Anda di halaman 1dari 80

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir

(BBL) dan Keluarga Berencana (KB)

1. Konsep Dasar Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah suatu proses pembentukan dan perkembangan

janin dalam kandungan yang di mulai dari masa konsepsi sampai

lahirnya janin. Lama masa kehamilan yang aterm (cukup bulan)

adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) yang di hitung mulai

dari hari pertama haid terakhir ibu (Munthe, et al., 2019).

Ibu hamil adalah seorang wanita yang sedang mengandung yang

dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan adalah waktu

transisi, yaitu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang

sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak

itu lahir (Ratnawati, 2020).

b. Perubahan fisiologi dan psikologi trimester III

1) Perubahan Fisiologis

Trimester III sering kali di sebut periode menunggu dan

waspada sebab pada periode ini ibu merasa tidak sabar menunggu

kelahiran bayinya dan terkadang ibu merasa khawatir bahwa

bayinya akan lahir sewaktu – waktu. Hal ini menyebabkan ibu

1
meningkatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala

persalinan. Munculnya perasaan bayinya akan lahir tidak normal,

perasaan ini semakin ingin menyelesaikan kehamilannya.

Sering bermimpi dan berkhayal tentang bayinya, adapula

ibu yang sedih karena akan berpisah dengan bayinya di dalam

kandungan sehingga khawatir kehilangan perhatian khusus yang

di terimanya selama hamil. Pada trimester 3 ini hasrat seksual ibu

menurun lagi, hal ini di sebabkan karena abdomenya yang

semakin membesar dan perasaan tidak nyaman lainnya seperti

mudah lelah, kram, nyeri pada punggung dan keluhan

muskuloskletal lainnya. (Darwin, 2021)

a) Sistem reproduksi

(1) Uterus

Uterus akan membesar pada bulan – bulan pertama

karena pengaruh estrogen dan progesterone yang

meningkat. Minggu pertama istmus rahim bertambah

panjang dan hipertropi sehingga terasa lebih lunak

(Tanda hegar). Pada kehamilan 20 minggu rahim teraba

seperti berisi cairan ketuban, dinding rahim tipis

sehingga bagian – bagian anak dapat di raba melalui

dinding perut, terbentuk segmen atas rahim dan segmen

bawah rahim. Pembesaran di sebabkan Peningkatan

2
vaskularasi dan dilates pembuluh darah, Hiperplasia dan

Hipertrofi, Perkembangan desidua. Perubahan Tinggi

Fundus Uteri berdasarkan usia kehamilan yaitu :

2.1 Tinggi Fundus Uteri menurut McDonald

No UsiaKehamilan TFU

1. 22-28Minggu 24-25 cm di atas symphysis


2. 28Minggu 26,7 cm di atas Symphysis
3. 30Minggu 29,5-30cmdiatassymphysis
4. 32Minggu 29,5-30cmdiatassymphysis
5. 34Minggu 31cmdiatassymphysis
6. 36Minggu 32 cm di atas symphysis
7. 38Minggu 33 cmdi atas symphysis
8. 40Minggu 37,7 cmdiatassymphysis

Teknik Mc.Donald mengikuti pertumbuhan rahim

yang di tentukan dalam ukuran centimeter (cm). Teknik

merupakan modifikasi Spiegerlberg, yaitu mengukur

tinggi fundusuteri dari pinggir atas simphisis ke

fundusuteri dengan menggunakan meteran. Teknik ini

mulai di pakai pada usia kehamilan 24 Minggu.

(a) Tinggi fundu suteri (cm) x2/7 = ( Durasi kehamilan

dalam bulan).

(b) Tinggi Fundus Uteri (cm) x 8/7 = (Durasi kehamilan

dalam minggu).

TinggI Fundus Uteri dalam centimter (cm) yang normal

harus sama dengan umur kehamilan dalam minggu yang

3
di tentukan berdasarkan hari pertama haid trakhir.

(2) Serviks Uteri

Jaringan ikat pada serviks (banyak mengandung

kolagen) lebih banyak dari jaringan otot yang hanya 10%

Estrogen meningkat,bertambah hipervaskularasasi serta

meningkatnya suplay darah dan kosistensi serviks

menjadi lunak atau di sebut tanda Goodell.

(3) Kontraksi

Kontraksi akan meningkat selama satu sampai dua

minggu terakhir kehamilan berlangsung 10-20 menit, dan

pada akhir kehamilan kontraksi dapat menimbulkan rasa

tidak nyaman serta menjadi penyebab dari tanda

persalinan palsu (False labor).

(4) Segmen Bawah Uterus

Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas

kanalis servikalis setinggi ostium interna bersama – sama

isthmus uteri. Pada kulit terdapat defisit pigmen dan

hiperpigmentasi pengaruh Melanosit Stimulating

Hormon (MSH) sehingga timbul kulit abdomen

berwarna putih seolah retak yang disebut Striae

Albicans. (Resmaniasih, 2019)

4
(5) Vagina dan Vulva

Adanya hipervaskularasi mengakibatkan vagina dan

vulva tampak lebih merah dan agak kebiruan (lividu) di

sebut tanda chadwik. Vagina membiru karena pelebaran

pembuluh darah, Ph 3,5 – 6 merupakan akibat

meningkatnya produksi asam laktat karena kerja

laktobaci acidophilus, keputihan, selaput, lendir vagina

dan mengalami edematus, hypertrophy, lebih sensitive

meningkat seksual terutama triwulan III, warna kebiruan

ini di sebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat

kerja hormone Progesteron.

b) Payudara

Payudara membesar dan memperlihatkan vena- vena

halus di bawah kulit, putting menjadi lebih besar, berwarna

gelap dan areola menjadi besar serta lebih gelap. Bila di

lakukan pijtan lembut pada ptuing sering menyebabkan

keluarnya cairan kental kekuning – kuningan.

c) Sistem Endokrin

Menjelang akhir kehamilan sekresi kelenjar hipofise

menurun dan selanjutnya akan meningkatkan sekresi semua

kelenjar endokrin (Kelenjar thyroid, paratiroid, adrenal).

5
Sedangkan Prolaktin dalam memicu laktasi sampai plasenta

di lahirkan dan kadar estrogen menurun.

d) Sistem Perkemihan

Keluhan sering BAK pada ibu hamil Trimester III Hal

merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan teori Aprilia,

(2017) yang mengatakan bahwa pada ibu hamil yang

memasuki trimester III mengalami ketidaknyamanan seperti

sering buang air kecil yang di alami. di perkuat oleh

Pantiawati, (2018) bahwa ketidaknyamanan sering buang air

kecil yang dirasakan oleh ibu hamil trimester III secara

fisiologis disebabkan karena ginjal bekerja lebih berat dari

biasanya, karena organ tersebut harus menyaring volume

darah lebih banyak dibanding sebelum hamil. Proses

penyaringan tersebut kemudian menghasilkan lebih banyak

urin. Kemudian janin dan plasenta yang membesar juga

memberikan tekanan pada kandung kemih, sehingga

menjadikan ibu hamil harus sering ke kamar kecil untuk

buang air kecil. (FITRI, 2019)

e) Sistem Kekebalan

Imunisasi sebagai salah satu cara prefentif untuk

mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang

harus di berikan secara terus menerus, meyeluruh, dan di

6
laksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan

perlindungan kesehatan dan memutuskan mata rantai

penularan.

f) Sistem Pencernaan

Haemoroid cukup sering pada kehamilan, kelainan ini

Sebagian besar di sebabkan oleh konstipasi dan naiknya

tekanan vena di bawah uterus. Refleks asam lambung

(haertbun) di sebabkan oleh regurgitasi isi lambung

eshophagus bagian bawah. Progestron menyebabkan relaksi

sfingter kardik pada lambung dan mengurangi motilitas

lambung sehingga memperhambat pengosongan lambung.

Haertburn biasanya hanya terjadi pada satu atau dua bulan

terkahir kehamilan.

g) Sistem muskuluskuleyal

Mobilitas sendi sakroiliaka, sakro koksigeal, sendi pubis

bertambah besar dan menyebabkan rasa tidak nyaman di

bagian bawah punggung khususnya pada akhir kehamilan

mengakibatkan rasa pegal, mati rasa, dan lemah di alami pada

anggota badan atas.

h) Sistem Metabolisme

Sistem metabolisme adalah istilah untuk menunjukkan

perubahan – perubahan kimiawi yang terjadi dalam tubuh

7
untuk pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya Kenaikan BB

selama kehamilan dapat di hitung dengan mengetahui (IMT)

sbelum hamil, yaitu :

IMT = BB

TB2

Keterangan :

BB = Berat Badan (Kg)

TB = Tinggi Badan (m)

Kenaikan BB yang di anjurkan selama hamil berdasarkan

IMT sebelum hamil :

Rendah (IMT<19,8) = 12,5 – 18

Normal (IMT 19,8-26,00) = 11,5 -16

Tinggi (IMT > 26,0 – 29,00) = 7,0 – 11,5

Obesitas (IMT > 29,0) = < 7,00

Kenaikan BB pada trimester I hanya sekitar 0,7-1,4 kg,

sedangkan pada trimester selanjutnya peningkatan berat

badan perminggu 0,35-0,5 kg. (Yuliani et al., 2021)

8
i) Sistem Kardiofaskuler

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan di pengaruhi oleh

adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan

pembuluh- pembuluh darah yang membesar pula.

j) Sistem integument

Perubahan keseimbangan hormone dan perengan

mekanis menyebabkan timbulnya beberapa perubahan dalam

sistem intgumen selama masa kehamilan. Akibat peningkatan

hormone estrogen dan progesterone, kadar MSH dan

pengaruh kelenjar suprarenalis.ini terjadi pada stria

gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae,

lineea nigra, cloasma gravidarum, setelah persalinan

hiperpigmentasi, ini akan menghilang.

k) Sistem Pernafasan

Sistem respirasi terjadi perubahan guna dapat memenuhi

kebutuhan O2, karena pembesaran uterus terutama pada

bulan – bulan trakhir kehamilan dan kebutuhan oksigen yang

meningkat ± 20% untuk metabolisme janin. Kebutuhan

oksigen ibu meningkat sebagai respons terhadap percepatan

laju metabolic dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan

uterus dan payudara. (NANDA RIZKI OKTARINA, 2021)

9
2) Perubahan Psikologis Trimester III

Pada Trimester III di sebut dengan priode penantian dan

waspada, di karenakan saat ibu merasa tidak sabar menunggu

akan kelahiran bayinya dan waktu untuk mempersiapkan

kelahiran serta kedudukan sebagai orangtua seperti terputusnya

perhatian pada kehadiran bayi. Ibu akan merasa khawatir bahwa

bayinya akan lahir sewaktu–waktu, hal ini yang menyebabkan

meningkatkan kewaspadaan terhadap timbulnya tanda dan gejala

terjadinya perlinan, ibu merasa khawatir atas keselamatannya

dan bayi yang akan di lahirkan tidak normal. Secara umum, ibu

akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang

ataupun benda apa saja yang dianggapnya dapat membahayakan

bayinya, sehingga ibu memerlukan dukungan dari suami,

keluarga dan bidan. (Fitriana et al., 2022)

c. Kebutuhan Dasar Trimester III

1) Oksigen

Oksigen ibu hamil meningkat kira – kira 20% sehingga

untuk memenuhi kebutuhannya itu ibu hamil harus bernapas

dalam dan bagian bawah thoraxnya juga melebar kesisi.

2) Nutrisi

Kebutuhan akan zat gizi meningkat. Hal ini di perlukan

untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang

10
janin,pemeliharaan kesehatan ibu dan persediaan untuk laktasi,

baik untuk ibu maupun janin.

3) Karbohidrat

Metabolisme karbohidrat ibu hamil sangat kompleks karena

terdapat kcndeerungan peningkatan eksresi dextrose dalam urin.

Hal ini di tunjukan oleh frekuensi glucosuria ibu hamil yang

relative tinggi dan adanya glucosuria pada Wanita hamil stelah

mendapat 100 gram dextrose per oral. Normalnya, pada Wanita

hamil tidak terdapat glukpsuria. Kebutuhan karbohidrat lebih

kurang 65% dari total kalori sehingga perlu penambahan.

4) Protein

Protein di butuhkan untuk pertumbuhan janin, uterus,

payudara, hormone, penambahan cairan darah ibu, persiapan

laktasi, kebutuhan protein untuk fetus adalah 25 gram selama 9

bulan.

5) Lemak

Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan

peningkatan terjadi mulai kehamilan 3 bulan. Lemak sebagai

penghasil energi, menghemat protein untuk di manfaatkan dalam

fungsi pertumbuhan, di gunakan untuk pembentukan membrane

sel dan pembentukan hormone, pembentukan jaringan lemak

serta membantu tumbuh untuk menyerab nutrisi. Namun dalam

11
kondisi hamil asupan lemak juga harus di batasi karena

kandungan kalorinya yang tinggi.

6) Mineral

a) Tablet FE

(1) Dibutuhkan untuk membentuk HB, terutama hemodelusi.

(2) Pemasukan harus adekuat selama hamil untuk mencegah

terjadinya anemia.

(3) Wanita hamil memerlukan 800 mg atau 30-50 gram/hari.

(4) Anjurkan maksimal penambahan mulai awal kehamilan,

karena jika pemberian hanya trimester III tidak dapat

memenuhi kebutuhan ibu dan juga untuk cadangan fetus.

b) Kalsium (Ca)

(1) Di perlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi.

(2) Vitamin D membantu penyerapan kalsium.

(3) Kebutuhan 30-40 gram/hari untuk kebutuhan janin.

(4) Total kebutuhan ibu selama masa hamil adalah 1200

mg/hari.

c) Natrium (Na)

(1) Natrium bersifat mengikat cairan sehingga akan

mempengaruhi kesesimbangan cairan tubuh.

12
(2) Ibu hamil normal kadang natrium bertambah 6,6-88

gr/minggu sehingga cenderung akan timbul odem.

(3) Dianjurkan ibu hamil mengurangi makanan yang

mengandung natrium.

d) Vitamin

Vitamin A untuk kesehatan kulit, membran mukosa,

membuat penglihatan pada malam hari dan untuk

menyiapkan vitamin A bagi bayi jika kekurangan Vitamin A

dapat menyebabkan partus premature dan BBRL. Kebutuhan

Vitamin A yang di butuhkan selama hamil kurang lebih 750-

800 mg/hari, vitamin B untuk aborsi dan metabolisme

kalsium dan fosfar, vitamin di butuhkan penambahan ± 10

mg, Vitamin K1 untuk pembentukan protombin, Vitamin B

kompleks untuk pembentukan enzim yang di perlukan dalam

metabolism karbohidrat, vitamin C untuk pembentukan

kolagen dan darah untuk membantu penyebaran fe, asam

folat untuk pembentuk sl-sel darah, untuk sintesa DNA serta

untuk pertumbuhan janin dan plasenta, dan air bertambah 7

liter, untuk volume dan sirkulasi darah bertambah ± 25%

sehingga dengan demikian fungsi jantung dan alat – alat lain

akan meningkatkan. Peningkatan kebutuhan gizi selama

kehamilan kehamilan di perlukan untuk pertumbuhan

13
plasenta, pertambahan volum darah, mama yang membesar

dan metabolism basal yang meningkat.

7) Personal hygiene

Mandi diperlukan untuk menjaga kebersihan / hygiene

terutama perawatan kulit. Pada masa kehamilan fungsi eksresi

dan keringat biasanya bertambah. Untuk itu, di gunakanlah atau

di perlukanlah sabun yang lembut atau ringan.

8) Pakaian

Ibu hamil sebaiknya menggunakan pakaian yang longgar,

bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Selain

itu di anjrkanmenggenakanbra yang menyokong payudara dan

memakai sepatu dengan hak yang tidak terlalu tinggi karena titik

berat wanita hamil berubah.

9) Eliminasi

Wanita hamil di anjurkan untuk mengomsumsi makanan

yang banyak mengandung serat seperti sayuran. Selain itu

perawatan perineum di lakukan setelah BAK/BAB dengan cara

membersihkan dari arah depan kearah belakang.

14
10) Seksual

a) Fase gairah seksual

Multipara labia mayora lebih besar dari pada nullipara

dan labia minora akan terjadi pembesaran 2-3 kali.

b) Fase plateu

Merupakan puncak dari respons seksual, pada wanita

hamil terjadi kontraksi 1/3 distal dari vagina dan uterus.

Terjadi perubahan warna kulit labia minora dan warna merah

muda menjadi merah sekali bersamaan dengan orgasme.

c) Fase orgasmus

Merupakan puncak dari respons seksual, pada wanita

hamil terjadi kontraksi 1/3 distal dari vagina dan uterus.

d) Fase Resolusi

Merupakan puncak dari respons seksual, pada wanita

hamil terjadi kontraksi 1/3 distal dari vagina dan uterus.

11) Istirahat dan tidur

Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istrahat atau tidur

yang cukup. Tempat hiburan atau keramaian, sesak dan panas

lebih baik di hindari karena dapat menyebabkan jatuh pingsan.

Usahakan tidur malam kurang lebih 8 jam dan tidur siang kurang

lebih 1 jam.

15
12) Memantau Kesehatan janin

Pemantauan kesejahtraan janin dapat di lakukan dengan :

a) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Tujuan untuk menentukan usia kehamilan, memperkirakan

berat badan janin (TBJ) dan memperkirakan adanya kelainan.

b) Pemantauan Gerakan Janin

Pemantauan Gerakan janin dapat di lakukan dengan

menanyakan pada ibu beberapa dalam satu hari Gerakan

janin yang di rasakan dalam batas normal lebih dari 10 kali

dalam 12 jam dan biasanya Gerakan lebih sering dan mudah

di rasakan pada malam hari. (Simorangkir et al., 2022)

c) Pamantauan Denyut Jantung Janin (DJJ)

Detak jantung janin normal antara 120-160 kali per menit.

Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan frekuensi denyut

jantung janin per menit, teratur atau tidak, dimana letak punctum

maksimum. (DENA ISAHARINI, 2018)

d. Antenatal Care Terpadu

Pelayanan antenatal sesuai standar yang termasuk dalam fokus

program pemerintah dalam meningkatkan kesehatan ibu maternal

adalah melalui ANC terpadu. ANC terpadu merupakan pelayanan

16
antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua

ibu hamil.

Standar asuhan kehamilan 14T (Tarigan, 2018)

a) Ukuran Tinggi Badan dan Berat Badan (T1)

Pada pemeriksaan kehamilan pertama, perhatikan apakah berat

badan ibu sesuai dengan tinggi badan ibu dan usia kehamilan

berat badan ibu hamil bertamba 0,5 kg sampai 16,5 kg selama

kehamilan. Bila peningkatan berat badan kurang dari 0,3 kg

berminggu perhatikan apakah ada malnutrisi, awal adanya

pertuimbuhan janin bertambah berat badan lebih dari 0,5 kg

perminggu, perhatikan adanya diabetes mellitus, kehamilan ganda,

hidramion dan makrosomia.

b) Ukuran Tekanan Darah (T2)

Pengukuran tekanan darah dilakukan pada kali mencatat

riwayat klien sebagai saat dasar. Tekanan darah yang normal

120/80 mmHg sampai 140/90 mmHg. Bila melebihi dari 140/90

mmHg perluh di waspadai adanya preklamsi.

c) Tinggi Fundus Uteri (T3)

Tujuan pengukuran fundus uteri (TFU) adalah menghitung usia

kehamilan dan mengukur pertumbuhan dan perkembagan janin.

Cara mengukur TFU ada beberapa cara yaitu mengunakan teknik

Mc Donald dan palapasi abdomen.

17
(1) Teknik Mc Donal

Cara mengukur TFU menggunakan Mc Donald adalah

dengan menghitung jarak dari simfisis pubis sehingga ke

fundus uteri menggunakan pita ukur, saat usia kehamilan

mencapai 22 minggu. Berikut rumus Mc Donald :

Rumus Mc Donald : TFU dalam cm = Kehamilan dalam

bulan

(2) Palpasi Abdominal

Cara menukar tinggi fundus uteri menggunakan teknik

palpasi abdomen adalah meraba atau menekan sebagai perut

dan jari tangan. Selain meghitung usia kehamilan, teknik

palpasi berfungsi untuk mendeteksi suhu tubuh, getaran,

pergerakan, betuk dan ukuran. Cara mengukur tinggi fundus

uteri menggunakan teknik palpasi dapat dilakukan bidan

menurut beberapa cara :

(a) Menurut Leopold

Leopold I : Menentukan TFU dan bagian yang teknik

terletak di fundus uteri

Leopold II : Menentukan letak punggung janin

Leopold III : Menentukan bagian yang terletak di bagian

bawah uterus

18
Leopold IV : Menentukan apakah janin sudah masuk

PAP berapa jauhnya bagian terbawah

dalam PAP

d) Pemberian imunisasi (T4)

Imunisasi Tetanus Toksit adalah proses untuk

membagun kekebalan sebagai pencegahan terhadap infeksi

tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang

dilemahkan dan kemudian dimurnikan.

Tabel 2.2 Interval dan masa perlindunganTT

Pemberian Selangwaktuimunisasi

TT1 Saat kunjugan pertama (sedini mungkin pada saat


kehamilan)
TT2 4 minggu setelah TT1 (pada kehamilan)
TT3 6 bulan TT2 (pada kehamilan, jika selang waktu
terpenuhi)
TT4 1 tahun setelah TT3
TT5 1 tahun setelah TT4

e) Pemberian Tablet FE (T5)

Dimulai dengan pemberian 1 tablet sehari segera

mungkin setelah rasa mual hilang. Setiap ibu hamil minimal

mendapatkan 90 tablet selama kehamilan.

19
f) Pengambilan Darah untuk Pemeriksaan VDRL (T6)

Pemeriksaan venal disease research labolatory (VDRL)

adalah tes laboraterium untuk mendeteksi penyakit menular

sesual dan HIV/AIDS.

g) Temu wicara (T7)

Tujuan konseling adalah untuk membatu ibu hamil

memahami kehamilan dan sebagian upaya preventif terhadap

hal- hal yang diinginkan.

h) Pemeriksaan Hemoglobin (HB) (T8)

Pemeriksaan hemoglobin dilakukan minimal dua kali

selama kehamilan yaitu trimester 1 dan trimester III.

i) Pemeriksaan Protein Urin (T9)

Pemeriksaan protein urine dilakuan mengetahui adanya

protein dalam urine berdasarkan kekeruhan urine, hal ini

terjadi dalam urine atau karasnya kekeruhan menjadi satu

ukuran untuk jumlah protein yang ada.

j) Pemeriksaan Urin Rine (T10)

Dilakukan pada ibu hamil dengan adanya indikasi DM

atau riwayat penyakit DM pada keluarga ibu/suami adanya

gluosa dalam urin disebut glukosuria, glukosa diatur oleh dua

20
factor kadar globin dalam urine, serta ambang ginjal terhadap

pengeluaran zat glukosa dengan urin.

k) Tekan Pijat Payudara ( Perawatan Payudar ) (T11)

Manfaat perawatan payudara adalah menjaga kebersihan

payudara, memperbaiki putting susu. Merangsang kelenjar

agar produksi ASI dabn mempersiapkan produksi ASI.

l) Pemeliharaan Tingkat Kebugaran (Senam Hamil) (T12)

Senam hamil dapat bermanfaat membantu ibu untuk

mempersiapkan persalinan serta mempercepat pemulihan

setelah melahirkan.

m)Terapi Yodium (T13)

Akibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok

yang ditandai dengan gangguan fungsi mental melahirkan

pertumbuhan, dan kadar hormone yang rendah.

n) Terapi Obat Malaria (T14)

Pemberian obat malaria diberikan khusus pada ibu hamil

pada daerah endemic malaria ataupun pendatang baru berasal

dari daerah malaria.

21
e. Tanda Bahaya Kehamilan Lanjut

1) Bengkak/ Oedema pada muka atau tangan

Beberapa wanita hamil mengalami pembengkakan kaki

yang normal, biasanya muncul pada sore hari dan menghilang

setelah istirahat, atau angkat kaki Anda saat tidur. Biasanya

terlihat bengkak tetapi jika Anda memiliki masalah serius dengan

wajah dan tangan anda jika tidak hilang setelah istirahat, dan

selanjutnya keluhan dapat mencurigai anemia lain dan gejala

fisik ibu preeklamsi.

2) Nyeri abdomen yang hebat

Sakit perut tidak berhubungan dengan persalinan Itu

adalah tanda kelainan. Sakit perut bisa mengancam jiwa Sakit

perut parah yang terus berlanjut dan tidak hilang setelah

beristirahat.

3) Gerakan janin berkurang

Sejak bulan kelima atau lebih, ibu mulai merasakan

gerakan janin kehamilan bulan keenam terkadang lebih awal, saat

bayi sedang tidur olah raga akan melemah dan bayi harus olah

raga minimal 3 kali dalam 3 jam. Saat ibu berbaring atau Istirahat

dan jika ibu makan atau minum dengan baik gerakan bayi akan

mudah terasa.

4) Perdarahan pervaginam

22
Perdarahan vagina pada akhir kehamilan merupakan salah

satu tandanya banyak kelainan, terkadang disertai rasa sakit, jenis

perdarahan bisa berupa plasenta previa, solusio plasenta atau

gangguan pembekuan darah

5) Sakit kepala hebat

Sakit kepala yang menandakan masalah serius adalah

nyeri kepala besar yang tidak menghilang saat istirahat terkadang

ibu mengalami sakit kepala yang parah, merasa penglihatannya

kabur atau bermasalah. Sakit kepala yang parah pada kehamilan

merupakan gejala preeklamsia

6) Penglihatan kabur

Penglihatan kabur dikarenakan dampak hormonal,

masalah penglihatan yang menunjukan situasi yang mengancam

kehamilan yaitu ada pergantian penglihatan secara mendadak

andaikata pandangan kabur atau berbayang berbinitk-bintik.

Perubahan penglihatan disertai dengan sakit kepala yang hebat

pergantian penglihatan merupakan suatu tanda preeklampsi

f. Persiapan Pada Persalinan

Melahirkan merupakan proses yang membutuhkan banyak

persiapan. Apalagi jika dilakukan di fasilitas kesehatan yang jauh dari

rumah. Persiapan melahirkan setidaknya dilakukan tiga minggu

sebelum HPL (hari perkiraan lahir). Persiapan yang matang akan

membuat ibu menjadi lebih tenang dalam menjalani proses persalinan.

23
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan persalinan

1) Membuat rencana persalinan

2) Membuat rencana pengambilan keputusan

3) Memperiapkan transportasi

4) Membuat rencana menabung

5) Mempersiapkan perlengkapan persalinan

2. Konsep Dasar Persalinan

A. Pengertian Persalinan

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks

sehingga janin dapat turun ke jalan lahir. Persalinan dan kelahiran

normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) dengan adanya kontraksi

rahim pada ibu. Prosedur secara ilmiah lahirnya bayi dan plasenta dari

rahim melalui proses yang dimulai dengan terdapat kontraksi uterus

yang menimbulkan terjadinya dilatasi serviks atau pelebaran mulut

rahim (Irawati, Muliani, & Arsyad, 2019).

B. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan menurut (Yulizawati., Fitria., Yunita.,

2021)

1) Penurunan

Terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya. Penurunan

disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus ke bawah, dan pada kala

24
II di bantu oleh daya mengejan dari pasien dan sedikit oleh gaya

2) Fleksi

Sebelum persalinan mulai sudah terjadi flexi sebagaian oleh

karena ini merupakan sikap alamia janin dan uterus. Tahanan

terhadap penurunan kepala menyebabkan bertambahnya flexi.

Occiput turun mendahului sinciput, UUK Lebih renda dari pada

bregma, dan dagu janin mendekati dadanya. Biasanya ini terjadi

PAP, tetapi mungkin pula baru sempurna setelah bagian terendah

mancapai dasar panggul. Efek dari flexi adalah untuk merubah

diameter terendah dari Occipitofrontalis (11,0 cm) Menjadi

Suboccipito bregmatika (9,5 cm) yang lebih kecil dan lebih bulat.

Oleh karena penyesuaian antara kepala janin dengan panggul ibu

mungkin ketat, pengurangan 1,5 cm dalam diameter terendah

adalah penting.

3) Putar paksi dalam

Sumbu panjang kepala janin harus sesuai dengan sumbu

panjang panggul ibu, karenannya kepala janin yang masuk PAP

pada diameter transfersa atau oblique harus berputar ke diameter

anteroposterior supaya dapat lahir akibat kombinasi elastisitas

digagframa oelvis dan tekanan intrauterine, disebabkan oleh his

yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang dinamakan

dengan putar paksi dalam. Umumnya putar paksi dalam terjadi

pada kal II Persalinan.

25
4) Ekstensi

Ektensi pada dasarnya disebabkan oleh dua kekuatan yaitu

kontraksi uterus yang menimbulkan tekanan ke bawah, dan dasar

panggul yang memberikan tahanan. Perlu diperhatikan bahwa

dinding depan panggul (pubis) panjangnya hanya 4-5 cm

sedangkan dinding belakang (sacrum) 10-15 cm. Dengan

demikian sinciput harus menempuh jarak yang lebih panjang dari

ociput. Dengan demikian turunnya kepala terjadinnya benjolan

perineum diikuti dengan kepala membuka pintu (crowing).

Occiput lewat melalui PAP Perlahan-lahan dan tengkuk menjadi

titik putar diangulus subpubicus. Kemudian dengan proses extensi

yang cepat sinciput menelurus sepanjang sacrum dan berturut-

turut lahirlah bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu melalui

perineum (Yulizawati, 2019).

5) Putar paksi luar

Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah

punggung janin, bagian belakang kepala akan berhadapan dengan

tuber iskhiadikum kanan dan kiri, sedangkan muka janin

menghadap salah satu paha ibu. Setelah putaran paksi luar maka

suturu sagitalis kembali melintang (Yulizawati, 2019).

6) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar selesai, bahu depan akan

berfungsi sebagai hypomochlion untuk membantu kelahiran bahu

26
belakang. Setelah itu akan diikuti kelehiran trochanter depan dan

belakang sampai bayi lahir seluruhnya (Yulizawati, 2019).

C. Tahapan Persalinan

Tahap persalinan menurut Diana, dkk (2019) antara lain :

1) Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan

sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang

diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primigravida

kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida

kira-kira 7 jam. Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu :

a) Fase laten

Merupakan periode waktu dari awal persalinan

pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya

dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan

3-4 cm atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam.

Selama fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit

hingga tidak sama sekali.

b) Fase Aktif

Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif

pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi,

pembukaan pada umumnya dimulai dari 3-4 cm hingga

10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian

presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase

27
aktif dan selama kala dua persalinan. Fase aktif dibagi

dalam 3 fase, antara lain :

a. Fase Akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3

cm menjadi 4 cm.

b. Fase Dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan

sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

c. Fase Deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban

kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi

lengkap.

2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Menurut Diana, dkk (2019), beberapa tanda dan gejala

persalinan kala II yaitu :

a) Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan terjadinya

kontraksi;

b) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau

vaginanya;

c) Perineum terlihat menonjol;

d) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka;

e) Peningkatan pengeluaran lendir darah.

Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira

2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang

panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul

yang secara reflek timbul rasa mengedan. Karena tekanan

28
pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda

anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva

membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan

yang terpimpin akan lahir kepala dengan diikuti seluruh

badan janin. Kala II pada primi: 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam.

Pada kala II persalinan, nyeri tambahan disebabkan oleh

regangan dan robekan jaringan misalnya pada perineum dan

tekanan pada otot skelet perineum. Nyeri diakibatkan oleh

rangsangan struktur somatik superfisial dan digambarkan sebagai

nyeri yang tajam dan terlokalisasi, terutama pada daerah yang

disuplai oleh saraf pudendus.

3) Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Menurut Diana, dkk (2019) tanda-tanda lepasnya plasenta

mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini :

a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.

Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi,

uterus berbentuk bulat penuh (discoit) dan tinggi fundus

biasanya turun sampai dibawah pusat. Setelah uterus

berkontraksi dan uterus terdorong ke bawah, uterus menjadi

bulat dan fundus berada di atas pusat (sering kali mengarah ke

sisi kanan).

b) Tali pusat memanjang

29
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur

melalui vulva dan vagina (tanda Ahfeld).

c) Semburan darah tiba-tiba

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan

membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh

gaya gravitasi. Semburan darah yang secara tiba-tiba

menandakan darah yang terkumpul diantara melekatnya

plasenta dan permukaan maternal plasenta (maternal portion)

keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Setelah bayi lahir

kontraksi rahim istirahat sebentar.

Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi

pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x

sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan

dan pengeluaran plasenta. Dalam waktu 5-10 menit

plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina akan lahir

spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus

uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit

setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan

pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4) Kala IV

Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir

untuk mengamati keadaan ibu terutama bahaya perdarahan

postpartum. Perdarahan dianggap masih normal jika

30
jumlahnya tidak melebihi 400 cc sampai 500 cc. Observasi

yang harus dilakukan pada kala IV antara lain :

a) Intensitas kesadaran penderita

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan

pernafasan

c) Kontraksi uterus

d) Terjadinya perdarahan

e) Jenis persalinan yang aman dilakukan Jenis persalinan yang

aman tentu menjadi pertimbangan untuk ibu hamil tua,

apalagi bagi mereka yang menginginkan untuk persalinan

normal (Diana dkk, 2019)

D. Partograf

1) Pengertian

Partograf merupakan alat yang digunakan untuk memantau

kemajuan persalinan dan membantu penolong persalinan dalam

menentukan keputusan klinik, partograf mulai digunakan pada

fase aktif dan di isi secara keseluruhan (Ningrum dan Agustin,

2021).

2) Tujuan Partograf

a. Mencatat hasil observasi dan menilai kemajuan persalinan

31
b. Mendeteksi apakah persalinan berjalan normal atau terdapat

penyimpangan, dengan demikian dapat melakukan deteksi dini

setiap kemungkinan terjadinya partus lama.

3) Komponen Partograf

a) Informasi Tentang Ibu

Informasi seperti identitas ibu gravida, para abirtus, nomor

catatan medis/nomor puskesmas tanggal dan waktu mulai di

rawat (atau jika dirumah, tanggal dan waktu penolong

persalinan mulai merawat ibu) lengkap bagian awal (atas)

partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan.

Waktu kedatangan (tertulis sebagai “jam”) dan perhatikan

kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Tidak

kalah penting, catat waktu terjadinya pecah ketuban.

b) Kondisi Bayi

Kolom pertama adalah di gunakan untuk mengamati

kondisi janin, yang diamati dari kondisi bayi adalah DJJ, Air

ketuban dan penyusupan (kepala janin) menilai dan mencatat

denyut janin (DJJ) Setiap 30 menit (lebih sering jika ada

tanda-tanda gawat janin). Tiap kotak menunjukan waktu 30

menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukan

DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang

sesuai dengam angka menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan

32
titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.

Kisaran normal DJJ 110-160x/menit.

c) Warna Dan Adanya Air Ketuban

Menilai air ketuban dilakukan bersamaan dengan periksa

dalam. Warna air ketuban hanya bisa dinilai jika selaput

ketuban telah pecah. Lambang untuk mengambarkan ketuban

atau airnya.

U : Selaput ketuban utuh (belum pecah)

J : Selaput ketuban telah pecah dan air ketuban jernih

M : Selaput ketuban telah pecah dan air ketuban tercampur

mekonium

D : Selaput ketuban telah pecah dan air ketuban tercampur

darah

K : Selaput ketuban telah pecah dan air ketuban kering (tidak

mengalir lagi) mekonium dalam air ketuban tidak selalu

berarti gawat janin. Merupakan indikasi gawat janin jika juga

disertai DJJ di luar rentang nilai normal.

d) Penyusupan (Molase) Tulang Kepala

Penyusupan tulang kepala merupakan indikasi penting

seberapa jauh janin dapat menyesuaikan dengan tulang

panggul ibu. Semakin besar kemungkinan disproposi kepala

panggul. Lambung yang digunakan.

e) Kemajuan Persalinan

33
Kolom kedua untuk mengawasi kemajuan persalinan yang

meliputi : pembukaan servik, penurunan bagian terbawah

janin, garis waspada dan garis tertindak dan waktu.

f) Kontraksi Uterus

Terdapat lima kotak mendatar untuk kontraksi.

Pemeriksaan dilakukan setiap 30 menit, raba dan catat

jumblah dan durasi kontraksi dalam 10 menit. Misal jika

dalam 10 menit ada 3 kontraksi yang lamanya 20 detik maka

arsirlah angka tiga ke bawah dengan wrna arsiran yang sesuai

untuk mengambarkan kontraksi 20 detik (arsiran paling mudah

warnanya)

g) Obat-Obatan Dan Cairan Yang Diberikan

Catat obat dan cairan yang diberikan di kolom yang sesuai.

Untuk oksitosin dicantumkan jumblah tetesan dan unit yang

diberikan

h) Kondisi ibu

Catat nadi ibu setiap 30 menit dan beri tanda titik pada

kolom yang sesuai. Ukur tekanan darah ibu tiap 10 menit dan

beri tanda ? pada kolom yang sesuai. Temperatur di nilai

setiap dua jam dan catat ditempat yang sesuai

i) Volume urine, protein dan aseton

Lakukan tiap 2 jam jika memungkinkan.

34
E. Asuhan Persalinan Normal (APN)

1) Pengertian

Definisi persalinan normal menurut World Health

Organitations adalah pesalinan yang di menjadi secara spontan,

beresiko rendah terhadap awal persalinan, dan selalu demikianlah

sepanjang proses persalinan. Bayi di lahirkan secara spontan

dalam presentasi belakang kepala terhadap usia kehamilan pada 37

minggu hingga dengan 24 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu

maupun bayi berada dalam kondisi sehat.

2) 60 Langkah APN

60 LANGKAH APN sebagai berikut :

(1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala dua

Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran, Ibu

merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum

dan vagina, Perineum nampak menonjol, Vulva dan sfinger

ani membuka.

(2) Pastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obat

esensial untuk menolong persalinan termasuk menyiapkan

oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai didalam

partus set.

(3) Menggunakan APD

(4) Melepaskan dan menyiapkan semua perhiasan yang

digunakan, cuci tangan dengan sabun dan air bersih

35
mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau

handuk pribadi yang bersih dan kering.

(5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan

untuk periksa dalam.

(6) Masukan oksitosinkedalam tabung suntik (gunakan tangan

yang memakai sarung tangan DTT dan steril) dan letakkan

kembali kedalam wadah partus set. Bila ketuban belum

pecah, pinggirkan ½ kocher pada partus set.

(7) Membersihkan vulva dan perineum, membersihkannya

secara hati-hati dengan arah dari depan kebelakang dengan

menggunakan kapas atau kassa yang dibasahi dengan air

DTT.

(8) Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan

sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.

(9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan

dalam keadaan terbalik kedalam larutan klorin 0,5% selama

10 menit.

(10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setalah kontraksi

uterus, pastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160

x/menit).

36
(11) Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik dan meminta ibu untuk meneran saat ada

his, bila ia sudah merasa ingin meneran.

(12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi (bila rasa

ingin meneran, bantu ibu ke posisi setengah duduk dan

pastikan ibu merasa nyaman).

(13) Melakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan kuat untuk meneran.

(14) Menganjurkan ibu untuk berjalan atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu merasa ada dorongan untuk meneran.

(15) Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi), jika

kepala bayi sudah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

(16) Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah

bokong ibu.

(17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan

alat.

(18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

(19) Setelah tampak kepala bayi Saat kepala bayi dengan

diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum

dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan

kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk

menahan posisi kepala dan membantu lahirnya kepala.

37
Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat

dan dangkal.

(20) Lakuakan pemeriksaan tali pusat pada bagian leher bayi

(a) Jikatali pusat terlilit di leher secara longgar lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

(b) Jika tali pusat telilit di leher secara kuat klem tali pusat

di dua tempat dan potong diantara 2 klem tersebut.

(21) Tunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran

paksi luar secara spontan.

(22) Pegang kepala secara biparental, setelah kepala melakukan

putaran paksi luar. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran

saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah

hingga bahu depan muncul dibawaharkuspubis dan

kemudian gerakan arah atas untuk melahirkan bahu

belakang.

(23) Geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah, setelah

bahu bayi lahir. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas.

38
(24) Gerakkan tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong

dan tungkai bawah janin lalu memegang tungkai bawah

(selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin),

setelah badan dan lengan lahir.

(25) Lakukan penilaian selintas

(a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa

kesulitan?

(b) Apakah bayi bergerak aktif ? Jika bayi tidak menangis

tidak bernafas, atau megapmegap lakukan Langkah

resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi

baru lahir)

(26) Keringkan tubuh bayi mulai dari bagian muka, kepala dan

bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa

membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan

handuk/kain yang kering.

(27) Melakukan periksa kembali uterus untuk memastikan hanya

satu bayi yang lahir

(28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntikan oksitasin agar

uterus berkontraksi baik.

(29) Suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha

atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin), dalam waktu 1 menit setelah bayi

lahir.

39
(30) Setelah dua menit bayi lahir, Jepit tali pusat dengan klem

kira-kira 3 cm dari arah pusat bayi. Mendorong isi tali pusat

ke arah ibu dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari

klem pertama. manajemen fisiologis persalinan kala III yaitu

dengan penundaan pemotongan tali pusat atau membiarkan

saja plasenta terlahir tanpa intervensi juga memberikan

keuntungan berupa adanya transfer darah dari plasenta

sekitar 80 – 100 ml pada 3 menit setelah bayi lahir,

meningkatkan kadar hematokrit dan bilirubin dan

meningkatkan oksigen.

(31) Melakukan Potong dan ikat tali pusat memegang tali pusat

diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan

perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di

antara kedua klem. Bila bayi tidak bernafas spontan lihat

penanganan khusus bayi baru lahir.

(32) Letakkan bayi terngkurap di dada ibu, agar ada kontak kulit

ibu ke kulit bayi dan melakukan IMD selama 1 jam.

(33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm di

depan vulva.

(34) Letakan satu tangan di atas kain perut bawah ibu (di atas

simpisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain

menegangkan tali pusat.

40
(35) Tegangkan tali pusat dengan tangan kanan kearah bawah,

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati

kearahdorsokrainal.

(36) Bila pada tekanan pada bagian dinding depan uterus ke arah

dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah

distal maka lanjutkan dorongan kearahkranial hingga

plasenta lahir.

(37) Lahirkan plasenta dengan kedua tangan, saat plasenta

muncul di introitus vagina. Pegang dan putar plasenta

hingga selaput. ketuban terpilin kemudian lahirkan dan

tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan

(38) Lakukan masase pada fundusuteri segera setelah plasenta

lahir, dengan menggosok fundusuteri secara sirkuler

menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga

kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

(39) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan

perdarahan.

(40) Periksa kedua sisi plasenta, pastika plasenta dilahirkan

lengkap.

(41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

41
(42) Pastikan kandung kemih kosong, jikapenuh lakukan

katerisasi.

(43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

kedalam larutan clorin 0,5 %.

(44) Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus

dan menilai kontraksi.

(45) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

(46) Evaluasi dan estimulasi jumlah kehilangan darah.

(47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan

baik (40-60 x/menit).

(48) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT

(49) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI,

anjurkan keluarga untuk memberikan minum dan makan

(50) Tepatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5 % untuk dekontaminasi

(51) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah

yang sesuai

(52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

(53) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan, balikkan

bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan selama 10

menit.

(54) Lakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

42
(55) Menggunakan sarung tangan DTT untuk memberi tetes

mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1

mgintramaskuler di paha kiri

(56) Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan. Pastikan kondosi bati

bayi baik.

(57) Setelah satu jam pemberian suntikan imunisasi Hepatitis B

di paha kanan anterolateral. Setelah satu jam pemberian

vitamin K1.

(58) Lepas sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

dalam larutan klorin 0,5% selama 10.

(59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

kemudian keringkan.

(60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa

tanda vital dan asuhan kala IV. (Sulastri & Linda, 2020)

F. Faktor-faktor mempengaruhi persalinan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan menurut

(Yuliza wati et.al., 2019) antara lain :

1) Passenger : malpresentasi atau malformasi janin terdapat

mempengaruhi persalinan normal pada faktor passenger,

terdapat beberapa faktor yang memepengaruhi yakni ukuran

janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta

juga harus melalui jalan lahir, maka ia dianggap sebagai

penumpang yang menyertai janin.

43
2) Passage away : jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian

tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang

luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-

lapisan otot dasar panggul ikut menunjung keluarnya bayi,

tetapipanggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.

Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir

yang relatif kuku.

3) Power : his adalah Salah satu kekutan pada ibu yang

menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah.

Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan

turun dan mulai masuk ke dalam rongga pamggul ibu

melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara

bersamaan.

4) Position : posisi ibu memepengaruhi adaptasi anatomi dan

fisiologi persalinan. Posisi tegak memberi sejumblah

keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang,

memberi rasa nyaman, dan memperbaik sirkulasi. Posisi tegak

meliputi posisi terdiri, berjalan, duduk dan jongkok.

5) Psychologic : respons proses persalinan adalah saat yang

menegangkan dan mencemaskan bagi wanita dan keluarganya.

Rasa takut, tegang dan cemas mungkin mengakibatkan proses

kelahiran berlangsung lambat. Pada kebanyakan wanita,

persalinan dimulai terjadi kontraksi uterus pertama dan di

44
lanjutkan dengan kerja keras selama jamjam dilatasi dan

melahirkan kemudian berakhir ketika wanita dan keluarganya

memulai proses ikatan dengan bayi. Perawatan ditujukan untuk

mendukung wanita dan keluarganya dalam melalui proses

persalinan supaya di capai hasil yang optimis bagi semua yang

telibat. Wanita yang bersalin biasanya akan mengurakan

berbagai kekhawatiran jika di tanya tetapi mereka jarang dengan

spontan menceritakan.

G. Kebutuhan dasar persalinan

Adapun kebutuhan-kebutuhan dasar ibu bersalin menurut (Yuliza wati

et.al., 2019) adalah sebagai berikut :

1) Kebutuhan nutrisi dan cairan

Kebutuhan energi yang begitu besar pada ibu melahirkan dan

untuk memastikan kesejahteraan ibu dan anak, tenaga kesehatan

tidak boleh menghalangi keinginan ibu yang melahirkan untuk

makan atau minum selama persalinan.

2) Makanan yang dianjurkan selama persalian

Makanan yang disarankan di konsumsi pada kelompok ibu

yang makan saat persalinan adalah roti, biskuit, sayuran dan buah-

buahan, yogurt rendah lemak, sup, minuman, dan hidrasi sangat

penting selama proses persalinan untuk memastikan kecukupan

energi dan mempertahankan keseimbangan normal cairan dan

elektrolit bagi ibu dan bayi.

45
3) Kebutuhan hygine (kebersihan diri)

Kebutuhan hygine (kebersihan) ibu bersalin perlu di

perhatikan bidan dalam memeberikan asuhan pada ibu bersalin,

karena personal hygine yang baik dapat membantu ibu merasa

aman dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi,

mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan intergitas

pada jaringan dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis.

Tindakan personal hygine pada ibu bersalin yang dapat di lakukan

bidan diantaranya : membersikan daerah genetalia (vulva, vagina,

anus).

4) Kebutuhan istirahat

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada

ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama

prosesmpersalinan (Kala I, Kala II, Kala III, Maupun IV) yang

dimaksud adalah bidan memeberikan kesempatan pada ibu untuk

mencoba rilex tanpa adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini

dilakukan selama tidak ada his (di sela-sela his).

5) Kebutuhan pendamping persalinan

Bila orang terdekat menghadiri kelas pernatal bersama dengan

ibu, maka orang tersebut dapat memeberikan informasi yang

membantu dan menemani ibu selama proses persalinan. Bantuan

yang dapat diberikan seperti menggosok punggungnya, mencuci

mukanya, memberikan dorongan padanya untuk istirahat di antara

46
kontraksi, dan meningkatkan padanya tentang teknik bernafas,

selain itu, juga dapat memberikan perhatian penuh kepada ibu

dengan cara memegang tangannya.

H. Komplikasi persalinan

1) Atonia Uteri

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi

rahim yang menyebabkan uterus tidak menutupi pendarahan

terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta

lahir.

2) Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah plasenta masi berada di dalam

uterus selama lebih dari setengah jam bayi lahir.

3) Embolit

Cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah

sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, Tiba-

tiba tejadi gangguan pernafasan yang akut dan shock

4) Robekan jalan lahir

Perdarahan dalam keadaan di mana plasenta telah lahir

lengkap dan kontraksi rahim baik. Dapat di pastikan bahwa

pendarahan tersebut berasal dari pembukaan jalan lahir.

I. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini dimulai sedini mungkin. Segera setelah

bayi lahir setelah tali pusat dipotong. Letakkan bayi tengkurap di dada

47
ibu dengan kulit ke kulit biarkan selama 1 jam/lebih sampai bayi

menyusu sendiri, selimuti dan beri topi. Suami dan keluarga beri

dukungan dan siap membantu selama proses menyusui. Pada jam

pertama si bayi menemukan payudara ibunya dan ini merupakan awal

hubungan menyusui yang berkelanjut yang bisa mendukung

kesuksesan ASI Eklusif selama 6 bulan. Berdasarkan penelitian bayi

baru lahir yang dipisahkan dari ibunya dapat meningkatkan hormon

stres sekitar 50% dan membuat kekebalan tubuh bayi menjadi

menurun (Yuliza wati et a, 2019).

J. 5 Benang Merah

Menurut JNPK-KR (2017) (Sulastri & Linda, 2020) lima

benang merah dalam asuhan persalinan yaitu :

1) Membuat Keputusan Klinik

Membuat keputusan klinik merupakan proses yang

menentukan penyelesesaian masalah dan menentukan asuhan

yang di perlukan oleh pasien. Keputusan haru akurat,

komprehensif, dan aman, baik bagi pasien,keluarga pasien

maupun petugas yang memberikan pertolongan. Langkah –

langkah dalam membuat keputusan klinik merupakan

pengumpulan data, interprestasi untuk mendukung diagnosa

atau identifikasi masalah, menetapkan diagnose, Intervensi

untuk mengahdapi masalah, menyusun rencana asuhan,

48
melakukan asuhan, dan mengevaluasi efektifitas asuhan yang

di berikan.

2) Asuhan Sayang Ibu

Prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan

mengikutsertakan suami dan keluarga dalam proses persalinan

dan kelahiran bayi, jika ibu di berikan perhatian dan di berikan

dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi, serta

mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan yang akan

di terima maka ibu akan mendapatkan rasa aman dan persalinan

berlansung dengan cepat.

3) Pencegahan infeksi

Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak akan terpisah dari

komponen – komponen dalam asuhan selama persalinan.cuci

tangan merupakan prosedur paling penting dalam pencegahan

penyebaran infeksi,memakai sarung tangan, menggunakan

teknik aseptik, alat pelindung diri (APD) dapat melindungi

petugas dari percikan cairan tubuh pasien.

4) Pencatatan

Pencatatan merupakan bagian penting dimana proses

pembuatan klinik, catat semua data hasil pemeriksaan,

diagnosis,obat – obatan dan asuhan yang di berikan.Patograf

merupakan bagian terpenting dari proses pencatatan selama

persalinan.

49
5) Rujukan

Sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi

atau mengalami masalah selama proses persalinan dan

kelahiran bayi jika ibu membuat rujukan pada saat

kehamilan,penting untuk mendiskusikan rencana tersebut pada

ibu dan keluarganya dari awal persalinan. Sehingga persiapan

sangat di butuhkan dalam rencana rujukan. Rujukan yang tepat

waktu merupakan unggulan sayang ibu dalam mendukung

keselamatan ibu baru lahir.

