Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

I POST PARTUM HARI KE-3


DENGAN BENDUNGAN ASI
DI RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO

Di Susun Oleh :
Novi Purnama Sary
161201013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menyusui pada ibu setelah melahirkan akan terasa tidak nyaman
dikarenakan salah satunya adalah terjadinya pembengkakan payudara yang terasa
nyeri saat menyusui. Bendungan ASI atau pembengkakan payudara adalah
bendungan yang terjadi pada kelenjar payudara karena ekspansi dan tekanan dari
produksi dan penampung ASI (WHO, 2013).
Bendungan ASI karena penyempitan duktus laktiferus oleh kelenjar- kelenjar
yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting susu. Payudara
yang bengkak biasanya terjadi sesudah melahirkan pada hari ketiga atau keempat
(Manuaba, 2010). Masalah yang sering terjadi pada ibu post partum setelah
melahirkan ialah terjadinya bendungan ASI (Engorgement) dimana terjadi
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Manuaba, 2010).
Menurut data UNICEF 2018 sekitar 17,2 juta ibu nifas didunia mengalami
masalah seperti putting susu lecet, pembengkakan payudara karena bendungan
ASI dan mastitis.masalah tersebut sebanyak 22,5% mengalami putting susu lecet,
42% mengalami pembengkakan payudara karena bendungan ASI, 18% mengalami
penyumbatan ASI, 1% mengalami mastitis, dan 6,5% mengalami abses payudara
(Dani, 2018).
Bahkan 38% wanita tidak menyusui bayinya dengan alasan mengalami
pembengkakan payudara. Sedangkan dari SDKI menunjukan bahwa 55% ibu
menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet karena kurangnya perawatan
payudara.Masalah menyusui paling banyak adalah pembengkakan payudara karena
bendungan ASI yang menyebabkan ASI tidak keluar dengan lancar (Dani, 2018).
Pembengkakan payudara (Bendungan ASI) menyebabkan ibu menghentikan
proses menyusui karena payudara terasa sakit, tidak nyaman saat menyusui, dan
mengganggap jika payudara bermasalah maka proses menyusui dihentikan agar
tidak menularkan penyakit kepada anaknya (Apriani, Wijayanti, & Widyastutik,
2018). Hal ini dapat memberikan dampak terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi, jika bayi tidak mendapatkan ASI maka kebutuhan gizi bayitidak terpenuhi
secara baik dan bayi akan mudah terkena penyakit (Alhadar & Umaternate, 2017).
Pembengkakan payudara atau bendungan ASI dapat diatasi dengan kompres
dingin dapat dilakukan dengan cara menempelkan kubis dingin pada putting susu
yang mengalami nyeri dan pembengkakan, oleh karena pembengkakan jaringan
payudara disekitar duktus susu, kompres dingin direkomendasikan dalam 15 hingga
20 menit atau hingga kubis menjadi layu.Kompres dingin harus dapat dilakukan 2
kali dalam sehari (pagi dan sore) (Andiana dan Yunita, 2017).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan kebidanan Ny. I Post partum hari ke-3 dengan
bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro
2. Tujuan Khusus
a. Dilakukannya pengkajian data subjektif pada Ny. I Post partum hari ke-3
dengan bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro
b. Dilakukannya pengkajian data objektif pada Ny. I Post partum hari ke-3
dengan bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro
c. Dilakukannya diagnosis pada Ny. I Post partum hari ke-3 dengan bendungan
ASI di RSUD Wongsonegoro
d. Dapat melakukan asuhan kebidanan pada Ny. I Post partum hari ke-3 dengan
bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Aplikatif (Manfaat Bagi RSUD Wongsonegoro)
Dapat menjadi sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pengelola program
kesehatan RSUD Wongsonegoro
2. Manfaat Bagi Penulis
Penulisan ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis karena
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan baru tentang bendungan
ASI
3. Manfaat Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswi
kebidanan di Universitas Ngudi Waluyo dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan
pada bendungan ASI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. NIFAS
1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga
puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata ”Puer” yang artinya
bayi dan ”Parous” berarti melahirkan.14
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya alat reproduksi
wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini disebut juga puerperium dan wanita
yang mengalami puerperium disebut puerpera. Periode pemulihan pascapartum
berlangsung sekitar enam minggu.27
Menurut JNPK-KR, masa nifas secara harfiah didefinisikan sebagai masa
persalinan selama dan segera setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu
berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi kembali kekeadaan tidak hamil atau
kembali normal. Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya
adalah 40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai
tanda-tanda kelahiran). 14

2. Tahapan masa nifas


Menurut Suherni tahapan-tahapan masa nifas (post
partum/puerperium) adalah :28
a. Puerperium dini (immediate puerperium) : masa kepulihan, yakni
saat- saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial (early puerperium) : masa kepulihan
menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
c. Remote puerperium (later puerperium) : waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan
waktu persalinan mempunyai komplikasi.
3. Tujuan asuhan masa nifas
Tujuan asuhan masa nifas adalah:28
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.
b. Melaksanakan skrining secara komperehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan: gizi,
menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan bayi sehat, dan KB.
d. Memberikan pelayanan KB.

Sedangkan menurut Bahiyatun tujuan asuhan masa nifas adalah:29


a. Memulihkan kesehatan umum penderita.
b. Mempertahankan kesehatan psikologis.
c. Mencegah infeksi dan komplikasi.
d. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI).
e. Mengajarkan ibu untuk melakukan perawatan mandiri sampai masa nifas
selesai dan memelihara bayi dengan baik

4. Perawatan pasca melahirkan


Perawatan pasca melahirkan (masa nifas) merupakan perawatan selama
enam minggu atau 40 hari. Pada masa ini, ibu mengalami perubahan fisik dan
alat-alat reproduksi yang kembali ke keadaan sebelum hamil, masa laktasi
(menyusui), maupun perubahan psikologis menghadapi keluarga baru. Perawatan
pasca melahirkan dapat dilakukan sendiri dan sesegera mungkin.28
Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam perawatan pasca
melahirkan antara lain:
a. Payudara.
Ibu sebaiknya menyusui bayinya sedini mungkin, dan sesering
mungkin (tergantung kebutuhan bayi) sehingga tidak terjadi pembengkakan
payudara. Gunakan pula bra yang tidak menekan atau sempit. Apabila
pembengkakan terjadi, pijat ringan bagian payudara yang menggumpal
dengan menggunakan air hangat dan baby oil. Kemudian sesegera mungkin
menyusui bayi. Pembengkakan yang berkelanjutan dapat menimbulkan
demam pada ibu. Bila hal ini terjadi, lakukan pengeluaran ASI baik dengan
cara menyusui maupun dipompa keluar.
b. Rahim.
Penciutan rahim dapat diketahui dengan meraba bagian bulat agak
keras di bawah pusat. Pada hari ke-10 sampai 14, rahim tidak teraba lagi.
Penciutan rahim dibantu oleh oksitosin, yaitu hormon yang mengontraksikan
otot-otot rahim yang keluar saat menyusui. Penciutan rahim ini terjadi karena
lancarnya pengeluaran cairan vagina (lochea). Penciutan kandungan yang
tidak normal terjadi akibat infeksi lapisan rahim yang rentan infeksi akibat
lepasnya plasenta dan kurang mobilisasi. Tanda-tandanya antara lain sedikit
demam, agak sakit pada perut bagian bawah, dan kadang vagina berbau
kurang sedap karena keluarnya lochea tidak lancar.
c. Aktivitas
Aktivitas sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka (jika ada). Jika tidak ada kelainan, lakukan
mobilisasi sedini mungkin, 2 jam setelah persalinan.
d. Eliminasi.
Buang air kecil (BAK) akan meningkat pada 2-4 hari setelah
persalinan. Ini terjadi karena volume darah ekstra yang dibutuhkan selama
hamil tidak diperlukan lagi. Sebaiknya ibu tidak menahan BAK ketika ada
rasa sakit pada jahitan. Sulit buang air besar (BAB) dapat terjadi karena
ketakutan yang berlebihan akan jahitan terbuka, atau wasir. Untuk itu,
konsumsi makanan tinggi serat, dan cukup minum.
e. Hubungan seksual.
Pada banyak pasangan, perubahan karena kehamilan dapat
mengganggu keseimbangan dalam hubungan seksual, begitu juga setelah
persalinan. Beberapa agama melarang untuk melakukan hubungan seksual
selama masa nifas. Setelah itu, pada prinsipnya adalah tidak bermasalah.
Hanya saja, terkadang istri kurang percaya diri untuk melakukan hal
tersebut. Untuk itu diperlukan pengertian dan pemahaman suami atas
kondisi psikologi istri.
B. BENDUNGAN ASI
1. Pengertian
Pada umumnya setelah melahirkan payudara ibu membesar, terasa panas,
keras, dan tidak nyaman. Pembesaran tersebut dikarenakan peningkatan suplai
darah ke payudara bersamaan dengan terjadinya produksi air susu. Biasanya hal
ini berlangsung selama beberapa hari Kondisi ini bersifat normal dan tidak perlu
dikhawatirkan amun, terkadang pembesaran itu terasa menyakitkan sehingga ibu
tidak leluasa mengenakan kutang ataupun membiarkan benda apapun menyentuh
payudaranya (Prasetyono, 2009).
Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara
dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan
overdistensi dari saluran saluran laktasi.
Bendungan ASI terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan
vena sebelum laktasi. Bendungan payudara disebabkan karena menyusui yang
tidak kontinu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus.Hal ini dapat
terjadi pda hari ketiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat
serta keadaan putting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada
duktus (Walyani; Purwoastuti, 2015 :160).

