TINJAUAN PUSTAKA
2). Serviks
Jaringan ekstrauterin 1 Kg
Janin 3-3,8 Kg
Cairan amnion 1 kg
Plasenta 1-1,1kg
Payudara 0,5-2 kg
Saat hamil seseorang ibu memerlukan gizi seimbang lebih banyak dari
pada sebelum hamil, sehingga secara umum porsi makan saat hamil 1 porsi lebih
banyak dibandingkan sebelum hamil.
Ada 3 manfaat asupan nutrsisi yang dimakan ibu hamil, yaitu (1) untuk
asupan gizi tubuh ibu sendiri agar tidak terjadi kurang energy kronis (KEK), (2)
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta (3) untuk mempersiapkan
pembentukan ASI. Dalam logo gizi seimbang, bahan makanan yang
dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi yang dikenal dengan sebutan
triguna makanan, yaitu (1) sumber zat tenaga (padi-padian, umbi-umbian,
tepung-tepungan yang berada pada dasar kerucut), (2) zat pengatur (sayur dan
buah-buahan, tergambar dalam tengah keruncut) dan (3) zat pembangun
(kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahan yang tergambar pada
bagian atas kerucut).
1. Sikap tubuh yang buruk dapat mengakibatkan rasa sakit yang tidak nyaman
pada tubuh, misalnya sakit pinggang.
2. Jika kebiasaan sikap tubuh ibu sebelum hamil tidak baik, setelah kehamilan
dapat memperberat rasa tidak nyaman.
3. Sikap tubuh yang baik harus dibiasakan untuk kegiatan sehari-hari.
i. Senam hamil
Senam hamil merupakan suatu program berupa latihan fisik yang cukup
penting bagi ibu hamil sebagai persiapan untuk menghadapi persalinan, agar
persalinannya normal dan relative cepat dan aman. Senam hamil boleh dilakukan
setelah usia kehamilan 28 minggu, kecuali terdapat komplikasi tertentu pada
kehamilan.
Tujuan senam hamil antara lain agar ibu hamil dapat menguasai teknik
pernafasan yang bermanfaat terutama saat persalinan, melatih otot-otot dinding
perut agar semakin kuat untuk menopang tambahan berat badan, berlatih untuk
melakukan sikap tubuh yang baik (body mekanik) selama hamil, berlatih
melakukan relaksasi sempurna, memperbaiki sirkulasi dan meningkatkan daya
tahan tubuh, meningkatkan kepercayaan diri ibu serta meminimalkan kesulitan
pada saat menjalani proses persalinan.
Senam hamil dapat menjaga kondisi otot – otot dan persendian yang
berperan dalam proses mekanisme persalinan. Mempertinggi kesehatan fisik dan
psikis serta kepercayaan pada diri sendiri dan penolong dalam menghadapi
persalinan, membimbing ibu menuju suatu persalinan normal. Beberapa syarat
yang harus dipenuhi agar ibu dapat melakukan senam hamil adalah, ibu telah
melakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau bidan, latihan
dilakukan setelah kehamilan mencapai 22 minggu, latihan dilakukan secara
teratur dan disiplin, sebaiknya latihan dilakukan secara teratur dilakukan di
rumah sakit,puskesmas, atau klinik bersalin di bawah pimpinan instruktur senam
hamil (Rukiah & Yulianti, 2014).
j. Istirahat dan tidur
Imunisasi yang biasa diberikan pada ibu hamil adalah imunisasi tetanus
toxoid untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum(Yuliani, 2017).
Persalinan adalah suatu proses dimana janin plasenta dan selaput dikeluarkan
melalui jalan lahir. Persalinan normal terjadi pada kehamilan cukup bulan dan
berjalan secara spontan disaat permulaan dengan janin menunjukkan kepala sebagai
ujung depan (vortex presentation). Proses tersebut berakhir dalam waktu 1 jam tanpa
komplikasi apapun (Rohani, 2017).
a. Power (Tenaga/Kekuatan)
1. His kontraksi otot rahim
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kotraksi diagrafma atau kekuatan mengejan
b. Passage (Jalan lahir)
Terdiri dari jalan lahir lunak dan jalan lahir keras (tulang)
1. Bagian keras yang dibentuk oleh 4 buah tulang :
a. 2 tulang pangkal paha (os coxae)
b. 1 tulang kelangkang (os sacrum)
c. 1 tulang tungging (os coccyges)
2. Bagian Lunak
Bagian jalan lahir lunak terdiri dari segmen bawah rahim (SBR) yaitu
serviks, vagina, juga otot-otot, jaringan ikat dan ligaen-ligamen yang
berfungsi menyokong alat-alat urogenitalis yang semuanya
mempengaruhi dalam persalinan.
c. Passenger (Janin dan Plasenta)
Pessenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentase, letak, sikap
dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia
dianggap juga sebagai bagian dari passanger yang menyertai janin. Anmun
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.
d. Psikis (Psikologis)
e. Penolong (Bidan)
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.
3. Fisiologi Persalinan
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I dimulai sejak terjadinya his yang teratur dan semakin meningkat
Dalam kala I terjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. (Sulis Diana,
2019).
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
Normal,2017).
a) Fase akselerasi yaitu dari pembukaan serviks 3 menjadi 4 cm, fase ini
Periksa Periksa
Keterangan
Luar Dalam
= 4/5
H III –
Kepala di dasar panggul
IV
= 1/5
H IV Di perineum
= 0/5
b. Kala II (Pengeluaran)
Kala dua persalinan dimulai dari pembukaan lengkap serviks (10cm),
dilanjutkan dengan upaya mendorong bayi keluar dari jalan lahir dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua pesalinan disebut juga sebagai kala
pengeluaran bayi (Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal,2017).
Tanda dan gejala kala II
1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit
2. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan/atau vagina
4. Perinium terlihat menonjol
5. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
6. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah (Marisah,2014)
Tabel 2.6 Lamanya Persalinan
Lama Persalinan
Primipara Multipara
dibawah ini :
atonia uteri dan separasi parsial/retensio plasenta yang dapat dicegah dengan
Normal, 2017).
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kal IV yaitu tingkat
masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 dampai 500 cc).
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca persalinan sebagai
berikut:
perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit
dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.
3) Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua
pasca persalinan
4) Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu
(Marisah,2014).
Prinsip menyusu dan pembrian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan
ekslusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi kontak ke kulit ibu. Biarkan kontak
kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi
dapat menyusu sendiri. Bayi diberi topi dan diselinmuti. Ayah atau keluarga
dapat meberi dukungan dan membantu ibu selama proses ini. Ibu diberi
dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi
jika diperlukan.
minggu dengan berat lahir 2500 – 4000 gram dan tanpa cacat bawahan. (Hasnider et
al., 2021).
Ginjal bayi baru lahir memperlihatkan penurunan aliran darah dan ginjal
dan penurunan laju filtrasi glomelorus. Hal ini dapat menimbulkan dengan mudah
retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus masih belom matang, yang dapat
menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan
elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu melakukan pemekatan (konsentrasi)
urine, yang mecerminkan pada berat jenis urine yang rendah.
Bayi baru lahir mengeskresikan sejumlah kecil urine pada 48 jam pertama
kehidupan, seringkali hanya sebanyak 30-60 ml. Protein atau darah tidak boleh
terdapat di dalam urine bayi baru lahir. Bidan harus senantiasa ingat bahwa masa
abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan fisik seringkali sebenarnya ginjal
dan bisajadi sebuah tumor, pembesaran atau penyimpangan pertumbuhan ginjal.
(Elisabeth Siwi,2016).
D. Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas adalah sejak dilahirkannya bayi hingga plasenta sampai dalam
kurun waktu 6 minggu disertai dengan pulihnya organ reproduksi pada wanita yang
adalah fase kritis karena bisa saja terjadi pedarahan post partum dikarenakan atonia
uteri danharus dilakukan pemantauan secara kontinu yaitu : kentraksi pada uterus,
2. Early postpartum (>24 jam – 1 minggu) Pada tahap ini, petugas kesehatan harus
memastikan harus kondisi involusi uteri normal, tidak terdapat perdarahan, lokea
tidak ada bau busuk, tidak terjadi demam, ibu mendapat cukup makanan dan cairan,
3. Late postpartum (>1 minggu – 6 minggu) Di masa ini tenaga medis harus selalu
pada saat masa kehamilan dan persalinan ibu memiliki penyulit maupun komplikasi.
3. Perubahan Fisik
1) Perubahan sistem reproduksi
a. Uterus
b. Lokhea
Lokea adalah pengeluaran cairan pada uterus selama masa nifas sedang
berlangsung. Macam-macam lokea ada 4 pertama rubra 1-3 hari masa nifas
karena merah kehitaman, kedua sanguilenta 3-7 hari masa nifas warna putih
bercampur merah, ketiga serosa 7-14 hari masa nifas warna kuning kecoklatan
Vulva dan vagina menglami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dengan rugae dalam vagina secara
2) Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5,
perenium sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih
3) Payudara
prolaktin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat
disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektifitas dengan cara di isap oleh
Pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior distimusi oleh isapan bayi.
Hal ini menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel di dalam payudara dan pengeluaran
ASI. Oksitosin juga menstimusi kontraksi miometrium pada uterus, yang biasanya
ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu pada setiap harinya ±150-300 ml, ASI dapat
1 24 – 25 22-28
2 26,7 28
3 29,5 – 30 30
4 29,5 – 30 32
5 31 34
6 32 36
7 33 38
8 37,7 40
Mc Donal memodifikasi cara spiegelberg, dimana jarak
simpisis ke fundus dalam cm dibagi 3,5 adalah tuanya kehamilan
dalam hitungan bulan. Menggunakan TFU utuk menghitung usia
kehamilan tidaklah selalu tepat, mengingat ada beberapa hal yang
memperngaruhi, yaitu :
1. Kecepatan tumbuh kembang janin bukan pertumbuhan yang
linier
2. Tebal tipisnya lapisan abdomen ibu
3. Faktor herediter, misalla gemelli
(f) TBJ
Taksiran berat janin dapat dihitung dengan rumus
Johnson- Tausak sebagai berikut :
TBJ : (TFU- 12) x 155, namun jika kepala janin telah masuk
pintu atas panggul rumusnya menjadi, TBJ : (TFU – 11) x 155.
c) Auskultasi denyut jantung janin (DJJ)
Mendengarkan DJJ menggunakan doppler pada kehamilan > 16
minggu, menggunakan linex terdengar pada kehamilan 18-20 minggu.
Ciri-ciri DJJ adalah memiliki irama yang lebih cepat dari denyut nadi
ibu dengan frekuensi normal 120-160 kali per menit. DJJ < 120 kali per
menit atau > 160 kali per menit mengindikasikan adanya gawat janin.
Tentukan juga letak punctum maximum (tempat yang paling
jelas terdengar bunyi DJJ), yang biasanya menyesuaikan letak janin di
dalam rahim. Jika presentasi janin kepala, maka letak punctum
maksimum adalah disebeleh kanan atau kiri bawah pusat. Tentukan juga
jumlah DJJ, pada kasus gemelli akan ditemukan DJJ di dua tempat
berbeda, dengan frekuensi yang berbeda juga. Perhatikan keteraturan
dan kekuatan DJJ.
d) Pemeriksaan dalam untuk menilai servik, uterus, adneksa, kelenjar
bartholin, kelenjar skene dan uretra ketika usia kehamilan < 12 minggu
(jika ada indikasi).
e) Pemeriksaan inspekulo untuk menilai servik, tanda-tanda infeksi dan
cairan dari ostium uteri (jika ada indikasi).
f) Pemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggul bagian luar dilakukan untuk
memperkirakan kemungkinan panggul sempit. Terutama dilakukan pada
primigravida karena belum pernah bersalin. Kepala yang tidak kunjung
masuk PAP menjadi salah satu indikator CPD (cepalo pelvic
disporportion), dimana untuk menegakkan diagnosa harus
dikonsultasikan kepada SpOG. Adapun jenis pemeriksaan panggul luar
sebagai berikut :
(1) Distansia spinarum
Jarak antara kedua spina iliaka anterior superior kanan dan kiri.
Normalnya sekitar 24-26 cm
(2) Distansia krostarum
Jarak terpanjang antara kedua krista iliaka kanan dan kiri,
normalnya 28-30 cm. Jika hasil pemeriksaan 2-3 cm kurang dari
normal ada kemungkinan panggul patologis
(3) Distansia obliqua eksterna
Merupakan ukuran menyilang, untuk menentukan apakah
panggul simetris atau tidak. Pengukurannya yaitu jarak antara spina
iliaka posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior sinistra
dengan jarak antara spina iliaka anterior superior dan spina iliaka
interior superior sinistra.
(4) Distansia intertrokanterika
Jarak antara kedua trokanter mayor.
e. Perencanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh disusun berdasarkan apa yang diidentifikasi
dari kondisi klien atau masalah yang berkaitan dengan kondisi klien, termasuk
sesuai dengan pedoman antisipasi terhadap kondisi yang mungkin terjadi
berikutnya. Perencanaan yang disusun juga harus rasional dan sesuaidengan teori
yang up to date. Adapun perencanaan untuk ibu hamil secara umum sebagai
berikut :
a) Menjelaskan kondisi kehamilan (dari hasil pemeriksaan) dan rencana asuhan
yang akan diberikan
b) Konseling sesuai dengan masalah/kebutuhan khusus yang dialami ibu hamil,
penjelasan ketidaknyamanan yang mungkin dialami ibu hamil dan cara
mengatasinya
c) Memberikan suplemen dan pencegahan penyakit
d) Memberikan materi konseling, informasi dan edukasi (KIE)
e) Jelaskan pada ibu jika diperlukan pemeriksaan khusus/konsultasi ke disiplin
ilmu lain
f) Kunjungan ulang
f. Pelaksanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh dilaksanakan dengan efisien dan aman.
Pelaksanaan tersebut dapat sepenuhnya dilakukan oleh bidan atau sebagian lagi
oleh tenaga kesehatan lain atau klien dan keluarga.
g. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan. Ada
kemungkinan sebagian rencana lebih efektif, sebagian yang lain belum efektif.
Manajeman asuhan kebidanan merupakan hasil pola pikir bidan yang
berkesinambungan, sehingga jika ada proses manajemen yang kurang efektif/
tidak efektif, proses manajemen dapat diulang lagi dari awal (Diki dkk, 2017).
b. Langkah-langkah SOAP
1) Data Subjektif
2) Data Objektif
3) Asessment
Untuk mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan
kerangka masalah pasien,selain itu juga untuk menentukan perencanaan yang
akan dilakukan kepada pasien.
4) Penatalaksanaan
Untuk merencanakan asuhan yang menyeluruh yang berdasarkan
diagnosa atau assesment masalah yang timbul pada saat pemeriksaan dan semua
perencanaan yang dibuat harus bedasarkan pertimbangan yang tepat meliputi
perkembangan teori yang terbaru serta di validasikan dengan asuhan mengenai
apa yang di inginkan dan tidak di inginkan pasien.
a) Data Subjektif
(1) Identitas pasien
(a) Nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu dengan yang
lain.
(b) Usia pasien, usia seseorang dapat mempengaruhi keadaan
kehamilannya.
(c) Agama pasien dikaji sebagai pedoman asuhan yang diberikan
sesuai dengan kepercayaan yang dianut.
(d) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan yang
berhubungan dengan masalah yang merugikan kesehatan ibu.
(e) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui tingkat pengatahuan
dan metode komunikasi yang akan disampaikan Tingkat pendidikan
seorang ibu hamil sangat berperan dalam kualitas perawatan
kehamilan. Penguasaan pengetahuan juga erat kaitannya dengan
tingkat pendidikan seseorang.
(f) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi
pasien, tingkat ekonomi.
(g) Alamat pasien dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar
pasien.
(2) Keluhan Utama
Dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pesien saat ini.
Tanda-tanda persalinan seperti ibu merasakan kenceng-kenceng (HIS),
keluar lendir bercampur darah.
- Langkah awal
pembentukan
TT 1 0,5 cc
kekbalan tubuh
terhadap tetanus
2. Lemah
Pasien dimasukkan dalam criteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain dn pasien sudah tidak mampu lagi berjalan sendiri.
(b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
kita dapat mengakaji tingkat kesadaran mulai dari compos mentis
sampai koma.
(c) Tinggi Badan
Tinggi badan adalah salah satu ukuran pertumbuhan
seseorang. Tinggi badan dapat diukur dengan stasiometer/tongkat
pengukur.
(d) Berat Badan
Berat badan atau massa tubuh diukur dengan pengukur
massa atau timbangan. Indeks massa tubuh digunakan untuk
menghitung hubungan antara tinggi dan berat badan, serta menilai
tingkat kegemukan. Penimbangan pada pemeriksaan kehamilan
sangat penting, karena kenaikan berat badan yang terlalu banyak
menndakan retensi air yang berlebihan .Perkiraan kenaikan berat
badan yang dianjurkan adalah 4 kg pada kehamilan di TM I 0,5
kg/minggu pada kehamilan TM II sampai TM III jadi keseluruhan
total kenaikan berat badannya yaitu 15-16 kg selama kehamilan.
(e) Lila
Pengukuran lengan atas yang dilakukan untuk mengetahui
bagaimana status gizi ibu apakah sudah cukup atau kurang. Lila
normal yaitu 23,5 cm, apabila kurang dari 23,5 cm dapat dikatakan
ibu tersebut mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronik).
(f) Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah
2. Nadi
Nadi adalah gelombang yang diakibatkan oleh adanya
perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan
(Vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi
vebtrikel melawan dinding aorta. Tekanan nadi adalah tekanan
yang ditimbulkan oleh perbedaan sistolik dan diastolic
Normalnya 60-80 kali per ment.
3. Pernafasan
Pernafasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dalam paru dan penganturan asam basal. Adapun pernapasan
pada orang dewasa yaitu 16-24x/menit.
4. Suhu
Suhu adalah derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh
dan diatur oleh hipotalamus (dipertahankan dalam batas normal
yaitu ± 36 ̊C dari 37 ̊C) dengan menyeimbangkan anatara panas
yang dihasilkan dan panas yang dilepaskan. Suhu normal
pemeriksaan Axila yaitu 36,6ºC.
(2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, meliputipemeriksaan khusus (terdiri dari inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan penunjang yaitu
laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya.
a) Kepala
Inspeksi dengan memperhatikan bentuk kepala terdapat
benjolan atau tidak, nyeri tekan dan dan kebersihan kepala.
b) Muka
Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah
kulitnya normal atau tidak, pucat/tidak, atau ikhterus dan lihat
apakah terjadi hiperpigmentasi. Pada kulit terdapat deposit
pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu, pigmentasi ini
disebabkan pengaruh Melanophore stimulating Hormone (MSH)
yang meningkat.
c) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan untuk menilai adanya visus atau
ketajaman pengelihatan. Pemeriksaan skelera bertujuan untuk
menilai warna, apakah dalam keadaan normal yaitu putih. Apabila
ditemukan warna lain. Pemeriksaan pupil, secara normal
berbentuk bulat dan simetris. Apabila diberikan sinar, akan
mengecil. Midriasis aatu dilatasi pupil menunjukkan adanya
rangsangan simpatis. Sedangkan miosis menunjukkan kadaan
pupil yang mengecil. Pupil yang berwarna putih menunjukkan
kemungkinan adanya pnyakit katarak. Kondisi bola mata yang
menonjol dinamakan eksoftalmos dan bola mata mengecil
dinamakan enoftalmos.
d) Telinga
Pada pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan
pemeriksaan daun telinga dan liang telinga dengan menentukan
bentuk, besar dan posisinya. Pemeriksaan pendengaran
dilaksanakaan dengan bantuan gfutala untuk mengetahui ada
gangguan pendengaran atau tidak.
e) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan atau
bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung mulai dari bagian
luar, bagian dalam kemudian sinus-sinus. Pada pemeriksaan
hidung juga dilihat apakah ada polip dan kebersihannya.
f) Mulut
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya
trismus,halitosis dan labioskisis. Trismus yaitu kesukaran
membuka mulut. Halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena
personal hygine yang kurang. Labioskisis yaitu keadaan bibir
tidak simetris. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada gusi
untuk menilai edema atau tanda-tanda radang.
g) Leher
Tujuan pengkajian leher secara umum adalah mengetahui
bentuk leher serta organ-organ penting yang berkaitan. Palpasi
pada leher dilakukan untuk mengetahui keadaan dan lokasi
kelenjar limfe, kelenjar tyroid dan trakea. Pembesaran kelanjar
limfe dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, misalnya
peradangan akut/ kronis.pembesaran limfe juga terjadi dibeberapa
kasus seperti tuberculosis atau sifilis.
h) Dada
Suara paru-paru dan jantung, putting, benjolan, dan nyeri tekan.
Mengkaji kesehatan pernafasan.
i) Abdomen
Bentuk abdomen yang normal adalah simetris, baik pada orang
gemuk maupun pada orang kurus. Pada bagian abdomen juga kita
mendengarkan bissing usus yang disebabkan oleh perpindahan
gas atau makanan sepanjang intestinum dan suara pembuluh darah
serta suara Denyut jantung Janin. Di daerah abdomen kita meraba
bagian-bagian janin, menentukan TFU. Pemeriksaan leopold
dengan cara palpasi abdominal dimulai dari leopold I untuk
mengtahui TFU dan bagian teratas janin, leopold II untuk
mengetahui bagian di sebelah kanan dan kiri perut ibu, leopold III
untuk mengetahui bagian janin dibagian bawah uterus ibu, leopold
IV untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk PAP atau
belum. Kepala masuk PAP pada primigravida yaitu pada usia
kehamilan 36 minggu.
j) Genetalia
Genetalia berkaitan dengan system reproduksi wanita. Sietem
reproduksi wanita terdiri atas dua bagian utama yaitu genetalia
dalam dan genitalia luar yang berkembang dan berfungsi sesuai
dengan pengaruh hormon-hormon yang juga mempengaruhi
fertilitas, kehamilan dan seksual.
k) Anus
Apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.
l) Ekstermitas
Ada edema (tekan daerah tibia/dorsalis pedis bila ada cekungan
di bekas tekanan: edema +), varises, kesimetrisan, kelainan).
Lakukan pengetukan dengan reflex hammer di daerah tendon
muskulus kuadriser femoris di bawah patella.
(3) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Membantu dan menentukan baik dalam penanganan kasus
perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan preeklamsia/eklamsia,
maupun kasus kegawatdaruratan yang lain.
b) Pemeriksaan Panggul
1) Pemeriksaan Luar
Ukuran-ukuran luar tidak dapat dipergunakan untuk penilaian,
apakah persalinan dapat berlangsung secara biasa atau tidak,
walaupun begitu ukuran-ukuran luar dapat member petunjuk pada
kita akan kemungkinan panggul sempit.
2) Pemeriksaan Dalam
Dilakukan untuk mengetahui pembukaan dan penipisan serviks,
ketuban masih utuh atau tidak, nilai bagian terbawah janin dan
nilai penurunan bagian terbawah janin atau hodge. Pada presentasi
kepala, tentukan petunjuk (ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar) dan
celah (satura) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan. Pastikan
tali pusat atau bagian kecil janin tidak teraba pada saat
pemeriksaan dalam.
a) Data Subyektif
(1) Identitas / Biodata
(a) Nama
Meliputi nama bayi, nama ibu dan ayah. Tujuannya adalah
untuk membedakan dengan pasien lain.
(b) Umur
Untuk mengetahui sudah berapa lama bayi lahir sehingga bisa
menentukan keadaan bayi dan penanganannya.
(c) Jenis Kelamin Bayi
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi.
(d) Suku/Bangsa
Untuk mengetahui adat/kebiasaan yang sering terjadidan masih
dilakukan keluarga.
(e) Pendidikan Orang Tua
Dikaji untuk mengetahui tingkat pengatahuan dan metode
komunikasi yang akan disampaikan Tingkat pendidikan seorang ibu
hamil sangat berperan dalam kualitas perawatan kehamilan.
Penguasaan pengetahuan juga erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan seseorang.
Pendidikan dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
metode komunikasi yang akan disampaikan.
(f) Pekerjaan Orang Tua
Dikaji untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi pasien, tingkat
ekonomi.
(g) Alamat Klien
Mengetahui lingkungan tempat tinggal klien.
2) Interpretasi Data
Pada langkah ke-dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat
dirumuskan masalah dan diagnose yang spesifik. Baik rumusan diagnosis
maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani, meskipun masalah tidak
bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus mendapatkan penanganan.
Ds : Menginterpretasi anamnesa
Do : Menginterpretasi Hasil Pemeriksaan yang dilakukan oleh
bidan meliputi tanda-tanda vital dalam batas normal.
D : Menginterpretasi kesimpulan dari Ds dan Do
M : Menginterpretasi masalah yang berhubungan dengan diagnosa
K : 1) Memberikan ASI 0-6 bulan sesering mungkin tanpa makanan
pendamping
2) Menjaga personal hygine
3) Cara perawatan tali pusat
4) Cara menyusui yang benar
5) Tanda bahaya bayi baru lahir
Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dirasakan ibu dan yang
menjadi alasan ibu datang ke tempat pelayanan kesehatan, misalnya
pasien merasamules, sakit pada jalan lahirkarena adanya jahitan pada
perinium.
3. Riwayat Kesehatan
(a) Riwayat kesehatan yang lalu.
Data ini diperlukan untuk mengetahui riwayat penyakit
yang lalu untuk mengetahui apakah ada hubungannya. Masalah
klien diantaranya : apakah pernah atau sedang menderita penyakit
hepatitis, diabetes, jantung, hipertensi, ginjal, TBC.
(b) Riwayat kesehatan sekarang
Data yang diperlukan untuk mengetahui adanya penyakit
yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya pada masa
nifas dan bayinya.
(c) Riwayat penyakit keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh keluarga terhadap gangguan kesehatan klien. Penyakit
keluarga yang perlu mencakup penyakit kanker, TBC, alergi,
penyakit yang menyebabkan kematian ibu dan yang telah
meninggal
4. Riwayat perkawinan
Ibu sudah menikah/belum, berupa umur saat menikah dan
lamanya pernikahan, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas
akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi
proses nifas.
