Anda di halaman 1dari 20

Clinical Science Session

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Oleh:

Nurul Latifa

1840312741

Preseptor:

dr. Hudila Rifa Karmia, Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSP UNIVERSITAS ANDALAS
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan aman dari
setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai dengan kala empat dan
upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi
serta asfiksia pada bayi baru lahir.1
Terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan
yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin
dalam rahim. Perubahan dapat terjadi pada uterus, vagina, ovarium, payudara.
Persalinan (partus) merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal terjadi apabila
bayi lahir dengan presentasi kepala tanpa memakai alat bantu serta tidak melukai
ibu dan bayi, umumnya berlangsung dalam waktu 24 jam.2
Proses persalinan ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan terjadinya dilatasi serviks dan mendorong fetus keluar melalui jalan
lahir. Kontraksi miometrium selama persalinan akan menimbulkan rasa sakit pada
ibu. Sebelumnya timbulnya kontraksi miometrium ini, uterus harus disiapkan untuk
proses kelahiran. Miometrium tidak akan berespon sampai dengan usia kehamilan
36-37 minggu, setelah periode ini fase transisional diperlukan sampai serviks
3
mengalami penipisan dan perlunakan.
Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan,
eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus
kesakitan dan kematian ibu di negara berkembang. Persalinan yang terjadi di
Indonesia masih di tingkat pelayanan primer dimana tingkat keterampilan dan
pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum
memadai. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunkan angka
kematian dan kesakitan ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga penolong
persalinan dilatih agar mampu mencegah atau deteksi dini komplikasi yang
mungkin terjadi;menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik
sebelum atau saat masalah terjadi; dan segera melakukan rujukan; maka para ibu
dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.4

1
1.2 Batasan Masalah
Penulisan ini akan membahas tentang definisi, fisiologi, serta mekanisme
dari persalinan normal.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk memahami serta menambah pengetahuan
tentang definisi, fisiologi serta mekanisme dari persalinan normal.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang dipakai pada penulisan ini berdasarkan tinjauan kepustakaan
yang mengacu pada berbagai literatur termasuk buku teks dan artikel ilmiah.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologi Kehamilan


Saat terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami
perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan
hormone somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan
pada:2

1. Rahim atau uterus


Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi
hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai
kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan
dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah
persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan
kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu
organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada
akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter
atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram.

2. Vagina (liang senggama)


Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas
pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat
bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi
penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel
otot polos.

3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru
juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel
ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu
akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal.

4. Payudara

3
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan
dari pengaru hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan
somatromatropin.

5. Sirkulasi darah ibu


Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro plasenter.
c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.

Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu:
Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar
dari pertumbuhan sel darah,sehingga terjadi semacam pengenceran darah
(hemodilusi), dengan puncaknya. Pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume
darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.
Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi
darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga pengidap penyakit
jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu
memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh
dalam dekompensasio kordis. Pada postpartum terjadi hemokonsentrasi dengan
puncak hari ketiga sampai kelima.

Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi
pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang
dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia
fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml.
Dengan hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat
mencapi 4 kali dari angka normal.

Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat
memnuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan
4
rahim yang membesar pada umur hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya
desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih
dalam sekitar 20-25% dari biasanya.

Sistem pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.

Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering kemih. Keadaan ini
akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.
Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu panggul, keluhan
itu akan timbul kembali.

Perubahan pada kulit


Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,
kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.
Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum.

Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan
yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin
dan persiapan pemberian ASI.Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraselular. Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang
disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan
hiperinsulinemia.Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin. Beberapa peneliatian menunjukkan kekurangan zat ini dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat.

5
2.2. Persalinan normal
2.2.1 Pengertian

Gambar 2.1 Asuhan Persalinan Normal

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
5,6
janin.