2. Factor Penyebab Bendungan ASI


Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
a. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu
yang produksiASI-nya berlebihan.apabila bayi sudah kenyang dan
selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat
sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan
dapat menimbulkan bendungan ASI).
b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering
mungkinatau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan
bendungan ASI).
c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting
susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu.
Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
d. Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi
tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).(Manuaba:
317)
e. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi
menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang
sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan
menimbulkan bendungan ASI). (Manuaba:317).
f. Pengeluaran ASI
Bendungan juga dapat terjadi pada ibu yang ASI nya tidak keluar
sama sekali (agalaksia), ASI sedikit (oligolaksia) dan ASI terlalu
banyak (poligalaksia) tapi tidak dikeluarkan/ disusukan. (Manuaba:317)
Penyebab terjadinya pembengkakan payudara menurut Bobak
adalah 1) Posisi menyusui yang tidak benar 2) Pengosongan payudara
yang tidak baik 3) Pemakaian BH yang terlalu ketat 4) Tekanan jari ibu
pada waktu menyusui 5) Kurangnya pengetahuan cara perawatan
payudara dan cara pencegahan pembengkakan payudara (bendungan
ASI). (Ratih, 2019:18)

3. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kader estrogen dan
progesterone turun dalam 2-3 hari.Dengan ini faktor dari hipotalamus yang
menghalangi prolaktin waktu hami, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen
tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
menyebabkan alveoulus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu,
tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi
sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar
tersebut. Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusui
dengan baik ,atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi
bendungan ASI. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain
payudara penuh terasa panas,berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak
ada kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula
payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, putting
susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit
mengeyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang kadang menjadi demam,tapi
biasanya akan hilang 24 jam (Wiknjosastro, 2010 : 480-481).

4. Tanda dan Gejala Bendungan ASI


Perlu dibedakan antara payudara bengkak dan payudara
penuh/bendungan ASI. Pada payudara bengkak adalah payudara udem, sakit,
puting susu kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan ASI tidak keluar
kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sementara pada payudara
penuh/bendungan ASI adalah payudara terasa berat ,panas, dan keras,bila ASI
dikeluarkan tidak terjadi demam (Dewi ; Sunarsih, 2011:40). Tanda dan gejala
yang selalu ada adalah payudara nyeri dan bengkak pada hari ke 3-5 postpartum,
sedangkan tanda gejala yang terkadang ada adalah kedua payudara bengkak
(Walyani ; Purwoastuti, 2015:160).
Mastitis adalah kelanjutan dari bendungan ASI, pada mastitis payudara
ibu yang menyusui terkena radang, membengkak, memerah, dan sakit. Jika hal
semacam ini terjadi penyusuan harus dihentikan. Pada sebagia besar kasus
mastitis disebabkan oleh statis ASI, bukan infeksi meskipun infeksi juga bias
terjadi (Fraser, 2009 : 743) .
Umumnya satu atau lebih bagian yang berdekatan meradang (sebagai
akibat dipaksanya ASI masuk ke dalam jaringan ikat payudara) dan tampak
sebagai daerah yang memisahkan antara sisi yang memerah dan sisi yang
membengkak.Jika ASI juga dipaksa masuk aliran darah, nadi, dan suhu wanita
tersebut dapat naik dan pada beberapa kasus gejala mirrip flu, yang sebagian
mencakup menggigil atau kaku. Ada atau tidaknya gejala sistematis tidak
membantu membedakan antara mastitis akibat infeksi atau non infeksi (Fraser,
2009 : 743) .

