PEMBIMBING :
Herinawati, M.Keb
DISUSUN OLEH:
Nadianingsih
Jambi, 2021
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disahkan “Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Fisiologis Pada Masa Nifas”
guna memenuhi tugas Stase Nifas program studi profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi
tahun 2021.
Mahasiswa
Nadianingsih
PO.71242210040
Mengetahui:
Perseptor Akademik
(Herinawati, M.Keb)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................i
Lembar pengesahan.....................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
1.4 Manfaat...........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asuhan kebidanan Nifas mormal ..................................................................7
2.2 2.3 Teori EBM (Evidence Based Midwifery)................................................38
2.3 Konsep dasar manajeman Asuhan Kebidanan .............................................54
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan Nifas dengan Luka Perineum........................................59
3.2 Catatan Perkembangan..................................................................................69
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data Dasar..............................................................................74
4.2 Interpretasi Data Dasar..................................................................................76
4.3 Diagnosa/Masalah Potensial.........................................................................77
4.4 Identifikasi Tindakan Segera/Kolaborasi......................................................77
4.5 Perencanaan..................................................................................................78
4.6 Pelaksanaan...................................................................................................79
4.7 Evaluasi.........................................................................................................80
4.8 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan.........................................................81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..................................................................................................82
5.2 Saran.............................................................................................................83
Daftar Pustaka..........................................................................................................85
BAB I
PENDAHULUAN
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhirketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2009).Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini
karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibatkehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi kematian ibu pada masa
nifas yaitu dengan mengeluarkan kebijakan kunjungan nifas paling sedikit 4 kali.
Kunjungan masa nifas tersebut terdiri dari kunjungan pertama (6-8 jam setelah
masa nifas ini dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk
involusi uterus dan pengeluaran lochea, laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan
sistem tubuh lainya, perubahan psikis (Saifuddin, 2010). Berdasarkan dari perubahan
perubahan tersebut maka ibu nifas normal membutuhkan kebutuhan dasar yang meliputi
2012).
100.000 kelahiran hidup di Negara maju sedangkan rasio angka kematian bayi sekitar
29 per 1000 kelahiraan hidup di Negara berkembang dan 5per 1000 kelahiran hidup di
Negara maju pada tahun 2015. Pada tahun 2015 terjadi kasus ruptur perineum pada ibu
bersalin. Terdapat2,7 juta kasus ruptur perineum pada ibu bersalin, dimana angka ini
diperkirakan akanmencapai 6,3 juta pada tahun 2050. Di Amerika26 juta ibu bersalin
yang mengalami rupture perineum.Di Asia ruptur perineum juga merupakan masalah
yang cukup banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian rupture perineum di Dunia
terjadi di Asia.
Asuhan pada masa nifas sangat penting dilakukan oleh tenaga kesehatan guna
mendeteksi adanya perdarahan masa nifas. Asuhan kebidanan masa nifasatau perawatan
post partum dan infeksi. Oleh karena itu penolong persalinan berwaspada sekurang –
berlangsung lama. Masa nifas merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi dan
diperkirakan 60% kematian ibu termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dala 24 jam setelah persalinan, salah satu komplikasi yang
sering terjadi pada masa nifas adalah ruptur perineum yang terjadi pada hampir semua
persalinan primigravida dan tidak jarang pada persalinan berikutnya yang dapat
jika tidak terjaga dengan baik pada masa nifas dapat menimbulkan terjadinya infeksi
pada vagina dan dapat meluas sampai ke rahim. Infeksi masa nifas merupakan
terjadinya infeksi post partum dikarenakan luka bekas pelepasan pasenta, laserasi pada
saluran genetalia termasuk episiotomi dan laserasi. Robekan jalan lahir merupakan luka
atau robekan yang jaringan yang tidak teratur (Walyani 2015). Perawatan luka
perineum pada ibu setelah melahirkan berguna untuk mengurangi rasa ketidak
jahitanperineum. Salah satu solusi bagi ibu nifas untuk mempercepat penyembuhan
lukaperineum selain menggunakan obat medis dan asupan gizi yang baik adalah vulva
hygiene.
