DISUSUSN OLEH:
RIA MA’RIFAH
161211033
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Emesis gravidarum merupakan hal yang fisiologis akan tetapi apabila tidak
segera diatasi akan menjadi hal yang patologis. Sebagian besar emesis
gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan serta pemberian obat penenang
dan anti muntah, tetapi sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi
mual muntah berkelanjutan sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari, dan
jatuh dalam keadaan yang disebut hiperemesis gravidarum (Nugroho, 2012).
Mual dan muntah pada kehamilan merupakan reaksi tubuh ibu terhadap
perubahan yang terjadi akibat kehamilan. Mual dan muntah biasanya timbul
sejak usia gestasi 5 minggu, yang dihitung berdasarkan Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT), dan mencapai puncak pada usia gestasi 8 hingga 12 minggu
serta berakhir pada usia gestasi 16 hingga 18 minggu (Pratama, 2016).
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya emesis gravidarum antara
lain : 1) Primigravida, 2) Wanita yang pendidikannya kurang, 3) Merokok, 4)
Kelebihan berat badan atau obesitas, 5) Memiliki riwayat mual dan muntah
pada kehamilan sebelumnya, 6) Hormonal dikarenakan level HCG yang
meningkat, 7) Faktor plasenta (Hartiningtiyaswati, 2015).
Penanganan yang dapat dilakukan untuk menangani emesis gravidarum
antara lain adalah Penanganan farmakologi dan Penanganan non farmakologi.
Banyak ibu beralih ke penanganan non-farmakologi untuk mengatasi mual dan
muntah yang dialami karena khawatir akan dampak yang mungkin ditimbulkan
oleh penanganan farmakologi terhadap perkembangan janin. Penanganan non
farmakologi yang dapat dilakukan antara lain : 1) Herba, 2) Akupuntur, 3)
Akupresur (Pratama, 2016).
Akupresur berasal dari kata accus dan pressure, yang berarti jarum dan
menekan. Akupresur merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan
rangsangan (stimulasi) titik akupunktur dengan teknik penekanan atau teknik
mekanik. Penekanan dilakukan sebagai pengganti penusukan jarum yang
dilakukan pada akupunktur dengan tujuan untuk melancarkan aliran energi
vital pada seluruh tubuh (Kemenkes RI, 2015).
1
Titik-titik yang umumnya dimanipulasi pada kondisi mual dan muntah
yaitu titik P6. Titik P6 adalah titik yang terletak di alur meridian selaput
jantung. Meridian selaput jantung memiliki dua cabang, sebuah cabangnya
masuk ke selaput jantung dan jantung, kemudian terus ke bawah menembus
diagfragma, ke ruang tengah dan ruang bawah perut. Meridian ini juga
melintasi lambung dan usus besar (Sukanta, 2018).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan dengan terapi akupresur terhadap
kejadian mual muntah pada ibu hamil di Klinik Pratama Istika pada Ny N
umur 24 tahun G1P0A0 umur kehamilan 10 Minggu
2. Tujuan Khusus
a. Penulis Mampu
1) Melakukan pengkajian data subjektif yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan terapi akupresur menurunkan
mual muntah.
2
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
terapi akupresur menurunkan mual muntah
2. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Menambah pengetahuan dan informasi terkait dengan ibu hamil
dengan terapi akupresur menurunkan mual muntah.
3. Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai masukan bagi fasilitas pelayanan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada ibu hamil dengan
terapi akupresur menurunkan mual muntah
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori
1. Pengertian Kehamilan
4
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terkhir
(HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal
persalinan.
b) Mual dan Muntah (nausea and vomiting)
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan
hingga akhir triwulan pertama.
c) Mengidam (ingin makanan khusus)
Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu
terutama pada bulan-bulan triwulan pertama, mereka juga tidak
tahan suatu bau-bauan.
d) Pingsan
Apabila berada ditempat-tempat ramai yang sesak dan
padat wanita yang sedang hamil dapat pingsan.
e) Tidak ada selera makan
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan,
kemudian nafsu makan timbul kembali.
f) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan
pengaruh estrogen dan progesteron merangsang duktus dan alveoli
payudara.
g) Miksi sering, karena kandungan kemih tertekan oleh rahim yang
membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua kehamilan.
Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul kembali karena
kandung kemih tertekan oleh kepala janin.
h) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta,
dijumpai dimuka, aerola payudara, leher dan dinding perut.
i) Pemekaran vena-vena atau varises dapat terjadi ada kaki, betis dan
vulva, biasanya dijumpai di triwulan terakhir.
