“BBLR”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus Patologi
dosen pengampu Rini Susanti, S.Si.T., M.Kes
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas pendidikan anti
korupsi.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Asuhan Kebidanan Neonatus Patologi tentang “BBLR”. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Data World Health Organization (WHO) memperlihatkan sekitar 20 juta bayi berat lahir
rendah (BBLR) lahir setiap tahunnya yang dapat disebabkan oleh kelahiran sebelum waktunya
(prematur) maupun perkembangan janin terhambat saat dalam kandungan. Bayi dengan berat lahir
rendah merupakan penyumbang tertinggi angka kematian neonatal (AKN). Dari sekitar 4 juta
kematian neonatal, prematur dan BBLR menyumbang lebih dari seperlima kasus, dan Indonesia
terdaftar sebagai negara di urutan ke-8 berdasarkan jumlah kematian neonatal per tahun menurut
data WHO. Prevalensi BBLR di Indonesia berkisar antara 2 hingga 17,2% dan menyumbang
29,2% AKN.
Masalah utama bayi baru lahir pada masa perinatal dapat menyebabkan kematian,
kesakitan dan kecacatan. Hal ini merupakan akibat dari kondisi kesehatan ibu yang jelek,
perawatan selama kehamilan yang tidak adekuat, penanganan selama persalinan yang tidak tepat
dan tidak bersih, serta perawatan neonatal yang tidak adekuat. Bila ibu meninggal saat melahirkan,
kesempatan hidup yang dimiliki bayinya menjadi semakin kecil. Kematian neonatal tidak dapat
diturunkan secara bermakna tanpa dukungan upaya menurunkan kematian ibu dan meningkatkan
kesehatan ibu. Perawatan antenatal dan pertolongan persalinan sesuai standar, harus disertai
dengan perawatan neonatal yang adekuat dan upaya-upaya untuk menurunkan kematian bayi
akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir (seperti tetanus neonatorum, sepsis), hipotermia
dan asfiksia. Sebagian besar kematian neonatal yang terjadi pasca lahir disebabkan oleh penyakit
– penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan biaya yang tidak mahal, mudah dilakukan, bisa
dikerjakan dan efektif.
Intervensi yang efektif masih sangat terbatas akibat terbatasnya jumlah fasilitas dan tenaga
yang terampil. Akibatnya angka morbiditas dan mortalitas bayi BBLR menjadi tinggi. Perawatan
dengan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu cara yang sederhana dan terbukti efektif
untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan dasar bayi, antara lain kehangatan, ASI, perlindungan
infeksi, dan stimulasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan BBLR?
2. Apa saja karakteristik BBLR?
3. Apa faktor-faktor penyebab BBLR?
4. Apa akibat dari BBLR?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari BBLR?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana perencanaan perawatan BBLR dengan metode kangguru.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui pengertian, karakteristik, faktor, akibat dan penatalaksanaan BBLR.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari rp2.500 G bayi yang lahir dengan
berat kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua
bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang dari 1500 gram dan BBLR bila berat
badan lahir antara 1501-2499 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat ahir 1000-1500 gram.
3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
B. Karakteristik BBLR
1. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang
dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm
9. Kulit tipis dan transparan lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan
lengan.
11. Genetalia belum sempurna pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
12. Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah.
13. Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu
tindakan preventif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan
prematuritas (BBLR).
Berat badan lahir seorang bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari
bayi itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :
Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu hamil. Gizi yang cukup akan menjamin
bayi lahir sehat dengan berat badan cukup. Namun kekurangan gizi yang adekuat dapat
menyebabkan berat badan lahir rendah.
D. Akibat BBLR
Tingginya angka Ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring dengan hidup resiko tinggi untuk
melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita kekurangan gizi. Apabila
tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat,
terlebih lagi Apabila mendapat ASI eksklusif yang kurang dan makanan pendamping ASI yang
tidak cukup. Oleh karena itu bayi BBLR cenderung besar menjadi balita dengan status gizi yang
rendah. Balita kurang gizi cenderung tumbuh menjadi remaja yang mengalami gangguan
pertumbuhan dan mempunyai produktivitas yang rendah. Jika remaja ini tumbuh dewasa maka
remaja tersebut akan menjadi dewasa yang pendek, dan apabila itu wanita maka jelas wanita
tersebut akan mempunyai resiko melahirkan bayi BBLR lagi terus berlangsung hingga hari ini.
2. Hipotermi
Hal ini terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan
permukaan tubuh yang lebih luas dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir
normal. Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu yang belum berfungsi dengan
baik dan produksi panas yang berkurang karena lemak coklat (Brown fat) yang belum cukup.