5. Cara Mengatasi Bendungan ASI


Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
bendungan ASI adalah:
Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993)
adalah. Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan
pengurutan 3 macam cara :
a. Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut
keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga
payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling
dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari
pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke – 2 kemudian jari tangan
kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari
pangkal ke arah puting.

Terapi farmakologis yang digunakan adalah obat anti inflamasi


serrapeptase (danzen) yang merupakan agen enzim anti inflamasi 10 mg tiga
kali sehari atau Bromelain 2500 unit dan tablet yang mengandum enzim
protease 20.000 unitSedangkan menurut Amru terapi pembengkakan
payudara diberikan secara simtomatis yaitu mengurangi rasa sakitnya
(analgetik) seperti paracetamol atau ibuprofen.(Ratih, 2019)
Penggunaan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa sakit dari
pembengkakan payudara adalah sebagai berikut akupuntur, (perawatan
payudara tradisional) yaitu kompres panas dikombinasikan dengan pijatan,
kompres panas dan dingin secara bergantian, kompres dingin, daun kubis dan
terapi ultrasound. (Ratih, 2019)

6. Dampak Bendungan ASI


Pembulu limfe akan mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan
mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh
paudara meningkat, akibat payudara sering terasa penuh, dan nyeri, walaupun
tidak disertai dengan demam (Surtani dan Herdini, 2014 : 48)
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Kasus
Pengkajian dilakukan pada :
a. Hari, tanggal : Selasa, 7 Mei 2021
b. Pukul : 17.15 WIB
c. Tempat : RSUD Wongsonegoro
d. Nomor RM :

I.DATA SUBJEKTIF
a. Biodata
Nama ibu : Ny. I Nama suami : Tn. A
Umur : 25 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Kariyawan swasta
Alamat : Tembalang

b. Alasan Datang
Ibu mengatakan habis melahirkan 3 hari yang lalu secara normal.

c. Data Kebidanan
1. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun Warna : Merah Kehitaman
Siklus : ±28 hari Banyaknya : ±3x ganti pembalut
Lamanya : ±6 hari Dismenorhoe : Tidak ada
2. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1x
Lamanya : 1 tahun
Umur waktu kawin : 24 tahun
3. Riwayat Persalinan Sekarang
Jenis Persalinan : Spontan
Tempat persalinan : RSUD Wongsonegoro
Waktu persalinan : 07 Mei 2021 Pada pukul 17.15 WIB
Paritas :1
Komplikasi selama kehamilan, Persalinan dan setelah melahirkan: Tidak ada
Jenis Kelamin Anak : Laki-laki
Keadaan Anak : Baik
Ketuban Pecah : Spontan
Kala I : ± 8 Jam
Kala II : ± 20 menit
Kala III : ± 15 menit
Kala IV : ± 2 jam
Episiotomi : Grade II
Jumlah Perdarahan : 310 cc
Kala I : 30 cc
Kala II : 50 cc
Kala III : 120 cc
Kala IV : 110 cc
Penyulit / Komplikasi: Tidak ada
Tindakan pada masa persalinan: Tidak ada

4. Data kebiasaan sehari-hari yang mempengaruhi kesehatan


a) Pola nutrisi
Makan : 1 kali
Porsi : Sedang
Jenis makan : 1 porsi nasi putih, sayur-sayuran, lauk-pauk.
Pantangan makan: Tidak ada
Minum : ±3 Gelas
Jenis Minum : Air putih +Teh

b) Pola istirahat dan aktivitas


Tidur malam : ± 8 Jam/hari
Tidur siang : ± 1 Jam/hari
Aktivitas : Pekerjaan Rumah Tangga

c) Pola Eliminasi
 BAB
Frekuensi : ±1x sehari Penyulit : Tidak ada
Konsitensi : Lunak Warna : Kuning
 BAK
Frekuensi : ±5x/ hari Penyulit : Tidak ada
Warna : Kuning jernih

d) Genitalia
Warna : Merah
Jumlah : ± 20 cc
Bau : Amis

e) Personal Hygiene
Mandi : 2 kali/hari
Ganti pakaian : 2 kali/hari
Pemakaian pembalut : Ya
Ganti pembalut : 3 kali/hari

d. Data Psikososial
Adat/kebiasaan yang dilakukan selama masa Nifas : Tidak ada
Konsumsi obat-obatan/jamu-jamuan : Tidak ada