2) Tanda-tanda kemungkinan hamil
a) Perut membesar, terjadi karena pertumbuhan janin dalam
kandungan semakin hari semakin membesar sehingga perut ibu
menjadi terlihat membesar
b) Uterus membesar, terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan
konsistensi Rahim
5
c) Tanda hegar. Ditemukannya serviks dan isthmus uteru yang lunak
pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4-6 minggu
d) Tanda Chadwick, perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat
di porsio vagina dan lama. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran
vena karena peningkatan kadar estrogen.
e) Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika dirangsang (Braxton Hicks)
3) Tanda pasti
a) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba juga
bagian bagian janin
b) Denyut jantung janin. Dicatat dengan stetoskop-monoaural
leanec, dicatat dan didengar dengan alat doppler, dilihat pada
ultrasonografi.
c) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen (Mochtar, 2012).
2. Mual Muntah (Emesis Gravidarum)
a. Pengertian
Mual dan muntah atau dalam bahasa medis disebut emesis
gravidarum atau morning sickness merupakan suatu keadaan mual
yang terkadang disertai muntah (frekuensi kurang dari 5 kali). Selama
kehamilan sebanyak 70-85% wanita mengalami mual muntah
(Wegrzyniak, dkk, 2012).
1. Stadium Pertama
2.Stadium kedua
7
sering kali menyertai mual dan terjadi sebelum muntah, terdiri atas
gerakan pernafasan spasmodik melawan glotis dan gerakan inspirasi
dinding dada dan diafragma (Anggi, 2018).
3. Stadium ketiga
8
hingga terjadi abortus (Wiknjosastro, 2015).
3.Akupresure
1.Pengertian Akupresure
Akupresur atau akupuntur tanpa jarum merupakan salah satu metode
pengobatan atau penyehatan dengan pemijatan atau penekana jari
dipermukaan kulit, dimana pemijatan atau penekanan tersebut akan
mengurangi ketegangan, meningkatkan sirkulasi darah dan merangsang
kekuatan energi tubuh untuk menyembuhkan atau menyehatkan. (Dewi,
dkk, 2017).
Akupresur disebut juga dengan terapi totok/tusuk jari adalah salah satu
bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-
titik tertentu atau acupoint pada tubuh. Akupresur juga diartikan sebagai
menekan titik-titik penyembuhan menggunakan jari secara bertahap yang
merangsang kemampuan tubuh untuk penyembuhan diri secara alami.
(Setyowati, 2018).
9
mengembalikan sistem keseimbangan (homeostatis) tubuh yang terwujud
dengan adanya aliran qi yang teratur dan harmonis dalam meredian
sehingga pasien sehat kembali. Dengan menguatkan qi, daya tubuh
menjadi baik, penyebab penyakit dapat dihilangkan secara tidak
langsung. Hilangnya penyebab penyakit dan kuatnya ci dapat
mengembalikan keadaan yin dan yang sehingga penyakit bisa sembuh dan
orang menjadi sehat kembali. (Setyowati, 2018).
10
1. Data subyektif menurut Ambarwati, dkk (2015).
a. Identitas Pasien
1) Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan pelayanan.
2) Umur Pasien
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya risiko yang
dipengaruhi umur, umur berisiko <20 dan >35 tahun saat hamil
akan meningkatkan risiko terjadinya abortus dikarenakan uterus
yang tidak siap untuk dibuahi
3) Agama Pasien
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Pendidikan Pasien
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya,sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
5) Suku/bangsa Pasien
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari.
6) Pekerjaan Pasien
Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola
sosialisasi,dan data pendukung dalam menentukan pola
komunikasi yang akan dipilih selama asuhan. Pada kasus
11
abortus ibu tidak dianjurkan untuk melakukan pekerjaan yang
berat, angka abortus ditemukan bertambah pada wanita yang
bekerja mengangkat barang berat dan berdiri berjam-jam, atau
pajanan terhadap kebisingan yang berlebih, getaran atau udara
dingin ( Jeyaratnam & Koh, 2012).
7) Alamat Pasien
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama menurut Sulistyawati (2019) dikaji untuk
mengetahui tanda dan gejala yang berhubungan dengan mual muntah.
c. Riwayat Haid
Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan masa
nifas, namun dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai
gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya
(Sulistyawati, 2019)
Beberapa data yang harus yang kita peroleh dari riwayat
menstruasi sebagai berikut :
1) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi
(Sulistyawati, 2019).
2) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya
sekitar 23-32 hari (Sulistyawati, 2019).
3) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang
dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data
yang valid (Sulistyawati, 2019). Banyaknya darah yang keluar
dapat
12
mengakibatkan terjadinya anemia.
4) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami menstruasi misalnya nyeri hebat, sakit kepala
sampai pingsan atau jumlah darah yang banyak (Sulistyawati,
2019).
5) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)
Untuk menghitung tafsiran umur kehamilan ibu, abortus terjadi
saat umur kehamilan <22 minggu
6) Taksiran persalinan/perkiraan kelahiran
Untuk membantu penetapan tanggal perkiraan
kelahiran.
d. Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah
atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologisnya (Ambarwati dkk, 2014).
e. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1) Riwayat kehamilan
Untuk mengetahui jumlah kehamilan (gravida), jumlah anak
yang hidup, jumlah kelahiran prematur, jumlah keguguran,
kehamilan dengan tekanan darah tinggi, berat bayi <2,5 atau 4 kg,
dan masalah lain (Astuti, 2012), Menurut prawihardjo (2009)
riwayat abortus pada penderita upakan predisposisi terjadinya
abortus berulang.
2) Riwayat persalinan
Untuk mengetahui apakah pasien bersalin secara pervaginam,
melalui bedah besar, dibantu forcep atau vakum (Astuti, 2012).
3) Riwayat nifas
Untuk menanyakan apakah pasien mengalami perdarahan pasca
persalinan sebelumnya (Astuti, 2012).
f. Riwayat hamil sekarang Menurut Astuti (2012), meliputi:
1) Umur kehamilan
13
2) Gerakan janin
3) Keluhan-keluhan pada trimester I, II, III
4) ANC (Antenatal Care/asuhan kehamilan)
Untuk mengetahui dimana tempat ia mendapat asuhan
kehamilan dan untuk menanyakan asuhan apa saja yang sudah
diberikan.
5) Penyuluhan yang pernah didapat
Untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang kira-kira
telah di dapat pasien dan berguna bagi kehamilanya.
6) Imunisasi TT
Untuk menanyakan pada klien sudah pernah mendapatkan
imunisasi TT. Apabila belum, bidan bisa memberikannya.
7) Obat-obatan yang pernah dikonsumsi
Menanyakan apakah ibu/suami merokok atau
mengkonsumsi obat terlarang yang merugikan kesehatan
(Mandriwati, 2006). Merokok lebih dari 10 batang per hari
dikaitkan dengan peningkatan risiko abortus spontan dan beberapa
studi menunjukkan risiko abortus spontan meningkat dengan ayah
merokok (Fauziyah, 2012)
8) Kebiasaan buruk
Pada kasus abortus, kebiasaan buruk sehari-hari ibu dapat
menjadi faktor pencetus terjadinya abortus
g. Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui metode apa yang pernah digunakan pasien,
berapa lama telah menggunakan alat kontrasepsi tersebut, dan apakah
pasien mempunyai masalah saat menggunakan alat kontrasepsi
tersebut (Astuti, 2012).
h. Riwayat Kesehatan
Menurut Ambarwati dkk (2014), riwayat kesehatan meliputi:
1) Riwayat kesehatan yang lalu
14
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, dm, hipertensi,
asma.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguanterhadap kesehatan
pasien, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
i. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari (terakhir)
Menurut Ambarwati dkk (2014), pola pemenuhan
kebutuhan sehari-hari meliputi:
1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makan, makanan pantangan. Pada kasus ibu
bersalin dengan kala II lama bagaimana pasien mencukupi asupan
gizinya, minuman atau cairan yang masuk (Astuti, 2012).
2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebisaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan tidur siang,kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur,penggunaan waktu luang.
4) Personal hygiene
Untuk mengetahui kapan terakhir mandi, keramas, gosok gigi,
ganti baju, dan ganti pakaian dalam (Ari Sulistyawati dan
Nugraheny, 2014). Personal hygiene menurut Sulistyawati (2019)
perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana klien menjaga kebersihan
15
dirinya terutama daerah genetalia, karena jika kebersihan genetalia
kurang dapat memicu terjadinya infeksi.
5) Aktivitas
Untuk mengetahui aktifitas sehari-hari pasien, karena data ini
memberikan gambaran kita tentang seberapa berat aktifitas yang
biasa dilakukan pasien dirumah (Ari Suistyawati dan Nugraheny,
2014). Menurut Mufdillah (2019) pengkajian pada pola aktifitas
dan istirahat yaitu untuk mengetahui aktifitas ibu berlebihan atau
tidak, adakah trauma atau kecelakaan kerja yang dialami ibu hamil
karena hal ini dapat menyebabkan Abortus.
j. Data Psikososial
Untuk mengetahui respon keluarga terhadap persalinan, respon
pasien terhadap kelahiran bayinya, kehamilan ini, tentang proses
persalinan, dan untuk mengetahui adat istiadat setempat yang berkaitan
dengan persalinan (Ari Sulistyawati dan Nugraheny, 2014).
2. Data Objektif
Langkah-langkah pemeriksaan menurut Sulistyawati (2019)
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah
sebagai berikut.
(a) Baik
(b) Lemah
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar).
b. Pemeriksaan tanda - tanda vital
Menurut Astuti (2012), pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi :
16
1) Tekanan darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat tensimeter
dan stetoskop. Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai
140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg. Hipertensi
jika tekanan sistolik sama dengan atau lebih dari 140 mmHg.
Hipotensi jika diastolik sama dengan atau kurang dari 70 mmHg.
2) Nadi
Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba pulsasi pada arteri
di beberapa tempat, seperti carotis, brachialis, radialis, femoralis,
dorsalis pedis, dan lain lain.Frekuensi nadi normal 60 sampai 100
kali / menit, takikardi > 100 kali / menit, bradikardi < 60 kali /
menit (Purwaningsih, 2014).
3) Pernapasan
Frekuensi pernapasan normal 16 sampai 24 kali / menit. Bila
frekuensi pernapasan lebih dari normal disebut takipnea,
sedangkan kurang dari normal disebut bradipnea. Pada kasus kala
II Ibu bersalin normal respirasi ibu tidak berubah menjadi cepat
(Purwaningsih, 2014).
4) Suhu
Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5- 37,20C.
Temperatur rectal 0,5-10C lebih tinggi dibanding dengan mulut
dan suhu mulut lebih tinggi 0,50C dari suhu axilla. Keadaan dimana
suhu badan lebih 37,20C disebut demam atau febris,sedangkan
hipotermia jika suhu badan mencapai 350C. Menurut Hidayat dan
Uliyah (2016) mengatakan mengkaji suhu untuk mengetahui
tanda- tanda infeksi, karena adanya sisa hasil konsepsi yang
tertinggal di dalam uterus, maka terjadi nekrosis dan membusuk
sehingga menimbulkan infeksi pada desidua yang dapat
menyebabkan suhu tubuh meningkat, batas normal 35,6-37,60C.
c. Pemeriksaan Antrompometri
1) Tinggi badan
17
Dilakukan saat pertama kali ibu melakukan pemeriksaan.
Mengetahui tinggi badan sangat penting karena untuk mengetahui
ukuran panggul ibu (Astuti, 2012).
2) Berat badan
Kenaikan berat badan yang mendadak dapat merupakan tanda
bahaya komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia. Dalam trimester I
berat badan wanita hamil biasanya belum naik bahkan biasaanya
menurun karena kekurangan nafsu makan. Dalam trimester terakhir
terutama karena pertumbuhan janin dan uri berat badan naik
sehingga pada akhir kehamilan berat badan naik sehingga pada
akhir kehamilan berat badan wanita bertambah kurang lebih 11 kg
dibanding sebelum hamil. Pada trimester terakhir berat badan tiap
minggu lebih dari 0,5 kg harus diperhatikan kemungkinan
preeklamsi (Astuti, 2012).
3) Lila
Dikaji untuk mendapatkan gambaran status gizi pasien (Astuti,
2012). Status gizi yang buruk dapat meningkatkan terjadinya
abortus pada kehamilan muda
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
(Ari Sulistyawati dan Nugraheny, 2014)
2) Muka
Meliputi pemeriksaan oedema dan cloasma gravidarum
(Astuti, 2012).
3) Mata
Untuk mengetahui warna conjungtiva dan sklera, kebersihan
mata, ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan penglihatan
(rabun jauh/dekat) (Sulistyawati, 2019).
4) Hidung
18
Untuk mengetahui kebersihan hidung klien, ada benjolan atau
tidak, apakah klien alergi terhadap debu atau tidak (Sulistyawati,
2109).
5) Telinga
Untuk mengetahui canalis bersih atau tidak, radang, cairan
yang keluar, adakah benda asing.
6) Mulut/gigi/gusi
Untuk mengetahui keadaan bibir, lidah dan gigi klien.
Mengkaji warna bibir, integritas jaringan (lembab, kering atau
pecah-pecah). Mengkaji lidah klien tentang warna dan
kebersihannya serta gigi klien tentang kebersihan gigi, caries atau
tidak serta gangguan pada mulut (bau mulut).
7) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe dan
parotitis (Sulistyawati, 2019).
8) Dada dan Axilla
Mammae : Untuk mengetahui bentuk, ukuran, kesimetrisan
payudara, puting payudara menonjol atau masuk kedalam, ada atau
tidak hiperpigmentasi aerola adanya kolostrum atau cairan lain
misalnya ulkus, massa atau pembesaran pembuluh limfe
Axilla : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe
pada ketiak dan adakah nyeri tekan (Saifuddin, 2016).
9) Ekstremitas
Untuk mengetahui apakah tangan dan kaki oedema atau pucat
pada kuku jari, adanya varices, refleks patella untuk melihat
apakah terjadi gerakan hipo atau hiper.
10) Abdomen
Inspeksi
Meliputi pemeriksaan luka bekas operasi, pembesaran perut,
linea nigra, strie gravidarum (Astuti, 2012).
Palpasi Leopold
19
Palpasi Leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu
bayi untuk menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan
palpasi abdomen. Palpasi Leopold terdiri dari 4 langkah yaitu:
Leopold I
Leopold I bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan
bagian lain yang terdapat pada bagian fundus uteri. Pada kasus ibu
bersalin dengan kala II lama dilakukan pemeriksaan leopold I
dengan hasil letak fundus uteri dan bagian fundus uteri normal.
Leopold II
Leopold II bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian
kecil janin di sepanjang sisi maternal Pada persalinan dengan kala
II lama dilakukan pemeriksaan leopold II dengan hasil punggung
dan bagian kecil berada pada letak normal.
Leopold III
Leopold III bertujuan untuk membedakan bagian presentasi dari
janin dan sudah masuk dalam pintu panggul. Pada kasus ini bagian
terbawah janin teraba lunak karena plasenta terdapat di segmen
bawah uterus.
Leopold IV
Leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan
pada pemeriksaan leopoldIII dan untuk mengetahui sejauh mana
bagian presentasi sudah masuk pintu atas panggul. Pada kasus ini
bagian terbawah janin belum turun, kepala masih goyang
(Nugraheni, 2014).
Kontraksi ada atau tidak
TBJ : dapat ditentukan berdasarkan Johnson Toshack yang berguna
untuk mengetahui pertimbangan persalinan secara spontan
pervaginam (Astuti, 2012).
Auskultasi : Normal terdengar denyut jantung janin di bawah pusat
ibu (baik bagian kiri atau bagian kanan),mendengar denyut jantung
janin meliputi frekuensi dan keteraturan. DJJ dihitung selama 1
20
menit penuh. Jumlah DJJ normal antara 120 sampai 140x/menit.
11) Pemeriksaan Panggul
Untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat
kelainan atau keadaan yang dapat menimbulkan penyulit persalinan
(Astuti, 2012).
12) Anogenital
Menurut Astuti (2012), pemeriksaan yang harus dilakukan, yaitu
Vulva, vagina dan perineum: Meliputi pemeriksaan varises, luka,
kemerahan, pengeluaran pervaginam, kelenjar bartholini (bengkak,
massa). Menurut Saifuddin (2016) pemeriksaan genetalia yaitu
untuk mengetahui keadaan genetalia eksternal yang meliputi
kesimetrisan labia mayora dan labia minora, ada atau tidak varices,
dan oedem, adakah pembesaran kelenjar bartholini dan cairan yang
keluar.
Anus: Meliputi pemeriksaan haemoroid.
e. Pemeriksaan Penunjang
Mendukung diagnosis medis, pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang lainnya diarahkan (Prawirohardjo,
2017).
3. Assesment
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
meliputi diagnosis atau masalah kebidanan, antisipasi atau masalah
potensial serta perlunya tindakan segera untuk mengantisipasi
diagnosis/masalah potensial Muslihatun (2019).
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan menurut (Mufdillah, 2012) adalah diagnosa
yang ditegakkan dalam lingkup praktik. Pada kasus ini diagnosa
kebidanan meliputi:
21
Ny... umur ... tahun,G ... P... A..., umur kehamilan ... dengan mual
muntah.
1) Data Subyektif
Adalah data yang ditetapkan untuk mengetahui keluhan
atau masalah yang dirasakan.
22
Masalah potensial yang terjadi pada pasien mual muntah
4. Penatalaksanaan
Merupakan rencana yang disusun berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi data. Tindakan yang dilakasanakan harus mampu membantu
pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi
tenaga kesehatan lain.
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
B. Data Subjektif
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil pertama dengan usia kehamilan 10 minggu serta
mengeluh mual muntah.
3. Riwayat Menstruasi
Siklus haid : teratur 28 hari
Lama Haid : 7 hari
Jumlah darah : 2-3x ganti pembalut dalam sehari
HPHT : 18-8-2021
HPL : 25-5-2022
24
Keluhan : tidak ada
4. Riwayat pernikahan
Pernikahan ke : ibu 1 ; suami 1
Usia menikah : ibu 24 tahun ; suami 26 tahun
Lama menikah : 4 bulan
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :
Anak Nifas
Tahun Umur Jenis Keadaan anak
No Penolong Komplikasi
Partus Kehamilan partus Sekarang
Kea lakta
JK BB PB
d si
10
1 Hamil Minggu
ini
2
6. Riwayat Ginekologi
Usia Kehamilan : 10 minggu
Riwayat ANC : Trimester I : 3x di bidan
25
Riwayat imunisasi TT: 4 x
Obat-obatan yang dikonsumsi: ibu mengatakan selama hamil hanya
mengkonsumsi obat dari bidan, vitamin untuk kehamilannya
26
BAB Ibu mengatakan sebelum Ibu mengatakan saat
hamil BAB 1xsehari, hamil BAB 1xsehari,
konsistensi lembek konsistensi lembek
warna kuning kecoklatan warna kuning
kecoklatan
BAK Ibu mengatakan sebelum Ibu mengatakan
hami BAK 4-5xsehari, sebelum hami BAK
warnanya kekuningan ±6x sehari, warnanya
kadang jernih jernih
Aktivitas Ibu mengatakan aktivitas Ibu mengatakan
sebelum hamil aktivitas saat hamilnya
mengerjakan pekerjaan sama seperti sebelum
rumah tangga seperti hamil yaitu
menyapu, mengepel, mengerjakan pekerjaan
mencuci piring, memasak. rumah tangga seperti
menyapu, mengepel,
mencuci piring,
memasak, tetapi untuk
pekerjaan yang berat
ibu tidak
mengerjakannya seperti
mengangkat pakaian
sebelum dan setelah di
jemur
