Anda di halaman 1dari 26

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine

mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Lamanya

kehamilan mulai dari ovulasi sampai dengan partus kira-kira 280 hari (40

minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Khairoh Miftahul,

2019).

Kehamilan dimulai dengan proses bertemunya sel telur dan sel sperma

sehingga terjadi fertilisasi, dilanjutkan implantasi sampai lahirnya janin

(Syaiful et al,. 2019). Kehamilan merupakan penyatuan spermatozoa dan

ovum yang dilanjutkan dengan tertanamnya hasil konsepsi ke dalam

endometrium (Rasida, 2020).

Maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah bertemunya sel

spermatozoa dan ovum di tuba falopi sehingga terjadi fertilisasi yang

kemudian berimplantasi di dalam endometrium sampai permulaan persalinan

kira-kira selama 280 hari (40 minggu).

2. Perubahan psikologis

a. Trimester pertama

Pada awal kehamilan, wanita terkadang merasa senang dan sedih.


12

Biasanya dipengaruhi oleh rasa lelah, mual dan sering kencing. Seorang

ibu akan mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya

memang hamil, segala perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu

diperhatikan dengan seksama juga akan mengalami ketakutan dan fantasi

selama kehamilan, khususnya tentang perubahan pada tubuhnya.

b. Trimester kedua

Trimester kedua, yakni ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari

segala ketidaknyamanan yang dialami saat hamil, wanita akan

mengevaluasi lagi sekaligus mengevaluasi kembali, semua aspek

hubungan yang ia jalani dengan ibunya sendiri. Dengan timbulnya

quickening, Kontak social berubah, ia lebih banyak bersosialisasi dengan

wanita hamil atau ibu baru lainnya dan minat serta aktivitasnya berfokus

pada kehamilan, serta cara membesarkan anak dan persiapan untuk

menerima peran baru.

c. Trimester ketiga

Ada perasaan cemas mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Pergerakan

janin dan pembesaran uterus, keduanya menjadi hal yang terus menerus

mengingatkan tentang keberadaan bayi. Wanita menjadi lebih protektif

terhadap bayi, mulai menghindari keramaian atau seseorang atau apapun

yang ia anggap berbahaya.

Rasa cemas dan takut akan proses perslinan dan kelahiran meningkat,

yang menjadi perhatian yaitu rasa saki, luka saat melahirkan, kesehatan

bayinya, mapupun jadi ibu yang bertanggung jawab dan bagaimana


13

perubahan hubungan dengan suami, ada gangguan tidur (Dartiwen, 2019).


14

3. Perubahan anatomi dan fisiologi

a. Sistem reproduksi

1) Uterus

a) Ukuran

Tabel 2.1 Ukuran Uterus

Usia kehamilan Tinggi fundus uteri


(Minggu)
12 3 jari di atas simfisis
16 Pertengahan pusat- simpisis
20 3 jari dibawah simpisis
24 Setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat prosesus xiphoideus(px)
36 3 jari dibawah prosesus xiphoideus(px)
40 Pertengahan pusat prosesus xiphoideus
(px)

b) Posisi Rahim dalam kehamilan

(1) Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau

retrofleksi.

(2) Pada bulan kehamilan, Rahim tetap berada dalam rongga

pelvis.

(3) Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam

pembesarannya dapat mencapai batas hati.

(4) Pada ibu hamil, Rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga

abdomen kanan dan kiri.

c) Berat
15

Tabel.2.2 Berat dan Bentuk uterus

Usia kehamilan Bentuk dan Konsistensi Uterus


Bulan pertama Seperti buah alpukat. Ismust Rahim menjadi
hipertropi dan bertambah panjang sehingga
bila diraba terasa lebih lunak (tanda hegar).
2 bulan Sebesar telur bebek
3 bulan Sebesar telur angsa
4 bulan Berbentuk bulat
5 bulan Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban,
Rahim terasa tipis. Itulah sebabnya mengapa
bagian-bagian janin ini dapat dirasakan melalui
perabaan dinding perut.

d) Vaskularisasi

Arteri uterine dan ovarika bertambah dalam diameter panjang,

dan anak-anak cabangnya, pembuluh darah vena berkembang dan

bertambah.

e) Serviks Uteri

Bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi ini yang

disebut tanda Goodell.Kelenjar endoservikal membesar dan

mengeluarkan banyak cairan mucus.

2) Ovarium

Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graditas

sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran

estrogen dan progesterone.

3) Vagina dan vulva

Terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan vulva sehingga pada

bagian tersebut terlihat merah dan kebiruan.

b. Payudara
16

Karena adanya peningkatan suplai darah dibawah pengaruh aktivitas

hormone, jaringan glandular dari payudara lebih membesar dan putting

menjadi lebih efektif walaupun perubahan payudara dalam bentuk

membesar terjadi pada waktu menjelang persalinan.

c. Sistem Metabolisme

1) Rongga mulut

2) Motalitas saluran gastrointestinal

3) Lambung dan esophagus

4) Usus kecil, besar, dan appendik

5) Hati

6) Kandung empedu

d. Sistem Muskuloskeletal

Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya normal

apabila asupan nutrisinya khususnya produk susu terpenuhi. Tulang dan

gigi biasanya tidak berubah pada kehamilan yang normal.Karena pengaruh

hormon estrogen dan progesterone, terjadi relaksasi dari ligmen-ligmen

dalam tubuh menyebabkan peningkatan mobilitas dari sambungan atau

otot terutama otot-otot pada pelvic.

e. Sistem Kardiovaskuler .

Terjadi peningkatan cardiac output pada minggu ke-5 dan perubahan

ini terjadi untuk mengurangi resistensi vascular sistemik, terjadi juga

peningkatan denyut jantung, pada minggu ke- 10 dan 20 terjadi

peningkatan volume plasma darah sehingga juga terjadipreload.


17

Volume darah akan meningkat secara progesif mulai minggu ke- 6 hingga

ke-8 mencapai puncaknya pada minggu ke-32 hingga ke-34 dengan

perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat

kira-kira 40-45 %. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesterone dan estrogen

pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin- angiotensin dan

aldosterone.Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma

daneritrosit.

Eritropetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah

sebanyak 20-30 %, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume

plasma sehingga akan mengakibatkan hemodilusi dan perunanan

konsentrasi hemoglobin dari 15g/dL menjadi 12,3 gr/dl, dan pada 6%

perempuan bias mencapai dibawah 11 gr/dl. Pada kehamilan lanjut kadar

hemoglobin dibawah 11 gr/dl merupakan suatu hal yang abnormal dan

biasanya lebih berhubungan dengan defisiensi zat besi daripada

hypervolemia. Kebutuhan zat besi pada saat kehamilan antara 1.000 mg

atau rata-rata 6-7mg/hari.

f. Sistem integument

Sehubungan dengan tingginya kadar hormonal, terjadi peningkatan

pigmentasi selama kehamilan. Keadaan ini sangat jelas terlihat pada

kelompok wanita dengan warna kulit gelap atau hitam dan dapat dikenali

pada payudara, abdomen, vulva dan wajah.

g. Sistem gastrointestinal

Wanita hamil sering mengalami rasa panas di dada (heartburn) dan


18

sendawa, yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di

dalam lambung dan karena relaksasi spinter di kerongkongan bagian

bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir ke kerongkongan.

h. Sistem Urinaria

Pada trimester kedua aliran darah ginjal meningkat dan tetap terjadi

hingga usia kehamilan 30 minggu, setelah itu menurun secara perlahan.

Ginjal mengalami pembesaran dan filtrasi glomerular.

i. Sistem Endokrin

1) Hormone plasenta

2) Kelenjar hipofisis

3) Kelenjar tiroid

4) Kelenjar adrenal

j. Sistem pernapasan

Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang

rahim dan pembentukan hormone progesterone menyebabkan paru- paru

berfungsi sedikit berbeda dari biasanya.Wanita hamil bernafas lebih cepat

dan lebih dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan

untuk dirinya.