2.2.2 Etiologi
Beberapa teori mengemukakan etiologi dari persalinan adalah meliputi:7
a. Teori penurunan hormon, pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan mulai
terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul kontraksi otot rahim bila kadar progesterone
menurun.
b. Teori plasenta menjadi tua, dengan semakin tuanya plasenta akan
menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah,hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim
c. Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim,sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter
d. Teori iritasi mekanik, di belakang serviks terletak ganglion servikal (fleksus

6
frankenhauser), bila ganglion ini di geser dan di tekan misalnya oleh kepala
janin,akan timbul kontraksi rahim.
e. Induksi partus, dengan jalan gagang laminaria, aniotomi, oksitosin drip dan
seksio caesarea.

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi persalinan


Faktor yang mempengaruhi persalinan sebagai berikut:2
a. Power : his dan tenaga mengejan.
His yang normal mempunyai sifat :
- Kontraksi dimulai dari salah satu tanduk rahim.
- Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
- Kekuatannya seperti memeras isi rahim dan otot rahim yang berkontraksi
tidak kembali ke panjang semula sehinnga terjadi refleksi dan pembentukan
segmen bawah rahim.

b. Passage : ukuran panggul dan otot-otot persalinan


1) Jalan lahir di bagi atas :
a) Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul ).
b) Bagian lunak panggul.
2) Anatomi jalan lahir
a) Jalan lahir keras : pelvis/panggul
Terdiri dari 4 buah tulang, yaitu :
(1) Os.coxae, terdiri dari : os. Illium, os. Ischium, os.pubis
(2) Os.sacrum : promontorium
(3) Os.coccygis.
b) Jalan lahir lunak : segmen bawah rahim, serviks, vagina, introitus
vagina, dan vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi
dinding dalam dan bawahpanggul.

3) Bidang – bidang Hodge


Adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan kemajuanpersalinan,
yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam.
Bidang hodge :
Ø Hodge I : promontorium pinggir atas simfisis

7
Ø Hodge II : hodge I sejajar pinggir bawah simfisis
Ø Hodge III : hodge I sejajar ischiadika
Ø Hodge IV : hodge I sejajar ujung coccygeus

Gambar 2.2 Hodge

Ukuran – ukuran panggul :


Ø Distansia spinarium (24 – 26 cm)
Ø Distansia cristarium (28 – 30 cm)
Ø Conjugate externa (18 – 20 cm)
Ø Lingkar panggul (80-90 cm)
Ø Conjugate diagonalis (12,5 cm)

Gambar 2.3 Ukuran Panggul

8
c. Passenger : terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban
1) Janin
Persalinan normal terjadi bila kondisi janin adalah letak bujur, presentasi
belakang kepala, sikap fleksi dan tafsiran berat janin <4000 gram.
2) Plasenta
Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak menhalangi jalan rahim).
Dengan tuanya plasenta pada kehamilan yang bertambah tua maka menyebabkan
turunya kadar estrogen dan progesterone sehinga menyebabkan kekejangan
pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi.

d. Personality (kepribadian) : yang diperhatikan kesiapan ibu dalam


menghadapi persalinan dan sanggup berpartisipasi selama proses persalinan

e. Provider (penolong) : tenaga terlatih dalam bidang kesehatan

2.2.4 Fisiologi Persalinan


Fisiologi persalinan masih merupakan teori yang komplek. Perubahan-
perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari
berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon progesteron dan
estrogen. Progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya
kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar prostaglandin
meningkat menimbulkan kontraksi myometrium. Keadaan uterus yang membesar
menjadi tegang mengakibatkan iskemi otot-otot uterus yang mengganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale
dari fleksus frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus berkontraksi.8

2.2.5 Tanda dan Gejala Persalinan


8
Tanda menjelang persalinan sebagai berikut:
a. Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36 yang disebut
lightening
b. Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.
c. Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah dan menekan
kandung kemih.
d. Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria

9
e. Pemeriksaan tinggi fundus uteri semakin turun; serviks uteri mulai lunak,
sekalipun terdapat pembukaan
f. B raxton Hicks semakin frekuen ditandai dengan:
 Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya dalam 10
menit
 Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan serviks dapat mulai
muncul.
 Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat pembukaan.
 Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu his semakin frekuen
dan persalinan dapat dimulai.

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan


perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan serviks. Tanda dan gejala inpartu sebagai berikut:5


a.Penipisan dan pembukaan serviks
b.Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit).
c.Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina

His sesungguhnya His palsu


a. Rasa sakit : a. Rasa sakit :

 teratur  tidak teratur

 Interval makin pendek  interval panjang

 semakin lama semakin kuat  kekuatan tetap dirasakan kuat


dirasakan paling sakit didaerah di daerah perut
punggung  tak ada perubahan walaupun

Tabel 2.1 Pembeda his sesungguhnya dan his palsu

10
2.2.6 Proses Persalinan
Proses persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu:8
a.Kala I : Pembukaan serviks.
b.Kala II : Kala pengeluaran janin.
c.Kala III : Kala pengeluaran plasenta.
d.Kala IV : Hingga 1 jam setelah plasenta lahir.

Kala 1
1) Fase Laten
 Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks.
 Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
 Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
2) Fase Aktif
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat, memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
 Dari pembukaan 4 cm hingga mencaspai pembukaan lengkap atau10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan dapat dilakukan dengan


menggunakan partograf. Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama
fase aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah:
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian,
juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungknan terjadinya partus lama.
Halaman depan partograf untuk mencatat atau memantau :

a. Kesejahteraan janin, meliputi pemeriksaan denyut jantung janin (setiap


½ jam), warna air ketuban (setiap pemeriksaan dalam), penyusupan sutura
(setiap pemeriksaan dalam).

11
b. Kemajuan persalinan, meliputi pemeriksaan frekuensi dan lamanya kontraksi
uterus (setiap ½ jam), pembukaan serviks (setiap 4 jam), penurunan kepala
(setiap 4 jam).
c. Kesejahteraan ibu , meliputi pemeriksaan nadi (setiap ½ jam), tekanan darah
dan temperatur tubuh (setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan protein ( setiap 2
sampai 4 jam), makan dan minum.

Proses persalinan pada kala I :


a. Dimulai pada waktu serviks membuka karena his: kontraksi uterus yang teratur,
makin sering, makin nyeri; disertai pengeluaran darah-lendir (tidak lebih banyak
dari darah haid).
b. Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa- dalam bibir
porsio tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah pada akhir kala I.
c. Lamanya tergantung paritas ibu : primigravida ± 12 jam, multigravida ±7 jam.
d. Mekanisme pembukaan serviks adalah sebagai berikut :
Kontraksi segmen atas uterus dan retraksi (regangan) segmen bawah uterus
yang mengakibatkan pembukaan serviks. Akhirnya segmen bawah uterus makin
menipis, dan segmen atas uterus (korpus) makin menebal. Pada primigravida retraksi
(regangan, penipisan) mendahului pembukaan serviks, sedangkan pada multigravida
berlangsung bersama- sama. Inilah yang menentukan lamanya kala I. Kecepatan
pembukaan pada sepertiga pertama lambat, dan pada dua per tiga kedua cepat.
Pembukaan lengkap = 10 cm.

e. His
 Frekuensi : 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan 2-3 kali/10 menit pada
akhir kala I.
 Lamanya : kurang lebih satu menit.
 Nyerinya : berasal dari regangan seviks yang membuka.
 Terjadi kalau tekanan intrauterine melebihi 20 mmHg.
 Biasanya dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke depan.
 Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba dengan
uterus.
 Akibatnya terhadap janin : setiap kontraksi dapat menghambat aliran darah
dari plasenta ke janin. Kalau tekanannya melebihi 75 mmHg akan menyumbat

12
aliran darah sama sekali. Kalau his terlampau kuat, terlampau lama, atau
terlampau sering dapat menimbulkan gawat janin.
f. Darah lendir
Darah lendir bercampur lendir yang keluar dari uterus akibat pergeseran
selaput ketuban dengan dinding uterus pada waktu pembukaan seviks.

Kala 2
Persalinan kala 2 sebagai berikut:
a. Dimulainya, hanya dapat diketahui dengan periksa dalam, dengan
menemukan serviks yang membuka lengkap (pembukaan lengkap, pembukaan
10 cm). Tanda-tanda klinik lainnya ialah nyeri his yang sangat hebat, pasien
merasa “ingin mengejan”; “darah-lendir” bertambah banyak; selaput ketuban
pecah; perasaan seperti “mau buang air besar”; hemoroid fisiologik mulai
tampak.

b. Berakhir dengan lahirnya janin


c. Lamanya, pada primigravida kira-kira 1 jam, multipara ½ jam.
d. Mengejan, disebab oleh turunnya kepala yang menekan rectum. Berakibat
meningkatnya tekanan intraabdominal yang memperkuat kontraksi uterus.
Jangan dibiarkan kalau serviks belum membuka lengkap atau dilakukan di luar
his, karena regangan yang berlebihan pada ligamentum serviks lateralis dapat
menimbulkan prolapsus uteri (turun peranakan) di kemudian hari.
e. Perineum yang menggembung, terjadi pada waktu kepala janin mencapai
introitus vagina. Bertambah gembung pada setiap kontraksi uterus, yang dapat
mengakibatkan robekan perineum, kecuali kalau dilakukan episotomi.
f. Kepala mulai tampak diantara labia minora (crowning).
g. Mekanisme persalinan.

Kala 3
Persalinan kala 3 meliputi:
a. Terjadinya ketika dimulainya setelah bayi lahir lengkap,dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
b. Lamanya biasanya 5 menit, tidak boleh lebih dari 15 menit
c. Perlepasan plasenta merupakan akibat dari retraksi otot-otot uterus setelah
lahirny janin yang akan menekan pembuluh-pembuluh darah ibu.
13
Kontraksinya berlangsung terus-menerus (tidak memanjang lagi ototnya).
d. Tanda lepasnya plasenta, sebagai berikut talipusat menjulur keluar, atau
kalau ditarik tidak ada tahanan, segumpal darah keluar dari vagina

Kala 4
Persalinan kala 4 terjadi ketika dua jam pertama setalah persalinan
merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami
perubahan fisik yang luar biasa – si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi
sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. Petugas/bidan harus
tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang
stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.
Penanganan yang dapat dilakukan seorang penolong persalinan dalam
menghadapi persalinan kala 4 sebagai berikut:
 Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 - 30 menit
selama jam kedua, jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi
keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh
darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan
darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan.
 Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
 Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
 Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
 Anjurkan ibu untuk istirahat.
 Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
 Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selain bermanfaat untuk kedekatan
bayi dan ibu serta dapat mencegah perdarahan karena uterus berkontraksi.
 Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan
ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pascapersalinan.

Catatan penilaian selama kala IV antara lain :

a. Kontraksi uterus

14
b. Tinggi fundus
c. Tanda – tanda vital
d. Jumlah urine dan adanya distensi kandung kemih
e. Jumlah darah keluar

Tanda – tanda bahaya postpartum yaitu :


a. Demam
b. Perdarahan aktif
c. Keluar banyak bekuan darah
d. Bau busuk dari vagina
e. Pusing
f. Le mas luar biasa
g. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa

2.2.7 Mekanisme Persalinan


Meskanisme persalinan normal sebagai berikut:6,8

15
a. Engagement (fiksasi) = masuk
Engangement adalah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar (diameter
Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala janin mulai turun pada umur
kehamilan kira-kira 36 minggu, sedangkan pada multigravida pada kira-kira 38
minggu, kadang-kadang baru pada permulaan partus. Engagement lengkap terjadi
bila kepala sudah mencapai Hodge III. Bila engagement sudah terjadi maka kepala
tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga posisinya seolah-olah terfixer di dalam
panggul, oleh karena itu engagement sering juga disebut fiksasi. Pada kepala
masuk PAP, maka kepala dalam posisi melintang dengan sutura sagitalis melintang
sesuai dengan bentuk yang bulat lonjong. Seharusnya pada waktu kepala masuk
PAP, sutura sagitalis akan tetap berada di tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi
kenyataannya, sutura sagitalis dapat bergeser kedepan atau kebelakang disebut
Asynclitismus. Asynclitismus dibagi 2 jenis :
- Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura sagitalis bergeser
mendekati promontorium.
- Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura sagitalis mendekati
symphisis.