Istirahat Ibu mengatakan sebelum Ibu mengatakan saat
hamil tidur malam 6-7 jam hamil tidur malam 6-7
sehari jam sehari, tidur siang ±
30 menit
Personal Hygiene Ibu mengatakan sebelum Ibu mengatakan saat
hamil mandi 2x sehari, hamil mandi 2x sehari,
menggosok gigi 2- 3x menggosok gigi 2- 3x
sehari, keramas 2 hari sehari, keramas 2 hari
sekali, mengganti sekali, mengganti
pakaian 2x sehari pakaian 2x sehari sama
seperti sebelum hamil
Pola Seksual Ibu mengatakan sebelum Ibu mengatakan
hamil melakukan terakhir melakukan
hubungan seksual hubungan seksual
dengan suaminya 1x dengan suaminya 2
seminggu kadang 2 bulan yang lalu
minggu sekali
27
10. Psikososial budaya
a. Perasaan ibu saat ini : Ibu mengatakan khawatir
dengan kehamilannya saat ini
b. Kehamilan ini direncanakan / tidak :Ibu mengatakan
merencanakan kehamilannya bersama suami
c. Dukungan keluarga :Ibu mengatakan semua
keluarga senang atas kehamilannya
d. Keluarga lain yang tinggal serumah :Ibu mengatakan tinggal
bersama ibu mertua dan suami
e. Pantangan makanan :Ibu mengatakan tidak ada
pantangan makanan apapun
f. Kebiasaan adat-istiadat : Ibu mengatakan di
keluarganya terdapat adat bulanan
C. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
2. Tanda-tanda vital :
a. TD : 110/70 mmHg
b. N : 88 x/m
c. R : 22x/m
d. S : 36,5OC
3. Pemeriksaan antropometri
a. Berat badan : 41 kg
b. Tinggi badan : 155 cm
c. Lingkar lengan atas : 24 cm
4. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala : rambut bersih, tidak ada nyeri tekan ataupun
adanya benjolan
b. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus,
simetris antara kedua mata
28
c. Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret, tidak ada
nyeri tekan
d. Telinga : simetris, bersih, pendengaran baik
e. Mulut : tidak ada kelainan bentuk, mukosa bibir kering,
tidak ada gigi berlubang
f. Wajah : tidak oedem, tampak pucat.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan
tiroid, tidak ada nyeri tekan
h. Payudara : simetris, tidak ada benjolan, asi belum keluar
i. Abdomen : tidak terdapat luka operasi
Leopold II : (-)
Leopold IV : (-)
j. Ekstremitas atas : jumlah jari lengkap, tidak oedem
k. Ekstremitas bawah : jari lengkap, tidak oedem, reflek patela +/+
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraturium
Golongan darah : B
b. Pemeriksaan USG : belum dilakuakn
II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan :
Ny. N umur 24 tahun G1P0A0 Umur kehamilan 10 minggu dengan
emesis gravidarum
29
1. Data Subjektif
a. Ny.N mengatakan hamil anak pertama
b. Ny.N mengeluh serih mual muntah
2. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
KU : baik
Kesadaran : composmentis
2) Pemeriksaan TTV
TD : 1100/70 mmHg
N : 88 x/m
R : 22x/m
S : 36,5 OC
B. Masalah : mual muntah
C. Kebutuhan : makan sedikit tapi sering
V. PERENCANAAN
1. Melakukan pendekatan pada ibu
2. berikan informasi kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
3. anjurkan ibu untuk makan sesuai dengan porsi ibu hamil trimester pertama
4. anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene setiap hari
5. beritahukan kepada ibu penyebab mual muntah
6. anjurkan ibu untuk makan sedikit tapi sering
7. motofasi ibu untuk tetap makan walau ingin muntah
8. memberitahu kepada ibu terapi akupresure untuk mengurangi mual muntah
9. memberikan asam folat dan vitamin B6
10. anjurkan ibu untuk kembali 1 bulan lagi
30
VI. PELAKSANAAN
VII. EVALUASI
1. Ny. N merespon dengan kooperaktif
2. Ny. N dan pasangan memahami penjelasan bidan
3. Ny. N mengeti dengan penjelasan yang diberikan
4. Ny.N mengerti dengan penjelasan yang diberikan
5. Ny.N memahami dengan penjelasan yang diberikan
6. Ny.N mengerti dengan penjelasan yang diberikan
7. Ny.N memahami penjelasan bidan
8. Ny.N dapat memahami dan mengikuti terapi akupresur yang diberikan
9. Ny.N mengerti dengan penjelasan yang diberikan
10. Ny.N mengerti dengan penjelasan yang diberikan
31
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. N umur 24 tahun di ruang KIA
pada tanggal 03 November 2021 jam 18:00 WIB di Klinik Pratama Istika, diperoleh
hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik klien yaitu dengan keluhan mual muntah,
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV :, TD : 110/70 mmg, N: 80
x/menit, S: 36,5°C, RR: 22 x/menit, BB: 41 kg, TB : 155 cm, pemeriksaan status
present dari kepala sampai kaki dalam keadaan normal dan tidak ada kelainan. Dari
hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil yaitu Hb 10,5 gr % , pemeriksaan
HbsAg, HIV, dan Syphilis : non reaktif , test kehamilan : negatif.