4. Kebutuhan dasar

a. Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia

termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernapasan bisa terjadi saat

hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu


19

yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung. Nutrisi

Pada saat hamil ibu harus makan-makanan yang mengandung nilai

gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal.Gizi pada

waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori per hari, ibu hamil

harusnya mengkonsumsi yang mengandung protein, zat besi dan minum

cukup cairan (menu seimbang).

b. Personal Hygiene

Personal hygiene bagi ibu hamil adalah kebersihan yang

dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan infekssi,

karena badan yang kotor yang banyak mengandung kuman-kuman.

Kebersihan ibu hamil untuk mendapatkan ibu dan anak yang sehat

dilakukan selama ibu dalam keadaan hamil.Hal ini dilakukan

diantaranya dengan memperhatikan kebersihan diri (personal

hygiene) pada ibu hamil itu sendiri, sehingga dapat mengurangi

hal-hal yang dapat memberikan efek negative pada ibu hamil,

misalnya pencegahan terhadap infeksi.

c. Pakaian

Pakaian yang dikenakan ibu hamil harus nyaman , Pakaian wanita

hamil harus ringan dan menarik karena wanita hamil tubuhnya akan

bertambah besar. Sepatu harus terasa pas, enak dan aman, sepatu yang

bertumit tinggi dan berujung lancip tidak baik bagi kaki, khususnya pada

saat kehamilan ketika stabilitas tubuh terganggu dan cedera kaki yang

sering terjadi.
20

d. Eliminasi

1) Eliminasi pada ibu hamil

Trimester 1 : frekuensi bak meningkat karena kandung kencing

tertekan oleh pembesaran uterus, Bab normal konsistensi lunak

Trimester 2 : frekuensi bak normal kembali karena uterus telah keluar

dari rongga panggul Trimester 3 : frekuensi bak meningkat karena

penurunan kepala ke pap, bab sering obstipasi (sembelit) karena

hormone progesterone meningkat.

2) Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine

a) Diet dan asupan

b) Respon keinginan awal untuk berkemih

c) Gaya hidup

d) Stress psikologis

3) Seksual

Pada umumnya coitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika

dilakukan dengan hati-hati.Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah

masuk rongga panggul, coitus sebaiknya dihentikan karena dapat

menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan.Sebagian perempuan takut

melakukan hubungan seksual saat hamil.Beberapa merasa gairah

seksualnya menurun karena tubuh mereka melakukan banyak

penyesuaian terhadap bentuk kehidupan baru yang berkembang dirahim

mereka (Walyani, 2015).

2.2 Anemia dalam Kehamilan


21

1. Pengertian

Menurut Astutik (2016), anemia dalam kehamilan yaitu suatu kondisi

adanya penurunan sel darah merah atau menurunnya kadar Hemoglobin,

sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital

pada ibu dan janin menjadi berkurang.

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin

(Hemoglobin) dalam darah lebih rendah dari 11 gr/dl (Alam et al., 2019).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar hemoglobin

(Hemoglobin) < 11 gr% pada trimester I dan III sedangkan trimester II kadar

hemoglobin < 10,5gr (Astutik Yuli Reni, 2018).

Dapat disimpulkan bahwa anemia dalam kehamilan adalah kondisi

dimana kadar Hemoglobin (Hemoglobin) pada ibu hamil < 11gr% sehingga

terjadi penurunan sel darah merah yang menyebabkan berkurangnya daya

angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital ibu dan janin.

2. Etiologi

Anemia dalam kehamilan sebagian besar disebabkan oleh kekurangan

besi (anemia defisiensi besi) yang dikarenakan kurangnya masukan unsur

besi dalam makanan, gangguan reabsorsi, gangguan penggunaan, atau karena

terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan

(Astutik Yuli Reni, 2018).

Menurut Soebroto (2009) dalam Astuti Yuli Reni dan Dwi Ertiana,

2018, anemia merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh

bermacam-macam penyebab. Selain disebabkan oleh defisiensi besi,


22

kemungkinan dasar penyebab anemia di antaranya adalah penghancuran sel

darah merah yang berlebihan dalam tubuh sebelum waktunya (hemolysis),

kehilangan darah atau perdarahan kronik, produksi sel darah merah yang

tidak optimal, gizi yang buruk misalnya pada gangguan penyerapan protein

dan zat besi oleh usus, gangguan pembetukan eritrosit oleh sumsum tulang

belakang.

a. Tanda dan Gejala

Menurut Astutik Yuli Reni (2018), Gejala umum anemia sebagai

mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar Hemoglobin

sampai kadar tertentu (Hemoglobin <8 g/dL). Sindrom anemia terdiri atas

rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging, mata berkunang-kunang,

kaki terasa dingin, dan sesak nafas. Pada pemeriksaan seperti kasus anemia

lainnya, ibu hamil tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva,

mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan dibawah kuku.

Sedangkan tanda-tanda anemia pada ibu hamil diantaranya yaitu

terjadinya peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha

memberi oksigen lebih banyak ke jaringan, adanya peningkatan kecepatan

pernafasan karena tubuh berusaha menyediakan lebih banyak oksigen pada

darah, pusing akibat kurangnya darah ke otak, terasa lelah karena

meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk otot jantung dan

rangka, kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi, mual akibat penurunan

aliran darah saluran cerna dan susunan saraf pusat serta penurunan kualitas

rambut dan kulit.


23

b. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan

Menurut Astutik Yuli Reni (2018), Anemia dalam kehamilan terbagi

menjadi :

i. Tidak anemia bila Hemoglobin 11 gr%

ii. Anemia ringan bila Hemoglobin 9-10 gr%

iii. Anemia sedang bila Hemoglobin 7-8 gr%

iv. Anemia berat bila Hemoglobin <7 gr%

Anemia dalam kehamilan terbagi atas anemia defisiensi besi, anemia

megaloblastik, anemia hipoplastik, anemia hemolitik dan anemia lainnya

1) Anemia Difisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh

kekurangan zat besi (Fe2+) dalam tubuh. Defisiensi besi merupakan

defisiensi nutrisi yang paling sering ditemukan baik di Negara maju

maupun Negara berkembang, insiden kejadiannya adalah sekitar 62,30%.

Resikonya meningkat pada kehamilan dan berkaitan dengan asupan besi

yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang

cepat.

Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi

maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat

persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900

mg atau setara dengan 2 liter darah. Oleh karena sebagian besar

perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi rendah, maka

kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi besi.


24

2) Anemia Megaloblastik

Anemia megalobstik adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan

folat. Pada kehamilan kebutuhan asam folat meningkat lima sampai

sepuluh kali lipat karena transferfolat dari ibu ke janin yang menyebabkan

dilepasnya cadangan folat internal.

3) Anemia Hipoplastik

Anemia hipoplastik pada ibu hamil terjadi akibat sumsum tulang

belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.

4) Anemia Hemolitik

Anemia yang terjadi akibat sel darah merah lebih cepat hancur dari

pembentukannya (Putri Aditama Lidia, 2019)

5) Patofisiologi

Menurut Rahyani, N. K., & Dkk, (2020) Perubahan hematologi

sehubungan dengan kehamilan adalah karena perubahan sirkulasi yang

semakin meningkat terhadap plasenta dan perubahan payudara. Volume

plasma meningkat 45-65% dimulai pada kehamilan trimester II dan

maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkatnya sekitar 1000ml,

menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal setelah 3 bulan

partus. Simulasi yang meningkatkan volume plasma seperti lactogen

plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldosterone.

Hypervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah, pertambahan

darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma, kurangnya zat besi

dalam makanan, dan kebutuhan zat besi meningkat.


25

c. Dampak

Hasil Penelitian Audrey & Candra (2016), bahwa Anemia pada ibu

hamil menyebabkan BBLR. Kejadian anemia pada ibu hamil juga

berhubungan dengan masalah kekurangan gizi dan berpotensi menimbulkan

masalah pada anak balita seperti tubuh pendek (stunting), kondisi ini

berlangsung selama anak didalam kandungan ibu. Ibu hamil dengan

gangguan anemia (kurang darah) memengaruhi keadaan bayi saat lahir,

seperti memicu terjadinya stunting pada bayi dengan status gizi tidak baik

salah satunya karena kekurangan zat besi untuk pembentukan kadar

hemoglobin yang sudah terjadi selama masa kehamilan

Menurut Wagiyo (2016), anemia dalam kehamilan memberi pengaruh

kurang baik pada ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun saat masa

