Anda di halaman 1dari 91

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan TM III


1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis bagi setiap
wanita yang memiliki organ reproduksi yang sehat yang telah mengalami
menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang sehat maka
besar kemungkinan akan mengalami kehamilan. Masa kehamilan di mulai dari
konsepsi sampai lahirnya Janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir (Oktaviani, 2018).
Kehamilan merupakan pengalaman yang sangat bermakna bagi perempuan,
keluarga dan masyarakat. Perilaku ibu selama masa kehamilannya, perilaku ibu dalm
mencari penolong persalinan aka mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang
dilahirkan. Bidan harus mempertahankan kesehatan ibu dan janin serta mencegah
komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan sebagai satu kesatuan yang utuh
(Nurrezki,dkk,2018.)
Pembagian kehamilan dibagi dalam 3 trimester, yaitu: trimester I dimulai dari
konsepsi sampai tiga bulan (0 – 12 minggu), trimester II dimulai dari bulan keempat
sampai enam bulan (12 – 28 minggu), dan trimester III dimulai dari bulan ke tujuh
sampai sembilan bulan (28 - 42 minggu) (Prawirohardjo, 2018).
Proses terjadinya kehamilan mulai dari pertemuan sel sperma dan ovum.
Secara sederhana kehamilan diartikan sebagai kondisi dimana terdapat janin di
dalam tubuh wanita akibat aktivitas seksual dengan pasangannya. Pembuahan terjadi
dalam rentang satu minggu dari ibu selesai haid atau pada 14 hari sebelum siklus
haid berikutnya. Inilah dikatakan masa subur dari calon ibu, dalam waktu 7-10 hari
berikutnya sel telur yang sudah dibuahi akan tertanam (Implantasi) pada dinding
uterus dinamakan kehamilan. (Rahayu, 2017).
2. Perubahan Fisiologis Pada Masa Kehamilan
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Pada akhir kehamilan biasanya kontraksi sangat jarang dan meningkat
pada satu dan dua minggu sebelum persalinan, peningkatan kontraksi
myometrium ini menyebabkan otot fundus tertarik ke atas. Segmen atas uterus
yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal dan memendek serta
memeberikan tarikan yang lambat dan stabil terhadap serviks yang relatif
terfiksasi yang menyebabkan dimulainya peregangan dan pematangan serviks
yang disebut dengan pembukaan serviks. (Rismalinda,2015)
Ukur tinggi fundus uteri
Tabel 2.1 TFU menurut penambahan per-tiga jari jari.

Usia Kehamilan TFU Dengan jari-jari

12 minggu 1-2 dua jari di atas sympisis

16 minggu Pertengahan pusat-sympisis

20 minggu 3 Jari dibawah pusat

24 minggu Setinggi pusat

28 minggu 3 Jari di atas pusat

32 minggu Pertengahan pusat-prosessus


xifoideus

36 minggu 1 Jari dibawah prosessus


xifoideus

40 minggu 3 Jari di bawah prosessus


xifoideus

2). Serviks

Akibat bertambahnya aktivitas uterus selama kehamilan, serviks


mengalami pematangan secara bertahap dan kanal mengalami dilatasi.
Pembukaan serviks yang merupakan mekanisme yang terjadi saat jaringan ikat
serviks yang keras dan panjang secara progresif melunak dan memendek dari
atas kebawah. Serat otor yang melunak sejajar os serviks internal tertarik ke
atas, masuk ke segmen bawah uterus dan berada di sekitar bagian presentasi
janin dan air ketuban. Sedangkan kanal yang tadi berukuran kira-kira 2,5cm
menjadi orifisium dengan bagian tepinya setipis kertas. (Rismalinda,2015)
a) Vulva Vagina
Dinding vagina mengalami banya perubahan yang merupakan
persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan
meningkatkan ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan
hipertrofi otot polos. Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya
dinding vagina. (Rismalinda,2015)
b) Payudara
Mamae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, estrogen dan progesteron. Pada kehamilan akan
terbentuk lemak sehingga mamae akan menjadi lebih besar. Payudara
akan terus tumbuh disepanjang kehamilan dan ukuran serta beratnya
meningkat hingga mencapai 500 gram untuk masing –masingg payudara.
Areola menjadi lebih gelap dan dikelilingi oleh kelenjar–kelenjar sebasea
yang menonjol. Pada trimester III beberapa ibu akan mulai mengeluarkan
kolostrum. Kolostrum merupakan cairan sebelum menjadi susu yang
berwarna krem atau putih kekuningan (Rukiah & Yulianti, 2014).
Diakhir kehamilan kolostrum dapat keluar dari payudara, progesteron
menyebabkan puting lebih menonjol dan dapat digerakkan. Meskipun
dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon
prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone. Peningkatan prolaktin
akan merangsang sistensis lactose dan akhirnya akan meningkatkan
produksi air susu. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan
menghitam (Rismalinda,2015).
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama masa
kehamilan sebagai persiapan masa laktasi. Perkembangan payudara tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan yaitu hormon
estrogen dan hormon somatommatropin.
1) Hormon Estrogen berfungsi :
a) Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara
b) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga
payudara tampak makin besar
c) Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak dan air dengan
menyebabkan rasa sakit payudara
2) Hormon Progesteron berfungsi :
a) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi
b) Meningkatkan jumlah sel asinus
3) Hormon Somatommatropin berfungsi :
a) Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin
dan laktoglobulin
b) Penimbunan lemak di sekitar alveolus payudara
c) Merangsang penularan kolostrum pada kehamilan. (Diki dkk,
2017).
1) Sistem Endokrin
Menurut (Diki dkk,2017) sistem endokrin terdiri dari :
a) Hormon plasenta
Sistem hormon plasenta dan HCG dari plasenta janin mengubah organ
endokrin secara langsung. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan produksi
globulin meningkat dan menekan produksi tiroksin, kortikosteroid dan steroid,
dan akibatnya plasma yang mengandung hormon-hormon ini akan meningkat
jumlahnya. Tetapi kadar hormon bebas tidak mengalami peningkatan yang
besar.
b) Kelenjar Hipofisi
Berat badan hipofisis anterior meningkat antara 30-50% yang
menyebabkan perempuan hamil menderita pusing.
c) Kelenjar Tiroid
Dalam kehamilan, normalnya ukuran kelenjar tiroid akan mengalami
pembesaran kira-kira 13% akibat adanya hiperplasi dari jaringan glandula dan
peningkatan vaskularitas. Secara fisiologis akan terjadi peningkatan ambilan
iodine sebagai kompetensi kebutuhan ginjal terhadap iodine yang meningkat
laju filtrasi glomerulus.
2) Sistem kekebalan
HCG mampu menurunkan respon imun pada perempuan hamil. Selain itu
kadar Ig G, Ig A, dan Ig M serum menurun mulai dari minggu ke 10 kehamilan
hingga mencapai kadar terendah pada minggu ke 30 dan tetap berada pada kadar
ini hingga aterm. (Diki dkk,2017)
3) Sistem perkemihan
Pada akhir kehamilan, akan muncul keluhan sering berkemih karena kapasitas
kandung kemih akibat pembesaran uterus dan kepala janin mulai turun ke pintu
atas panggul (PAP). Desakan ini menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh
(Rismalinda, 2015).
4) Sistem pencernaan
Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan anus bagian bawah
sehingga terjadi sembelit (konstipasi). Sembelit semakin berat karena gerakan otot
di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesterone. (Elisabeth, 2015)
5) Sistem musculoskeletal
Estrogen dan relaksasi memberi efek maksimal pada relaksasi otot dan
ligament pelvic pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvic untuk
meningkat kemampuannya dalam menguat posisi janin diakhiri kehamilan dan
saat kelahiran. Penelitian terbaru menemukan bahwa meski relaksasi
kemungkinan menyebabkan relaksasi ligamen pelvic, bukan berarti merupakan
gejala sakit.
Bentuk tubuh selalu berubah sebab menyusaikan dengan pembesaran uterus ke
depan, akibat dan tidak adanya otot abdomen. Bagi perempuan yang kurus
lekukan lumbalnya lebih normal dan menyebabkan lordosis, yang gaya beratnya
berpusat pada kaki bagian belakang. Kondisi ini menyebabkan rasa sakit berulang
yang dialami perempuan selama kehamilannya dan kadang terasa cukup nyeri.
(Rismalinda,2015).
6) Sistem kardiovaskuler
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi adanya sirkulasi ke plasenta,
uterus yang membesar dengan pembuluh – pembuluh darah yang membesar.
Volume darah meningkat sekitar 1500 ml (nilai normal 8,5% sampai 9% berat
badan). Peningkatan terdiri atas 1000ml plasma ditambah 450ml sel darah merah.
Peningkatan mulai terjadi pada minggu ke 10 sampai ke – 12, mencapai puncak
sekitar 30 % – 50% pada minggu 20 – 26 minggu, dan menurun setelah minggu
30 (Rismalinda, 2015).
Pada kehamilan 30 minggu, curah jantung agak menurun karena rahim yang
membesar menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke jantung. Selama
persalinan, curah jantung meningkat sebesar 30%, setelah persalinan curah
jantung menurun sampai 15-25% diatas batas kehamilan lalu secara perlahan
kembali ke batas kehamilan. Peningkatan curah jantung selama kehamila
kemungkinan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran darah ke rahim.
Karena janin terus tumbuh, maka darah lenih banyak dikirim ke rahim ibu.
Sedangkan pada akhir kehamilan, rahim menerima seperlima dari seluruh darah
ibu. (Elisabeth,2015).
7) Sistem integumen
Kulit mengalami peningkatan pigmentasi pada tubuh, namun peningkatan
pigmentasi bervariasi sesuai dengan warna kulit dan ras. Tempat yang mengalami
hiperpigmentasi diantaranya areola mamae, garis tengah abdomen (Linea
abdomial), perinium, aksila, dan wajah. Hiperpigmentasi pada wajah salah satunya
adalah kloasma gravidarum yang biasanya terjadi pada pertengahan kehamilan.
(Diki dkk,2017).
8) Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang
mendasar, dimana kebutuhan nutrisi menjadi makin tinggi untuk pertumbuhan
janin dan persiapan pemberian ASI. (Diki dkk,2017).
9) Berat badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adanya adaptasi
ibu terhadap pertumbuhan janin. Analisa dari berbagai penelitian menunjukkan
bahwa berat badan yang bertambah berhubungan dengan perubahan fisiologis
yang terjadi pada kehamilan dan lebih dirasakan pada ibu primigravida untuk
menambah berat badan pada masa kehamilan.
Tabel 2.2 kenaikan BB yang dianjurkan selama hamil berdasarkan IMT
sebelum hamil.

IMT sebelum hamil Kenaikan BB yang


Dianjurkan selama hamil
Kg Pon

Rendah (IMT<19,8) 12,5-18 28-40

Normal (IMT 19,8-26,00) 11,5-16 25-35

Tinggi (IMT>26,0-29,00) 7,0-11,5 15-25

Obesa (IMT > 29,0) <7,00 <15


Kenaikan Berat Badan pada trimester 1 hanya sekitar 0,7-1,4kg, sedangkan
pada trimester selanjutnya peningkatan berat badan per minggu 0,35-0,5kg.
adapun perkiraan distribusi dari penambahan berat badan selama hamil sebagai
berikut :

Tabel 2.3 penambahan BB selama hamil pada masing-masing komponen


tubuh.

Komponen Tubuh Penambahan Berat

Jaringan ekstrauterin 1 Kg

Janin 3-3,8 Kg

Cairan amnion 1 kg

Plasenta 1-1,1kg

Payudara 0,5-2 kg

Tambahan darah 2-2,5 kg

Tambahan cairan jaringan 1,5-2,5 kg

Tambahan jaringan lemak 2-2,5 kg

Total 11,5-16 (rentang Kenaikan


BB selama hamil untuk
Ibu dengan IMT normal)

10) Darah dan pembekuan darah


Penurunan tahanan vaskuler prifer selama kehamilan terutama disebabkan
oleh relaksasi otot polos sebagai pengaruh dari hormon progrsteron. Penurunan
dalam peripheral vascular resistence mengakibatkan adanya penurunan tekanan
darah selama usia kehamilan pertama. Tekanan sistolik turun sekitar 5 sampai 10
mmHg dan distolik 10 sampai15 mmHg. Setelah usia kehamilan 24 minggu,
tekanan darah sedikit demi sedikit naik kembali pada tekanan darah sebelum
hamil pada saat aterm. (Rismalinda,2015).
a) Sel darah
Jumlah sel darah merah semakin meningkat, untuk bisa mengimbangi
pertumbuhan janin dalam rahim. Tetapi pertumbuhan sel darah tidak
seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi,
yang disertai anemi fisiologis.
b) Pembekuan /koagulasi
Perubahan pada kadar fibrinogen, faktor-faktor pembekuan, dan
platelets selama kehamilan berakibat pada peningkatan kapasitas untuk
pembekuan, berakibat naiknya resiko terjadinya DIC (disseminated
intravaskuler coagulation) seperti yang terjadi pada komplikasi-komplikasi,
antara lain molahidatidosa dan solusio plasenta.
11) Sistem pernafasan
Terjadi perubahan guna dapat memenuhi kebutuhan oksigen, karena
pembesaraan uterus terutama pada bulan-bulan terakhir kahailan dan kebutuhan
oksigen yang meningkat kurang lebih 20% untuk metabolisme janin. Oleh karena
itu, diafraghmanya tidak dapat bergerak bebas dan menyebabkan bagian thorax
juga melebar ke sisi luar. Dorongan rahim yang membesar terjadi desakan
diafragma, terjadi desakan rahim, kebutuhan oksigen meningkat, dan ibu hamil
akan bernafas lebih cepat 20-25% dari biasanya. (Rismalinda,2015).
12) Sistem persarafan
Pada ibu hamil akan ditemukan rasa sering kesemutan atau acroestresia pada
ekstremitas desebabkan postur tubuh ibu yang membungkuk. Odema pada
trimester III, odema menekan saraf perifer bawah ligamen carpal pergelangan
tangan menimbulkan carpal tumer sindrom, yang ditandai dengan perestisia dan
nyeri pada tangan yang menyebar ke siku (Diki Dkk, 2017).
1. Kebutuhan Fisik Pada Ibu Hamil
Menurut (Diki Retno,2017) kebutuhan fisik ibu hamil terdiri dari :
Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Trimester III
a) Oksigen
b) Nutrisi
c) Personal Hygine
d) Eliminasi
e) Kebutuhan seksual
f) Mobilisasi
g) Senam hamil
h) Kebutuhan istirahat
i) Kebutuhan imunisasi
a. Nutrisi ibu hamil

Saat hamil seseorang ibu memerlukan gizi seimbang lebih banyak dari
pada sebelum hamil, sehingga secara umum porsi makan saat hamil 1 porsi lebih
banyak dibandingkan sebelum hamil.

Ada 3 manfaat asupan nutrsisi yang dimakan ibu hamil, yaitu (1) untuk
asupan gizi tubuh ibu sendiri agar tidak terjadi kurang energy kronis (KEK), (2)
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta (3) untuk mempersiapkan
pembentukan ASI. Dalam logo gizi seimbang, bahan makanan yang
dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi yang dikenal dengan sebutan
triguna makanan, yaitu (1) sumber zat tenaga (padi-padian, umbi-umbian,
tepung-tepungan yang berada pada dasar kerucut), (2) zat pengatur (sayur dan
buah-buahan, tergambar dalam tengah keruncut) dan (3) zat pembangun
(kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahan yang tergambar pada
bagian atas kerucut).

Asupan gizi dengan pola gizi seimbang, beragam dan proposional.


Asupan gizi tersebut meliputi sumber kalooriu (karbohidrat dan lemak ), protein,
asam folat, vit B 12, zat besi, zat seng, kalsium, vitamin C, vitamin A, vitamin
B6, vitamin E, kalsium, iodium, serat dan cairan. Selama kahamilan ibu tidak
perlu berpantang makanan, namun asupan gula, garam dan lemak.

Nutrisi diperlukan untuk pertumbuhan janin, plasenta, uterus, payudara,


dan kenaikan metabolisma. Kekurangan dan kelebihan nutrisi dapat
menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada ibu hamil. Nutrisi yang baik
bagi ibu hamil yaitu per harinya mengandung 2500 kalori, 85 gram protein, 15
gram kalsium, 30 mg zat besi, 400 mikrogram asam folat. Kecakupan gizi pada
ibu hamil dapat dilihat dari peningkatan berat badan. Peningkatan berat badan
yang di rekomendasikan yaitu antara 10 – 12 kg selama hamil (Rismalinda,
2015).
Pada ibu hamil diupayakan agar tidak mengalami defisiensi Fe yang
dapat menyebabkan anemia, karena anemia dapat berakibat buruk dalam
kehamilan, persalinan atau nifas. Sehingga ibu hamil diharuskan untuk
mengkonsumsi 90 tablet Fe setiap hari selama kehamilan untuk mencegah
anemia pada ibu hamil (Rukiah & Yulianti, 2014).

b. Oksigen bagi ibu hamil


Pada masa kehamilan kebutuhan oksigen meningkat sampai 20 % dari
kondisi sebelum hamil untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan jaringan ibu
dan janin. Namun disisi lain dengan semakin besarnya kehamilan, uterus akan
mendesak diafragma sehingga mengurangi kapasitas total paru dan biasanya
menyebabkan keluhan sesak nafas. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mengurangi keluhan tersebut:
1. Diupayakan ibu bernafas lebih dalam dari biasanya untuk mendapatkan
oksigen yang lebih banyak.
2. Latihan nafas melalui senam hamil.
3. Tidur dengan bantal lebih tinggi.
4. Tidur miring kiri untuk meningkatkan oksigenasi ke fetoplasenta.
5. Kurangi atau hentikan merokok.
6. Makan tidak terlalu banyak.
7. Konsultasikan ke dokter jika ada gangguan pernafasan seperti asma.
c. Personal hygiene
Selama kehamilan tidak ada larangan untuk mandi. Mandi diperlukan
untuk menjaga kebersihan tubuh mengigat pada masa kehamilan terjadi
peningkatan sekresi keringat. Bersihkan daerah lipatan seperti ketiak, bawah
payudara dan daerah genitalia dengan air bersih dan keringkan.Gunakan sabun
yang lembut dan ringan.Tidak dianjurkan douching dan mandi berendam.Untuk
mencuci rambut (keramas) minimal 2-3 kali dalam seminggu.
Hipersalivasi pada masa kehamilan sering kali menyebabkan gangguan
pada gigi dan gusi.Dianjurkan ibu secara teratur gosok gigi dengan benar
minimal 2 kali sehari (misalnya setelah sarapan dan sebelum tidur), agar
kesehatan gusi terjaga.Ibu juga dianjurkan untuk mencuci tangan sebebelum dan
setelah makan serta setelah BAB dan BAK.
Personal hygiene ini berkaitan dengan perubahan sistem pada tubuh ibu
hamil. Ibu hamil mengalami perubahan pada sistem tubuhnya seperti stimulus
estrogen menyebabkan fluor albus. Untuk mencegah terjadinya infeksi, ibu dapat
mandi dengan teratur dan mencuci vagina dari depan ke belakang. Kebersihan
tubuh harus terjaga selama kehamilan. Sementara itu, pakaian pada ibu hamil
yang dianjurkan yaitu pakaian longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat
pada daerah perut, pakaian dalam atas yang menyokong payudara dan bersih,
sepatu dengan tumit tidak terlalu tinggi. Beristirahat cukup minimal delapan jam
pada malam hari dan dua jam pada siang hari (Rukiah & Yulianti, 2014).
d. Perawatan payudara pada masa kehamilan
Tindakan yang dapat dilakukan dalam rang perawatan payudara masa
kehamilan meliputi:
1.Membersihkan payudara dan puting setiap hari dengan air hangat dan handuk
yang lembut dan bersih kemudian keringkan dengan hati-hati.
2.Jika kolostrum menggerak pada puting, lunakkan dengan mengoles krim
khusus untuk puting sebelum berusaha membuangnya.
3.Pegang payudara dengan lembut.
4.Pakai bra yang menyokong.
5.Pada bulan ke 9 mulailah persiapan untuk menyusui.
Perawatan payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga
dapat segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Persiapan psikologis
ibu untuk menyusui pada saat kehamilan atau sikap yang positif harus sudah
terjadi pada saat kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya (Rukiah & Yulianti,
2014).
e. Pakaian ibu hamil
Ibu hamil dianjurkan untuk menggunakan pakaian yang nyaman dan tidak
ketat (longgar) agar tidak mengganggu tumbuh kembang janin, seperti stoking
ketat pun harus dihindari karena dapat mengganggu aliran darah.Pakaian yang
digunakan sebaiknya dari bahan katun yang mudah menyerap keringat, mudah
dicuci dan gunakan sekali pakai saja.Pakaian hamil biasanya belum di perlukan
hingga bulan kelima.Jika diperlukan ibu bisa menggunakan korset maternitas
untuk menyokong perut.
Peningkatan massa payudara juga meningkatkan rasa nyeri sehingga
dibutuhkan bra dengan ukuran pas dan menyangga, bahan lembut, berpori dan
mudah dicuci, tali bahu yang mudah disesuaikan dan tali belakang yang lebar
dengan beberapa pengait yang mudah disesuaikan. Dianjurkan untuk
menggunakan sepatu tumit rendah, sepatu yang nyaman dengan alat lebar.
f. Eliminasi ibu hamil
Keluhan yang sering dialami berkaitan dengan BAB adalah konstipasindan
hemoroid.Selama hamil dapat dicegah dengan rutin BAB setiap hari,
menkonsumsi cairan dalam jumlah memadai, cukup olahraga setiap hari, jika
dibutuhkan gunakan laksatif ringan.
Selama masa kehamilan system imunitas tubuh ibu mengalami penurunan.
Jika ibu mempunyai kebiasaan menahan kencing, sehingga mikroorganisme
bertahan lebih lama dikandung kemih, hal ini akan membuat ibu hamil lebih
rentah menderita infeksi saluran kemih (ISK). Terlebih lagi selama kehamilan
produksi lendir dari vagina dan servik lebih banyak, yang menyebabkan suasana
daerah kemaluan lebih lembab dan memungkinkan mikroorganisme berkembang
dengan lebih mudah.Oleh karena itu, ibu hamil disarankan segera berkemih jika
sudah merasakan ingin berkemih, jangan ditahan.
g. Hubungan seksual
Hubungan seksual pada ibu hamil secara umum tidak dianggap berbahaya
dan boleh dilakukan kapanpun menginginkan bahkan sampai menjelang
persalinan, asalkan dengan hati-hati. Adapun kontraindikasi dalam berhubungan
seksual selama hamil seperti riwayat abortus, riwayat partus prematurus,
perdarahan pervaginam,ketuban sudah pecah dan jika sudah ada pembukaan .
jika memiliki riwayat yang buruk, hubungan seksual harus dihindari karena
cairan prostat pada sperma mengandung banyak prostaglandin yang dapat
menyebabkan uterus berkontraksi.
Hubungan seksual bermanfaat untuk melatih otot-otot panggul sebagai
persiapan menghadapi proses persalinan. Hubungan seksual setelah usia
kehamilan 30 minggu akan mengalami kesulitan dalam hal tehnik, karena ukuran
perut wanita yang semakin membesar. Oleh karena itu posisi berhubungan yang
dianjurkan adalah yang tidak member tekanan pada perut ibu seperti posisi dari
belakang atau posisi wanita diatas.
h. Mobilisasi dan body mekanik
Mobilisasi (aktivitas) selama hamil bermanfaat untuk memperbaiki
sirkulasi darah, menambah nafsu makan, pencernaan menjadi lebih baik, dan
tidur menjadi lebih nyenyak. Dianjurkan berjalan-jalan di pagi hari dengan udara
yang masih segar.
Body mekanik adalah sikap tubuh yang baik pada ibu hamil. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan tentang sikap tubuh ibu hamil, yaitu:

1. Sikap tubuh yang buruk dapat mengakibatkan rasa sakit yang tidak nyaman
pada tubuh, misalnya sakit pinggang.
2. Jika kebiasaan sikap tubuh ibu sebelum hamil tidak baik, setelah kehamilan
dapat memperberat rasa tidak nyaman.
3. Sikap tubuh yang baik harus dibiasakan untuk kegiatan sehari-hari.
i. Senam hamil
Senam hamil merupakan suatu program berupa latihan fisik yang cukup
penting bagi ibu hamil sebagai persiapan untuk menghadapi persalinan, agar
persalinannya normal dan relative cepat dan aman. Senam hamil boleh dilakukan
setelah usia kehamilan 28 minggu, kecuali terdapat komplikasi tertentu pada
kehamilan.
Tujuan senam hamil antara lain agar ibu hamil dapat menguasai teknik
pernafasan yang bermanfaat terutama saat persalinan, melatih otot-otot dinding
perut agar semakin kuat untuk menopang tambahan berat badan, berlatih untuk
melakukan sikap tubuh yang baik (body mekanik) selama hamil, berlatih
melakukan relaksasi sempurna, memperbaiki sirkulasi dan meningkatkan daya
tahan tubuh, meningkatkan kepercayaan diri ibu serta meminimalkan kesulitan
pada saat menjalani proses persalinan.
Senam hamil dapat menjaga kondisi otot – otot dan persendian yang
berperan dalam proses mekanisme persalinan. Mempertinggi kesehatan fisik dan
psikis serta kepercayaan pada diri sendiri dan penolong dalam menghadapi
persalinan, membimbing ibu menuju suatu persalinan normal. Beberapa syarat
yang harus dipenuhi agar ibu dapat melakukan senam hamil adalah, ibu telah
melakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau bidan, latihan
dilakukan setelah kehamilan mencapai 22 minggu, latihan dilakukan secara
teratur dan disiplin, sebaiknya latihan dilakukan secara teratur dilakukan di
rumah sakit,puskesmas, atau klinik bersalin di bawah pimpinan instruktur senam
hamil (Rukiah & Yulianti, 2014).
j. Istirahat dan tidur

Ibu hamil dianjurkan untuk merencanakan periode istirahatnya yaitu


tambahan pada jumlah waktu istirahat, terutama pada akhir kehamilan. Anjuran
istirahat yang cukup pada ibu hamil minimal 6-7 jam malam hari dan 1-2 jam
siang hari. Posisi yang dianjurkan adalah berbaring miring kiri, untuk
meningkatkan sirkulasi darah pada uterus khususnya uteroplasenter. Ibu
sebaiknya tidur pakai kelambu, jangan pakai obat nyamuk bakar atau semprot.

k. Imunisasi pada masa kehamilan

Imunisasi yang biasa diberikan pada ibu hamil adalah imunisasi tetanus
toxoid untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum(Yuliani, 2017).

Tabel 2.4 Pemberian imunisasi selama hamil

Pemberian Selang Waktu


Masa Perlindungan Dosis
Imunisasi Minimal

TT 1 Langkah awal 0,5 cc


pembentukan
Wanita
kekebalan tubuh
hamil yang
terhadap tetanus
merasa sehat
tidak dilarang TT 2 4 minggu setelah 3 tahun 0,5 cc
untuk TT 1
berpergian
yang tidak TT 3 6 bulan setelah 5 tahun 0,5 cc
berefek buruk TT 2
bagi
kesehatan. TT 4 1 tahun setelah 10 tahun 0,5 cc
Perjalanan TT 3
biasanya
dilakukan TT 5 1 tahun setelah >25 tahun/seumur 0,5 cc
secara TT 4 hidup
bertahap
(misalnya setiap dua jam), sehingga ibu hamil memiliki waktu untuk beristirahat
dala perjalanan jauh dengan kendaraan sendiri.

l. Pekerjaan bagi ibu hamil

Setiap pekerjaan yang menyebabkan wanita hamil mengalami tekanan


fisik yang berat harus dihindari dan selama bekerja harus disediakan waktu
istirahat yang memadai. Wanita yang kehamilan sebelum bermasalah dengan
kemungkinan dapat berulang seperti BBLR, abortus, partus prematurus dapat
meminimalkan pekerjaan yang bersifat fisik.

4. Adaptasi Psikologis Trimester III


Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian, dimana ibu mulai
menantikan kelahiran bayi yang dikandungnya dengan penuh kewaspadaan.
Merupakan kombinasi antara perasaan bangga dan cemas tentang apa yang terjadi
saat persalinan. Perhatian wanita terfokus pada bayi yang akan dilahirkan.
Kedekatan ibu dan bayinya semakin berlanjut. Pembesaran Rahim dan pergerakan
janin merupakan hal yang terus mengingatkan wanita tentang keberadaan bayi.
Perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapan saja membuat ibu terjaga-jaga
sambil menunggu munculnya tanda-tanda persalinan. Wanita akan lebih protektif
terhadap bayinya, menghindari keramaian dan apapun yang dirasa berbahaya. Ibu
akan melakukan beberapa hal sebagai upaya menyambut kelahiran bayi seperti
menyiapkan nama, meberi baju bayi dan mempersiapkan ruangan untuk bayi.
Wanita juga akan bertanya-tanya tentang jenis kelamin bayi. Sejumlah ketakutan
dan kecemasan berkaitan dengan dirinya dan bayinya dapat muncul pada trimester
III.
Pada Trimester III, calon ibu akan semakin peka perasaannya, tingkat
kecemasan ibu akan semakin meningkat. Banyak calon ibu berkhayal atau bermimpi
tentang hal-hal negatif yang akan terjadi padanya ketika melahirkan. Calon ibu
sangat bergantung pada pasangannya. (Jenni,2016).
5. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan
a. Perdarahan pervaginam
1. Plasenta Previa
2. Solusio plasenta
3. Sakit kepala yang hebat
4. Bengkak di wajah, kaki dan tangan
5. Gerakan janin tidak terasa
6. Nyeri Perut yang hebat
7. Kejang
b. Hipertensi kehamilan lanjut
1. Hipertensi dalam kehamilan
2. preeklamsi dan eklamsia
c. Keluar cairan pervaginam (ketuban pecah dini-KPD)
d. Gerakan janin tidak terasa
1. Fetal distress.
2. Intra uterin fetal death (IUFD)
e. Nyeri perut bagian bawah (rupture uteri). (suparmi,2017)

6. Penatalaksaan Dalam Kehamilan


a. Standar Pelayanan ANC
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang terdiri dari:
1. Timbang BB dan ukur TB
2. Ukur TD
3. Ukur LILA
4. Ukur TFU
5. Tentukan presentasi janin dan DJJ
6. Skrining kasus imunisasi tetanus dan berikan imunisasi TT jika diperlukan
7. Beri tablet FE
8. Periksa laboratorium rutin dan khusus meliputi golongan darah, kadar HB,
protein urin, kadar gula darah, pemeriksaan darah malaria, tes sifilis, HIV,
BTA, dan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
9. Tatalaksana/penanganan kasus
10. Temu wicara (konseling) meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), peran suami atau keluarga dalam kehamilan dan perencanaa
persalinan, tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit
menular dan tidak menular, penawaran untuk melakukan tes HIV dan
konseling di daerah epidemic meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil
dengan IMS dan TB di daerah epidemi rendah, IMD dan pemberian ASI
ekslusif, KB pascasalin, imunisasi dan peningkatan kesehatan intelegensia
pada kehamilan (brain booster).
b. Tujuan asuhan antenatal meliputi :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social ibu
dan bayi
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
ekslusif.
6. Mempersiapakan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal (suparmi,2017).
B. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Dalam pengertian sehari – hari persalinan sering diartikan serangkaian
kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2018).

Persalinan sering digambarkan sebagai proses dimana janin, plasenta dan


selaput dikeluarkan melalui jalan lahir (Rahayu,2017).

Persalinan adalah suatu proses dimana janin plasenta dan selaput dikeluarkan
melalui jalan lahir. Persalinan normal terjadi pada kehamilan cukup bulan dan
berjalan secara spontan disaat permulaan dengan janin menunjukkan kepala sebagai
ujung depan (vortex presentation). Proses tersebut berakhir dalam waktu 1 jam tanpa
komplikasi apapun (Rohani, 2017).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut (JNPK-KR,2017) faktor-faktor yang mempengaruhi dalam


persalinan adalah :

a. Power (Tenaga/Kekuatan)
1. His kontraksi otot rahim
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kotraksi diagrafma atau kekuatan mengejan
b. Passage (Jalan lahir)
Terdiri dari jalan lahir lunak dan jalan lahir keras (tulang)
1. Bagian keras yang dibentuk oleh 4 buah tulang :
a. 2 tulang pangkal paha (os coxae)
b. 1 tulang kelangkang (os sacrum)
c. 1 tulang tungging (os coccyges)
2. Bagian Lunak
Bagian jalan lahir lunak terdiri dari segmen bawah rahim (SBR) yaitu
serviks, vagina, juga otot-otot, jaringan ikat dan ligaen-ligamen yang
berfungsi menyokong alat-alat urogenitalis yang semuanya
mempengaruhi dalam persalinan.
c. Passenger (Janin dan Plasenta)
Pessenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentase, letak, sikap
dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia
dianggap juga sebagai bagian dari passanger yang menyertai janin. Anmun
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.
d. Psikis (Psikologis)
e. Penolong (Bidan)
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.
3. Fisiologi Persalinan
a. Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I dimulai sejak terjadinya his yang teratur dan semakin meningkat

sehingga dapat menyebabkan pembukaan. Hingga serviks membuka lengkap.

Dalam kala I terjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. (Sulis Diana,

2019).

1. Fase Laten pada kala satu persalinan

Dimulai dari awal kontraksi yang dapat menyebabkan pembukaan hingga

pembukaan (3 cm) dan pada umumnya fase laten berlangsung selama 8

jam. (Sulis Diana, 2019)

2. Fase aktif pada kala satu persalinan

Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10

cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau

primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).terjadi

penurunan bagian terbawah janin (Buku Acuan Asuhan Persalinan

Normal,2017).

Fase aktif dibedakan menjadi 3 yaitu :

a) Fase akselerasi yaitu dari pembukaan serviks 3 menjadi 4 cm, fase ini

merupakan fase persiapan menuju fase berikutnya.

b) Fase dilatasi maksimal yaitu waktu ketika dilatasi serviks meningkat

dengan cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm selama 2 jam.

Normalnya pembukaan pembukaan serviks pada fase ini konstan yaitu

3 cm per jam untuk multipara dan 1,2 untuk primipara.


c) Fase Delarasi yaitu akhir fase aktif, Pembukaan menjadi lambat, dalam

kurun waktu 2 jam dari 9 cm menjadi 10 cm (Sulis Diana, 2019)

Tabel 2.5 Penurunan kepala janin menurut sistem perlimaan

Periksa Periksa
Keterangan
Luar Dalam

Kepala di atas PAP, mudah


digerakkan
= 5/5

Sulit digerakkan, bagian terbesar


H I – II
kepala belum masuk panggul

= 4/5

H II – Bagian terbesar kepala belum


III masuk panggul
= 3/5

Bagian besar kepala sudah


H III +
masuk panggul
= 2/5

H III –
Kepala di dasar panggul
IV
= 1/5

H IV Di perineum
= 0/5

b. Kala II (Pengeluaran)
Kala dua persalinan dimulai dari pembukaan lengkap serviks (10cm),
dilanjutkan dengan upaya mendorong bayi keluar dari jalan lahir dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua pesalinan disebut juga sebagai kala
pengeluaran bayi (Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal,2017).
Tanda dan gejala kala II
1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit
2. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan/atau vagina
4. Perinium terlihat menonjol
5. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
6. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah (Marisah,2014)
Tabel 2.6 Lamanya Persalinan

Lama Persalinan

Primipara Multipara

Kala I 13 Jam 7 Jam

Kala II 1 Jam ½ Jam


Kala III ½ Jam ¼ Jam

TOTAL 14 ½ Jam 7 ¾ Jam

c. Kala III(Pelepasan Plasenta)


Kala III dimulai pada saat bayi sudah lahir dan berakhir pada saat lahirnya
plasenta pada saat plasenta sudah terlihat di intoritus vagina lakukan klem
talipusat dan lakukan peregangan tali pusat terkendali pada bagian tangan
yang satunya melakukan gerakan secara dorsokranial hingga plasenta keluar
sebagian jika plasenta sudah keluar sebagian maka lakukan putaran searah
jarum jam untuk mengeluarkan plasenta seutuhnya ketika plasenta sudah
dilahirkan cek kelengkapan plasenta. (Nurhidayat Triananinsi, 2021)
Tanda-Tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal

dibawah ini :

1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus

2. Tali pusat memanjang

3. Semburan darah dan mendadak singkat

Tujuan MAK III adalah membuat uterus berkontraksi lebih efektif

sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi

kehilangan darah selama kala III persalinan jika dibandingkan dengan

pelepasan plasenta secara spontan. Sebagian besar (25-29%) morbiditas dan

mortalitas ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan akibat

atonia uteri dan separasi parsial/retensio plasenta yang dapat dicegah dengan

Manajeman Aktif Kala III.

Keuntungan MAK III :

1. Persalinan kala tiga yang lebih singkat

2. Mengurangi jumlah kehilangan darah

3. Mengurangi kejadian retensio plasenta (Buku Acuan Asiuhan Persalinan

Normal, 2017).

d. Kala IV (Kala Pengawasan)

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah

proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kal IV yaitu tingkat

kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, dan

pernapasan), kontraksi uterus, terjadinya perdarahan (perdarahan dianggap

masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 dampai 500 cc).
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca persalinan sebagai

berikut:

1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan

perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit

dalam satu jam kedua pada kal IV.

2) Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit

dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.

3) Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua

pasca persalinan

4) Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu

jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.

5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan

uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek

(Marisah,2014).

4. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Prinsip menyusu dan pembrian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan
ekslusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi kontak ke kulit ibu. Biarkan kontak
kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi
dapat menyusu sendiri. Bayi diberi topi dan diselinmuti. Ayah atau keluarga
dapat meberi dukungan dan membantu ibu selama proses ini. Ibu diberi
dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi
jika diperlukan.

a) Langkah Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah
lahir selama paling sedikit satu jam.
2) Bayi harus dibiarkan untuk melakukan IMD dan ibu dapat mengenali
bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika
diperlukan.
3) Menunda semua prosedur lainnhya yang harus dilakukan kepada BBL,
hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti :
pemberian salep/ tetes mata, pemberian vitamin K 1, menimbang dan
lain-lain.
b) Keuntungan IMD untuk ibu yaitu merangsang produksi oksitosin dan
prolactin pada ibu.
1) Pengaruh Oksitosin
a. Membantu kontraksi uterus sehingga menurunkan resiko perdarahan
postpartum (pascapersalinan).
b. Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi
ASI
c. Membantu ibu mengatasi stress sehingga ibu merasa tenang dan
tidak nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pascapersalinan
lainnya.
1) Pengaruh Prolaktin
a. Meningkatkan produksi ASI
b. Menunda ovulasi
c) Keuntungan IMD untuk bayi
1) Mempercepat keluarnya kolostrum yaitu makanan dengan kualitas dan
kuantitas optimal untuk kebutuhan bayi
2) Mengurangi infeksi dengan kekebalan pasif (melalui kolostrum) maupun
aktif
3) Mengurani 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah
4) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara ekslusif dan lamanya bayi
disusui. Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan isap,telan dan
napas. Reflex menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa
jam pertama setelah lahir.
5) Meningkatkan jalinan kasih saying ibu dengan bayi.
6) Mencegah kehilangan panas (Buku Acuan Asuhan Persalinan
Normal,2017).
C. Bayi Baru Lahir
1. Pengertian Bayi Baru Lahir.
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru dilahirkan selama satu jam pertama
kelahiran. Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir sampai usia 4 minggu. Bayi baru
lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang bertumbuh dan baru
saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian dari
kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstrauterin, bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram,
menangis spontan kurang dari 30 detik setelah lahir dengan nilai APGAR antara 7-
10. (NS. Wagiyo dkk.2016).
Bayi baru lahir secara normal pada usia kehamilan cukup bulan UK 37 –42

minggu dengan berat lahir 2500 – 4000 gram dan tanpa cacat bawahan. (Hasnider et

al., 2021).

2. Perubahan Bayi Baru Lahir


a) Perubahan Sistem Ginjal

Ginjal bayi baru lahir memperlihatkan penurunan aliran darah dan ginjal
dan penurunan laju filtrasi glomelorus. Hal ini dapat menimbulkan dengan mudah
retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus masih belom matang, yang dapat
menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan
elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu melakukan pemekatan (konsentrasi)
urine, yang mecerminkan pada berat jenis urine yang rendah.

Bayi baru lahir mengeskresikan sejumlah kecil urine pada 48 jam pertama
kehidupan, seringkali hanya sebanyak 30-60 ml. Protein atau darah tidak boleh
terdapat di dalam urine bayi baru lahir. Bidan harus senantiasa ingat bahwa masa
abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan fisik seringkali sebenarnya ginjal
dan bisajadi sebuah tumor, pembesaran atau penyimpangan pertumbuhan ginjal.
(Elisabeth Siwi,2016).

b) Perubahan Pada Hati

Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis,


yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel
hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama. Enzim
hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir. Contohnya pemberian obat
kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg/kg bb/hari dapat menimbulkan grey
baby syndrome (Elisabeth Siwi,2015)

c) Perubahan Sistem Imunitas


Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif terhadap virus yang berasal
dari ibunya, janin mendapatkan imunitas ini melalui berbagai yang melintas
transplasenta. Neonatus tidak memiliki imunitas pasif terhadap penyakit
(Elisabeth Siwi,2015).
Dengan adanya defisiensikekebalan alami dan dapat, bayi baru lahir
rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu pencgahan terhadap mikroba seperti
praktek persalinan yang aman dan menusui ASI dini serta deteksi dini terhadap
penyakit infeksi perlu dilakukan.
3. Ciri-ciri bayi baru lahir normal
1) Berat badan 2500-4000 gram
2) Panjang badan 49-50 cm
3) Lingkar dada 30-38 cm
4) Lingkar kepala 33-35 cm
5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
6) Pernafasan ± 40-60 kali/menit
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan
dilapisi verniks kaseosa.
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9) Kuku agak panjang dan lemas.
10) Genetalia : perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki-laki testis turun, skrotum sudah ada
11) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12) Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13) Reflek graps atau menggenggam sudah baik
14) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
memiliki karakteristik berwarna hitam kecoklatan. (NS. Wagiyo, dkk.2016).
4. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir
1) Perubahan system pernafasan
2) Perubahan system peredaran darah
3) Sistem pengaturan suhu, metabolism glukosa, gastrointestinal, dan kekebalan
tubuh.
4) Perubahan system reproduksi
5) Perubahan system muskuloskeletal
6) Perubahan system saraf
7) Perubahan system integument
8) Perlindungan termal (termolegurasi)
5. Asuhan bayi Baru Lahir Normal
Menurut (Sri Rahayu,2017) dalam setiap persalinan, penatalaksanaan bayi baru lahir
menganut beberapa prinsip yang penting dintaranya:
1) Membersihkan jalan napas
2) Isap lender dari mulut dan hidung (bila perlu)
3) Memotong dan merawat tali pusat
4) Lakukan inisiasi menyusi dini
5) Mempertahankan suhu tubuh bayi
6) Memberi vitamin K
7) Memberi obat tetes atau salep mata. Pemberian obat mata eritromisin 0.5% atau
tetrasiklin 1%
8) Identifikasi Bayi
9) Pemantauan bayi baru lahir.
10) Pemeriksaan fisik (head to toe)
11) Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuscular, di paha kanann, kira-kira 1-2 jam
setelah pemberian vit K
6. Kunjungan Neonatus
a. Kunjungan Neonatal Hari ke 1 (KN 1)
1) Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dapat dilaksanakan
sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan (>24 jam).
2) Untuk bayi yang lahir dirumah, bila bidan meninggalkan bayi sebelum 24 jam,
maka pelayanan dilaksanakan pada 6-24 jam setelah lahir.
Hal yang dilaksanakan :
1) Jaga kehangatan tubuh bayi
2) Berikan ASI ekslusif
3) Cegah infeksi
4) Rawat tali pusat
b. Kunjungan Neonatal Hari ke 2 (KN 2)
1) Jaga kehangatan tubuh bayi
2) Berikan ASI ekslusif
3) Cegah infeksi
4) Rawat tali pusat
c. Kunjungan Neonatal Hari ke 3 (KN 3)
1) Periksa ada/ tidak tanda bahaya dan atau gejala sakit
2) Jaga kesehatan tubuh
3) Beri ASI ekslusif
4) Rawat tali pusat

D. Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas adalah sejak dilahirkannya bayi hingga plasenta sampai dalam

kurun waktu 6 minggu disertai dengan pulihnya organ reproduksi pada wanita yang

sebelumnya pada masa kehamilan mengalami perubahan dan berkaitan saat

melahirkan. (Sulfianti et al., 2021).

2. Tahapan Masa Nifas


1. Immediate postpartum Masa dimana pasca lahirnya plasenta hingga 24 jam fase ini

adalah fase kritis karena bisa saja terjadi pedarahan post partum dikarenakan atonia

uteri danharus dilakukan pemantauan secara kontinu yaitu : kentraksi pada uterus,

pengeluaran lokea, kandung kemih, tekanan darah serta suhu

2. Early postpartum (>24 jam – 1 minggu) Pada tahap ini, petugas kesehatan harus

memastikan harus kondisi involusi uteri normal, tidak terdapat perdarahan, lokea

tidak ada bau busuk, tidak terjadi demam, ibu mendapat cukup makanan dan cairan,

serta ibu bisa menyusui dengan baik dan benar

3. Late postpartum (>1 minggu – 6 minggu) Di masa ini tenaga medis harus selalu

memberikan asuhan maupun pemeriksaan dan konseling perencanaan KB


4. Remote puerperium Masa yang dibutuhkan untuk ibu pulih dan sehat, khususnya

pada saat masa kehamilan dan persalinan ibu memiliki penyulit maupun komplikasi.

(Dewi Ciselia &Vivi Oktari, 2021).

3. Perubahan Fisik
1) Perubahan sistem reproduksi
a. Uterus

Uterus mengalami involusi atau proses pengecilan uterus dimana uterus

kembali dalam bentuk semula sebelum hamil

b. Lokhea

Lokea adalah pengeluaran cairan pada uterus selama masa nifas sedang

berlangsung. Macam-macam lokea ada 4 pertama rubra 1-3 hari masa nifas

karena merah kehitaman, kedua sanguilenta 3-7 hari masa nifas warna putih

bercampur merah, ketiga serosa 7-14 hari masa nifas warna kuning kecoklatan

dan keempat alba diatas 14 hari masa nifas warna putih.

c. Vagina dan parienum

Ukuran vagina akan lebih besar dibandingkan dari sebelumnya perubahan

perineum dapat terjadi karena pada saat persalinan parineum mengalami

robekan akibat tekanan. (Lina Fitriani & Sry Wahyuni, 2021)

1) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina menglami penekanan serta peregangan yang sangat besar

selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva

dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dengan rugae dalam vagina secara

berangsur0angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

2) Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5,

perenium sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih

kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

3) Payudara

Setelah melahirkan plasenta, konsentrasi estrogen dan progesteron menurun,

prolaktin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat

dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara. Air susu, saat diproduksi,

disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektifitas dengan cara di isap oleh

bayi untuk keberlangsungan laktasi.

Pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior distimusi oleh isapan bayi.

Hal ini menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel di dalam payudara dan pengeluaran

ASI. Oksitosin juga menstimusi kontraksi miometrium pada uterus, yang biasanya

dilaporkan wanita sebagai afterpain (nyeri kontraksi uterus setelah melahirkan).

ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu pada setiap harinya ±150-300 ml, ASI dapat

dihasilnya oleh kelenjar susu yang dipengaruhi oleh kerjanya hormon-hormon,

diantaranya hormon laktogen. (Elisabeth, dkk. 2017).

4. Tanda Bahaya Masa Nifas


1) Perdarahan lewat jalan
2) Keluar cairan baerbau dari jalan lahir
3) Demam
4) Bengkak dimuka, tangan, atau kaki, diseratai sakit kepala dan atau kejang
5) Nyeri atau panas di daerah tungkai
6) Payudara bengkak, berwarna kemerhan, dan sakit
7) Puting susu lecet
8) Ibu mengalami deperesi (antara lain menangis tanpa sebab dan tidak peduli pada
bayinya) (Buku KIA).
5. Penatalaksanaan Masa Nifas
1) Kebersihan Diri
2) Istirahat
3) Latihan
4) Gizi
5) Perawatan Payudara
6) Keluarga berencana

6. Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan postnatal dilakukan sebagai suatu tindakan untuk pemeriksaan
postpartum lanjutan. Apa pun sumbernya, postnatal direncanakan untuk bekerja
sama dengan keluarga dan dijadwalkan berdasarkan kebutuhan.

Algoritma Tata Laksana Terpadu Masa Nifas

 Ada nyei kepala, pandangan


kabuter, ada nyri ulu hati.
 Ada bengkakk di kaki.
 Tekanan darah statistik < 130
NF 2
mmHg, tekanan daah sistolik > 90

 Ibu mudah lelah, sering pusing


dan pandangan berkunang-kunang
 Adanya pucat pada konjungtiva,
dan telapak tangan.
NF 3
 Hemoglobin <11g/dl.

 Satuan HIV positif satuan HIV


tidak diketahui dengan danya
tanda indikasidan telapak tangan NF 4

 ada perdarahan aktif


 keluar lochea berbau busuk
 ada keputihan dan gatel-gatel NF 5
padavagina

 ada masalah BAK perenium


bernanah atau nyeri NF 6

 Ibu merasa sedih dan gelisah


 Ibu mudah lelah/ mengalami
gangguan tidur NF 7
 Nafsu makan menurun darastis

Ibu  Ibu mengalami gatel di vagina


pasca  Ibu mengalami kencing bernanah
NF  Cairan vagina berbau NF 8
salin
1

 ada masalah menyusui


 Puting lecet
 Payudara kenerahan, bengkak
mengkilap
NF 9
 Payudara terasa nyeri
 Suhu badan meningkat

 Ibu mengalami batuk > 2mg


 Dada ibu sakit
 Ibu sulit bernafas NF 10
 Ada darah di dahak ibu

 Tercium bau rokok dari mulut ibu


 Kuku jari dan bibir kehitaman
 Ada bekas suntikan atau luka baru
 Ada memar
NF 11

E. Keluarga Berencana (KB)


1. Pengertian
Kb merupakan usaha suami istri untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan
dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma
laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang
sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang da dalam rahim).
KB adalah suatu usaha dalam mencapai kesejahteraan dengan cara memberikan
nasehat perkawinan, pengobatan infertilitas serta penjarangan kelahiran, KB adalah
suatu tindakan dalam membantu pasangan suami dan istri untuk menghindari
kelahiran, mendapatkan kelahiran dan mengatur interval yang tidak diinginkan
(Anggraini et al., 2021).
2. Tujuan Kb
1) Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk. (Endang, dkk.2017)
2) Tujuan khusus
Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga berencana
cdengan cara pengaturan jarak kelahiran (Endang, dkk. 2017).
3. Macam-macam metode Kb
1) Metode Amenore Laktasi (MAL)
Adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan
makanan dan minuman lainnya. Cara kerjanya yaitu penundaan/penekanan
ovulasi.
2) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Yaitu pasangan secara sukarela menghindari senggama pada masa subur
ibu (ketika ibu tersebut dapat menjadi hamil), atau senggama pada masa subur
untuk mencapai kehamilan.
Macam-macam KBA
a. Metode Ovulasi Billing (MOB)/metode lender servik
Mengenali masa subur dengan memantaui lendir serviks yang keluar dari
vagina, pengamatan sepanjang hari dan ambil kesimpulan pada malam hari.
Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan
perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam
vagina.
b. Teknik Pantang Berkala
Senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat dengan pertengahan
siklus haid atau terdapat tanda – tanda adanya kesuburan yaitu keluarnya lendir
encer dari liang. Untuk perhitungan masa subur dipakai rumus siklus
terpanjang dikurangi 11, siklus terpendek dikurangi 18. Antara kedua waktu
senggama dihindari.
c. Metode suhu basal
Mengenali masa subur ibu dengan mengukur suhu badan secara teliti
dengan termometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0,1°C
untuk mendeteksi, suhu tubuh klien.
Aturan perubahan suhu basal adalah :
1. Ukur suhu pada waktu yang hampir sama setiap pagi dan catat
suhu pada kartu yang disediakan.
2. Pakai catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari
siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang normal
(rendah).
3. Tarik garis pada 0,05*C- 0,1*C diatas suhu tertinggi dari suhu 10
hari tersebut. Ini dinamakan garis pelindung (cover line) atau garis
suhu.
4. Masa tidak subur mulai pada sore setelah hari ketiga berturut-turut
suhu berada diatas garis pelindung tersebut.
d. Metode simtotermal
Klien harus mendapat instruksi untuk metode lendir serviks dan suhu
basal. Klien dapat menentukan masa subur ibu dengan mengamati suhu tubuh
dan lendir serviks.
Cara kerja : Ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung
3) Senggama Terputus
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana
pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi.
cara kerja : alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk kedalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan
ovum, dan kehamilan dapat dicegah.
4) Metode Barier
a. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan diantaranya latek (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual.
Cara kerja :
1. Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi
perempuan.
2. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom
yang terbuat dari lateks dan vinil).
b. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks.
Cara kerja : Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran
alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat
spermisida.
c. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk:
a) Aerosol (busa).
b) Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film.
c) Krim
Cara kerja: Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat
pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
5) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Merupakan alat kontrasepsi yang digunakan dalam rahim.
Cara Kerja :
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
6) Kontrasepsi Mantap
d) Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
fertilitas (kesuburan) seorang perempuan.
Cara kerja : Dengan mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
e) Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum)
tidak terjadi.
Cara kerja : Dengan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum)
tidak terjadi.
7) KB Hormonal
a) Pil Kombinasi
1. Efektif dan revensibel.
2. Harus diminum setiap hari.
3. Pada bulan-bulan purnama efek samping berupa mual dan berdarah bercak
yang tidak berbahaya dan segera akan hilang.
4. Efek samping serius jarang terjadi.
5. Dapat dipakai oleh semuaibu usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai
anak maupun belum.
6. Dapat mulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil.
7. Tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui.
8. Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
Cara Kerja
1. Menekan ovulasi.
2. Mencegah implantasi.
3. Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
4. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya
akan terganggu pula.
8) Suntikan Kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat
dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Cyclofem),
dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi
IM sebulan sekali.
Cara Kerja
1. Menekan ovulasi
2. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.
3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
9) Kontrasepsi Progestin
a) Kontrasepsi Suntikan progestin
1. Sangat efektif.
2. Aman.
3. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
4. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4bulan.
5. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.
Jenis
1. Depo medroksiprogesteron Asetat ( Depo Provera), mengandung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler
(di daerah bokong).
2. Depo Noretisteron Enantat ( Depo Noristerat ), yang mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskuler.
Cara Kerja
1. Mencegah ovulasi.
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma.
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
b) Kontrasepsi Pil Progestin (mini pil)
1. Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB.
2. Sangat efektif pada masa laktasi.
3. Dosis rendah.
4. Tidak menurunkan produksi ASI.
5. Tidak memberikan efek samping estrogen.
6. Efek samping utama adalah gangguan perdarahan; perdarahan bercak, atau
perdarahan tidak teratur.
7. Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

Jenis Mini pil yaitu :


1. Kemasan dengan isi 35 pil : 300 µg lenovorgestrel atau 350 µg
nerotindron.
2. Kemasan dengan isi 28 pil : 75 µg desogestrel.
Cara kerja minipil
1. Menekan sekresi gonadotropin dan sistesis steroid seks di ovarium (tidak
begitu kuat).
2. Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi
lebih sulit.
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat petetrasi sperma.
4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
(Prawirohardjo, 2015).

F. Manajemen Asuhan Kebidanan dengan 7 Langkah Varney


1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam memecahkan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian data,
interpretasi data, identifikasi diagnosa masalah potensial dan kebutuhan segera,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi
peran dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan
pelayanan kepada klien yang memiliki kebutuhan/ masalah dibidang kesehatan ibu
dan anak meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, neonatus,
keluarga berencana serta kesehatan reproduksi.
Menurut Thomas tahun 1994 dalam muslihatun 2009, dokumentasi adalah
catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan tim
kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien,
pendidikan pasien dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan.
Pendokumentasian yang benar mencakup asuhan yang telah dan akan dilakukan
dengan proses berfikir kritis sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan.
Pendokumentasian asuhan kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP
(subyektif, obyektif, assesment dan planning), dalam bentuk catatan perkembangan.

Tabel 2.7 Keterkaitan antara manajemen kebidanan menggunakan 7 lagkah


varney dengan pendokumentasian menggunakan metode SOAP.

7 LANGKAH VARNEY DOKUMENTASI SOAP


Pengumpulan data dasar
S : Subyektif
Identifikasi diagnosa (hasil anamnesis)
masalah potensial O : Obyektif
Interpretasi data (hasil pemeriksaan)
Assesment/ analisis
Kebutuhan tindakan segera
Planning/ penatalaksanaan
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi

2. 7 Langkah Varney Pada Kehamilan


a. Pengkajian data
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat,
lengkap dan berasal dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
1) Anamnesa
Anamnesa adalah pengkajian yang dilakukan melalui wawancara dengan
pertanyaan terarah kepada klien (masalah dari sudut pandang pasien).
Tujuannya untuk mengetahui keadaan ibu dan faktor risiko yang dimiliki.
Adapun langkah-langkah dalam pengkajian data subyektif (anamnesa) adalah
sebagai berikut :
a. Biodata
Biodata yang dikaji adalah biodata ibu hamil dan suami yang meliputi
nama, usia, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat lengkap,
no telepon. Biodata dikaji untuk membedakan satu klien dengan yang lain.
Usia 16-35 tahun merupakan rentang usia reproduksi sehat. Karena diusia
< 16 tahun dan > 35 tahun banyak ditemukan penyulit pada kehamilan.
b. Alasan datang
Alasan wanita mengunjungi bidan ke BPM, Puskesmas, RS atau rumah
yang diungkapkan dengan kata-kata sendiri.
c. Keluhan utama
Sesuatu yang dikeluhkan wanita yang dapat berhubungan dengan
sistem tubuh, meliputi kapan mulainya, bentuknya seperti apa, faktor
pencetus, perjalanan penyakit termasuk durasi dan kekambuhan; lokasin
jenis dan intensitas (keparahan), pengaruh terhadap aktivitas, faktor yang
mempengaruhi (memperparah/meredakan) dan terapi yang pernah
diberikan.
d. Riwayat kehamilan sekarang
Pengkajian riwayat kehamilan sekarang meliputi Gravida (G), Paritas
(P), Abortus (A), Hari pertama haid terakhir (HPHT), hari perkiraan lahir
(HPL), menghitung usia kehamilan (UK), riwayat ANC (status kunjungan
baru atau lama), gerakan janin (kapan mulainya dan berapa kali), tanda
bahaya dan penyulit yang pernah dialami selama hamil, keluhan yang
pernah dirasakan selama hamil, jumlah tablet zat besi yang sudah
dikonsumsi, obat yang pernah dikonsumsi termasuk jamu, status imunisasi
tetanus toxoid (TT) dan kekhawatiran ibu.

e. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yag lalu


Pengkajian meliputi jumlah kehamilan, persalinan cukup bulan,
persalinan prematur, anak hidup, berat lahir, jenis kelamin, cara persalinan,
jumlah abrtus, durasi menyusu eksklusif, termasuk komplikasi dan
masalah yang dialami selama kehamilan persalinan nifas yang lalu seperti
perdarahan, hipertensi, berat bayi < 2,5 kg / > 4 kg, kehamilan sungsang,
gemelli, pertumbuhan janin terhambat, kematian janin/neonatal, dan
sebagainya.
f. Riwayat menstruasi
Pengkajian meliputi menarche, siklus haid, lamanya, sifat darah dan
keluhan yang dialami seperti perdarahan, dismenorea, pre menstrual
sindrom atau fluor albus. Umumnya usia menarche adalah 12-13 tahun.
Siklus menstruasi dikaji keteraturannya setiap bulan, siklus yang teratur
menunjukkan fungsi ovarium yang cukup baik. Menstruasi ideal lamanya
terjadi dalam 4-7 hari, sedangkan untuk sifat darah yang dikaji adalah
kekentalan, warna dan bau, umumnya darah menstruasi encer warna
kehitaman dan berbau amis.
g. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Pengkajian meliputi jenis metode kontrasepsi yang digunakan
sebelumnya, waktu penggunaan, keluhan, alasan berhenti dan rencana
metode kontrasepsi pascasalin.
h. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan ibu yang saat ini sedang diderita dan yang pernah
diderita keluarga, meliputi : Penyakit jantung, hipertensi, DM, TB, ginjal,
asma, epilepsi, hepatitis, malaria, infeksi menular seksual (IMS), human
immuno deficiency virus/ ascuired immuno deficience syndrome (HIV/
AIDS), alergi obat/ makanan, gangguan hematologi, penyakit kejiwaan,
riwayat trauma dan sebagainya.
Tanyakan juga tentang riwayat operasi, riwayat tranfusi, riwayat alergi
termasuk alergi obat dan pengobatan yang diterima.
i. Riwayat perkawinan
Pengkajian meliputi usia ibu saat pertama kali menikah, sataus
perkawinan, berapa kali menikah, lama pernikahan.
j. Riwayat psikososial spiritual
Pengkajian meliputi pengetahuan dan respon ibu terhadap kehamilan
dan kondisi yang dihadapi saat ini, respon keluarga terhadap kehamilan,
dukungan keluarga, jumlah keluarga dirumah yang membantu, siapa
pengambil keputusan, kondisi rumah (sanitasi, listrik, alat masak),
penghasilan, kekerasan dalam rumah tangga, pilihan tempat bersalin dan
pilihan pemberian makanan bayi.
k. Pola kebutuhan sehari-hari
Pengkajian meliputi pola nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB
dan BAK), personal hygien, aktivitas, istirahat, pola seksual ibu sebelum
hamil dan perubahannya setelah hamil, termasuk keluhan yang dialami
pada pola kebutuhan sehari-hari selama hamil. Adakah kebiasaan
merokok, menggunakan obat-obatan terlarang, kafein dan alkohol.
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum, status present,
pemeriksaan obstetri dan pemeriksaan penunjang. Adapun langkah-langkah
dalam pemeriksaan fisik ibu hamil meliputi :
a. Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum
Menilai keadaan umum baik secara fisik maupun psikologis
(kejiwaan) ibu hamil.
2. Kesadaran
Kesadaran dinilai baik jika dapat menjawab semua pertanyaan.
Orang yang sadar menunjukkan tidak ada kelainan psikologis.
3. Berat Badan (BB)
Penimbangan berat badan ibu hamil dilakukan pada setiap
kunjungan antenatal dengan tujuan mendeteksi adanya gangguan
pertumbuhan janin. Pada trimester awal kenaikan BB masih sulit karena
masa emesis gravidarum. Secara umum penambahan berat badan
kurang dari 9 kg selama hamil atau < 1 kg setiap bulannya atau < 1 kg
sejak bulan ke empat, mengindikasikan adanya gangguan pertumbuhan
janin.
4. Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi badan dilakukan pada kunjungan antenatal
yang pertama dengan tujuan penapisan terhadap faktor risiko untuk
terjadinya Chepalo pelvis disproportion (CPD) dan panggul sempit
sehingga sulit untuk bersalin normal. Normalnya tinggi ibu ≥ 145 cm.
5. Lingkar lengan atas (LILA)
Pengukuran LILA dilakukan pada kunjungan antenatal pertama
(trimester I) dengan tujuan skrining terhadap faktor risiko kekurangan
energi kronis (KEK). KEK menandakan ibu hamil mengalami
kekurangan gizi yang telah berlangsung lama, beberapa bulan/ tahun.
KEK menjadi salah satu penyebab ibu hamil melahirkan bayi berat lahir
rendah (BBLR). Normalnya LILA ≥ 23,5 cm. Cara mengukur LILA,
pertama ukur panjang lengan atas kiri dari tonjolan tulang bahu
(akromion) sampai siku, tandai pertengahannya. Kedua ukur lingkar
lengan atas pada pertengahan tersebut.
6. IMT (Indeks Masa Tubuh)
Indeks masa tubuh dihitung untuk mengetahui nilai normal
kenaikan BB selama hamil. Ibu dengan IMT underweight berisiko
terjadi abnormalitas kehamilan dan BBLR, sedangkan ibu dengan IMT
overweight meningkatkan komplikasi dalam kehamilan seperti
hipertensi, janin besar sehingga kesulitan saat persalinan.
7. Tanda-Tanda Vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan)
Tekanan darah (TD) diukur setiap kali kunjungan dengan
tujuan untuk mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan, yaitu TD ≥
140/90 mmHg. Kenaikan TD tidak boleh lebih dari 30 mmHg pada
sistolik dan 15 mmHg pada diastolik. Nilai normal TD adalah 120/80
mmHg (rentang 100/60 mmHg - < 140/90 mmHg).
Suhu tubuh normalnya 36,50 C – 37,50C. Jika lebih dari 37,50 C
dikatakan demam, yang memungkinkan menjadi salah satu tanda
adanya infeksi, jikan< 360 C kemungkinan mengalami hipotermi.
Normalnya frekuensi nadi orang dewasa adalah 60-100 kali permenit.
Frekuensi nadi < 60 kali permenit disebut bradikardi, > 100 kali
permenit disebut takikardi. Nilai normal pernafasan orang dewasa
adalah 16-20 x/menit. Sedangkan sesak ditandai dengan peningkatan
frekuensi pernafasan dan kesulitan bernafas serta rasa lelah.
b. Status present (head to toe)
Kepala (ukuran, bentuk, kesimetrisan), muka (apakah ada edema atau
terlihat pucat), mata (warna konjungtiva, warna sklera, kelopak mata,
strabismus, reaksi pupil), hidung (nafas cuping hidung, sumbatan rongga
hidung), mulut (bau nafas, bibir, mukosa, gigi, gusi, lidah, hygien mulut
dan gigi termasuk kemungkinan karies, karang, tonsil), telinga (warna,
sumbatan, edema, lesi, rabas), leher (pembesaran atau nyeri tekan
kelenjaran tiroid dan limfe), dada (frekuensi, kedalaman, irama nafas,
auskultasi paru dan jantung), abdomen (kesimetrisan, jaringan parut,
distensi, massa, nyeri tekan dan pembesaran organ dalam), anus adakah
hemoroid, tulang belakang (ada kelainan bentuk atau tidak), ekstremitas
(edema, varises, pucat pada kuku jari, reflek patella), kebersihan kulit.
c. Status obstetri
a) Inspeksi
Inspeksi adalah prosedur pemeriksaan dengan melihat. Muka
(cloasma gravidarum), payudara (bentuk, ukuran, retraksi, bekas operasi
didaerah areola, kondisi puting, pembesaran kelenjar limfe,
hiperpigmentasi areola), abdomen (bekas operasi terkait uterus,
hiperpigmentasi areola), abdomen (bekas operasi terkait uterus,
hiperpigmentasi linea nigra, striae gravidarum), vulva (luka, varises,
kondiloma, nyeri tekan, hemoroid, pengeluaran cairan dikaji warna,
konsistensi, jumlah, bau; keadaan kelenjar bartholini dikaji
pembengkakan, cairan, kista; dan kelainan lain).
b) Palpasi
Pemeriksaan palpasi adalah pemeriksaan dengan meraba atau
menyentuh tubuh pasien menggunakan jari-jari tangan dengan
penekanan ringan pada permukaan tubuh dengan tujuan menentukan
kondisi bagian-bagia yang ada dibawah permukaan tersebut.
(1) Payudara (pengeluaran kolostrum atau cairan lain, apakah terdapat
benjolan/ massa).
(2) Palpasi leopold
(a) Leopold I dilakukan untuk menentukan TFU dan bagian janin
yang terletak di fundus uteri. Pemeriksaan ini dilakukan sejak
trimester pertama. Prosedur pemeriksaan sebagai berikut :
1. Ibu dipersilahkan BAK terlebih dahulu (agar tidak
mempengaruhi hasil pemeriksaan TFU)
2. Posisi ibu terlentang dengan kepala dan bahu sedikit
ditinggikan
3. Tangan ibu disamping badan, kaki ditekuk sedikit agar
rileks
4. Bidan mengahadap ke arah muka ibu, uterus dikumpulkan
ketengah
5. Menentukan tinggi fundus uteri dengan jari-jari
6. Menentukan bagian janin yang ada pada bagian fundus. Jika
teraba bulat, keras dan melenting diartikan sebagai kepala,
sedangkan jika teraba lunak, kurang bulat dan tidak
melenting diartikan sebagai bokong. Pada letak lintang
fundus uteri kosong.
(b) Leopold II dilakukan untuk menentukan bagian janin pada sisi
kiri dan kanan ibu, dilakukan mulai akhir trimester ke tiga.
Prosedur pemeriksaan sebagai beriku :
1. Kedua tangan bidan pindah ke samping kanan kiri perut ibu
2. Tangan kiri menahan sisi uterus sebelah kanan, tangan
kanan meraba sisi uterus kiri ibu dari atas ke bawah. Jika
teraba bagian kecil-kecil atau berbenjol-benjol diartikan
sebagai ekstremitas, sedangkan jika teraba memanjang
seperti papan, ada tahanan diartikan sebagai punggung. Pada
letak lintang sisi kanan kiri uterus teraba kepala atau
bokong.
3. Lakukan langkah yang sama pada sisi kanan uterus ibu
(c) Leopold III dilakukan untuk menentukan bagian janin yang
terletak dibagian bawah uterus (presentasi janin) dan
menentukan apakah presentasi janin sudah mulai masuk pintu
atas panggul (PAP), dilakukan mulai akhir trimester dua.
Normalnya bagian bawah janin adalah kepala. Jika pada
trimester ketiga bagian bawah janin bukan kepala atau kepala
kepala janin belum masuk panggul kemungkinan ada kelainan
letak, panggul sempit atau masalah lain. Prosedur pemeriksaan
sebagai berikut :
1. Tangan kiri memegang fundus
2. Tangan kanan memegang bagian bawah yang ada dibawah
uterus dan sedikit menggoyang-goyangkan. Normalnya
teraba kepala yaitu teraba keras, bulat, melenting. Jika letak
lintang bagian bawah uterus kosong
3. Apabila bagian terendah janin masih bisa digoyang-
goyangkan berarti bagian presentasi janin belum masuk
panggul. Jika sudah tidak bisa digoyangkan berarti bagian
presentasi janin sudah masuk panggul.
(d) Leopold IV dilakukan untuk menentukan seberapa jauh
masuknya presentasi janin ke pintu atas panggul (PAP),
dilakukan bila usia kehamilan lebih dari 36 minggu. Prosedur
oemeriksaan sebagai berikut :
1. Bidan menghadap ke arah kaki ibu ibu
2. Ibu diminta meluruskan kaki
3. Kedua tangan dirapatkan pada permukaan presentasi janin
dari atas ke bawah. Jika kedua tangan konvergen (bertemu),
berarti sebagian kecil presentasi janin masuk panggul. Jika
kedua tangan sejajar, berarti setengah bagian presentasi
janin masuk panggul. Jika kedua tangan divergen
(menyebar), berarti sebagian besar presentasi janin sudah
masuk panggul.
(e) Tinggi fundus uteri (TFU) diukur setiap kali kunjungan antenatal
dengan tujuan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau
tidak dengan usia kehamilan. Jika tidak sesuai dengan umur
kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. TFU
diukur menggunakan pita ukur jika usia kehamilan > 20 minggu.
Spiegelberg menggunakan ukuran jarak simpisis ke fundus
sebagai dasar penghitungan usia kehamian dalam minggu seperti
tercantum dalam tabel berikut :
Tabel 2.8 Perkiraan TFU terhadap usia kehamilan menurut
Spiegelberg

No Perkiraan TFU Perkiraan UK


dalam Cm dalam Minggu

1 24 – 25 22-28

2 26,7 28

3 29,5 – 30 30

4 29,5 – 30 32

5 31 34

6 32 36

7 33 38

8 37,7 40
Mc Donal memodifikasi cara spiegelberg, dimana jarak
simpisis ke fundus dalam cm dibagi 3,5 adalah tuanya kehamilan
dalam hitungan bulan. Menggunakan TFU utuk menghitung usia
kehamilan tidaklah selalu tepat, mengingat ada beberapa hal yang
memperngaruhi, yaitu :
1. Kecepatan tumbuh kembang janin bukan pertumbuhan yang
linier
2. Tebal tipisnya lapisan abdomen ibu
3. Faktor herediter, misalla gemelli
(f) TBJ
Taksiran berat janin dapat dihitung dengan rumus
Johnson- Tausak sebagai berikut :
TBJ : (TFU- 12) x 155, namun jika kepala janin telah masuk
pintu atas panggul rumusnya menjadi, TBJ : (TFU – 11) x 155.
c) Auskultasi denyut jantung janin (DJJ)
Mendengarkan DJJ menggunakan doppler pada kehamilan > 16
minggu, menggunakan linex terdengar pada kehamilan 18-20 minggu.
Ciri-ciri DJJ adalah memiliki irama yang lebih cepat dari denyut nadi
ibu dengan frekuensi normal 120-160 kali per menit. DJJ < 120 kali per
menit atau > 160 kali per menit mengindikasikan adanya gawat janin.
Tentukan juga letak punctum maximum (tempat yang paling
jelas terdengar bunyi DJJ), yang biasanya menyesuaikan letak janin di
dalam rahim. Jika presentasi janin kepala, maka letak punctum
maksimum adalah disebeleh kanan atau kiri bawah pusat. Tentukan juga
jumlah DJJ, pada kasus gemelli akan ditemukan DJJ di dua tempat
berbeda, dengan frekuensi yang berbeda juga. Perhatikan keteraturan
dan kekuatan DJJ.
d) Pemeriksaan dalam untuk menilai servik, uterus, adneksa, kelenjar
bartholin, kelenjar skene dan uretra ketika usia kehamilan < 12 minggu
(jika ada indikasi).
e) Pemeriksaan inspekulo untuk menilai servik, tanda-tanda infeksi dan
cairan dari ostium uteri (jika ada indikasi).
f) Pemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggul bagian luar dilakukan untuk
memperkirakan kemungkinan panggul sempit. Terutama dilakukan pada
primigravida karena belum pernah bersalin. Kepala yang tidak kunjung
masuk PAP menjadi salah satu indikator CPD (cepalo pelvic
disporportion), dimana untuk menegakkan diagnosa harus
dikonsultasikan kepada SpOG. Adapun jenis pemeriksaan panggul luar
sebagai berikut :
(1) Distansia spinarum
Jarak antara kedua spina iliaka anterior superior kanan dan kiri.
Normalnya sekitar 24-26 cm
(2) Distansia krostarum
Jarak terpanjang antara kedua krista iliaka kanan dan kiri,
normalnya 28-30 cm. Jika hasil pemeriksaan 2-3 cm kurang dari
normal ada kemungkinan panggul patologis
(3) Distansia obliqua eksterna
Merupakan ukuran menyilang, untuk menentukan apakah
panggul simetris atau tidak. Pengukurannya yaitu jarak antara spina
iliaka posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior sinistra
dengan jarak antara spina iliaka anterior superior dan spina iliaka
interior superior sinistra.
(4) Distansia intertrokanterika
Jarak antara kedua trokanter mayor.

(5) Konjugata eksterna(Boudoloque)


Jarak antara bagian atas simpisis dengan spina lumbal 5
normlanya 18 cm.
(6) Distansia tuberum
Jarak tuberiskii kanan dan kiri, normalnya ± 10,5 cm. Jarak
kurang dari normal menunjukkan sudut simpisis kurang dari 900, ada
kesempitan di pintu bawah panggul.
d. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
(1) Kadar hemoglobin (Hb)
(2) Golongan darah
(3) Rapid test (untuk menegakkan diagnosa malaria)
(4) HbsAg (untuk menegakkan diagnosa Hepatitis)
(5) Tes HIV
(6) Tes sifilis
(7) Kadar gula darah
b) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
b. Interpretasi data dasar
a) Menegakkan diagnosa
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh profesi
bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
(tata nama) diagnosa kebidanan.
Menurut WHO, UNFpa, world bank (2000), daftar diagnosa
kebidanan, pada lingkup asuhan kehamilan yang telah memenuhi standar
nomenklatur meliputi : Kehamilan normal, letak lintang, presentasi bokong,
kehamilan ganda, kehamilan mola, syok, DJJ tidak normal, kematian janin,
abortus, solusio plasenta, amnionitis, anemia berat, CPD, PEB, PER,
eklamsia, kehamilan ektopik, hidramnion, perdarahan antepartum, bayi besar,
plasenta previa, bekas luka uteri, dan sebagainya. Cara penulisan diagnosa
sebagai beriku : Nama ibu dengan inisial, umur, gravida, para, abortus, usia
kehamilan, jumlah janin, hidup atau meninggal, didalam kandungan atau luar
kandungan, presentasi, letak punggung, sudah masuk PAP atau belum.
b) Mengidentifikasi masalah
Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pengalaman atau keluhan
wanita yang diidentifikasi bidan sesuai dengan pengarahan. Masalah ini
sering kali menyertai diagnosa. Maslah tidak dapat masuk atau diselesaikan
seperti diagnosa, namun sungguh membutuhkan penanganan yang akan
dituangkan dalam perencanaan asuhan. Misalnya diagnosa kebidanan ibu
hamil normal trimester tiga, masalahnya adalah cemas menghadapi
persalinan. Cemas tidak sesuai dengan standar nomenklatur kebidanan,
namun perlu diberikan penatalaksanaan, karena cemas dapat mempengaruhi
proses persalinan.
c. Diagnosa dan masalah potensial
Diagnosa dan masalah potensial terjadi diidentifikasi dari diagnosa dan
masalah aktual. Pada langkah ini membutuhkan antisipasi dan jika
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan harus observasi/ melakukan
pemantauan terhadap klien sambil bersiap-siap jika diagnosa/ masalah potensial
benar-benar terjadi.
d. Kebutuhan tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim kesehatan lain sesuai
kondisi klien. Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi, beberapa
data mungkin mengindikasikan situasi gawat darurat dan bidan harus melakukan
tindakan segera untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin. Namun, tidak semua
tindakan segera dapat dilakukan mandiri oleh bidan, bidan juga bisa kolaborasi/
konsultasi kepada SPOG untuk tindakan segera.

e. Perencanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh disusun berdasarkan apa yang diidentifikasi
dari kondisi klien atau masalah yang berkaitan dengan kondisi klien, termasuk
sesuai dengan pedoman antisipasi terhadap kondisi yang mungkin terjadi
berikutnya. Perencanaan yang disusun juga harus rasional dan sesuaidengan teori
yang up to date. Adapun perencanaan untuk ibu hamil secara umum sebagai
berikut :
a) Menjelaskan kondisi kehamilan (dari hasil pemeriksaan) dan rencana asuhan
yang akan diberikan
b) Konseling sesuai dengan masalah/kebutuhan khusus yang dialami ibu hamil,
penjelasan ketidaknyamanan yang mungkin dialami ibu hamil dan cara
mengatasinya
c) Memberikan suplemen dan pencegahan penyakit
d) Memberikan materi konseling, informasi dan edukasi (KIE)
e) Jelaskan pada ibu jika diperlukan pemeriksaan khusus/konsultasi ke disiplin
ilmu lain
f) Kunjungan ulang
f. Pelaksanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh dilaksanakan dengan efisien dan aman.
Pelaksanaan tersebut dapat sepenuhnya dilakukan oleh bidan atau sebagian lagi
oleh tenaga kesehatan lain atau klien dan keluarga.
g. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan. Ada
kemungkinan sebagian rencana lebih efektif, sebagian yang lain belum efektif.
Manajeman asuhan kebidanan merupakan hasil pola pikir bidan yang
berkesinambungan, sehingga jika ada proses manajemen yang kurang efektif/
tidak efektif, proses manajemen dapat diulang lagi dari awal (Diki dkk, 2017).
b. Langkah-langkah SOAP
1) Data Subjektif

Merupakan data yang diperoleh langsung dari klien melalui anamnese


yang berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Data subjektif selain
diperoleh dari hasil bertanya langsung dari pasien, juga dapat diperoleh dari
suami atau keluarga.

2) Data Objektif

Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan


menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh
melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari 
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosis.

3) Asessment
Untuk mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan
kerangka masalah pasien,selain itu juga untuk menentukan perencanaan yang
akan dilakukan kepada pasien.
4) Penatalaksanaan
Untuk merencanakan asuhan yang menyeluruh yang berdasarkan
diagnosa atau assesment masalah yang timbul pada saat pemeriksaan dan semua
perencanaan yang dibuat harus bedasarkan pertimbangan yang tepat meliputi
perkembangan teori yang terbaru serta di validasikan dengan asuhan mengenai
apa yang di inginkan dan tidak di inginkan pasien.

3. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


a. 7 Langkah Varney Pada Persalinan
1) Pengkajian

Pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk


mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk
mengumpulkan yang berkaitan dengan kondisi pasien dan semua informasi
yang akurat dari semua sumber (Sri Rahayu,2017).

Data ini difokuskan pada:

a) Data Subjektif
(1) Identitas pasien
(a) Nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu dengan yang
lain.
(b) Usia pasien, usia seseorang dapat mempengaruhi keadaan
kehamilannya.
(c) Agama pasien dikaji sebagai pedoman asuhan yang diberikan
sesuai dengan kepercayaan yang dianut.
(d) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan yang
berhubungan dengan masalah yang merugikan kesehatan ibu.
(e) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui tingkat pengatahuan
dan metode komunikasi yang akan disampaikan Tingkat pendidikan
seorang ibu hamil sangat berperan dalam kualitas perawatan
kehamilan. Penguasaan pengetahuan juga erat kaitannya dengan
tingkat pendidikan seseorang.
(f) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi
pasien, tingkat ekonomi.
(g) Alamat pasien dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar
pasien.
(2) Keluhan Utama
Dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pesien saat ini.
Tanda-tanda persalinan seperti ibu merasakan kenceng-kenceng (HIS),
keluar lendir bercampur darah.

(3) Riwayat Kesehatan Pasien


Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah di derita, serta penyakit yang dialami saat
masa sebelum kehamilan maupun saaat kehamilan.
(4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga
mempunyai riwayat penyakit keturunan meliputi penyakit hipertensi,
jantung, asma, diabetes mellitus, dan riwayat keturunan kembar.
(5) Riwayat Obstetri
Riwayat obstetri dikaji untuk mengetahui kesehatan reproduksi
yang dialami oleh pasien baik riwayat menstruasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas.
(6) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama pasien menikah,
sudah berapa kali pasien menikah, berapa umur pasien dan suami pada
saat menikah, sehingga dapat diketahui apakah pasien masuk dalam
infertilitas sekunder atau bukan.
(7) Riwayat Menstruasi
Gambaran riwayat menstruasi klien yang akurat biasanya
membantu penetapan tanggal perkiraan kelahiran (estimated date of
delivey - EDD) yang sering disebut taksiran partus. Perhitungan
dilakukan dengan menambahkan 9 bulan dan 7 hari pertama haid
terakhir (HPHT) atau dengan mengurangi bulan dengan 3, kemudian
menambahkan 7 hari dan 1 tahun.
(8) Riwayat Kontrasepsi
Diperlukan karena kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi
EDD, dan karena penggunaan metode lain dapat membantu menanggalli
kehamilan.
(9) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
(1) Kehamilan: informasi esensial tentang kehamilan terdahulu
mencakup bulan dan tahun kehamilan tersebut berakhir, usia
gestasi pada saat itu.
(2) Persalinan: spontan atau buatan, aterm atau premature,
perdarahan, ditolong oleh siapa (bidan, dokter).
(3) Nifas: adakah panas atau perdarahan, bagaimana laktasi.
(4) Anak: jenis kelamin, hidup atau tidak, kalau meninggal umur
berapa dan sebabnya meninggal, berat badan waktu lahir.
nifas yang lalu
Kehamil
Persalinan Nifas
an
Su KB
N Pe Pe
am Ha Te L H La
o U Je Peno ny BB A ny Je ke
i mil mp / /
K Nis long uli /BP SI uli ni M
ke at P M l
t t s a

(10) Riwayat Kehamilan Sekarang


Riwayat ini ditanyakan karena untuk mengenai:
(a) HPHTditanyakan untuk mengetahui umur kehamilan, perkiraan
lahir serta apakah kehamilan termasuk dalam aterm, posterm atau
postmatur.
(b) Berapa kali ibu melakukan pemeriksaan ANC.
(c) Berapa kali gerakan janin yang di rasakan ibuGerakan
janinPemeriksaan gerakan janin, bisa dilakukan dengan cara
dilihat, dirasakan atau diraba. Gerakan janin mulai dirasakan ibu
hamil primigravida pada usia kehamilan 18 minggu dan usia
kehamilan 16 minggu pada multigravida. Pada usia kehamilan 20
minggu, gerakan janin diraba oleh pemeriksa. Gerakan janin
minimal 10 kali dalam 12 jam.
(d) Untuk mengetahui apakah ibu sudah dan berapa kali di imunisasi
TT.
Tabel 2.10 Jadwal pemberian imunisasi TT

Pemberian Selang waktu Masa perlindungan Dosis


minimal
Imunisasi

- Langkah awal
pembentukan
TT 1 0,5 cc
kekbalan tubuh
terhadap tetanus

4 minggu setelah TT 3 tahun


TT 2 0,5 cc
1

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 0,5 cc

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 0,5 cc

1 tahn setelah TT 4 > 25 tahun / seumur


TT 5 0,5 cc
hidup

(11) Data Psikososial


Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu
sehubungan dengan hubungan pasien dengan suami, keluarga, dan
tetangga.
(12) Pola Kehidupan Sehari-hari
(a) Pola Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan atau
terdapatnya alergi.
(b) Pola Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan BAK baik frekuensi
dan pola sehari-hari
(c) Pola istirahat
Dikaji untuk mengetahui pola tidur serta lamanya tidur.
(d) Pola Personal Hygiene
Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali,
bagaimana kebersihan lingkungan apakah memenuhi syarat
kesehatan.
(e) Pola Aktifitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini
perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya.
(f) Pola Seksual
Dikaji apakah ada gangguan atau keluhan dalam hubungan
seksual
(g) Kebiasaan Merokok, Obat dan Jamu
Wanita yang merokok pada masa kehamilan pertama dan
melahirkan bayi sehat mungkin tidak percaya bahwa merokok
membawa resiko.
b) Data Objektif
(1) Pemeriksaan Umum

Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum,


kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan RR) yang dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya, Sehingga bidan dapat mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan medis pada pasien.

(a) Keadaan Umum


Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita laporkan
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Baik

Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap


lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan berjalan.

2. Lemah
Pasien dimasukkan dalam criteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain dn pasien sudah tidak mampu lagi berjalan sendiri.
(b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
kita dapat mengakaji tingkat kesadaran mulai dari compos mentis
sampai koma.
(c) Tinggi Badan
Tinggi badan adalah salah satu ukuran pertumbuhan
seseorang. Tinggi badan dapat diukur dengan stasiometer/tongkat
pengukur.
(d) Berat Badan
Berat badan atau massa tubuh diukur dengan pengukur
massa atau timbangan. Indeks massa tubuh digunakan untuk
menghitung hubungan antara tinggi dan berat badan, serta menilai
tingkat kegemukan. Penimbangan pada pemeriksaan kehamilan
sangat penting, karena kenaikan berat badan yang terlalu banyak
menndakan retensi air yang berlebihan .Perkiraan kenaikan berat
badan yang dianjurkan adalah 4 kg pada kehamilan di TM I 0,5
kg/minggu pada kehamilan TM II sampai TM III jadi keseluruhan
total kenaikan berat badannya yaitu 15-16 kg selama kehamilan.
(e) Lila
Pengukuran lengan atas yang dilakukan untuk mengetahui
bagaimana status gizi ibu apakah sudah cukup atau kurang. Lila
normal yaitu 23,5 cm, apabila kurang dari 23,5 cm dapat dikatakan
ibu tersebut mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronik).
(f) Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah

Tekanan darah arteri mengganbarkan dua hal, yaitu


besar tekanan yang dihasilkan vertikel kiri sewaktu
berkontraksi (angka sistolik). Nilai normal rata-rata tekanan
sistol pada orang dewasa adalah 100 sampai 140 mmHg,
sedangkan rata-rata diastol adalah 60 sampai 90 mmHg.

2. Nadi
Nadi adalah gelombang yang diakibatkan oleh adanya
perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan
(Vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi
vebtrikel melawan dinding aorta. Tekanan nadi adalah tekanan
yang ditimbulkan oleh perbedaan sistolik dan diastolic
Normalnya 60-80 kali per ment.

3. Pernafasan
Pernafasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dalam paru dan penganturan asam basal. Adapun pernapasan
pada orang dewasa yaitu 16-24x/menit.
4. Suhu
Suhu adalah derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh
dan diatur oleh hipotalamus (dipertahankan dalam batas normal
yaitu ± 36 ̊C dari 37 ̊C) dengan menyeimbangkan anatara panas
yang dihasilkan dan panas yang dilepaskan. Suhu normal
pemeriksaan Axila yaitu 36,6ºC.
(2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, meliputipemeriksaan khusus (terdiri dari inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan penunjang yaitu
laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya.
a) Kepala
Inspeksi dengan memperhatikan bentuk kepala terdapat
benjolan atau tidak, nyeri tekan dan dan kebersihan kepala.
b) Muka
Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah
kulitnya normal atau tidak, pucat/tidak, atau ikhterus dan lihat
apakah terjadi hiperpigmentasi. Pada kulit terdapat deposit
pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu, pigmentasi ini
disebabkan pengaruh Melanophore stimulating Hormone (MSH)
yang meningkat.
c) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan untuk menilai adanya visus atau
ketajaman pengelihatan. Pemeriksaan skelera bertujuan untuk
menilai warna, apakah dalam keadaan normal yaitu putih. Apabila
ditemukan warna lain. Pemeriksaan pupil, secara normal
berbentuk bulat dan simetris. Apabila diberikan sinar, akan
mengecil. Midriasis aatu dilatasi pupil menunjukkan adanya
rangsangan simpatis. Sedangkan miosis menunjukkan kadaan
pupil yang mengecil. Pupil yang berwarna putih menunjukkan
kemungkinan adanya pnyakit katarak. Kondisi bola mata yang
menonjol dinamakan eksoftalmos dan bola mata mengecil
dinamakan enoftalmos.
d) Telinga
Pada pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan
pemeriksaan daun telinga dan liang telinga dengan menentukan
bentuk, besar dan posisinya. Pemeriksaan pendengaran
dilaksanakaan dengan bantuan gfutala untuk mengetahui ada
gangguan pendengaran atau tidak.
e) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan atau
bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung mulai dari bagian
luar, bagian dalam kemudian sinus-sinus. Pada pemeriksaan
hidung juga dilihat apakah ada polip dan kebersihannya.
f) Mulut
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya
trismus,halitosis dan labioskisis. Trismus yaitu kesukaran
membuka mulut. Halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena
personal hygine yang kurang. Labioskisis yaitu keadaan bibir
tidak simetris. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada gusi
untuk menilai edema atau tanda-tanda radang.
g) Leher
Tujuan pengkajian leher secara umum adalah mengetahui
bentuk leher serta organ-organ penting yang berkaitan. Palpasi
pada leher dilakukan untuk mengetahui keadaan dan lokasi
kelenjar limfe, kelenjar tyroid dan trakea. Pembesaran kelanjar
limfe dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, misalnya
peradangan akut/ kronis.pembesaran limfe juga terjadi dibeberapa
kasus seperti tuberculosis atau sifilis.
h) Dada
Suara paru-paru dan jantung, putting, benjolan, dan nyeri tekan.
Mengkaji kesehatan pernafasan.
i) Abdomen
Bentuk abdomen yang normal adalah simetris, baik pada orang
gemuk maupun pada orang kurus. Pada bagian abdomen juga kita
mendengarkan bissing usus yang disebabkan oleh perpindahan
gas atau makanan sepanjang intestinum dan suara pembuluh darah
serta suara Denyut jantung Janin. Di daerah abdomen kita meraba
bagian-bagian janin, menentukan TFU. Pemeriksaan leopold
dengan cara palpasi abdominal dimulai dari leopold I untuk
mengtahui TFU dan bagian teratas janin, leopold II untuk
mengetahui bagian di sebelah kanan dan kiri perut ibu, leopold III
untuk mengetahui bagian janin dibagian bawah uterus ibu, leopold
IV untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk PAP atau
belum. Kepala masuk PAP pada primigravida yaitu pada usia
kehamilan 36 minggu.
j) Genetalia
Genetalia berkaitan dengan system reproduksi wanita. Sietem
reproduksi wanita terdiri atas dua bagian utama yaitu genetalia
dalam dan genitalia luar yang berkembang dan berfungsi sesuai
dengan pengaruh hormon-hormon yang juga mempengaruhi
fertilitas, kehamilan dan seksual.

k) Anus
Apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.
l) Ekstermitas
Ada edema (tekan daerah tibia/dorsalis pedis bila ada cekungan
di bekas tekanan: edema +), varises, kesimetrisan, kelainan).
Lakukan pengetukan dengan reflex hammer di daerah tendon
muskulus kuadriser femoris di bawah patella.
(3) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Membantu dan menentukan baik dalam penanganan kasus
perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan preeklamsia/eklamsia,
maupun kasus kegawatdaruratan yang lain.
b) Pemeriksaan Panggul
1) Pemeriksaan Luar
Ukuran-ukuran luar tidak dapat dipergunakan untuk penilaian,
apakah persalinan dapat berlangsung secara biasa atau tidak,
walaupun begitu ukuran-ukuran luar dapat member petunjuk pada
kita akan kemungkinan panggul sempit.
2) Pemeriksaan Dalam
Dilakukan untuk mengetahui pembukaan dan penipisan serviks,
ketuban masih utuh atau tidak, nilai bagian terbawah janin dan
nilai penurunan bagian terbawah janin atau hodge. Pada presentasi
kepala, tentukan petunjuk (ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar) dan
celah (satura) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan. Pastikan
tali pusat atau bagian kecil janin tidak teraba pada saat
pemeriksaan dalam.

HI : Sama dengan pintu atas panggul


H II : sejajar dengan H I melalui pinggir bawah sympisis
H III : sejajar dengan H II melalui spinae ischiadicae
H IV : sejajar dengan H III melalui ujung os coccygis
5) Interpretasi data dasar
Pada langkah ke-dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat
dirumuskan masalah dan diagnose yang spesifik.
Ds : Menginterpretasi anamnesa meliputi keluhan-keluhan yang
dialami, HPHT
Do : Menginterpretasi Hasil Pemeriksaan yang dilakukan oleh
bidan meliputi tanda-tanda vital dalam batas normal.
D : Menginterpretasi kesimpulan dari Ds dan Do
M : Menginterpretasi masalah yang berhubungan dengan
diagnosa
K : Menginterpretasi kebutuhan untuk memecahkan masalah
Sehingga dapat dirumuskan masalah dan diagnosa yang spesifik. Baik
rumusan diagnosis maupun rumusan masalah keduaya harus ditangani,
meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus
mendapatkan penanganan.
6) Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Pada langkah ke-tiga ini mengidentifikasikan masalah potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
7) Mengidentifikasi Kebutuhan Segera
Mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan yang tidak
hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodik,
tetapi juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut.
Data baru yang diperoleh terus dikaji dan kemudian dievaluasi. Beberapa
mengindikasikan sebuah situasi kegawatdaruratan yang mengharuskan bidan
mengambil tindakan secara cepat untuk mempertahankan nyawa ibu dan
bayinya.
8) Merencanakan Asuhan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
kebudanan terhadap diiagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan atau di
antisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tida lengkap dilengkapi.
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½
ml ke dalam wadah partus set.
3) Memakai celemek plastik.
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam.
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan
vulva ke perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam-pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah.
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan
DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin
meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Melindungi perineum dan tahan posisi fleksi.
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar dan pegang secara
biparental.Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24) Tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari
telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
25) Melakukan penilaian selintas. Apakah bayi menangis kuat dan atau
bernapas tanpa kesulitan serta apakah bayi bergerak aktif.
26) Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi
baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
32) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi.
33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34) Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
35) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
peneganggan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan mengulangi prosedur.
36) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
37) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua
tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta
dan mencegah robeknya selaput ketuban.
38) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
39) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan
untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah
lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
42) Memastika kandung kemih kosong
43) Celup sarung tangan (clorin 0,5%/DTT)
44) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
45) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan.
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
47) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik.
48) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian
bersih dan kering.
49) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
50) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi.
51) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
52) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
53) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%.
54) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
55) Pakai sarung tangan DTT
56) Setelah satu jam pemberian vitamin K1, timbang dan pemeriksan fisik
57) Suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral danlakukan
IMD.
58) Lepas sarung tangan
59) Cuci tangan
60) Melengkapi partograf.
9) Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh dilakukan dengan
efisien dan aman. Pelaksanaan ini di lakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
10) Evaluasi
Dalam langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sebagimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan
masalah.

4. Manajemen Askeb pada Bayi Baru Lahir


a. 7 Langkah Varney Bayi Baru Lahir
1) Pengkajian

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua


data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakn langkah
pertama untuk mengumpulkan yang berkaitan dengan kondisi pasien dan
semua informasi yang akurat dari semua sumber.

Data ini difokuskan pada :

a) Data Subyektif
(1) Identitas / Biodata
(a) Nama
Meliputi nama bayi, nama ibu dan ayah. Tujuannya adalah
untuk membedakan dengan pasien lain.
(b) Umur
Untuk mengetahui sudah berapa lama bayi lahir sehingga bisa
menentukan keadaan bayi dan penanganannya.
(c) Jenis Kelamin Bayi
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi.
(d) Suku/Bangsa
Untuk mengetahui adat/kebiasaan yang sering terjadidan masih
dilakukan keluarga.
(e) Pendidikan Orang Tua
Dikaji untuk mengetahui tingkat pengatahuan dan metode
komunikasi yang akan disampaikan Tingkat pendidikan seorang ibu
hamil sangat berperan dalam kualitas perawatan kehamilan.
Penguasaan pengetahuan juga erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan seseorang.
Pendidikan dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
metode komunikasi yang akan disampaikan.
(f) Pekerjaan Orang Tua
Dikaji untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi pasien, tingkat
ekonomi.
(g) Alamat Klien
Mengetahui lingkungan tempat tinggal klien.

(2) Keluhan Utama


Untuk mengetahui apa yang dirasakan atau keadaan pasien saat
ini. Pada asuhan neonatus keluhan utama yang disampaikan ibu adalah
telah melahirkan bayinya beberapa waktu lalu, berat badan, panjang
badan, jenis kelamin dan jenis persalinannya.
(3) Riwayat Prenatal (Kehamilan)
Untuk mengetahui kebiasaan waktu hamil dan apa ada masalah
atau kelainan kehamilan yang berdampak buruk bagi bayi. Riwayat ini
meliputi:
(a) Riwayat penyakit kehamilan
Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang menurun
pada bayinya
(b) Kebiasaan waktu hamil
Untuk mengetahui kebiasaan ibu sewaktu hamil, karena takut
adanya pengaruh pada bayinya.
(c) Riwayat Persalinan Sekarang
Untuk mengetahui proses persalinan bayi, apakah ada
komplikasi yang menyertainya.
(d) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit menular
menurun ataupun menahun seperti jantung, asma, DM, hipertensi
dan lain-lain.
b) Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan RR) yang dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya, Sehingga bidan dapat mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan medis pada pasien.
a) Keadaan Umum
b) Kesadaran
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai adanya latargi,
yakni penurunan kesadaran yang dimana bayi dapt bangun lagi
dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya layuh seperti tonus otot
lemah, mudah terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan
tidak sadar (tidur dalam, tidak merespons terhadap rangsangan).
Dalam keadaan normal, Pemeriksaan ini dilakukan pda tingkat
kesadarn mulai dari diam hingga sadar penuh, bayi dapat
dibangunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan diam.
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan,
perawat, atau dokter untuk menilai status kesehatannya. Waktu
pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah
lahir, dan akan pulang dari rumah sakit.
(a) Kepala
Asimetri atau tidaknya maulage, ada tidanyaknya caput
seccedanneum, ada tidaknya cephal haematum.
(b) Mata
Palpebra simetris atau tidak, sklera putih atau ikterus,
konjungtiva anemis atau tidak.
(c) Hidung
Ada tidaknya kelainan bentuk hidung, ada tidaknya
pernafasan cuping hidung, ada tidaknya sekret mukopurulen dan
berdarah.
(d) Mulut
Ada tidaknya trismus, halitosis, dan labioskisis.
(e) Dada
Asimetris atau tidak, payudara ada tidaknya ginekomastia
patologis, paru-paru ada tidaknya suara tambahan.
(f) Abdomen
Buncit atau tidak, tali pusat apakah ada kemerahan, bengkak,
nanah atau berbau, atau lainnya pada tali pusat.
(g) Punggung
Periksa adanya spinabifida
(h) Genetalia
Perempuan, labia mayor menutup/tidak, ada perdarahan,
oedema/ tidak.
Laki-laki, ada/tidak rugae pada scratum,oedema/tidak testis
turun/tidak.
(i) Anus: Ada/tidak atresia ani, ada atresia recti/tidak
(j) Ekstrimitas
Periksa adanya kelainan pada bagian jari:
Mikro amelia     : jari pendek-pendek
Polidaktili          : jumlah jari > 5
Amelia               : tidak punya jari
Sindaktili           : jari seperti bebek, antara satu dan
yang lain disatukan dengan sebuah
selaput
Andaktili           : jumlah jari < 5
Periksa adanya kelainan pada kaki
Pes varus : kaki mengarah kedalam, seperti huruf “O”
Pes valgus : kaki mengarah keluar, seperti huruf “X”
3) Pemeriksaan Khusus
Antropometri
(a) Berat badan normal 2500 – 4000 gr
(b) Panjang badan normal 49 – 50 cm
(c) Lingkar kepala normal 33 – 35 cm
(d) Cirkumferensia Subocciput Bregmantika normal 32 cm
(e) Cirkumferensia mento-occipitalis normal 35 cm
(f) Cirkumferensia fronto occipitalis normal 34 cm
(g) Lingkar dada normal 30 – 33 cm
(h) Lingkar lengan atas normal 10 – 11 cm
Tabel 2.11 Refleks pada bayi
Pemeriksaan Cara Kondisi Kondisi
reflek pengukuran normal patologis

Moro Ubah posisi Lengan Reflex yang


dengan tiba- ekstensi, menetap lebih
tiba atau jari-jari dari 4
memukul mngembang bulanmenunjuk
meja/tempat , kepala kan adanya
tidur terlempar kerusakan otak
kebelakang

Palmar grasp Letakkan jari Jari-jari Fleksi yang


ditelapak bayi tidak simetris
tangan bayi melengkung menunjukkan
dari sisi ulnar di sekitar adanya
jari yang paralisis.
diletakkan
ditelapak
tangan bayi
dari sisi
ulnar

Rooting Gores sudut Bayi Tidak ada


mulut bayi memutar reflex,
garis tengah kea rah pipi menunjukkan
bibir yang adanya
digores. gangguan
neurologi berat

Menghisap Berikan botol Bayi Refleks yang


dan dot bayi. menghisap lemah atau
dengan kuat tidak ada.
dalam Menunjukkan
berespons keterlambatan
terhadap perkembangan
stimulasi atau keadaan
neurologi yang
abnormal

Berkedip Sorotkan Dijumpai Jika tidak


cahaya ke mata pada tahun dijumpai,
bayi pertama menunjukkan
kebutaan.

Tanda Gores telapak Jari kaki Bila


Babinski tangan mengemban pengembangan
sepanjang tepi g dan ibu jari kaki
luar, dimulai jari kaki dorsofleksi,
dari tumui dorsofleksi, maka ada tanda
samapai lesi
umur 2 ekstrapiramidal
tahun setelah umur 2
tahun

Menari/ Pegaang bayi Kaki akan Reflex


melangkah sehingga bergerak menetap
kakinya sedikit keatas dan melebihi 4-8
menyentuh ke bawah minggu
permukaan bila
yang rata disentuhkan
kepermukaa
n keras

Tonic neck Putar kepala Bayi Tidak normal


dengan cepat melakukan bila respons
kesatu sisi perubahan terjadi setiap
posisi bila diputar. Jika
kepala menetap,
diputar ke menunjukkan
satu sisi, adanya
lengan dan kerusakan
tungkai serebral mayor.
ekstensi kea
rah sisi
putaran
kepala dan
fleksi pada
sisi yang
berlawanan

2) Interpretasi Data
Pada langkah ke-dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat
dirumuskan masalah dan diagnose yang spesifik. Baik rumusan diagnosis
maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani, meskipun masalah tidak
bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus mendapatkan penanganan.

Ds : Menginterpretasi anamnesa
Do : Menginterpretasi Hasil Pemeriksaan yang dilakukan oleh
bidan meliputi tanda-tanda vital dalam batas normal.
D : Menginterpretasi kesimpulan dari Ds dan Do
M : Menginterpretasi masalah yang berhubungan dengan diagnosa
K : 1) Memberikan ASI 0-6 bulan sesering mungkin tanpa makanan
pendamping
2) Menjaga personal hygine
3) Cara perawatan tali pusat
4) Cara menyusui yang benar
5) Tanda bahaya bayi baru lahir

3) Identifikasi diagnose/masalah potensial dan antisipasi penanganannya

Pada langkah ke-tiga ini mengidentifikasikan masalah potensial


berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan.

4) Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera


Langkah ini mencakup tentang kebutuhan akan tindakan yang harus
segera dilakukan untuk mengatasi diagnosa atau masalah potensial yang terjadi
agar tidak terjadi komplikasi.
5) Merencanakan asuhan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyuluh ditentukan oleh langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen kebudanan
terhadap diiagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan atau di antisipasi.
Pada langkah ini informasi data yang tida lengkap dilengkapi.
6) Implementasi
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh dilakukan dengan
efisien dan aman. Pelaksanaan ini di lakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
7) Evaluasi
Dalam langkah ini dilakukan evaluasi keefektivan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sebagimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan
masalah.

5. Manajemen Askeb pada Nifas


a. 7 Langkah Varney Pada Nifas
1) Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah
pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi pasien.
a. Data Subjektif
1. Identitas pasien.
(a) Nama
Nama penderita dan suami ditanyakan Agar dapat mengenal,
memanggil penderita dan tidak keliru dengan penderita yang lain
(b) Umur
Berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan
tindakan yang dilakukan, apabila umur lebih dari 35 tahunrentan
sekali untuk terjadi pendarahan.
(c) Agama
Berhubungan dengan perawatan penderita dimana dalam
keadaan yang gawat ketika memberikan pertolongan dan perawatan
dapat diketahui dengan sia berhubungan.
(d) Pendidikan
Berhubungan dengan penyuluhan yang akan diberikan.
(e) Pekerjaan
Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi
penderita agar nasehat sesuai
(f) Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan
bila ada ibu yang namanya sama.
2. Keluhan Utama.

Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dirasakan ibu dan yang
menjadi alasan ibu datang ke tempat pelayanan kesehatan, misalnya
pasien merasamules, sakit pada jalan lahirkarena adanya jahitan pada
perinium.

3. Riwayat Kesehatan
(a) Riwayat kesehatan yang lalu.
Data ini diperlukan untuk mengetahui riwayat penyakit
yang lalu untuk mengetahui apakah ada hubungannya. Masalah
klien diantaranya : apakah pernah atau sedang menderita penyakit
hepatitis, diabetes, jantung, hipertensi, ginjal, TBC.
(b) Riwayat kesehatan sekarang
Data yang diperlukan untuk mengetahui adanya penyakit
yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya pada masa
nifas dan bayinya.
(c) Riwayat penyakit keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh keluarga terhadap gangguan kesehatan klien. Penyakit
keluarga yang perlu mencakup penyakit kanker, TBC, alergi,
penyakit yang menyebabkan kematian ibu dan yang telah
meninggal

4. Riwayat perkawinan
Ibu sudah menikah/belum, berupa umur saat menikah dan
lamanya pernikahan, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas
akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi
proses nifas.
5. Riwayat obsetrik
(a) Riwayat Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
berapa kali ibu hamil,apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
(b) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan,jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB,BB< penolong persalinan. Hal iniperlu
dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami
kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
6. Riwayat KB.
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB,jenis
kontarsepsi yang digunakan, efek samping yang timbul, alasan
pemberitahuan, lamanya penggunaan, alat kontrasepsi, rencana
kontrasepsi, rencana kontrasepsi yang akan digunakan.
7. Kehidupan sosial budaya
Untuk mengetahu pasien dan keluarga yang menganut adat
istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya
pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan.
8. Riwayat psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dengan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi selama masa
nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup
sering ibu menunjukkan depresi ringat setelah beberapa hari
melahirkan.depresi tersebut sering disebut dengan postpartum blues.
Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan venomena
psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisahdari keluarga dan
bayinya.hal ini sering terjadi diakibatkan oleh sejumlah faktor.
Penyebab yang paling menonjol adalah :
(a) Kekecewaan emosional yang meliputi rasa puas dan takut yang
dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
(b) Rasa sakit masa nifas awal
(c) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum.
(d) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit.
(e) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
Menjelaskan pengkajian psikososial :
1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya
2) Respon ibu terhadap bayinya
3) Respon ibu terhadap dirinya
9. Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama
masa nifas.
10. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, bau dan kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah.
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur biasanya membaca,
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan
waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan
istirahatcukup dapat mempercepat penyembuhan.
d) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada alt genetalia karena pada masa nifas masih
mengeluarkan lokea.
e) Aktifitas pengembalian alat-alat reproduksi
Menggambarkan pola aktifitas sehari-hari. Pada pola ini perlu
dikaji aktifitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin
dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi.
Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah
kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika
melakukan ambulasi.
b. Data Ojektif
1) Pemeriksaan Umum
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan RR) yang dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang
dialaminya, Sehingga bidan dapat mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan medis pada pasien.
2) Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan
pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita laporkan dengan
criteria sebagai berikut.
a. Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadp
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan berjalan.
b. Lemah
Pasien dimasukkan dalam criteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain
dn pasien sudah tidak mampu lagi berjalan sendiri.

3) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
mengakaji tingkat kesadaran mulai dari compos mentis sampai koma.
4) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah
Tekanan darah arteri mengganbarkan dua hal, yaitu besar
tekanan yang dihasilkan vertikel kiri sewaktu berkontraksi (angka
sistolik). Nilai normal rata-rata tekanan sistol pada orang dewasa
adalah 100 sampai 140 mmHg, sedangkan rata-rata diastol adalah 60
sampai 90 mmHg.
(2) Nadi
Nadi adalah gelombang yang diakibatkan oleh adanya
perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan
(Vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi
vebtrikel melawan dinding aorta. Tekanan nadi adalah tekanan yang
ditimbulkan oleh perbedaan sistolik dan diastolic. Normalnya 60-80
kali per menit. (Tambunan, dkk, 2011)
(3) Pernafasan
Pernafasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan
penganturan asam basal. Adapun pernapasan pada orang dewasa
yaitu 16-24x/menit.
(4) Suhu
Suhu adalah derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh dan
diatur oleh hipotalamus (dipertahankan dalam batas normal yaitu ±
36 ̊ C dari 37 ̊C) dengan menyeimbangkan anatara panas yang
dihasilkan dan panas yang dilepaskan. Suhu normal pemeriksaan
Axila yaitu 36,6ºC. (Tambunan, dkk. 2011)
5) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, meliputi : pemeriksaan khusus (terdiri dari
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan
penunjang yaitu laboratorium dan catatan terbaru serta catatan
sebelumnya.
(a) Kepala
Inspeksi dengan memperhatikan bentuk kepala terdapat
benjolan atau tidak, nyeri tekan dan dan kebersihan kepala.
(Prawihardjo,2012)
(b) Muka
Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak,
apakah kulitnya normal atau tidak, pucat/tidak, atau ikhterus.
(c) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan untuk menilai adanya
visus atau ketajaman penglihatan. Pemeriksaan skelera
bertujuan untuk menilai warna, apakah dalam keadaan normal
yaitu putih. Apabila ditemukan warna lain. Pemeriksaan pupil,
secara normal berbentuk bulat dan simetris. Apabila diberikan
sinar, akan mengecil. Midriasis aatu dilatasi pupil
menunjukkan adanya rangsangan simpatis. Sedangkan miosis
menunjukkan kadaan pupil yang mengecil. Pupil yang
berwarna putih menunjukkan kemungkinan adanya pnyakit
katarak. Kondisi bola mata yang menonjol dinamakan
eksoftalmos dan bola mata mengecil dinamakan enoftalmos.
Strabismus atau juling merupakan sumbu visual yang tidak
sejajar pada lapang gerakan bola mata, selain itu terdapat
nistagmus yang merupakan gerakan bola mata ritmik yang
cepat dan horizontal.
(d) Telinga
Pada pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai
dengan pemeriksaan daun telinga dan liang telinga engan
menentukan bentuk, besar dan posisinya. Pemeriksaan
pendengaran dilaksanakaan dengan bantuan garputala untuk
mengetahui ada gangguan pendengaran atau tidak.
(e) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan atau bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung
mulai dari bagian luar, bagian dalam kemudian sinus-sinus.
Pada pemeriksaan hidung juga dilihat apakah ada polip dan
kebersihannya. (Prawihardjo, 2012)
(f) Mulut
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada
tidaknya trismus, halitosis dan labioskisis. Trismus yaitu
kesukaran membuka mulut. Halitosis yaitu bau mulut tidak
sedap karena personal hygine yang kurang. Labioskisis yaitu
keadaan bibir tidak simetris. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan pada gusi untuk menilai edema atau tanda-tanda
radang.
Diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau tidak.
Dan ada caries dentis atau tidak.

(g) Leher
Tujuan pengkajian leher secara umum adalah
mengetahui bentuk leher serta organ-organ penting yang
berkaitan. Palpasi pada leher dilakukan untuk mengetahui
keadaan dan lokasi kelenjar limfe, kelenjar tyroid dan trakea.
Pembesaran kelanjar limfe dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit, misalnya peradangan akut/ kronis.pembesaran limfe
juga terjadi dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau sifilis.
Palpasi kelenjar tyroid dilakukan untuk mengetahui adanya
pembesaran kelenjar tyroid yang biasanya disebabkan oleh
kekurangan garaam yodium.
(h) Payudara
Simetris/tidak, Konsistensi, ada pembengkakan /tidak,
Puting menonjol/tidak, lecet/ tidak
(i) Abdomen
(1) Uterus Normal; Kokoh, berkontraksi baik. Tidak berada
di atas ketinggian fundal saat masa nifas segera.
(2) Abnormal; Lembek, diatas ketinggian fundal saat masa
post partum segera.
(3) Kandung kemih; bisa buang air/tak bisa buang air.
(j) Genetalia
(1) Lochea Normal; Merah hitam (lochea rubra), bau biasa,
tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
(ukuran jeruk kecil), Jumlah perdarahan yang ringan atau
sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam).
(2) Abnormal; Merah terang, bau busuk, mengeluarkan darah
beku, perdarahan berat (memerlukan penggantian
pembalut setiap 0-2 jam).
(3) Keadaan perinium: odema, hematoma, bekas luka
episiotomy/robekan, heacting.
(4) Keadaan anus : Hemoroid.
(k) Ekstremitas
Inspeksi: ada edema (tekan daerah tibia/dorsalis pedis
bila ada cekungan di bekas tekanan: edema +), varises,
kesimetrisan, kelainan). Lakukan pengetukan dengan reflex
hammer di daerah tendon muskulus kuadriser femoris di
bawah patella.

6) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium membantu dan menentukan baik
dalam penanganan kasus perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi
dan preeklamsia/ eklamsia, maupun kasus kegawatdaruratan yang
lain.
2) Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ke-dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat
dirumuskan masalah dan diagnose yang spesifik. Baik rumusan diagnosis
maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani, meskipun masalah tidak
bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus mendapatkan penanganan.

Ds: menginterpretasi anamnesa meliputi keluhan-keluhan yang


dialami, HPHT
Do: menginterpretasi Hasil Pemeriksaan yang dilakukan oleh
bidan meliputi tanda-tanda vital dalam batas normal.
D : menginterpretasi kesimpulan dari Ds dan Do
M : menginterpretasi masalah yang berhubungan dengan diagnosa
K : menginterpretasi kebutuhan untuk memecahkan masalah
Sehingga dapat dirumuskan masalah dan diagnosa yang spesifik. Baik
rumusan diagnosis maupun rumusan masalah keduaya harus ditangani,
meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus
mendapatkan penanganan.

3) Identifikasi diagnose/masalah potensial


Pada langkah ke-tiga ini mengidentifikasikan masalah potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
4) Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
5) Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah diidentifikasikan
atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan,
tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut
yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
6) Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada
klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara
efisien dan aman.
7) Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah
dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi
kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang
sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum
terlaksana.

6. Manajemen Asuhan Akseptor Keluarga Berencana


a. 7 Langkah Varney KB
1) Pengkajian

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua


data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakn langkah
pertama untuk mengumpulkan yang berkaitan dengan kondisi pasien.an semua
informasi yang akurat dari semua sumber.
Data ini difokuskan pada :

a. Data Subjektif
1. Identitas pasien
a) Nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu dengan yang
lain.
b) Umur pasien dikaji untuk menentukan apakah pasien dalam usia
reproduksi atau tidak
c) Agama pasien dikaji sebagai pedoman asuhan yangdiberikan sesuai
dengan kepercayaan yang dianut
d) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan yang
berhubungan dengan masalah yang merugikan kesehatan ibu.
e) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui tingkat pengatahuan dan
metode komunikasi yang akan disampaikan Tingkat pendidikan
seorang ibu hamil sangat berperan dalam kualitas perawatan
kehamilan. Penguasaan pengetahuan juga erat kaitannya dengan
tingkat pendidikan seseorang.
f) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi
pasien, tingkat ekonomi.
g) Alamat pasien dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar
pasien.
2. Keluhan utama dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pesien
saat ini.
3. Riwayat Kesehatan
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah
menderita atau sedang menderita penyakit-penyakit meliputi hipertensi,
jantung, TBC, paru-paru, asma, diabetes mellitus, riwayat penyakit/
trauma tulang punggung.
4. Riwayat Obstetri
Riwayat obstetri dikaji untuk mengetahui kesehatan reproduksi
yang dialami oleh pasien baik riwayat menstruasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas.
5. Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama pasien menikah, sudah
berapa kali pasien menikah, berapa umur pasien dan suami pada saat
menikah, sehingga dapat diketahui apakah pasien masuk dalam
infertilitas sekunder atau bukan.

6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu sudah menjadi akseptor KB lain
sebelum menggunakan KB pil dan sudah berapa lama menjadi akseptor
KB tersebut.
7. Data psikososial
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu
sehubungan dengan hubungan pasien dengan suami, keluarga, dan
tetangga. Dan bagaimana pandangan suami dengan alat kontrasepsi
yang dipilih apakah mendapat dukungan atau tidak.
8. Pola kehidupan sehari-hari
f) Pola nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan atau terdapatnya
alergi.
g) Pola eliminasi
Dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan BAK baik frekuensi
dan pola sehari-hari
h) Pola istirahat
Dikaji untuk mengetahui pola tidur serta lamanya tidur.
i) Pola personal hygiene
Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali,
bagaimana kebersihan lingkungan apakah memenuhi syarat
kesehatan.
j) Pola aktifitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini
perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya.
k) Pola seksual
Dikaji apakah ada gangguan atau keluhan dalam hubungan
seksual.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan RR) yang dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya, Sehingga bidan dapat mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan medis pada pasien.
a) Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita
laporkan dengan criteria sebagai berikut :
(1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadp
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan berjalan.
(2) Lemah
Pasien dimasukkan dalam criteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain dn pasien sudah tidak mampu lagi berjalan sendiri.
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
kita dapat mengakaji tingkat kesadaran mulai dari compos mentis
sampai koma.
c) Berat Badan

Berat badan atau massa tubuh diukur dengan pengukur


massa atau timbangan. Indeks massa tubuh digunakan untuk
menghitung hubungan antara tinggi dan berat badan, serta
menilai tingkat kegemukan.

d) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah
Tekanan darah arteri menggambarkan dua hal, yaitu besar
tekanan yang dihasilkan vertikel kiri sewaktu berkontraksi
(angka sistolik). Nilai normal rata-rata tekanan sistol pada
orang dewasa adalah 100 sampai 140 mmHg, sedangkan rata-
rata diastol adalah 60 sampai 90 mmHg.
2) Nadi
Nadi adalah gelombang yang diakibatkan oleh adanya
perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan
(Vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi
vebtrikel melawan dinding aorta. Tekanan nadi adalah
tekanan yang ditimbulkan oleh perbedaan sistolik dan
diastolic. Normalnya 60-80 kali per menit.
3) Pernafasan
Pernafasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dalam paru dan penganturan asam basal. Adapun pernapasan
pada orang dewasa yaitu 16-24x/menit.
4) Suhu
Suhu adalah derajat panas yangpertahankan oleh tubuh
dan diatur oleh hipotalamus (dipertahankan dalam batas
normal yaitu ± 36 ̊ C dari 37 ̊C) dengan menyeimbangkan
anatara panas yang dihasilkan dan panas yang dilepaskan.
Suhu normal pemeriksaan Axila yaitu 36,6ºC.
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, meliputi : pemeriksaan khusus (terdiri dari inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan penunjang yaitu
laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya.
(a) Kepala
Inspeksi dengan memperhatikan bentuk kepala terdapat
benjolan atau tidak, nyeri tekan dan dan kebersihan kepala.
(b) Muka
Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah
kulitnya normal atau tidak, pucat/tidak, atau ikterus.
(c) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan untuk menilai adanya visus
atau ketajaman pengelihatan. Pemeriksaan skelera bertujuan untuk
menilai warna, apakah dalam keadaan normal yaitu putih. Apabila
ditemukan warna lain. Pemeriksaan pupil, secara normal berbentuk
bulat dan simetris. Apabila diberikan sinar, akan mengecil.
Midriasis aatu dilatasi pupil menunjukkan adanya rangsangan
simpatis. Sedangkan miosis menunjukkan kadaan pupil yang
mengecil. Pupil yang berwarna putih menunjukkan kemungkinan
adanya pnyakit katarak. Kondisi bola mata yang menonjol
dinamakan eksoftalmos dan bola mata mengecil dinamakan
enoftalmos. Strabismus atau juling merupakan sumbu visual yang
tidak sejajar pada lapang gerakan bola mata, selain itu terdapat
nistagmus yang merupakan gerakan bola mata ritmik yang cepat
dan horizontal.
(d) Telinga
Pada pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan
pemeriksaan daun telinga dan liang telinga dengan menentukan
bentuk, besar dan posisinya. Pemeriksaan pendengaran
dilaksanakaan dengan bantuan grfutala untuk mengetahui ada
gangguan pendengaran atau tidak.
(e) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
atau bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung mulai dari
bagian luar, bagian dalam kemudian sinus-sinus. Pada pemeriksaan
hidung juga dilihat apakah ada polip dan kebersihannya.
(f) Mulut
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya
trismus, halitosis dan labioskisis. Trismus yaitu kesukaran
membuka mulut. Halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena
personal hygine yang kurang. Labioskisis yaitu keadaan bibir tidak
simetris. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada gusi untuk
menilai edema atau tanda-tanda radang.
Diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau tidak. Dan
ada caries dentis atau tidak.
(g) Leher
Tujuan pengkajian leher secara umum adalah mengetahui
bentuk leher serta organ-organ penting yang berkaitan. Palpasi
pada leher dilakukan untuk mengetahui keadaan dan lokasi
kelenjar limfe, kelenjar tyroid dan trakea. Pembesaran kelanjar
limfe dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, misalnya
peradangan akut/ kronis.pembesaran limfe juga terjadi dibeberapa
kasus seperti tuberculosis atau sifilis. Palpasi kelenjar tyroid
dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar tyroid
yang biasanya disebabkan oleh kekurangan garaam yodium.
(h) Dada
Suara paru-paru dan jantung, putting, benjolan, dan nyeri
tekan. Mengkaji kesehatan pernafasan.
(i) Abdomen
Diperiksa untuk mengetahui adanya bekas operasi pada
daerah abdomen atau tidak.
(j) Genetalia
Dikaji apakah adanya condiluma aquminata dan diraba
adanya infeksi kelenjar batholini dan kelenjar skene atau tidak.
(k) Anus
Apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.
(l) Ekstermitas
Inspeksi: ada edema (tekan daerah tibia/dorsalis pedis bila ada
cekungan di bekas tekanan: edema +), varises, kesimetrisan,
kelainan). Lakukan pengetukan dengan reflex hammer di daerah
tendon muskulus kuadriser femoris di bawah patella.

2) Interpretasi data dasar


Pada langkah ke-dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat
dirumuskan masalah dan diagnose yang spesifik. Baik rumusan diagnosis
maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani, meskipun masalah tidak
bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus mendapatkan penanganan.
Ds: menginterpretasi anamnesa meliputi keluhan-keluhan yang dialami
Do: menginterpretasi hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
bidan meliputi tanda-tanda vital dalam batas normal.
D : menginterpretasi kesimpulan dari Ds dan Do
M : menginterpretasi masalah yang berhubungan dengan diagnosa
K: 1. Konseling macam-macam KB

2. Konsling indikasi dan kontraindikasi KB


3. Infochonsent dan infochoice
3) Identifikasi diagnose/masalah potensial
Pada langkah ke-tiga ini mengidentifikasikan masalah potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.Langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
4) Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan yang tidak
hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodik,
tetapi juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut.
Data baru yang diperoleh terus dikaji dan kemudian dievaluasi. Beberapa
mengindikasikan sebuah situasi kegawatdaruratan yang mengharuskan bidan
mengambil tindakan secara cepat untuk mempertahankan nyawa ibu dan
bayinya.
1. Merencanakan asuhan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyuluh ditentukan
oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
kebudanan terhadap diiagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan
atau di antisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tida lengkap
dilengkapi.
2. Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh dilakukan
dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini di lakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehtan
lainnya.
3. Evaluasi
Dalam langkah ini dilakukan evaluasi keefektivan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sebagimana
diidentifikasi dalam diagnosis dan masalah.

Anda mungkin juga menyukai