Berdasarkan kasus yang didapat, manajemen asuhan kebidanan komplementer
kehamilan yang diterapkan pada Ny. N umur 24 tahun G1P0A0 umur kehamilan 10
minggu dengan emesis gravidarum:
1. Pengkajian
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny.N dengan
emesis gravidarum di Klinik Pratama Istika dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan varney yang terdiri dari 7 langkah dan SOAP. Pembahasan
ini dimaksud agar diambil suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari
kesenjangan yang ada, sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam
penerapan asuhan kebidanan yang efektif dan efisien. Pada langkah ini dilakukan
pengkajian dengan menggunakan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap yaitu: riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhannya, meninjau catatan terbaru dan catatan sebelumnya, meninjau
data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi. Data Subyektif adalah
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi pasien dan
mengumpulkan informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. (Wulandari dan Handayani, 2016).
32
Pengkajian asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan emesis gravidarum
sedang dilaksanakan pengumpulan data dasar yaitu ibu mengatakan mual muntah
ringan, nafsu makan berkurang. (Sulistyawati,2019). Data obyektif adalah data
yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera
(lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi,
pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran. Andreas (2012).
Emesis gravidarum adalah hal yang sering terjadi pada Trimester pertama,
biasanya terjadi pada umur kehamilan 5 – 12 minggu. Tanda dan gejalanya mual
muntah ringan yang terjadi 1 – 2x sehari bisa terjadi pada pagi hari atau setiap
saatm (Sulistyawati, 2019). Mual muntah berkurang pada usia kehamilan 12 – 14
minggu tetapi ada juga yang terus menerus merasakan mual dan muntah sampai
trimester kedua (Mandang, 2016). Tanda dan gejala emesis gravidarum biasanya
mengalami dehidrasi, emosi yang tidak stabil, mudah lelah, lemas, kepala pusing
terutama pada pagi hari, perut kembung (Sulistyawati, 2019). Pada langkah ini
terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus pada Ny. N karena Ny. N tidak
mengalami lemas.
Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada
kehamilan trimester I. Mual muntah biasanya terjadi < 10 kali dalam sehari yang
biasa timbul setiap saat pada pagi hari dan malam hari. (Marmi, 2015).
Sesuai dengan pernyataan diatas, maka pada langkah pengkajian ini tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara diteori menurut Sulistyawati (2019), dan
dilahan praktek karena prinsipnya semua data yang didapat dari lahan praktek dan
33
sudah sesuai teori yang ada.
B. Interpretasi Data
Masalah yang muncul pada Ny N adalah khawatir karena mual muntah yang
dialaminya maka diberikan dukungan emosional dan konseling tentang
ketidaknyamanan trimester I dan nutrisi ibu hamil sehingga ibu merasa lebih
nyaman dan tenang. Menurut (Stoppard, 2019) menyatakan bahwa kasus emesis
gravidarum disebabkan karena perubahan psikologis seperti: emosional, mudah
marah, cengeng, cemas, perasaan khawatir, gelisah, elasi (rasa senang yang
berlebihan yang ditandai dengan meningkatnya aktifitas fisik dan mental).
Diagnosa masalah muncul bila ada permasalahan yang berkaitan dengan
psikologis, pada kasus emesis gravidarum masalah yang muncul adalah ibu merasa
khawatir kearena mual muntah yang dialaminya. Masalah pada emesis gravidarum
adalah ibu merasa khawatir akibat ketidaknyamanan trimester pertama, seperti
nafsu makan yang berkurang, sering kencing (Sulistyawati, 2012).
Masalah yang muncul dari kasus emesis gravidarum ini pasien merasa
khawatir karena mual muntah yang dialaminya, dan masalah tersebut dapat teratasi
dengan memberikan informasi tentang keadaan kehamilanya saat ini, informasi
tentang mual muntah dan memberikan dukungan moril pada ibu. Pengambilan data
untuk penegakan diagnosa adalah dari hasil pengkajian dan penelitian terhadap
mual – muntah sehingga keluhan selama ini dirasakan ibu adalah emesis
gravidarum karena mual muntah yang dialami pasien tidak terjadi terus – menerus.
