Anda di halaman 1dari 171

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. P DI KLINIK AL-HIKMAH

OLEH:

NINA YUNITA 2282B1576

PRODI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA NY.P DI KLINIK AL-HIKMAH

Mahasiswa

Nina Yunita
2282B1576

Pembimbing Pendidikan

Bd.Eri Puji Kumalasari,SST.,S.Keb.,M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa senantiasa selalu memberikan rahmat serta
hikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentutakan. Makalah ini berjudul “ Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. P di Klinik Al-
Hikmah” yang diajukan untuk memenuhi tugas praktik klinik stase Continuity Of Care”

Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
segala bentuk saran dan kritik guna perbaikan sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penyususn dan para pembaca pada umumnya.

Ponorogo, 19 April 2023

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi kemudian dilanjutkan dengan implantasi atau

nidasi sampai lahirnya janin. Kehamilan normal akan berlangsung selama 40 mingggu atau 9

bulan menurut kalender internasional, jika dihitung dari konsepsi sampai bayi lahir. Kehamilan

dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama mulai 0-12 minggu, trimester kedua 13-27

minggu, dan trimester ketiga 28-40 minggu (Saifuddin, 2014). Pada masa kehamilan trimester 3

terjadi banyak sekali perubahan secara anatomis maupun fisiologis, seperti perubahan membesar

akibat dari perkembangan janin seiring dengan pertambahnya usia kehamilan sehingga,

menekan diafragma keatas yang terkadang ibu hamil merasakan sesak nafas, serta kandung

kemih tertekan oleh uterus yang semakin membesar yang menyebabkan kapasitas kandung

kemih berkurang sehingga frekuensi berkemih ibu hamil meningkat.

Pada multigravida atau ibu hamil yang lebih dari 1 kali memiliki pengalaman hamil sebelumnya

yang akan menyebabkan lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik selama hamil ,

namun tidak menutup kemungkinan terjadi masalah kehamilan yang dapat menimbulkan

terjadinya komplikasi, jika komplikasi pada kehamilan tidak terdeteksi atau teratasi, maka dapat

memicu terjadinya kehamilan patologis. Kehamilan yang patologis dapat memicu terjadinya

komplikasi yang lebih lanjut pada persalinan dan nifas yang dapat menimbulkan masalah serius

pada ibu serta dapat mempengaruhi keadaan janin.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yaitu dengan

melakukan pemeriksaan secara terataur ,jika ibu melakukan pemeriksaan secara terartur, ibu

akan mendapatkan penanganan segera jika terdapat komplikasi. Pemberian asuhan tidak hanya
berfokus pada ibu saja, bayi yang dilahirkan juga membutuhkan pemantauan secara tepat karena

pada masa ini merupakan masa yang paling krisis yang dialami oleh bayi untuk beradaptasi

dengan lingkungan barunya, asuhan tersebut dapat diaplikasikan salah satunya, dengan menjaga

bayi agar tetap hangat, kontak dini dengan ibu serta pemberian Vit K, pemberian salep mata dan

pemberian imunisasi. Apabila lain dapat ditunjukkan dengan kunjungan neonatus yang sesuai

dengan standart minimal 3 kali, diharapkan ibu mampu merawat dan memantau sediri bayinya

secara maksimal (Kemenkes RI, 2015).

Dengan demikian bidan sebagai tenaga kesehatan profesional yang bermitra dengan

wanita, harus mampu memberikan asuhan kebidanan yang bersifat continuity of care

(Wulandari, 2011). Continuity of care merupakan asuhan kebidanan dimana seorang wanita

mampu mengembangkan hubungan dengan bidan dari asuhannya selama kehamilan, persalinan,

nifas, dan pemilihan kontrasepsi, sehingga diharapkan kondisi yang sejahtera dapat tercapai yaitu

ibu dan bayi sehat, selamat tanpa mengalami suatu komplikasi apapun.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity of care) pada ibu

hamil, bersalin dan bayi baru lahir, nifas dan pelayanan kontrasepsi dengan pendekatan

manajemen kebidanan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan asuhan kebidanan kehamilan dengan menggunakan manajemen kebidanan sesuai

standart
2. Melakukan asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir dengan dengan menggunakan

manajemen kebidanan sesuai standart

3. Melakukan asuhan kebidanan nifas dengan menggunakan manajemen kebidanan sesuai

standart

4. Melakukan asuhan neonatus dengan menggunakan manajemen kebidanan sesuai standart

5. Melakukan asuhan kebidanan calon akseptor KB dengan menggunakan manajemen

kebidanan sesuai standart


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori

2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu poses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ

reproduksi sehat, jika telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan

seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya terjadi

kehamilan. Apabila kehamilan kehamilan direncanakan akan memberi rasa bahagia dan penuh

harapan, tapi disisi lain diperlukan kemampuan bagi wanita untuk beradaptasi dengan

perubahan yang terjadi selama kehamilan, baik perubahan yang bersifat fisiologis maupun

psikologis. (Fatimah, 2017)

2. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Kehamilan TM III

Menurut perubahan anatomi dan fisiologi antara lain :

a. Sistem Perkemihan

Terjadi miksi (sering berkemih ) dikarenakan tertekannya kandung kemih oleh uterus yang

semakin membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi

berkemih meningkat. Pada akhir kehamilan, jika bagian terendah janin sudah mulai turun

ke pintu atas panggul, sehingga menyebabkan dasar kandung kemih terdorong ke depan

dan ke atas, mengubah permukaan yang semula konveks menjadi konkaf akibat tekanan.

b. Sistem Pencernaan
Pada ibu hamil trimester III terjadi konstipasi (sembelit ) karena pengaruh hormon

progesteron yang meningkat. Selain itu, perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan

uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ dalam perut khususnya

saluran pencernaan, usus besar kearah atas dan distal.

c. Sirkulasi Darah dan Sistem Respirasi

Ibu hamil sering mengeluh sesak nafas akibat pembesaran uterus yang semakin mendesak

ke arah diafragma. Frekuensi pernafasan tidak berubah selama kehamilan, tetapi volume

tidal, volume ventilator per menit dan ambilan oksigen meningkat seiring berkembanganya

kehamilan.

d. Sistem Kardiovaskuler

Volume darah total ibu hamil meningkat 30-50%, yaitu kombinasi antara plasma 75% dan

sel darah merah 33% dari nilai sebelum hamil. Peningkatan volume darah mengalami

puncaknya pada pertengahan kehamilan dan berakhir pada usia kehamilan 32 minggu,

setelah itu relatife stabil. Postur dan posisi ibu hamil mempengaruhi tekanan arteri dan

tekanan vena. Posisi terlentang pada akhir kehamilan, uterus yang besar dan berat dapat

menekan aliran balik vena sehingga pengisian dan curah jantung menurun.

e. Sistem Payudara

Kehamilan akan memberikan efek membesarnya payudara yang disebabkan oleh

peningkatan suplai darah, stimulasi oleh sekresi estrogen dan progesteron dari kedua

korpus luteum dan plasenta dan terbentuknya duktus asini yang baru selama kehamilan.

Pada ibu hamil trimester III, payudara akan membesar dan akan tampak vena-vena halus di

bawah kulit. Sirkulasi vaskuler meningkat, putting membesar dan terjadi hiperpigmentasi

areola.
f. Muskuloskeletal

Estrogen dan progesterone memberi efek maksimal pada relaksasi otot dan ligamen pelvis

pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk meningkatkan

kemampuannya menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat kelahiran.

Simpisis pubis melebar sampai 4 mm pada usia kehamilan 32 minggu dan sacro cogsigius

tidak teraba, diikuti terabanya cogsigius sebagai pengganti bagian belakang.

g. Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya.

Kemudian payudara, volume darah, cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan

berat badan akan bertambah 12,5 kg. Normalnya penambahan berat badan tiap minggu

adalah 0,5 kg.

h. Sistem Reproduksi

Perubahan Sistem Reproduksi Menurut Husin (2014)

1.) Perubahan Uterus

Uterus akan membesar pada bulan pertama yang dipengaruhi hormone estrogen dan

progesteron yang kadarnya meningkat. Pada kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri

25 cm, pada 32 minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm. Pada kehamilan 40 mingu TFU

turun kembali dan terletak 3 jari dibawah prosessus xypoidius. Posisi rahim dalam

kehamilan : awal kehamilan ante atau retrofleksi, akhir bulan kedua uterus teraba 1

sampai 2 jari di atas sympisis pubis.

2.) Perubahan Serviks


Perubahan serviks merupakan akibat pengaruh hormon estrogen sehingga

menyebabkan massa dan kandungan air meningkat. Peningkatan vaskularisasi dan

edema, hiperplasia dan hipertrofi kelenjar serviks menyebabkan serviks berwarna

kebiruan tanda Chadwick serta menjadi lunak tanda Goodell.

3. Perubahan Adaptasi Psikologi Kehamilan TM III

Menurut (Roumali, 2011), perubahan adaptasi psikologi antara lain :

a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik.

b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak hadir tepat waktu.

c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan

keselamatannya.

d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan

perhatian dan kekhawatirannya.

e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

f. Merasa kehilangan perhatian.

g. Perasaan sensitif.

h. Libido menurun.

4. Kebutuhan Ibu Hamil TM III

Menurut (Romauli,2011) Kebutuhan ibu hamil sesuai tahap perkembangan trimester III

meliputi :

a. Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah utama pada manusia terutama ibu hamil. Untuk mencegah hal

tersebut, maka perlu :

1) Latihan nafas melelui senam hamil


2) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi

3) Makan tidak terlalu banyak

4) Kurangi atau hentikan merokok

5) Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan.

b. Nutrisi

Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingg 300 kalori perhari, ibu hamil seharusnya

mengkonsumsi makanan yang mengandung protein dan zat besi dan minum cukup cairan,

8 gelas sehari (2 L/hari). Pada trimester III makanan harus disesuaikan dengan badan ibu.

Bila ibu hamil mempunyai berat badan kelebihan, maka makanan pokok dan tepung-

tepung dikurangi, dan memperbanyak sayur-sayuran dan buah-buahan segar untuk

menghindari sembelit.

c. Personal Hygiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali sehari.

Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat perhatian karena sering kali terjadi gigi

berlubang, terutama pada ibu yang kurang kalsium.

d. Eliminasi

Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis usus yang disebabkan relaksasi otot

polos pada usus besar ketik terjadi peningkatan jumlah progesterone dan pembesaran

uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan molititas pada saluran

gastrointestinal. Salah satu efek samping yang umum muncul pada penggunaan zat besi

adalah konstipasi. Tindakan pencegahan adalah mengkonsumsi makanan berserat seperti

buah pisang, papaya, apel, sayur kubis, wortel, buncis dan banyak minum air putih.

(Romauli, 2011). Kehamilan trimester III keluhan sering buang air kecil timbul karena
kandung kemih mulai tertekan kepala janin. Sementara frekuensi buang air besar

menurun akibat adanya konstipasi

e. Seksualitas

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir kehamilan,

meskipun ahli berpendapat sebaiknya tidak berhubungan seks selama 14 hari menjelang

kelahiran.

f. Istirahat

Wanita hamil dianjurkan untuk istirahat yang teratur khususnya seiring kemajuan

kehamilannya. Tidur pada malam hari kurang lebih 8 jam dan istirahat dalam keadaan

rileks pada siang hari selama kurang lebih 1 jam.

g. Persiapan Laktasi

Hal yang harus diperhatikan dalam perawatan payudara :

1) Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat.

2) Hindari membersihkan puting dengan sabun mandi karena akan menyebabkan iritasi.

Bersihkan puting susu dengan minyak kelapa lalu bilas dengan air hangat.

3) Jika ditemukan pengeluarkan cairan yang berwarna kekuningan dari payudara berarti

produksi ASI sudah dimulai.

5. Tanda Bahaya Kehamilan

a. Perdarahan pervaginam

Pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, dan kadang –

kadang, tetapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri.


b. Keluar cairan pervaginam

Cairan pervaginam dalam kehamilan normal apabila tidak berupa perdarahan banyak, air

ketuban yang patologis. Penyebab terbesar persalinan prematur adalah ketuban pecah

sebelum waktunya. Insiden ketuban pecah dini 10% mendekati dari semua persalinan dan 4

% pada kehamilan kurang 34mg.

c. Sakit kepala yang hebat

Wanita hamil bisa mengeluh nyeri kepala yang hebat. Sakit kepala seringkali merupakan

ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Namun suatu saat sakit kepala pada

kehamilan dapat menunjukkan suatu masalah serius apabila sakit kepala itu dirasakan

menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.

d. Penglihatan kabur

Wanita hamil mengeluh penglihatan kabur. Karena pengaruh hormonal, ketajaman

penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal.

e. Bengkak di wajah dan jari – jari tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan,

tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa

merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau pre-eklamsia.

f. Gerak janin tidak terasa

Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester 3. Normalnya ibu mulai

merasakan gerakan janinnya selama bulan kelima atau keenam, beberapa ibu dapat

merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi
harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah

terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Jika

kurang dari 10 gerakan dalam 10 jam, atau jika terjadi peningkatan waktu untuk mencapai

10 gerakan atau tidak ada gerakan selama 10 jam maka uji NST harus dilakukan

secepatnya.

g. Nyeri perut yang hebat

Ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan trimester 3. Apabila nyeri abdomen itu

berhubungan dengan proses persalinan normal adalah normal. Tetapi nyeri abdomen yang

hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat sangat berkemungkinan menunjukkan

masalah yang mengancam keselamatan jiwa ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Nyeri

hebat tersebut bisa berarti epindisitis, kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang

panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, uterus yang iritabel,

abrupsio plasenta, ISK atau infeksi lain.(Roumali, 2011).

2.1.2 Konsep Dasar Persalinan dan BBL

1. Konsep Dasar Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang

cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pelepasan dan pengeluaran plasenta

serta selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan diangap normal jika prosesnya terjadi pada

usia kehamilan cukup bulan (setelah kehamilan 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

(Kumalasari, 2015)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.

Persalinan dianggap nomal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan setelah

37 minggu dan kurang dari 42 minggu tanpa disertai dengan penyulit atau tanpa bantuan.

(Johariyah, 2012)

b. Perubahan Fisiologis pada Persalinan

Menurut (Johariyah, 2012) perubahan fisiologis selama persalinan meliputi :

1) Perubahan Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistol rata-rata

sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastole rata-rata 5-10 mmHg. Untuk

memastikan tekanan darah yang sesungguhnya, diperlukan pengukuran diantara

kontraksi.

2) Perubahan Metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobic maupun anaerobic akan

naik secara perlahan disebabkan karena kecemasan serta kegiatan otot kerangka

tubuh. Ditandai dengan meningkatnya suhu badan, denyut nadi, pernafasan, kardiak

output dan kehilangan cairan.

3) Perubahan Suhu Badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu mencapai tertinggi

selama persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan ini dianggap normal asal

tidak melebihi 0,5-1°C.

4) Denyut Jantung

Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi disbanding selama periode

persalinan atau sebelum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam
metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik

merupakan keadaan yang normal, meskipun normal perlu dikontrol selama periode

untuk mengidentifikasi adanya infeksi.

5) Pernafasan

Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum persalinan, kenaikan

pernafasan ini dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri, kekhawatiran serta

penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar.

6) Perubahan Renal

Poliuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh kardiak output yang

meningkat, serta disebabkan karena filtrasi glomerulus serta aliran plasma ke renal.

7) Perubahan Gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastrik serta penyebaran makanan padat berkurang akan

menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalinan dan menyebabkan

konstipasi.

8) Perubahan Hematologis

Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gm/100 ml selama persalinan dan kembali

kekadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca persalinan jika tidak ada

kehilangan darah yang abnormal.

9) Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan

penurunan hormone progesterone yang menyebabkan keluarnya hormon oksitosin.

Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar ke bawah, fundus uteri bekerja

kuat dan lama untuk mendorong janin ke bawah, sedangkan uterus bagian bawah

pasif hanya mengikuti tarikan dan segmen atas rahim, akhirnya menyebabkan

serviks menjadi lembek dan membuka.

10) Pembentukan Segmen Atas Rahim dan Segmen Bawah Rahim

Segmen atas rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot yang

lebih tebal dan kontraktif. SAR terbentuk dari fundus sampai ishmus uteri. Segmen

bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara ishmus dengan

serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastic, pada bagian ini banyak terdapat otot

yang melingkar dan memanjang.

11) Pembukaan Ostium Uteri Interna dan Ostium Uteri Eksterna

Pembukaan serviks disebabkan karena membesarnya OUE karena otot melingkar

disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak saja

karena penarikan SAR akan tetapi juga karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan

kantong amnion. Pada primigravida dimulai dari ostium uteri internum terbuka

lebih dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat persalinan terjadi.

Sedangkan pada multigravida ostium uteri internum dan eksternum membuka

secara bersamaan pada saat terjadi persalinan.

12) Show
Show adalah pengeluaran dari vagina yang sedikit lendir bercampur darah, lendir

ini berasal dari ekstruksi lendir yang menyumbat canalis servikalis sepanjang

kehamilan, sedangkan darah berasal dari desidua vera yang lepas.

c. Perubahan Psikologis pada Persalinan

Menurut (Marmi, 2012) beberapa teori yang menyatakan bentuk-bentuk perubahan

psikologis antara lain :

1) Perubahan takut ketika hendak melahirkan

2) Perasaan cemas pra melahirkan

3) Rasa sakit

4) Depresi

5) Perasaan sedih jika persalinan tidak berjalan sesuai dengan harapan ibu dan

keluarga

6) Ragu-ragu dalam menghadapi persalinan

7) Perasaan tidak enak, sering berfikir apakah persalinan akan berjalan normal

8) Mengganggap persalinan sebagai cobaan

9) Sering berfikir apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam

menolongnya

10) Sering berfikir apakah bayinya akan normal atau tidak. Kemampuan akan

kemampuannya dalam merawat bayinya kelak.

d. Kebutuhan Ibu Bersalin

Menurut (Marmi, 2012) kebutuhan dasar bagi wanita dalam persalinan ialah :

1) Mengatur Aktivitas dan Posisi


Ibu masih dapat diperbolehkan melakukan aktivitas, namun harus sesuai dengan

kesanggupan ibu. Ibu dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman selama

persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk

membantu ibu berganti posisi, ibu boleh berjalan, jongkok, berdiri, duduk,

berbaring miring atau merangkak.

2) Memberikan dukungan emosional

Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi

ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk

berperan aktif dalam mendukung dan mengenali berbagi upaya yang mungkin

sangat membantu kenyamanan ibu

3) Eliminasi

Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin selama

persalinan, ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu

merasa ingin berkemih atau jika kandung kemih terasa penuh. Selama persalinan

berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan katerisasi kandung kemih secara

rutin. Anjurkan ibu untuk BAB jika perlu.

4) Pemberian Cairan dan Nutrisi

Dengan pemberian makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan

berlangsung akan lebih banyak energi untuk mencegah dehidrasi. Dehidrasi ini

bila terjadi akan memperlambat kontraksi atau membuat kontraksi tidak teratur.

e. Faktor- faktor Dalam Persalinan

Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari faktor ibu

(power, passage, psikologis), faktor janin (passanger) dan dari faktor penolong
persalinan. Hal ini sangat penting mengingat beberapa kasus kematian ibu dan bayi

disebabkan oleh tidak terdeteksinya masalah pada salah satu faktor tersebut.

Menurut (Marmi,2015) faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan diantaranya :

1) Power (Kekuatan)

Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin

keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma

dan aksi dari ligament dengan kerja sama yang baik dan sempurna.

2) Passage

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar panggul,

vagina dan introitus (lubang luar vagina). Anatomi jalan lahir terdiri atas :

a) Jalan lahir keras (pelvik atau panggul)

Bagian keras dibentuk oleh empat buah tulang yaitu :

(1) Dua tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os illium, os ischium dan os

pubis

(2) Satu tulang kelangkang (os sacrum)

(3) Satu tulang tungging (os cocygis)

b) Jalan lahir lunak, segmen bawah rahim (SBR, serviks vagina, introitus vagina

dan vulva, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan

bawah panggul atau difragma pelvis terdiri dari bagian otot disebut muskulus

levator ani, sedangkan bagian membran disebut diafragma urogenital


c) Bidang hodge, adalah bidang semua sebagai pedoman untuk menentukan

kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui

pemeriksaan dalam atau vagina toucher (VT). Bidang Hodge antara lain

sebagai berikut :

(1) Hodge I : Dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas Sympisis dan

promontorium

(2) Hodge II : Sejajar dengan hodge I setinggi pinggir bawah sympisis

(3) Hodge III : Sejajar hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri

(4) Hodge IV : Sejajar hodge I,II,III setinggi os coccygis

3) Passanger

Faktor passanger terdiri atas 3 komponen yaitu : janin, air ketuban dan plasenta

a) Janin

Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa

faktor yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.

b) Air Ketuban

Waktu persalinan air ketuban membuka serviks dengan mendorong selaput

janin kedalam ostium uteri, bagian selaput anak yang diatas ostium uteri yang

menonjol waktu his disebut ketuban. Ketuban inilah yang membuka serviks.

Tak hanya itu ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi, dan pada

saat persalinan, ketuban yang mendorong serviks untuk membuka, juga

meratakan tekanan intrauterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban

pecah.

c) Plasenta
Plasenta memiliki peranan berupa transport zat dari ibu ke janin, penghasil

hormon yang berguna selama kehamilan, serta sebagai barier maka bila terjadi

kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun

mengganggu proses persalinan.

4) Penolong (Bidan)

Peran penolong adalah memantau dengan seksama dan memberikan dukungan

serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi atau perasaan maupun fisik.

5) Psikologis

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak

memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaaikan kepadanya.

Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan membantu memperlancar

proses persalinan yang sedang berlangsung. Dengan kondisi psikologis yang

positif proses persalinan akan berjalan lebih mudah (Sumarah, 2009)

f. Mekanisme Persalianan

Menurut (Marmi,2012) menjelaskan bahwa mekanisme persalinan meliputi:

1) Engagement

Kepala dikatakan telah menancap (engager) pada pintu atas panggul apabila

diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul. Pada multipara yang otot-

otot abdomennya lebih kendur kepala seringkali tetap dapat digerakkan diatas

permukaan panggul sampai persalinan dimulai.

2) Descent (Penurunan)
Pada multigravida masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya baru

terjadi pada permulaan persalinan, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan

dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP),

dapat dalam keadaan sinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat ditengah-

tengah jalan lahir tepat diantara simpisis dan promontorium. Pada sinklitismus os

parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura agak kedepan mendekati

sympisis atau agak kebelakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala

dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu :

a) Asinklitismus posterior : bila sutura sagitalis mendekati sympisis dan os

parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.

b). Asinklitismus anterior : bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga

os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.

3) Fleksi

Dengan majunya kepala bisanya juga fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil

lebih jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambahnya

fleksi ialah ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir, yaitu diameter

suboccipito bregamtika (9,5 cm). Fleksi ini disebabkan karena anak didorong

maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir atas panggul, serviks, dinding

panggul atau dasar panggul.

4) Putaran paksi dalam

Pemutaran dari bagian depan memutar kedepan kebawah simfisis. Putaran paksi

dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan sesuatu
usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya

bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Sebab-sebab putaran paksi dalam :

a) Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala

b) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit terhadap

sebelah depan ats dimana terdapat meatus genetalis antara muskulus levator ani

kiri dan kanan

c) Ukuran terbesar dari bagian tengah panggul adalah diameter antero posterior.

5) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah

ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada

pintu bawah panggul mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala harus

mengadakan ekstensi untuk melaluinya.

Pada kepala terjadi dua kekuatan, yang satu mendesaknya kebawah dan satunya

disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya keatas. Resuitante adalah

kekuatan ke arah depan atas. Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah

sympisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut diatas bagian yang

berhadapan dengan subocciput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas

perineum ubun-ubun besar, dahi, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.

6) Putar paksi luar

Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali kearah punggung anak untuk

menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan

ini disebut putaran retribusi (putaran balasan). Selanjutnya putaran dilanjutkan


hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ishiadicum sepihak (disisi kiri).

Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan

disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter anteroposterior

dari pintu bawah panggul.

7) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah sympisis dan menjadi

hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang, kemudian bahu depan menyusul dan

selanjutnya seluruh badan bayi lahir searah dengan paksi jalan lahir

g. Tahapan Persalinan

Menurut (Marmi,2012) pada buku yang berjudul Askeb II Persalinan bahwa

tahapan persalinan dibagi menjadi 4 macam :

1) Kala I

Pada kala I serviksa membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala I

dinamakan pula kala pembukaan. Dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul

his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bercampur darah disertai

dengan pendataran (effecement). Lendir bercampur darah berasal dari lendir

kanalis karena serviks mulai membuka dna mendatar. Darah berasal dari

pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis (kanalis

servikalis pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka). Proses

pembukaannya serviks dibagi menjadi 2 macam :

a) Fase laten
Berlansung selama 7-8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai

mencapai ukuran diameter 3 cm.

b) Fase aktif

Fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 fase yaitu

(1) Fase akselerasi

Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

(2) Fase dilatasi maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan langsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9

cm

(3) Fase deselerasi

Pembukaan menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm

menjadi lengkap/10 cm (Kuswati,2014)

2) Kala II

Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai dari pembukaan

lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada

primigravida dan 1 jam pada multigravida. Gejala utama kala II :

a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50 sampai

100 detik.

b) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran

cairan secara mendadak.

c) Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti keinginan

mengejan, karena tertekannya fleksus frankerhauser.


d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga

terjadi : kepala membuka pintu, subocciput bertindak sebagai hipomoglion

berturut turut lahir ubun – ubun besar, dahi, hidung, muka, serta kepala

seluruhnya.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian

kepala pada punggung.

f) Setelah putar paksi luar berlangsung, selanjutnya menolong kepala bayi.

3) Kala III

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 menit sampai 10 menit.

Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan placenta pada lapisan Nitabuch,

karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya placenta sudah dapat diperkirakan

dengan memperhatikan tanda :

a. Uterus menjadi bundar

b. Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.

c. Tali pusat bertambah panjang

d. Terjadi perdarahan

Melahirkan plasenta dilakukan dengan penegangan tali pusat terkendali (PTT).

Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir.

4) Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum

paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan adalah :


a) Tingkat kesadaran penderita

b) Pemeriksaan tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan

c) Kontraksi uterus

2. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir selama satu jam pertama kelahiran

(Muslihatun,2010).

b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal

Menurut Marmi (2015), ciri –ciri bayi baru lahir normal adalah sebagai berikut:

1) Berat badan 2500 – 4000 gram

2) Panjang badan 48 – 52 cm

3) Lingkar dada 30 – 38 cm

4) Lingkar kepala 33 – 35 cm

5) Frekuensi jantung 120 – 160 kali/ menit

6) Pernafasan 40 – 60 kali/ menit

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9) Kuku agak panjang dan lemas.

10) Genitalia :

a) Jika perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora

b) Jika laki-laki, testis sudah turun dan skrotum sudah ada

11) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik


12) Reflek morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13) Reflek graps atau menggenggam sudah baik

14) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam

kecoklatan.

c. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir

1) IMD (Insiasi Menyusu Dini)

Untuk mempererat ikatan batin ibu-anak, setelah dilahirkan sebaiknya bayi langsung

diletakkan di dada ibunya sebelum bayi itu dibersihkan. Sentuhan kulit dengan kulit

mampu menghadirkan efek psikologis yang dalam diantara ibu dan anak.

Jika dilakukan kontak antara kulit ibu dan bayi, maka hormon stres akan kembali turun

sehingga bayi menjadi lebih tenang, tidak stres, penafasan dan detak jantngnya lebih

stabil. Sentuhan, hisapan, dan jilatan bayi pada puting ibu selama proses IMD akan

merangsang keluarnya oksitosin yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga

membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan pada ibu. Sentuhan dari bayi

juga merangsang hormon lain yang mebuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai

bayi, serta merangsang pengaliran ASI dari payudara (Rukiyah dan Lia, 2010).

2) Mencegah Kehilangan Panas

a) Mengeringkan bayi segera setelah bayi lahir

b) Menyelimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat

c) Menyelimuti bagian kepala bayi

d) Menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi

e) Menempatkan bayi di lingkungan yang hangat

f) Tidak segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir (Rukiyah dan Lia, 2010).
3) Bounding Attachment

Seorang bayi yang baru lahir mempunyai kemampuan yang banyak misalnya biyi dapat

menciu, merasa, mendengar dan melihat. Ikatan antara ibu dan bayinya telah terjadi sejak

masa kehamilan dan pada saat persalinan ikatan itu akan semakin kuat. Menurut saxton

dan Pelikan dalam buku Asuhan neonatus, bayi dan balita (Marmi, 2015)

Bounding Attachment adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih

sayang) oleh ibu kepada bayinya secara spesifik sepanjang waktu.

Tahap-tahap bounding attachment:

a) Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara,

dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.

b) Bounding (keterikatan).

c) Attachment, Perasan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.

4) Perawatan mata

Obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit

mata karena klamidia (PMS). Salf mata ini diberikn pada jam pertama setelah kelahiran.

5) Merawat dan Mengikat Tali Pusat

Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil mak lakukan pengikatan puntung tali pusat,

ikat puntung tali pusat dengan jarak 1cm dari dinding perut bayi (pusat). Gunakan benang

atau klem plastik DTT/steril. Kunci ikatan tali pusta dengan simpul mati atau kuncikan

penjepit plastik tali pusat. Kemudian selimuti bayi kembali dengan menggunakan kain

bersih dan kering (Rukiyah dan Lia, 2010).


6) Pemberian Profilaksis Perdarahan pada Bayi Baru Lahir

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1mg intramuskuler di paha kiri

sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan pada bayi baru lahir akibat defisiensi

vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Rukiyah dan Lia, 2010).

7) Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Berikan imunisasi hepatitis B regimen tunggal sebanyak 3 kali, usia 0 bulan (segera

setelah lahir) usia 1 bulan, usia 6 bulan; atau pemberian regimen kombinasi sebanyak 4

kali, pada usia 0 bulan, usia 2 bulan (DPT+HB), usia 3 bulan, usia 4 bulan pemberian

hepatitis B (Rukiyah dan Lia, 2010)

8) Pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan karena bayi

baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan

penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi seperti: mencuci tangan,

memakai sarung tangan bersih, memastikan semua peralatan bersih dan baru, memastikan

bahwa semua pakaian, handuk dan selimut dalam keadaan bersih(Marmi, 2015).

9) Mencegah kehilangan panas

Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :

a) Konduksi : pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung.

b) Konveksi : jumlah panas yang hilang tergantung pada kecepatan dan suhu udara

seperti menempatkan bayi baru lahir dekat jendela dan ruangan yang terpasang kipas

angin.

c) Evaporasi : perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap.


2.1.3 Konsep Dasar Nifas dan Menyusui

1. Konsep Dasar Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini,

saluran reproduksi anatominya kembali keadaan tidak hamil yang normal (Rukiyah,2018)

Masa nifas adalah masa postpartum atau masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar

lepas dari rahim sampai 6 minggu berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ yang

berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain

sebagainya yang berkaitan saat melahirkan. (Asih, 2016)

b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Menurut Wulandari (2011), perubahan fisiologis masa nifas yaitu :

1) Uterus

Terjadi involusi pada uterus, yaitu proses kembalinya uterus dalam keadaan sebelum

hamil setelah melahirkan.

2) Lochea

Lochea adalah cairan secretyang berasal dari cavum uteri dan vagina masa nifas.

Terdapat beberapa macam lochea, yaitu :

a) Lochea Rubra

Lochea rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban , sel-sel desidua verniks caseosa, lanugo dan mekonium selama 2
hari pasca persalinan. Jumlah perdarahan sedang (3-4x ganti pembalut perhari).

Inilah lochea yang akan keluar selama dua sampai tiga hari post partum.

b) Lochea Sanguilenta

Lochea Sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada

hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.

c) Lochea Serosa

Lochea ini berbentuk serum dan berbentuk warna merah jambu kemudian kuning.

Cairan itu tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.

d) Lochea Alba

Lochea ini adalah lochea yang paling akhir keluar. Dimulai dari hari ke-14 kemudian

makin sedikit hingga sama sekali tidak keluar lagi sampai satu atau dua minggu

berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leokosit

dan sel-sel desidua.

3) Sistem Pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena

pada saat persalinan alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon

menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan

cairan dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh.

Supaya buang air besar menjadi normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat (sayur

hijau,agar-agar, dan buah) peningkatana asupan cairan dan ambulasi awal. Selain

kostipasi, ibu juga mengalami anoreksia (kehilangan nafsu makan) akibat dari

penurunan sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi,serta

penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.


4) Sistem Perkemihan

Setelah 2-3 hari post partum selama kehamilan dimana saluran urinaria mengalami

dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu post partum. Pada awal post

partum kandung kemih mengalami oedema, kengesti dan hipotonik karena adanya

trauma saat persalinan. Trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam post partum.

Kandung kemih dalam puerurium saat kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah,

sehingga kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal

urinereresidual (normal 15 cc). Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua

dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam

kehamilan dan sekarang dikeluarkan.

5) Tanda-tanda Vital

a) Suhu badan

Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara 37,2°C-

37,5°C. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktifitas payudara. Bila

kenaikana mencapai 38°C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya diwaspadai

adanya infeksi atau sepsis nifas.

b) Denyut nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai 60x/menit, yakni pada waktu habis

persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada

waktu ibu yang vervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/menit. Bisa juga terjadi

gejala shock karena infeksi, khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.

c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan daraah akan rendah setelah ibu

melahirkan karena ada perdarahan. Tekann darah tinggi pada postpartum dapat

menandakan terjadinya preeklamsia postpartum.

d) Respirasi

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak lain

karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat . bila ada respirasi

cepat postpartum (>30 x/menit), mungkin karena adanya tanda-tanda syok.

c. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Perubahan mood seperti sering menangis, mudah marah, dan sering sedih atau cepat

berubah menjadi sering berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari emosi yang

labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan ibu yang lain. Dorongan dan

perhatian dari keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu.

Beberapa faktor yang berperan dalam penyesuaian ibu antara lain :

1) Dukungan keluarga dan teman

2) Pengalaman waktu melahirkan,harapan dan aspirasi

3) Pengalaman merawat dan membesarkan anak sebelumnya

Fase-fase yang akan di alami oleh ibu pada masa nifas yaitu (Wulandari,dkk, 2011) :

1) Taking In Peroid

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung pada

orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman

melahirkan dan persalinan yang di alami serta kebutuhan tidur dan nafsu makan yang

meningkat.

2) Taking Hold Peroid


Berlangsung selama 3-10 hari postpartum, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan

dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada masa ini ibu sangat sensitif,

sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu

membutuhkan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk

menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa

percaya diri.

3) Letting Go Peroid

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang

berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya, keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada

fase ini.

d. Kebutuhan Masa Nifas

1) Nutrisi dan cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, bergizi seimbang, terutama kebutuhan

protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi

air susu yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI

berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot

dan serta kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidak terlalu ketat dalam

mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air

susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya

(Rini dan Kumala, 2017).

2) Mobilisasi
Perawatan puerperium harus lebih aktif dan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi

dini. Pada persalinan normal sebaiknya mobilisasi dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh

miring kiri atau kanan untuk mencegah adanya trombosit).

Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan :

a) Melancarkan pengeluaran lokhea, mengurangi infeksi puerperium

b) Mempercepat involusi alat kandungan

c) Melancarkan fungsi alat gastro intestinal dan alat vital

d) Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan

pengeluaran sisa metabolisme (Rini dan Kumala, 2017).

3) Eliminasi

Setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan akan terasa

perih bila buang air kecil. Ini kemungkinan disebabkan iritasi pada uretra sebagai akibat

persalinan sehingga akibat penderita takut berkemih. Miksi dikatakan normal bila dapat

buang air kecil normal tiap 3-4 jam.

Kebanyakan ibu mengalami obstipasi setelah 1 minggu kelahiran anak. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang

menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu mempengaruhi peristaltik usus.

Biasanya 2-3 hari post partum masih susah buang air besar (BAB). Agar dapat BAB

dengan teratur dilakukan diet teratur, pemberian cairan yang banyak dan mobilisasi

yang baik (Rini dan Kumala, 2017).

4) Kebersihan diri

Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu post partum masih

belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya.


Bidan harus bijaksana dalam memberikan dukungan ini tanpa mengurangi keaktifan ibu

untuk melakukan personal hygiene secara mandiri. Pada tahap awal, bidan dapat

melibatkan keluarga dalam perawatan kebersihan ibu (Sulistyawati, 2015).

5) Istirahat

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, terutama bila partus berlangsung

agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak.

Hal ini mengakibatkan susah tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun

malam untuk menyusui atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.

Untuk itu ibu dianjurkan beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebih dan menyarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat (Rini

dan Kumala, 2017).

6) Seksual

Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan

ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Ibu yang

baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6 minggu

persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua

luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas seksio sesaria (SC)

biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan dipastikan tidak ada luka atau

robekan jaringan, hubungan seks bahkan telah boleh dilakukan 3-4 minggu setelah

melahirkan (Walyani dan Endang, 2015).

7) Senam nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan

tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat penyembuhan,


mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot

dasar panggul dan otot perut. (Rini dan Kumala, 2017).

8) Pijat laktasi

Manfaat pijat laktasi:

a) Menenangkan pikiran ibu

b) Membuat tubuh rileks

c) Menormalkan aliran darah

d) Mencegah sumbatan saluran ASI

e) Mengurangi pembengkakan payudara

f) Meningkatkan suplai ASI

g) Membantu ibu untuk relaksasi (Rini dan Kumala, 2017).

9) Pijat oksitosin

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada daerah tulang belakang leher, punggung sampai

tulang kostae kelima sampai keenam. Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan

oleh suami pada ibu menyusui yang berupa back message pada punggung ibu untuk

meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan oleh suami

akan memberikan kenyamanan pada ibu sehingga akan memberikan kenyamanan pada

bayi yang disusui. Manfaat pijat oksitosin adalah membantu ibu secara psikologis,

menenangkan, tidak stres, membangkitkan rasa percaya diri, membantu ibu agar

mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya, meningkatkan ASI,

memperlancar ASI, melepas lelah, ekonomis, praktis.


Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi 3-5 menit. Lebih

disarankan untuk dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI atau saat pikiran ibu

sedang pusing, badan pegal-pegal juga boleh (Rini dan Kumala, 2017).

e. Tanda Bahaya Nifas

Tanda-tanda bahaya nifas Rukiyah (2016), adalah sebagai berikut :

1) Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau

jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut dalam waktu setengah jam.

2) Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk

3) Rasa nyeri dioerut bagian bawah atau punggung

4) Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastric, atau masalah pengelihatan

5) Pembengkakan pada wajah dan tangan

6) Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni

7) Payudarah yang memerah , panas atau sakit

8) Kehilangan nafsu makan yang berkepanjangan

9) Merasa sangat sedih atau tidak mau mengurus diri sendiri atau bayi

10) Merasa sangat letih atau nafas terengah – engah

f. Tujuan Kunjungan Masa Nifas

Menurut Kemenkes RI (2016), kunjungan dilakukan paling sedikit 3 kali selama ibu dalam

masa nifas. Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi pemeriksaan untuk

deteksi dini, pencegahan, dorongan, dan penanganan masalah-masalah yang terjadi pada

saat nifas.

1) 6 jam – 3 hari setelah melahirkan

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri


b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk bila perdarahan

berlanjut

c) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

d) Pemberian ASI awal

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara hiportemia

2) Hari ke 4 – 28 hari setlah melahirkan

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda

penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi

tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.

3) Hari ke 29 – 42 hari setelah melahirkan.

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulityang ia alami atau bayinya.

b) Memberikan konseling KB secara dini.

c) Menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu atau puskesmas untuk

penimbangan dan imunisasi.

2. Konsep Dasar Menyusui/ Laktasi

a. Pengertian Menyusui/ Laktasi


Menyusui adalah cara pemenuhan kebutuhan nutrisi yang baik bagi bayi, ssebuah ikhtiar

yang paling sederhana, paling cerdas paling terjangkau untuk mendukung anak lebih sehat.

(Asih, 2016)

Laktasi merupakan bagian terpadu dari proses reprodukasi yang memberikan makanan

bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan. (Asih, 2016).

b. Hal – hal yang Mempengaruhi Produksi Asi

1) Makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat mempengaruhi produksi asi apabila

makanan ibu cukup akan gizi dan pola makan teratur.

2) Ketenangan jiwa dan pikiran

Kondisi jiwa dan pikiran harus tenang. Keadaaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan

tegang akan menurunkan volume ASI.

3) Penggunaan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperjhatikan agar tidak

mempengaruhi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang dapat digunakan adalah : kondom,

IUD, Pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.

4) Perawatan payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofise untuk

mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.

5) Anatomis payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu

diperhatikan juga bentuk anatomis atau papila pada ibu.


6) Pola Istirahat

Apabila kondisi ibu terlalu capek kurang istirahta maka prosuksi ASI akan berukurang.

7) Makanan Faktor Isapan Anak atau frekuesi penyusuan

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu maka produksi dan pengeluaran ASI

semakin banyak.

8) Berat lahir bayi

Bayi beral lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang

lebih rendah dibandingkan bayi yang berat lahir normal (>2500 gram)

9) Konsumsi rokok dan alcohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan

oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana

adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.

c. Manfaat Pemberian ASI

Pemberian Air Susu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai berumur sedikitnya dua tahun

akan memberikan banyak manfaat, baik untuk bayi, ibu, maupun masyarakat pada

umumnya. (Rukiyah,2018)

1) Manfaat Bagi Bayi

Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan perkembangan

kecerdasannya, pertumbuhan sel otak secara optimal terutama kandungan protein khusus

yaitu taurin selain mengandung laktosa dan asam lemak ikatan panjang lebih banyak dari

susu sapi. ASI mudah dicerna , penyerapan lebih sempurn, mengandung Zat Antibodi

mencegah infeksi, merangsang sistem kekebalan tubuh, mempererat ikatan batin antara

ibu dan bayi. Bayi tumbuh optimal dan sehat tidak kegemukan atau terlalu kurus.
2) Bagi Ibu

Manfaat untuk ibu yakni : Mudah, murah , praktis tidak merepotkan dan tersedia kapan

saja, mempercepat involusi/ memulihkan dari proses persalinan dan dapat mengurangi

perdarahan dirahim mengerut , otomatis pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit

sehingga perdarahan akan segera berhenti, mencegah kehamilan karena kadar prolaktin

yang tinggi menekan hormon FSH dan ovulasi, bisa mencapai 99% apabila ASI diberikan

secara terus menerus tanpa tambahan selain ASI, meningkatkan rasa kasih sayang dan

membuat rasa lebih nyaman.

3) Bagi Masyarakat

Murah, ekonomis, mengurangi pengeluaran keluarga karena tidak perlu membeli susu

buatan, menambah ikatan kasih sayang suami dan istri, membantu program KB,

menurunkan angka kesakitan dan kematian.

2.1.4 Konsep Dasar Neonatus

1. Pengertian Neonatus

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini

berusia 0-7 hari dan neonatus lanjut berusia 7-28 hari. Bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram

sampai dengan 4000 gram (Muslihatun,2010).

2. Klasifikasi Neonatus

Klasifikasi neonatus menurut masa gestasi antara lain:

a. Kurang bulan (preterm infant) : kurang 259 hari (37 minggu)

b. Cukup bulan (term infant) : 259 sampai 294 hari (37-42 minggu)
c. Lebih bulan (postterm infant) : lebih dari 294 hari (42 minggu) atau lebih.

Klasifikasi neonatus menurut berat lahir

a. Berat lahir rendah : kurang dari 2500 g

b. Berat lahir cukup : antara 2500 sampai 4000 g

c. Berat lahir lebih : lebih dari 4000 g

Klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa gestasi di deskripsikan masa gestasi dan ukuran

berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilannya:

a. Neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)

b. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)

(Marmi, 2015)

3. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Menurut Marmi (2015), tanda-tanda bahaya bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

a) BBLR dengan barat badan ≤ 2500-4000 g

b) Asfiksia neonatorum

c) Sindrom gangguan pernapasan

d) Kejang

e) Ikterus neonatorum

f) Perdarahan tali pusat

g) Hipotermi

h) Hipertermi

i) Hipoglikemi

j) Tetanus Neonatorum

4. Adaptasi Neonatus
a. Sistem Pernafasan

Ketidakmatangan paru akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi yang lahir

sebelum usia kehamilan 24 minggu karena keterbatasan permukaan alveolus,

ketidakmatangan sistem kapiler paru dan tidak cukupnya jumlah surfaktan. Pernafasan,

untuk mengetahui pola pernafasan. Nilai batas normal 30-60 kali/menit (Nurasiah, 2012).

b. Sistem Peredaran Darah

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan

mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk

membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua

perubahan besar yaitu penutupan foramen ovale dan penutupan duktus arteriosus antara

arteri paru-paru dan aorta. (Nurasiah, 2012).

c. Sistem Gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Kemampuan bayi

baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan masih terbatas. Kapasitas

lambung sendiri sangat terbatas, kurang dari 30 cc, untuk bayi baru lahir cukup bulan.

Waktu pengosongan lambung adalah 2,5 sampai 3 jam, itulah sebabnya bayi memerlukan

ASI sesering mungkin. Pada saat makanan masuk ke lambung terjadilah gerakkan

peristaltik cepat. (Nurasiah, 2012).

d. Perubahan Sistem Termoregulasi

Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami

stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat meninggalkan

lingkungan rahim ibu yang hangat, kemudian masuk ke lingkungan yang lebih dingin.

Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme mengigil merupakan
usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya,

yang merupakan hasil penggunaan lemak coklat (Nurasiah, 2012).

e. Sistem Imunologi

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan bayi rentan

terhadap infeksi dan alergi. System imunitas yang matang akan memberikan kekbalan

secara alami maupun didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang

mencegah atau menimalkan infeksi yaitu perlindungan oleh kuliat dan membrane mukosa,

fungsi saringan saluran pernafasan, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus,

perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. (Nurasiah, 2012) .

5. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Menurut Dinkes Jatim (2015), pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan

sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus

sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas

kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 jam setelah lahir.

1) Perawatan tali pusat

Asuhan tentang pecegahan infeksi (perawatan tali pusat) pada bayi.

a) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan talipusat.

b) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan caitan atau bahan apapun ke

puntung tali pusat.


c) Mengoleskan alcohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila terdapat

tanda infeksi, tetapi tidak boleh dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah

atau lembab.

d) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun segera

keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.

e) Perhatikan tanda – tanda infeksi tali pusat : kemerahan pada kulit sekitar tali pusat,

tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi, nasihati ibu untuk membawa

bayinya ke fasilitas kesehatan(Kemenkes RI, 2012).

2) Mengidentifikasi komplikasi pada bayi

a) Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit

b) Kehangatan terlalu panas (>37,5 C atau terlalu dingin < 36,0 C).

c) Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar.

d) Pemberian makan hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah.

e) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.

f) Infeksi suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah). Bau busuk,

pernapasan sulit

g) Tinja/kemih tinda berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada darah

atau lendir pada tinja

h) Aktivitas menggigil atau tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu

mengantuk, lunglai, kejang halus,tidak bisa tenang, menangis terus-menerus

(Saifuddin, 2010).

3) Melaksanakan ASI Eksklusif


Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan

diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan.

Berikan ASI pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun malam (8-10

kali atau lebih, dalam 24 jam)selama bayi menginginkannya (Kemenkes RI, 2012).

4) Pemberian imunisasi

Imunisasi Hepatitis B pertama (Hb 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K.

imunisasi Hb 0 harus diberikan pada bayi umur 0 samapai 7 hari (Kemenkes RI, 2012).

b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2)dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari

ke 7 setelah lahir.

1) Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi dan pemberian ASI.

Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI 700-800 cc ASI per hari untuk tumbuh kembang

bayi. Keuntungan pemberian ASI diantaranya adalah adanya keterkaitan emosional ibu

dan bayi, sebagai kekebalan pasif (kolostrum) untuk bayi, dan merangsang kontraksi

uterus (JNPK-KR, 2010).

2) Personal hygene pada bayi.

Setiap kali bayi BAB atau BAK, maka segera bersihkan daerah bokong bayi, agar tidak

lecet dan mengganggu kenyamanan bayi, karena jika daerah bokong lembab dan kotor

mudah mengalami lecet sehingga nantinya bayi akan rewel, untuk membersihkan daerah

bokong, sebaiknya memakai air hangat dan sabun, akan tetapi kalau hanya BAK tidak

perlu menggunakan sabun cukup menggunakan kapas DTT (Air rebus hingga didih),

kemudian segera keringkan dengan handuk secara lembut. Ibu dan keluarga setelah
menolong bayi BAB/BAK, segera cuci tangan di air mengalir dengan sabun (Rukiyah,

2012).

3) Kebutuhan istirahat/ tidur pada bayi.

Neonatal sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari, bayi normalnya sering

tidur. Jumlah total tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi

(Rukiyah, 2012).

4) Menjaga keamanan bayi.

Bayi harus selalu dijaga dari trauma dengan meletakkan bayi ditempat tidur yang aman

dan nyaman, tidak membiarkan bayi sendirian tanpa pengamanan, dan tidak meletakkan

barang – barang yang mungkin membahayakan di dekat bayi.Pencegahan infeksi

dilakukan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah pegang bayi, memastikan bahwa

semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan

bersih

c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari

ke 28 setelah lahir.

1) Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup.

2) Memastikan bayi mendapat imunisasi HB 0, BCG dan Polio 1.

3) Menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu untuk penimbangan dan imunisasi.

2.1.4 Konsep Dasar Keluaraga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana


Keluarga Berencana(KB) adalah mengatur jumlah anak sesuai dengan keinginan dan

menentukan kapan akan hamil lagi, menjarangkan dan merencanakan jumlah dan jarak

kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi (Marmi, 2015)

Kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan

antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Rini dan Feti, 2016).

2. Tujuan Keluarga Berencara

Tujuan keluarga berencana menurut Marmi(2015) adalah :

a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia,

sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk

Indonesia.

b. Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu,anak, keluarga dan bangsa, mengurangi

angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa.

3. Pengelompokan Metode Kontrasepsi

Menurut BKKBN 2011 metode kontrasepsi pada ibu post partum yaitu:

a. Metode Amenorhea Laktasi (MAL)

1) Profil

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian

Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambhan makanan

atau minuman apapun lainnya. (BKKBN,2011).

2) MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:

a) Menyusui secara penuh (full breast feeding); lebih efektif bila pemberian ≥ 8x

sehari

b) Belum haid
c) Umur bayi kurang dari 6 bulan.

d) Efaktif sampai 6 bulan.

e) Harus dianjurkan dengan pemakaian metode kontrsepsi lainnya.

3) Cara kerja

Penundaan/penekanan ovulasi

4) Keuntungan kontrasepsi

a) Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada bulan pasca persalinan ).

b) Segera efektif

c) Tidak menggangu senggama

d) Tidak ada efek samping secara sistemik

e) Tidak perlu pengawasan medis

f) tidak perlu obat atau alat

g) Tanpa biaya

5) Keuntungan non kontrasepsi

a) Untuk Bayi

a. Mendapat kekebalan pasif (mendapat antibodi perlindungan lewat ASI)

b. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang yang

optimal.

c. Terhindar dari ketepaparan terhadap kontaminasi air, susu lain atau formula, atau

alat minum yang dipakai.

b) Untuk Ibu

(1) Mengurangi perdarahan pasca persalinan.

(2) Mengurangi resiko anemia.


(3) Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.

6) Keterbatasan

a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusi dalam 30 menit

pasca persalinan.

b) Mungkin sulit dilksanakan karena kondisi sosial.

c) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.

d) Tidak melindungin dari penyakit menular.

7) Yang dapat menggunakan MAL

Ibu yang menyusui secara eklusif, bayi kurang dari 6 bulan, ibu belum mendapatkan

haid setelah melahirkan.

b. Kontrasepsi Progestin

1) Kontrasepsi suntikan progestin

a) Profil

a. Sangat efektif.

b. Aman.

c. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia efektif.

d. Kembalinya kesuburan lebih lambat rata-rata 4 bulan.

e. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.

b) Jenis

Tersedia 2 jenis suntik progesteron yaitu:


(1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg

DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler ( di

daerah bokong ).

(2) Depo Nuretisteron Enatat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg

Noretindron Enatat, Diberikan Setiap 2 bulan dengan cara disuntikkan

intramuskuler.

c) Cara kerja

(1) Mencegah ovulasi.

(2) Mengentalkan lender serviks.

(3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.

(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

d) Keuntungan

(1) Sangat efektif.

(2) Mencegah kehamilan jangka panjang.

(3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.

(4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak mengganggu pada penderita

jantung, kelainan pembekuan darah.

(5) Tidak mempengaruh terhadap ASI.

(6) Sedikit efek samping.

(7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

(8) Dapat digunakan oleh ibu usia>35 tahun sampai premenopouse.

(9) Mencegah kehamilan ektopik dan kanker endometrium.

(10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.


(11) Mencegah kejadian penyakit radang panggul.

(12) Menurunkan kejadian krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

e) Keterbatasan

Sering ditemukan gangguan haid, seperti:

(1) Siklus haid memendek atau memanjang.

(2) Perdarahan banyak atau sedikit.

(3) Perdarahan tidak teratur atau bercak(spotting).

(4) Tidak haid sama sekali.

(5) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan.

(6) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

(7) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

(8) Tidak menjamin perlindungan penyakit menular.

(9) Terlambtanya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

(10) Terlambat kembalinya bukan karena rusaknya alat reproduksi melainkan

karena efek obat yang belum habis.

(11) Terjadinya perubahan lipid serum pada jangka panjang.

(12) ada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang

(densitas).

(13) ada jangka panjang dapat menyebabkan kekeringan vagina, menurunkan libido,

gangguan emosi, sakit kepala nervositas, jerawat.

f) Yang dapat menggunakan kontrasepsi progestin.

1) Usia reproduksi.

2) Nulipara dan yang telah memiliki anak.


3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi.

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

5) Setelah melahirkan dan menyusui.

6) Setelah abortus atau keguguran.

7) Telah memiliki banyak anak tetapi tidak menghendaki tubektomi.

8) Perokok.

9) Hipertensi, gangguan pembekuan darah, atau anemia bulan sabit.

10) Menggunakan obat epilepsi atau obat tuberculosis.

11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

12) Sering lupa menggunakan pil.

13) Anemia defisiensi besi.

14) Mendekati menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan

kontrasepsi kombinasi.

g) Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin.

(1) Hamil atau dicurigai hamil.

(2) Perdarahan pervaginam yang diketahui sebabnya.

(3) Tidak dapat menerima gangguan haid terutama amenorea.

(4) Menderita kanker payudara atau riwayat menderita kanker payudara.

(5) Diabetesmelitus disertai komplikasi.

h) Waktu mulai menggunakan.

(1) Setia saat selama siklus haid selama ibu tidak hamil (selama 7 hari setelah

suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual).

(2) Mulai pertama sampai ke 7 siklus haid.3


(3) Apabila ibu pengguna kontrasepsi hormonal kemudian ingin menggunakan

kontrasepsi hormonal maka bisa langsung dipakai asalkan cara penggunaan

kontrasepsi sebelumnya benar. Tidak usah menunggu haid berikutnya.

(4) Apabila ibu pengguna kontrasepsi hormonal kemudian ingin menggunakan

kontrasepsi hormonal maka bisa lagsung dipakai asalkan cara penyuntikan

kontrasepsi sebelumnya benar. Tidak usah menunggu haid berikutnya.

(5) Apabila ibu pengguna kontrasepsi nonhormonal kemudian ingin

menggunakan kontrasepsi hormonal suntik maka penyuntikan bisa disuntikan

pada hari pertama sampai ke 7 siklus haid. Atau bisa diberikan setelah hari ke

7 siklus haid asalkan ibu yakin dia tidak hamil.

(6) Apabila ibu pengguna AKDR kemudian ingin menggunakan kontrasepsi

hormonal maka penyuntikan bisa disuntikan pada hari pertama sampai ke 7

siklus haid. Atau bisa diberikan setelah hari ke 7 siklus haid asalkan ibu yakin

dia tidak hamil.

(7) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan yang teratur.

2) Kontrasepsi Pil Progestin (mini pil)

a) Profil

a. Cocok untuk ibu menyusui dan ingin menggunakan pil KB.

b. Sangat efektif pada masa laktasi.

c. Dosis rendah

d. Tidak menurunka produksi ASI.

e. Tidak memeberi efek samping estrogen.


f. Efek samping utama adalah gangguan perdarahan; perdarahan bercak, atau

perdarahan tidak teratur.

g. Dapat dipakai kontrasepsi darurat.

b) Jenis

(1) Kemasan dengan isi 35 pil: 300 mg lenovorgestrel atau 350 mg noretindron.

(2) Kemasan dengan isi 28 pil: 75 mg desogestrel.

c) Cara kerja.

(1) Menekan sekresi gonatropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak begitu

kuat).

(2) Endometrium mengalami tranformasi lebi awal sehingga implantasi lebih sulit.

(3) Mengentalkan lender serviks.

(4) Mengubah motilitas tuba sehingga tranportasi sperma terganggu.

d) Keuntungan kontrasepsi

(1) Sangat efektif.

(2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.

(3) Tidak mengandung estrogen.

(4) Tidak mempengaruh terhadap ASI.

(5) Mengurangi nyeri haid.

(6) Mengurangi jumlah darah haid.

(7) Menurunkan tingkat anemia.

(8) Mencegah kanker endometrium.

(9) Melindungin dari penyakit radang panggu.

(10) Tidak meningkatkan pembekuan darah.


(11) Dapat diberikan pada penderita endometritis.

(12) Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi.

(13) Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom.

(14) Sedikit sekali menggangu metabolism karbohidrat sehingga realtif aman

diberikan pada penderita kencing manis yang belum mengalami komplikasi.

(15) Sedikit efek samping.Kesuburan cepat kembali.

(16) Nyaman dan mudah digunakan.

(17) Dapat dihentikan setiap saat.

e) Keuntungan Non kontrasepsi

(1) Yang boleh menggunakan minipil :

1) Usia reproduksi.

2) Nulipara dan yang telah memiliki anak.

3) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang efektif selama periode

menyusui.

4) Pasca persalinan dan tidak menyusi

5) Setelah abortus atau keguguran.

6) Perokok.

7) Hipertensi, gangguan pembekuan darah, atau anemia bulan sabit.

8) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

(2) Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi minipil.

(a) Hamil atau dicurigai hamil.

(b) Perdarahan pervaginam yang diketahui sebabnya.

(c) Tidak dapat menerima gangguan haid terutama amenorea.


(d) Pengguna obat epilepsy dan tuberculosis.

(e) Riwayat struke, progestin menyebabkan spasme pembuluh darah

(f) Riwayat kanker payudara atau kanker payudara.

(g) Sering lupa memakai pil.

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

1) Profil

a) Sangat Efektif, reversible dan berjangka panjang.(dapat sampai 10 tahun: CuT-

380A).

b) Haid menjadi lebih banyan dan lama.

c) Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.

d) Dapat dipakai oleh semua pasangan reproduksi

e) Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar penyakit IMS.

2) Cara Kerja

a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.

b) Mempengaruhi fertilasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

c) Memungkinkan untuk mencegah implantasi dalam uterus.

3) Keuntungan

a) Efektivitas tinggi.

b) Dapat efektivitas setelah pemasangan.

c) Tidak perlu mengingat-ingat lagi.

d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

e) Tidak ada efek samping hormonal.

f) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.


g) Dapat digunakan sampai menopause.

h) Dapat digunakan segera setelah melahirkan atau sesudah abortus.

i) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

4) Kerugian

a) Efek samping yang umum :Perubahan siklus haid, Perdarahan (spotting)

antarmentruasi, Haid lebih banyak dan lama, Saat haid lebih sakit.

b) Komplikasi lain :

a) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.

b) Perdarahan berat saat haid menyebabkan kemungkinan anemia.

c) Perforasi uterus sangat jarang jika pemasangan benar.

c) Tidak mencegah IMS

d) Tidak baik digunakan bai perempuan yang IMS dan yang sering berganti pasangan.

e) Penyakit radang panggul terjadi setelah perempuan IMS memakai AKDR. PRP

dapat memicu infertilitas.

f) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam pemasangan

AKDR. Seringkali takut selama pemasangan.

g) Sedikit nyeri dan perdarahan bercak setelah pemasangan dan menghilang sekitar 1-

2 hari.

h) Klien tidak bisa melepasnya sendiri, dan harus dilepaskan oleh petugas kesehatan

terlatih.

i) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui(sering terjadi apabila

pemasangan pasca persalinan)

j) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik.


k) Perempuan harus selalu mengecek benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk

melakukan hal ini perempuan harus memasukkan jarinya kedalam vagina, sebagian

perempuan tidak mau melakukannya.

5) Yang dapat menggunakan AKDR

a) Usia reproduktif

b) Keadaan nullipara.

c) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang.

d) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.

e) Menyusui dan ingin menggunakan kontrasepsi lainnya.

f) Resiko rendah IMS.

g) Tidak menghendaki kontrasepsi hormonal.

h) Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari.

i) Tidak menginginkan kehamilan setelah 1-5 hari senggama.

6) Yang tidak boleh menggunakan AKDR

a) Sedang hamil atau diduga hamil

b) Perdarahan pervaginam tanpa diketahui penyebabnya.

c) Sedang menderita infeksi genital.

d) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus

septic.

e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau yang mengalami tomor jinak yang dapat

mempengaruhi kavum uteri.

f) Penyakit trofoblas yang ganas.

g) Diketahui menderita TBC pelvic.


h) Kanker genital.

i) Ukuran alat genital dan ukuran rongga rahum kurang dari 5 cm.

d. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit(AKBK)

1) Pengertian

Implant adalah metode kontrasepsi yang dipakai di lengan atas bagian sebelah dalam.

Berbentuk silastik (lentur), berukuran seperti korek api, biasanya dipakai di lengan kiri,

ditanamkan diantara kulit dan daging. Tepatnya dibawah kulit namun di atas lapisan

daging (otot), sehingga jika dilihat dari luar akan terlihat menonjol dan dapat diraba.

2) Jenis Implant

a) Terdiri dari 6 kapsul silastik, dimana setiap kapsulnya berisi levonogestrel sebanyak

36 mg (norplant)

b) Terdiri dari satu kapsul silastik berisi 68 mg 3-ketodesogestrel dan 66 mg kopolimer

EVA(implanon).

c) Terdiri dari 2 kapsul silastik berisi levonogestrel 75 mg(jadena).

3) Cara Kerja

a) Menekan ovulasi

b) Mengentalkan lender serviks.

c) Menipiskan endometrium.

4) Efek Samping

a) Gangguan siklus haid

b) Ekspulsi implant

c) Jerawat

d) Rasa nyeri pada payudara.


e) Gangguan fungsi hati.

f) Perubahan libido.

g) Pusing.

h) Nyeri perut bagian bawah.

i) Kloasma bercak hitam pada wajah.

j) Trombo phlebitis atau trombo emboli.

k) Infeksi pada luka insisi.

l) Gangguan pertumbuhan rambut.

5) Keuntungan

a) Sangat efektif.

b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.

c) Tidak mengandung estrogen.

d) Tidak mempengaruh terhadap ASI.

e) Sedikit efek samping.

f) Kesuburan cepat kembali.

g) Nyaman dan mudah digunakan.

h) Dapat dihentikan setiap saat.

i) Dapat dicabut kapan saja

4. Langkah-langkah pelayanan Kontrasepsi

Menurut Affandi (2011), langkah-langkah Pelayanan Kontrasepsi adalah :

a. Memberikan konseling tentang :

1) Macam-macam metode kontrasepsi

2) Cara kerja masing-masing metode kontrasepsi


3) Keuntungan masing-masing kontrasepsi

4) Kerugian masing-masing kontrasepsi

5) Efek samping dari masing-masing kontrasepsi

b. Memberikan informed consent dan informed choice dengan klien serta yang mendampingi

c. Menjelaskan pada ibu tentang tindakan uang akan dilakukan

d. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan kepada ibu

e. Mendokumentasikan asuhan yang diberikan

f. Memberitahu ibu kapan harus kontrol ulang dan mengingatkan kembali efek samping dari

penggunaan kontrasepsi.

2.2 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

2.2.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

Tanggal / jam : untuk mengetahui kapan dilakukan pengkajian atau pengambilan kasus

tersebut.

Tempat : untuk mengetahui tempat pengkajian pengambilan kasus.

1. Data Subjektif

a. Biodata

Menurut Romauli, (2011)

1) Nama

Untuk mengetahui identitas pasien agar tidak terjadi kekeliruan atau tertukarnya

identitas pasien.

2) Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan

persalinan 20-34 tahun. Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap

tekanan darah tinggi, diabetes di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan

persalinan dan resiko memiliki bayi dengan kelainan kromosom.

3) Pendidikan

Dalam memberikan asuhan kebidanan jenjang pendidikan dapat mempermudah dalam

memberikan health education (HE) yang akan diberikan.

4) Pekerjaan

Normalnya pada ibu hamil trimester III diperbolehkan melakukan pekerjaan asal tidak

pekerjaan yang tidak berat dan bisa membahayakan janinya.

b. Keluhan Utama

Menurut Irianti, (2014) pada ibu hamil trimester III, keluhan utamanya adalah sering

kencing, sesak nafas, wasir / haemoroid, bengkak / edema, kram pada kaki, gangguan tidur

dan mudah lelah, nyeri perut bawah, konstipasi, Varises , syndrome carpal tunel

(kesemutan pada telapak tangan).

1) Sering Kencing

Tertekannya kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar dan menyebabkan

kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi berkemih meningkat.

2) Wasir / Hemoroid

Hemoroid sering didahului dengan konstipasi. Oleh karena itu, semua penyebab

konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid. Progesteron menyebabkan relaksasi

dinding vena dan usus besar.Pengaruh hormon Progesteron dan tekanan yang
disebabkan oleh uterus menyebabkan vena– vena pada rectum mengalami tekanan yang

lebih dari biasanya.

3) Bengkak/edema

Tubuh menghasilkan dan menyimpan cairan tambahan selama hamil, akibatnya banyak

bumil yang mengalami bengkak, terutama di akhir kehamilan. Bengkak sering timbul di

kaki, tumit, dan wajah. Penekanan pembesaran uterus pada pembuluh vena

mengakibatkan darah balik dari bagian bawah tubuh terhambat, sehingga menyebabkan

kaki dan tungkai bawah menjadi edema.

4) Kram pada kaki

Keadaan ini diperkirakan terjadi karena adanya gangguan aliran atau sirkulasi darah

pada pembuluh darah panggul yang disebabkan oleh tertekannya pembuluh tersebut

oleh uterus yang semakin membesar pada kehamilan lanjut. Kram juga disebabkan oleh

meningkatnya kadar fosfat dan penurunan kadar kalsium terionisasi dalam serum.

5) Gangguan tidur dan mudah lelah

Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia (sering berkemih di malam hari),

terbangun dimalam hari dan mengganggu tidur yang nyenyak. Dan juga disebabkan

janin yang terlalu aktif bergerak pada malam hari.

6) Nyeri perut bawah

Keluhan nyeri perut bagian bawah pada ibu hamil dapat bersifat fisiologis dan beberapa

lainnya merupakan tanda adanya bahaya dalam kehamilan. Secara normal, nyeri perut
bawah dapat disebabkan oleh muntah yang berlebihan dan konstipasi yang dialami oleh

sebagian besar ibu dalam kehamilannya.

7) Konstipasi

Konstipasi terjadi akibat peningkatan produksi Progesteron yang menyebabkan tonus

otot polos menurun, termasuk pada sistem pencernaan, sehingga sistem pencernaan

menjadi lambat. Motilitas otot yang polos menurun dapat menyebabkan absorsi air di

usus besar meningkat sehingga feses menjadi keras.

8) Varises

Varises adalah pelebaran pada pembuluh darah balik vena sehingga katup vena

melemah dan menyebabkan hambatan pada aliran pembuluh darah balik dan biasa

terjadi pada pembuluh balik supervisial. Varises terlihat pada bagian kaki, namun juga

sering muncul pada vulva dan anus.

9) Sindrom Carpal Tunel (telapak tangan kesemutan)

Sindrom ini bisa menimbulkan perasaan terbakar, gatal dan sakit di tangan (biasanya di

jempol dan 3 jari pertama) sakitnya bisa sampai ke pergelangan tangan, naik ke lengan

bagian (manuaba, 2010)bawah, dan kadang-kadang sampai ke pundak, leher dan dada

(Elisabeth, 2015).

c. Riwayat Penyakit Ibu

Riwayat penyakit keluarga yang mempengaruhi kehamilan dan beresiko pada bayi sebagai

berikut:

1) TBC
Keluhan yang sering ditemukan adalah batuk lama, nafsu makan berkurang, BB turun,

sakit dada. Pada pemeriksaan fisik adanya ronchi basal. Pada janin ditemukan TBC

konginetal. Janin baru dapat tertular setelah dirawat dan diteteki (Winkjosastro, 2011).

2) Hipertensi

Hipertensi dalam kehamilan akan berbahaya apabila sistolik / Diastolik 140/90 mmHg.

Dampak preeklampsia dan eklampsia pada janin adalah IUGR, oligohidramnion,

kenaikan morbiditas dan morbilitas janin, Intranatal itas, dan solusio plasenta

(Saifuddin, 2010).

3) Asma

Terjadinya asma mempunyai komponen genetik dan lingkungan. Bayi dari seorang

wanita penderita asma beresiko tinggi mengalami fetal distres, karena asma

mempengaruhi gangguan pertukaran oksigen uteroplasenta (Saifuddin, 2010).

4) Jantung

Terjadinya gangguan pada jantung yang menyebabkan hambatan pada sirkulasi darah

maternal-fetal, serta mempengaruhi pada transport O2 dan nutrisi maka dapat

mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, preeklampsia, eklampsia,

kematian janin dan kematian ibu (Irianti, 2014).

5) Hepatitis

Pengaruh dalam kehamilan adalah menimbulkan abortus, Intranatal e, Intra uteri

Fetal Death (IUFD) (Winkjosastro, 2010).

6) HIV/AIDS

Kelainan yang dapat terjadi pada janin adalah berat badan lahir rendah, bayi lahir mati,

partus preterm, dan abortus spontan (Winkjosastro, 2010).


d. Riwayat Penyakit Keluarga

Informasi tentang keluarga pasien untuk mengidentifikasi wanita yang beresiko menderita

penyakit genetik yang dapat mempengaruhi hasil akhir kehamilan atau beresiko memiliki

bayi yang menderita penyakit genetik (Romauli, 2011).

e. Riwayat Menstruasi

Yang penting dikaji pada siklus haid adalah hari pertama haid terakhir (HPHT).Dari

HPHT digunakan untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL). Siklus haid yang normal

adalah 28 hari, tetapi siklus ini bisa maju dua atau tiga hari atau mundur sampai tiga hari

menjadi 25 hari bahkan 30 hari. Hal ini mempengaruhi dalam menentukan tafsiran

persalinan. Hari pertama haid terakhir membantu penetapan tanggal perkiraan partus

dengan menambahkan hari + 7, bulan -3 tahun + 1. Pada siklus haid 30 hari dapat

menggunakan perhitungan hari +9 bulan -3 tahun +1 dan pada siklus 35 hari dapat

menggunakan perhitungan hari +4 bulan -3 tahun +1 (Romauli, 2011).

f. Riwayat Pernikahan

Yang penting dikaji pada umur saat menikah, untuk mengetahui status infertilitas, dan usia

menikah < 16 th memiliki resiko pada kehamilannya, berapa kali ibu menikah (Nurasiah,

2013).

g. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

1) Usia gestasi

Usia gestasi saat bayi yang terdahulu lahir harus diketahui karena kelahiran preterm

cenderung terjadi lagi (Roumali, 2011).

2) Tipe kelahiran
Cara kelahiran apakah pervaginam atau melalui tindakan atau bedah sesar (SC).

Dibantu forcep atau vakum (Roumali, 2011).

3) Lama persalinan

Lama persalinan merupakan factor yang penting karena persalinan yang lama juga

mencerminkan suatu masalah dapat berulang. Kemungkinan ini semakin kuat jika

persalinan yang lama merupakan pola yang berulang. Persalinan yang pertama jarang

berulang pada persalinan berikutnya. Persalinan singkat juga harus dicatat karena hal

ini sering kali berulang (Roumali, 2011).

4) Berat lahir

Berat lahir sangat penting untuk mengidentifikasi apakah Bayi Kecil untuk Masa

Kehamilan (BKMK) atau bayi besar untuk Masa Kehamilan (BBMK). Berat lahir

mencerminkan bahwa bayi dengan ukuran tertentu berhasil memotong pelvis maternal

(Roumali, 2011).

5) Komplikasi

Setiap Komplikasi yang terkaitan dengan kehamilan harus diketahui sehingga dapat

melakukan antisipasi terhadap komplikasi berulang. Kondisi lain yang cenderung

berulang adalah anomaly konginetal, diabetes gestasional, preeclampsia, retardasi

pertumbuhan intrauterine, depresi paska partum, dan perdarahan paska partum

(Roumali, 2011).

h. Riwayat Kehamilan Sekarang

1) GPA

Gravida : Hamil ke berapa

Partus : Melahirkan
Abortus : UK <20 minggu (Prawirorahardjo,2014)

2) Usia Kehamilan

Hal ini dikaji untuk mengetahui usia kehamilan ibu sudah sesuai dengan perkiraan usia

kehamilan menurut ibu dengan perhitungan sesuai HPHT.