3. Asfiksia
Asfiksia atau gagal bernafas secara spontan saat lahir atau beberapa menit setelah lahir sering
menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (ratio
lesitin atau sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan pengembangan yang belum sempurna
otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung atau pliable thorax.
4. Kematian
Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat badan lahir rendah
kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih besar jika dibandingkan dengan bayi yang berat
badan lahir normal. Hal ini dikarenakan organ tubuhnya belum berfungsi sempurna seperti bayi
normal. Oleh karena itu, ia mengalami banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya. Semakin
pendek masa kehamilannya maka semakin kurang sempurna pertumbuhan organ-organ dalam
tubuhnya sehingga mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan angka kematian pada bayi.
E. Penatalaksanaan
Dengan memperlihatkan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi
pada bayi prematur Itas maka perawatan dan pengawasan ditunjukkan pada pengaturan suhu,
pemberian makanan bayi, ikterus, pernafasan, hipoglikemia dan menghindari infeksi.
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas dan menjadi hipotermi karena pusat
pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolisme rendah dan permukaan badan relatif
luas titik oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim, apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna,
untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi dapat mengalami
hipotermia. Bayi dengan hipotermia sangat beresiko tinggi mengalami kesakitan berat bahkan
kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak
segera dikeringkan dan diselimuti walaupun di dalam ruangan yang relatif hangat. Cegah
kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain:
a) Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk mencegah kehilangan
panas akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi. Hal ini juga merupakan
rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernafasan.
b) Selimuti bayi dengan Selimut atau kain bersih, kering dan hangat. Segera setelah tubuh bayi
dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk dan kain yang telah dipakai kemudian selimuti
bayi dengan selimut dan kain hangat, kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan dekat tubuh
bayi akan menyebabkan bayi tersebut mengalami kehilangan panas tubuh. jika selimut bayi harus
dibuka untuk melakukan suatu prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau selimut
kering, segera setelah prosedur selesai.
c) Tutupi kepala bayi.
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut
tidak ditutup.
Pelukan Ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas.
Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus
dimulai dalam waktu 1 jam pertama kelahiran.
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya terutama jika tidak
menggunakan pakaian, sebelum melakukan penimbangan terlebih dulu selimuti bayi dengan kain
atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat Bayi
berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut. Bayi sebaiknya
dimandikan sedikitnya 6 jam Setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah
lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan bayi baru lahir.
Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya di tempat tidur
yang sama. Menempatkan bagi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga
agar bayi tetap hangat, mendorong Ibu segera menyusukan bayi nya dan mencegah paparan infeksi
pada bayi.
g) Rangsangan taktil
Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai reflek protektif ada tubuh bayi baru lahir.
Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi titik untuk bayi yang sehat hal ini
biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernafasan spontan. Jika bayi tidak memberikan
respon terhadap pengeringan dan rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda
kegawatan, Segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.
2. Skin to skin contact
Dewasa ini sudah banyak sekali penelitian yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi harus
berdekatan, kulit ke kulit dalam kurung (bayi telanjang, tidak dibedong) segera setelah lahir, juga
setelahnya titik bayi lebih bahagia, suhu tubuh bayi lebih stabil dan lebih normal, detak jantung
bayi dan pernapasannya lebih stabil dan lebih normal, serta gula darah bayi lebih meningkat. Tidak
hanya itu, kontak kulit segera setelah lahir membuat bayi di kolonisasi oleh bakteri yang sama
seperti ibunya. Hal ini, ditambah menyusu dari ibu dipandang penting untuk mencegah penyakit
penyakit alergi titik Apabila bayi diletakkan dalam inkubator, kulit dan usus nya semakin
terkolonisasi oleh bakteri yang berbeda dari bakteri tubuh ibunya.
2) Persiapan bayi
a) Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat
b) Bayi perlu memakai tutup kepala atau topi dan popok selama penggunaan metode ini.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti incubator dalam
perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain: merupakan cara yang efektif untuk
memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu,
dimana tubuh ibu akan menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan
kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan pemberian ASI, perlindungan
dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. PMK dapat menurunkan kejadian infeksi,
penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta meningkatnya hubungan antara ibu
dan bayi serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Perawatan Metode Kangguru
ini dapat digunakan lebih efektif bagi tenaga kesehatan untuk membantu memenuhi sebagian besar
kebutuhan dasar bayi, antara lain kehangatan, ASI, perlindungan infeksi, dan stimulasi pada bayi
BBLR.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ghadira. 2018. Kangaroo Mother Care. https: / / seputarkuliahkesehatan. blogspot. Com / 2018 /
07 / makalah-tentang-kangoroo-mother-care.html diakses : 12 November 2019
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Pra Sekolah. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar