Oleh:
Nurul Latifa
1840312741
Preseptor:
1
1.2 Batasan Masalah
Penulisan ini akan membahas tentang definisi, fisiologi, serta mekanisme
dari persalinan normal.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk memahami serta menambah pengetahuan
tentang definisi, fisiologi serta mekanisme dari persalinan normal.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang dipakai pada penulisan ini berdasarkan tinjauan kepustakaan
yang mengacu pada berbagai literatur termasuk buku teks dan artikel ilmiah.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru
juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel
ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu
akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal.
4. Payudara
3
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan
dari pengaru hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan
somatromatropin.
Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu:
Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar
dari pertumbuhan sel darah,sehingga terjadi semacam pengenceran darah
(hemodilusi), dengan puncaknya. Pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume
darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.
Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi
darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga pengidap penyakit
jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu
memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh
dalam dekompensasio kordis. Pada postpartum terjadi hemokonsentrasi dengan
puncak hari ketiga sampai kelima.
Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi
pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang
dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia
fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml.
Dengan hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat
mencapi 4 kali dari angka normal.
Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat
memnuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan
4
rahim yang membesar pada umur hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya
desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih
dalam sekitar 20-25% dari biasanya.
Sistem pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.
Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering kemih. Keadaan ini
akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.
Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu panggul, keluhan
itu akan timbul kembali.
Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan
yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin
dan persiapan pemberian ASI.Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraselular. Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang
disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan
hiperinsulinemia.Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin. Beberapa peneliatian menunjukkan kekurangan zat ini dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat.
5
2.2. Persalinan normal
2.2.1 Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
5,6
janin.
2.2.2 Etiologi
Beberapa teori mengemukakan etiologi dari persalinan adalah meliputi:7
a. Teori penurunan hormon, pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan mulai
terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul kontraksi otot rahim bila kadar progesterone
menurun.
b. Teori plasenta menjadi tua, dengan semakin tuanya plasenta akan
menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah,hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim
c. Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim,sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter
d. Teori iritasi mekanik, di belakang serviks terletak ganglion servikal (fleksus
6
frankenhauser), bila ganglion ini di geser dan di tekan misalnya oleh kepala
janin,akan timbul kontraksi rahim.
e. Induksi partus, dengan jalan gagang laminaria, aniotomi, oksitosin drip dan
seksio caesarea.
7
Ø Hodge II : hodge I sejajar pinggir bawah simfisis
Ø Hodge III : hodge I sejajar ischiadika
Ø Hodge IV : hodge I sejajar ujung coccygeus
8
c. Passenger : terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban
1) Janin
Persalinan normal terjadi bila kondisi janin adalah letak bujur, presentasi
belakang kepala, sikap fleksi dan tafsiran berat janin <4000 gram.
2) Plasenta
Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak menhalangi jalan rahim).
Dengan tuanya plasenta pada kehamilan yang bertambah tua maka menyebabkan
turunya kadar estrogen dan progesterone sehinga menyebabkan kekejangan
pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi.
9
e. Pemeriksaan tinggi fundus uteri semakin turun; serviks uteri mulai lunak,
sekalipun terdapat pembukaan
f. B raxton Hicks semakin frekuen ditandai dengan:
Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya dalam 10
menit
Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan serviks dapat mulai
muncul.
Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat pembukaan.
Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu his semakin frekuen
dan persalinan dapat dimulai.
10
2.2.6 Proses Persalinan
Proses persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu:8
a.Kala I : Pembukaan serviks.
b.Kala II : Kala pengeluaran janin.
c.Kala III : Kala pengeluaran plasenta.
d.Kala IV : Hingga 1 jam setelah plasenta lahir.
Kala 1
1) Fase Laten
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks.
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
2) Fase Aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat, memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Dari pembukaan 4 cm hingga mencaspai pembukaan lengkap atau10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
11
b. Kemajuan persalinan, meliputi pemeriksaan frekuensi dan lamanya kontraksi
uterus (setiap ½ jam), pembukaan serviks (setiap 4 jam), penurunan kepala
(setiap 4 jam).
c. Kesejahteraan ibu , meliputi pemeriksaan nadi (setiap ½ jam), tekanan darah
dan temperatur tubuh (setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan protein ( setiap 2
sampai 4 jam), makan dan minum.
e. His
Frekuensi : 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan 2-3 kali/10 menit pada
akhir kala I.
Lamanya : kurang lebih satu menit.
Nyerinya : berasal dari regangan seviks yang membuka.
Terjadi kalau tekanan intrauterine melebihi 20 mmHg.
Biasanya dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke depan.
Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba dengan
uterus.
Akibatnya terhadap janin : setiap kontraksi dapat menghambat aliran darah
dari plasenta ke janin. Kalau tekanannya melebihi 75 mmHg akan menyumbat
12
aliran darah sama sekali. Kalau his terlampau kuat, terlampau lama, atau
terlampau sering dapat menimbulkan gawat janin.
f. Darah lendir
Darah lendir bercampur lendir yang keluar dari uterus akibat pergeseran
selaput ketuban dengan dinding uterus pada waktu pembukaan seviks.
Kala 2
Persalinan kala 2 sebagai berikut:
a. Dimulainya, hanya dapat diketahui dengan periksa dalam, dengan
menemukan serviks yang membuka lengkap (pembukaan lengkap, pembukaan
10 cm). Tanda-tanda klinik lainnya ialah nyeri his yang sangat hebat, pasien
merasa “ingin mengejan”; “darah-lendir” bertambah banyak; selaput ketuban
pecah; perasaan seperti “mau buang air besar”; hemoroid fisiologik mulai
tampak.
Kala 3
Persalinan kala 3 meliputi:
a. Terjadinya ketika dimulainya setelah bayi lahir lengkap,dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
b. Lamanya biasanya 5 menit, tidak boleh lebih dari 15 menit
c. Perlepasan plasenta merupakan akibat dari retraksi otot-otot uterus setelah
lahirny janin yang akan menekan pembuluh-pembuluh darah ibu.
13
Kontraksinya berlangsung terus-menerus (tidak memanjang lagi ototnya).
d. Tanda lepasnya plasenta, sebagai berikut talipusat menjulur keluar, atau
kalau ditarik tidak ada tahanan, segumpal darah keluar dari vagina
Kala 4
Persalinan kala 4 terjadi ketika dua jam pertama setalah persalinan
merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami
perubahan fisik yang luar biasa – si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi
sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. Petugas/bidan harus
tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang
stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.
Penanganan yang dapat dilakukan seorang penolong persalinan dalam
menghadapi persalinan kala 4 sebagai berikut:
Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 - 30 menit
selama jam kedua, jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi
keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh
darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan
darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan.
Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
Anjurkan ibu untuk istirahat.
Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selain bermanfaat untuk kedekatan
bayi dan ibu serta dapat mencegah perdarahan karena uterus berkontraksi.
Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan
ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pascapersalinan.
a. Kontraksi uterus
14
b. Tinggi fundus
c. Tanda – tanda vital
d. Jumlah urine dan adanya distensi kandung kemih
e. Jumlah darah keluar
15
a. Engagement (fiksasi) = masuk
Engangement adalah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar (diameter
Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala janin mulai turun pada umur
kehamilan kira-kira 36 minggu, sedangkan pada multigravida pada kira-kira 38
minggu, kadang-kadang baru pada permulaan partus. Engagement lengkap terjadi
bila kepala sudah mencapai Hodge III. Bila engagement sudah terjadi maka kepala
tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga posisinya seolah-olah terfixer di dalam
panggul, oleh karena itu engagement sering juga disebut fiksasi. Pada kepala
masuk PAP, maka kepala dalam posisi melintang dengan sutura sagitalis melintang
sesuai dengan bentuk yang bulat lonjong. Seharusnya pada waktu kepala masuk
PAP, sutura sagitalis akan tetap berada di tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi
kenyataannya, sutura sagitalis dapat bergeser kedepan atau kebelakang disebut
Asynclitismus. Asynclitismus dibagi 2 jenis :
- Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura sagitalis bergeser
mendekati promontorium.
- Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura sagitalis mendekati
symphisis.
b. Descensus = penurunan
Descensus adalah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor-
faktor yang mempengaruhi descensus adalah tekanan air ketuban, dorongan
langsung fundus uteri pada bokong janin, kontraksi otot-otot abdomen, ekstensi
badan janin.
c. Fleksi
Fleksi ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum sehingga
lingkaran kepala menjadi mengecil suboksipito bregmatikus (9,5cm). Fleksi terjadi
pada waktu kepala terdorong His kebawah kemudianmenemui jalan lahir. Pada
waktu kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas mendapat dorongan, maka
kepala bergerak menekan kebawah.
16
melengkung, kepala yang bulatdan lonjong.
e. Defleksi
Defleksi ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor yang
menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul sebelah depan lebih
pendek dari pada yang belakang. Pada waktu defleksi, maka kepala akan berputar
ke atas dengan suboksiput sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis
sehingga berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.
2.2.8 Komplikasi
3
Komplikasi dari persalinan sebagai berikut:
a.Infeksi.
b.Retensi plasenta.
c.Hematom pada vulva.
d.Ruptur uteri.
e.Emboli air ketuban.
f.Ruptur perineum.
17
BAB III
KESIMPULAN
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. Lima faktor yang mempengaruhi persalinan diantaranya
ialah Power, Passage, Passanger, Personality dan Provider.
Proses persalinan terbagi dalam 4 kala, yaitu kala 1 (pembukaan serviks), kala
2 (pengeluaran janin), kala 3 (pengeluaran plasenta), dan kala 4 (hingga 1 jam
setelah plasenta lahir). Komplikasi dari persalinan diantaranya iala Infeksi, Retensi
plasenta, Hematom pada vulva, Ruptur uteri, Emboli air ketuban, dan Ruptur
perineum.
Tingginya komplikasi obstetri menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan
kematian ibu di negara berkembang. Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih
agar mampu mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin
terjadi;menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum
atau saat masalah terjadi; dan segera melakukan rujukan; maka para ibu dan bayi
baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.
18
DAFTAR PUSTAKA
19