5. Riwayat obsetrik
(a) Riwayat Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
berapa kali ibu hamil,apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
(b) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan,jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB,BB< penolong persalinan. Hal iniperlu
dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami
kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
6. Riwayat KB.
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB,jenis
kontarsepsi yang digunakan, efek samping yang timbul, alasan
pemberitahuan, lamanya penggunaan, alat kontrasepsi, rencana
kontrasepsi, rencana kontrasepsi yang akan digunakan.
7. Kehidupan sosial budaya
Untuk mengetahu pasien dan keluarga yang menganut adat
istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya
pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan.
8. Riwayat psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dengan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi selama masa
nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup
sering ibu menunjukkan depresi ringat setelah beberapa hari
melahirkan.depresi tersebut sering disebut dengan postpartum blues.
Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan venomena
psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisahdari keluarga dan
bayinya.hal ini sering terjadi diakibatkan oleh sejumlah faktor.
Penyebab yang paling menonjol adalah :
(a) Kekecewaan emosional yang meliputi rasa puas dan takut yang
dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
(b) Rasa sakit masa nifas awal
(c) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum.
(d) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit.
(e) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
Menjelaskan pengkajian psikososial :
1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya
2) Respon ibu terhadap bayinya
3) Respon ibu terhadap dirinya
9. Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama
masa nifas.
10. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, bau dan kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah.
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur biasanya membaca,
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan
waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan
istirahatcukup dapat mempercepat penyembuhan.
d) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada alt genetalia karena pada masa nifas masih
mengeluarkan lokea.
e) Aktifitas pengembalian alat-alat reproduksi
Menggambarkan pola aktifitas sehari-hari. Pada pola ini perlu
dikaji aktifitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin
dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi.
Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah
kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika
melakukan ambulasi.
b. Data Ojektif
1) Pemeriksaan Umum
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan RR) yang dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang
dialaminya, Sehingga bidan dapat mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan medis pada pasien.
2) Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan
pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita laporkan dengan
criteria sebagai berikut.
a. Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadp
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan berjalan.
b. Lemah
Pasien dimasukkan dalam criteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain
dn pasien sudah tidak mampu lagi berjalan sendiri.
3) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
mengakaji tingkat kesadaran mulai dari compos mentis sampai koma.
4) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah
Tekanan darah arteri mengganbarkan dua hal, yaitu besar
tekanan yang dihasilkan vertikel kiri sewaktu berkontraksi (angka
sistolik). Nilai normal rata-rata tekanan sistol pada orang dewasa
adalah 100 sampai 140 mmHg, sedangkan rata-rata diastol adalah 60
sampai 90 mmHg.
(2) Nadi
Nadi adalah gelombang yang diakibatkan oleh adanya
perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan
(Vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi
vebtrikel melawan dinding aorta. Tekanan nadi adalah tekanan yang
ditimbulkan oleh perbedaan sistolik dan diastolic. Normalnya 60-80
kali per menit. (Tambunan, dkk, 2011)
(3) Pernafasan
Pernafasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan
penganturan asam basal. Adapun pernapasan pada orang dewasa
yaitu 16-24x/menit.
(4) Suhu
Suhu adalah derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh dan
diatur oleh hipotalamus (dipertahankan dalam batas normal yaitu ±
36 ̊ C dari 37 ̊C) dengan menyeimbangkan anatara panas yang
dihasilkan dan panas yang dilepaskan. Suhu normal pemeriksaan
Axila yaitu 36,6ºC. (Tambunan, dkk. 2011)
5) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, meliputi : pemeriksaan khusus (terdiri dari
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan
penunjang yaitu laboratorium dan catatan terbaru serta catatan
sebelumnya.
(a) Kepala
Inspeksi dengan memperhatikan bentuk kepala terdapat
benjolan atau tidak, nyeri tekan dan dan kebersihan kepala.
(Prawihardjo,2012)
(b) Muka
Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak,
apakah kulitnya normal atau tidak, pucat/tidak, atau ikhterus.
(c) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan untuk menilai adanya
visus atau ketajaman penglihatan. Pemeriksaan skelera
bertujuan untuk menilai warna, apakah dalam keadaan normal
yaitu putih. Apabila ditemukan warna lain. Pemeriksaan pupil,
secara normal berbentuk bulat dan simetris. Apabila diberikan
sinar, akan mengecil. Midriasis aatu dilatasi pupil
menunjukkan adanya rangsangan simpatis. Sedangkan miosis
menunjukkan kadaan pupil yang mengecil. Pupil yang
berwarna putih menunjukkan kemungkinan adanya pnyakit
katarak. Kondisi bola mata yang menonjol dinamakan
eksoftalmos dan bola mata mengecil dinamakan enoftalmos.
Strabismus atau juling merupakan sumbu visual yang tidak
sejajar pada lapang gerakan bola mata, selain itu terdapat
nistagmus yang merupakan gerakan bola mata ritmik yang
cepat dan horizontal.
(d) Telinga
Pada pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai
dengan pemeriksaan daun telinga dan liang telinga engan
menentukan bentuk, besar dan posisinya. Pemeriksaan
pendengaran dilaksanakaan dengan bantuan garputala untuk
mengetahui ada gangguan pendengaran atau tidak.
(e) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan atau bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung
mulai dari bagian luar, bagian dalam kemudian sinus-sinus.
Pada pemeriksaan hidung juga dilihat apakah ada polip dan
kebersihannya. (Prawihardjo, 2012)
(f) Mulut
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada
tidaknya trismus, halitosis dan labioskisis. Trismus yaitu
kesukaran membuka mulut. Halitosis yaitu bau mulut tidak
sedap karena personal hygine yang kurang. Labioskisis yaitu
keadaan bibir tidak simetris. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan pada gusi untuk menilai edema atau tanda-tanda
radang.
Diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau tidak.
Dan ada caries dentis atau tidak.
(g) Leher
Tujuan pengkajian leher secara umum adalah
mengetahui bentuk leher serta organ-organ penting yang
berkaitan. Palpasi pada leher dilakukan untuk mengetahui
keadaan dan lokasi kelenjar limfe, kelenjar tyroid dan trakea.
Pembesaran kelanjar limfe dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit, misalnya peradangan akut/ kronis.pembesaran limfe
juga terjadi dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau sifilis.
Palpasi kelenjar tyroid dilakukan untuk mengetahui adanya
pembesaran kelenjar tyroid yang biasanya disebabkan oleh
kekurangan garaam yodium.
(h) Payudara
Simetris/tidak, Konsistensi, ada pembengkakan /tidak,
Puting menonjol/tidak, lecet/ tidak
(i) Abdomen
(1) Uterus Normal; Kokoh, berkontraksi baik. Tidak berada
di atas ketinggian fundal saat masa nifas segera.
(2) Abnormal; Lembek, diatas ketinggian fundal saat masa
post partum segera.
(3) Kandung kemih; bisa buang air/tak bisa buang air.
(j) Genetalia
(1) Lochea Normal; Merah hitam (lochea rubra), bau biasa,
tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
(ukuran jeruk kecil), Jumlah perdarahan yang ringan atau
sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam).
(2) Abnormal; Merah terang, bau busuk, mengeluarkan darah
beku, perdarahan berat (memerlukan penggantian
pembalut setiap 0-2 jam).
(3) Keadaan perinium: odema, hematoma, bekas luka
episiotomy/robekan, heacting.
(4) Keadaan anus : Hemoroid.
(k) Ekstremitas
Inspeksi: ada edema (tekan daerah tibia/dorsalis pedis
bila ada cekungan di bekas tekanan: edema +), varises,
kesimetrisan, kelainan). Lakukan pengetukan dengan reflex
hammer di daerah tendon muskulus kuadriser femoris di
bawah patella.
6) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium membantu dan menentukan baik
dalam penanganan kasus perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi
dan preeklamsia/ eklamsia, maupun kasus kegawatdaruratan yang
lain.
2) Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ke-dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat
dirumuskan masalah dan diagnose yang spesifik. Baik rumusan diagnosis
maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani, meskipun masalah tidak
bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus mendapatkan penanganan.
a. Data Subjektif
1. Identitas pasien
a) Nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu dengan yang
lain.
b) Umur pasien dikaji untuk menentukan apakah pasien dalam usia
reproduksi atau tidak
c) Agama pasien dikaji sebagai pedoman asuhan yangdiberikan sesuai
dengan kepercayaan yang dianut
d) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan yang
berhubungan dengan masalah yang merugikan kesehatan ibu.
e) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui tingkat pengatahuan dan
metode komunikasi yang akan disampaikan Tingkat pendidikan
seorang ibu hamil sangat berperan dalam kualitas perawatan
kehamilan. Penguasaan pengetahuan juga erat kaitannya dengan
tingkat pendidikan seseorang.
f) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi
pasien, tingkat ekonomi.
g) Alamat pasien dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar
pasien.
2. Keluhan utama dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pesien
saat ini.
3. Riwayat Kesehatan
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah
menderita atau sedang menderita penyakit-penyakit meliputi hipertensi,
jantung, TBC, paru-paru, asma, diabetes mellitus, riwayat penyakit/
trauma tulang punggung.
4. Riwayat Obstetri
Riwayat obstetri dikaji untuk mengetahui kesehatan reproduksi
yang dialami oleh pasien baik riwayat menstruasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas.
5. Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama pasien menikah, sudah
berapa kali pasien menikah, berapa umur pasien dan suami pada saat
menikah, sehingga dapat diketahui apakah pasien masuk dalam
infertilitas sekunder atau bukan.
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu sudah menjadi akseptor KB lain
sebelum menggunakan KB pil dan sudah berapa lama menjadi akseptor
KB tersebut.
7. Data psikososial
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu
sehubungan dengan hubungan pasien dengan suami, keluarga, dan
tetangga. Dan bagaimana pandangan suami dengan alat kontrasepsi
yang dipilih apakah mendapat dukungan atau tidak.
8. Pola kehidupan sehari-hari
f) Pola nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan atau terdapatnya
alergi.
g) Pola eliminasi
Dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan BAK baik frekuensi
dan pola sehari-hari
h) Pola istirahat
Dikaji untuk mengetahui pola tidur serta lamanya tidur.
i) Pola personal hygiene
Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali,
bagaimana kebersihan lingkungan apakah memenuhi syarat
kesehatan.
j) Pola aktifitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini
perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya.
k) Pola seksual
Dikaji apakah ada gangguan atau keluhan dalam hubungan
seksual.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan RR) yang dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya, Sehingga bidan dapat mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan medis pada pasien.
a) Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita
laporkan dengan criteria sebagai berikut :
(1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadp
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan berjalan.
(2) Lemah
Pasien dimasukkan dalam criteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain dn pasien sudah tidak mampu lagi berjalan sendiri.
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
kita dapat mengakaji tingkat kesadaran mulai dari compos mentis
sampai koma.
c) Berat Badan
d) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah
Tekanan darah arteri menggambarkan dua hal, yaitu besar
tekanan yang dihasilkan vertikel kiri sewaktu berkontraksi
(angka sistolik). Nilai normal rata-rata tekanan sistol pada
orang dewasa adalah 100 sampai 140 mmHg, sedangkan rata-
rata diastol adalah 60 sampai 90 mmHg.
2) Nadi
Nadi adalah gelombang yang diakibatkan oleh adanya
perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan
(Vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi
vebtrikel melawan dinding aorta. Tekanan nadi adalah
tekanan yang ditimbulkan oleh perbedaan sistolik dan
diastolic. Normalnya 60-80 kali per menit.
3) Pernafasan
Pernafasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dalam paru dan penganturan asam basal. Adapun pernapasan
pada orang dewasa yaitu 16-24x/menit.
4) Suhu
Suhu adalah derajat panas yangpertahankan oleh tubuh
dan diatur oleh hipotalamus (dipertahankan dalam batas
normal yaitu ± 36 ̊ C dari 37 ̊C) dengan menyeimbangkan
anatara panas yang dihasilkan dan panas yang dilepaskan.
Suhu normal pemeriksaan Axila yaitu 36,6ºC.
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, meliputi : pemeriksaan khusus (terdiri dari inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan penunjang yaitu
laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya.
(a) Kepala
Inspeksi dengan memperhatikan bentuk kepala terdapat
benjolan atau tidak, nyeri tekan dan dan kebersihan kepala.
(b) Muka
Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah
kulitnya normal atau tidak, pucat/tidak, atau ikterus.
(c) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan untuk menilai adanya visus
atau ketajaman pengelihatan. Pemeriksaan skelera bertujuan untuk
menilai warna, apakah dalam keadaan normal yaitu putih. Apabila
ditemukan warna lain. Pemeriksaan pupil, secara normal berbentuk
bulat dan simetris. Apabila diberikan sinar, akan mengecil.
Midriasis aatu dilatasi pupil menunjukkan adanya rangsangan
simpatis. Sedangkan miosis menunjukkan kadaan pupil yang
mengecil. Pupil yang berwarna putih menunjukkan kemungkinan
adanya pnyakit katarak. Kondisi bola mata yang menonjol
dinamakan eksoftalmos dan bola mata mengecil dinamakan
enoftalmos. Strabismus atau juling merupakan sumbu visual yang
tidak sejajar pada lapang gerakan bola mata, selain itu terdapat
nistagmus yang merupakan gerakan bola mata ritmik yang cepat
dan horizontal.
(d) Telinga
Pada pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan
pemeriksaan daun telinga dan liang telinga dengan menentukan
bentuk, besar dan posisinya. Pemeriksaan pendengaran
dilaksanakaan dengan bantuan grfutala untuk mengetahui ada
gangguan pendengaran atau tidak.
(e) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
atau bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung mulai dari
bagian luar, bagian dalam kemudian sinus-sinus. Pada pemeriksaan
hidung juga dilihat apakah ada polip dan kebersihannya.
(f) Mulut
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya
trismus, halitosis dan labioskisis. Trismus yaitu kesukaran
membuka mulut. Halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena
personal hygine yang kurang. Labioskisis yaitu keadaan bibir tidak
simetris. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada gusi untuk
menilai edema atau tanda-tanda radang.
Diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau tidak. Dan
ada caries dentis atau tidak.
(g) Leher
Tujuan pengkajian leher secara umum adalah mengetahui
bentuk leher serta organ-organ penting yang berkaitan. Palpasi
pada leher dilakukan untuk mengetahui keadaan dan lokasi
kelenjar limfe, kelenjar tyroid dan trakea. Pembesaran kelanjar
limfe dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, misalnya
peradangan akut/ kronis.pembesaran limfe juga terjadi dibeberapa
kasus seperti tuberculosis atau sifilis. Palpasi kelenjar tyroid
dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar tyroid
yang biasanya disebabkan oleh kekurangan garaam yodium.
(h) Dada
Suara paru-paru dan jantung, putting, benjolan, dan nyeri
tekan. Mengkaji kesehatan pernafasan.
(i) Abdomen
Diperiksa untuk mengetahui adanya bekas operasi pada
daerah abdomen atau tidak.
(j) Genetalia
Dikaji apakah adanya condiluma aquminata dan diraba
adanya infeksi kelenjar batholini dan kelenjar skene atau tidak.
(k) Anus
Apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.
(l) Ekstermitas
Inspeksi: ada edema (tekan daerah tibia/dorsalis pedis bila ada
cekungan di bekas tekanan: edema +), varises, kesimetrisan,
kelainan). Lakukan pengetukan dengan reflex hammer di daerah
tendon muskulus kuadriser femoris di bawah patella.