II. DATA OBJEKTIF


a. Pemeriksaan Fisik
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
Pulse : 80 x/menit
Suhu : 37, 7°C
RR : 20 x/ menit
b. Pemeriksaan Kebidanan
a) Inspeksi
 Kepala
Rambut : Hitam, bersih, tidak rontok dan tidak ada ketombe.
Hidung : Bersih, tidak ada polip.
Mata : Bersih, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
Mulut : Bersih, tidak ada caries gigi, tidak ada sariawan.
Muka : Tidak pucat, tidak ada cloasmagravidarum
 Leher
Pembengkakan kelenjar tiroid : Tidak ada
Pembengkakan vena jugularis : Tidak ada
 Dada : Tidak ada
 Payudara
Kesimetrisan : Simetris
Puting : Menonjol
Pengeluaran ASI : (+)
Masa/benjolan/pembengkakan/abses: ada pembengkakan
 Abdomen
Keadaan : Tidak ada kelainan
Luka bekas operasi : Tidak ada
 Ekstremitas
Tungkai dan kaki
Varices : Tidak ada
Kemerahan pada betis : Tidak ada
Edema : Tidak ada
 Genetalia : Lochea rubra

b) Palpasi
 Abdomen
TFU : 1 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
Konsistensi : keras
Massa : Tidak ada
Kandung Kemih : Kosong
Involutio uteri : Baik
 Genitalia
Hematoma : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Haemoroid : Tidak ada
Lochea : Sanguinolenta
 Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan
 Inspekulo : Tidak dilakukan
c) Perkusi
Refleks patella : ka (+)/ ki (+)

III. ANALISA DATA


1. Diagnosa :
P1 A0 Post Partum 3 hari dengan bendungan ASI

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu
baik.
TD : 100/70 mmHg
Suhu : 37,7 ºC
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
(Ibu mengerti akan hasil pemeriksaanya)
2. Memberitahu ibu akan dilakukan perawatan payudara
(ibu mengerti perawatan yang akan dilakukan)
3. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin agar tidak terjadi
pembengkakan atau bendungan ASI.
(ibu mengerti dan akan melakukannya)
4. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan dirinya terutama daerah
kemaluanya, dengan cara membersihkan daerah sekitar vulva, anus dari arah
depan ke belakang dan selalu membersihkan di daerah luka jahitan setiap
selesai berkemih dan buang air besar (BAB), menganjurkan ibu untuk
mencuci tanganya dengan air bersih dan sabun setiap sebelum dan sesudah
berkemih dan buang air besar (BAB), dan menganjurkan ibu untuk mengganti
pembalutnya minimal 2 kali sehari.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur minimal 8 jam/ hari
dan menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti, nasi,
sayuran hijau, kacang-kacangan, telur, tempe, tahu, daging dan lain-lain.
(Ibu mengerti dan akan melaksanakannya)
6. Melakukan pendokumentasian dalam SOAP.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini, akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil tinjauan kasus
pada pelaksanaan Manajemen asuhan kebidanan nifas Pada Ny “I” Post partum 3 hari dengan
bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro pada 07 Mei 2021. Untuk memudahkan
pembahasan, maka penulis akan membahas berdasarkan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan dengan SOAP uraian sebagai berikut:
1. Data Subjektif
Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesa pada Ny. I. Pada tahap ini
disebabkan karena respon ibu dalam memberikan informasi begitu pula dengan keluarga,
bidan dan dokter sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang diinginkan. Ny.
I post partum 3 hari dengan bendungan ASI.
Pada kasus Ny. I ibu mengatakan jarang menyusui bayinya karena ibu merasa
kesulitan pada saat menyusui, ibu juga tidak melakukan pumping. Ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan bendungan ASI salah satunya yaitu pengosongan payudara
yang tidak sempurna. Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu
yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, &
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI
tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI). Pada masa laktasi,
bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkinatau jika bayi tidak aktif mengisap,
maka akan menimbulkan bendungan ASI).

2. Data Objektif
Pengumpulan data objektif dilakukan melalui pemeriksaan fisik dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Data diperoleh secara terfokus pada masalah
klien sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien.
Dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa payudara ibu mengeras. Tanda dan
gejala yang selalu ada adalah payudara nyeri dan bengkak pada hari ke 3-5 postpartum,
sedangkan tanda gejala yang terkadang ada adalah kedua payudara bengkak (Walyani ;
Purwoastuti, 2015:160).
Suhu tubuh ibu juga meningkat yaitu 37,7 ºC. Menurut teori pada payudara
penuh/bendungan ASI adalah payudara terasa berat ,panas, dan keras,bila ASI
dikeluarkan tidak terjadi demam (Dewi ; Sunarsih, 2011:40).
3. Diagnosa
Ny. I Post partum 3 hari dengan Bendungan ASI. Ibu jararang menyusui
bayinya adalah salah satu faktor terjadinya bendungan ASI karena adanya pengosongan
payudara yang tidak sempurna. Suhu tubuh ibu yang meningkat juga salah satu tanda
gejalanya. Pada payudara penuh/bendungan ASI adalah payudara terasa berat, panas, dan
keras,bila ASI dikeluarkan tidak terjadi demam (Dewi ; Sunarsih, 2011:40). Pada studi
kasus Ny. I tidak ditemukan adanya kesenjangan.

4. Perencanaan Asuhan Kebidanan


Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanaan
rencana tindakan harus efesien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi dapat
dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan ibu serta kerjasama
dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan.
Pada studi kasus Ny. I post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI
penatalaksanaanya yaitu melakukan perawatan payudara. Penggunaan terapi non
farmakologis untuk mengurangi rasa sakit dari pembengkakan payudara adalah sebagai
berikut akupuntur, (perawatan payudara tradisional) yaitu kompres panas
dikombinasikan dengan pijatan, kompres panas dan dingin secara bergantian, kompres
dingin, daun kubis dan terapi ultrasound. (Ratih, 2019). Menganjurkan ibu untuk
sesering mungkin menyusui bayinya dan merasa nyaman pada saat proses menyusui agar
bayi nya pun merasa nyaman pada saat menyusu sehingga pengosongan payudara pun
menjadi sempurna.
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan praktek melalui
presus tentang asuhan kebidanan nifas pada Ny “I” post partum hari ke 3 dengan bendungan
ASI di RSUD Wongsonegoro, maka bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai
berikut:
A. Kesimpulan
1. Telah dilaksanakan pengkajian dan Analisa data pada Ny. I post partum hari ke-3
dengan bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro.
2. Telah dilaksanakan diagnosa / masalah aktual pada Ny. I post partum hari ke-3
dengan bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro.
3. Melaksanakan Tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada Ny. I post
partum hari ke-3 dengan bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro dengan hasil
yaitu semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya
dengan baik tanpa adanya hambatan.
4. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny. I post partum hari
ke-3 dengan bendungan ASI di RSUD Wongsonegoro dengan hasil yaitu semua
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukakan beberapa saran yaitu:
1. Untuk Pasien
a. Diharapkan ibu untuk menyusi bayinya sesering mungkin agar tidak terjadi
pembengkakan di payudara
b. Diharapkan ibu untuk menjaga asupan nutrisi terutama protein, karna hal ini
dapat membantu memperlancar ASI
c. Diperlukan keterlibatan dari suami dan keluarga dalam perawatan untuk
memberikan dukungan secara psikologis hal ini juga akan berpengaruh terhadap
semangat ibu dalam merawat bayinya
2. Untuk Bidan
a. Bidan sebagai tenaga Kesehatan sangat berperan dalam mencegah terjadinya
pembengkakan atau bendungan ASI
b. Sebagai bidan diharapkan senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih professional
berdasarkan manajemen kebidanan sebagai pertanggung jawaban apabila ada
gugatan.
c. Sebagai tenaga bidan yang professional harus dapat memberikan dukungan,
motivasi agar ibu senantiasa merawat lukanya dengan baik.
d. Perlunya bukti pertanggung jawaban petugas kesehatan terhadap semua asuhan
yang diberikan maka setiap tindakan yang dilakukan harus didokumentasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Boyle, Mauren. 2009. Pemulihan Luka. Jakarta: EGC

Hanifa Wiknjosastro. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi 2. EGC: Jakarta

Herawati.2010. Hubungan Perawatan Perineum dengan Kesembuhan Luka Perineum pada


Ibu Nifas Hari Keenam di Bidan Praktik Swasta Mojokerto Kedawung Sragen.
Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Manuaba. (2012) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Rukiyah. 2011. Asuhan Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Trans Info Media

Sjamsuhidajat R (2010). Buku ajar ilmu bedah Sjamsuhidajat- de Jong Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai