Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

CONTINUITY OF CARE

Disusun Oleh :
Nama : Linda Alifia Yulianti
NIM : P0 5140319 015

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rialike Burhan M. Keb Grace Damairia Sinurat, Amd. Keb

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2022/2023
TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
a. Fisiologi Kehamilan
1) Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi
dihitung dari fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau sepuluh bulan atau sembilan
bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi tiga
trimester, trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu ( minggu ke-13 hingga ke-27 minggu), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40 minggu) (Saifuddin,
2018).
b. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Kehamilan
2) Perubahan Fisiologi
a) Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama
dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang
kadarnya meningkat. Berat uterus itu normal lebih kurang 30
gram. Pada akhir kehamilan (40 minggu), berat uterus itu
menjadi 1.000 gram (Fatimah, 2017). Selama kehamilan uterus
berubah menjadi organ muscular dengan dinding relatif tipis
yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion.
Volume total isi uterus pada kehamilan aterm sekitar 5 L
meskipun dapat juga mencapai 20 L atau lebih. Selama
kehamilan, pembesaran uterus terjadi akibat peregangan dan
hipertrofi sel-sel otot, sementara produksi miosit masih terbatas
(Sutanto, 2018).
b) Servik
Satu bulan setelah kondisi serviks akan menjadi lebih
lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan
vaskularisasi dan terjadi edema dapa seluruh serviks,
bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hyperplasia pada
kelenjar serviks. Serviks merupakan organ yang kompleks dan
heterogen yang mengalami perubahan yang luar biasa selama
kehamilan dan persalinan. (Yulizawati, 2017).
c) Ovarium
Proses ovulasi selama kehilan akan terhenti dan
pematangan folikel baru juga tertunda. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan
setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam
jumlah yang relative minimal (Yulizawati, 2017)
d) Vagina dan Perineum
Selama kehamilan, terjadi peningkatan vaskularitas dan
hyperemia di kulit dan otot perineum dan vulva, disertai
pelunakan jaringan ikat di bawahnya. Meningkatnya
vaskularitas memengaruhi vagina dan menyebabkan warnanya
menjadi keunguan. Dinding vagina mengalami perubahan
mencolok sebagai persiapan untuk saat persalinan dan
kelahiran. (Susanto, 2018).
e) Payudara
Wanita hamil sering merasakan parestesia dan nyeri
payudara setelah bulan kedua payudara membesar dan
memperlihatkan pena pena halus dibawah kulit puting menjadi
jauh lebih besar berwarna lebih gelap dan lebih tegak setelah
beberapa bulan pertama pemijatan lembut pada puting sering
menyebabkan keluarnya cairan kental kekuning-kuningan
selama bulan-bulan tersebut areola menjadi lebih lebar dan
lebih gelap serta munculnya sejumlah tonjolan kecil kelenjar
mongomery yaitu kelenjar sebasea hipertrofik (Susanto , 2018).
f) Sistem Kardiovaskuler
Minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan
perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular
sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung.
Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume
plasma. Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh
penurunan resistensi vascular sistemik dan perubahan pada
aliran pulsasi arterial. Ventrikel kiri akan mengalami hipertrofi
dan dilatasi untuk memfasilitasi perubahan cardiac output,
tetapi kontraktilitasnya tidak berubah (Yulizawati, 2017).

3) Perubahan Psikologi Kehamilan TM III


a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh
dan tidak menarik.
b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat
waktu.
c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada
saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
d) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
e) Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
f) Semakin ingin menyudahi kehamilannya.
g) Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya
Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya (Yulizawati, 2017).

4) Ketidaknyaman pada kehamilan TM III


a. Edema
Edema ini biasa terjadi pada kehamilan trimester II dan III..
Penyebab dan cara meringankan edema pada kehamilan trimester III
pada prinsipnya hampir sama dengan edema pada trimster III, hanya
saja Anda harus lebih waspada dan dapat membedakan antara edema
yang normal dan edema yang tidak normal atau patologis. Apabila
edema tidak hilang setelah bangun tidur, edema tidak hanya terdapat
di kaki tetapi juga pada tangan dan muka, maka Anda perlu waspada
adanya pre eklampsia. Mungkin Anda perlu melanjutkan dengan
pemeriksaan tekanan darah dan proteinuri (Tyastuti, 2016)
b. Sering Buang Air Kecil (BAK).
BAK sering disebabkan oleh karena uterus membesar, yang
disebabkan karena terjadi penurunan bagian bawah janin sehingga
menekan kandung kemih. BAK juga berhubungan dengan ekskresi
sodium (unsur Na) yang meningkatdan perubahan fisiologis ginjal
sehingga produksi urine meningkat. Upaya untuk meringankan dan
mencegah sering BAK, ibu hamil dilarang untuk menahan BAK,
upayakan untuk mengosongkan kandung kencing pada saat terasa
ingin BAK. Perbanyak minum pada siang hari untuk menjaga
keseimbangan hidrasi (Tyastuti, 2016)
c. Haemorroid
Haemorroid disebut juga wasir biasa terjadi pada ibu hamil trimester
II dan trimester III, semakin bertambah parah dengan bertambahnya
umur kehamilan karena pembesaran uterus semakin meningkat.
Haemorroid dapat terjadi oleh karena adanya konstipasi. Hal ini
berhubungan dengan meningkatnya progesteron yang menyebabkan
peristaltik usus lambat dan juga oleh vena haemorroid tertekan
karena pembesaran uterus (Tyastuti, 2016)
d. Insomnia (Sulit Tidur)
Insomnia dapat disebabkan oleh perubahan fisik yaitu pembesaran
uterus. disamping itu insomnia dapat juga disebabkan perubahan
psikologis misalnya perasaan takut, gelisah atau khawatir karena
menghadapi kelahiran. Sering BAK dimalam hari/nochturia, dapat
juga menjadi penyebab terjadinya insomniapada ibu hamil (Tyastuti,
2016)
e. Konstipasi
Konstipasi adalah BAB keras atau susah BAB biasa terjadi pada ibu
hamil trimester II dan III. Penyebabnya adalah gerakan peristaltik
usus lambat oleh karena meningkatnya hormon progesterone.
Konstipasi dapat juga disebabkan oleh karena motilitas usus besar
lambat sehingga menyebabkan penyerapan air pada usus meningkat.
Di samping itu konstipasi dapat terjadi bila ibu hamil banyak
mengkonsumsi suplemen zat besi, atau tekanan uterus yang
membesar pada usus (Tyastuti, 2016)
f. Sesak Nafas
Sesak nafas ini biasanya mulai terjadi pada awal trimester II sampai
pada akhir kehamilan. Keadaan ini disebabkan oleh pembesaran
uterus dan pergeseran organ–organ abdomen, pembesaran uterus
membuat pergeseran diafragma naik sekitar 4 cm. Peningkatan
hormon progesterone membuat hyperventilasi. Cara meringankan
atau mencegah dengan melatih ibu hamil untuk membiasakan dengan
pernapasan normal,berdiri tegak dengan kedua (Tyastuti, 2016)
g. Sakit Punggung
Sakit punggung pada ibu hamil terjadi pada ibu hamil trimester II dan
III, dapat disebabkan karena pembesaran payudara yang dapat
berakibat pada ketegangan otot, dan keletihan. Posisi tubuh
membungkuk ketika mengangkat barang dapat merangsang sakit
punggung, hal ini berkaitan dengan kadar hormon yang meningkat
menyebabkan cartilage pada sendi besar menjadi lembek, di samping
itu posisi tulang belakang hiperlordosis. Meringankan atau mencegah
sakit punggung ibu hamil harus memakai BH yang dapat menopang
payudara secara benar dengan ukuran yang tepat. Hindari sikap
hiperlordosis, jangan memakai sepatu atau sandal hak tinggi,
mengupayakan tidur dengan kasur yang keras. (Tyastuti, 2016)

5) Penatalaksanaan pada Kehamilan


a. Pelayanan kesehatan ibu hamil, yaitu jenis pelayanan 14 T, sebagai
berikut:
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
2) Pengukuran tekanan darah
3) Pengukuran tinggi fundus uteri
4) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
sesuai status imunisasi
6) Pemeriksaan hemoglobin
7) Pemeriksaan VDRL
8) Perawatan payudara, senam payudara, dan pijat tekan payudara
9) Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil
10) Pelaksanaan temu wicara
11) pemeriksaan protein urin
12) pemeriksaan reduksi urin atas indikasi
13) pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok
14) pemberian terapi anti-malari untuk daerah endemis malaria
b. Konseling Tanda Bahaya Kehamilan
1) Perdarahan per vagina Perdarahan tidak normal yang terjadi pada
awal kehamilan (perdarahan merah, banyak atau perdarahan dengan
nyeri), kemungkinan abortus, mola atau kehamilan ektopik.
Perdarahan tidak normal pada kehamilan lanjut (perdarahan merah,
banyak, kadang – kadang, tidak selalu, disertai rasa nyeri) bisa
berarti plasenta previa atau solusio plasenta.
2) Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang. Sakit kepala
hebat dan tidak hilang dengan istirahat adalah gejala pre eklampsia
3) Perubahan visual secara tiba – tiba (pandangan kabur) Masalah
penglihatan pada ibu hamil yang secara ringan dan tidak mendadak
kemungkinan karena pengaruh hormonal. Tetapi kalau perubahan
visual yang mendadak misalnya pandangan kabur atau berbayang
dan disertai sakit kepala merupakan tanda pre eklampsia.
4) Nyeri abdomen yang hebat Nyeri abdomen yang tidak ada
hubungan dengan persalinan adalah tidak normal. Nyeri yang tidak
normal apabila nyeri yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat, hal ini kemungkinan karena appendisitis, kehamilan
ektopik, abortus, penyakit radang panggul, gastritis, penyakit
kantung empedu, abrupsio plasenta, infeksi saluran kemih .
5) Bengkak pada muka atau tangan. Hampir separuh ibu hamil
mengalami bengkak normal pada kaki yang biasanya muncul pada
sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan
kaki. Bengkak dapat menunjukkan tanda bahaya apabila muncul
pada muka dan tangan dan tidak hilang setelah beristirahat dan
disertai keluhan fisik lain. Hal ini dapat merupakan tanda anemia,
gagal jantung atau pre eklampsia.
6) Bayi bergerak kurang dari seperti biasanya Ibu hamil akan
merasakan gerakan janin pada bulan ke 5 atau sebagian ibu
merasakan gerakan janin lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya
akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 x dalam
periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu
berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan
baik
c. Persiapan Rujukan (Persiapan BAKSOKUDA)
1) B (Bidan) yaitu pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk
melaksanakan kegawatdaruratan (Tyastuti, 2018)
2) A (Alat) yaitu bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang
diperlukan seperti spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop
3) K (keluarga) yaitu beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu
(klien) dan alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga
yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
4) S (Surat) yaitu beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi
ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-
obat yang telah diterima ibu
5) O (Obat) yaitu bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama
perjalanan merujuk
6) K (Kendaraan) yaitu siapkan kendaraan yang cukup baik untuk
memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
7) U (Uang) yaitu ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam
jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang
diperlukan di tempar rujukan
8) DA (Darah) yaitu siapkan darah untuk sewaktu-waktu
membutuhkan transfusi darah apabila terjadi perdarahan (Rosyati,
2017)
B. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi
dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progesif, sering dan kuat
yang nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan
untuk melahirkan bayi (Walyani, 2021). Persalinan normal adalah
persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm ( bukan premature atau
postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya, mempunyai janin
tunggal dengan presentase puncak kepala, terlaksana tanpa bantuan
artificial, tidak mencakup komplikasi, plasenta lahir normal (Walyani,
2021).
2. Perubahan fisiologis persalinan
a. Perubahan uterus
Selama persalinan uterus bertambah bentuk menjadi dua bagian
yang berbeda yaitu segmen atas dan segmen bawah, segmen atas
memegang peranan yang aktifkarena berkontraksi dan dindingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan sebaliknya segmen bawah
rahim memegang peran pasif dan makin tipis dengan majunya
persalinan karena diregangkan, sebagai akibat menipisnya segmen
bagian bawah uterus dan bersamaan dengan menebalnya segmen atas,
batas antasa keduanya ditandai oleh suatu lingkaran pada permukaan
dalam uterus yang disebut sebagai cincin retraksi fisiologik (Diana,
2019).
b. Perubahan serviks
Pada kala I persalinan tenaga yang paling efektif adalah kontraksii
uterus yang selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatik ke
seluruh selaput ketuban terhadapa servik dan segmen bawah uterus.
Apabila selaput ketuban sudah pecah bagian terbawah janin dipaksa
langsung mendesak serviks dan segmen bawah uterus sebagai akibat
pendataran yaitu pemendekan dari canalis cervikalis yang semula
panjangnya 1-2 cm menjadi satu lubang saja dengan pinggir tipis, dan
dilatasi pada serviks yang sudah melunak. Pada nulipara penurunan
bagian bawah janin terjadu secara khas agak lambat tetapi pada
multipara khususnya yang paritasnya tinggi penurunan bisa
berlangsung dengan sangat cepat (Diana, 2019).
c. Perubahan kardiovaskuler
Penurunan yang mencolok selama acne kontraksi uterus tidak
terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang,
denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding
selama periode persalinan atau belum masuk persalinan, hal ini
mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama
persalinan, pada masa persalinan denyut jantung yang sedikit naik
merupakan hal yang normal namun tetap perlu dikontrol secara
periode untuk mengidentifikasi infeksi (Diana, 2019).
d. Perubahan tekanan darah
Perubahan tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus
dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan
distolik rata-rata 5-10 mmHg, pada waktu diantara kontraksi tekanan
darah akan kembali ke tingkat sebelum persalinan, dengan mengubah
posisi tubuh perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat
dihindari , rasa nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat semakin
meningkatkan tekanan darah (Diana, 2019).
e. Perubahan nadi
Frekuensi denyut jantung nadi diantara kontraksi sedikit lebih
tinggi dibandingkan selama periode menjelang persalinan, hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan (Diana, 2019).
f. Perubahan suhu
Pada saat persalinan suhu bdan akan sedikit meningkat, suhu akan
mencapai tertinggi selama persalinan dan segera serelah persalinan,
kenaikan dianggap normal jika tidak melebihi 0,50-10C. Kenaikan
suhu merupakan hal yang wajar, tetapi keadaaan ini berlangsung lama
dan menunjukkan adanya dehidrasi (Diana, 2019).
g. Perubahan pernapasan
Pada masa persalinan terjadi sedikit peningkatan laju pernapasan
yang dianggap normal, hiperventilasi yang lama dianggap tidak
normal dan bisa menyebabkan alkologis, sistem pernapasan juga
beradaptasi, peningkatan aktivitas fisik dan pemakaian oksigen terlihat
dari frekuensi pernapasan, hiperventilasi dapat menyebabkan alkolosis
respiratorik (pH meningkat). Kenaikan pernapasan dapat disebabkan
karena rasa nyeri, kekhawatiran dan teknik pernapasan yang tidak
benar (Diana, 2019).
h. Perubahan metabolisme
Selama persalinan metabolisme karbohidrat akan menignkat
dengan kecepatan tetap yang disebabkan oleh anxietas dan aktivitas
otot rangka, peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan
suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, curah jantung dan cairan yang
hilang (Diana, 2019).
i. Perubahan ginjal
Polinuria sering terjadi selama persalinan yang dapat diakibatkan
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan
kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma
ginjal, polinuria menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena
posisi ini membuat aliran urine berkurang selama kehamilan (Diana,
2019).
j. Perubahan gastrointestinal
Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh
berkurang bila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut
sekresi asam lambung selama persalinan maka saluran cerna bekerja
dengan lambat sehingga saat pengosongan lambung menjadi lebih
lama, makanan yang dimakan selama periode menjelang persalinan
cenderung akan tetap berada di dalam lambung selama persalinan,
mual dan muntah umum akan terjadi selama fase transisi yang
menandai akhir fase pertama persalinan (Diana, 2019).
3. Perubahan Psikologis pada Ibu Bersalin
Perubahan psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang
mengalami persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan
bimbingan antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi
persalinan, dukungan yang di terima wanita dari pasangannya, orang
terdekat lain, keluarga dan pemberi perawatan, lingkungan tempat wanita
tersebut berada dan apakah bayi yang di kandungnya merupakan bayi
yang di inginkan atau tidak. Dukungan yang di terima atau tidak di terima
oleh seorang wanita di lingkungan tempatnya melahirkan, termasuk dari
mereka yang mendampinginya, sangat memengaruhi aspek psikologinya
pada saat kondisinya sangat rentan setiap kali kontraksi timbul juga pada
saat nyerinya timbul secara berkelanjutan (Walyani, 2021).
4. Tanda-Tanda Persalinan
Beberapa minggu sebelum persalinan wanita memasuki kala pendahuluan
dengan tanda-tanda persalinan:
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36 tanda pada primigravida terjadi penurunan
uterus karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan oleh kontraksi barkton hiks, ketegangan dinding perut,
ketegangan ligamentum rotundum, gaya berat janin dimana kepala
kearah bawah. Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul
menyebabkan ibu merasakan : terasa ringan diabgain atas, rasa
sesaknya berkurang, dibagian bawah terasa sesak, terjadi kesulitan saat
berjalan, sering kencing (Mutmainnah, 2017).
b. Terjadi his pemulaaan
Masa tua kehamilan, pengeluaran astrogen dan progesterone juga
makin berkurang sehingga produksi oksitosin meningkat, dengan
demikian dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering. His
permulaan ini lebih sering diistilahkan sebagai his palsu. Sifat his
palsu antara lain : rasa nyeri ringan dibagian bawah, datangnya tidak
teratur, tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda
kemajuan persalinan, durasi pendek, tidak bertambah buila beraktivitas
(Mutmainnah, 2017).
c. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
d. Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih
tertekan sebelah bagian terbawah janin
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sektresinya betambah
kadang bercampur darah. Seiring mendekatnya persalinan, maka
serviks menjadi matang dan lembut serta terjadi oblitersi serviks dan
akan kemungkinan sedikit dilatasi
f. Hodge. Bidang hodge adalah bidang semua sebagai pedoman untuk
mennetukan kemajuan persalinan, yaitu seberapa jauh penurunan
kepala mealaui pemeriksaan dalam, bidang hodge terbagi menjadi 4
bidang yaitu :
1) Hodge 1 : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas simfisis dan promontorium
2) Hodge II : bidang yang sejajar hodge 1setinggi bagian bawah
simfisis
3) Hodge III : bidang yang sejajar hodge 1 setinngi bagian spina
ischiadika
4) Hodge IV : bidang yang sejajar hodge 1 setinhgi bagian tulang
koksigis (Kurniarum, 2016).

Gambar 2.3 Penurunan Bidang Hodge


Sumber: (Kurniarum, 2016)

g. Penurunan kepala janin, penilaian penurunan kepala janin dilakukan


untuk menghitung proposi bagian bawah janin yang masih berada
diatas tepi atas simfisis, bagian di atat simfisis adalah proporsi yang
belum masuk pintu atas panggul (PAP). Penilaian penurunan kepala
dapat diukur dengan melakukan perlimaan atau di ukur dengan lima
jari tangan, 5/5 adalah jika bagian terbawah janin seluruhnya masih
teraba diatas simfisis berarti bagian bawah janin belum masuk PAP,
4/5 adalah jika sebagian dari bagian terbawah janin berarti (1/5)
bagian telah masuk PAP, 3/5 adalah jika sebagian dari bagian
terbawah janin berarti (2/5) bagian telah masuk PAP, 2/5 jika sebagian
dari bagian terbawah janin yang masih berada di atas simfisis dan
(3/5) bagian yang telah masuk PAP, 1/5 adalah jika bagian terbawah
janin masih dapat diraba dengan 1 dari 5 jari berarti (4/5) bagian telah
masuk PAP, 0/5 bagian terbawah janin telah berada di perineum
(Diana, 2019).
5. Tahapan Persalinan
Pada proses persalinan dibagi 4 kala yaitu:
1. Kala 1 : Kala Pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap (10cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:

a. Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servikas secara bertahap.
1) Pembukaan kurang dari 4 cm
2) Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam
b. Fase aktif
1) Frekuensi dan lama kontraksiuterus umumnya meningkat
(kontraksi adekuat/3 kali atau lebih dalam 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)
2) Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan
1cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10)
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
4) Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :
Berdasarkan kurva friedman :
a) Periode akselerasi, berlangusng selama 2 jam pembukaan
menjadi 4cm
b) Periode dilatasi maksimal, berlangusng selama 2 jam
pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm
c) Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi 10cm/lengkap
(Walyani, 2021).
2. Kala II : Pengeluaran Janin
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan
mendorong janin hungga keluar.
Pada kala II memiliki ciri khas :
a. His terkodinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 20-3 menit
sekali
b. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan
c. Tekanan pada rectum, ibu merasa ingin BAB
d. Anus membuka
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin
kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan janin. Lama pada kala
II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu primipara kala II
berlangsung 1,5 jam-2 jam dan multipara kala II berlangusng 0,5-
1 jam. Pimpinan persalinan ada 2 cara ibu mengejan pada kal II
yaitu menurut dalam letak berbaring, merangkul kedua pahanya
dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit
sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup; dengan sikap
seperti diatas, tetapi badan miring kearah dimana punggung janin
berada dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas
(Walyani, 2021).
3. Kala III : Kala Uri
Kala Uri yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta).
Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba
keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang
menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his
pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit plasenta
terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan
sedikit dorongan (brandt andrews manoeuvre), seluruh proses
biasanya berlangusng 5-30 menit setelah bayi lahir). Dan pada
pengeluaran plsenta biasanya doisertai dengan pengeluaran darah kira-
kira 100-2000cc (Walyani, 2021).
Tanda kala III terdiri 2 fase :
a) Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas : pertama Schultze, data ini
sebanyak 80% yang lepas terlebih dahulu ditengah kemudian
terjadi reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula-mula
ditengah kemudian seluruhnya, menurut cara ini perdarhan
biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
Kedua Dunchan lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir
terlebih dahulu dari pinggi (20%). Ketiga serempak dari tengah
dan pinggir plasenta.
b) Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uti yaitu:
1) Kustner
Meletakan tangan dengan tekanan pada/diatas simfisis, tali
pusat diregangkan, bila plasenta masik berati belum lepas, bila
tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti plsenta sudah
terlepas
2) Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat
kembali berarti belum lepas, bila diam/turun berarti sudah
lepas
3) Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti belum lepas, bils tidak bergetar berarti sudah
lepas
4) Rahim menonjol diatas simpisis
5) Tali pusat betambah panjang
6) Rahim bundar dan keras
7) Keluar darah secara tiba-tiba (Walyani, 2021).
4. Kala IV (Tahap Pengawasan)
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya
perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua jam.
dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak
banyak, yang bersal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim
tempat terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan
mengeluarkancairan sedikit darah yang disebut lochea yang berasal
dari sisa-sisa jaringan. Pada beberapa keadaaan, pengeluaran darah
setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa
faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot
rahim. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan sehingga jika
perdarahan semakin lebar dapat dilakukan tindakan secepatnya
(Walyani, 2021).
C. Masa Nifas
1. Pengertian masa nifas
Waktu tertentu setelah melahirkan anak, dalam bahasa latin bisa
disebut puerperium. Puerperium berasal dari kata puer yang artinya
bayi dan parous yang berarti melahirkan. Secara sederhana,
Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas adalah
masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Febrianti, 2021).
2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Masa nifas merupakan rentang waktu yang sangat penting bagi
kesehatan ibu dan anak, terlebih setelah melewati masa hamil dan
melahirkan. Selama masa nifas, banyak perubahan fisiologi yang
terpengaruh pada ibu. Perubahan tersebut memerlukan adaptasi yang
harus dijalani titik beberapa perubahan tersebut, antara:
a. Perubahan sistem reproduksi
Perubahan keseluruhan alat genetalia pada masa nifas bisa disebut
involusi. Involusi adalah suatu gejala pengecilan organ, kembali ke
ukuran dan bentuk normal
ya. Pada masa nifas, perubahan sistem reproduksi yang ditemukan
meliputi:
1) Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi internal yang berongga dan
berotot, terbentuk seperti buah alpukat yang sedikit gepeng dan
berukuran besar sebesar telur ayam. Panjang uterus sekitar 7
sampai 8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2,5 cm.
Letak uterus secara fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus
terdiri dari tiga bagian yaitu pun dus uteri, korpus uteri dan
serviks uteri.
Selama kehamilan, uterus berfungsi sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya hasil konsepsi. Pada akhir kehamilan berat
uterus mencapai 1000 gram sedangkan berat uterus pada wanita
yang tidak hamil hanya sekitar 30 gram (Febrianti, 2021).
2) Vagina dan perineum
Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus
dan tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang vagina
berdekatan satu sama lain dengan ukuran panjang
± 6,5 cm dan 9 cm. Selama proses persalinan vagina
mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar,
terutama pada saat melahirkan bayi. Beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, vagina tetap berada dalam keadaan
kendur. Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis.
Karakteristik lochea dalam masa nifas adalah sebagai berikut:
a) Lochea rubra/ kruenta
Timbul pada hari 1 sampai 2 post partum; terdiri dari darah
segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua
sisa-sisa vernix caseosa lanugo dan mekoneum.
b) Lochea sanguinolenta
Timbul pada hari ke-3 sampai dengan hari ketujuh
postpartum; karakteristik lochea sanguinolenta berupa darah
bercampur lendir.
c) Lochea Serosa
Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1
minggu post partum.
d) Lochea Alba
Timbul setelah 2 minggu post partum dan hanya merupakan
cairan putih (Febrianti, 2021).
b. Perubahan sistem pencernaan
Dua jam setelah proses persalinan, setiap wanita dapat merasa
lapar dan siap untuk menyantap makanan. Salah satu zat pada
makanan yang dibutuhkan ibu adalah kalsium. Kalsium sangat
penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas dimana pada saat
tersebut terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena
meningkatkan kebutuhan kalsium pada ibu (termasuk pada bayi
untuk proses pertumbuhan). Pada kehamilan trimester 1, ibu akan
mengalami mual dan muntah akibat produksi saliva. Gejala tersebut
terjadi selama 6 minggu setelah HPHT, dan berlangsung kurang
lebih 10 minggu pada ibu nifas. Ibu nifas yang mengalami partus
lama akan lebih mudah mengalami ileus paralitikus, yaitu adanya
obstruksi usus akibat tidak adanya peristalic usus (Febrianti, 2021).
c. Perubahan sistem perkemihan
Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami protein urine
nonpatologis sejak pasca melahirkan sampai dua hari post partum.
Pelvis, ginjal, dan ureter yang meregang selama proses kehamilan
akan kembali normal pada akhir minggu ke-4 setelah melahirkan.
Pemeriksaan siskotopik setelah proses persalinan akan
menunjukkan tidak adanya edema dan hyperemia pada dinding
kandung kemih, tetapi sering ditemukan ekstravasasi darah pada
submukosa (Febrianti, 2021).
d. Perubahan sistem musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang selama
proses persalinan setelah bayi lahir akan berangsur menjadi ciut dan
pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan. Putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi
yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil,
dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu.
Ambulasi dini, mobilisasi dan senam nifas sangat dianjurkan untuk
mengatasi hal tersebut (Febrianti, 2021).
e. Perubahan sistem endokrin meliputi perubahan pada:
1) Hormon plasenta. Selama periode pascapartum akan terjadi
perubahan hormon yang besar. Pengeluaran plasenta dapat
menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang
diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta akan menurun
dengan cepat setelah proses persalinan.
2) Hormon pituitari, akan meningkat dengan cepat titik pada wanita
yang tidak menyusui, Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH) meningkat pada fase konsentrasi
folikuler pada minggu ke 3. Untuk LH masih tetap rendah hingga
ovulasi terjadi.
3) Hormon oksitosin, dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian
belakang dan bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan
pemisahan plasenta.
4) Hipotalamik pituitari ovarium, akan mempengaruhi lama
tidaknya ibu mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi
pertama bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar
estrogen dan progesteron
f. Perubahan tanda-tanda vital.
Selama masa nifas, ada beberapa tanda-tanda vital yang sering
dijumpai pada ibu. Beberapa tanda vital tersebut yaitu:
1) Suhu badan akan naik sedikit (37,5°C-38°C) sebagai akibat
kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan.
2) Denyut nadi akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang
melebihi 100 adalah abnormal. Tingginya denyut nadi dapat
disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang
tertunda.
3) Kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
post partum dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi post
partum.
4) Pernapasan akan terganggu karena keadaan pernapasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi (Febrianti,
2021).
g. Perubahan sistem hematologi
Pada minggu-minggu akhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma serta faktor-faktor pembekuan darah akan meningkat titik di
hari pertama, kadar fibrinogen dan plasma akan menurun tetapi
darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas dimana telah
meningkatkan faktor pembekuan darah leukositosis. Jumlah sel
darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan.
Jumlah sel darah putih tersebut bisa naik lagi sampai 25.000-30.000
tanpa adanya kondisi patologis (Febrianti, 2021).
3. Kebutuhan dasar ibu masa nifas
Jumlah kalori yan seorang ibu yang berada dalam masa nifas
akan membutuhkan beberapa hal yaitu:
a. Nutrisi dan cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,
serta protein dan karbohidrat yang cukup. Seperti mengonsumsi
tambahan 500 kalori setiap hari (ibu harus mengkonsumsi 3 sampai
4 porsi setiap hari) maupun meminum sedikitnya 3 liter air setiap
hari (anjurannya ibu harus minum setiap kali menyusui). Selain itu,
ibu juga harus meminum pil atau (zat besi) untuk menambah zat
besi, setidaknya selama 40 hari pasca bersalin, kemudian minum
kapsul vitamin A (200.000 unit ) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI miliknya. Selain untuk
mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi, dan
mulainya proses pemberian eksklusif, mengkonsumsi nutrisi dan
cairan juga bermanfaat untuk:
1) Tidak memberikan kontra indikasi pemberian nutrisi setelah
persalinan.
2) Memberikan nutrisi yang lengkap dengan tambahan kalori dan
sebelum hamil 200 sampai 500 kal.
3) Mempercepat pemulihan kesehatan dan kekuatan.
4) Mencegah terjadinya infeksi (Febrianti, 2021).
b. Ambulasi
Ambulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan segera pada
pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien
turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat
sesuai dengan kondisi pasien. Ambulasi adalah aktivitas berjalan.
Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera
pada pasien pasca operasi dimulai dari duduk sampai pasien turun
dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat, sesuai
dengan kondisi pasien titik beberapa tujuan ambulasi dini antara
lain:
1) Menurunkan insiden komplikasi embolisasi pasca operasi.
2) Mengurangi komplikasi respirasi dan sirkulasi.
3) Mempercepat pemulihan peristaltik usus dan kemungkinan
distensi abdomen.
4) Mempercepat proses pemulihan pasien pasca operasi.
5) Mengurangi tekanan pada kulit atau dekubitus.
6) Penurunan intensitas nyeri.
7) Frekuensi nadi dan suhu tubuh kembali normal
(Febrianti, 2021)
c. Eliminasi
Eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses
pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi organ eliminasi
urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. Pada prosesnya,
ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter
mengalirkan urin ke bladder, dan dalam bladder urine ditampung
sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui
uretra.
Kebanyakan pasien dapat melakukan proses buang air kecil
secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan, selama kehamilan
terjadi peningkatan ekstraseluler 50% sedangkan untuk buang air
besar, biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan
karena enema pra persalinan diet cairan obat-obatan analgesik
selama persalinan dan perineum yang sakit (Febrianti, 2021).
d. Kebersihan diri atau perineum
Kebersihan diri ibu dapat membantu mengurangi sumber
infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Untuk
menjaga kebersihan diri, anjurkan untuk menjadi secara teratur
minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian maupun alas tempat tidur,
serta menjaga lingkungan tempat ibu tinggal tetap bersih. Tujuan
dilakukannya perawatan perineum yaitu untuk mencegah terjadinya
infeksi, meningkatkan rasa nyaman, dan mempercepat
penyembuhan. Tindakan yang bisa dilakukan yaitu dengan cara
mencuci daerah genitalia dengan air dan sabun setelah buang air
kecil/besar. Pembalut hendaknya diganti secara teratur minimal dua
kali sehari (Febrianti, 2021).
e. Istirahat
Masa nifas sangat erat kaitannya dengan gangguan pola tidur
yang dialami ibu, terutama segera setelah melahirkan. Proses
persalinan yang lama dan melelahkan dapat membuat ibu prustasi
bahkan depresi apabila kebutuhan istirahatnya tidak terpenuhi, ibu
nifas memerlukan istirahat yang cukup. Istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada
siang hari. Ibu membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup,
terlebih untuk ibu yang menyusui. Segala macam tindakan rutin di
rumah sakit hendaknya jangan mengganggu waktu istirahat dan
tidur ibu. Pada ibu nifas, kurang beristirahat akan mengakibatkan:
1) Berkurangnya produksi ASI.
2) Memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan
perdarahan.
3) Menyebabkan ekspresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri (Febrianti, 2021).
f. Seksual
Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat ruptur perineum dan
penurunan hormon steroid setelah persalinan. biasanya, keinginan
seksual ibu akan menurun karena kadar hormon yang rendah,
adaptasi peran baru, kelebihan atau kekurangan istirahat dan tidur.
Biasanya, penggunaan kontrasepsi populasi terjadi pada kurang
lebih 6 minggu diperlukan karena kembalinya masa subur yang
tidak dapat diprediksi (Febrianti, 2021).
D. Bayi Baru Lahir
1. Pengertian BBL
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500-4000
gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Jamil, 2017).
2. Ciri-ciri bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir normal memiliki ciri-ciri aterm antara 37-42 minggu,
berat badan bayi 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar
kepala 33-35 cm, lingkar dada 30-38 cm, frekuensi detak jantung 120-
160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, kulit kemerah-merahan dan
licin karena jaringan subcutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat
dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan
lemas, nilai APGAR >7, gerak aktif, bayi lahir langsung menangis kuat,
reflek sudah terbentuk dengan baik (reflek rooting, suckling, morro,
grasping), genetalia pada bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum
dan penis yang berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra
berlubang, serta adanya labia mayora dan labia minora, eliminasi yang
baik ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan
berwarna hitam kecoklatan (Jamil, 2017).
3. Perubahan dan adaptasi bayi baru lahir
a. Sistem pernapasan
Struktur matang paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.
Selama dalam uterus janin
mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah
bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi, pernapasan
pada bayi baru lahir normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama
setelah lahir. Respirasi pada neonatus biasanya pernapasan
diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum
teratur (Armini, 2017).
b. Sistem peredaran darah
Pada setelah bayi lahir paru akan berkembang mengakibatkan
tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan jantung kanan akan
turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih besar daripada tekanan
jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale
secara fungsional. Setelah bayi baru lahir, paru akan berkembang yang
akan mengakibatkan tekanan anteriol dalam paru menurun yang diikuti
dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan, aliran paru pada hari
pertama kelahiran adalah 4 L/ menit (Armini, 2017).
c. Perubahan metabolisme karbohidrat
Pada jam-jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari perubahan
karbohidrat. Pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak,
setelah mendapatkan susu, sekitar di hari keenam energi diperoleh dari
lemak dan karbohidrat yang masing-masing sebesar 60% dan 40%
(Rohan, dkk. 2017).
d. Perubahan suhu tubuh
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru
lahir kehilangan panas tubuhnya.
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak
langsung dengan tubuh bayi, sepertii menimbang bayi tanpa alas,
memegang bayi dengan tangan yang dingin.
2) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitanya yang sedang
bergerak, konveksi dapat terjadi bila menempatkan atau
membiarkan bayi didekat jendela atau diruangan yang terpasang
kipas angin.
3) Radiasi
Panas yang dipancarkan dari BBL keluar ke lingkungan yang lebih
dingin, seperti membiarkan bayi baru lahir dengan ruangan yang
dingin atau diruangan ber-AC tanpa diberikan pemanas.
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada
kecepatan dan kelembapan udara, evaporasi dapat dipengaruhi oleh
jumlah panas yang digunakan, tingkat kelembapan udara dan aliran
udara yang dilewati (Armini, 2017).
4. Kebutuhan dasar bayi baru lahir
a. Pemotongan dan perawatan tali pusat, perwatan tali pusat adalah
dengan tidak memotong tali pusat atau mengoleskas cairan/bahan
apapun pada tali pusat, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar
udara (Armini, 2017).
b. Inisisasi menyusu dini (IMD), setelah bayi lahir dan tali pusat
dipotong segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak
dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD selama 1 jam.
Biarkan bayi mencari, menemukan putting dan mulai menyusu
padaibu. Menyusu pertama berlangsung pada menit ke 45-60 dan
berlangsung selama 10 menit, bayi sudah cukup menyusu dari satu
payudara. Jika bayi berhasil menemukan puting ibu dalam 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu ibu dan biarkan kontak
kulit selama 30-60 menit berikutnya (Armini, 2017).
c. Pencegahan kehilangan panas bayi dengan menunda memandikan bayi
selama 6 jam setelah persalunan, menjaga kehangatan bayi, kontak
kulit bayi dan ibu sertakan untuk menyelimuti kepala dan tubuh bayi
(Armini, 2017).
d. Penyuntikan vitamin K1 1 mg secara intamuskuler di pada kiri untuk
mencegah terjadi nya perdarahan pada bayi baru lahir akibat defesiensi
vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir. Imunisasi
hepatitis B diberikan 1-2 jam pada paha kanan setelah pemberian
vitamin K dengan tujuan untuk mencegah penuluran Hepatitis B
melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati
(Armini, 2017).
e. Pemeriksaan bayi baru lahir yang bertujuan untuk mengetahui sedini
mungkin kelainan pada bayi, karena resiko kematian BBL terjadi pada
24 jam pertama kehidupan sehingga bayi yang lahir di fasilitas
kesehatan dianjurkan untuk tetap berada di fasilitas kesehatan tersebut
hingga 24 jam setelah lahir. Ada pun kunjungan tindak lanjut yaitu
kunjungan neonatus yang dilakuka 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 hari
pada umur 4-7 hari, dan 1 kali pda umur 8-28 hari (Wahyuni, 2018).
f. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain yang diberikan pada bayi usia 0-6 bulan dan dilanjutkan
dengan makanan pendamping ASI sampai umur 2 tahun (Wahyuni,
2018).
5. Kunjungan neonatal (KN)
Kunjungan neonatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada neonatus sedikitnya 3 kali.
a. Kunjungan neonatus 1 (KN 1) yaitu kunjungan neonatus yang
dilakukan pada 6 jam sampai 48 jam setelah persalinan seperti
mempertahankan suhu tubuh bayi, melakukan pemeriksaan fisik bayi,
memberikan imunisasi HB0, dan memberikan KIE pada ibu tentang
tanda bahaya pada BBL.
b. Kunjungan neonatus 2 (KN 2) yaitu kunjungan neonatus yang
dilakukan pada hari ke 3 sampai 7 hari setelah bayi baru lahir,
menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering, melakukan
pemeriksaan tanda-tanda bahaya, memberikan KIE terhadap ibu dan
dan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif, menjaga kehangatan
bayi.
c. Kunjungan neonatal 3 (KN 3) yaitu kunjungan neonatus yang
dilakukan pada hari ke 8-28, menjaga suhu tubuh bayi, konseling
terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI untuk sesering
mungkin dalam 24 jam, dan KIE tentang imunisasi dasar (Profil
Kesehatan RI, 2019).
E. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami
istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga ( Kemenkes RI,
2021).
2. Persiapan pasien
Tujuan utama persiapan pasien sebelum memberikan suatu metode
kontrasepsi (misalnya pil KB, suntikan atau yang lain) adalah untuk
menentukan apakah ada :
a) Kehamilan.
b) Keadaan yang memerluan perhatian khusus.
c) Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang
membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.
Untuk sebagian besar pasien permasalahan ini dapat diseledaikan dengan
cara anamnesis terarah, sehingga masalah utama dapat ditangani atau
kemungkinan hamil dapat disingkirkan. Sebagian besar cara kontrasepsi,
kecuali AKDR dan kontrasepsi mantap tidak membutuhkan pemeriksaan
fisik maupun panggul. Pemeriksaan laboratorium untuk pasien keluarga
berencana atau pasien baru umumnya tidak diperlukan karena :

a) Sebagian besar pasien keluarga berencana berusia muda (umur 16-35


tahun) dan sehat.
b) Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan
perhatian (misalnya kanker genitalia dan payudara, fibroma uterus)
jarang didapatkan pada umur sebelum 35 atau 40 tahun (Biran, 2012).
3. Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal
a. Mekanisme kerja estrogen
1) Menekan ovulasi
2) Mencegah impantasi
3) Mempercepat transport gamet atau ovum
4) Luteolycis
b. Mekanisme kerja progestron
1) Menghambat ovulasi
2) Menghambat implantasi
3) Menghambat transport gamet atau ovum
4) Luteolycis
5) Mengentalkan lendir serviks
4. Kontrasepsi Pil
a. Pil oral kombinasi
1) Pengertian
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintelg
estrogen dan progesteron.
2) Cara kerja
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Mengentalkan lendir serviks.
3) Efektifitas
Efektifitas tinggi, 1 kehamilan/1000 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan.
4) Keuntungan
a) Tidak menggangu hubungan seksual
b) Siklus haid menjadi lancar
c) Dapat digunakan sebagai metode jangka panjang
d) Mudah dihentikan setiap saat
5) Keterbatasan
a) Mual, 3 bulan pertama
b) Pusing
c) Nyeri payudara
d) Kenaikan berat badan
e) Tidak mencegah penyakit menular seksual (PMS)
f) Tidak boleh untuk ibu menyusui
b. Pil Progestin menurut Ari
1) Pengertian
Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon
sintesis progesteron..
2) Cara kerja
a) Menghambat ovulasi
b) Mencegah impantasi
c) Memperlambat transport gamet atau ovum
d) Luteolysis
e) Mengentalkan lendir serviks
3) Efektifitas
Sangat efektif 90,5% pengguna jangan sampai lupa 1 atau 2
pil, jangan sampai muntah, diare, karena kemungkinan terjadi
kehamilan cukup besar.
4) Keuntungan
a) Sangat efektif bila digunakan secara benar
b) Tidak mengganggu hubungan seksual
c) Tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI
d) Tidak mengandung estrogen
e) Bisa mengurangi karam haid
f) Bisa meperbaiki kondisi anemia
5) Kerugian
a) Menyebabkan perubahan dalam pola pendarahan haid
b) Sedikit pertambahan atau pengurangan berat badan terjadi
c) Kebiasaan lupa akan menyebabkan kegagalan metode
5. Kontasepsi suntikan / injeksi
1) Suntikan kombinasi
1) Pengertian
Suntikan kombinasi merupakan kontraspsi suntuk yang berisi
hormon sintesis estrogen dan progesteron.
2) Mekanisme kerja
a) Menekan ovulasi
b) Menghambat transport gamet oleh tuba
c) Mempertebal mulut serviks
d) Menggangu pertumbuhan endometrium sehinga menyulitkan
proses implantasi
3) Keuntungan
a) Tidak berpengaruh pada hubungan seksual
b) Tidak mmerlukan pemeriksaan dalam
c) Klien tidak perlu menyimpan obat
d) Resiko terhadap kesehatan kecil
4) Kerugian
a) Perubahan pola haid : tidak teratur, pendarahan bercak
b) Awal pemakaian : mual, pusing, nyeri payudara, dan keluhan ini
akan menghilang setelah suntikan kedua atau ketiga
c) Dapat terjadi efek samping yang serius : stroke, serangan
jantung, trombosis paru
d) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS
5) Kontraindikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Perdarahan pervaginam tidak jelas sebabnya
c) Perokok usia > 35 tahun
d) Riwayat penyakit jantung atau TD tinggi (>180/110 mmHG)
2) Suntik Progestin
1) Pengertian
Suntik progestin merupakan kontrasepsi suntikan yang tensi hormon
progesteron.
2) Mekanisme kerja
a) Menekan ovulasi
b) Lendir serviks meenjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan
barier terhadap spermatozoa
c) Membuat endometrium kurang baik untuk implantasi
3) Manfaat
a) Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 wanita)
b) Cepat efektif (<24 jam dimulai hari ke 7 siklus haid)
c) Metode jangka menengah ( perlindungan 2-3 bulan per satu kali
injeksi.
d) Tidak mempengarui pemberian ASI
e) Efek samping sedikit
4) Indikasi
a) Menginginkan metode yang efektif dan bisa dikembalikan lai
b) Sedang dalam masa nifas dan tidak sedang menyusui
c) Sedang menyusui (6 minggu atau lebih masa nifas)
d) Pasca aborsi
e) Perokok
5) Kontaindikasi
a) Sedang hamil
b) Mengalami perdarahan tanpa diketahui sebabnya
c) Mengalami kanker payudara
d) Menderita DM disertai komplikasi
6) Waktu untuk mulai menggunakan
a) Setiap saat selama siklus haid dengan syarat tidak hamil
b) Mulai haru pertama sampai hari ke 7 siklus haid
c) Pada perempuan haid, injeksi pertama diberikan setaip saat
dengan syarat tidak hamil. Selama 7 hari tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
6. Implant
Efektif selama 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk jadera,indoplant atau
implanon, kontrasepsi ini dapat digunakan oleh semua perempuan usia
reproduksi. Pemasangan dan pencabutan perlu latihan, kesuburab segera
kembali setelah implant dicabut.
a. Cara kerja
Lendir serviks menjadi kental, membantu menggunakan proses
pembentukan endometrium sehingga sulit impantasi, mengurangi
transport ggamet atau ovum, menekan ovulasi.
b. Keuntungan
1) Daya guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang
3) Penggembalian masa subur cepat
4) Bebas dari pengaruh estrogen
5) Tida megganggu produksi ASI
6) Mengurangi nyeri haid
7) Dapat dicabut sesuai kebutuhan
8) Mengurangi atau memperbaiki anemia
9) Melindungi terjadinya kanker endometrium
c. Keterbatasan
Pada kebanyak klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
bercak (spotting) meningkatkan jumlah darah haid, serta adanya keluhan
seperti nyeri kepala, neyeri payudara, persaan mual, perubahan persaan,
membutuhkan pembedahan minor, tidak memberikan efek produktif
terhadap IMS.
d. Klien yang boleh mengunakan implant
Perempuan usia reproduksi, tidak memiliki anak atau belum menyusui,
pasca persalinan, pasca keguguran , riwayat kehamilan etopik, TD
<180/110 mmHg.
e. Klien yang tidak boleh menggunakan impalant
Hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas
sebabnya, memiliki benjolan atau kanker payudara.
f. Waktu menggunakan implant
1) Setiap saat selama haid hari ke 2 sampai hari ke 7 tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan.
2) Insersi dapat dilakukan setiap saat dengan syarat diyakini tidak ada
kehamilan.
g. Teknik pemasangannya
1) Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun.
2) Daerah tempat pemasangan (lengan kiri bagian atas) dicuci dengan
sabun antiseptik.
3) Calon akseptor dibaringkan ditempat tidur dan lengan kiri
diletakkan pada meja atau disamping tempat tidur akseptor.
4) Gunakan handscoon steril dengan benar.
5) Lengan kiri pasien yang telah siap, diolesi dengan cairan antiseptik
atau betadin.
6) Daerah tempat pemasangan norplant ditutup dengankain steril yang
berlubang
7) Dilakukan injeksi obat anastesi kira-kira 6-10 cm diatas lipatan
siku.
8) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 dengan skapel
yang tajam.
9) Trocard dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada
jaringan bawah kulit.
10) Kemudian kapsul dimasukkan di dalam trokal dan didorong dengan
plunger sampai kapsul terletak dibawah kulit.
11) Lakukan hal yang sama secara berurut-turut untuk kapsul kedua dan
seterusnya.
12) Setelah kapsul berada dibawah kulit, trokor ditarik pelan-pelan
keluar.
13) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak.
14) Dekatkan luka, besi plaster, balut dengan perban.
15) Penkes, jika dalam 3 hari dan datang kembali ada keluhan.
7. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
a. Pengertian
AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim
yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat digunakan
oleh semua perempuan usia reproduktif, AKDR/ IUD atau spiral adalah
suatu alat yang dimasukkan kedalam rahim wanita untuk tujuan
kontrasepsi.
b. Waktu pemasangan
Bidan harus yakin bahwa klien tidak hamil dan klien bebas dari infeksi,
vagina, bidan harus benar-benar yakin tentang riwayat hubungan seksual
dan penggunaan kontrasepsi lain sebelum pemasangan.
3) Keuntungan
1) Efektifitas tinggi dengan metode jangka panjang.
2) Tidak mempengarui produksi ASI.
3) Dapat segera dipasang setelah melahirkan.
4) Kerugian
1) Perubahan siklus haid.
2) Hid lebih lama dan banyak.
3) Perdarahan spotting antar menstruasi.
4) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
5) Tidak dapat melepas AKDR sendiri.
6) Klien harus memeriksa posisi banang dari waktu ke waktu untuk
melakukan ini, perempuan harus bisa memasukkan jarinya kedalam
vagina.
5) Indikasi
1) Usia reproduksi.
2) Keadaan nulipara.
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4) Tidak menghindari metode hormonal.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
6) Perempuan dengan resiko endah dari IMS.
6) Kontraindikasi
1) Sedang hamil.
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya.
3) Menderita infeksi alat genetalia.
4) Kelainan bawaan uterus yang abnormal.
5) Kanker alat genetalia.
6) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
8. Metode kontrasepsi Mantap pada Wanita
Metode dengan memotong tuba falopi sehingga slauran ini tidak dapat
menghantarkan sel tulur untuk bertemu sperma, dan pasangan yang
bersangkutan tiak akan mendpatkan keturunan lagi.
a. Indikasi
1) Wanita pada usia >26 tahun.
2) Wanita dengan paritas >2.
3) Wanita pasca persalinan.
4) Pasca keguguran.
5) Paham dan sukarela seteju dengan prosedur ini.
b. Kontraindikasi
1) Wanita hamil.
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya.
3) Infeksi sistemik atau pelvik akut.
4) Wanita yang kurang pasti mengenai keinginan pertilitas di masa
depan.
c. Efek samping
1) Perubahan-perubahan hormonal.
2) Pola haid pola haid setelah menggunakan kontap merupakan tandaaa-
tanda post ligaton syndrome.
3) Problem psikologis.
DAFTAR PUSTAKA

Armini, Ni Wayan. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah. Yogyakarta : ANDI
Diana S, Mail E. Rufaida Z. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. Jawa
Tengah: CV Oase Group; 2019.
Febrianti, Indri (2021) ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. E DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS LABIBIA KOTA KENDARI. Laporan Tugas
Akhir thesis, Poltekkes Kemenkes Kendari.
Jamil Nurhasiyah S. Sukma F. Hamidah. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Bayi, Balita
dan Pra Anak Sekolah. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah
Kurniarum A. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta
Selatan : Pusdik SDM Kesehatan.
Kemetrian Kesehatan Indonesia Republik Indonseia. Profil kesehatan Indonesia.
Jakarta: Kemenkes RI; 2020.
Muchtar A, Rumiatun D, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta
Selatan: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Mutmainnah, Annisa UI, dkk. 2017. Asuhan persalinan dan bayi baru lahir.
Yogyakarta: ANDI
Nuraini N. Asuhan Kebidanan Secara Continuity Of Care Pada Ny. “U” Kehamilan
Resiko Tinggi Dengan Grandemulti Dan Usia ≥ 35 Tahun Di Klinik Dan
Rumah Bersalin Selviana Gresik. Jurnal Fontanel AKMG
Panduan pelayanan pasca persalinan bagi ibu dan Bayi baru lahir. 2019. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
Patricia A et all. Maternal age and risk of labor and delivey complications. Journal
tersedia dari URL : https:/ncbi.nlm.nih.gov. Hlm. 5─8
Prijatni I, Rahayu S. 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarat
Selatan: Pusdik SDM Kesehatan
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2019. Bengkulu: Sub Bagian
Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan
Profil Kesehatan Indonesia. 2019. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Rosyati H. 2017. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Jakarta: EGC; 2016.
Sutanto AV, Fitriana Y. 2018. Asuhan kebidanan kehamilan. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press
Tyastuti, Siti dan Wahyuningsih, Heni Puji. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Jakarta.Kemenkes RI
Walyani ES, Purwoastuti Th.E. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2021.

Anda mungkin juga menyukai