Hasil penelitian Verby Divini Prety Tulas (2017) yang berjudul Hubungan
Perawatan Luka Perineum Dengan Perilaku Personal Hygiene Ibu Post Partum Di
Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado menunjukkan uji statistik uji chi-square
di peroleh nilai p value = 0.001 yang bearti ada hubungan antara perawatan luka
perineum dengan perilaku personal hygiene ibu post partum di Rumah sakit Pancaran
Yang Mempengaruhi Lamanya Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Ruang
antara usia dengan lama penyembuhan luka perineum. Hasil uji analisis Fishers Exact
Test diperoleh P value lebih kecil dari nilai P(0,018<0,05) artinya terdapat hubungan
antara status gizi dengan lama penyembuhan luka perineum. Hasil uji analisis chi
square diperoleh P value lebih besar dari nilai P (0,221<0,05) artinya tidak ada
asuhan kebidanan ibu nifas Fisiologis terhadap Ny. J dengan luka perineum di RSUD
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam laporan ini
adalah “Bagaimana Asuhan kebidanan pada ibu Nifas Fisiologis terhadap Ny. J
1.3 Tujuan
A. Tujuan umum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Fisiologis Terhadap Ny.
B. Tujuan khusus
Mampu melakukan identifikasi dan analisis data dasar pada Ny. J dengan
1.4 Manfaat
A. Bagi Lahan
kebidanan dalam menerapkan asuhan pada ibu nifas dengan perawatan luka
perineum serta dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi mahasiswa
pembaca.
C. Bagi penulis
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber : Saleha, 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, halaman 55.
b. Lochea
Lochea adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina selama Masa
nifas. Lochea mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organiJe
berkembang lebih cepat dari pada vagina normal. Lochea mempunyai bau
amis, meskipun tidak terlalu menyengat, dan volumenya berbeda-beda pada
setiap ibu. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi. Empat jenis
lochea sesuai dengan warnanya adalah sebagai berikut :
1) Lochea rubra/ kruenta (merah) Merupakan cairan bercampur dan sisa-sisa
penebalan dinding rahim (desidua) dan sisa-sisa penanaman plasenta
(selaput ketuban), berbau. Lochea rubra keluar sampai 2 hari postpartum.
2) Locheasangualenta berwarna merah kekuningan berisi darah dan lendir
yang keluar pada hari k3 sampai ke-7 pascapersalinan.
3) Lochea serosa (kuning) Lochea ini berwarna kuning kecoklatan atau
serum, pengeluarannya pada hari ke 7-14 post partum.
4) Lochea alba (putih) Lochea ini terdiri dari lekosit, lendir leher rahim, dan
jaringan-jaringan mati yang lepas dalam proses penyembuhan. Lochea alba
keluar selama 2-3 minggu.
5) Lochea purulenta: tarjadinya infeksi, keluar cauran seperti nanah baerbau
busuk
6) Lochea statis : lochea tidak lancar keluar (Saleha, 2013)
c. Serviks
Serviks mengalami involusi uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna
dapat dimasuki oleh 2 minggu 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan
serviks menutup. (Nugroho, 2016).
d. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perengangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keaadaan kendur. Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali kepada keaadaan tidak hamil dan ruge
dalam vagina secara berangsung-ansur akan muncul kembali sementara labia
menjadi lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke
5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun
tetap lebih kendur daripada keadan sebelum melahirkan.
5. Kebutuhan Dasar Ibu
a. Gizi
Ibu nifas dianjurkan untuk makan diet berimbang, cukup karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral. Mengkonsumsi makanan tambahan,
nutrisi 800 kalori/hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan
tahun kedua 400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut adalah tambahan dari
kebutuhan kalori perharinya. Missal pada ibu dengan kebutuhan perhari 1800
kalori plus tambahan 800 kalori sehingga kalori yang dibutuhkan sebanyak
2600 kalori. Demikian pula pada 6 bulan selanjutnya dibutuhkan rata-rata 2300
kalori dan tahun kedua 2200 kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter didapat
dari air minum dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan
makanan yang lain. Mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari.
Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk
suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan
tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada bulan – bulan
pertama kehidupan bayi bergantung pada vitamin A yang terkandung dalam
ASI (Widyasih 2015).
b. Istirahat dan Tidur
Anjurkan ibu untuk :
1) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan
2) Tidur siang atau isturahat selagi bayi tidur
3) Kembali kegiatan rumah tangga secara perlahan – lahan
4) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk
istirahat pada siang kira – kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :
a) Mengurangi jumlah ASI
b) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan
perdarahan
c) Depresi (Yuni 2015)
c. Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan
setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh
yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Selama
kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti
dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot dasar
panggul. Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga
kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah
melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan
ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam melahirkan) dapat
membantu Rahim untuk kembali kebentuk semula.
Tujuan senam nifas :
a) Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu
b) Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan
c) Membantu memulikan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul, perut
dan perineum terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan
d) Memperlancar pengeluaran lochea
e) Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan
f) Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan
g) Meminilisasi timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli,
trombosia dan lain-lain (Suherni, 2013).
6. Proses Adaptasi dan Psikologi Ibu Nifas
Perubahan emosi normal yang dapat terjadi pada masa nifas menurut Marmi,
(2015) yaitu:
a. Perasaan yang kontradiktif dan bertentangn, mulai dari kepuasan,
tampak didominasi oleh hal baru dan asing yang tidak terduga ini.
dingin terhadap periwtiwa yang baru terjadi, terutama bila ibu mengalami
c. Beberapa ibu mungkin merasa dekat dengan pasangan dan bayi, sama
halnya dengan ibu yang idak tertarik dengan bayinya, meskipun beberapa
ibu yang ingin menyusui menginginkan adanya kontak kulit dan segera
menyusui.
e. Takut terhadap hal yang tidak diketahui dan terhadap tanggung jawab yang
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
2 Informed Consent.
Pada derajat 3 dilakukan dengan teliti : dinding depan rectum yang robek
dijahit, kemudian fasia prarektal ditutup, dan muskulus sfingter ani eksternus yang
robek. dijahit. Lakukan penutupan robekan. Sedangkan pada derajat 4 dilakukan
rujukan.
8. Waktu Perawatan
a. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu postpartum pasti melepaskan pembalut, setelah terbuka
maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung
pada pembalut, maka perlu dilakukan penggantian pembalut, untuk itu perlu
dilakukan pembersihan perineum
b. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni
pada rektum akibatnya pemicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu
perlu pembersihan perineum.
c. Setelah buang air besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke
perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus
perineum secara kseluruhan (Nugroho 2016)
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi lama penyembuhan luka perineum
a. Faktor eksternal
1) Status Gizi
Status gizi mempengaruhi kecepatan penyembuhan luka. Status gizi
yang buruk mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yang memberi
perlindungan terhadap penyakit infeksi seperti penurunan sekretori imuno
globulin A (AIgA) yang dapat memberikan kekebalan permukaan membran
mukosa, gangguan sistem fagositosis, gangguan pembentukan kekebalan
humoral tertentu, berkurangnya sebagian komplemen dan berkurangnya
thymus sel (T).
2) Lingkungan
Dukungan dari lingkungan keluarga, dimana ibu akan selalu merasa
mendapatkan perlindungan dan dukungan serta nasihat nasihat khususnya
orang tua dalam merawat kebersihan setelah persalinan.
3) Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum,
termasuk oleh kalangan masyarakat. Misalnya untuk perawatan kebersihan
genital, masyarakat tradisional menggunakan daun sirih yang direbus
dengan air kemudian dipakai untuk cebok.
4) Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan setelah persalinan sangat
menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu
kurang, terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan luka akan
berlangsung lama.
5) Sosial ekonomi
Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama penyembuhan
perineum adalah keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktifitas
sehari-hari setelah persalinan.
6) Penanganan petugas
Pada saat persalinan, cara membersihkannya harus dilakukan dengan
tepat oleh penanganan petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu
penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum.
b. Faktor internal
1) Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi
pada orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini
disebabkan suplai darah yang kurang baik, status nutrisi yang kurang atau
adanya penyakit penyerta. Sehingga penyembuhan luka lebih cepat terjadi
pada usia muda dari pada orang tua.
2) Sarana prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam
perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum,
misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.
3) Penanganan jaringan
Penanganan yang kasar menyebabkan cedera dan memperlambat
penyembuhan.
4) Hipovolemia
Volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokonstriksi
dan penurunan oksigen dan nutrien yang tersedia untuk penyembuhan luka.
5) Faktor lokal Edema
Penurunan suplai oksigen melalui gerakan meningkatkan tekanan
interstisial pada pembuluh.
6) Personal hygiene
Personal hygiene (kebersihan diri) yang kurang dapat memperlambat
penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu
dan kuman.
7) Aktivitas yang berlebih
Aktivitas yang berlebih dapat menghambat perapatan tepi luka serta
mengganggu penyembuhan yang diinginkan.
8) Penyakit penyerta
Pada penyakit diabetes melitus (terjadi kerusakan imunitas), pada
penderita yang mendapat radioterapi juga mempengaruhi penyembuhan
luka karena akan terjadi penurunan vaskularisasi jaringan dan
penyembuhan luka pada daerah yang diradiasi sering terganggu(Rusjiyanto,
2009).
10. Pathway
Faktor predisposisi
Kala pengeluaran
Rupture perineum
dasar ini termasuk Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, tinjauan catatan
saat ini, riwayat catatan kesehatan lampau, tinjauan singkat data penunjang dari
beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnose tetapi tetap perlu
penaganan pasien/klien.
kritis pada pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan tindakan
masalah yang sudah ada adalah suatu bentuk antisipasi/pencegahan yang dirasa
standar.
Penanganan Segera
periodic selama kunjungan ANC tetapi juga selama bidan terus bersama wanita
itu sampai siklus berikutnya (bersalin, nifas, KB, Menopouse dan sterusnya)
sebelumnya yaitu dari masalah dan diagnose yang sedang terjadi serta
pasien saat itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan dan
membuat suatu keputusan dan memberi perawatan. Pada tahap ini, kegiatannya
dapat dilakukan oleh bidan, bidan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya,
atau oleh klien itu sendiri. Walaupun ada beberapa pelaksanaan yang tidak
dilakukan oleh bidan itu sendiri namun bidan tetap berkewajiban untuk
benar terlaksana.
I
n
i
Lamanya persalinan :
BB : 3100gram PB : 47 cm
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Makan : 3 kali/hari ;
Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi : nasi, sayur, lauk, buah, air putih,
susu
Pola istirahat : Tidur : 8-9 jam/hari : Tidur terakhir jam : 10.00 Wib
Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola istirahat & Psikososial: tidak ada
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
N : 84 x/mnt S : 36,5°C
Turgor : Baik
Mata :
Penghilatan : Jelas
Payudara : Simetris
Abdomen
Kontraksi : baik
Ano-genetalia
Lochia : rubra
2. Pemeriksa Penunjang
Hematokrit :-
Trombosit : -
Leukosit :-
N : 84 x/mnt S : 36,5°C
Rasional : Ibu harus mengetahui keadaan diri dan janinnya sehingga ibu dapat
4. Jelaskan penyebab nyeri luka jahitan Perineum yang dirasakan ibu disebabkan
oleh adanya pemisahan jaringan atau otot-otot perineum dari akibat robekan
perineum.
jaringan.
Rasional : Membersihkan vagina dan bagian perineum setelah buang air, gunakan
air hangat, keringkan area vagina dan perineum menggunakan tisu atau kain yang
bersih, ganti pembalut setiap 4-6 jam, biarkan perineum dan vagina sembuh
dengan sendirinya.
Rasional : Dengan istirahat yang cukup, tubuh menjadi lebih sehat, mengontrol
berat badan, meredakan rasa nyeri, memperbaiki suasana hati, meningkatkan daya
dan anak.
Rasional : Ibu nifas harus memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makanan seimbang,
agar dapat memberikan stamina pada ibu serta dapat memperbanyak ASI.
12. Anjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah perineum.
Rasional : Personal Hygiene pada masa nifas sangat penting guna menjaga diri
secara keseluruhan untuk menghindari infeksi baik luka jahitan maupun kulit.
14. Kolaborasi dengan dokter penangung jawab pasien dalam pemberian terapi obat.
Rasional : Manfaat dari vitamin A, yaitu untuk memperoleh kualitas ASI sehingga
saat melahirkan, tablet FE agar dapat mencegah Anemia pada ibu nifas, serta asam
VI. Pelaksanaan
1. Melakukan informed consent pada ibu dan keluaga.
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ibu dalam keadaan baik,
TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras,dan
4. Menjelaskan penyebab nyeri luka jahitan perineum yang dirasakan ibu disebabkan
oleh adanya pemisahan jaringan atau otot-otot perineum dari akibat robekan
perineum.
5. Menganjurkan ibu mobilisasi dini secara bertahap, ibu telah dapat miring kanan
jaringan.
menyentuh daerah vagina maupun perineum tangan harus dalam keadaan bersih,
membasuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang
dengan handuk lembut, lalu kenakan pembalut baru dan jangan sekali-kali
menaburi daerah perineum dengan bubuk bedak atau bahan lainnya karena itu
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, istirahat yang cukup ± 8 jam
dimalam hari dan ± 2 jam di siang hari. Menjelaskan kepada ibu akibat kurang
9. Jelaskan pada ibu manfaat ASI ekslusif, yakni mengandung kaloridari ASI
memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan, ASI mengandung zat
pelindung, perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat, manfaat bagi ibu dapat
10. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar yaitu mencuc itangan yang bersih
dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitarBayi diletakkan menghadap
ke ibu dengan posisi menyanggah seluruh tubuh bayi, kepala dan tubuh bayi lurus
menghadap ke dada ibu sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu ibu.
Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa, sehingga bibir bawah bayi
terletak di bawah puting susu. Meletakkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu
menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, dan bibir bawah bayi
11. Menganjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang,
karbohidrat (nasi, kentang, roti), protein (tahu, tempe, daging, ikan, telur),vitamin
12. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah
perineum dengan pengganti pakaian dalam apabila terasa lembab, basah, kotor dan
apabila ibu sudah tidak nyaman lagi dan mengganti pembalut ialah 3 jam sekali
atau bila keadaan pembalut telah penuh atau dirasa tak nyaman.
13. Menjelaskan pada ibu tanda bahaya nifas yaitu perdarahan, demam tingggi suhu
tubuh diatas 38 °C, nyeri kepala hebat, bengkak pada kaki, dan depresi berat.
14. Melakukan kolaborasi dengan dokter penangung jawab pasien, ibu diberikan obat
ceftriaxone injeksi 1 gr 2 kali sehari, Vitamin A, tablet besi 3 kali sehari, asam
VII. Evaluasi
Tanggal : 18 November 2021 pukul 10.50 WIB
1. Ibu telah menandatangani format informed consent.
2. Respon ibu baik dalam pemberian pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka
makanan gizi seimbang, tanda bahaya nifas, teknik menyusui yang benar.
3. Ibu memahami dan bersedia melaksanakan setiap penjelasan yang telah diberikan.
4. Perawatan luka perineum telah dilakukan, tidak terdapat tanda tanda infeksi dan
perdarahan.
5. Ibu telah mendapatkan injeksi ceftriaxone 1 gr dan meminum obat sesuai anjuran
dokter.
Catatan Perkembangan
Tanggal/Pukul : 19 November 2021 Pukul : 09.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengeluh masih merasakan nyeri pada daerah luka jahitan namun sudah mulai
berkurang.
5. Ibu telah mengganti pembalutnya dengan rutin dan pada saat kunjungan
6. Ibu telah menyusui bayinya dan pengeluaran ASI lancar
B. DATA OBJEKTIF
3. Kesadaran composmentis
5. Tanda-tanda vital
Pernapasan : 22 kali/menit
a. Wajah
b. Mata
c. Payudara
menonjol
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, bila dilakukan penekanan pada aerolaada
pengeluaran ASI
d. Abdomen
Inspeksi : tidak ada bekas luka operasi, tampak linea nigra dan striae livid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi
Inspeksi : tidak ada varices, terdapat pengeluaran lochia rubra, terdapat luka
Palpasi : terdapat nyeri tekan, tidak pitting oedem Pada luka jahitan tidak
terdapat pus/nanah, suhu perineum kurang lebih sama dengan suhu tubuh
f. Ekstremitas
C. ASSASMENT
D. PLANNING
1. Memberitahu kepada ibu bahwa kondisinya saat ini dalam keadaan baik. Hasil: ibu
postpartum.
3. Menjelaskan kepada ibu penyebab masih keluarnya darah dari jalan lahir
Hasil: ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan sudah tidak
merasakhawatir.
pekerjaan yang terlalu berat, karena dengan mobilisasi dini dapat membantu
arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di
sekitar vagina dan perineum, setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk
6. Menganjurkan ibu mengganti pembalutnya sekali dalam ± 4 jam atau jika ibu
merasa pembalut telah penuh bahkan jika ibu merasa sudah tidak nyaman.
7. Menganjurkan kepada ibu bila membasuh daerah genitalia cukup menggunakan air
biasa yang bersih, jangan pernah menaburinya dengan bedak atau ramuan-ramuan.
malam hari dan ± 2 jam di siang hari untuk masa pemulihan tenaga ibu setelah
melahirkan.
itu dengan pemenuhan nutrisi bergizi seimbang mampu menambah tenaga ibu
serta pemenuhan nutrisi untuk produksi ASI, serta makanan yang berserat agar
saat buang air besar ibu tidak kesulitan atau terjadi konstipasi.
10. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan hubungan suami istri selama 6
minggu atau 40 hari karena batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran
pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomy biasanya
11. Menjelaskan tanda-tanda infeksi pada luka perineum yakni terdapat warna
kemerahan daerah luka perineum, adanya pengeluaran darah yang banyak padahal
nanah dan mengeluarkan bau yang sangat menyengat dari luka perineum hingga
12. Menganjurkan kepada ibu untuk segera kepelayanan kesehatan segera mungkin
bila merasa ada tanda-tanda infeksi pada luka perineum atau bila memiliki keluhan
lainnya.
13. Menganjurkan pada ibu untuk tetap meminum obat sesuai dengan anjuran dokter.
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil
tinjauan kasus pelaksanaan asuhan kebidanan nifas pada Ny. J di Rsud Ahmad Ripin tanggal
18 November 2021 dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari 7
dikumpulkan adalah data yang tepat yaitu data yang relefan dengan situasi yang sedang
ditinjau atau data yang memiliki berhubungan dengan situasi yang ditinjau. Tehnik
pengumpulan data ada tiga, yaitu: observasi, wawancara, pemeriksaan. Observasi adalah
pengumpulan data melalui indra penglihatan (perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi
wajah), pendengaran (bunyi batuk, bunyi napas), penciuman(bau nafas, bau luka) serta
berarti, karena pada saat pengumpulan data pada Ny. J maupun keluarga serta bidan dan
dokter yang ada di ruangan dapat memberikan informasi secara terbuka sehingga dapat
Pengkajian data dasar pada kasus ibu nifas dengan luka Peineum dilakukan
pertama kali pada saat ibu masuk keruangan nifas.Pengkajian meliputi anamnesis
langsung diperoleh dari ibu sendiri.Pengkajian ini berupa identitas ibu, riwayat kehamilan
psikososial, spiritual dan ekonomi serta pola pemenuhan dasar.Pengkajian data objektif
pemeriksaan fisik.
Pada kasus Ny. J merupakan masa nifas normal dilihat dari hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan yang menunjukkan pemeriksaan fisik dalam batas normal, tanda-
tanda vital normal, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, lokhea rubra dan
tidak ada tanda tanda yang menunjukkan tanda bahaya dalam masa nifas. Pada saat
plasenta lahir tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat (Dewi dan Sunarsih, 2011).Lochea
rubra adalah lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. Cairan
yang keluar warna merah karenaberisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim,lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan meconium (Nanny, 2011). Berdasarkan hal
Dalam pengkajian pada asuhan kebidanan nifas normal pada Ny. J didapat ibu
mengeluh nyeri pada luka perineum. Ibu dapat merasakan adanya nyeri dan
ketidaknyamanan atau tidak. Asuhan yang tepat segera setelah persalinan dapat
ibu ditanyamengenai ketidaknyamanan pada area perineum. Informasi dan saran yang
jelas dari bidan akan membantu menenangkan ibu dan juga sangat membantu jika ibu
memiliki pemahaman yang kurang mengenai nyeri perineum dan merasa cemas dengan
fungsi perkemihan defekasi atau seksual postpartum (Fraser & Cooper, 2009).
Berdasarkan keterangan diatas menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Interpretasi data dikembangkan dari data dasar ke masalah atau disgnosa khusus
yang terindetifikasi. Masalah dan diagnosa sama-sama dipakai karena beberapa masalah
tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosa tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk
2007).
Hasil pengkajian pada kasus Ny. J didapatkan data subjektif dan objektif yang
merasakan nyeri pada jahitan perineum dikarenakan robekan perineum pada saat proses
persalinan dan dari hasil pemeriksaan terdapat jahitan pada perineum. Pada proses
persalinan sering terjadi ruptur perineum yang disebabkan antara lain: kepala janin lahir
terlalu cepat, persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya, riwayat jahitan perineum,
pada persalinan dengan ruptur bahu perineum. Nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan
sudah ada adalah suatu bentuk antisipasi/pencegahan yang dirasa perlu, serta suatu bentuk
Pada kasus Ny. J Potensial akan terjadi infeksi pada luka perineum. Kondisi ibu pada
kasus Ny. J saat ini dengan nyeri luka perineum akibat rusaknya otot-otot perineum dari
proses persalinan, terdapat pengeluaran lochia pada jalan lahir, hal inilah yang dapat
memicu terjadinya infeksi luka perineum. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa luka
perineum merupakan rusaknya jaringan daerah perineum tersebut, dimana luka tersebut
berada di daerah yang lembab dan rentan akan masuknya kuman-kuman. Pada masa nifas
masih terdapat pengeluaran darah lochia dan kotoran yang keluar dari vagina.Vagina
merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki kuman dan mengakibatkan terjadinya
infeksi dan kemudian dapat menjalar ke rahim (Marmi, 2012). Berdasarkan keterangan
Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnosa atau masalah potensial
dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang mungkin muncul sehubungan
Pada kasus Ny J dilakukan kolaborasi dengan dokter penanggung jawab pasien untuk
terapi pengobatan untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi resiko infeksi.Antisipasi
pertama untuk mencegah terjadinya infeksi yang dilakukan pada ibu nifas dengan luka
waktu diperlukan oleh ibu nifas dengan luka perineum dan antisipasi/bila terjadi infeksi,
Dibuat berdasarkan diagnosa yang muncul serta membantu klien mengatasi masalah
dan kebutuhannya. Membuat rencana asuhan yang komprehensif ditentukan oleh langkah
sebelumnya yaitu dari masalah dan diagnosa yang sedang terjadi serta mencakup
bimbingan atau konseling yang berkaitan dengan masalah/kondisi pasien saat itu untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan dan perubahan perilaku klien sesuai harapan
(Varney, 2007).
Rencana asuhan kebidanan masa nifas normal pada Ny.J Dengan luka perineum
berupa perawatan luka perineum, observasi tanda vital, perdarahan, tinggi fundus uteri
dan kontaksi uterus, pendidikan kesehatan tentang perawatan luka perineum, manfaat ASI
ekslusif, menjaga kebersihan diri, pentingnya istirahat, makanan gizi seimbang, tanda
bahaya nifas, teknik menyusui yang benar. Hal ini sesuai dengan Kemenkes (2018) yang
menyatakan bahwa Aktivitas edukasi yang diberikan pada masa postpartum mencakup
asuhan untuk ibu postpartum, asuhan untuk bayi, edukasi tentang ayah/pasangan, serta
2. Diet dan nutrisi yang seimbang untuk masa nifas dan menyusui.
4. Pencegahan infeksi.
5. Pola hidup sehat, cuci tangan, hindari terhadap paparan rokok, mungkin dari
Berdasarkan hal diatas tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik
4.6 Pelaksanaan
keputusan dan memberi perawatan. Pada tahap ini, pelaksanaan adalah melaksanakan
perencanaan asuhan yang menyeluruh. Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan, bidan
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, atau oleh klien itu sendiri. Walaupun ada
beberapa pelaksanaan yang tidak dilakukan oleh bidan itu sendiri namun bidan tetap
Tindakan yang dilakukan dalam asuhan kebidanan masa nifas normal pada Ny.J
hambatan dan pelaksanaan asihan sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dialami ibu.
4.7 Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah
bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat
bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan
makaperlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
tersebut(Kemenkes, 2018).
Evaluasi dalam asuhan kebidanan nifas normal pada Ny.J dengan luka perineum
didapat bahwa ibu dalam keadaan baik, tanda-tanda vital, perdarahan, tinggi fundus uteri,
kontraksi uteri baik dan tanda-tanda infeksi pada luka perineum tidak ada. Ibu mengerti
perkembangan pada hari pertama masa nifas ibu masih merasakan nyeri, namun rasa nyeri
tersebut mulai berkurang. Sesuai dengan teori Luka perineum secara bertahap akan
berkurang nyerinya dan penyembuhan traumaperineum biasanya terjadi dalam 7-10 hari
postpartum (Fraser & Cooper, 2009). Berdasarkan keterangan diatas tidak ada
catatan perkembangan SOAP. Langkah ini dilakukan sesuai dengan teori sehingga
pendokumentasian pada kasus Ny. J dilakukan secara menyeluruh dan sistematis. Oleh
Karena itu, tidak terjadi kesenjangan antara teori dan penerapan kasus di lahan praktik.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Nifas Normal pada Ny. J dengan
luka perineum di Rsud Ahmad Ripin menggunakan manajemen kebidanan menurut
Varney, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
a. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Pengumpulan data Dasar atau pengkajian dilakukan dengan anamnesa untuk
memperoleh data subjektif dan dengan Pemeriksaan untuk memperoleh data
objektif.Pada kasus Ny. J, tahap pengumpulan data ini dilakukan sesuai dengan
teori sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan penerapan kasus di lahan
praktik.
b. Langkah II : Intepretasi Data
Intepretasi data dilakukan dengan menganalisa data dasar yang diperoleh sehingga
bisa menegakkan diagnosa dan masalah sesuai dengan keadaan ibu. Pada kasus
Ny. J, ditegakkan diagnosa yaitu post partum 6 jam pertama dengan luka
perineum Masalah yang muncul dalam kasus ini adalah rasa nyeri pada luka
perineum. Pada tahap ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan penerapan
kasus di lahan praktik.
c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada kasus Ny. J diagnosa potensial yang ditegakkan adalah infeksi pada luka
perineum.
d. Langkah IV : Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera/Kolaborasi
Pada kasus Ny. J dilakukan kolaborasi dengan dokter penanggung jawab pasien
terhadap terapi pengobatan.
e. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Komprehensif/Menyeluruh
Rencana asuhan dibuat sesuai degan kebutuhan pasien dan teori asuhan
kebidanan masa nifas normal.
f. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan/Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada
kasus Ny. J semua perencanaan dapat dilaksanakan sesuai dengan diagnosa,
masalah dan kebutuhan klien sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
penerapan kasus di lahan praktik.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada evaluasi kasus Ny. J, dengan luka perineum didapat bahwa ibu dalam
keadaan baik, tanda-tanda vital, perdarahan, tinggi fundus uteri, kontraksi uteri
baik dan tanda-tanda infeksi pada luka perineum tidak ada. Pada langkah ini,
tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik kasus di lahan karena secara
garis besar terdapat persamaan.
5.2 Saran
a.Bagi Rsud Ahmad Ripin Muaro Jambi
Diharapkan dapat meningkatkan manajemen asuhan kebidanan terhadap nifas
dengan perawatan luka perineum.
b.Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan
Diharapkan dapat menambah wawasan khususnya mahasiswa kebidanan dalam
menerapkan asuhan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum.
c.Bagi penulis
Diharapkan dapat mengaplikasikan apa yang telah di dapat selama perkuliahan
dalam asuhan kebidanan terhadap nifas dengan perawatan luka perineum.
DAFTAR PUSTAKA