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan dilahan praktik lapangan pada
penegakan interpretasi data.
34
C. Mengidentifikasi Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisispasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Arsinah,
2016).
Sedangkan pada lahan praktek tidak muncul diagnose potensial yang serius,
karena kasus yang didapat berdasarkan pengkajian bukan masalah-masalah lain
yang dapat menghambat kehamilan dan dapat ditangani segera. Namun, klien
merasakan mual muntah fisiologi saat kehamilan maka tidak terdapat diagnose
potensial yang akan muncul pada ibu. Karena jika mengalami mual muntah yang
berlebihan biasa disebut hiperemesis gravidarum.
Penanganan ibu hamil dengan emesis gravidarum terjadi pada saat ibu hamil
Trimester I. Biasanya penanganan bisa dari pola makan, mulai dari porsi makan
sedikit tetapi sering, menghindari makanan yang berminyak atau berlemak dan
makanan yang pedas karena akan memperburuk rasa mual dan muntah. Menurut
(Maheswara.dkk 2020) terapi akupresur titik pericardium 6 memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap penurunan mual dan muntah pada ibu hamil. Pada lahan
praktek Ny.N diberikan antisipasi terapi non farmakologi yaitu terapi akupresur.
Sehingga tidak ada kesenjangan antara diteori dan lahan praktek.
E. Perencanaan
35
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien, atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi
juga dari kerangka pedomanantisipasi terhadap perempuan tersebut (Arsinah dkk.
2010).
F. Pelaksanaan
Pada lahan praktek dilakukan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.N yang
sudah disesuaikan dengan teori penanganan yang tepat dan efisien. Sehingga tidak
akan terjadi masalah-masalah yang akan menghambat terjadinya kehamilan.
G. Evaluasi
Pada langkah ini dilaksanakan evaluasi sebagai proses akhir dan asuhan untuk
mengetahui hasil keefektifan dari asuhan yang diberikan didapatkan hasil klien
mengalami emesis gravidarum yaitu ketidaknyamanan yang terjadi pada trimester
pertama kehamilan. Rasa mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang
timbul setiap saat. Perasaan mual disebabkan oleh meningkatnya kadar hormon
estrogen dan human chorionic gonadotropin (hCG) dalam serum. (Tiran, 2018).
Gejala ini biasanya muncul setiap saat pada pagi hari dan malam hari, saat 6
minggu setelah klien mengalami hari pertama haid terakhir dan berlangsung < 10
minggu.
Evaluasi dari asuhan kebidanan pada ibu hamil yang telah dilakukan adalah :
Pengkajian I : keadaan umum : baik, kesadaran : composmetis, TTV : TD : 110/70
mmHg, RR : 22x/menit, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36,5 C, tinggi badan : 155cm,
berat badan : 41 kg, ibu mengalami mual 3x muntah 1x dalam sehari.
37
Sedangkan pada teori evaluasi yang didapat menurut Varney (2019) adalah :
Keadaan umum : baik, mual, dan muntah sembuh, ibu dan janin sehat sudah ada
nafsu makan dan tidak terjdi hiperemesis gravidarum. Dari hasil evaluasi yang
sudah dilakukan, penulis tidak menemukan kesenjangan antara diteori dengan
dilahan karena dari proses pengkajian sampai pelaksanaan sudah sesuai dengan
teori yang ditetapkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data yang diperoleh dari pengkajian dan diagnosa kebidanan tidak
didapatkan diagnose potensial karena ibu mengalami mual muntah fisiologi.
Pada kasus tindakan segera pada Ny.A umur 26 tahun G2P1A0 usia
kehamilan 10 Minggu dengan emesis gravidarum dengan menggunakan terapi
akupresure.
38
setelah diberikan terapi akupresur tersebut selanjutnya yaitu berikan motivasi
pada ibu agar ibu tidak merasa khawatir dengan mual-muntah yang dialami.
A. Saran
1. Bagi pasien
2. Tenaga kesehatan
39
DAFTAR PUSTAKA
40
Maryunani. 2016. Managemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Mufdillah dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, T. 2012. Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pratama, E. 2016. Evidance-Based dalam Kebidanan : Kehamilan,
Persalinan & Nifas. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2017. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo
Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Pudiastuti, RD. 2014. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Surakarta: Nuha
Medika.
Purwaningsih W, Fatmawati S. 2014. Asuhan Keperawatan
Maternitas.Yogyakarta: Nuha Medika.
Rukiyah, AY & Lia Yulianti. 2014. Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan
4.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Saifuddin, Abdul Bari. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.
Sulistyawati, A.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: Andi.
Sukanta. 2018. Akupresur Untuk Kesehatan. Jakarta : Penebar Plu
41
42
43
44
45