Di Susun Oleh :
Novi Purnama Sary
161201013
A. Latar Belakang
Proses menyusui pada ibu setelah melahirkan akan terasa tidak nyaman
dikarenakan salah satunya adalah terjadinya pembengkakan payudara yang terasa
nyeri saat menyusui. Bendungan ASI atau pembengkakan payudara adalah
bendungan yang terjadi pada kelenjar payudara karena ekspansi dan tekanan dari
produksi dan penampung ASI (WHO, 2013).
Bendungan ASI karena penyempitan duktus laktiferus oleh kelenjar- kelenjar
yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting susu. Payudara
yang bengkak biasanya terjadi sesudah melahirkan pada hari ketiga atau keempat
(Manuaba, 2010). Masalah yang sering terjadi pada ibu post partum setelah
melahirkan ialah terjadinya bendungan ASI (Engorgement) dimana terjadi
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Manuaba, 2010).
Menurut data UNICEF 2018 sekitar 17,2 juta ibu nifas didunia mengalami
masalah seperti putting susu lecet, pembengkakan payudara karena bendungan
ASI dan mastitis.masalah tersebut sebanyak 22,5% mengalami putting susu lecet,
42% mengalami pembengkakan payudara karena bendungan ASI, 18% mengalami
penyumbatan ASI, 1% mengalami mastitis, dan 6,5% mengalami abses payudara
(Dani, 2018).
Bahkan 38% wanita tidak menyusui bayinya dengan alasan mengalami
pembengkakan payudara. Sedangkan dari SDKI menunjukan bahwa 55% ibu
menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet karena kurangnya perawatan
payudara.Masalah menyusui paling banyak adalah pembengkakan payudara karena
bendungan ASI yang menyebabkan ASI tidak keluar dengan lancar (Dani, 2018).
Pembengkakan payudara (Bendungan ASI) menyebabkan ibu menghentikan
proses menyusui karena payudara terasa sakit, tidak nyaman saat menyusui, dan
mengganggap jika payudara bermasalah maka proses menyusui dihentikan agar
tidak menularkan penyakit kepada anaknya (Apriani, Wijayanti, & Widyastutik,
2018). Hal ini dapat memberikan dampak terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi, jika bayi tidak mendapatkan ASI maka kebutuhan gizi bayitidak terpenuhi
secara baik dan bayi akan mudah terkena penyakit (Alhadar & Umaternate, 2017).
Pembengkakan payudara atau bendungan ASI dapat diatasi dengan kompres
dingin dapat dilakukan dengan cara menempelkan kubis dingin pada putting susu
yang mengalami nyeri dan pembengkakan, oleh karena pembengkakan jaringan
payudara disekitar duktus susu, kompres dingin direkomendasikan dalam 15 hingga
20 menit atau hingga kubis menjadi layu.Kompres dingin harus dapat dilakukan 2
kali dalam sehari (pagi dan sore) (Andiana dan Yunita, 2017).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan kebidanan Ny. I Post partum hari ke-3 dengan
bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro
2. Tujuan Khusus
a. Dilakukannya pengkajian data subjektif pada Ny. I Post partum hari ke-3
dengan bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro
b. Dilakukannya pengkajian data objektif pada Ny. I Post partum hari ke-3
dengan bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro
c. Dilakukannya diagnosis pada Ny. I Post partum hari ke-3 dengan bendungan
ASI di RSUD Wongsonegoro
d. Dapat melakukan asuhan kebidanan pada Ny. I Post partum hari ke-3 dengan
bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Aplikatif (Manfaat Bagi RSUD Wongsonegoro)
Dapat menjadi sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pengelola program
kesehatan RSUD Wongsonegoro
2. Manfaat Bagi Penulis
Penulisan ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis karena
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan baru tentang bendungan
ASI
3. Manfaat Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswi
kebidanan di Universitas Ngudi Waluyo dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan
pada bendungan ASI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. NIFAS
1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga
puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata ”Puer” yang artinya
bayi dan ”Parous” berarti melahirkan.14
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya alat reproduksi
wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini disebut juga puerperium dan wanita
yang mengalami puerperium disebut puerpera. Periode pemulihan pascapartum
berlangsung sekitar enam minggu.27
Menurut JNPK-KR, masa nifas secara harfiah didefinisikan sebagai masa
persalinan selama dan segera setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu
berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi kembali kekeadaan tidak hamil atau
kembali normal. Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya
adalah 40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai
tanda-tanda kelahiran). 14
3. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kader estrogen dan
progesterone turun dalam 2-3 hari.Dengan ini faktor dari hipotalamus yang
menghalangi prolaktin waktu hami, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen
tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
menyebabkan alveoulus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu,
tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi
sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar
tersebut. Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusui
dengan baik ,atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi
bendungan ASI. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain
payudara penuh terasa panas,berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak
ada kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula
payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, putting
susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit
mengeyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang kadang menjadi demam,tapi
biasanya akan hilang 24 jam (Wiknjosastro, 2010 : 480-481).
A. Tinjauan Kasus
Pengkajian dilakukan pada :
a. Hari, tanggal : Selasa, 7 Mei 2021
b. Pukul : 17.15 WIB
c. Tempat : RSUD Wongsonegoro
d. Nomor RM :
I.DATA SUBJEKTIF
a. Biodata
Nama ibu : Ny. I Nama suami : Tn. A
Umur : 25 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Kariyawan swasta
Alamat : Tembalang
b. Alasan Datang
Ibu mengatakan habis melahirkan 3 hari yang lalu secara normal.
c. Data Kebidanan
1. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun Warna : Merah Kehitaman
Siklus : ±28 hari Banyaknya : ±3x ganti pembalut
Lamanya : ±6 hari Dismenorhoe : Tidak ada
2. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1x
Lamanya : 1 tahun
Umur waktu kawin : 24 tahun
3. Riwayat Persalinan Sekarang
Jenis Persalinan : Spontan
Tempat persalinan : RSUD Wongsonegoro
Waktu persalinan : 07 Mei 2021 Pada pukul 17.15 WIB
Paritas :1
Komplikasi selama kehamilan, Persalinan dan setelah melahirkan: Tidak ada
Jenis Kelamin Anak : Laki-laki
Keadaan Anak : Baik
Ketuban Pecah : Spontan
Kala I : ± 8 Jam
Kala II : ± 20 menit
Kala III : ± 15 menit
Kala IV : ± 2 jam
Episiotomi : Grade II
Jumlah Perdarahan : 310 cc
Kala I : 30 cc
Kala II : 50 cc
Kala III : 120 cc
Kala IV : 110 cc
Penyulit / Komplikasi: Tidak ada
Tindakan pada masa persalinan: Tidak ada
c) Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : ±1x sehari Penyulit : Tidak ada
Konsitensi : Lunak Warna : Kuning
BAK
Frekuensi : ±5x/ hari Penyulit : Tidak ada
Warna : Kuning jernih
d) Genitalia
Warna : Merah
Jumlah : ± 20 cc
Bau : Amis
e) Personal Hygiene
Mandi : 2 kali/hari
Ganti pakaian : 2 kali/hari
Pemakaian pembalut : Ya
Ganti pembalut : 3 kali/hari
d. Data Psikososial
Adat/kebiasaan yang dilakukan selama masa Nifas : Tidak ada
Konsumsi obat-obatan/jamu-jamuan : Tidak ada
b) Palpasi
Abdomen
TFU : 1 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
Konsistensi : keras
Massa : Tidak ada
Kandung Kemih : Kosong
Involutio uteri : Baik
Genitalia
Hematoma : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Haemoroid : Tidak ada
Lochea : Sanguinolenta
Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan
Inspekulo : Tidak dilakukan
c) Perkusi
Refleks patella : ka (+)/ ki (+)
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu
baik.
TD : 100/70 mmHg
Suhu : 37,7 ºC
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
(Ibu mengerti akan hasil pemeriksaanya)
2. Memberitahu ibu akan dilakukan perawatan payudara
(ibu mengerti perawatan yang akan dilakukan)
3. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin agar tidak terjadi
pembengkakan atau bendungan ASI.
(ibu mengerti dan akan melakukannya)
4. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan dirinya terutama daerah
kemaluanya, dengan cara membersihkan daerah sekitar vulva, anus dari arah
depan ke belakang dan selalu membersihkan di daerah luka jahitan setiap
selesai berkemih dan buang air besar (BAB), menganjurkan ibu untuk
mencuci tanganya dengan air bersih dan sabun setiap sebelum dan sesudah
berkemih dan buang air besar (BAB), dan menganjurkan ibu untuk mengganti
pembalutnya minimal 2 kali sehari.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur minimal 8 jam/ hari
dan menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti, nasi,
sayuran hijau, kacang-kacangan, telur, tempe, tahu, daging dan lain-lain.
(Ibu mengerti dan akan melaksanakannya)
6. Melakukan pendokumentasian dalam SOAP.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini, akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil tinjauan kasus
pada pelaksanaan Manajemen asuhan kebidanan nifas Pada Ny “I” Post partum 3 hari dengan
bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro pada 07 Mei 2021. Untuk memudahkan
pembahasan, maka penulis akan membahas berdasarkan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan dengan SOAP uraian sebagai berikut:
1. Data Subjektif
Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesa pada Ny. I. Pada tahap ini
disebabkan karena respon ibu dalam memberikan informasi begitu pula dengan keluarga,
bidan dan dokter sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang diinginkan. Ny.
I post partum 3 hari dengan bendungan ASI.
Pada kasus Ny. I ibu mengatakan jarang menyusui bayinya karena ibu merasa
kesulitan pada saat menyusui, ibu juga tidak melakukan pumping. Ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan bendungan ASI salah satunya yaitu pengosongan payudara
yang tidak sempurna. Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu
yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, &
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI
tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI). Pada masa laktasi,
bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkinatau jika bayi tidak aktif mengisap,
maka akan menimbulkan bendungan ASI).
2. Data Objektif
Pengumpulan data objektif dilakukan melalui pemeriksaan fisik dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Data diperoleh secara terfokus pada masalah
klien sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien.
Dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa payudara ibu mengeras. Tanda dan
gejala yang selalu ada adalah payudara nyeri dan bengkak pada hari ke 3-5 postpartum,
sedangkan tanda gejala yang terkadang ada adalah kedua payudara bengkak (Walyani ;
Purwoastuti, 2015:160).
Suhu tubuh ibu juga meningkat yaitu 37,7 ºC. Menurut teori pada payudara
penuh/bendungan ASI adalah payudara terasa berat ,panas, dan keras,bila ASI
dikeluarkan tidak terjadi demam (Dewi ; Sunarsih, 2011:40).
3. Diagnosa
Ny. I Post partum 3 hari dengan Bendungan ASI. Ibu jararang menyusui
bayinya adalah salah satu faktor terjadinya bendungan ASI karena adanya pengosongan
payudara yang tidak sempurna. Suhu tubuh ibu yang meningkat juga salah satu tanda
gejalanya. Pada payudara penuh/bendungan ASI adalah payudara terasa berat, panas, dan
keras,bila ASI dikeluarkan tidak terjadi demam (Dewi ; Sunarsih, 2011:40). Pada studi
kasus Ny. I tidak ditemukan adanya kesenjangan.
Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan praktek melalui
presus tentang asuhan kebidanan nifas pada Ny “I” post partum hari ke 3 dengan bendungan
ASI di RSUD Wongsonegoro, maka bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai
berikut:
A. Kesimpulan
1. Telah dilaksanakan pengkajian dan Analisa data pada Ny. I post partum hari ke-3
dengan bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro.
2. Telah dilaksanakan diagnosa / masalah aktual pada Ny. I post partum hari ke-3
dengan bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro.
3. Melaksanakan Tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada Ny. I post
partum hari ke-3 dengan bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro dengan hasil
yaitu semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya
dengan baik tanpa adanya hambatan.
4. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny. I post partum hari
ke-3 dengan bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro dengan hasil yaitu semua
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukakan beberapa saran yaitu:
1. Untuk Pasien
a. Diharapkan ibu untuk menyusi bayinya sesering mungkin agar tidak terjadi
pembengkakan di payudara
b. Diharapkan ibu untuk menjaga asupan nutrisi terutama protein, karna hal ini
dapat membantu memperlancar ASI
c. Diperlukan keterlibatan dari suami dan keluarga dalam perawatan untuk
memberikan dukungan secara psikologis hal ini juga akan berpengaruh terhadap
semangat ibu dalam merawat bayinya
2. Untuk Bidan
a. Bidan sebagai tenaga Kesehatan sangat berperan dalam mencegah terjadinya
pembengkakan atau bendungan ASI
b. Sebagai bidan diharapkan senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih professional
berdasarkan manajemen kebidanan sebagai pertanggung jawaban apabila ada
gugatan.
c. Sebagai tenaga bidan yang professional harus dapat memberikan dukungan,
motivasi agar ibu senantiasa merawat lukanya dengan baik.
d. Perlunya bukti pertanggung jawaban petugas kesehatan terhadap semua asuhan
yang diberikan maka setiap tindakan yang dilakukan harus didokumentasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. (2012) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Trans Info Media
Sjamsuhidajat R (2010). Buku ajar ilmu bedah Sjamsuhidajat- de Jong Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.