b. Descensus = penurunan
Descensus adalah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor-
faktor yang mempengaruhi descensus adalah tekanan air ketuban, dorongan
langsung fundus uteri pada bokong janin, kontraksi otot-otot abdomen, ekstensi
badan janin.

c. Fleksi
Fleksi ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum sehingga
lingkaran kepala menjadi mengecil suboksipito bregmatikus (9,5cm). Fleksi terjadi
pada waktu kepala terdorong His kebawah kemudianmenemui jalan lahir. Pada
waktu kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas mendapat dorongan, maka
kepala bergerak menekan kebawah.

d. Putaran Paksi Dalam (internal rotation)


Putaran paksi dalam adalah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga
ubun -ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor yang
mempengaruhi : perubahan arah bidang PAP dan PBP, bentuk jalan lahir yang

16
melengkung, kepala yang bulatdan lonjong.

e. Defleksi
Defleksi ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor yang
menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul sebelah depan lebih
pendek dari pada yang belakang. Pada waktu defleksi, maka kepala akan berputar
ke atas dengan suboksiput sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis
sehingga berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.

f. Putaran paksi luar (external rotation) ialah


berputarnya kepala menyesuaikan kembali dengan sumbu badan (arahnya sesuai
dengan punggung bayi).

g. Expulsi adalah lahirnya seluruh badan bayi.

2.2.8 Komplikasi
3
Komplikasi dari persalinan sebagai berikut:
a.Infeksi.
b.Retensi plasenta.
c.Hematom pada vulva.
d.Ruptur uteri.
e.Emboli air ketuban.
f.Ruptur perineum.

17
BAB III
KESIMPULAN

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. Lima faktor yang mempengaruhi persalinan diantaranya
ialah Power, Passage, Passanger, Personality dan Provider.
Proses persalinan terbagi dalam 4 kala, yaitu kala 1 (pembukaan serviks), kala
2 (pengeluaran janin), kala 3 (pengeluaran plasenta), dan kala 4 (hingga 1 jam
setelah plasenta lahir). Komplikasi dari persalinan diantaranya iala Infeksi, Retensi
plasenta, Hematom pada vulva, Ruptur uteri, Emboli air ketuban, dan Ruptur
perineum.
Tingginya komplikasi obstetri menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan
kematian ibu di negara berkembang. Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih
agar mampu mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin
terjadi;menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum
atau saat masalah terjadi; dan segera melakukan rujukan; maka para ibu dan bayi
baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR). Buku


Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR, Maternal & Neonatal
Care, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002.
2. Cuningham F G, Norman F, Kenneth J, Larry C, John C, Katharine D, et al.
Williams Obstetrics 23rd Edition. New York: Thw Mc Graw-Hill
Companies.2010.
3. The WHO Reproductive Health Library. Jul 01, 2015. Diakses Februari, 2020.
http://apps.who.int/rhl/pregnancy_childbirth/complications/en/
4. Kurniarum, Ari. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
5. Corwin, Elizabeth J. 2009. Sistem Reproduksi. Dalam : Buku Saku
Patofisiologi. Jakarta :EGC, 784-785.
6. Cuningham F G, Norman F, Kenneth J, Larry C, John C, Katharine D, et al..
Williams Obstetrics 22nd Edition. Thw Mc Graw-Hill Companies, New York.
2005.
7. Muchtar R. Bentuk dan Kelainan Panggul. Dalam. Sinopsis obstetri. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 2002: 315-330.
8. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan Edisi ke-4. Jakarta: Yayaan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2009.

19

Anda mungkin juga menyukai