nifas, dan masa selanjutnya. Berbagai masalah dapat timbul akibat anemia

seperti, abortus, partus prematurus, partus lama karena intertia uteri,

perdarahan post partum karena Antonia uteri, shock, infeksi, baik

intapartum ataupun post partum, anemia yang sangat berat dengan

Hemoglobin kurang dari 4g/100ml yang menyebabkan dekompensasi

kordis, seperti yang dilaporkan oleh Lie-Injo, Luan Eng, dkk.

Dampak anemia terhadap ibu hamil selama kehamilan dapat

menyebabkan terjadinya abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh

kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi

kordis Hemoglobin < 6 gr/dl, ketuban pecah dini, dan pendarahan

anterpartum. Saat persalinan, efek anemia dapat menyebabkan gangguan


26

kekuatan mengejan yang berhubungan langsung dengan gangguan kala nifas

yaitu terjadinya pendarahan postpartum, mudah terinfeksi, anemia kala

nifas, dan dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan. Dampak

Anemia terhadap janin yaitu terjadinya abortus, kematian, berat badan lahir

rendah (BBLR), kelahiran dengan Anemia dan cacat bawaan (Manuaba,

2010).

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Dalam Kehamilan

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia dalam kehamilan

menurut Mardha et al., (2019), adalah sebagai berikut

i. Umur

Umur ibu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun sangat

berhubungan terhadap terjadinya anemia dalam kehamilan, dimana umur

kecil dari 20 tahun dapat menyebabkan anemia karena semakin rendah

usia ibu, makin rendah pula kadar hemoglobinnya dan pada umur diatas 35

tahun terdapat kecenderungan semakin tua usia hamil, semakin tinggi

presentasi anemia karena pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam

tubuh.

ii. Paritas

Ibu dengan paritas >4 mempunyai resiko lebih tinggi dibanding

dengan ibu paritas <4. Secara fisiologis ibu dengan paritas atau riwayat

kelahiran yang terlalu sering akan mengalami peningkatan volume plasma

darah yang lebih besar sehingga menyebabkan hemodilusi yang lebih


27

besar pula. Ibu yang telah melahirkan lebih dari 4 kali berisiko mengalami

komplikasi serius seperti perdarahan, hal ini dipengaruhi keadaan anemi

selama kehamilan. Disamping itu pendarahan yang terjadi mengakibatkan

ibu banyak kehilangan haemoglobin dan cadangan zat besi menurun

sehingga kehamilan berikutnya menjadi lebih berisiko untuk mengalami

anemia lagi.

iii. Pendidikan

Wanita yang memiliki pendidikan menengah atau tinggi lebih kecil

kemungkinannya untuk terjadi anemia. Pendidikan telah dilaporkan

mengurangi risiko anemia dalam beberapa penelitian. Wanita hamil yang

berpendidikan punya penghasilan yang lebih baik dan makan makanan

bergizi dan karenanya tidak mengidap anemia. Hal ini dikarenakan

pendidikan mampu membentuk pola pikir dan paradigma positif terutama

dalam melaksanakan pola hidup bersih dan sehat (Stephen dkk, 2018).

2.3 Bayam dan Tomat

1. Definisi Bayam Hijau (Amaranthus Hybridus L)

Bayam Hijau (Amaranthus Hybridus L) merupakan dikonsumsi daunnya

yang biasa disebut sayuran hijau. Bayam berasal dari amerika tropic namun

diseluruh dunia sudah tersebar, bayam merupakan tumbuhan yang

mempunyai proses fotosintesis C4. Tumbuhan baya mini dikenal sayuran

yang sumber zat besi yang diperlukan untuk mencegah anemia atau

kekurangan sel darah merah. Zat besi bermanfaat untuk memperbanyak sel

darah merah yang membawa oksigen keseluruh tubuh sehingga dapat


28

mencegah anemia (Kundaryanti et al., 2018).

Gambar 2.3: Bayam Hijau (Google, 2023)

Salah satu bentuk penyajian bayam yang efektif adalah dengan olahan jus

bayam yang merupakan minuman kaya zat besi dapat meningkatkan kadar

hemoglobin ibu hamil. Kapasitas zat besi adalah untuk pembentukan

trombosit merah dalam tubuh cukup, sehingga kadar hemoglobin akan normal

(Zuiatna, 2018). Hemoglobin yang menyatakan bahwa peningkatan kadar

hemoglobin pada ibu hamil yang mengkonsumsi jus bayam hijau selama 7

hari didapatkan perubahan kadar Hb rata-rata sebesar 1,23 gr/dL (Anggraini,

2020).

2. Kandungan Jus Bayam Hijau (Amaranthus Hybridus L)

Kandungan zat besi dalam bayam relative lebih tinggi pada sayuran daun

lain Bayam hijau mempunyai klorofil yang tinggi, sehingga laju

fotosintesisnya juga tinggi. Selain mengandung serat, bayam juga kaya

betakaroten. Bayam mengandung asam folat, zat besi dan sehingga berguna

bagi penderita anemia (Anggraini, 2020). Kandungan didalam jus bayam

hijau mengandung energi 36 kkal, protein 3,5g, lemak 0,5g, karbohidrat 6,5g,

kalsium 267mg, fosfor 67mg, zat besi 3,9mg, Vitamin A 6,090 mg. Vitamin
29

B1 0,080 mg, Vitamin C 80 mg, Air 86,9mg.

Dalam 100gr bayam mengandung Vitamin C 52gr, untuk mengkonsumsi

asupan vitamin C adalah 45 miligram per hari (WHO, 2020).

Tabel 1.2: Zat Gizi Bayam Hijau

Zat Gizi Bayam Hijau


Kalori (Kal) 36 kal
Karbohidrat 6,5gram
Lemak (g) 0,5 gram
Protein 3,5gram
Kalsium 267 mg
Fosfor 6,7 mg
Besi 3,9 mg
Vitamin A 6,090 SI
Vitamin B1 0,08 mg
Vitamin C 80 mg
Air 86,9 grm

Sumber: WHO, 2020

3. Manfaat

Menurut World Healthiests Food Rating, sayur bayam merupakan

tumbuhan hijau yang banyak mengandung zat besi (Fe) yaitu

6,43mg/180gram dan tidak membahayakan tubuh yang terkandung pada

bayam (The George Mateljan Foundation The World Healhiests Food

Spinach, 2021). Daun bayam hijau (Amaranthus Hybridus L) memiliki

kandungan zat besi (Fe) yang sangat tinggi. Fungsi zat besi adalah

membentuk sel darah merah, sehingga apabila produksi sel darah merah

dalam tubuh cukup, maka kadar hemoglobin akan normal (Merida et al.,
30

2021).

Bayam hijau memiliki manfaat baik bagi tubuh karena merupakan

sumber kalsium, kandungan vitamin A, B2, B6, B12, C, K, mangan,

magnesium, zat besi, kalsium, kalium, fosfor, serat dan betakaroten. Selain itu

bayam juga memiliki kandungan zat besi yang tinggi untuk mencegah

anemia. Kandungan mineral dalam bayam cukup tinggi terutama Fe yang

dapat digunakan untuk mencegah kelelahan pada anemia. Bayam hijau

mudah diolah menjadi berbagai macam makanan dibanding dengan bahan

makanan lain dan mudah juga didapat. Kadar besi tersebut dapat membantu

pembentukan hem dan globin dalam tubuh (Meylawati et al., 2021).

Menurut pernyataan Noormindhawati (2016) bahwa dalam 1 gelas jus

bayam terdapat 1,7 mg zat besi. Hal ini juga sesuai teori Sutomo bayam

mengandung zat besi yang tinggi dan berkhasiat menambah darah. Selain itu

bayam juga mengandung Vitamin A, B, C dan K, kalium, serta fosfor.

Disetiap 100 g bayam mengandung zat besi 3.9 mg, sehingga dapat

mempengaruhi peningkatan kadar hemoglobin karena adanya kompeten yang

mempengaruhi absorpsi zat besi yakni asam askorbat atau vitamin C yang

terkadung dalam bayam sebanyak 60 mg/100 gr (Chintia, 2019).

4. Cara Penyajian Jus Bayam

Cara Pembuatan, potong dan cuci bersih daun bayam dan tomat. Setelah

itu masukkan ke dalam blender, tambahkan gula pasir dan air. Blender sampai

halus. Jus tersebut diminum 1 gelas per hari.

Setelah melihat hasil penelitian terdahulu bayam yang digunakan dalam


31

membuat jus adalah sebanyak 50 – 100 gr daun bayam hijau. Tetapi jus

bayam yang paling efektif adalah sebanyak 200 ml yaitu 50 gr daun bayam

hijau dan 150 ml air matang. Pemberian jus bayam sebanyak 200 ml

mengandung zat besi yang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar

hemoglobin pada ibu hamil. Banyak nya daun bayam yang digunakan dalam

pembuatan jus bayam adalah sebanyak 100 gr dan menggunakan air matang

sebanyak 150 ml karena dalam setiap 100 gr bayam mengandung zat besi 3.9

mg dan vitamin C sebanyakn 60 mg, namun apabila daun bayam yang

dikonsumsi lebih banyak maka akan lebih banyak zat besi yang didapatkan

sehingga akan mendapat hasil yang lebih efektif (WHO, 2020).

Dalam 1 gelas jus bayam terdapat 1.7 mg zat besi. Hal ini juga sesuai

teori Sutomo bayam mengandung zat besi yang tinggi dan berkhasiat

menambah darah. Selain itu bayam juga mengandung Vitamin A, B, C dan K,

kalium, serta fosfor. Disetiap 100 g bayam mengandung zat besi 3.9 mg,

sehingga dapat mempengaruhi peningkatan kadar hemoglobin karena adanya

kompeten yang mempengaruhi absorpsi zat besi yakni asam askorbat atau

vitamin C yang terkadung dalam bayam sebanyak 60 mg/100 gr (Chintia,

2019).

2.4 Konsep Tomat (Lycopersicum esculentun Mill.)

1. Definisi Tomat (Lycopersicum esculentun Mill.)

Buah yang berasal dari benua Amerika, terdiri dari berbagai bentuk dan

dimensi, tingginya dapat mencapai 2.5 meter, ditanam sebagai tanaman buah

di ladang, pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1-1600 m dpl.


32

Tomat tergolong buah karena merupakan bagian tanaman yang bisa dimakan,

yang mengandung biji atau benih. Buah tomat (Solanum Lycopersicum L.)

memiliki kandungan vitamin dan senyawa yang baik untuk kesehatan

terutama Likopen. Likopen merupakan zat warna merah yang paling banyak

terdapat pada buah tomat. Likopen bermanfaat sebagai antioksidan yang

dapat mencegah radikal bebas yang menyebabkan penyakit. (WHO, 2021)

Gambar 2.2: Tomat (Google, 2023)

Tanaman tomat merupakan salah satu jenis sayuran yang bernilai

ekonomis tinggi. Rasanya yang masam dapat memberikan sensasi segar dan

dapat menambah cita rasa pada masakan. Selain itu, tomat memiliki beberapa

kandungan seperti flavonoid, vitamin C, vitamin E (Pujiastuti & Kristiani,

2019). Tomat juga mengandung likopen yang berfungsi sebagai antioksidan

untuk mencegah radikal bebas serta dapat menurunkan kadar gula darah

(Susanti et al., 2021). Likopen berfungsi untuk mengurangi gula darah

melalui penghambatan terjadinya resistensi hormon insulin yang akhirnya

toleransi sel pada gula darah menjadi naik dan dapat menanggulangi

peningkatan kadar glukosa darah (Sudiarto & Rusmono, 2018).


33

2. Kandungan Pada Tomat (Lycopersicum esculentun Mill.)

Menurut (The George Mateljan Foundation, 2010). Kandungan pada

tomat dalam 180gram adalah 24,66 mg, Vitamin C 0,49 mg zat besi, dan 27

mcg asam folat yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil karena kebutuhan

asam folat pada saat hamil akan meningkat dari biasanya. Konsumsi buah –

buahan yang mengandung vitamin C sangat berperang dalam absorsi zat besi

dengan jalan meningkatkan absorbs zat besi non hem hingga empat kali lipat.

Penyerapan zat besi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan vitamin C. peranan

vitamin C 41 dalam proses penyerapan zat besi yaitu membantu mereduksi

besi ferri (Fe3+) dan menjadi Ferro (Fe2+) dalam usus halus sehingga mudah

diabsorbsi proses reduksi tersebut akan semakin besar bila pH di dalam

lambung semakin asam. Vitamin C dapat menambah keasaman sehingga

dapat meningkatkan penyerapan zat besi hingga 30% (Sulung & Beauty,

2018). Tomat sangat bermanfaat menjaga sistem imun tubuh, Tiap 100gram

tomat mengandung kalori 20 kal, protein 1 gram, lemak 0,3 gram, karbohidrat

4,2 gram, kalsium 5 miligram, karoten (vitamin A) 1500 SI, thiamin (vitamin

B) 60 mikrogram, asam askorbat (vitamin C) 40 miligram, fosfor 27

miligram, zat besi 0,5 miligram, potassium 360 miligram (Hakiki, 2015).

Selain itu kandungan pada jus tomat terdapat berbagai macam:

1) Likopen: Senyawa pigmen alami yang memberikan warna merah pada

tomat dan memiliki sifat antioksidan.

2) Beta-karoten: Senyawa yang diubah menjadi vitamin A dalam tubuh dan

berperan dalam menjaga kesehatan mata, kulit, dan sistem kekebalan


34

tubuh.

3) Vitamin C: Antioksidan yang penting untuk kekebalan tubuh,

pembentukan kolagen, dan penyerapan zat besi.

4) Vitamin A: Berperan dalam menjaga kesehatan mata, pertumbuhan sel,

dan sistem kekebalan tubuh.

5) Potassium (kalium): Mineral penting yang berperan dalam menjaga

keseimbangan cairan tubuh, fungsi saraf, dan kontraksi otot. Selain itu, jus

tomat juga mengandung vitamin K, vitamin B6, magnesium, zat besi,

fosfor, dan serat makanan dalam jumlah yang lebih rendah.

3. Manfaat Jus Tomat (Lycopersicum esculentun Mill.)

Jus tomat adalah minuman yang populer dan kaya akan nutrisi. Berikut

adalah beberapa manfaat penting dalam jus tomat:

1) Kaya akan antioksidan: Jus tomat mengandung likopen, sebuah

antioksidan yang memberikan warna merah pada tomat. Likopen

membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas

dan dapat membantu mengurangi risiko beberapa jenis kanker.

2) Menjaga kesehatan jantung: Kandungan likopen, beta-karoten, dan

vitamin C dalam jus tomat dapat membantu menjaga kesehatan jantung

dan mencegah penyakit kardiovaskular.

3) Menurunkan tekanan darah: Jus tomat mengandung kalium yang dapat

membantu menurunkan tekanan darah tinggi.

4) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh: Jus tomat mengandung vitamin C

dan vitamin A, yang berperan dalam meningkatkan fungsi sistem


35

kekebalan tubuh.

5) Menjaga kesehatan mata: Jus tomat mengandung vitamin A, likopen, dan

lutein, yang penting untuk kesehatan mata dan mencegah penyakit mata

terkait usia, seperti katarak dan degenerasi makula.


36

2.5 Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Perubahan Fisiologi Dalam Kehamilan

1. Sistem Reproduksi
Ibu hamil 2. Sistem Kardiovaskular
3. Sistem Endokrin
4. Sistem Musculo Skeletal

Cara meningkatkan kadar hemoglobin

Farmakologi Non farmakologi


Konsumsi tablet Fe 1. Bayam merah
2. Buah tomat

Jus bayam merah mengandung 7 mg


Mekanisme jus bayam
per 100 gram zat besi dan tomat

Terjadi peningkatan kadar


Meningkatkan eritrosit dalam darah
hemoglobin

Anda mungkin juga menyukai