat memahami permasalahan, pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat
mengurangi angka kambuh dan penerimaaan kembali di rumah sakit, dan terjadi
pertukaran informasi antara pasien sebagai penerima pelayanan dengan
keperawatan dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit
C. Manfaat Discharge Planning
Menurut Nursalam (2015) discharge planning mempunyai manfaat antara lain
sebagai berikut:
1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat pelajaran selama di
rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu dirumah.
2. Tindak lanjut yang sistemis yang digunakan untuk menjamin komunitas
keperawatan pasien.
3. Mengevaluasi pengaruh dan intervensi yang tercerna pada penyembuhan
pasien dan mengidentifikasi yang terencana pada penyembuhan pasien dan
mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru.
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan untuk melakukan
keperawatan rumah
D. Faktor yang Menghambat dalam Discharge Planning
Beberapa kondisi yang menyebabkan pasien berisiko tidak dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien mendapatkan
perencanaan pulang atau discharge planning antara lain :
1. Kurangnya pengetahuan tentang rencana pengobatan.
2. Diagnosa terbaru penyakit kronik kepada pasien.
3. Terjadi operasi besar dan radikal.
4. Masa penyembuhan yang lama dari penyakit yang diderita atau setelah
dilakukan operasi besar.
5. Ketidakstabilan emosional atau mental.
6. Program perawatan di rumah yang kompleks.
7. Kurangnya sumber dana.
8. Kurangnya penyediaan atau ketepatan sumber rujukan.
E. Penerapan Discharge Planning pada Ny. J dengan Perawatan Luka Perineum
1. Penerapan Penatalaksanaan Asuhan
a) Menganjurkan ibu untuk berkemih, dalam 6 jam pertama post partm ibu
sudah harus dapat buang air kecil, apabila semakin lama maka bisa
mengakibatkan infeksi saluran kecing, dan kontraksi uterus tidak berjalan
dengan baik
b) Menganjurkan ibu dan keluarga untuk tetap memantau pengeluaran darah,
apabila terdapat pengeluaran darah yang mengalir dan banyak, ibu dan
kelarga perlu mewaspadai adanya bahaya.
c) Menjelaskan penyebab nyeri luka jahitan perineum yang dirasakan ibu
disebabkan oleh adanya pemisahan jaringan atau otot-otot perineum dari
akibat robekan perineum.
d) Menganjurkan ibu mobilisasi dini secara bertahap, ibu telah dapat miring
kanan dan kiri serta mulai duduk secara perlahan-lahan.
e) Mengajarkan ibu bagaimana cara perawatan luka perineum, pertama
sebelum menyentuh daerah vagina maupun perineum tangan harus dalam
keadaan bersih, membasuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada
sisa-sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina dan perineum, setelah
dibasuh,keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan
pembalut baru dan jangan sekali-kali menaburi daerah perineum dengan
bubuk bedak atau bahan lainnya karena itu dapat menyebabkan risiko
infeksi.
f) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, istirahat yang cukup ± 8
jam dimalam hari dan ± 2 jam di siang hari. Menjelaskan kepada ibu
akibat kurang istirahat dapat mengakibatkan kurangnya produksi ASI dan
memperbanyak perdarahan yang dapat menyebabkan depresi dan ketidak
mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
g) Jelaskan pada ibu manfaat ASI ekslusif, yakni mengandung kaloridari ASI
memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan, ASI mengandung zat
pelindung, perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat, manfaat bagi ibu
dapat mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula
h) Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar yaitu mencuc itangan yang
bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar putting, Bayi
diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi menyanggah seluruh tubuh
bayi, kepala dan tubuh bayi lurus menghadap ke dada ibu sehingga hidung
bayi berhadapan dengan puting susu ibu. Segera dekatkan bayi ke
payudara sedemikian rupa, sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah
puting susu. Meletakkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel
pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, dan bibir bawah bayi
membuka lebar. puting, kemudian memilih posisi duduk atau berbaring.
i) Menganjurkan ibu untuk tetap makan, makanan yang bergizi agar dapat
memenuhi nutrisi ibu.
j) Melakukan kolaborasi dengan dokter penangung jawab pasien, ibu
diberikan obat ceftriaxone injeksi 1 gr 2 kali sehari, Vitamin A, tablet besi
3 kali sehari, asam mefenamat 500 mg 3 kali sehari
2. Persiapan pasien pulang
a) Anjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya, menyusui tidak hanya baik
untuk bayi, tetapi juga baik untuk ibu dalam mengembalikan seluruh alat
alat kandungan seperti semula (involusi)
b) Menganjurkan ibu agar tetap menjaga kebersihan diri, terutama pada
daerah luka perineum, jangan biarkan jahitan basah, apabila sesudah buang
air pastikan bekas jahitan perineum dikeringkan dengan baik.
c) Mengajarkan ibu dan keluarga bagaimana cara melakukan perawatan
payudara, serta tehnik menyusui yang baik dan benar, agar menghindari
terjadi infeksi / masalah pada payudara.
d) Ajarkan cara menilai perdarahan, dan pengeluaran lochea
e) Anjurkan ibu untuk melakukan senam nifas agar memudahkan involusi
f) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, agar tubuh ibu tidak kekurangan
stamina, usahakan bisa tidur siang dan malam yang cukup.
g) Beritahu keluarga agar ikut serta dalam membantu ibu dalam merawat
bayinya, jangan biarkan ibu kelelahan, stres hingga depresi
h) Mengajarkan ibu dan keluarga cara merawat bayi nya, seperti melakukan
perawatan tali pusat, jangan biarkan tali pusat basah saat memandikan
bayi, tali pusat bayi akan puput dengan sendirinya ±3-7 hari setelah bayi
lahir.
i) Menganjurkan ibu untuk menggunakan KB setelah masa nifas berakhir
atau setelah 6 minggu pasca persalinan, KB yang di anjurkan untuk ibu
yang menyusui yaitu, KB yang mengandung hormone progesterone seperti
KB 3 bulan, agar tidak menggangu produksi ASI.
2.3 Teori EBM (Evidence Based Midwifery)
Berikut ini adalah beberapa jurnal penelitian yang berhubungan dengan perawatan luka
perineum.
No Judul,
Penulis, Fenomena Tujuan Methode Hasil
tahun
1 Judul : Berdasarkan Tujuan Menggunakan Ada hubungan
Pengetahu data Klinik Siti penelitian ini cross sectional, pengetahuan ibu
an Ibu Khodijah untuk penelitian postpartum tentang
Post Hasibuan tahun mengetahui dilakukan pada perawatan luka
partum 2015 bahwa dari hubungan bulan januari perineum dengan
tentang 130 postpartum pengetahuan sampai Juli 2018. pencegahan infeksi
perawatan terdapat 20 ibu Sampel diambil di klinik Siti Khdijah
luka orang (0,15%) postpartum dari seluruh Hasibuan. Hal ini
perineum yang mengalami tentang populasi diperoleh hasil uji
dengan infeksi, perawatan berjumlah 31 chi-square dengan
pencegaha sedangakan luka responden. nilai P=0,003.
n infeksi. pada tahun 2016 perineum Teknik Penelitian ini
dari 132 ibu dengan pengumpulan data menyarankan kepada
Penulis : postpartum pencegahan menggunakan tenaga kesehatan
Rumini terdapat 16 infeksi di data primer yaitu khususnya bidan
dan Tria orang (0,13%) Klinik Siti dengan untuk memberikan
Julita yang mengalami Khodijah membagikan pendidikan
infeksi. Dan Hasibuan. kuesioner yang kesehatan kepada ibu
Tahun : pada yahun bersi pertanyaan saat ibu melakukan
Jurnal 2017 dari 143 tentang kunjungan masa
Bidan Ibu postpartum pengetahuan nifas terkait luka
Cerdas terdapat 30 perawatan luka perineum agar dapat
(April orang yang perineum dan menghinndari luka
2021 ) mengalami pencegahan peineum.
infekdi. infeksi.

2 Judul ; Sebagian besar Untuk Menggunakan Hasil penelitian yang


pengetahuan mengetahui jenis penelitian dilakukan oleh
Pengetahu manusia hubungan kuantitatif. Suryati et a.l., (2013)
an Dan didapatkan dari pengetahuan Desain penelitian menyatakan bahwa
Sikap Ibu pendidikan,peng dan sikap ibu digunakan adalah ada hubungan yang
Nifas alaman sendiri tentang cross sectional. signifikan (ρ value
Tentang atau pengalaman perawatan Populasi dalam 0,030) antara tingkat
Perawatan orang lain luka penelitian ini pengetahuan ibu
Luka sehingga perinium. yaitu seluruh ibu nifas tentang
Perineum. pengetahuan nifas yang perawatan luka
akan sangat bertempat tinggal perineum dengan
Penulis : penting dalam di wilayah kerja proses penyembuhan
Rini membentuk RB Rosita yang luka.
Hariani perilaku berjumlah 50
Ratih seseorang. orang. Sedangkan
Pengalaman teknik
Tahun : dalam pengambilan
Jurnal perawatan luka sampling
KeJas perineum pada menggunakan
Asclepsius ibu nifas dapat teknik total
(JKA), dipengaruhi oleh sampling. Alat
Volume jumlah penelitian yang
2 , No.1 anak/paritas digunakan
Juni 2021. yang dimiliki kuisioner. Analisa
oleh seorang data
ibu. menggunakan
univariat dan
bivariat.
3. Judul : Data di PusekJas Tujuan Penelitian ini Dapat disimpulkan
Analisis Pangarengan penelitian adalah penelitian bahwa rata-rata pada
Pengaruh Januari 2014 menganalisis survey analitik ibu nifas dengan
Penyembu diperoleh data faktor-faktor korelasi rank personal hygiene
han Luka jumlah ibu nifas yang spearman yang yang baik memiliki
Perinium 40 orang, mempengaru bersifat kuantitatif proses penyembuhan
Pada Ibu dengan robekan hi dalam dengan luka perineum yang
Nifas Di perineum karena penyembuha pendekatan waktu baik. Upaya yang
PuskeJas rupture n luka cross sectional dilakukan untuk
Pangareng sebanyak 12 perineum dimana penyembuhan luka
an. orang (30%), pada ibu pengumpulan perineum dengan
robekan nifas di semua variabel memberi konseling
Penulis : perinium karena PuskeJas dilakukan pada atau penyuluhan
Rikhly tidakan Pangarengan. suatu saat. tentang
Faradisy episiotomi, Metode sampling penyembuhan luka
Mursyida. sebanyak 19 yang digunakan perineum.
orang (47,5%), dalam penelitian
Tahun : dan perineum ini adalah simple
Vol X utuh sebanyak 9 random sampling.
No.I Mei orang (22,5%). Variabel dalam
2018 Berdasarkan penelitian ini
survei awal ibu adalah :
nifas dari 5 yang pengetahuan,
luka perineum status gizi,
proses pendapatan, usia,
penyembuhanan personal hygiene
nya kurang baik serta
karena ibu penyembuhan
makan hanya luka perineum.
dengan tahu dan Pengumpulan
tempe, ibu juga data dalam
ada pantangan penelitian ini
makanan seperti diperoleh dari
ikan, telor, data primer
daging, dengan kuesioner
minumnya pada responden
sedikit, terhadap
mobilisasinya penyembuhan
kurang baik luka perineum ibu
sehingga dapat nifas dan data
menghambat sekunder telah
proses dokumen.
penyembuhan Pengolahan dan
luka perineum. analisis data
dilakukan dengan
editing, coding,
scoring, dan
tabulating, uji
regresi logistik
ganda.
Penelitian ini
termasuk jenis
penelitian
obseervasional
analitik dengan
rancangan cross
sectional.
Penelitian yang
dilaukan hanya
satu kali dalam
satu saat. Populasi
pada penelitian
ini adalah seluruh
ibu nifas hari ke-6
dengan luka
perinium. Sample
dari penelitian ini
adalah seluruh ibu
nifas hari ke-6
dengan luka
perinium yang
berjumlah 15
orang. Teknik
sampling yang
digunakan pada
penelitian ini
adalah non
probability
sampling dengan
jenis consecutive
sampling, data di
analisis
menggunakan uji
koefisen
kontigensi (C)
dengan tingkat
kemaknaan
ρ<0,05.
4. Judul : Tiga penyebab Perlu Penelitian ini Hasil Penelitian
Hubungan utama Angka diajarkan bersifat survei menunjukkan bahwa
Teknik Kematian Ibu di teknik vulva analitik dengan hampir dari
Vulva Indonesia dalam hygiene pendekatan cross setengahnya (46,7%)
Hygiene bidang obsteri karena masih sectional, tidak melakukan
dengan adalah rendahnya populasi teknik vulva hygiene
Penyembu perdarahan pelaksanaan penelitian adalah dengan baik yaitu
han Luka (45%), infeksi teknik vulva seluruh ibu post sebanyak 7
Perinium (15%), dan hygiene pada partum yang ada responden dan lebih
Pada Ibu preeklamsia ibu post di klinik bersalin dari setengahnya
Post (13%). Menurut partum. Hj. Nirmala (60%) dihari ke-6
Partum. data kesehatan Diharapkan Sapni, Am.Keb keadaan luka
Propinsi Jambi semua ibu pada bulan perinium ibu
Timur yaitu post partum Agustus sampai pospartum banyak
Penulis : perdarahan melakukan dengan yang belum sembuh
1.Herlina (34,26%), pre vulva September 2017 yaitu sebanyak 9
2.Vera eklamasia hygiene yaitu sebanyak 32 responden.
Virgia (14,01%), dan karena ibu. Teknik Berdasarkan hasil
3.Riska infeksi (3,02%) penyembuha pengambilan perhitungan uji
Aprilia (DinKes Jatim, n luka sampel dalam koefisien kontigensi
Wardani. 2009). perinium penelitian ini (C) didapatkan hasil
Setelah lebih cepat dilakukan dengan 0,003 (ρ<0,05),
Tahun : melakukan studi dibanding teknik total sehingga ada
Vol 4 No pendahuluan yang tidak populasi . hubungan vulva
1, Januari yang dilakukan melaksanaka hygiene dengan
2018. pada tanggal 27 n. Tenaga penyembuhan luka
Mei 2015 kesehatannya perinium luka
sampai tanggal 7 juga harus perinium pada ibu
Juni 2015, hasil mengajarkan postpartum.
wawancara teknik vulva
dengan beberapa hygiene yang
orang nifas benar, agar
dengan luka luka perinium
episotomi di cepat sembuh
dapatkan 4 dalam waktu
orang ibu nifas 6-7 hari.
melakukan Berdasarkan
teknik hal tersebut
vulvahygiene perlu
dan mengalami dilakukan
penyembuhan penelitian
luka yang mengenai
normal, dengan “Hubungan
luka yang teknik vulva
normal, dengan hygiene
luka yang usdah dengan
kering, tidak ada penyembuha
kemerahan, dan n luka
sudah nyaman perinium
ketika duduk pada ibu post
dan berjalan. partum”.
Sedangkan 6
oran ibu nifas
yang tidak
melakukan
teknik vulva
hygiene
mengalami
penyembuhan
luka lambat,
kondisi luka
masih basah dan
masih terdapat
kemerahan pada
luka
periniumnya.
Berdasarkan
data diatas
menunjukkan
bahwa masih
banyaknya ibu
nifas yang tidak
melakukan
teknik vulva
hygiene dan
mengalami
penyembuhan
luka yang
lambat.
5. Judul : Robekan Untuk Penelitian Penelitian
Hubungan perineum terjadi membuktikan dilaksanakan di menemukan dari 32
Pengetahu hampir pada hubungan Klinik Bersalin responden mayoritas
an Ibu semua pengetahuan Hj. Nirmala Sapni pengetahuan
Post persalinan ibu post Am.Keb. Jumlah responden tentang
Partum pertama dan partum responden yang perawatan luka
tentang tidak jarang juga tentang disurvei sebanyak perineum adalah
Perawatan pada persalinan perawatan 32 responden. cukup yaitu
Luka berikutnya. luka perinium Dengan cara sebanyak 15 orang
Perinium Robekan dengan mendatangi (46,9%) dan
Dengan perineum proses pasien langsung minoritas cepat yaitu
Proses umumnya penyembuha ke rumahnya. dimana H0 ditolak
Penyembu terjadi garis n luka. Penelitian Ha diterima. Ada
han Luka tengah dan bisa dilaksanakan ini hubungan yang
Di Klinik menjadi luas menggunakan signifikan antara
Bersalin apabila kepala metode penelitian pengetahuan ibu
Hj. janin lahir survei analik tentang perawatan
Nirmala terlalu cepat, dengan luka perineum
Sapni sudut arkus pendekatan cross dengan proses
Medan. pubis lebih sectional yaitu penyembuhan luka.
kebcil dari pada suatu penelitian
Penulis : biasa, kepala yang mempelajati
1.Nurrahm janin melewati hubungan antara
aton pintu panggul variabel
2.Dewi bahwa dengan independen
Sartika ukuran yang dengan variabel
lebih besar dari dependen, dimana
Tahun : pada melakukan
2018 sirkumferensia pengukuran
suboksipito variabel sekaligus
bregmatika. pada waktu yang
Menurut hasil sama. Maka
penelitian dalam perawatan
Suningsih pada luka perineum
tahun 2013 dari dengan proses
36 responden penyembuhan
ibu hamil di luka di Klinik
Klinik Sarbaiah Bersalin Hj.
Tanjung Jati Nirmala Sapni,
berdasarkan Am.Keb Medan
pengetahuan ibu Tahun 2017.
post partum
didapati ibu
berpengetahuan
cukup sebanyak
18 orang (50%).
Dengan
demikian dapat
disimpulkan
bahwa ada
hubungan antara
perawatan luka
perineum
dengan
penyembuhan
luka perineum
pada ibu post
partum. Hal ini
dikarenakan
kebanyakan ibu
belum
mendapatkan
tambahan
informasi
tentang
perawatan luka
perineum dari
media massa
ataupun dari
tenaga
kesehatan
didaerahnya
yang jelas.

6. Judul : Menurut World Untuk Desain penelitian 1. Perawatan Luka


Hubungan Healt mengetahui yang digunakan Perineum dari 56
Perawatan Organization hubungan dalam penelitian responden (100%)
Luka (WHO) tahun perawatan ini adalah metode terdapat 50
Perineum 2007, di seluruh luka pendekatan responden (89,3)
Dengan dunia setiap perineum analitik dengan luka bersih dan
Perilaku perempuan dengan menggunakan kering dan 6
Personal meninggal perilaku desain cross responden (10,7%)
Hygiene setiap hari atau personal sectional yaitu luka tidak bersih dan
Ibu Post lebih terkait hygiene ibu menekankan pada tidak kering di
Partum Di dengan post partum waktu Rumah sakit
Rumah kehamilan dan di Rumah pengukuran/obser Pancaran Kasih
Sakit nifas atau post Sakit vasi data variabel GMIM Manado.
Pancaran partum Pancaran independen dan 2. Perilaku Personal
Kasih sekunder. Kasih GMIM dependen satu Hygiene dari 56
GMIM Dengan kata lain Manado. kali pada suatu responden (100%)
Manado. 1.400 saat. Bertujuan terdapat 49
perempuan untuk responden (87,5%)
Penulis : meninggal mendapatkan dengan perilaku baik
Verby setiap hari atau prevalensi atau dan 7 responden
Divini, lebih dari efek suatu (12,5%) dengan
Rina 500.000 fenomena perilaku buruk di
Kundre perempuan (variabel Rumah Sakit
dan meninggal dependen) Pancaran Kasih
Yolanda setiap tahun dihubungkan GMIM Manado.
Bataha. karena dengan penyebab 3. Ada hubungan
kehamilan, (variabel antara perawatan
Tahun : e- persalinan dan independen) luka perineum
jurnal nifas atau post dengan perilaku
keperawat partum sekunder (Nursalam, 2008). personal hygiene ibu
an No. 1, (Riswandi, Pengambilan post partum di
Februari 2005). sampel ini Rumah Sakit
2017. Penyebab menggunakan Pancaran Kasih
kematian utama teknik purposive GMIM Manado.
maternal oleh sampling dengan
kematian menggunakan
obstetric rumus menurut
langsung akibat (Setiadi, 2013)
komplikasi yaitu suatu teknik
kehamilan, penetapan sampel
persalinan dan dengan cara
nifas yang memilih sampel
meliputi di antara populasi
pendaharan, sesuai dengan
eklampsia dan yang dikehendaki
infeksi peneliti (tujuan
presentase atau masalah
masing-masing dalam penelitian),
penyebab sehingga sampel
kematian tersebut dapat
tersebut adalah mewakili
pendarahan karakteristik
(antepartum dan populasi yang
postpartum), dikenal
eklampsia (23,1 sebelumnya
sampai dengan (Nursalam, 2008).
24%) dan
infeksi (11%
sampai dengan
30%) (Fibriana,
2007). Perilaku
personal
hygiene atau
kebersihan diri
adalah suatu
usaha kesehatan
perorangan
untuk dapat
memelihara
kesehatam diri
sendiri,
memperbaiki
dan
mempertinggi
nilai-nilai
kesehatan diri
sendiri,
memperbaiki
dan
mempertinggi
nilai-nilai
kesehatan serta
mencegah
timbulnya
penyakit.
Personal
Hygiene
meliputi
kebersihan
badan, tangan,
kulit/kuku, gigi
dan rambut
(Wijaya, 2011)
7. Judul : Ibu pada masa Bertujuan Penelitian ini Pada pemberian air
Efektifitas nifas yang untuk bersifat pre daun sirih (Piper
pemberian menderita luka mencegah eksperimen Beele L) terhadap
Air Daun perineum infeksi dan menggunakan kecepatan
Sirih apabila tidak mempercepat rancangan pottest penyembuhan luka
(Piper dijaga dengan penyembuha only control perineum pada ibu
Betle L) baik dan n,perawatan group design. post partum dengan
Terhadap perawatan luka Sample dalam uji Mann Whitney U
Kecepatan perineum yang perineum penelitian ini 30 didaptkan bahwa
penyembu tidak benar dilakukan responden dengan pada kelompok
han Luka dapat oleh menggunakan kontrol rerata
Perineum mengakibatkan masyarakat teknik purposive penyembuhan luka
Pada Ibu timbulnya Indonesia, sampling. selama 7,60 hari
Post infeksi pada salah satunya lebih lambat
Partum) perineum. dengan dibandingkan
Perawatan luka menggunaka dengan kelompok
Penulis : perineum n air rebusan intervensi yang
1.Rini bertujuan untuk daun sirih. diberikan air daun
Anggearia mencegah sirih yaitu rerata
ni infeksi dan penyembuhan uka
2.Rinda mempercepat 5,47 hari dengan p
Lamdayan penyembuhan. value=0,000 artinya
i Perawatan luka pada kelompok
perineum intervensi percepatan
Tahun : dilakukan oleh penyembuhan luka
2018 masyarakat perineum lebih cepat
Indonesia, salah dibandingkan
satunya dengan kelompok kontrol.
menggunakan
air rebusan daun
sirih yang
mempunyai efek
antibiotik,
berdasarkan
pada efek terapi
ini maka sirih
juga bisa
dijadikan bahan
untuk perawatan
luka perineum
dilakukan oleh
masyarakat
Indonesia, salah
satunya dengan
menggunakan
air rebusan daun
sirih yang
mempunyai efek
antibiotik,
berdasarkan
pada efek terapi
ini maka sirih
juga bisa
dijadikan bahan
untuk perawatan
luka yang
biasanya
digunakan
dengan cara
untuk mencebok
dan rendam.

8. Judul : Angka Tujuan Pengambilan Hasil penelitian


Hubungan Kematian Ibu penelitian ini sampel dengan diperoleh
Pengetahu (AKI) adalah untuk menggunakan pengetahuan ibu
an Ibu salah satu target mengetahui total sampling nifas tentang
Nifas yang telah hubungan dengan jumlah makanan gizi
Tentang ditetapkan pengetahuan sampel sebanyak seimbang mayoritas
Makanan dalam tujuan ibu n ifas 60 0rang. Analis adalah baik
Gizi Millenium tentang data sebanyak 36 orang
Seimbang Devekopment makanan gizi menggunakan uji (60%),
Dengan Goal’s (MDG’s) seimbang univariat dan uji penyembuhan luka
Penyembu ke-5 yaitu dengan bivariat. perineum pada ibu
han Luka peningkatan penyembuha nifas mayoritas
Perinium kesehatan ibu, n luka adalah baik sebanyak
dimana target perineum di 35 orang (58%) dan
Penulis : yang akan wilayah kerja ada hubungan
1.Abdul dicapai sampai PuskeJas bermakna antara
Khodir tahun 2015 Sipayung pengetahuan ibu
Jaelani adalah nifas tentang
2.Monifa mengurangi makanan gizi
Putri sampai ¾ resiko seimbang denan
3.Nelvi jumlah kematian penyembuhan luka
Aldrina ibu sebesar 102 perineum
Lubis per 100.000 (ρvalue<0,05)
kelahiran hidup. (ρvalue=0,038)
Tahun : Sehingga
2017 diperlukan kerja
keras untuk
mencapai target
tersebut.
Walaupun
pelayanan
antenatal dan
pertolongan
persalinan oleh
tenaga
kesehatan
terlatih cukup
tinggi.
9. Judul : Berdasarkan Tujuan Desain penelitian Hasil penelitian
studi penelitian, ini adalah menunjukkan bahwa
Penyembu Pendahuluan mengetahui menggunakan 37 responden (82%)
han Luka yang dilakukan gambaran pendekatan survei mengalami gejala
Perineum di Rumah Sakit penyembuha atau cross kulit berwarna merah
Fase Wonosari, n luka sectional. Survey terang, 41 responden
Proliferasi Gunung Kidul perineum Cross Sectional. (91%) mengalami
Pada Ibu pada bulan pada fase Jenis penelitian gejala luka tampak
Nifas januari 2014 proliferasi ini adalah halus, 43 responden
dari 70 berdasarkan deskriptif, yaitu (96%) mengalami
Penulis : persalinan, 40 umur, suatu penelitian gejala luka tidak
1.Prakirtia diantaranya pendidikan, yang dilakukan mudah berdarah, 43
Primadona mengalami luka paritas, status untuk responden (96%)
2. Dewi perineum dan gizi ibu nifas mendeskripsi-kan mengalami
Susilowati harus dijahit, di Rumah atau gejalatampak
sehingga Sakit Umum menggambar-kan jaringan parut, 44
Tahun : peneliti tertarik Wonosari, suatu fenomena responden (98%)
2015 untuk Gunung yang terjadi mengalami gejala
melakukan Kidul. dimasyarakat. kedua tepi luka
penelitian tampak lebih
dengan judul merapat, 39
“Gambaran responden (87%)
Penyembuhan mengalami gejala
Luka Prineum kulit luar berwarna
Pada Ibu Nifas putih bersemu merah
di Rumah Sakit dan semi transparan.
Umum di Berdasarkan hasil
Daerah penelitian dapat
Wonosobo diperoleh simpulan
Gunung Kidul. gambaran
penyembuhan luka
perineum fase
proliferasi pada ibu
nifas di RSUD
Wonosari, Gunung
Kidul mayoritas ibu
nifas berusia 20-35
tahun, tingkat
pendidikan
mengengah, jumlah
anak 1, dan berstatus
gizi normal.
10. Judul : Berdasarkan Diharapkan Kegiatan yang Pelaksanaan sudah
Pencegaha hasil survey ibu hamil dilakukan dengan terlihat bahwa tenaga
n Infeksi yang dilakukan trimester III cara memberikan kader cukup
Perineum pada puskeJas dan nifas ini pelatihan, berperan dalam
Dengan Rumbai pesisir nanti dapat penyuluhan, dan kegiatan ini yakni
Perawatan didapatkan mengetahui, pemantauan terbukti pada saat
Luka jumlah ibu melakukan, evaluasi cara pelaksanaan kegiatan
Perineum persalinan dan perawatan luka tersebut ada 8 kader
Pada Ibu sangat terlihat mensosialisas perineum benar. yang hadir dan
Hamil dari data 2016 ikan membantu
Trimester sekitar 360 perawatan pelaksanaan kegiatan
III – jumlah luka ini. Sedangkan
Nifas. kelahiran. Pada perineum penyuluhan bagi ibu
survey pada masa hamil trimester III
Penulis : pendahuluan nifas dengan dan nifas memahami
1.Risa yang dilakukan tepat di tentang pentingnya
Pitriani pada BPM dince wilayah kerja perawatan luka
2.Rita Safrina dari 10 PuskeJas perineum pada masa
Afni ibu bersalin 6 Rumbai nifas.
orang mengata- Pesisir.
Tahun : kan tidak
2020 mengetahui
tentang cara
perawatan luka
perineum dan
terdapat 2 orang
yang mengalami
infeksi pada
luka perineum
yang disebab-
kan ketidak-
tahuan ibu
tentang cara
perawatannya.

2.4 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan


A. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan metode pengaturan
pemikiran dan tindakan dalam suatu urutan yang logis dalam penganan klien oleh
petugas kesehatan dalam hal ini bidan (Sudarti, 2010).
B. Manajemen Asuhan Kebidanan
Menurut Manajemen Varney, Proses Asuhan Kebidanan terdiri dari 7 langkah,yaitu:
1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data dasar secara Komprehensif untuk evaluasi pasien.Data

dasar ini termasuk Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, tinjauan catatan

saat ini, riwayat catatan kesehatan lampau, tinjauan singkat data penunjang dari

laboratorium dan pemeriksaan tambahan lainnya serta semua informasi dari

berbagai sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.

2. Langkah II : Intepretasi Data

Interpretasi data dikembangkan dari data dasar ke masalah atau disgnosa

khusus yang terindetifikasi. Masalah dan diagnose sama-sama dipakai karena

beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnose tetapi tetap perlu

dipertimbangkan untuk membuat suatu perencanaan yang menyeluruh dalam

penaganan pasien/klien.

3. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial

Diagnosa/masalah Potensia adalah mengidentifikasi dengan hati-hati dan

kritis pada pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan tindakan

kebidanan untuk membantu klien mengatasi dan mencegah masalah yang

spesifik. Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lainnya berdasarkan

masalah yang sudah ada adalah suatu bentuk antisipasi/pencegahan yang dirasa

perlu, serta suatu bentuk kewaspadaan dan persiapan dalam menghadapi

masalah/penyulit sehingga dapat memberikan asuhan yang aman dan sesuai

standar.

4. Langkah IV : Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan

Penanganan Segera

Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnose atau masalah

potensial dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang mungkin

muncul sehubungan dengan keadaan yang dialami ibu. Merefleksikan proses


manajemen yang sifatnya terus-menerus tidak hanya pada asuhan primer yang

periodic selama kunjungan ANC tetapi juga selama bidan terus bersama wanita

itu sampai siklus berikutnya (bersalin, nifas, KB, Menopouse dan sterusnya)

selama siklus kehidupan wanita.

5. Langkah V : Merencanakan Asuhan

Membuat rencana asuhan yang komprehensif ditentukan oleh langkah

sebelumnya yaitu dari masalah dan diagnose yang sedang terjadi serta

mencakup bimbingan atau konseling yang berkaitan dengan masalah/kondisi

pasien saat itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan dan

perubahan perilaku klien sesuai harapan.

6. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan / Implementasi

Pelaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan masalah klinis,

membuat suatu keputusan dan memberi perawatan. Pada tahap ini, kegiatannya

adalah melaksanakan perencanaan asuhan yang menyeluruh. Perencanaan ini

dapat dilakukan oleh bidan, bidan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya,

atau oleh klien itu sendiri. Walaupun ada beberapa pelaksanaan yang tidak

dilakukan oleh bidan itu sendiri namun bidan tetap berkewajiban untuk

mengarahkan pelaksanaannya dan memastikan langkah-langkah tersebut benar-

benar terlaksana.

7. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dengan melakukan pengecekan

apakah rencana asuhan benar-benar terlaksana sesuai dengan identifikasi

diagnose, masalah dan kebutuhan.

C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dalam Bentuk SOAP


Menurut Prawiroharjo, 2016. pendokumentasian secara SOAP yaitu:
1. Data Subjektif
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney. Langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari
ananesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
dengan diagnisos. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang
akan disusun.
2. Data Objektif
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari melalui
hasil observasi yang jujur dan pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
labolatorium / pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Dan ini
akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosis.
3. Assasment
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intepretasi (kesimpulan)
dari data subjektif dan objektif. Analisis/ AsseJent merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah
kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut:
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta perlunya
mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis /
masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut
kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan
tindakan merujuk klien.
4. Planning
Planning/ perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang
akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan intepretasi
data. Planning dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran
pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi. Sehingga P dalam SOAP
meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney
langkah kelima, keenam dan ketujuh.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Fisiologis Pada Ny. J


Dengan Perawatan Luka Perineum
Tahun 2021

Tanggal : 18 November 2021 Pukul: 10.50 WIB


6 Pengkajian/Pengumpulan Data Dasar
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. J Nama Suami : Tn. K
Umur : 24 tahun Umur : 28 tahun
Suku / Bangsa : Melayu/ Indonesia Suku / Bangsa : Melayu/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : RT 25 Berembang Alamat : RT 25 Berembang
2. Alasan Kunjungan/Keluhan :
Ibu Post partum 6 jam petama dengan keluhan nyeri perut dan nyeri perineum.
3. Riwayat Perkawinan :
Perkawinan ke : 1 Tahun ke : 2 tahun
Usia saat kawin : 22 tahun P1 A0 H1
4. Riwayat Kehamilan Persalinan Dan Nifas Yang Lalu

No T T Umur Jenis Pen Penyulit Kel/ BB Ke


g Hamil Persalinan olon ad
l g aa
P
/ Pers n
T alin sek
h an ar
n an
g
P
a
r
t
u
s

I
n
i

5. Riwayat persalinan sekarang

Tempat melahirkan : RSUD AHMAD RIPIN Muaro Jambi

Penolong persalinan : Bidan

Jenis persalinan : Spontan, belakang Kepala

Selaput ketuban : Pecah spontan

Air ketuban : jernih

Lamanya persalinan :

Kala I : 6 jam35 Menit Kala II : 40 menit Kala III : 15 menit

Komplikasi persalinan: Ketuban Pecah Dini

Robekan jalan lahir : derajat II, Heacting Jelujur Subkutikuler

Riwayat kelahiran bayi :

Tanggal : 18 November 2021 Pukul: 04.30 WIB

Jenis kelamin : Perempuan

BB : 3100gram PB : 47 cm

Masa gestasi : 37 minggu 5 hari


6. Riwayat penyakit/operasi yang lalu

Tidak ada

7. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada

8. Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi

Tidak ada

9. Riwayat Keluarga Berencana

Metode KB yang pernah dipakai : belum pernah KB

Komplikasi/masalah : tidak ada

10. Pola Makan / Minum / Eliminasi / Istirahat

Makan : 3 kali/hari ;

Minum : 8/10 gelas/hari

Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi : nasi, sayur, lauk, buah, air putih,

susu

Jenis pantangan : tidak ada

Pola Eliminasi :BAK : 6 kali/hariBAB : 1 kali/hari

Kelainan/masalah yang ditemukan pada pola eliminasi :tidakada

Pola istirahat : Tidur : 8-9 jam/hari : Tidur terakhir jam : 10.00 Wib

Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : diharapkan

Social support dari : Suami; Orang tua; Mertua; Keluarga lain

Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola istirahat & Psikososial: tidak ada

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : composmentis


Tanda-tanda vital :

TD : 110/70 mmHg P : 22 x/mnt

N : 84 x/mnt S : 36,5°C

Turgor : Baik

Mata :

Seklera : Tidak Ikterus

Konjungtiva : Merah muda

Penghilatan : Jelas

Alat bantu : Tidak ada

Muka :tidak tampakkelainan

Payudara : Simetris

Puting susu : Menonjol

Areola mammae : Bersih

Pengeluaran ASI : Kolostrum

Jantung : Bunyi jelas teratur

Paru-paru :Bunyi nafas bersih

Ekstremitas : tidak tampak cacat

Edema : tidak ada

Refleks patella : +/+ kanan/kiri

Akral : Hangat /normal

Abdomen

Hepar/lien : Tidak ada kelainan

Luka operasi : tidak ada

Fundus uteri : teraba, tinggi 2 jrb/pst

Kontraksi : baik
Ano-genetalia

Perdarahan : merembes Jumlah: ±50 cc

Vulva : tidak edema

Perineum : ada luka jahit perineum derajat II

Lochia : rubra

Hemorroid : tidak ada

Fistel : tidak ada

2. Pemeriksa Penunjang

Hemoglobin : 13,8 g/dl

Hematokrit :-

Trombosit : -

Leukosit :-

Rapid test : Nonreaktif

II. Interpretasi Data Dasar


DO:
TD : 110/70 mmHg P : 22 x/mnt

N : 84 x/mnt S : 36,5°C

Perdarahan : ±50 cc Tinggi fundus : 2 Jari bawah pusat

Robekan : Laserasi derajat II Lochea : Rubra

DS : Ibu mengatakan lemas dan perineum masih terasa nyeri

Diagnosa : P1A0H1 post partum 6 jam pertama dengan luka perineum

Masalah : ibu merasakan nyeri pada luka perineum

III. Diagnosa/Masalah Potensial


Diagnosa Potensial :terjadi infeksi pada luka perineum
IV. Identifikasi Tindakan Segera/Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter penanggung jawab pasien dalam pemberian terapi
pengobatan.
V. Perencanaan
1. Lakukan Informed consent pada ibu dan keluarga

2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Rasional : Ibu harus mengetahui keadaan diri dan janinnya sehingga ibu dapat

lebih kooperatif terhadap tindakan dan anjuran dari petugas kesehatan/bidan.

3. observasi Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksi uterus, pengeluaran Lochia.

Rasional : Kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras.

4. Jelaskan penyebab nyeri luka jahitan Perineum yang dirasakan ibu disebabkan

oleh adanya pemisahan jaringan atau otot-otot perineum dari akibat robekan

perineum.

5. Anjurkan ibu mobilisasi dini secara bertahap

6. Lakukan perawatan luka perineum.

Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan

jaringan.

7. Ajarkan ibu cara melakukan perawatan luka perineum.

Rasional : Membersihkan vagina dan bagian perineum setelah buang air, gunakan

air hangat, keringkan area vagina dan perineum menggunakan tisu atau kain yang

bersih, ganti pembalut setiap 4-6 jam, biarkan perineum dan vagina sembuh

dengan sendirinya.

8. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

Rasional : Dengan istirahat yang cukup, tubuh menjadi lebih sehat, mengontrol

berat badan, meredakan rasa nyeri, memperbaiki suasana hati, meningkatkan daya

ingat dan daya pikir, meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

9. Jelaskan pada ibu manfaat ASI eksklusif.


Rasional : Memberikan sistem kekebalan tubuh bayi, memperkuat hubungan ibu

dan anak.

10. Ajarkan ibu teknik menyusui yang benar

11. Anjurkan kepada ibu untuk makan-makanan yang bergizi seimbang.

Rasional : Ibu nifas harus memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makanan seimbang,

agar dapat memberikan stamina pada ibu serta dapat memperbanyak ASI.

12. Anjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah perineum.

Rasional : Personal Hygiene pada masa nifas sangat penting guna menjaga diri

secara keseluruhan untuk menghindari infeksi baik luka jahitan maupun kulit.

13. Jelaskan pada ibu tanda bahaya nifas

14. Kolaborasi dengan dokter penangung jawab pasien dalam pemberian terapi obat.

Rasional : Manfaat dari vitamin A, yaitu untuk memperoleh kualitas ASI sehingga

dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mempercepat proses pemulihan

saat melahirkan, tablet FE agar dapat mencegah Anemia pada ibu nifas, serta asam

mefenamat untuk mengurangi nyeri setelah persalinan.

15. Lakukan dokumentasi.

Rasional : Untuk melakukan pengumpulan, pencarian, penyelidikan dan

penyediaan dokumen untuk mendapatkan keterangan dengan menggunakan bukti

yang akurat berdasarkan pencatatan berbagai sumber informasi.

VI. Pelaksanaan
1. Melakukan informed consent pada ibu dan keluaga.

2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ibu dalam keadaan baik,

pemeriksaan fisik dan tanda tanda vital normal.

Rasional : TD : 110/72 mmHg, Suhu : 36,5oC, Respirasi : 24x/m, Nadi : 84x/m.


3. Mengobservasi Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksi uterus, pengeluaran Lochia,

TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras,dan

tampak pengeluaran lochia rubra, tidak berbau

4. Menjelaskan penyebab nyeri luka jahitan perineum yang dirasakan ibu disebabkan

oleh adanya pemisahan jaringan atau otot-otot perineum dari akibat robekan

perineum.

5. Menganjurkan ibu mobilisasi dini secara bertahap, ibu telah dapat miring kanan

dan kiri serta mulai duduk secara perlahan-lahan.

6. Melakukan perawatan luka perineum.

Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan

jaringan.

7. Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan luka perineum, pertama sebelum

menyentuh daerah vagina maupun perineum tangan harus dalam keadaan bersih,

membasuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang

menempel di sekitar vagina dan perineum, setelah dibasuh,keringkan perineum

dengan handuk lembut, lalu kenakan pembalut baru dan jangan sekali-kali

menaburi daerah perineum dengan bubuk bedak atau bahan lainnya karena itu

dapat menyebabkan risiko infeksi.

8. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, istirahat yang cukup ± 8 jam

dimalam hari dan ± 2 jam di siang hari. Menjelaskan kepada ibu akibat kurang

istirahat dapat mengakibatkan kurangnya produksi ASI dan memperbanyak

perdarahan yang dapat menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk

merawat bayi dan dirinya sendiri

9. Jelaskan pada ibu manfaat ASI ekslusif, yakni mengandung kaloridari ASI

memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan, ASI mengandung zat
pelindung, perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat, manfaat bagi ibu dapat

mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula

10. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar yaitu mencuc itangan yang bersih

dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitarBayi diletakkan menghadap

ke ibu dengan posisi menyanggah seluruh tubuh bayi, kepala dan tubuh bayi lurus

menghadap ke dada ibu sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu ibu.

Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa, sehingga bibir bawah bayi

terletak di bawah puting susu. Meletakkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu

menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, dan bibir bawah bayi

membuka lebar. puting, kemudian memilih posisi duduk atau berbaring.

11. Menganjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang,

karbohidrat (nasi, kentang, roti), protein (tahu, tempe, daging, ikan, telur),vitamin

(buah dan sayur) dan memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung

protein untuk mempercepat penyembuhan luka perineum. Selain itu dengan

pemenuhan nutrisi bergizi seimbang mampu menambah tenaga ibu serta

pemenuhan nutrisi untuk produksi ASI, serta makanan yang berserat.

12. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah

perineum dengan pengganti pakaian dalam apabila terasa lembab, basah, kotor dan

apabila ibu sudah tidak nyaman lagi dan mengganti pembalut ialah 3 jam sekali

atau bila keadaan pembalut telah penuh atau dirasa tak nyaman.

13. Menjelaskan pada ibu tanda bahaya nifas yaitu perdarahan, demam tingggi suhu

tubuh diatas 38 °C, nyeri kepala hebat, bengkak pada kaki, dan depresi berat.

14. Melakukan kolaborasi dengan dokter penangung jawab pasien, ibu diberikan obat

ceftriaxone injeksi 1 gr 2 kali sehari, Vitamin A, tablet besi 3 kali sehari, asam

mefenamat 500 mg 3 kali sehari


15. Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan

VII. Evaluasi
Tanggal : 18 November 2021 pukul 10.50 WIB
1. Ibu telah menandatangani format informed consent.

2. Respon ibu baik dalam pemberian pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka

perineum, manfaat ASI ekslusif, menjaga kebersihan diri, pentingnya istirahat,

makanan gizi seimbang, tanda bahaya nifas, teknik menyusui yang benar.

3. Ibu memahami dan bersedia melaksanakan setiap penjelasan yang telah diberikan.

4. Perawatan luka perineum telah dilakukan, tidak terdapat tanda tanda infeksi dan

perdarahan.

5. Ibu telah mendapatkan injeksi ceftriaxone 1 gr dan meminum obat sesuai anjuran

dokter.

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS


PADA NY”J” DENGAN PERWATAN LUKA PERINEUM

Catatan Perkembangan
Tanggal/Pukul : 19 November 2021 Pukul : 09.00 WIB

Tempat : Ruang Nifas Rsud Ahmad Ripin Muaro Jambi

A. DATA SUBJEKTIF

1. Ibu mengeluh masih merasakan nyeri pada daerah luka jahitan namun sudah mulai

berkurang.

2. Ibu mengatakan masih ada pengeluaran darah dari jalan lahir

3. Ibu telah dapat beranjak dari tempat tidur tanpa dibantu

4. Ibu belum dapat beraktivitas seaktif biasanya

5. Ibu telah mengganti pembalutnya dengan rutin dan pada saat kunjungan
6. Ibu telah menyusui bayinya dan pengeluaran ASI lancar

7. Ibu telah buang air kecil

B. DATA OBJEKTIF

1. Masa nifas hari pertama

2. Keadaan umum ibu baik

3. Kesadaran composmentis

4. Ekspresi ibu sedikit meringis bila terlalu banyak bergerak

5. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80 kali/menit, teratur

Suhu : 36,6ºC, aksilar

Pernapasan : 22 kali/menit

6. Berat badan sekarang : 58 kg

7. Pemeriksaan fisik terfokus

a. Wajah

Inspeksi : tidak pucat

Palpasi : tidak ada pitting oedem

b. Mata

Inspeksi : konjungtiva merah mudah, sklera tidak ikterus

c. Payudara

Inspeksi : tampak pembesaran, tidak ada peradangan, puting susu mulai

menonjol

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, bila dilakukan penekanan pada aerolaada

pengeluaran ASI

d. Abdomen
Inspeksi : tidak ada bekas luka operasi, tampak linea nigra dan striae livid

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi

uterus baik teraba bundar dan keras

e. Vulva dan perineum

Inspeksi : tidak ada varices, terdapat pengeluaran lochia rubra, terdapat luka

jahitan tampak masih sedikit lembab

Palpasi : terdapat nyeri tekan, tidak pitting oedem Pada luka jahitan tidak

terdapat pus/nanah, suhu perineum kurang lebih sama dengan suhu tubuh

sekitarnya, tidak ada bau busuk dari daerah luka

f. Ekstremitas

Inspeksi : tidak varices

Palpasi : tidak ada pitting oedem

C. ASSASMENT

P1 A0 Post partum hari pertama dengan luka perineum

D. PLANNING

Tanggal 19 November 2021

1. Memberitahu kepada ibu bahwa kondisinya saat ini dalam keadaan baik. Hasil: ibu

mengerti dan telah mengetahui kondisinya saat ini

2. Mengobservasi kontreaksi uterus sebagai upaya pencegahan perdarahan

postpartum.

Hasil: kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras.

3. Menjelaskan kepada ibu penyebab masih keluarnya darah dari jalan lahir

yaitudisebabkan oleh terjadinya involusi uteri atau proses pengecilan uterus


kembaliseperti keadaan sebelum hamil, dan pengeluaran darah yang keluar

tidaklah banyak dan masih berwarna merah.

Hasil: ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan sudah tidak

merasakhawatir.

4. Menganjurkan ibu tetap melakukan aktivitas secara bertahap dan menghindari

pekerjaan yang terlalu berat, karena dengan mobilisasi dini dapat membantu

proses penyembuhan luka serta pencegahan infeksi pada luka episiotomy.

Hasil: ibu mengerti dan bersedia beraktivitas secara bertahap.

5. Menganjurkan ibu saat membersihkan daerah genitalianya dengan membasuh dari

arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di

sekitar vagina dan perineum, setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk

lembut, lalu kenakan pembalut baru.

Hasil: ibu mengerti dan bersedia melakukannya

6. Menganjurkan ibu mengganti pembalutnya sekali dalam ± 4 jam atau jika ibu

merasa pembalut telah penuh bahkan jika ibu merasa sudah tidak nyaman.

Hasil: ibu bersedia melakukannya.

7. Menganjurkan kepada ibu bila membasuh daerah genitalia cukup menggunakan air

biasa yang bersih, jangan pernah menaburinya dengan bedak atau ramuan-ramuan.

Hasil: ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

8. Memberikan pendidikan kesehatan tentang istirahat yang cukup yaitu ± 8 jamdi

malam hari dan ± 2 jam di siang hari untuk masa pemulihan tenaga ibu setelah

melahirkan.

Hasil: ibu bersedia melakukannya.

9. Menganjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang

yaitukarbohidrat (nasi, kentang, roti), protein (tahu, tempe, daging, ikan,


telur),vitamin (buah dan sayur) dan memperbanyak konsumsi makanan

yangmengandung protein untuk mempercepat penyembuhan luka perineum. Selain

itu dengan pemenuhan nutrisi bergizi seimbang mampu menambah tenaga ibu

serta pemenuhan nutrisi untuk produksi ASI, serta makanan yang berserat agar

saat buang air besar ibu tidak kesulitan atau terjadi konstipasi.

Hasil: ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

10. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan hubungan suami istri selama 6

minggu atau 40 hari karena batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran

pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomy biasanya

telah sembuh dengan baik.

Hasil: ibu mengerti dengen penjelasan yang diberikan.

11. Menjelaskan tanda-tanda infeksi pada luka perineum yakni terdapat warna

kemerahan daerah luka perineum, adanya pengeluaran darah yang banyak padahal

sebelumnya sudah tidak, terasa panas daerah genitalia, bahkan mengeluarkan

nanah dan mengeluarkan bau yang sangat menyengat dari luka perineum hingga

jalan lahir, bahkan suhu tubuh melebihi 37,5ºC.

12. Menganjurkan kepada ibu untuk segera kepelayanan kesehatan segera mungkin

bila merasa ada tanda-tanda infeksi pada luka perineum atau bila memiliki keluhan

lainnya.

Hasil: ibu bersedia melakukannya.

13. Menganjurkan pada ibu untuk tetap meminum obat sesuai dengan anjuran dokter.

Hasil: ibu bersedia melakukannya.


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil

tinjauan kasus pelaksanaan asuhan kebidanan nifas pada Ny. J di Rsud Ahmad Ripin tanggal

18 November 2021 dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari 7

langkah Varney (2007).

4.1 Pengumpulan Data Dasar

Pengumpulan data dasar adalah menghimpun informasi tentang klien.Data yang

dikumpulkan adalah data yang tepat yaitu data yang relefan dengan situasi yang sedang

ditinjau atau data yang memiliki berhubungan dengan situasi yang ditinjau. Tehnik

pengumpulan data ada tiga, yaitu: observasi, wawancara, pemeriksaan. Observasi adalah

pengumpulan data melalui indra penglihatan (perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi

wajah), pendengaran (bunyi batuk, bunyi napas), penciuman(bau nafas, bau luka) serta

perabaan (suhu badan, nadi) (Asri dan Clervo,2012).


Pada tahap pengumpulan data dasar, penulis tidak menemukan hambatan yang

berarti, karena pada saat pengumpulan data pada Ny. J maupun keluarga serta bidan dan

dokter yang ada di ruangan dapat memberikan informasi secara terbuka sehingga dapat

memudahkan penulis untuk memperoleh data-data yang diinginkan sesuai dengan

permasalahan yang diangkat.

Pengkajian data dasar pada kasus ibu nifas dengan luka Peineum dilakukan

pertama kali pada saat ibu masuk keruangan nifas.Pengkajian meliputi anamnesis

langsung diperoleh dari ibu sendiri.Pengkajian ini berupa identitas ibu, riwayat kehamilan

dan persalinan, riwayat kesehatan yang lalu, riwayat keluarga berencana,riwayat

psikososial, spiritual dan ekonomi serta pola pemenuhan dasar.Pengkajian data objektif

diperoleh melalui pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital dan

pemeriksaan fisik.

Pada kasus Ny. J merupakan masa nifas normal dilihat dari hasil pemeriksaan

yang telah dilakukan yang menunjukkan pemeriksaan fisik dalam batas normal, tanda-

tanda vital normal, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, lokhea rubra dan

tidak ada tanda tanda yang menunjukkan tanda bahaya dalam masa nifas. Pada saat

plasenta lahir tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat (Dewi dan Sunarsih, 2011).Lochea

rubra adalah lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. Cairan

yang keluar warna merah karenaberisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding

rahim,lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan meconium (Nanny, 2011). Berdasarkan hal

tersebut menunjukkan tidak ada kensenjangan antara teori dan kasus.

Dalam pengkajian pada asuhan kebidanan nifas normal pada Ny. J didapat ibu

mengeluh nyeri pada luka perineum. Ibu dapat merasakan adanya nyeri dan

ketidaknyamanan atau tidak. Asuhan yang tepat segera setelah persalinan dapat

tmembantu mengurangi edema dan memar.Ketika bidan melakukan pengkajian


postpartum,khususnya pada beberapa hari pertama setelah persalinan, sebaiknya semua

ibu ditanyamengenai ketidaknyamanan pada area perineum. Informasi dan saran yang

jelas dari bidan akan membantu menenangkan ibu dan juga sangat membantu jika ibu

memiliki pemahaman yang kurang mengenai nyeri perineum dan merasa cemas dengan

fungsi perkemihan defekasi atau seksual postpartum (Fraser & Cooper, 2009).

Berdasarkan keterangan diatas menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

4.2 Interpretasi Data Dasar

Interpretasi data dikembangkan dari data dasar ke masalah atau disgnosa khusus

yang terindetifikasi. Masalah dan diagnosa sama-sama dipakai karena beberapa masalah

tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosa tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk

membuat suatu perencanaan yang menyeluruh dalam penaganan pasien/klien (Varney,

2007).

Hasil pengkajian pada kasus Ny. J didapatkan data subjektif dan objektif yang

diperoleh menunjukkan diagnosa nyeri luka jahitan perineum.Pasien mengeluhkan

merasakan nyeri pada jahitan perineum dikarenakan robekan perineum pada saat proses

persalinan dan dari hasil pemeriksaan terdapat jahitan pada perineum. Pada proses

persalinan sering terjadi ruptur perineum yang disebabkan antara lain: kepala janin lahir

terlalu cepat, persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya, riwayat jahitan perineum,

pada persalinan dengan ruptur bahu perineum. Nyeri adalah pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan

potensial.Menurut Jeltzer&Bare (2002), Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk

mencari bantuan perawatan kesehatan. Berdasarkan keterangan diatas tidak didapatkan

kesenjangan antara teori dengan kasus.

4.3 Diagnosa/Masalah Potensial


Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lainnya berdasarkan masalah yang

sudah ada adalah suatu bentuk antisipasi/pencegahan yang dirasa perlu, serta suatu bentuk

kewaspadaan dan persiapan dalam menghadapi masalah/penyulit sehingga dapat

memberikan asuhan yang aman dan sesuai standar (Varney, 2007).

Pada kasus Ny. J Potensial akan terjadi infeksi pada luka perineum. Kondisi ibu pada

kasus Ny. J saat ini dengan nyeri luka perineum akibat rusaknya otot-otot perineum dari

proses persalinan, terdapat pengeluaran lochia pada jalan lahir, hal inilah yang dapat

memicu terjadinya infeksi luka perineum. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa luka

perineum merupakan rusaknya jaringan daerah perineum tersebut, dimana luka tersebut

berada di daerah yang lembab dan rentan akan masuknya kuman-kuman. Pada masa nifas

masih terdapat pengeluaran darah lochia dan kotoran yang keluar dari vagina.Vagina

merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki kuman dan mengakibatkan terjadinya

infeksi dan kemudian dapat menjalar ke rahim (Marmi, 2012). Berdasarkan keterangan

diatas menujukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

4.4 Identifikasi Tindakan Segera/Kolaborasi

Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnosa atau masalah potensial

dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang mungkin muncul sehubungan

dengan keadaan yang dialami ibu.(Varney 2007).

Pada kasus Ny J dilakukan kolaborasi dengan dokter penanggung jawab pasien untuk

terapi pengobatan untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi resiko infeksi.Antisipasi

pertama untuk mencegah terjadinya infeksi yang dilakukan pada ibu nifas dengan luka

perineum yakni berkolaborasi dengan dokter,untuk meresepkan obat-obat yang sewaktu-

waktu diperlukan oleh ibu nifas dengan luka perineum dan antisipasi/bila terjadi infeksi,

seperti analgetik, antiinflamasi,antibiotik (Asri dan Clervo, 2012). Berdasarkan hal

tersebut tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.


4.5 Perencanaan

Dibuat berdasarkan diagnosa yang muncul serta membantu klien mengatasi masalah

dan kebutuhannya. Membuat rencana asuhan yang komprehensif ditentukan oleh langkah

sebelumnya yaitu dari masalah dan diagnosa yang sedang terjadi serta mencakup

bimbingan atau konseling yang berkaitan dengan masalah/kondisi pasien saat itu untuk

mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan dan perubahan perilaku klien sesuai harapan

(Varney, 2007).

Rencana asuhan kebidanan masa nifas normal pada Ny.J Dengan luka perineum

berupa perawatan luka perineum, observasi tanda vital, perdarahan, tinggi fundus uteri

dan kontaksi uterus, pendidikan kesehatan tentang perawatan luka perineum, manfaat ASI

ekslusif, menjaga kebersihan diri, pentingnya istirahat, makanan gizi seimbang, tanda

bahaya nifas, teknik menyusui yang benar. Hal ini sesuai dengan Kemenkes (2018) yang

menyatakan bahwa Aktivitas edukasi yang diberikan pada masa postpartum mencakup

asuhan untuk ibu postpartum, asuhan untuk bayi, edukasi tentang ayah/pasangan, serta

tentang emosi dan seksual dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Istirahat dan tidur yang adekuat.

2. Diet dan nutrisi yang seimbang untuk masa nifas dan menyusui.

3. Personal higiene terutama area vulva dan perineum.

4. Pencegahan infeksi.

5. Pola hidup sehat, cuci tangan, hindari terhadap paparan rokok, mungkin dari

lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitar.

Berdasarkan hal diatas tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik

4.6 Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan masalah klinis, membuat suatu

keputusan dan memberi perawatan. Pada tahap ini, pelaksanaan adalah melaksanakan
perencanaan asuhan yang menyeluruh. Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan, bidan

berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, atau oleh klien itu sendiri. Walaupun ada

beberapa pelaksanaan yang tidak dilakukan oleh bidan itu sendiri namun bidan tetap

berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaannya dan memastikan langkah-langkah

tersebut benar-benar terlaksana (Varney, 2006).

Tindakan yang dilakukan dalam asuhan kebidanan masa nifas normal pada Ny.J

dilaksanakan sesuai yang telah direncanakan.Dalam pelaksanaan asuhan tidak terdapat

hambatan dan pelaksanaan asihan sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dialami ibu.

4.7 Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telahterpenuhi

sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah.Rencana

asuhan apakah sudah efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2007).Ada kemungkinan

bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat

bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan

makaperlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui

manajemenkebidanan serta melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan

tersebut(Kemenkes, 2018).

Evaluasi dalam asuhan kebidanan nifas normal pada Ny.J dengan luka perineum

didapat bahwa ibu dalam keadaan baik, tanda-tanda vital, perdarahan, tinggi fundus uteri,

kontraksi uteri baik dan tanda-tanda infeksi pada luka perineum tidak ada. Ibu mengerti

dan bersedia menjalankan anjuran anjuran yang telah diberikan.Pada catatan

perkembangan pada hari pertama masa nifas ibu masih merasakan nyeri, namun rasa nyeri

tersebut mulai berkurang. Sesuai dengan teori Luka perineum secara bertahap akan

berkurang nyerinya dan penyembuhan traumaperineum biasanya terjadi dalam 7-10 hari
postpartum (Fraser & Cooper, 2009). Berdasarkan keterangan diatas tidak ada

kesenjangan anatara teori dan praktik.

4.8 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Setelah dilakukan pendokumentasian dengan 7 langkah manajemen Varney pada

asuhan kebidanan masa nifas normal, dilanjutkan dengan pendokumentasian dengan

catatan perkembangan SOAP. Langkah ini dilakukan sesuai dengan teori sehingga

pendokumentasian pada kasus Ny. J dilakukan secara menyeluruh dan sistematis. Oleh

Karena itu, tidak terjadi kesenjangan antara teori dan penerapan kasus di lahan praktik.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Nifas Normal pada Ny. J dengan
luka perineum di Rsud Ahmad Ripin menggunakan manajemen kebidanan menurut
Varney, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
a. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Pengumpulan data Dasar atau pengkajian dilakukan dengan anamnesa untuk
memperoleh data subjektif dan dengan Pemeriksaan untuk memperoleh data
objektif.Pada kasus Ny. J, tahap pengumpulan data ini dilakukan sesuai dengan
teori sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan penerapan kasus di lahan
praktik.
b. Langkah II : Intepretasi Data
Intepretasi data dilakukan dengan menganalisa data dasar yang diperoleh sehingga
bisa menegakkan diagnosa dan masalah sesuai dengan keadaan ibu. Pada kasus
Ny. J, ditegakkan diagnosa yaitu post partum 6 jam pertama dengan luka
perineum Masalah yang muncul dalam kasus ini adalah rasa nyeri pada luka
perineum. Pada tahap ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan penerapan
kasus di lahan praktik.
c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada kasus Ny. J diagnosa potensial yang ditegakkan adalah infeksi pada luka
perineum.
d. Langkah IV : Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera/Kolaborasi
Pada kasus Ny. J dilakukan kolaborasi dengan dokter penanggung jawab pasien
terhadap terapi pengobatan.
e. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Komprehensif/Menyeluruh
Rencana asuhan dibuat sesuai degan kebutuhan pasien dan teori asuhan
kebidanan masa nifas normal.
f. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan/Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada
kasus Ny. J semua perencanaan dapat dilaksanakan sesuai dengan diagnosa,
masalah dan kebutuhan klien sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
penerapan kasus di lahan praktik.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada evaluasi kasus Ny. J, dengan luka perineum didapat bahwa ibu dalam
keadaan baik, tanda-tanda vital, perdarahan, tinggi fundus uteri, kontraksi uteri
baik dan tanda-tanda infeksi pada luka perineum tidak ada. Pada langkah ini,
tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik kasus di lahan karena secara
garis besar terdapat persamaan.
5.2 Saran
a.Bagi Rsud Ahmad Ripin Muaro Jambi
Diharapkan dapat meningkatkan manajemen asuhan kebidanan terhadap nifas
dengan perawatan luka perineum.
b.Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan
Diharapkan dapat menambah wawasan khususnya mahasiswa kebidanan dalam
menerapkan asuhan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum.
c.Bagi penulis
Diharapkan dapat mengaplikasikan apa yang telah di dapat selama perkuliahan
dalam asuhan kebidanan terhadap nifas dengan perawatan luka perineum.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati retna & wulandari, (2018)


Asuhan Kebidanan Nifas. Cetakan 5.Mitra Cendikia Press.Yogyakarta
Asri, H. D, dan C. Clervo, P (2012)
Asuhan Persalinan Normal. Nuha Media. Yogyakarta .
Bare & Jeltzer (2002)
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih bahasa Agung
Waluyo) Edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta.
Bobak, L. (2004)
Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. EGC. Jakarta.
Celly.(2010)
Pengaruh pengunaan daun sirih terhadap percepatan luka perineum ibu nifas.
Cunningham, FG., dkk. (2007)
Obstetri Williams. UK: Lippincott.
__________________ (2012).
Obstetri Williams. Volume 1. McGraw-Hill Education. New York.
Darmadi (2008)
Infeksi Nosokomial. Salemba Medika. Jember.
Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. (2011)
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Salemba Medika. Jakarta.
Dian Nurafifah, 2017
Pengaruh Pemberian Povidone Iodine 10% Terhadap Kecepatan Penyembuhan Luka
Perineum Pada Ibu Postpartum Di Bidan Praktik Mandiri Ani Mahmudah Kabupaten
Lamongan.Jurnal Kebidanan Volume 5 Nomor 2, 114-119.
Fraser, D.M. & Cooper, M.A. (2009)
Myles Buku Ajar Bidan (Edisi 14). : EGC.Jakarta.
Kemenkes RI, (2018)
Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta.
___________ (2015).
Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
Marmi. (2012)
Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “ Peurperium Care”. : pustaka
pelajar .Yogyakarta.
Maryam Aradmeh,at al, 2017.
The Effect of Chamomile Cream on Episiotomy Pain in Primiparous Women: A
Randomized Clinical Trial. Journal of Caring Sciences Volume 6 Nomor 1, 19-28,
Mochtar, R. (2010)
Sinopsis obstetri: obstetri fisiologi obstetri patologi. EGC. Jakarta.
Prawirohardjo, S., dkk. (2009)
Ilmu kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Yayasan PT BinaPustaka Yayasan Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
Rini Anggeriani, 2018
Efektifitas Pemberian Air Daun Sirih (Piper Betle L) Terhadap Kecepatan
Penyembuhan Luka perineum Pada Ibu Post Partum.Jurnal Ilmiah Multi Science
Kesehatan Volume 9 Nomor 2, 80-87.
Saifuddin, Abdul Bari (2010)
Ilmu Kebidanan, edisi4.Bina Pustaka Jakarta.
Varney, H. et al. (2007)
Midwifery. UK: Lippincot.
Ai Yeyeh Rukiyah (2018)
Asuhan Kebidanan Pada masa ibu nifas;Jakarta

Anda mungkin juga menyukai