3) ANC

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali kehamilan. 1 kali pada

triwulan pertama, 1 kali triwulan kedua dan 2 kali trimester ketiga dan paling baik 12

kunjungan dilakukan pada trimester I sebanyak 3 kali, trimester II sebanyak 3 kali,

trimester III sebanyak 6 kali (Dinkes Bangkalan, 2015)

Tabel 2.1 Kunjungan Pemeriksaan Antenatal dan Perlindungannya

Trimester Jumlah Waktu Kunjungan


Kunjungan

I 1x Sebelum Minggu ke-16

Antara Minggu ke 24 -28


II 1x
Antara Minggu ke 30 -32

III 2x Antara Minggu ke 36 -38

(Sumber : Kemenkes RI Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan,
2013)

4) Keluhan hamil muda

Umumnya mual muntah, hipersaliva, pusing, mudah lelah, peningkatan frekuensi

berkemih (Irianti, 2014).

5) Keluhan hamil tua

Keluhan yang ada umumnya terjadi pada ibu hamil trimester III seperti : nyeri

punggung, konstipasi, mudah lelah, varises , bengkak pada kaki, sesak nafas (Irianti,

2014).
6) Imunisasi TT

Jenis imunisasi yang diberikan adalah tetanus toxoid (TT) yang dapat mencegah

penyakit tetanus (Irianti, 2014).

a) Status pemberian imunisasi TT pada ibu hamil

Pemberian TT pada ibu hamil harus dipastikan dengan skrining bagi ibu hamil

primigravida yaitu dengan menanyakan tahun kelahiran nya jika ibu lahir pada

tahun 1990 keatas maka ibu sudah dianggap mendapatkan TT 2, dan pada saat

kunjungan pertama kali ke fasilitas kesehatan sedini mungkin di berikan TT ke 3

lalu dilanjutkan pemberian TT ke 4, 6 bulan kemudian jika terpenuhi namun jika

tidak terpenuhi maka diberikan setelah ibu melahirkan, pada kehamilan selanjutnya

atau pada ibu multigravida hanya perlu diberikan TT ke-5,jika ibu lahir sebelum

tahun 1990 lalu ibu lupa atau belum sama sekali mendapatkan imunisasi TT, maka

harus diberikan imunisasi TT 2 kali (TT2). Pemberian imunisasi TT tidak

mempunyai interval (selang waktu) maksimal, hanya terdapat interval minimal

antar dosis TT.

Skrining status imunisasi TT harus dilakukan sebelum pemberian vaksin.

Pemberian imunisasi TT tidak perlu dilakukan bila hasil skrining menunjukkan

telah mendapat imunisasi TT5 yang harus dibuktikan dengan buku KIA, rekam

medis, atau kohort. (Kemenkes RI, 2017)

7) Gerakan janin

Umumnya dirasakan pada kehamilan 20 minggu pada primi dan 16 pada multi.

Gerakan pada kehamilan trimester II normalnya 10 kali dalam 12 jam (Irianti, 2014).
8) Menurut Kemenkes RI (2016) perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi sebagai berikut :

a) Rencana penolong persalinan : Penolong persalinan harus ditolong oleh tenaga

kesehatan di fasilitas kesehatan.

b) Rencana tempat persalinan : BPS, Polindes, Posyandu, Poskesdes, Puskesmas,

Rumah Sakit.

c) Rencana pendamping persalinan : Seorang yang mendampingi ibu selama proses

persalinan seperti bidan, suami, keluarga.

d) Rencana pendonor darah : Orang yang memiliki golongan darah dengan pasien

untuk mempersiapkan bila diperlukan.

e) Rencana transportasi : Transportasi yang akan digunakan untuk merujuk ke

pelayanan kesehatan.

i. Riwayat Kontrasepsi

Ditanyakan untuk mengetahui alat kontrasepsi yang dipakai sebelumnya, lama pemakaian,

efek atau keluhan yang dirasakan

j. Riwayat Psikologi, Spiritual dan Kultural

Tanyakan kepada klien siapa yang klien andalkan untuk memberi dukungan, bagaimana

perasaan terhadap kehamilannya, respon keluarga terhadap kehamilan ini, hal ini sangat

penting untuk psikologi ibu. Menanyakan apakah ada keluhan selama menjalani ibadah.

Menanyakan adat istiadat yang berkaitan dengan masa hamil seperti banyaknya jenis

makanan yang harus ia pantang (Roumauli, 2011)


k. Pola kehidupan sehari-hari

Menurut (Romauli, 2011) yang perlu dikaji pada trimester III adalah sebagai berikut :

1) Pola Nutrisi

Ini penting untuk dikaji supaya kita mendapat gambaran bagaimana pasien makanan

yang disukai dan yang tidak disukai, seberapa banyak ia mengkonsumsinya. Sehingga

jika memperoleh data yang tidak sesuai dengan pemenuhan, maka kita dapat

memberikan klarifikasi dalam pemberian pendidikan kesehatan gizi ibu hamil.

2) Pola Istirahat

Bidan perlu menggali kebiasaan istirahat ibu supaya diketahui hambatan ibu yang

mungkin muncul jika didapat data yang senjang tentang pemenuhan kebutuhan istirahat.

Bidan dapat menanyakan tentang sebera lama ia tidur dimalam dan siang hari.

3) Pola Personal Hygiene

Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun kebersihan akan mempengaruhi kesehatan

pasien dan janinnya. Jika pasien mempunyai kebiasaan yang kurang baik dalam

perawatan kebersihan dirinya, maka bidan harus memberikan bimbingan mengenai cara

perawatan diri sedini mungkin. Seperti mandi, keramas, mengganti baju dan celana

dalam.

4) Aktivitas sehari – hari

Kita perlu mengkaji kebiasaan sehari – hari pasien karena data ini memberikan

gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien dirumah.
Jika kegiatan pasien terlalu berat sampai dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit

masa hamil, maka kita dapat memberikan peringatan sedini mungkin kepada pasien

untuk membatasi aktivitasnya.

5) Pola Eliminasi

Hal ini perlu dikaji karena menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan BAB

meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau. Serta kebiasaan BAK meliputi

frekuensi, warna dan jumlah.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum

Dilakukan dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, kriteria hasil

pengamatan adalah baik atau lemah.

2) Keadaan Umum

Mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, tingkat kesadaran yang bisa dikaji

adalah composmentis sampai dengan koma (Sulistyawati, 2011).

3) Tanda-tanda vital

a) Pemeriksaan tekanan darah

Dengan nilai normal berkisar 100/60 sampai 130/80 mmHg (Irianti, 2014).

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi dini terjadinya preeklampsia atau tidak :
1) ROT (Roll Over Test)

ROT : D2 – D1

D2 : Diastolik terlentang

D1 : Diastolik miring

ROT (+) : Jika perbedaan > 20 mmHg

ROT (-) : Jika perbedaan < 20 mmHg (Mandriwati, 2017).

2) MAP (Mean Arterial Pressure)

S+2 D
MAP= S : Tekanan darah sistolik
3
D : Tekanan darah sistolik
MAP (+) : Jika > 90 mmHg
MAP (-) : Jika < 90 mmHg (Mandriwati, 2017).

b) Nadi

Denyut nadi rata-rata 80-100 x/menit, pada ibu hamil dengan anemia biasanya terjadi

tachikardia (Romauli, 2011).

c) Pernafasan

Untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan. Normalnya 16-24 x/menit (Romauli,

2011).

d) Suhu tubuh

Suhu tubuh yang normalnya adalah 36-37,5°C. Suhu tubuh lebih dari 37°C perlu

diwaspadai adanya infeksi (Romauli, 2011).

4) Antropometri

a) Tinggi badan
Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm tergolong resiko tinggi dan sangat

berpengaruh dengan proses persalinan untuk mengetahui ukuran panggul (Romauli,

2011).

b) Berat badan

Normalnya penambahan berat badan tiap minggu adalah 0,5 kg dan penambahan berat

badan ibu dari awal sampai akhir kehamilan adalah 10-13 kg (Wiknjosastro, 2010).

c) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Menurut (Irianti, 2014) perhitungan IMT ibu hamil dapat menjadi indikator

pertumbuhan janin. Rumus menghitung IMT :

BB Keterangan :
IMT =
TB2
BB : Berat badan ibu dalam kilogram

TB : tinggi badan ibu dalam meter kuadrat

Tabel 2.3 Kategori IMT pada Ibu Hamil

No Katagori IMT pada Ibu Hamil


1 Berat Badan Kurang <18 kg/m2
2 Normal 18,5-24,9 kg/m2
3 Kelebihan Berat Badan 25-29,9 kg/m2
4 Obesitas ≥30 kg/m2

Sumber :Husin, fari dkk. 2013. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto

d) Lingkar Lengan Atas (LILA)

Untuk mengetahui lingkar lenngan bagian atas, sebagai indikator untuk menilai status

gizi ibu hamil. Ukuran lingkar lengan yang normal adalah 23,5 cm (Ginarti, 2012).
b. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

a) Muka: normalnya tidak odema (sembab), tidak pucat. Adanya odema pada muka

yang berarti tanda Hipertensi dalam kehamilan atau keracunan dalam kehamilan.

Sedangkan pucat menandakan anemia atau kelelahan. Pada umunya ibu hamil dengan

anemia wajah tampak pucat.

b) Mata : konjungtiva normal warna merah muda, Sklera normal berwarna putih.

c) Leher: Bendungan vena kemungkinan gangguan aliran darah akibat penyakit

jantung atau aneurisma vena, kelenjar tiroid membesar saat hamil diakibatkan

hiperplasia, peningkatan vaskularisasi, kelainan kelenjar tiroid dapat memberikan

pengaruh terhadap tumbuh kembang janin, dan kelenjar limfe kemungkinan terjadi

infeksi (Romauli, 2011).

d) Payudara : normalnya payudara bersih, papila yang menonjol sangat berpengaruh

untuk persipan IMD dan menyusui pada saat melahirkan.

e) Abdomen : perut membesar sesuai usia kehamilan, terdapat striae alba (primi),

striae albican (multi), dan linea nigra (multi). Tampak gerakan janin pada dinding

perut, terdapatnya brakston hiksyang muncul pada usia kehamilan cukup bulan yang

frekuensi dan tekanan makin meningkat yang terbentuk disegmen bawah rahim serta

persiapan pematangan rahim.

f) Genetalia : dilihat adanya oedema dan Varises pada vagina, kondiloma dan

pengeluaran yang abnormal sebagai tanda adanya infeksi menular seksual.

g) Anus : hemoroid pada anus akan mengganggu proses persalinan karena dapat

menyebabkan perdarahan.
h) Ekstremitas

(1) Ekstremitas atas : normalnya tidak odem, dilihat warna kuku pucat atau

tidak.

(2) Ekstremitas bawah : normalnya dilihat warna kuku tidak pucat, oedem atau

tidak, pemeriksaan ekstremitas bawah untuk melihat adanya Varises.

2) Palpasi :

a) Leher : bendungan vena jugularis kemungkinan gangguan aliran darah akibat

penyakit jantung atau aneurisma vena, pembesaran kelenjar tyroid membesar saat

hamil diakibatkan hiperplasia, peningkatan vaskularisasi, kelainan kelenjar tyroid

dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin dan pembesaran kelenjar limfe

kemungkinan terjadi infeksi.

b) Mammae : normalnya tidak teraba benjolan abnormal dan terdapat pengeluaran

kolostrum.

c) Abdomen :

(1) Leopold I : normalnya tinggi fundus sesuai dengan usia kehamilan.

(Romauli,2011).

Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan Trimester III

Tinggi
Usia
Fundu
Kehamilan
s Uteri
Kehamilan 28 minggu Sepertiga pusat-xyphoid
Sumber : Kehamilan 32 minggu Pertengahan pusat-xyphoid Husin, (2014).
Kehamilan 36-42 minggu 1-3 jari bawah xyphoid
Asuhan Kehamilan

Berbasis Bukti, halaman 271.


(2) Leopold II : normalnya teraba bagian panjang, keras seperti papan (punggung) pada satu sisi

uterus dan pada sisi lain teraba bagian kecil.

(3) Leopold III : normalnya pada bagian bawah janin teraba bagian yang bulat, keras

dan melenting (kepala janin).

(4) Leopold IV : jika posisi tangan masih bisa bertemu, maka bagian terendah janin

belum masuk PAP (konvergen), posisi tangan tidak bertemu dan sudah masuk

PAP (divergen).

(5) Mc. Donald

Dari usia kehamilan 22 minggu sampai dengan 35 minggu, untuk menentukan

usia kehamilan berdasarkan perhitungan minggu, dan hasilnya dapat

dibandingkan dengan anamnesis hari pertama haid terakhir ( HPHT).

(6) Taksiran Berat Janin

Dari usia kehamilan 36 minggu hingga ada tanda-tanda persalinan, untuk

menghitung taksiran berat janin yang dikombinasikan dengan teori Jonhson

Tausack

Cara menghitung adalah sebagai berikut :

(tinggi fundus dalam cm – n) x 155 = Berat gram. Jika bagian terendah janin

belum masuk pintu atas panggul maka n =12. Jika bagian terendah janin sudah

masuk pintu atas panggul maka n= 11 (Kusmiyati,2013).

3) Auskultasi

Mendengar denyut jantung bayi meliputi frekuensi dan keteraturannya. DJJ dihitung

selama 1 menit penuh. Jumlah DJJ normal antara 120 sampai 160 kali/menit

(Kusmiyati,2013).
4) Perkusi

Normal tungkai bawah akanbergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila gerakanya

berlebihan dan cepat, maka hal ini mungkin merupakan tanda pre eklampsia. Bila

reflek patela negatif kemungkinan pasien mengalami kekurangan B1 (Romauli, 2011).

5) Data Penunjang

a) Darah

Yang diperiksa adalah golongan darah, kadar Hb, dan HbsAg, HIV/AIDS.

Pemeriksaan golongan darah, dilakukan pada kunjungan pertama kehamilan.

Pemeriksaan Hb untuk mendeteksi adanya anemia, dilakukan minimal 2 kali selama

kehamilan yaitu trimester I dan III.

Dengan ketentuan :

Hb 11 gr% : tidak anemia

Hb 9 – 10,5 gr% : anemia ringan

Hb 7 – 8 gr% : anemia sedang

Hb ≤ 6 gr% : anemia berat

Pemeriksaan pada trimester III bermanfaat untuk mengetahui kondisi ibu memasuki

persiapan persalinan. Jika Hb ibu rendah masalah yang dapat terjadi mudah lelah ,

kesulitan bernafas, peningkatan detak jantung.

b) Urine

(1) Albumin : untuk menegakkan diagnosa adanya kelainan dalam kehamilan yang

menandakan preeklampsia. Berikut adalah tabel menentukan adanya protein

dalam urine.
Tabel 2.5 Cara Membaca Hasil Pemeriksaan Albumin

Nilai Simbol Deskripsi

Negatif Tidak ada kekeruhan sedikitpun

Positif + +1 Kekeruhan 4ringan tanpa butir-butir, kadar


protein rata-rata 0,01% - 0,05%
Positif+ +2 Kekeruhan mudah dilihat dan nampak butir-
+ butir dalam kekeruhan tersebut, kadar protein
kira-kira 0,05% - 2%
+3 Jelas keruh dengan kepingan-kepingan kadar
Positif protein kira-kira 0,02% - 0,5%
+++ +4 Sangat keruh dengan kepingan-kepingan besar
Positif + atau bergumpal-gumpal atau memadat, kadar
+++ protein kira-kira lebih dari 0,5% jik terdapat
lebih dari 3% protein urine akan membeku
Sumber : Irianti, Bayu., dkk, 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti, Jakarta : Sagung
Seto.
(2) Reduksi : untuk mengetahui kadar glukosa dalam urine yang menandakan ibu

terkena diabetes gestasional.

Tabel 2.6 Cara Menilai dari Pemeriksaan Reduksi Urine

No Nilai Deskripsi

1. Negatif (-) Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan


2. Positif (+) Hijau kekuning-kuningan dan keruh
3. Positif (++) Kuning keruh
4. Positif (+++) Kuning kemerehan endapan merah
5. Positif (++++) Merah bata keruh
Tabel 2.6 Cara Menilai dari Pemeriksaan Reduksi Urine

Sumber : Irianti, Bayu., dkk, 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti, Jakarta : Sagung
Seto.

c) Skor Poedji Rochjati


Dengan melihat riwayat kehamilan ibu yang lalu dn riwayat kehamilan ibu sekarang,

dapat dilakukan skoring menggunakan kartu skor Poedji Rochjati. Dari hasil skoring

juga dapat menentukan tempat dimana ibu akan bersalin dan siapa penolongnya.

(1) Skor KRR ( Kehamilan Resiko Rendah ) : 2

(2)Skor KRT ( Kehamilan Resiko Tinggi ) : 6-10

(3)Skor KRST ( Kehamilan Resiko Sangat Tinggi ) : >12

3. Analisa

G...P..A... umur kehamilan ...... minggu janin tunggal hidup intra uterin presentasi letak

kepala.

Masalah : sering kencing, sesak nafas, konstipasi, nyeri perut bagian bawah , kram pada kaki,

gangguan tidur dan mudah lelah, nyeri punggung, sering kenceng-kenceng, kesemutan.

3. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan bayi.

E/ ibu memahami penjelasan bidan.

b. Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan-keluhan atau ketidaknyamanan pada trimester III

seperti :

1) Sering Kencing

Cara mengatasi sering kencing pada kehamilan tua yaitu menganjurkan ibu untuk

merubah pola minum yaitu malam hari tidak mengkonsumsi teh dan semangka karena

keduanya bersifat diuresis sehingga mengakibatkan sering kencing.

2) Sesak Nafas
Cara mengatasinya dengan mengurangi aktivitas yang berat dan berlebihan, disamping

itu ibu hamil perlu memperhatikan posisi duduk dengan punggung tegak, jika perlu

disangga dengan bantal pada bagian pungggung menghindari posisi tidur terlentang

karena dapat mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan ventilasi perfusi akibat

tertekannya vena (supin hipotension sindrom).

3) Kram pada kaki

Cara mengatasi kram pada kaki yaitu :

a) Memperbaiki sikap tubuhnya, terutama saat duduk dan tidur. Hindari duduk dengan

posisi kaki menggantung karena akan meningkatkan tekanan akibat gaya gravitasi.

Pada saat tidur posisikan kaki sedikit tinggi sehingga cairan yang telah menumpuk

dibagian ekstraseluler dapat beralih kembali pada intraseluler.

b) Meminta ibu untuk meluruskan kakinya yang kram dalam posisi berbaring kemudian

menekan tumitnya atau dengan posisi berdiri dengan tumit menekan pada lantai.

c) Menyarankan ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin B

dan kalsium. Kalsium bermanfaat untuk mencegah terjadinya kram akibat tidak

terpenuhinya kebutuhan kalsium tubuh. Sedangkan vitamin B akan membantu

menstabilkan sistem saraf perifer.

d) Hindari mengenakan pakaian ketat dan berdiri lama, duduk tanpa adanya sandaran.

4) Gangguan tidur dan mudah lelah

Dapat diatasi dengan istirahat cukup minimal 2 jam pada siang hari dan melakukan

teknik relaksasi.

5) Nyeri perut bawah


Nyeri perut bagian bawah dapat diatasi dengan menekuk lutut kearah abdomen, mandi

menggunakan air hangat, gunakan sebuah bantal untuk menopang uterus dan bantal

lainnya letakkan diantara lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring.

6) Konstipasi

Diatasi dengan minum 3 liter cairan tiap hari terutama air putih atau sari buah, makan

makananan yang kaya akan serat dan juga kaya akan vitamin C, melakukan senam

hamil, membiasakan buang air besar secara teratur.

7) Kontraksi braxton hicks

Cara mengatasinya adalah istirahat cukup, hindari pekerjaan yang memberatkan, tidur

dengan posisi miring kiri.

8) Syndrom Carpal Tunel (Telapak tangan kesemutan)

Cara mengatasi rasa kesemutan dan nyeri yang ada adalah apabila saat keluhan

dirasakan pada malam hari, ubah posisi tidur dan coba taruh lengan di atas satu atau dua

bantal, jangan tidur menimpa tangan. Jika terasa nyeri sewaktu bangun, goyang-

goyangkan tangan, kompres bagian yang kesemutan dengan menggunakan kompres

dingin untuk mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri, pijat atau rendam tangan dalam

semangkuk air yang diberi minyak zaitun, chamomile, ekstrak kelapa atau minyak

herbal sejenisnya.

E/ ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan bersedia melakukan anjuran bidan di

rumah.

c. Memberikan HE kepada ibu tentang :

1) Pola Nutrisi.

2) Pola Istirahat
3) Personal hygine

4) Tanda bahaya kehamilan trimester III seperti perdarahan pervaginam, sakit kepala

hebat, penglihatan kabur, bengkak pada wajah dan jari tangan, keluar cairan pervaginam

dan gerak janin berkurang.

5) Tanda-tanda persalinan yaitu keluar lendir bercampur darah, nyeri perut yang sifatnya

teratur, semakin lama semakin sering dan semakin kuat. Nyeri ini merupakan kontraksi

rahim yang disebabkan oleh menurunnya kadar progesteron dalam kehamilan, keluar

air dari vagina atau keluarnya air secara tiba-tiba.

E/ ibu mengerti tentang penjelasan bidan.

d. Memberikan tablet Fe selama masa kehamilan 2x60mg tablet. Dengan cara minum 2 tablet

dalam satu hari, sebaiknya diminum sebelum tidur dengan air putih atau dengan vit c.

tablet Fe sudah diberikan, dan ibu telah mengerti cara meminumnya.(Dr. Luh Seri

Ani,2013)

E/ ibu bersedia untuk minum tablet Fe

e. Menganjurkan ibu kontrol ulang. Pada umur kehamilan ke-36 hingga persalinan, dilakukan

setiap minggu atau bila ibu mengalami masalah, tanda bahaya atau jika merasa khawatir,

dapat sewaktu-waktu melakukan kunjungan. Ibu bersedia untuk control ulang satu minggu

lagi (Romauli,2011).

E/ Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.

2.2.2 Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL

1. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala I Fase Laten

A. Data Subjektif
a. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan ibu bersalin kala I adalah nyeri ringan pada perut bagian bawah,

pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval nya makin pendek

dan kekuatannya makin besar, pengeluaran lendir darah ( Nurasiah, 2012 ).

b. Pola kebiasaan sehari-hari menurut Nurasiah (2012)

1) Pola Nutrisi : dikaji untuk mengetahui seberapa banyak ibu mengkonsumsi makanan

untuk memenuhi kebutuhan tenaga ibu dalam menghadapi persalinan. Adanya his

berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan yang menurun.

2) Pola aktivitas: dikaji untuk mengetahui bagaimana pola aktivitas ibu bersalin karena

aktvitas dapat mempengaruhi penurunan kepala janin atau kondisi ibu.

3) Pola Eliminasi : pola Eliminasi meliputi BAK dan BAB. Dalam hal ini perlu dikaji

terakhir kali ibu BAK dan BAB. Kandung kemih yang yang penuh akan menghambat

penurunan bagian terendah janin sehingga diharapkan ibu dapat sesering mungkin

BAK. Apabila ibu belum BAB kemungkinan akan dikeluarkan saat persalinan, yang

dapat mengganggu bila bersamaan dengan keluarnya kepala bayi.

4) Istirahat/tidur : dikaji untuk mengetahui pola istirahat ibu karena pola istirahat pada

saat menjelang persalinan cenderung mengalami gangguan karena kontraksi yang

dialami ibu.

c. Riwayat Psikososial, Spiritual dan Kultural

Ibu bersalin yang didampingi oleh suami dan orang-orang yang dicintainya cenderung

mengalami proses persalinan yang lebih lancar. Ini menunjukkan bahwa dukungan mental

berdampak positif bagi keadaan psikis ibu,yang mempengaruhi pada kelancaran proses

persalinan (Asrinah, 2010).


B. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : baik/ lemah

Jika pasien baik pasien dapat merespon dengan baik terhadap lingkungan dan orang

lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergangguan dalam berjalan. Dan jika

lemah pasien tidak memberi respon yang baik terhapap lingkungan dalam berjalan

sendiri.

2) Kesadaran: Composmentis / Comma

Untuk mendapatkan gambaran dalam kesadran pasien, bidan dpat melakukan

pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal)

sampai dengan comma (pasien tidak dalam keadaan sadar).

3) Tanda-tanda vital (Marmi, 2012)

a) Tekanan darah: normal tekanan darah 110/70-130/80 mmHg.

b) Nadi : normalnya nadi adalah 80-100 kali/menit.

c) Suhu: suhu normalnya 36,50C-37,50C.

d) Respirasi : normalnya 16-24 kali/menit.

b. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

a) Muka : keadaan muka yang pucat menandakan adanya anemia. Adanya odeama pada

muka yang berarti tanda Hipertensi dalam kehamilan/ keracunan dalam kehamilan.

b) Mata : konjungtiva normal berwana merah muda, bila pucat menandakan anemia, sklera

normal berwarna putih, bila kuning menandakan Hepatitis.

c) Payudara : bersih atau tidak, papilla menonjol atau tidak untuk persiapan laktasi.
d) Abdomen : dilihat bekas luka operasi yang akan menentukan pelaksanaan persalinan.

e) Genitalia: keadaan perinium, varises , apakah ada pengeluaran blood show yang

menjadi tanda inpartu.

2) Palpasi

a) Payudara : pengeluaran kolostrum untuk persiapan laktasi.

b) Abdomen :

Leopold I : normal tinggi fundus antara pusat dan presesux xipoideus pada fundus

teraba bagian bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong).

Leopold II : nomal teraba bagian panjang, karena keras seperti papan (punggung)

pada satu sisi uterus dan pada sisi lain teraba bagian kecil.

Leopold III : normal pada bagian bawah janin teraba bagian yang bulat, keras dan

melenting (kepala janin).

Leopold IV : apabila ibu jari dan ujung jari tangan kanan dan kiri dapat bertemu satu

sama lain disebut konvergen, berarti bagian terendah janin belum masuk pintu atas

panggul.

Mc. Donald : untuk mengetahui TFU dengan pita ukur yang dipakai dari tepi atas

simpisis pubis kemudian rentangkan pita pengukur hingga kepucak fundus mengikuti

aksi linea medialis dinding abdomen (Mandriwati, 2017).

TBJ : bila kepala di atas atau spina ischiadica (TFU-12)x155= dalam satuan gram.

Bila kepala di bawah spina ischiadica (TFU-11)x155= dalam satuan gram (Irianti,

2014).

3) Auskultasi
Mendengar denyut jantung janin meliputi frekuensi dan keteraturan. DJJ dihitung

selama 1 menit penuh. Jumlah DJJ normal antara 120-160 kali/menit (Mandriwati,

2017).

4) Perkusi

Normal tungkai bawah akan bergerak sedikit setika tendon diketuk. Bila geraknya

berlebihan dan cepat, maka hal ini merupakan tanda pre eklampsia. Bila reflek patela

negatif kemungkinan pasien mengalami kekurangan B1 (Mandriwati, 2017).

5) Pemeriksaan dalam (VT) (Marmi, 2012) yaitu :

a) Vulva/vagina : terdapat blood show (lendir bercampur darah), tidak oedem, tidak ada

benjolan abnormal.

b) Pembukaan : pembukaan serviks 0-3 cm

c) Penipisan : menipisnya ishmus (segmen bawah rahim) antara 25-50%

d) Ketuban : normalnya pada kala I Fase Laten ketuban masih utuh

e) Presentasi : normalnya presentasi janin yaitu belakang kepala.

f) Denominator: normalnya titik tunjuk menyentuh ubun-ubun kecil kiri depan atau

ubun-ubun kecil kanan depan.

g) Penurunan bagian terendah: pada kala I Fase Laten normalnya kepala masih berada

di Hodge II, namun pada ibu hamil grandemultipara biasanya penurunan janin lebih

cepat.

h) Bagian kecil yang menyertai : normalnya tidak ada bagian kecil yang menyerta

Tabel 2.7 Penurunan Kepala Janin Saat Persalinan

Palpasi Periksa Keterangan Kepala Janin


Kehamilan Dalam
5/5 Kepala diatas PAP mudah
digerakkan
4/5 I-II Sulit digerakkan, bagian terbesar
kepala belum masuk ke dalam
panggul
3/5 II-III Bagian terbesar kepala belum
masuk panggul
2/5 III+ Bagian terbesar kepala sudah
masuk panggul
1/5 III-IV Kepala di dasar panggul
0/5 IV Di perineum
Sumber : Nurasih, Ai. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Media Aditama

C. Analisa

G…P…A.. Usia kehamilan …. Minggu Inpartu kala I FaseLaten

Janin tunggal, hidup, intra uteri, presentasi belakang kepala

D. Penatalaksanaan

Tanggal/Jam :

a. Menginformasikan proses dan kemajuan persalinan.

E/ Proses dan kemajuan persalinan telah diinformasikan.

b. Mengobservasi tekanan darah 4 jam, suhu setiap 4 jam, nadi 30-60 menit, DJJ setiap 1 jam,

kontraksi setiap 30-60 menit, pembukaan servik 4 jam, penurunan kepala setiap 4 jam,

warna cairan amnion setiap 4 jam dan mencatat dilembar obsevasi.

E/ Observasi telah dilakukan dan dicatat dilembar observasi.

c. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi yaitu dengan berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang nyaman.

E/ Ibu telah memilih posisi yang nyaman.


d. Menganjurkan pada keluarga untuk memberikan ibu makanan atau minuman yang

diinginkan oleh ibu.

E/ Keluarga memberikan ibu makan dan minum

e. Menganjarkanberbagai teknik relaksasi.

E/Ibu bisa melakukan dengan benar.

f. Menganjurkan mengosongkan kandung kencing secara teratur.

E/ Kandung kencing ibu kosong.

g. Memberikan support serta informasi proses dan kemajuan persalinan.

E/ Support dan informasi telah diberikan.

2. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala I Fase aktif

A. Data Subjektif

a. Keluhan utama

Perut kencang-kencang mulai teratur banyak pengeluaran blood show dan keluar air

ketuban jika pembukaan sudah lengkap (Nuraisiah, 2012).

B. Data Objektif

a. Pemeriksaan dalam

b. Vulva/vagina : terdapat blood show, terdapat ketuban. Pemeriksaan dilakukan karena

merupakan tanda awal persalinan.

c. Pembukaan : pembukaan servik 4-10 cm, dilatasi serviks ditentukan dengan

pemeriksaan VT dan dinyatakan dengan diameter servik.

d. Penipisan : 50%-100% dimana akan terjadi tipis dan lunak bahkan tidak terabah saat

pembukaan sudah lengkap.


e. Ketuban: untuk mengetahui apakah ketuban sudah pecah atau belum, dan bagai mana

keadaan ketuban. Ketuban berwarna jernih merupakan keadaan ketuban normal, tanpa

adanya mekonium (keruh) yang dapat menyebabkan asfiksi pada bayi

f. Persentasi : presentasi janin yaitu belakang kepala.

g. Denuminator : merupakan titik tunjuk utama, dengan denuminator ubun-ubun

kecil (UUK) akan terba segitiga kecil

h. Penurunan bagian terendah : H II Sejajar dengan hodge I setinggi pinggir bawah

sympisis sampai H III Sejajar hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri

i. Bagian kecilyang menyertai : normal tidak ada bagian kecil yang menyertai

j. HIS : Fase aktif dengan tanda-tanda kontasi diatas 3 kali dalam 10 menit, lama

kontasi 40 detik atau lebih

C. Analisa

G…P…A… Usia kehamilan …. Minggu Inpartu kala I fase aktif

Janin tunggal, hidup, intra uteri, presentasi belakang kepala

D. Penatalaksanaan

a. Menginformasikan proses dan kemajuan persalinan.

b. Mengobservasi tekanan darah 4 jam, suhu setiap 4 jam, nadi 30-60 menit, DJJ setiap 30

menit, kontraksi setiap 30 menit, pembukaan serivik 4 jam, penurunan setiap 4 jam, warna

cairan amnion 4 jam dan mencatat dilembar patograf.

c. Menganjurkan pada keluarga untuk memberikan ibu makanan atau minuman yang

diinginkan oleh ibu saat ibu sedang tidak kesakitan dan beristirahat diantara kontraksi.

d. Menganjurkan ibu untuk miring kiri untuk membatu penurunan kepala dan menghindari

hipoksia janin.
e. Menganjarkanberbagai teknik relaksasi saat ada kontraksi.

3. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II

Tanggal/Jam Pengkajian

A. Data Subjektif

Tanda gejala kala II yaitu Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontrasi, Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vagina (APN,

2014)

B. Data Objektif

a. Tanda-tanda vital

2) Tekanan darah : normalnya 110/70-130/90 mmHg

3) Suhu : normalnya 36,50C-37,50C

4) Denyut nadi : normalnya 80-100 kali/menit

5) Respirasi : normalnya 16-24 kali/menit

b. Terdapat tanda-tanda gejala kala 2 :

1) Perineum menonjol : menonjol

2) Tekanan pada anus rectum : terdapat tekanan

3) Vulva membuka : pengeluaran lendir darah

4) DJJ : DJJ dalam batas normal antara 120-160x/menit dan frekuensi dan frekuensi

teratur. (JNPKKR,2014)

5) His 4-6 x/menit sekitar 45-60 detik, dan kepala tampak di introitus vagina.
c. Penurunan Kepala : 1/5

d. Pemeriksaan dalam ( VT )

1) Vulva/vagina : membuka

2) Pembukaan : 10 cm

3) Penipisan : 100%

4) Ketuban : positif (utuh) / negatif (sudah pecah)

5) Presentasi : normalnya belakang kepala

6) Denominator : UUK depan

7) Penurunan bagian terendah : H III- H IV

8) Bagian kecil menyertai : tidak ada.

C. Analisa

G...P...A... Inpartu Kala II

Janin Tunggal, Hidup, Intrauterine, Presentasi belakang kepala

D. Penatalaksanaan

Tanggal/Jam :

a. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obat esensial untuk menolong

persalinan dan penatalaksanaan komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.

Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan :

1) tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat.

2) 3 handuk atau kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi).

3) Alat penghisap lendir.

4) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

Untuk Ibu :
1) Menggelar kain di perut bawah ibu.

2) Menyiapkan oksitosin 10 IU.

3) Alat suntik steril sekali pakai didalam partus set.

E/ perlengkapan telah disiapkan.

b. Memakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan

E/ celemek telah digunakan.

c. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan

air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk bersih dan

kering.

E/ sudah dilakukan.

d. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung

tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

E/ oksitosin sudah disiapkan.

e. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk

memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-160 x/menit)

E/ Telah dilakukan pemeriksaan DJJ.

f. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup baik,

kemudian bantu ibu menentukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

E/ Telah dilakukan dan memiih posisi yang nyaman.

g. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi

dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif dan dokumentasi

semua temuan yang ada.

E/ Semua temuan telah didokumentasikan.


h. Jelaskan pada anggota yang ada tentang peran mereka untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu dan meneran secara benar.

E/ Ibu sudah diberitahu bahwa keadaan ibu dan janin normal

i. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin meneran atau

kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang

diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.

E/ Ibu sudah berada di posisi yang nyaman.

j. Lakukan pimpinan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul kontraksi

yang kuat :

1) Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

2) Mendukung dan memberi semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran

apabila caranya tidak sesuai.

3) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi

berbaring terlentang dalam waktu lama)

4) Menganjurkan untuk beristirahat diantara 2 kontraksi

5) Menganjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat untuk ibu

6) Memberikan cukup asupan cairan per orang (minum)

7) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

8) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan lengkap

dan dipimpin meneran ≥ 120 menit (2 jam) pada primigravida atau ≥ 60 menit (1 jam)

multigravida

E/ Pimpinan meneran telah dilakukan.


k. Menganjurkan ibu berjalan, jongkok , miring kiri atau mengambil posisi yang nyaman, jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit.

l. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut bawah ibu, jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

E/ Handuk sudah diletakkan diperut ibu.

m. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu

E/ Kain sudah dibawah bokong ibu.

n. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan.

E/ Peralatan dan bahan sudah lengkap.

o. Pakai sarung tangan steril atau DTT pada kedua tangan.

E/ Sarung tangan telah digunakan.

p. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi

perineum dengan 1 tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, tangan yang lain

menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi fleksil dan membantu lahirnya

kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal.

E/ Telah dilakukan dan ibu dapat mengikuti anjuran bidan.

q. Memeriksa kemumgkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika hal itu

terjadi), segera lajutkan proses kelahiran bayi.

E/ Telah dilakukan.

r. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala

bayi.Jika tali pusat melilit secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong tali pusat

diantara dua klem tersebut.


E/ Tidak ada lilitan tali pusat atau terdapat lilitan tali pusat dan menatalaksana sesuai

dengan kondisi.

s. Setelah kepala lahir, tunggu putar paksi luar yang berlangsung secara spontan.

E/ Putar paksi luar ditunggu secara spontan.

t. Setelah putar paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal. Anjurkan ibu untuk

meneran saat konttraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga

bahu depan muncul dibawah arcus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal

untuk melahirkan bahu belakang.

E/ Telah dilakukan tindakan seperti diatas.

u. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu belakang, tangan yang

lain menelusuri dan memegang lengan dan siku bayi sebelah bawah.

E/ Telah dilakukan tindakan tersebut.

v. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,

tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara 2 kaki dan pegang

kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang

lain agar bertemu dengan jari telunjuk).

E/ Telah dilakukan tindakan sesuai dengan yang diatas.

Asuhan Bayi Baru Lahir

a. Melakukan penilaian (selintas)

E/ Bayi bernafas tanpa kesulitan, bergerak aktif, menangis kuat, warna kulit kemerahan.
Tabel 2.8 APGAR score

Sumber :

SKOR 0 1 2

A = Appereance Pucat Badan merah Seluruh tubuh


Color (warna ekstremitas biru kemerah-
kulit) merahan
P = Pulse Tidakada Dibawah 100 Diatas 100
(frek jantung)
G = Grimace Tidakada Sedikit gerakan Menagis,
(Reflek terhadap mimie batuk, bersin
rangsangan)
A = Activity Lumpuh Ekstremitas dalam Gerakan aktif
(tonus otot) keaadaan fleksi
sedikit
R = Respiratory Tidakada Lemah,tidak teratur Menangiskuat
(usaha
pernafasan)

Sulistyawati, Ari. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu BersalinCetakan kelima.


Jakarta: Salemba medik.
Keterangan nilai:

0-3 : bayi asfiksia berat

4-6 : bayi asfiksia sedang-ringan

7-10 : bayi normal

b. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (kecuali

kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain

yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman diperut bagian bawah ibu.

E/ Bayi telah dikeringkan dan memastikan bayi dalam posisi yang aman.

4. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala III

Tanggal/Jam :

A. Data Subjektif
Perut ibu masih mules, hal ini dikarenakan peningkatan hormon oksitosin untuk pelepasan

plasenta (JNPK-KR, 2014).

B. Data Objektif

a. TFU : setinggi pusat

b. UC : baik ( keras )

c. Tali pusat : tampak di depan vulva ( Marmi,2012 )

C. Analisa

P…A...Persalinan kala III

D. Penatalaksanaan

Tanggal/Jam :

a. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya 1 bayi yang lahir (hamil tunggal)

dan bukan kehamilan ganda (gemelli).

E/ Telah dilakukan pemeriksaan kehamilan tunggal atau gemelli.

b. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik.

E/ Telah disuntik oksitosin.

c. Dalam satu menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 IU (intramuskuler) di satu

pertiga distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

E/ Oksitosin telah disuntikkan.

d. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir jepit tali pusat dengan klem kira-kira 2-3 cm dari

pusat bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain untuk mendorong isi tali

pusat kearah ibu, dan klem tali pusat pada sekitar dua cm distal dari klem pertama.

E/ Telah dilakukan penjepitan tali pusat.

e. Memotong dan mengikat tali pusat.


f. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan

pengguntingan tali pusat diantara dua klem tersebut.

g. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian lingkarkan lagi

benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi yang lain.

h. Lepaskan klem dan masukkan kedalam wadah yang telah disediakan.

E/ Telah dilakukan pemotongan tali pusat.

i. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Meluruskan bahu bayi

sehingga dada bayi menempel didada ibunya. Mengusahakan kepala bayi berada diantara

kedua payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu atau areola mammae ibu.

E/ Bayi berada di dada ibu

j. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.

E/ Bayi telah memakai topi dan diselimuti

Manajemen Aktif Kala III Persalinan (MAK III)

a. Memindahkan klem talli pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

E/ Klem telah dipindahkan.

b. Meletakkan satu tangan diatas kain perut bawah ibu (diatas simpisis), untuk mendeteksi

kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.

E/ Telah dilakukan penegangan tali pusat, uterus globuler.

c. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain

mendorong uterus kearah belakang – atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah

inversio uteri). lanjut jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali

pusat dan tunggu hinggga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas.

E/ Telah dilakukan dorso kranial.


d. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk

melakukan stimulasi puting susu.

E/ Keluarga atau suami bersedia melakukan stimulasi puting susu.

e. Melakukan perenggan tali pusat terkendali setelah adanya tanda tanda pelepasan plasenta

lanjutkan dorongan kearah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.

1) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara kuat

terutama jika uterus tidak berkontasi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (kuarah bawah

sejajar lantai atas)

2) Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari

vulva dan lahirkan plasenta

3) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:

a) Ulangi pemberian oksitosin 10 IU IM

b) Lakukan katerisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih penuh.

c) Minta keluar untuk menyiapkan rujukan.

d) Ulangi tekanan dorso kranial dan penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.

e) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi perdarahan

maka segera lakukan tindakan plasenta manual.

E/ Telah dilakukan sesuai dengan prosedur diatas.

f. Saat plasenta muncul introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan pegang dan

putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta

pada wadah yang telah disediakan.

E/ Telah dilakukan.
g. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT/steril untuk melakukan ekplorasi sisa

selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DTT/steril untuk mengeluarkan

selaput yang tertinggal.

E/ Telah dilakukan tindakan diatas.

h. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masasse uterus, letakkan

telapak tangan di fundus dan lakukan masasse dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

E/ Telah dilakukan massase fundus uteri, uterus berkontraksi.

i. Memeriksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan

lengakap. Masukkan plasenta kedalam kantong plastik atau tempat khusus.

E/ Pemeriksaan telah dilakukan, plasenta lahir lengkap.

5. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala IV

Tanggal/Jam Pengkajian :

A. Data Subjektif

Ibu merasa lega dan lelah (Sumarah, 2009).

B. Data Objektif

a. Uterus : baik

b. Kontraksi uterus : baik

c. TFU : normalnya pada ibu bersalin kala IV TFU nya adalah 1-3 jari

dibawah pusat.

d. Kandung kemih : pada ibu bersalin kandung kemih harus selalu kosong, karena

apabila penuh akan mempengaruhi kontraksi uterus.

C. Analisa
P…A... Persalinan kala IV

D. Penatalaksanaan

Tanggal/Jam :

a) Mengevaluasi kemungkina laserasi pada vagina dan perinium. Lakukan penjahitan bila

terjadi laserasi derajat 1 (mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit) dan derajat 2

(mukosa vagina, komisura posterior, kulit dan otot perineum) yang menimbulkan

perdarahan.Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahaaktif, segera lakukan

penjahitan.

E/Evaluasi laserasi telah dilakukan dan tidak terjadi laserasi.

b. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

E/ Telah dilakukan pemeriksaan kontraksi pada uterus.

c. Memastikan kandung kemih kosong, jika penuh lakukan katerisasi.

E/ Kandung kemih teraba kosong.

d. Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam laritan clorin 0,5%

bersihkan noda darah bersih noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air DTT tanpa

melepas sarung tangan, kemudian keringkan dengan handuk

E/ Sarung tangan telah didekontaminasi.

e. Mengajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masasse uterus dan menilai kontraksi

E/ Ibu atau keluarga dapat melakukan massase uterus.

f. Memeriksa nadi ibu dan memastikan keadaan umum ibu baik.

E/ Keadaan umum ibu baik.

g. Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah.

E/ Evaluasi telah dilakukan jumlah darah normal < 500 cc.


h. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam laritan clorin 0,5% untuk mendekontaminasi

(10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi

E/ Peralatan telah didekontaminasi.

i. Membuang bahan yang tekontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

E/ Telah dilakukan.

j. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan butuh dengan menggunakan air DTT.

Bersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah di ranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu

ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

E/ Ibu telah dibersihkan dan telah mengganti baju ibu.

k. Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga

untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.

E/ Ibu telah merasa nyaman.

l. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5%

E/ Tempat bersalin telah didekontaminasi.

m. Mencelup tangan yang memakai sarung tangan kedalamlarutan clorin, lepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalamlarutan clorin 0,5% selama10 menit,

E/ Sarung tangan telah didekontaminasi.

n. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan mengalir kemudian mengeringkan tangan dengan

tisu atau handuk bersih dan kering.

E/ Telah dilakukan.

o. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam larutan clorin 0,5%

selama 10 menit.

E/ Sarung tangan telah didekontaminasi.


p. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tisu atau

handuk yang bersih dan kering

E/ Cuci tangan telah dilakukan

q. Melengkapi partograf (halaman depan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV

persalinan.

E/ Partograf telah dilengkapi.

r. Memberikan salep mata

E/ salep mata antibiotik profilaksis telah diberikan

s. Memberikan vitamin K

E/ vitamin K sebanyak 1 mg telah disuntikkan dipaha kiri bayi secara intramuskular

t. Memberikan Imunisasi Hepatitis B (HB 0) diberikan 1 jam setelah pemberian vit k

E/ Imunisasi Hepatitis B (HB 0) telah suntikkan dipaha kanan bayi secara intramuskular

2.2.3 Asuhan Kebidanan Nifas

Tanggal / jam : untuk mengetahui kapan dilakukan pengkajian atau pengambilan kasus

tersebut.

Tempat : untuk mengetahui tempat pengkajian pengambilan kasus

1. Kunjungan Ibu Nifas Pertama (6 jam – 48 jam masa nifas)

A. Data Subjektif

a. Keluhan utama

Nyeri setelah lahir, nyeri perineum (Purwanti, 2011)

1) Nyeri setelah lahir


Nyeri setelah kelahiran disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi uterus berurutan yang

terjadi secara terus-menerus.

2) Nyeri perineum

Nyeri perineum bisa disebabkan oleh episiotomi, laserasi atau jahitan.

e. Riwayat Psikososial, Kultural, Spiritual

Dikaji untuk menanyakan ibu nifas bagaimana kesiapan ibu menerima bayinya, apakah

ibunya sudah bisa aktif kembali, bagaiamana ibu mengasuh bayinya, bagaimana ibu fokus

perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan

yang di alami serta kebutuhan tidur dan nafsu makan yang meningkat. Apakah ibu sudah

dapat menerima tamu.

f. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Menurut (Yusari, 2016) kebutuhan ibu nifas 6-48 jam, sebagai berikut :

1) Nutrisi dan Cairan

Dikaji untuk menanyakan ibu nifas bagaimana nafsu makannya, jumlah makanan,

minuman atau cairan yang masuk. Ibu nifas memerlukan tambahan kalori 500 kalori

tiap hari. Hindari makanan yang mengandung kafein/nikot.

2) Kebutuhan Istirahat dan Ambulasi

Dikaji untuk menanyakan ibu nifas bagaimana aktivitas ibu selama ini. Pada ibu dengan

partus normal Ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-12 jam post partum. Tahapan

Ambulasi : miring kiri atau kanan terlebih dahulu, kemudian duduk dan apabila ibu

sudah cukup kuat beridri maka ibu dianjurkan untuk berjalan.

3) Kebutuhan Eliminasi
Dikaji untuk menanyakan apakah ibu sudah dapat BAK setelah 6 jam masa nifas

setelah melahirkan. Ibu dapat BAB 3 hari setelah melahirkan. Sebaiknya ibu tidak

menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan karena dapat menghambat

uterus berkontraksi dengan baik. Kesulitan buang air besar (konstipasi) dapat terjadi

karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena haemoroid.

4) Ibu Kebutuhan Istirahat

perlu menggali informasi mengenai kebiasaan istirahat pada ibu supaya bidan

mengetahui hambatan yang mungkin muncul jika bidan mendapatkan data yang senjang

tentang pemenuhan kebutuhan istirahat. Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama

ibu tidur di siang dan di malam hari. Tidur siang sangat penting untuk membantu

mempercepat pemulihan kondisi fisiknya setelah melahirkan dan istirahat malam yang

diperlukan 6-8 jam.

5) Personal Higiene

Data ini perlu bidan gali karena hal tersebut akan mengetahui kesehatan pasien dan

bayinya. Jika pasien mempunyai kebiasaan yang kurang baik dalam perawatan

kebersihan dirinya maka bidan harus dapat memberikan bimbingan cara perawatan

kebersihan diri dan bayinya sedini mungkin.

B. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Dilakukan dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, kriteria hasil

pengamatan adalah baik atau lemah. (Sulistyawati, 2011).

b. Tanda – Tanda Vital

Menurut (Sulistyawati, 2011).


1) Suhu badan

Pasca melahirkan suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan

normal.

2) Denyut nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit, yakni pada waktu habis

persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya. Pada ibu

yang cemas nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/menit.

3) Tekanan darah

Tekanan darah < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra

persalinan pada 1-3 hari post partum. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan

adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, merupakan

petunjuk kemungkinan adanya pre-eklamsia yang bisa timbul pada masa nifas. Namun

hal seperti itu jarang terjadi.

4) Respirasi

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat post

partum (> 30 x/menit), mungkin karena adanya ikutan tanda- tanda syok.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

a) Abdomen : dinding abdomen tampak lunak setelah pelahiran karenadinding ini

meregang selama kehamilan.


b) Genetalia : terdapat pengeluaran darah disebut lochea yaitu cairan sekret yang

berasal dari uterus melalui vagina, lochea yang keluar adalah lochea rubra (Yusari,

2016).

c) Ekstremitas : normalnya kaki tidak oedem, odema pada kaki menunjukan tanda pre

eklampsia.

2) Palpasi

a) Payudara : terdapat pengeluaran ASI dan tidak bengkak.

b) Abdomen : menentukan kontraksi uterus baik, tinggi fundus uteri (TFU 2 jari

dibawah px), dan pengosongan kandung kemih karena kandung kemih yang penuh

bisa memperlambat involusi uterus.

c) Ekstremitas : memastikan tidak oedema.

C. Analisa

P...A... Nifas hari ke (6 jam -48 jam).

Masalah : nyeri perut dan nyeri perineum.

D. Penatalaksanaan

Tanggal/Jam :

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.

E/ ibu dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan.

b. Memberitahu ibu cara untuk mengatasi keluhan-keluhan fisiologis yang dialami oleh ibu

seperti :

1) Nyeri perut

Cara yang efektif untuk mengurangi after pain adalah dengan mengosongkan kandung

kemih yang penuh yang menyebabkan kontraksi uterus tidak optimal. Ketika kandung
kemih kosong, ibu dapat telungkup dengan batal di bawah perut. Hal ini akan menjaga

kontraksi dan menghilangkan nyeri. Pada keadaan ini dapat juga diberi analgesik

(paracetamol, asam mefenamat, kodein atau asetaminofen).

2) Nyeri Perineum

Asuhan yang dapat diberikan :

a) Letakkan kantong es didaerah genitalia untuk mengurangi rasa nyeri selama ±20

menit, 2-3 kali sehari.

b) Lakukan senam kegel untuk meningkatkan sirkulasi didaerah tersebut dan membantu

memulihkan tonus otot.

c) Minum parasetamol/asetaminofen untuk mengurangi nyeri.

3) Haemoroid

Asuhan yang dapat diberikan untuk mengurangi nyeri haemoroid, antara lain

memasukkan haemoroid yang keluar dari rektum, melakukan rendam dalam air hangat,

meletakkan kantong es pada daerah anus, minum lebih banyak dan diet makanan

berserat dan buah.

E/ ibu mengetahui upaya untuk mengatasi keluhannya.

c. Memberikan HE tentang :

1) Pencegahan perdarahan dan antisipasinya

Mengajari ibu untuk masasse pada fundus apakah kontraksinya baik atau tidak, jika

tidak berkontraksi maka kemungkinan ibu terjadi atonia uteri dan segera.

2) Pemberian ASI dan manejemen laktasi

Seperti cara meneteki yang benar. Cara menyusui yang benar yaitu seluruh badan bayi

tersangga dengan baik, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan ubuh bayi
lurus, badan bayi menghadap ke dada ibunya, badan bayi dekat ke ibunya

(Saleha,2009).

3) Bonding attachment

Ikatan antara ibu dan bayi dalam benuk kasih kasayang dan belaian. Seperti sentuhan

pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu. Sentuhan pada pipi, tatap

mata ibu dan bayi, saat bayi menangis ibu memberi respon berupa sentuhan yang

lembut.

4) Perawatan bayi

Perawatan bayi terdiri dari upaya menjaga kebersihan bayi, perawatan tali pusat dan

pemberian imunisasi.

5) Ambulasi

Tahapan Ambulasi yaitu miring kiri atau kanan terlebih dahulu, kemudian duduk dan

apabila ibu sudah cukup kuat beridri maka ibu dianjurkan untuk berjalan. Manfaat

ambulasi dini adalah memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina dan

mempercepat mengembalikan tonus otot dan vena.

6) Menjaga kebersihan diri

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman.

Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan.

Ibu dianjurkan untuk mengganti pembalut sesering mungkin atau setelah BAK minimal

3x kali sehari.
7) Nutrisi

Makanan yang dikonsumsi haruslah yang sehat, makanan yang sehat adalah makanan

dengan menu seimbang seperti protein, mineral, air putih 3 liter setiap hari,

mengkonsumsi Fe selama 40 hari pasca persalinan.

8) Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan

kembali keadaan fisiknya. Ibu di anjurkan untuk istirahat saat bayi sedang tidur.

E/ HE telah diberikan dan ibu bersedia mengikuti anjuran bidan.

d. Memberikan kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 IU

E/ Kapsul vitamin A telah diberikan.

e. Menganjurkan ibu untuk kunjungan nifas ulang sesuai dengan waktu kunjungan atau

sewaktu-waktu jika ada keluhan.

E/ Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.

2. Kunjungan Ibu Nifas Kedua (4 hari-28 hari)

A. Data Subjektif

Umumnya ibu sudah tidak ada keluhan apa-apa, namun tidak menutup kemungkinan ibu

mengeluh payudara terasa bengkak, konstipasi.

B. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Dilakukan dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, kriteria hasil

pengamatan adalah baik atau lemah.

b. Kesadaran
Mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, tingkat kesadaran yang bisa dikaji

adalah composmentis sampai dengan koma (Sulistyawati, 2011).

c. Tanda-tanda Vital

1) Tekanan darah : normalnya 100/60 – 120/80 mmHg

2) Nadi : normalnya 60-80 x/menit

3) Suhu : normalnya 36,5°C – 37,5°C

4) Pernapasan : normalnya 16-24 x/menit

d. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

a) Mata : konjungtiva berwarna merah muda menunjukkan bahwa ibu tidak anemia.

b) Payudara : payudara bersih, puting menonjol untuk persiapan laktasi.

c) Ekstremitas : Atas : Tidak odeam

Bawah : Tidak odeam

d) Genetalia : terdapat pengeluaran lochea sanguinolenta.

2) Palpasi

a) Payudara : ASI lancar / tidak, tidak terdapat pembengkakan, radang atau benjolan.

b) Abdomen : TFU di palpasi untuk mengetahui seberapa TFU saat kunjungan KF 2

normal atau tidak.

c) Ekstremitas : Atas : Memastiakan tidak odeam , turgor kembali dengan cepat

Bawah : Memastikan tidak odeam, turgor kembali dengan cepat

C. Analisa

P...A...Nifas hari ke (4-28 hari)

Masalah : konstipasi dan pembengkakan pada payudara.


D. Penatalaksanaan

Tanggal/jam :

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa kondisi ibu dan bayinya baik.

E/ Ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan.

b. Memberitahu ibu cara untuk mengatasi keluhan yang dialami ibu

1) Pembengkakan payudara

Cara mengurangi pembengkakan payudara adalah menyusui sesering mungkin, gunakan

kedua payudara saat menyusui secara bergantian, gunakan air hangat pada payudara

dengan menempelkan kain atau handuk yang hangat pada payudara.Letakkan kantong

es pada payudara diantara waktu menyusui untuk mengurangi nyeri

2) Konstipasi

Asuhan yang dapat dilakukan antara lain meningkatkan jumlah cairan yang diminum,

meningkatkan jumlah makanan berserat dan istirahat yang cukup.

E/ keluhan ibu sudah teratasi.

c. Memberikan HE tentang :

1) Menjaga asupan nutrisi dengan makan makanan bergizi seimbang sehingga ibu tidak

mengalami konstipasi dan bisa memproduksi ASI dengan lancar.

2) Menganjurkan ibu kontrol ulang sesuai ari yang dianjurkan atau jika ada keluhan

(Sulistyawati, 2009).

E/ ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia kontrol ulang.

3. Kunjungan Ibu Nifas Ketiga (29 hari – 42 hari)

A. Data Subjektif

Umumnya ibu sudah tidak mengeluhkan apapun.


B. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Dilakukan dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, kriteria hasil

pengamatan adalah baik atau lemah.

b. Kesadaran

Mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, tingkat kesadaran yang bisa dikaji

adalah composmentis sampai dengan koma (Sulistyawati, 2011).

c. Tanda-tanda Vital

1) Tekanan darah : normalnya 100/60 – 120/80 mmHg

2) Nadi : normalnya 60-80 x/menit

3) Suhu : normalnya 36,5°C – 37,5°C

4) Pernapasan : normalnya 16-24 x/menit

d. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

a) Mata : konjungtiva berwarna merah muda menunjukkan bahwa ibu tidak anemia.

b) Payudara : payudara bersih, tidak ada pembengkangkan, puting menonjol untuk

laktasi

c) Ekstremitas : Atas : Memastiakan tidak odeam , turgor kembali dengan cepat

Bawah : Memastikan tidak odeam, turgor kembali dengan cepat

d) Genetalia : terdapat pengeluaran lochea alba / sudah tidak terdapat pengeluran

lochea

2) Palpasi

Abdomen : TFU tidak teraba


C. Analisa

P...A... Nifas hari ke 29-42 hari

D. Penatalaksanaan

Tanggal / Jam :

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa kondinya baik.

E/ ibu mengerti hasil pemeriksaan bahwa kondisinya dan bayinya baik.

b. Memberikan konseling KB seperti macam-macam KB, keuntungan dan kerugian dari

masing-masing KB, agar ibu dapat menentukan KB apa yang nantinya akan digunakan.

E/ Konseling telah diberikan.

2.2.4 Asuhan Kebidanan Neonatus

Tanggal/jam :Untuk mengetahui kapan dilakukan pengkajian atau pengambilan

Tempat : Untuk mengetahui tempat pengkajian atau pengambilan kasus

1 Kunjungan Neonatus Ke-1 (6 – 48 jam setelah lahir)

A. Data Subjektif

a. Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan ibu seperti, bayi rewel, sering gumoh.(Rukiyah, 2012).

b. Riwayat Natal

Jika selama persalinan tidak terjadi komplikasi, tidak terdapat cacat bawaan pada bayi,

berat badan lebih dari batas normal dari nilai normal dan umur kehamilan ibu yang cukup

bulan maka proses tumbuh kembang bayi dapat maksimal (Marmi, 2015).

c. Kebutuhan sehari-hari

Menurut Marmi (2015), kebutuhan sehari-hari neonatus sebagai berikut :


1) Istirahat/tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah kelahiran, bayi normalnya sering tidur. Neonatus

sampai usia 3 bulan rata-rat tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal

malam hari pada usia 3 bulan.

2) Personal hygiene

Kebersihan pada bayi harus tetap dijaga, apabila bayi memakai popok maka popok harus

diganti setiap kali BAK minimal 4-5x/hari, BAB atau kotor untuk menghindari adanya

iritasi, serta mengganti baju setiap mandi dan melakukan perawatan tali pusat.

3) Nutrisi

Bayi diutamakan mendapatkan ASI, lama waktu disesuaikan dengan kebutuhan bayi atau

kebutuhan bayi setiap 2-3 jam. Kebutuhan cairan di rentang dari 80-120 mL/kg/24 jam.

4) Eliminasi

Bayi akan BAK sebanyak 7-10 kali/hari. Volume urine sebanyak 15-16 ml/kg/hari.

Mekonium keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir. Mekonium dikeluarkan

seluruhnya dalam 2-3 hari setelah lahir.Warna feses berubah menjadi kuning pada saat

bayi berumur 4-5 hari. Bayi akan BAB sebanyak 3-4x/hari.

B. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum Neonatus fisiologi adalah baik. Bayi sehat akan bergerak aktif (Kemenkes,

2012).

1) Antropometri

a) Berat badan : 2500-4000 gram, berat badan bayi akan terus meningkat setelah

minggu kedua kelahiran


b) Panjang badan : 48-52 cm

c) Lingkar dada : 30 – 38 cm

d) Lingkar kepala : 33 – 35 cm

2) Tanda-tanda Vital

a) Suhu : untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak, nilai batas normal 36,5°C – 37,5°C

b) Nadi :untuk mengetahui nadi lebih cepat atau tidak, nilai batas normal 120 – 160

kali/menit

c) Pernapasan : pernapasan bayi normal adalah 30 – 60 kali/menit, tanpa retraksi dada,

dan tanpa suara merintih

3) Pemeriksaan Fisik

1) Kulit : warna merah muda

2) Mata : sklera putih, tidak ada perdarahan subconjungtiva.

3) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis.

4) Dada : simetris, tidak ada retraksi dada

5) Abdomen : simetris, tidak ada perdarahan pada tali pusat, keadaan tali pusat

(basah atau kering), tidak ada infeksi.

6) Genetalia : untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk bayi perempuan

labia mayora menutupi labia minora.

4) Pemeriksaan Reflek

a) Reflek glabella : ketuk daerah pangkal hidung secara pelan-pelan dengan

menggunakan jari telunjuk pada saat mata terbuka. Bayi akan mengedipkan mata

pada 4 sampai 5 ketukan pertama.


b) Reflek hisap : benda menyentuh bibir disertai refleks menelan. Tekanan pada

mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atau timbul isapan yang kuat dan cepat.

Dilihat pada waktu bayi menyusu.

c) Reflek mencari (rooting) : bayi menyentuh kea rah benda yang menyentuh pipi.

Misalnya mengusap pipi bayi dengan lembut bayi menolehkan kepalanya ke arah

jari kita dan membuka mulutnya.

d) Reflek babiskin : gores telapak kaki, dimulai dari tumit, gores sisi lateral telapak

kaki ke arah atas kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki.

e) Refleks menggenggam (gasping)

Didapat dengan cara menstimulasi tangan bayi dengan sebuah obyek atau dengan

jari pemeriksa. Respon bayi berupa menggenggam dan memegang dengan erat,

sehingga dapat diangkat sebentar dari tempat tidur.

C. Analisa

Neonatus cukup bulan usia …hari

D. Penatalaksanaan

1) Kunjungan Neonatus Pertama (6 jam pasca persalinan-48 jam pasca persalinan)

a) Mencegah kehilangan panas dan mempertahankan suhu tubuh dengan cara

mengeringkan bayi, menyelimuti bayi dengan kain bersih dan kering, menutupi kepala

bayi, menganjurkan ibu utnuk memeluk dan segera menyusui, menempatkan bayi di

tempat yang hangat.

b)Melakukan pemeriksaan tali pusat, memastikan dan memeriksa tali pusat telah diikat dan

dibungkus kasa kering dan steril serta tidak mengalami perdarahan.

c) Melaksanakan ASI Eksklusif


Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan diteruskan

sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Berikan ASI pada

bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun malam (8-10 kali atau lebih, dalam 24

jam)selama bayi menginginkannya (Kemenkes RI, 2012).

2) Kunjungan Neonatus Ke-2 (hari ke 3 sampai hari ke 7)

a) Menilai penampilan bayi secara umum yaitu penampipilan secara keseluruhan dan

bagaimana bayi bersuara yang mengambarkan keadaan kesehatannya.

b) Menjelaskan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayi.

c) Menjelaskan pada ibu pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi

bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

d) Menjelaskan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya dan harus

disusukan (minimal 10-15 kali selama 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan. Ibu

akan memberikan ASI pada bayinya.

3. Kunjungan Neonatus Ke-3 (hari ke 8 - 28)

a) Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup.

b) Memastikan bayi mendapat imunisasi HB 0, BCG dan Polio

c) Menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu untuk penimbangan dan

imunisasi.

Tabel 2.9 Jadwal Imunisasi Dasar

Sumber : Kementrian Kesehatan RI. Buku kesehatan ibu dan anak, Jakarta
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB, HiB Polio 2
3 bulan DPT/HB,HiB Polio 3
4 bulan DPT/HB,HiB Polio 4
9 bulan Campak
d) Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya kontrol sesuai dengan ketentuan waktu

kunjungan atau sewaktu-waktu jika ada keluhan

2.3 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Tanggal /jam : Untuk mengetahui kapan dilakukan pengkajian atau pengambilan

Tempat : Untuk mengetahui tempat pengkajian atau pengambilan kasus

1. Data Subjektif

a. Rencana Kontrasepsi

Untuk mengetahui rencana metode kontrasepsi yang diinginkan pasien, melakukan

konseling khusus dengan cara :

1) Mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan pengalamnya.

2) Mendapat infomasi lebih rinci tentang KB yang bersedia yang ingin dipilihnya.

3) Mendapat bantuan untuk memilih metode KB yang cocok.

4) Penerangan lebih jauh tentang bagaimana menggunakan metode tersebut dengan aman,

efekif, dan memuaskan.

a. Keluhan Utama

Banyak perempuan datang karena mengalami kesulitan dalam menetukan pilihan jenis

kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang bersedia, tetapi juga oleh

ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut

(Saiffudin, 2011).

b. Riwayat Penyakit Lalu


Ditanyakan untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita ibu, seperti kontrasepsi

hormonal tidak boleh digunakan oleh akseptor KB yang memiliki penyakit hipertensi,

jantung, kanker dan IMS adanya keadaan atau kemungkinan munculnya kondisi atau

penyaki yang menyebabkan semakin parahnya penyakit akibat kontrasepsi yang

digunakan. Sedangkan seseorang yang mempunyai riwayat penyakit mioma uteri, uterus

dengan parut pada dindingnya seperti bekas sectio sesarea, kelainan jinak serviks uteri

seperti erosi porsio uteri tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi non hormonal

(Saiffudin, 2011).

c. Riwayat Menstruasi

Menurut(BKKBN,2011) menjelaskan mengenai riwayat menstruasi yang perlu dikaji

adalah sebagai berikut :

1) Haid

Hal ini ditanyakan berhubungan dengan penapisan untuk mngetahui apakah hari

pertama haid terakhir ibu 7 hari yang lalu atau lebih. Karena terdapat kemungkinan

terjadinya kehamilan apabila ibu telah mengalami haid terakhir 14 hari yang lalu,

melalui data ini dapat dilakukan pemeriksaan penunjang menggunakan pp pest untuk

mendapat hasil yang akurat mengenai terjadinya kehamilan.

2) Lama

Yang perlu ditanyakan adalah apakah ibu pernah mengalami haid yang lama lebih dari

8 hari. Ditanyakan sebagai penapisan ibu yang akan menggunakan alat kontrasepsi

AKDR. Karena alat kontrasepsi ini menimbulkan efek haid menjadi lebih lama dari

sebelumnya.

3) Banyaknya
Apabila pernah mengalami haid banyak lebih 1-2 pembalut tiap 4 jam, maka ibu tidak

dianjurkan untuk memakai alat kontrasepsi AKDR, karena alat kontrasepsi ini

mempunyai efek samping yaitu haid lebih lama dan banyak sehingga memungkinkan

akan terjadi akan terjadinya anemia pada ibu.

4) Dismenore

Apabila ibu pernah mengalami dismenore berat yang membutuhkan analgetika

dan/atau istirahat baring, maka ibu tidak dianjurkan memakai alat kontrasepsi AKDR,

hal ini dikarena salah satu efek samping dari AKDR adalah dapat menyebabkan rasa

sakit saat haid ebih dari sebelumnya.

d. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Dilakukan pengkajian terhadap jumlah paritas serta adanya kelainan pada saat kehamilan,

persalinan dan nifas yang lalu. Paritas digunakan untuk menentukan metode kontrasepsi

yang cocok untuk ibu, sedangkan adanya kelainan tersebut sebagai pertimbangan

terhadap pemilihan metode kontrasepsi. Jika pada saat kehamilan ibu memilik riwayat

anemia maka ibu tidak disarankan menggunakan metode kontrasepsi IUD, karena salah

satu efek samping IUD adalah jumlah darah menstruasi bertambah banyak.

e. Riwayat Kontrasepsi yang Digunakan

Untuk mengetahui jenis kontrasepsi apa saja yang pernah digunakan oleh ibu, keluhan

yang dirasakan selama pemakaian metode kontrasepsi, lama pemakaian dan alasan ibu

berhenti apabila ibu menggunakan lebih dari satu metode kontrasepsi, sehingga hal

tersebut bisa menjadi acuan atau gambaran untuk menentukan metode kontrasepsi yang

akan digunakan oleh ibu.

f. Riwayat Kesehatan Sekarang


Riwayat Kesehatan ibu berhubungan dengan metode kontrasepsi yang akan digunakan,

karena setiap metode kontrasepsi memiliki kontra indikasi pemakaian. Misalnya ibu yang

menderita penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah tidak boleh menggunakan metode

kontrasepsi hormonal, ibu yang menderita kanker payudara atau dicurigai kanker

payudara tidak diperbolehkan menggunakan metode hormonal, ibu yang menderita

infeksi alat genetalia atau radang panggul tidak diperbolehkan menggunakan AKDR, dll.

g. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari

1) Pola Aktivitas

Dikaji untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan ibu sehari-hari dan beban krja

yang dimiliki ibu. Misalnya, pada ibu dengan penggunaan kontrasepsi Implan

dianjurkan untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat pada tangan yang dipasang

kapsu Implan. Hal ini dihindari agar tidak terjadi mal posisi pada kapsul Implan.

2) Pola Seksual

Pada pengguna jangka panjang misalnya seperti jenis kontrasepsi suntik progestin

dapat menimbulkan penurunan libido pada akseptor KB terhadap hubungan

seksualnya dengan pasangan.

3) Pola Personal Hygiene

Metode kontrasepsi hormonal memiliki efek samping pengeluaran keputihan

(Leukorea), sehingga akseptor kontrasepsi hormonal harus memperhatikan personal

hygine. Hal ini dilakukan agar personal hygiene akseptor kontrasepsi tetap terjaga.

h. Riwayat Psikososial,Spiritual dan Kultural


1) Ditanyakan KB apa yang cocok karena ditakutkan ibu tidak dapat menerima efek

samping dari KB yang dipilih. Untuk akseptor baru ditanyakan sejauh mana

pengetahuan ibu tentang KB dan jenis KB yang akan dipilih.

2) Pasangan suami istri dapat dengan bebas dan mempunyai hak untuk menentukan

jumlah anak, kapan, keinginan mempunyai anak serta pemilih alat kontrasepsi.

3) Ditanyakan kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat dan keluarga serta pandangan dan

penerimaan keluarga serta materil dan moril yang didapat dari keluarga dan motivasi

ibu mengikuti KB.

4) Adanya persetujuan suami dan apakah mendapat paksaan suami atau kemauan sendiri.

5) Apakah agama yang dianut ibu memperbolehkan untuk mengikuti KB

i. Penapisan Klien, Metode Non Operatif

Tabel 2.10 Penapisan Klien, Metode Non Operatif

Metode Hormonal (Pil kombinasi, pil progestin, Ya Tidak


suntik dan susuk)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
atau lebih
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu
pacsa persalinan

Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan


visual
Apakah pernah nyeri hebat pada dada
Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg
(sistolik) atau 90 mmHg (diastolic )
Apakah ada massa atau benjolan pada payudara
Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang
(epilepsi)
AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin) Ya Tidak
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan
seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual
(IMS)
Apakah mempunyai mengalami penyakit radang
panggul atau kehamilan ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1- 2
pembalut tiap 4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8
hari)

Apakah pernah mengalami disminorhe berat yang


membutuhkan analgetik/istirahat baring

Apakah pernah mengalami perdarahan / perdarahan


bercak antara haid atau senggama

Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung


vaskuler atau congenital

Sumber : Prawirohardjo, 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka

Jika semua keadaan diatas adalah “Tidak” (negatif) dan tidak dicurigai adanya kehamilan,

maka dapat diteruskan dengan konseling metode khusus. Bila respon banyak yang “Ya”

(positif), berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum : ibu akseptor KB dalam keadaan umumnya baik

2) Kesadaran : kesadaran ibu akseptor KB adalah composmentis

3) Tanda-Tanda Vital :

f) Tekanan Darah

Tekanan darah harus diukur sebelum menggunakan kontrasepsi. Dikhususkan pada

akseptor KB hormonal seperti :

(1) Indikasi kontrasepsi suntik kombinasi yaitu riwayat penyakit jantung, stroke atau

dengan tekanan darah tinggi > 180/110 mmHg.


(2)Indikasi kontrasepsi Implan yaitu tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah

pembekuan darah, atau anemia bulan sabit (sickle cell).

4) Antropometri

Pada akseptor KB hormonal perlu diketahui bahwa umumnya pertambahan berat badan

tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg – 5 kg dalam setahun pertama

(Marmi, 2015).

b. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

a) Muka : muka pucat tidak disarankan untuk menggunakan kontrasepsi dalam rahim

dikarenakan efek dari AKDR sendiri yaitu perdarahan yang akan menyebabkan

anemia.

b) Mata : konjungtiva normal merah muda, bila konjungtiva pucat menandakan anemia,

sclera normal berwarna putih bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi

hepatitis (Dep.Kes. RI, 2010 : 19). Esterogen akan menyebabkan perubahan pada hasil

tes faal hati. Pemakaian esterogen menyebabkan radang kandung empedu dan

pembentukan batu empedu, meningkatkan kadar kolestrol, dan menurunnya kadar

asam empedu di dalam cairan empedu (Prawirohardjo, 2009).

c) Leher : jika terdapat pembesaran kelenjar limfe dikhawatirkan ibu menderita TB

kelenjar. Jika terdapat bendungan vena jugularis dikhawatirkan menderita penyakit

jantung sehingga tidak diperbolehkan mengikuti KB hormonal.

d) Mamae : mengetahui bentuk buah dada, apakah terdapat radang pada mamae.

Benjolan abnormal yang nampak menonjol dikhawatirkan tumor atau kanker.

Kontrasepsi hormonal dapat memperparah keadaan ibu.


e) Abdomen : mengetahui adakah pembesaran pada perut untuk melihat kemungkinan

hamil.

f) Genetalia : keadaan perineum, varises , kondiloma, flour albus. Adanya

pengeluaran/perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya dikawatirkan

kanker serviks sehingga tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi IUD.

g) Ekstremitas : jika kuku pucat dikhawatirkan ibu menderita penyakit jantung dan jika

terdapat Varises ibu dianjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal

karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah vena karena adanya trombo

emboli (Prawirohardjo, 2009).

2) Palpasi

a) Leher : apakah ada bendungan vena jugularis (misalnya pada penyakit jantung), apakah

ada kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfe membengkak.

b) Aksila : apakah terdapat pembesaran atau pembengkakan kelenjar limfe.

c) Mammae : apakah pada payudara terdapat nyeri tekan ataupun benjolan abnormal tanda

adanya tumor atau kanker. Penggunaan kontrasepsi hormonal yang cukup lama dengan

dosis esterogen yang tinggi dapat menyebabkan pembesaran. Pembesaran tersebut

terhenti jika pemakaian kontrasepsi hormonal dihentikan (Prawirohardjo, 2009).

d) Abdomen : mengetahui adakah kemungkinan hamil, nyeri tekan pada perut.

Pembesaran uterus diduga akseptor hamil. Pembesaran dan nyeri tekan pada

abdomen sebelah kanan berhubungan dengan penyakit hepar (Hepatitis).

e) Ekstremitas : jika kuku pucat dikhawatirkan ibu menderita penyakit jantung dan jika

terdapat varises ibu dianjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal karena
dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah vena karena adanya trombo

emboli(Prawirohardjo, 2009).

3) Data Penunjang

Pemeriksaan yang diperlukan adalah plano test untuk meyakinkan bahwa ibu tidak dalam

keadaan hamil. Pastikan bahwa tidak ada kehamilan (Saiffudin, 2009).

3. Analisa

P... A..... calon akseptor …

4. Penatalaksanaan

Adapun langkah-langkah pelayanan akseptor KB baru menurut BKKBN, (2011) (irianti,

2017) adalah sebagai berikut:

a. Memberikan konseling tentang macam-macam metode kotrasepsi.

b. Membantu ibu dalam memilih metode kontrasepsi yang cocok untuk ibu.

c. Menjelaskan secara lebih rinci tentang metode kontrasepsi yang dipilih ibu.

d. Melakukan inform choice untuk penggunaan metode kontrasepsi sesuai dengan pilihan ibu.

e. Menentukan waktu pemberian metode kontrasepsi yang dipilih oleh ibu.

f. Melakukan inform consent untuk penggunaan metode kontrasepsi sesuai dengan pilihan

ibu.

g. Memberikan pelayanan kepada ibu sesuai metode kontrasepsi sesuai dengan pilihan ibu.

h. Memberikan HE tentang konseling kontrasepsi paska tindakan kepada ibu

i. Menginformasikan kapan ibu harus melakukan kunjungan ulang.

j. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan.


BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

3.1.1 Kunjungan Kehamilan

Tempat Pengkajian : Klinik Al-Hikmah

Tgl Pengkajian : 8 April 2023

Jam Pengkajian : 16.00 WIB

1. Data Subjektif

a. Identitas

Nama : Ny.P Nama : Tn.F

Umur : 25 tahun Umur : 28 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : Ibu Rumah Pekerjaan : Swasta

Tangga

Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa

Alamat : Ponorogo Alamat : Ponorogo

b. Alasan Kunjungan

Ibu ingin memeriksakan kehamilannya

c. Keluhan Utama

Nyeri Pungggung

d. Riwayat Penyakit Ibu


Ibu tidak memiliki riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes militus, asma,

anemia berat, tidak ada riwayat alergi. Ibu tidak ada riwayat penyakit menular TBC,

hipertensi, HIV/AIDS.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga ibu tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit diabetes militus, jantung, ginjal,

hipertensi, tidak ada riwayat penyakit menular TBC, HIV/AIDS dan tidak ada yang keturunan

kembar.

f. Riwayat Menstruasi

Siklus : 28 hari

HPHT : 9-7-2022

HPL : 16-4-2023

g. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan nifas yang lalu


Kehamilan Persalinan Nifas

N
Menyusui

o
Penolong
Suami ke

Penyulit
Tempat

BB/TB
UK

Ket
JK
JP

1 1 I 9 bulan Normal Bidan BPM L 2900/49 - + 4th

2 HAMIL INI

h. Riwayat Perkawinan

Status Pernikahan : Menikah

Usia saat menikah : 20 tahun

Lama pernikahan : 5 tahun

Pernikahan yang : Ke 1

i. Riwayat Kehamilan Sekarang


G2P1A0 Usia Kehamilan : 39 minggu

Kunjugan ANC

TM I :2x kunjungan di BPM, keluhan mual muntah. Terapi asam folat dan B6

TM II :3x kunjungan 2x kunjungan di BPM, 1x kunjungan di Puskesmas, keluhan

BAB agak keras Terapi Fe dan kalk dan makan makanan tinggi serat seperti

buah dan sayur serta memperbanyak sayuran dan olahraga ringan

TM III :4x kunjungan 3x kunjungan di PMB 1x kunjungan di Puskesmas, keluhan

tidak ada. Terapi Fe.

Imunisasi TT : TT5

Gerakan anak dirasakan sejak : Usia Kehamilan 5 bulan

Gerakan janin saat ini : Aktif

Rencana tempat persalinan : BPM

Rencana penolong persalinan : Bidan

Calon donor darah : Keluarga

j. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Nutrisi : Ibu makan 3 kali sehari porsi bertambah, dengan menu nasi, lauk

dan sayuran, minum 8-9 gelas perhari terdiri dari air putih dan

susu.

2) Istirahat/tidur : Ibu tidur malam 6-7 jam sehari. Tidur siang 1-2 jam

3) Eliminasi : Ibu BAB 1 kali sehari kadang 2 hari sekali dan BAK 5-6x/hari

tidak ada keluhan saat BAB dan BAK


4) Aktivitas : Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga yaitu menyapu, mencuci,

dll

5) Personal hygiene : Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 3 kali

seminggu, ganti pakaian 2 kali sehari.

6) Aktivitas seksual : Tidak ada gangguan saat melakuakan hubungan seksual dengan

suami.

7) Kebiasaaan lain : Mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok, minum alkohol,

minum jamu ataupun pijat.Ibu

k. Riwayat Psikososial, Spiritual, Kultural

Ibu senang dengan kehamilan ini. Ibu mendapat dukungan dari keluarga dan suami. Dalam

beribadah ibu tidak ada masalah. Ibu tidak mengikuti budaya minum jamu saat hamil.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum : Baik

2) Kesadaran : Composmenthis

3) Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah: 110/70 mmHg

Nadi : 78 x/menit

Suhu : 36,5 oC

Pernapasan : 20 x/menit

4) Antropometri

Tinggi Badan (TB) : 160cm

Berat Badan (BB)


Sebelum hamil : 60 Kg

Saat Hamil : 71 Kg

Lingkar Lengan Atas (LILA): 28 cm

b. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

Muka : Tidak bengkak, tidak pucat

Mata : Conjungtiva merah muda, skelera tidak kuning

Mulut : Bibir tidak pucat tidak kering, tidak ada karies gigi.

Payudara : Bersih, puting menonjol

Abdomen : pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas luka operasi

Ekstremitas atas : Warna kuku tidak pucat dan tidak ada oedema

Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak pucat

2) Palpasi

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan vena

jugularis

Payudara : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada pengeluaran

colostrums

Abdomen

Leopold 1 : Tinggi Fundus Uteri (TFU) : Pertengahan px pusat , teraba lunak,

tidak bundar, tidak melenting yaitu bokong.

Leopold II : Bagian kiri teraba bagian terkecil janin yaitu ekstremitas dan

bagian kanan teraba keras, panjang seperti papan yaitu punggung.


Leopold III : Teraba keras, bundar, melenting yaitu kepala dan dapat

digoyangkan, belum masuk Pintu Atas Panggul (PAP)

Mc Donald : Tinggi Fundus Uteri (TFU) : 30 cm

TBJ : (30-12) x155 = 2790 gram

3) Auscultasi

DJJ : (+)

Punctum maksimum : 1 jari dibawah pusat berada sebelah kanan

Frekuensi : Teratur, 148x/mnt

4) Perkusi

Reflek patella : +/+

c. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal : 20 maret 2023 Pukul 10.00 WIB

Hb : 12.6 g/dl

Reduksi : negatif

Protein : negatif

HIV : non reaktif

HbSAg : negatif

Golongan Darah :A

KSPR :2

3. Analisa

G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu dengan kehamilan fiisologis

4. Penatalaksanaan

Tanggal: 8 april 2023 Pukul.16.00 Wib


a. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin saat ini

baik dan menjelaskan bahwa keluhan yang dialmai ibu saat ini merupakan hal yang

normal dikarenakan bertambahnya usia kehamilan dan perkembangan janin, uterus

semakin membesar sehingga otot-otot teregang dan beban perut yang mengakibatkan

tertarik tulang punggung dan mengakibatkan rasa nyeri pada punggung.Ibu mengerti

tentang penjelasan yang diberikan.

b. Memberikan HE tentang tanda bahaya kehamilan trimester III yaitu gerakan janin

berkurang, nyeri kepala hebat , pada kaki dan wajah terlihat bengkak, ketuban pecah

sebelum waktunya ibu diminta untuk segera pergi fisilitas pelayan kesehatan apabila

mengalami salah satu tanda bahaya tersebut. Ibu mengerti

c. Memberitahu ibu untuk tetap mengkonsumsi penambah darah atau Fe.

Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan bersedia melaksanaan anjuran bidan.

d. Menganjurkan ibu untuk melakukan persiapan persalinan seperti dimana tempat untuk

bersalin, siapa yang mendampingi, alat transportasi yang digunakan, persiapan kebutuhan

untuk ibu dan bayi. Ibu telah mempersiapkan.

e. Memberikaan HE kepada ibu tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan

seperti kenceng-kenceng semakin teratur dan keluar cairan maupun lendir bercampur

darah. Ibu mengerti tentang penjelasan bidan.

f. Mengingatkan kepada ibu agar melakukan kontrol ulang 1 minggu lagi atau jika ada

keluhan. Ibu bersedia konrol ulang.


3.2 Asuhan Kebidanan Pada Pesalinan Normal dan BBL

Tempat : Klinik Al-hikmah

Tanggal : 12-4-2023

Pukul : 05.00 WIB

3.2.1 Kala I

1. Data Subjektif

a.. Keluhan utama

Ibu merasakan kenceng-kenceng pada perut yang menjalar ke pinggang 01.00 dan terdapat

pengeluaran lendir darah sejak pukul 02.30 WIB.

b. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Nutrisi : Makan Kemarin malam jam 21.00 roti 1 bungkus. Minum terakhir jam

04.00 air putih ± 1 gelas sedang.

Istirahat : Ibu tidur terakhir ± 3 jam dari jam 22.00 malam dan terbangun pukul

01.00
Eliminasi : Ibu terakhir BAK pukul 04.40 WIB, Ibu belum BAB hari ini.

c. Riwayat Psikososial, Spiritual, dan Kultural

Dalam menghadapi proses persalinan ibu di dampingi oleh suaminya dan keluarga. Ibu

merasa cemas. Suami khawatir dengan keadaan ibu dan janin yang akan dilahirkan.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan umum

1) Keadaan umum : baik

2) Kesadaran : composmenthis

3) Tanda – tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 83x/menit

Suhu : 36,6°C

Respirasi : 22x/menit

b. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

Muka : tidak pucat, tidak bengkak

Mata : conjungtiva merah muda, sclera putih

Abdomen : tidak ada luka bekas operasi

Genetalia : terdapat lendir bercampur darah, tidak oedem, tidak ada condiloma

akuminata

Anus : tidak ada haemoroid

Ekstremitas

Atas : tidak bengkak, tidak varises, kuku tidak pucat


Bawah : tidak bengkak, tidak varises, kuku tidak pucat

2) Palpasi

Abdomen

Leopold I : Tinggi Fundus Uteri (TFU) 3 jari dibawah px, dan di fundus teraba

lunak, kurang bundar, kurang melenting artinya bokong

Leopold II : Bagian kiri teraba bagian terkecil janin, bagian kanan teraba keras,

panjang seperti papan.

Leopold III : Teraba keras, bundar, melenting yaitu kepala dan kepala tidak dapat

digoyangkan, sudah masuk Pintu Atas Panggul (PAP)

Leopold IV : Divergen

Mc Donald : 32 cm

Palpasi perlimaan: bagian terbawah janin teraba 2/5 bagian

His : 3x10’30”

3) Auskultasi

DJJ : 142 x/m enit

Pemeriksaan dalam (VT) Tanggal : 12-4-2023 Jam : 05.00 WIB

Vulva/vagina : tidak oedema, terdapat pengeluaran lendir darah

Pembukaan : 5 cm

Effecement : 25%

Ketuban : positif

Presentasi : kepala

Denominator : UUK

Penurunan bagian terendah : H II


3. Analisa

G2P1A0 usia kehamilan 39-40 minggu Janin tunggal, hidup, intra uterin inpartu kala I fase

aktif dengan keadaan ibu dan janin baik

4. Penatalaksanaan

Tanggal : 12-4-2023 Pukul : 05.00 WIB

a. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa saat ini kondisi ibu dan

janin baik dan sudah memasuki proses persalinan. Ibu dan keluarga mengerti.

b. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman. Ibu memilih posisi tidur dengan

miring kiri dan terkadang miring kanan.

c. Mengajarkan ibu beberapa teknik relaksasi dengan cara tarik nafas panjang dari hidung

dan keluarkan pada mulut. Ibu memilih teknik nafas panjang.

d. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk memberi tenaga saat bersalin nanti.

Ibu sudah minum teh manis 1 gelas.

e. Menganjurkan ibu untuk selalu mengosongkan kandung kemih jika ingin BAK. Kandung

kemih kosong

f. Melakuan observasi kemajuan persalinan. Hasil terlampir dalam lembar partograf.

3.2.2 Kala II

Tanggal : 12-4-2023

Jam : 08.00 WIB

1. Data Subjektif

Kenceng-kenceng bertambah sering, ibu ingin meneran dan rasa ingin BAB

2. Data Objektif

Ada penonjolan pada perineum


Ada tekanan pada anus

Vulva/vagina membuka

Ada pengeluaran lendir darah

HIS : 4x 10’ 45”

DJJ : 148x/menit

Palpasi Perlimaan : bagian terbawah janin teraba 1/5

Pemeriksaan dalam

Pembukaan : 10 cm

Effecement : 100%

Ketuban : Ketuban pecah secara amniotomi warna jernih

Presentasi : Belakang Kepala

Denominator : UUK depan

Penurunan bagian terendah : HIII+

Bagian kecil yang menyertai : Tidak ada

3. Analisa

G2P1A0 usia kehamilan 39-40 minggu Janin, tunggal, hidup, intra uterin inpartu kala II dengan

keadaan ibu dan janin baik

4. Penatalaksanaan

Tanggal/jam : 12-4-2023/ 08.00 WIB

a. Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah

lengkap. Ibu dan keluarga mengerti

b. Memeriksa kembali kelengkapan alat-alat partus dan obat untuk menolong persalinan.

Alat dan obat-obatan sudah lengkap


c. Memakai Alat Perlindungan Diri (APD) untuk persiapan menolong. APD telah

digunakan

d. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman saat meneran. Ibu memilih posisi dorsal

recumber/setengah duduk

e. Melakukan observasi Detak Jantung Janin (DJJ) di sela-sela his. Hasil DJJ 148x/menit

f. Melakukan pimpinan persalinan pada ibu. Ibu mampu meneran secara efektif

g. Menolong kelahiran bayi sesuai dengan asuhan persalinan normal. Bayi lahir spontan

jam 08.15 WIB, jenis kelamin perempuan

h. Melakukan penilaian selintas pada bayi. Bayi menangis kuat, bergerak aktif, warna kulit

merah

i. Mencegah kehilangan panas daei tubuh bayi dengan cara :

1) Mengeringkan bayi dengan handuk bersih

2) Menganti handuk yang basah dengan selimut atau kain yang kering dan bersih

j. Melakukan perawatan tali pusat yaitu tali pusat hanya dibungkus dengan kasa steril tanpa

diberi alkohol ataupun obat antiseptik lainnya seperti povidon iodin, perawatan tali pusat

sudah dilakukan dengan baik dan benar.

k. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Berhasil pada jam ke 08.20 WIB

3.2.3 Kala III

Tanggal : 12-4-2023

Jam : 08.25 WIB

1. Data Subjektif

Ibu merasakan sedikit lelah dan perutnya masih terasa mules


2. Data Objektif

TFU : Setinggi pusat

UC : Baik

Vesika Urinaria : Kosong

Vagina :Tampak tali pusat di depan vulva dan tali pusat memanjang

3. Analisa

P2 A 0 memasuki kala III

4. Penatalaksanaan

Tanggal/Jam : 12-4-2023/ 08.25 WIB

a. Periksa kembali pastikan tidak ada janin kedua. Tidak ada janin kedua

b. Menyuntikan oksitosin 10 IU IM. Sudah disuntikan 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu

bagian luar

c. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dan dorongan dorso kranial hingga plasenta

terlepas. Plasenta lahir lengkap jam 08.25 WIB

d. Melakukan masase uterus. Kontraksi uterus baik (keras)

e. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun ke janin dan selaput

ketuban. Plasenta lengkap tidak ada yang tertinggal

3.2.4 Kala IV

Tanggal/Jam : 12-4-2023/ 08.30 WIB

1. Data Subjektif

Ibu merasakan mulas pada perut

2. Data Objektif

Uterus : Globuler
Kontraksi uterus : Baik

TFU : 2 jari dibawah pusat.

Perdarahan : ± 100cc

Kandung kemih : Kosong

Laserasi : Derajat 2 (kulit, mukosa, otot perineum)

3. Analisa

P2 A 0 memasuki kala IV

4. Penatalaksanaan

Tanggal/Jam : 12-4-2023/ 08.30 WIB

a. Melakukan penjahitan laserasi derajat 2 menggunakan anastesi. Laserasi telah dijahit

dengan menggunakan anastesi

b. Melakukan pemeriksaan bayi baru lahir

1) Tanda-tanda Vital :

Detak jantung : 136x/menit

RR : 48x/menit

Suhu : 36,6°C

2) Atropometri

Lingkar kepala : 31 cm

Lingkar dada : 32 cm

Berat badan : 3100 kg

Panjang badan : 49 cm

3) Pemeriksaan Fisik
Kepala : tidak ada caput succedaneum, tidak ada chepal hematoma,

rambut lebat, batas rambut dan dahi jelas

Muka : Tidak sianosis,tidak ikhterus

Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda

Telinga : sejajar, daun telinga tegak, membuka

Dada : sejajar, tidak terlihat retraksi pada dada, puting, dan aerola

berwarna terang

Hidung : tidak terdapat sekret, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,

batas septum jelas sejajar

Mulut : bersih, tidak pucat tidak ada kelainan seperti labioskisis maupun

labiopalatoskisis.

Punggung : tidak ada spina bifida, terdapat lanugo

Abdomen : bising usung normal, terdapat lanugo

Genetalia : Labia mayor sudah menutupi labia minor

Anus : tidak atresia ani

Ekstremitas atas dan bawah : garis tangan dan kaki jelas, tidak ada polydaktili dan

sydaktili, pergerakan bayi aktif

4) Pemeriksaan Refflek

Refflek Moro : positif, baik

Refflek Rooting : positif, baik

Refflek Sucking : positif, baik

c. Memberikan Vitamin K 1 mg . Penyuntikan telah diberikan dipaha kiri bayi secara

Intramuskular
d. Memberikan salep mata antibiotik profilaksis dimata sebelah kanan dan kiri dimulai dari

dalam keluar, salep mata sudah diberikan.

e. Melakukan observasi kala IV terdiri dari tekanan darah, nadi, suhu, TFU, kandung

kemih, kontraksi uterus, dan perdarahan. Hasil observasi terlampir di partograf

f. Melakukan dekontaminasi alat dan tempat yang digunakan persalinan. Alat direndam

dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit dan tempat sudah didekontaminasi

g. Memastikan bahwa ibu nyaman. Ibu sudah bersih dan sudah mengganti baju

h. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minuman yang diinginkan. Ibu

telah makan porsi sedikit dengan komposisi nasi, lauk pauk dan minum 1 botol air putih

i. Membantu ibu untuk memberikan ASI pada bayinya. Ibu mampu memberikan ASI pada

bayinya secara benar

j. Memberikan Imunisasi Hepatitis B yang pertama (HB0). Penyuntikan telah 1jam

pemberian Vitamin K dipaha kanan bayi secara Intramuskular

k. Memberikan kapsul vitamin A setelah melahirkan dan satu kapsul lagi 24 jam setelah

persalinan, asam mefenamat 500 mg 3x1, amoxicillin 500mg 3x1, Fe 60 mg 1x1. Ibu

mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan.

3.3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

3.3.1 Kunjungan Nifas Pertama (1 hari)

Tempat : Klinik Al-Hikmah

Tanggal : 13-4-2-2023

Waktu pengkajian : 15.30 WIB

1.Data Subjektif
a. Keluhan Utama

Ibu mengeluh sedikit mulas di perut

b. Aktivitas Sehari – hari

1) Nutrisi

Ibu makan 3-4x/hari porsi banyak . Terdiri dari nasi, sayur,ikan , mengkonsumsi buah

buahan, minum air putih 8-9 setiap hari

2) Aktifitas

Ibu sudah bisa jalan sendiri untuk ke kamar mandi , Ibu merawat anak dibantu oleh

keluarga.

3) Eliminasi

Ibu sudah BAK 2 kali, dan Belum BAB

4) Personal Higiene

Ibu sudah ganti pembalut

2. Data Objektif

Terlihat posisi kurang benar saat ibu menyusui bayinya

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmenthis

3) Tanda-tanda Vital

TD : 100/60 mmHg

N : 83/menit

S : 36,50 C

RR : 19x/menit
b. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

Muka : Tidak bengkak, tidak pucat

Mata : Conjungtiva merah muda, sklera tidak kuning

Abdomen : kontraksi baik

Genetalia : tampak lokhea rubra, perineum tidak oedema,jahitan belum kering

Ekstremitas : tidak oedem, tidak varises

2) Palpasi

Mammae : Tidak ada nyeri tekan, colostrum sudah keluar

Abdomen : UC keras, TFU 2 jari bawah pusat, kandung kemih kosong

Ekstremitas : tidak oedem, tidak varises

3. Analisa

P2A0 masa nifas hari ke 1

Masalah : Mules perut

3. Penatalaksanaan

Tanggal : 13-04-2023 Pukul : 15.30 WIB

a. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa nyeri atau mules pada perut akibat kontraksi rahim

merupakan hal yang normal, menganjurkan ibu untuk mengalihkan perhatiannya dari

rasa nyeri dengan melakukan kegiatan yang lain. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan

b. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik. Ibu mengerti

tentang penjelasan yang diberikan.

c. Memberikan KIE tentang :

1) Merawat bayi baru lahir


2) Mengajari ibu cara menyusui yang benar

3) Mengajari ibu cara memandikan bayi

4) Mobilisasi dini yaitu berjalan kemudian dilanjutkan kembali ke aktivitas semula

5) Menjaga kebersihan diri dengan sering mengganti pembalut dan mengajarkan cara

cebok yang benar.

Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan akan melakukan apa yang telah sudah

dianjurkan.

6) Menganjurkan ibu untuk menghabiskan terapi yang telah diberikan, ibu bersedia

meminum terapi yang diberikan.

3.3.2 Kunjungan Nifas Kedua

Tempat : Klinik A-Hikmah

Tanggal : 19-04-2023

Jam pengkajian : 09.00WIB

1. Data Subjektif

a. Keluhan Utama

Ibu tidak ada keluhan

b. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Nutrisi

Ibu makan 3-4x/hari porsi banyak . Terdiri dari nasi, sayur,ikan , mengkonsumsi buah

buahan, minum air putih 8-9 setiap hari

2) Aktifitas

Ibu kesehariannya hanya merawat anaknya saja dengan dibantu keluarga.

3) Eliminasi
BAK : 3-4x/hari

BAB : ibu sudah dapat BAB tadi pagi 1x.

4) Personal Hygiene

Ibu menganti pembalut 3x/hari, mengganti celana dalam dan pakaian 2x saat mandi dan

saat basah, ibu sudah melakukan perawatan payudara sendiri.

5) Kebiasaan Lain

Ibu menggunakan stagen dengan longgar

6) Rencana menyusui

Ibu menyusui bayinya sesering mungkin dalam sehari, saat bayi tidur dibangunkan. ASI

keluar lancar dan banyak, bayi menyusu kuat.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmenthis

3) Tanda-tanda Vital

TD : 110/70 mmHg N : 81 x/menit

S : 36,8 0 C RR : 20 x/menit

b. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

Muka : Tidak bengkak, tidak pucat

Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih

Abdomen : kontraksi baik


Genetalia : tampak lokhea sanguinolenta, perineum tidak odeam, jahitan belum

kering.

Ekstremitas : bawah : tidak ada oedem, tidak ada varises

2) Palpasi

Mammae : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada bendungan ASI, Produksi ASI lancar.

Abdomen : UC keras, TFU pertengahan pusat-sympisis, kandung kemih kosong

Ekstremitas : Bawah : tidak bengkak, tidak varises, tanda homan (-).

3. Analisa

P2A0 masa nifas hari ke- 6

4. Penatalaksanaan

Tanggal : 19-04-2023 Pukul :09.10 WIB

a. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik, Ibu mengerti

tentang penjelasan yang diberikan.

b. Memberikan KIE tentang:

1) Menjelaskan ibu tanda-tanda bahaya masa nifas seperti demam, perdarahan banyak

nyeri dada, sesak dan nyeri kepala hebat diharap ibu segera datang ke tenaga kesehatan.

Ibu mengerti dan bersedia datang ketenaga kesehatan apabila mengalami kondisi seperti

itu

3.4.2 Kunjungan Neonatal Kedua

Tempat : Klinik Al-Hikmah

Tanggal : 21-04-2023

Jam pengkajian : 09.00WIB


1. Data Subjektif

a. Keluhan Utama

Bayi terkadang rewel sesaat setelah bangun

a. Aktifitas Sehari-hari

Nutrisi : ASI sering, ± 8-9 x/hari

Eliminasi : BAB 2-3 x/hari berwarna kekuningan, BAK 8-10 x/hari.

Istirahat : bayi terkadang rewel terutama saat bangun dari tidur

Kebersihan : dimandikan 2x/hari, ganti baju 2x setiap setelah mandi, ganti popok

setiap BAK dan BAB.

2. Data Objektif

a. Pe meriksaan Umum

1) Keadaan umum : Baik

2) Tanda-tanda Vital

Nadi : 137x/menit

Suhu : 37 ˚C

RR : 47x/menit

3) Antropometri

BB : 3100 gram

PB : 49 cm

b. Pemeriksaan Fisik

Muka : Tidak pucat, tidak kuning

Mata : sklera tidak kuning, tidak ada sekret

Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung


Dada : tidak ada retraksi dada

Abdomen : tali pusat belum lepas, tidak ada infeksi pada tali pusat, tali pusat terbungkus

kasa steril.

Ekstremitas atas dan bawah : akral hangat, tidak pusat

Reflek : reflek moro (baik), reflek palmar (baik), reflek rooting (baik), reflek sucking

dan swallowing (baik), reflek glabella (baik), reflek babinski (baik).

3. Analisa

Neonatus usia 6 hari

d. Penatalaksanaan

Tanggal : 19-4-2023 Pukul : 09.10WIB

a. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa kondisi bayi normal, Ibu mengerti

tentang penjelasan yang telah disampaikan

b. Memberitahu ibu bahwa jika bayi rewel kemungkinan karena popok bayi basah (Bayi

BAK atau BAB) atau bayi sedang ingin menyusu, maka ibu diharapkan sesering

mengecek popok bayi dan sesering mungkin menyusi bayinya

c. Memberitahu ibu tentang pemberian ASI ekslusif dan ondemand. Ibu mengerti

3.5 Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB

Tempat : Klinik Al-Hikmah

Tanggal : 19-4-2023

Pukul : 09.00 WIB


1. Data Subjektif

Ibu ingin menunda kehamilan dan ingin mengetahui macam macam kontasepsi

Ibu menyusui bayinya tanpa menggunakan makanan tambahan apapun, bayi menyusu 8-12x

dalam sehari, ibu belum menstruasi.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) Tanda-tanda Vital

TD : 110/70 mmHg N : 78 x/menit

S : 36,4°C RR : 20 x/menit

d.) Antropometri

BB : 67 kg

b. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

Mata : sklera tidak pucat

Leher : tidak terdapat pembengkakan pada kelenjar tiroid

Payudara : tidak ada lesi

Abdomen : tidak ada pembesaran perut

Genetalia : tidak ada perdarahan pervaginam

Ekstremitas : kuku tidak pucat.

2). Palpasi

Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe


Payudara : tidak ada benjolan abnormal, terdapat pengeluaran ASI

Abdomen : tidak ada pembesaran, tidak ada pembesaran hepar.

Ekstremitas : tidak varises pada ekstremitas bawah.

3. Analisa

P2A0 Calon Akseptor Kontrasepsi MAL

4. Penatalaksanaan

Tanggal : 19 April 2023 Pukul : 09.00 WIB

a. Memberikan konseling secara umum tentang macam-macam metode kontrasepsi. Ibu

dapat memahami dan mendengarkan secara seksama.

b. Memberikan informed choice. Ibu telah menentukan metode kontrasepsi MAL.

c. Menjelaskan secara khusus metode kontrasepsi yang dipilih oleh ibu. Ibu tetap memilih

kontrasepsi MAL.

d. Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu dapat menggunakan kb MAL. Ibu mengerti tentang

penjelasan.

e. Menjelaskan kepada ibu bahwa jika ibu sudah 6 bulan menyusui maka ibu wajib

mengikuti Kb efektif seperti suntk, implan, iud atau jika ibu sebelum masa 6 bulan sudah

mendapatkan menstruasi. Ibu mengerti penjelasan bidan.


BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Pada pengkajian yang dilakukan pada kunjungan antenatal care dari data yang didapatkan

Ny.P G2P1A0 trimester III usia kehamilan 39 minggu, Pada kunjungan ibu tidak ada keluhan dan

dari data objektif didapatkan kondisi ibu dan jani dalam batas normal. Asuhan yang diberikan

mengajari ibu teknik relaksasi dan retraksi, menganjurkan ibu untuk tidak melakukan aktifitas

yang berat, dan memberitahu ibu bahwa keluhan nyeri punggung merupakan hal yang normal

dikarenakan bertambahnya usia kehamilan dan perkembangan janin, uterus semakin membesar

sehingga otot-otot teregang dan beban perut yang mengakibatkan tertarik tulang punggung dan

mengakibatkan rasa nyeri pada punggung.

Hal ini sesuai dengan teori (Irianti, 2014) mengenai nyeri punggung karena terdapat

pembesaran uterus yang memaksa ligamen otot, serabut syaraf tereggang diakibatkan terjadinya

pergeseran pusat gravitasi sehingga beban taerikan tulang punggung kearah depan bertambah

yang menyebabkan lordosis fisiologis. Setelah dilakukan asuhan keluhan dapat diatasi. Dengan

demikian asuhan yang diberikan tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.

4.2 Asuhan Kebidanan pada Pesalinan

4.2.1 Kala I

Ibu datang ke Klinik UK 39-40 minggu mengeluh perutnya terasa kenceng-kenceng dan

mengeluarkan lendir bercampur darah hal ini merupakan tanda-tanda persalinan. Dari hasil

pemeriksaan didapatkan bahwa keadaan umum ibu baik, ibu kooperatif dan genetalia ada lendir

darah, tidak oedem tidak varises, pembukaan serviks Ø 5 cm, effecement 50%, letak kepala,
ketuban masih utuh, dan dengan his 3x10’40” dilakukan pemeriksaan dalam dengan tujuan untuk

mengetahui kemajuan persalinan ibu.

Adanya rasa sakit atau kenceng-kenceng dan keluar lendir bercampur darah merupakan suatu

tanda dari persalinan kala 1 yang diakibatkan adanya penurunan bagian terendah janin yang

memasuki serviks dan kemudian diikuti penipisan dan pembukaan.

Menurut pendapat (Marmi,2012) yaitu kala 1 persalinan ditandai dengan keluarnya lendir

bercampur darah (bloody show) karena servik mulai membuka (dilatasi)dan mandatar

(Effacement), kontraksi uterus meningkat secara bertahap, kontraksi dianggap adekuat/memadai

jika terjadi tiga kali atau lebih.

Perut kenceng-kenceng (kontraksi) disebabkan karena adanya penurunan hormon estrogen

dan hormon oksitosin sehingga terjadilan kontraksi. Menurut pendapat (Marmi,2012), oksitosin

dikeluarkan oleh kelenjar hipofise post inferior. Perubahan keseimbangan estrogen dan

progesteron, sehingga sering terjadi kontraksi dan proses kala 1 untuk multigravida pada

umumnya berlangsung hingga 8 jam .

Penatalaksanaan yang diberikan pada ibu selama fase aktif yaitu membantu ibu untuk

relaksasi pada saat adanya kontraksi, memberikan dukungan emosional, membantu ibu untuk

mencari posisi yang nyaman, memberikan makan dan minum.Selain asuhan ibu juga perlu

dilakukan pemantauan kemajuan persalinan menggunakan partograf.

4.2.2 Kala II

Hasil pengkajian data subjektif ibu merasakan kenceng – kenceng dan ada dorongan kuat

untuk meneran seperti buang air besar (BAB). Ibu merasa ingin meneran saat adanya kontraksi.

Hasil dari data subjektif didapatkan, nampak adanya peningkatan tekanan pada rectum,

perineum menonjol, vulva vagina membuka, pembukaan 10%, ketuban negatif , presentasi
belakang kepala, denominator UUK ( Ubun – ubun kecil ) dan tidak terdapat bagian kecil yang

menyertai. Keluhan dan hasil pemeriksaan ibu masih batas normal sesuai dengan tahapan pada

masa persalinanan yaitu timbulnya rasa kenceng – kenceng yang semakin sering, akibat dinding

rahim terengang oleh janin yang bertambah besar, keluarnya lendir darah karena penipisan dan

pembukaan serviks.

Menurt Marmi (2012) Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai dari

pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 1 jam pada multigravida,

batasan kala II di mulai dari ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir

dengan kelahiran bayi, kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi, tanda gejala yang

dialami yaitu : ibu merasa ingin meneran, tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan

vagina, perineum menonjol dan menipis, vulva, vagina sfingterani membuka. Rasa kenceng-

kenceng yang dialami oleh ibu disebut dengan “ His Pengeluaran “, kontraksi ini mempunyai

sifat tersendiri yaitu: menimbulkan nyeri, merupakan satu-satunya kontraksi normal.

Dari data yang menunjukkan pembukaan telah lengkap dan siap untuk dipimpin meneran,

pada saat ada his yang adekuat, kemudian dilakukan pertolongan sesuai APN 60

langkah.Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam tinjauan kasus tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan kasus.

4.2.3 Kala III

Pada kala III Ny.P nerasakan masih mulas pada perut, keluhan mulas yang dirasakan pada

ibu diakibatkan karena adanya tanda pelepasan plasenta, perubahan lain dari hasil pemeriksaan

yaitu tinggi fundus uteri setinggi pusat, bentuk uterus globuler, tali pusat memanjang didepan

vulva, serta terdapat semburan darah pervaginam. Kala III berlangsung mulai dari bayi lahir dan

berakhir dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung 15 menit.Sesuai
dengan teori bahwa plasenta lepas 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau

dengan tekanan dari fundus uteri.

Menurut Marmi (2012) dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan

Nitabuch karena sifat retraksi oto rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan

memeperhatikan tanda-tanda seperti : uterus menjadi bundar, uterus terdorong keras karena

plasenta dilepas ke segmen bawah Rahim, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan.

Melakukan PTT (penegangan tali pusat), biasanya plasenta lepas dalam waktu 6-15 menit setelah

bayi lahir.

Asuhan yang diberikan kepada ibu antara lain menyuntikkan oksitosin IM di 1/3 bagian

atas paha luar, melakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT) dan masase di fundus uteri.

Penyuntikkan oksitosin dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus agar plasenta cepat

terlepas, melakukan penegangan tali pusat terkendali dan melakukan dorngan dorso kranial

untuk mencegah terjadinya inversion plasenta uteri. Pada keseluruhan prosen Manajemen aktif

kala III di mulai dari memeriksa adanya janin kedua, penyuntikkan oksitosin, melakukan

pengangan talipusat dan dalam keadaan normal dan terdapat diagnose menajemen aktif kala III

yang normal. Pada keseluruhan proses Manajemen aktif kala III di mulai dari memeriksa janin

kedua, penyuntikkan oksitodin, melakukan Penegangan Tali pusat Terkendali (PTT) dan masase

uterus, pada Ny.P berjalan dengan baik dan dalam keadaan normal tidak terdapat diagnose yang

tidak normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa tinjauan kasus tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori denga kasus.

4.2.4 Kala IV

Kala IV pada kasus ini dilakukan observasi yang meliputi tanda-tanda vital (TTV),

kontraksi uterus, tingi fundus uteri, kandung kemih serta perdarahan tiap 15 menit pada satu jam
pertama dan 30 menit pada jam kedua postpartum. Pada kasus ibu telah melahirkan plasenta

sehingga ibu telah memasuki persalnan kala IVsampai 2 jam post partum dan memerlukan

pemantauan secara ketat ± 2 jam pasca persalinan untuk menghindari terjadinya komplikasi.

Menurut Marmi (2012) kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, melakukan observasi yaitu

tingkat kesadaran ibu, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, pengeluaran darah.

Hal ini dapat disampaikan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus

dimana pemberian asuhan yang tepat dan pemantauan ketat pada ibu yang telah memasuki

persalinan kala IV dapat memantau menghindari terjadinya komplikasi.

4.3 Asuhan Kebidanan Pada BBL

Ibu telah melahirkan secara spontan berjenis kelamin perempuan BB : 3100 gram, PB : 49

cm. asuhan yang diberikan yaitu dengan menjaga bayi tetap hangat, mengeringkan bayi, kontak

dini denga ibu, inisiasi menyusui dini (IMD), dan pemberian salep mata maupun Vit K.

Menurut Buku Asuhan Persalinan Normal (2014) asuhan segera, aman, dan bersih untuk

bayi bru lahir meliputu pencegahn infeksi, penilaian bayi baru lahir dan pencegahan kehilangan

panas.Mekanisme pengaturan temperature suhu tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi

sempurna jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat

mengalami hipotermia. Mencegah kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir dapat dilakukan

dengan mengeringkan tubuh bayi tanpa membersihkan dari verniks, lalu meletakkan bayi agar

terjadi kontak kulit ibu dengan kulit bayi sambil menutup kepala bayi dengan topi lalu

menyelimuti ibu serta bayi, jangan segera melakukan penimbangan atau memandikan bayi baru

lahir selama sebelum 6 jam, merawat tali pusat, inisiasi menyusui dini, pemberian Vit K1,

pencegahan infeksi mata, dan pemberian imunisasi.


Bayi lahir dalam keadaan sehat dan normal, tidak ditemukan adanya kelainan, sehingga

asuhan yang diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi pada bayi baru lahir fisiologis yang

meliputi : Inisiasi Menyusui Dini (IMD), menjaga kehangatan bayi baru lahir, pemberian Vit K1

dan salep mata, serta pemberian imunisasi hepatitis B0 1 jam pasca persalinan sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan fakta.

4.4 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Proses masa nifas Ny.P berlangsung dengan normal yang dapat dilihat dari hasil

pemeriksaan yaitu tanda-tanda vital ibu, ibu tidak mengalami kenaikan suhu dan tekanan darah,

involusi uterusnya pun berjalan dengan normal yaitu tidak ada perdarahan yang abnormal dan

kontraksi uterusnya yang selalu keras, masa involusi dan penurunan fundus TFU pada sesaat

setelah bayi lahir setinggi pusat, pada 6 jam postpartum TFU dua jari bawah pusat dengan

pengeluaran lochea rubra, pada enam hari postpartum TFU pertengahan pusat-sympisis dengan

lochea sanguinolenta, dan bertambah kecil pada 40 minggu postpartum dan pengeluaran lochea

alba. Ibu juga tidak ada masalah dalam pola eliminasi. Pada pola eliminasi ibu sudah dapat BAB

maupun BAK setelah melahirkan, pemantauan terkait eliminasi dilakukan untuk menghindari

terjadinya hambatan pada penurunan TFU yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.

Selain itu dari hasil pengkajian, tidak ada masalah yang dialami ibu dalam menyusui bayinya.

Dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya ibu tidak ada masalah. Kemudian pada akhir kunjungan

masa nifas berdasarkan asuhan kebidanan pada ibu nifas terkait dengan pemberian konseling alat

kontrasepsi, ibu dianjurkan untuk segera merencanakan untuk menggunakan alat kontrasepsi.

Hal ini sesuai dengan teori Marmi (2012), Pada nifas hari pertama dan kedua ibu

mengeluarkan darah berwarna merah yaitu lochea rubra. Nifas hari ke 3-7 mengeluarkan darah

berwarna merah kuning dan berisi darah lendir yaitu Lochea sanguinolenta Nifas hari ke 7-14
mengeluarkan darah berwarna kekuningan yaitu lochea serosa. Nifas 2- 6 minggu mengeluarkan

cairan putih yaitu lochea alba. Pengeluaran lochea pada ibu sesuai dengan waktunya. Lochea

adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea rubra

berisi darah dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, veniks kaseosa, lanugo, mekonium

selama 2 hari pasca persalinan. Lochea sanguinolenta berisi darah lendir, Lochea serosa berisi

sedikit darah dan lebih banyak serum, Lochea alba cairan putih berisi leukosit.. Tidak ada

kesenjangan antara kenyataan dan teori.

4.5 Asuhan Kebidanan Pada Neonatus

Berdasarkan asuhan yang dilakukan pada masa neonatus dari hasil pemeriksaan By. Ny. P

tanda-tanda vital dalam keadaan normal dan pemeriksaan fisik didapat hasil yang normal dan

tidak ada kelainan, berat badan bayi saat lahir 3100 gram, panjang badan bayi 49 cm dan hasil

pemeriksaan semua reflek bayi dalam keadaan baik termasuk reflek hisap. Frekuensi bayi

menyusu juga sering, tidak ada tanda infeksi pada tali pusatnya, keadaannya kering dan tali pusat

lepas pada hari ke-6. Asuhan yang telah diberikan yaitu memotivasi ibu untuk memberikan ASI

kepada bayinya sesering mungkin agar asupan nutrisi bayi terpenuhi, menjaga agar bayi tetap

hangat, personal hygiene, serta memberitahu ibu jadwal imunisasi bayinya.

Pernyataan diatas Sesuai dengan teori menurut Kemenkes RI (2016) dalam buku KIA,

pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh

tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai

dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 jam setelah lahir,

Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2)dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7
setelah lahir, Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai

dengan hari ke 28 setelah lahir.

4.6 Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana

Dalam kunjungan nifas terakhir ibu dianjurkan untuk segera menentukan alat kontrasepsi

yang akan dipakai. Ibu masih belum mempunyai keputusan dalam memilih metode kontrasepsi

sehingga dilakukan konseling tentang macam-macam metode kontrasepsi dan jenis-jenis metode

kontrasepsi yang bisa atau efektif diikuti oleh ibu postpartum. Berdasarkan hasil konseling Ibu

menentukan untuk menggunakan KB MAL. Ibu memberikan susu sesering mungkin ke bayinya,

ibu belum mendapatkan menstruasi, sehingga ibu dapat menggunakan KB MAL karena telah

memenuhi syarat sistem kerjanya yaitu menghambat ovulasi sehingga dengan ibu semakin sering

menyusui anaknya hormon estrogen akan dihambat.

Hal ini sesuai dalam tinjauan teori Menurut BKKBN, (2011) disebutkan penanganan

pada akseptor KB baru harus diberikan konseling terlebih dahulu tentang metode kontrasepsi

secara keseluruhan. Memberikan konseling tentang macam-macam metode kotrasepsi,

membantu ibu dalam memilih metode kontrasepsi yang cocok untuk ibu, menjelaskan secara

lebih rinci tentang metode kontrasepsi yang dipilih oleh ibu, melakukan inform choice dan

inform consent untuk penggunaan metode kontrasepsi sesuai dengan pilihan ibu, menentukan

waktu pemberian metode kontrasepsi yang dipilih oleh ibu, dan mendokumentasikan semua

tindakan yang telah dilakukan. Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI.

Indikasi MAL (Metode Amenore Laktasi) antara lain : Wanita yang menyus ui secara eksklusif,

Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang 6 bulan, Wanita yang belum haid pasca

melahirkan. Asuhan yang diberikan yaitu memastikan bayi mendapatkan ASI 2 jam sekali, tidak
mendapatkan menstruasi. Cara kerja KB MAL yaitu Penundaan atau penekanan ovulasi semakin

sering ibu menyusui maka hormon prolaktin juga meningkat dan hormon gonadhotrophin

melepaskan hormon penghambat (inhibitor) hormon penghambat akan mengurangi kadar

estrogen.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melaksanaakan asuhan kebidanan pada Ny.P selama masa kehamilan, bersalin,

bayi baru lahir, masa nifas, neonatus serta perencanaan alat kontrasepsi dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Asuhan Kebidanan Pada Ny.P G2P1A0 umur kehamilan 39 minggu sampai akhir kehamilan

berjalan dengan normal.

5.1.2 Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL Ny.p pada kala I sampai kala IV berlangsung

secara normal .

5.1.3 Asuhan Kebidanan Nifas Ny.P P2A0 berlangsung dengan normal tidak ditemukan

komplikasi dan penyulit.

5.1.4 Neonatus Bayi lahir jenis kelamin perempuan, bayi telah mendapatkan asuhan kebidanan

Neonatus secara continuity of care sehingga bayi dalam keadaan normal dan sehat.

5.1.5 KB (Keluarga Berencana) ibu telah mendapatkan asuhan kebidanan keluarga berencana

(KB). Ibu memilih MAL karena ibu yakin bisa mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI)

secara eksklusif tanpa diberi makanan dan minuman apapun lainnya selama 6 bulan.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pendidikan


Pendidikan sebaiknya menyediakan dan memfasilitasi literatur terbaru untuk menunjang

pelaksanaan Asuhan Kebidanan secara contiuity of care pada ibu hamil, bersalin, BBL, masa

nifas, neonatus dan pemilihan alat kontrasepsi (KB).

5.2.2 Bagi Lahan Praktek

Diharapkan bidan tetap memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir, masa nifas, neonates dan pemilihan alat kontrasepsi (KB).

5.2.3 Bagi Klien

Ibu sebaiknya membawa bayi ke posyandu atau tenaga keshatan untuk imunisasi sesuai jadwal

dengan membawa buku KIA, ibu juga harus sesering mungkin menyusui bayinya.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi.(2011). Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Ai Yeyeh, R. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Masa Nifas. Jakarta : Trans Info Medika
APN. (2014). Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR
Asrinah. (2010). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
BKKKBN.(2011). Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 3 Jakarta.
________.(2012). Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 3 Jakarta.
Dinkes Bangkalan, 2016. Profil Kesehatan Kesehatan Kabupaten Bangkalan 2015. Bangkalan:
Dinas Kesehatan Kabupateb Bangkalan
Fatimah. (2017). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Muhammadiyah .
Hartono, H. (2015). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Husin, F. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti: Jakarta: EGC.
Irianti, dkk. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung Seto
Johariyah, dkk. (2012). Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL. Jakarta: Trans Info Media.
Kumalasari, I. (2015). Perawatan Antenatal Intranatal Postnatal Bayi Baru Lahir dan
Kontrasepsi. Jakarta: Salemba Medika.
Mandriwati. (2017). Askeb Antenatal. Jakarta: EGC
Marmi. (2012). Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan . Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
______.(2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
______.(2015). Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marie. (2016). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Anak Balita. Jakarta: EGC

Muslihatun, W. (2010). Asuhan, Neonatus, Bayi, dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya


Purwanti, E. (2011). Asuhan Kebidanan untuk Ibu Nifas. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.
R.I., Dapartemen Kesehatan. (2012). Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensial. Jakarta:
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.
_______________________. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI.
_______________________. (2016). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak . Jakarta Selatan: Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Rini, K. (2016). Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Praktic. Yogyakarta : Deepublish
Roumali, S. (2011). Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Rukiyah, L. (2010). Asuhan Neonatus dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info

Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Saifuddin, B. (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Suherni dkk, 2010. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Sondakh. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang: Erlangga.
Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
Sumarah, dkk. (2009). Perawatan Ibu Bersalin . Yogyakarta: Pustaka Fitriyamaya.
Walyani, E. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Pustaka Baru
Press.
Winknjosastro, H. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wulandari, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta: Gosyen Publising.

Anda mungkin juga menyukai