BAKSOKUDA

a) Bidan

b) Alat

c) Keluarga

d) Surat

e) Obat

f) Kendaraan

g) Uang

h) Darah

3. Konsep Dasar Post Partum

A. Pengertian Post Partum

Post Partum atau masa nifas merupakan periode yang akan dilalui

oleh ibu setelah masa persalinan, yang dimulai dari setelah kelahiran

50
bayi dan plasenta, yakni setelah berakhirnnya kala IV dalam

persalinan dan berakhir sampai dengan 6 minggu (42 hari) yang

ditandai dengan berhentinnya pendarahaan. Masa nifas berasal dari

bahasa latin dari kata puer yang artinnya bayi, dan paros artinnya

melahirkan yang berarti masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan

sampai organ-organ reproduksi kembali seperti sebelum kehamilan

(Nurul & Hani, 2019).

B. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Post Partum

1) Perubahan Fisiologis

a. Uterus (Involusi Uterus)

Pada uterus setelah proses persalinan akan terjadi proses

involusi. Proses involusi merupakan proses kembalinnya

uterus seperti keadaan sebelum hamil dan persalinan. Proses

ini di mulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi

otot-otot polos uterus. Pada tahap ketiga persalinan uterus

berada digaris tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus

dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.

Pada saat ini,besar uteus kira-kira sama besar uterus sewaktu

Usia kehamilan 16 minggu (kira-kira sebesar jeruk asam) dan

beratnnya kira-kira 100gr.

b. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

Perubahan yang terjadi pada serviks pada masa postpartum

51
adalah dari bentuk serviks yang akan membuka seperti corong.

Bentuk ini disebabkan karena korpus uetri yang sedang

kontraksi, sedaangkan serviks uteri tidak berkontraksi

sehingga seolah-olah pada pembatasan antara korpus dan

serviks ueri berbentuk semacam cincin. Warna seviks sendiri

merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.

c. Vulva, Vagina dan Perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan

yang sangat besar selama proses persalinan, akibat dari

penekanan tersebut vulva dan vagina akan mengalami

kekenduran, hingga beberapa hari pasca proses persalinan,

pada masa ini terjadi penipisan mukosa vagina dan hilangnnya

rugae yang diakibatkan karena penurunan estrogen pasca

persalinan. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali

secara bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8

minggu setelah bayi lahir.

2) Perubahan psikologis

Dalam menjalani adaptasi masa nifas, sebagian ibu dapat

mengalami fase-fase sebaagai berikut :

a. Fase taking in

Fase taking ini yaitu periode ketergantungan berlangsung

pada hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu

baru umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada

52
kekhawatiran akan tubuhnya. Pengalaman selama proses

persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu

cenderung menjadi pasif terhadap lingkungnnya. Kemampuan

mendengarnya (listening skills) dan menyediakan waktu yang

cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu.

b. Fase taking hold

Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung

antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu marasa

khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung

jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang

sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang

marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi

dengan ibu.

c. Fase letting go

Fase latting go merupakan fase menerima tanggung jawab

akan peran barunya yang bertanggung sepenuh hari setelah

melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri

dan bayinya, setra kepercayaan dirinya sudah meningkat.

Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya

akan sangat berguna bagi ibu agar lebih mandiri dalam

memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.

C. Kunjungan Ibu Post Partum

53
Jadwal kunjungan ibu nifas atau kunjungan rumah bagi ibu

postpartum mengacu pada kebijakan teknis pemerintah, yaitu 6 hari, 2

minggu, dan 6 minggu postpartum. Dari pemenuhan target pertemuan

antara bidan dengan pasien sangat bervariasi, dapat dilakukan dengan

mengunjungi rumah pasien atau pasien yang datang ke bidan atau RS

ketika mengontrolkan kesehatan bayi dan dirinya (Rosyidah et

al.,2019).

D. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

1) Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,

terutama kebutuhan proteein dan karbohidrat. Gizi pada ibu

menyusui sangat erat kaitannya dengan reproduksi ASI, dimana

ASI sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Nutris ibu

menyusui tidaklah rumit, yang terpenting adalah makanan yang

dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu nifas, serta menjamin

pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumblah yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.

2) Ambulasi Dini (Early Ambulation)

Pada masa lampau, perawatan puerperium sangat konservatif,

di mana puerperium harus tidur terlentang selama 40 hari. Kini

perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk

melakukan mobilisasi dini. Ambulasi dini adalah aktifitas ringan

membimbing ibu untuk segera pulih dari trauma persalinan,

54
dengan cara membimbing ibu mulai dari miring kanan, miring

kiri, latihan duduk, berdiri bangun dari tempat tidur, kemudian

dilanjutkan latihan berjalan.

3) Eliminasi : buang air kecil dan besar (BAB dan BAK)

Dalam 6 jam post partum, pasien sudah harus dapat buang air

kecil. Semakin lama urine bertahan dalam kandung kemih maka

dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya

infeksi. Dan dalam 24 jam pertama, ibu post partum harus dapat

buang air besar, karena semakin lama fases bertahan dalam usus

makan akan mengeras karena cairan yang berkandung dalam feses

akan terserap oleh usus.

4) Personal Hygine dan Perineum

Personal Hygine yang harus dianjurkan kepada ibu post

partum sebagai berikut

a) Puting susu, Harus diperhatikan kebersihannya dalam luka

pecah (rhagade) harus segerh diobati karena kerusakan puting

susu merupakan Port de entre’e dan dapat menimbulkan

mastistis. Air susu yang menjadi kering akan menjadi kerak

dan dapat merangsang kulit sehingga timbul enzema. Oleh

karena itu, sebaiknya puting susu dibersihkan dengan air yang

telah dimasak, tiap kali sebelum dan sesudah menyusukan

bayi.

55
b) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi

dan alergi kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena

keringat dan debu dapat menyebabkan kulit bayi mengalami

alergi melalui sentuhan kulit ibu dengan bayi.

c) Ajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin.

d) Dengan sabun dan air pastikan bahwa ibu mngerti untuk

membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan

ke belakang, baru kemudian dibersihkan daerah sekitar anus.

Nasihatilah kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali

setelah BAB atau BAK.

e) Sarankan ibu untuk menganti pembalut atau kain setidaknya 2

kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah di cuci

dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau distrika.

f) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air,

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminya.

g) Jika ibu memiliki luka episiotomi atau laserasi, sarankan

kepada ibu untuk menghindari dan menyentu luka.

5) Istirahat

Umumnya wanita sangat leleh setelah melahirkan, akan

terasa lebih leleh bila proses persalinan berlangsung lama.

Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan, ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang

berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.

56
Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepadaa ibu

untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energy

menyusui bayinya nanti.

6) Seksual

Banyak budaya yang mempunyai tradisi memulai hubungan

suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 60

hari setelah persalinan. Hubungan seksual dapat dilakukan dengan

aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokia telah

berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat

mungkin sampai 40 hari setelah persalinan karena pada saat itu

diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali.

7) Keluarga berencana

Menurut WHO, jarak kehamilan sebaiknya 24 bulan atau 2

tahun, ibu post partum dan keluarga juga harus memikirkan

tentang mengunakan alat kontrasepsi setelah persalinan untuk

menghindari kehamilan yang tidak direncanakan. Pengunaan alat

kontrasepsi setelah persalinan dapat melindungi ibu dari resiko

kehamilan. Karena menjalani proses kehamilan seorang wanita

membutuhkan fisik dan mental yang sehat serta stamina yang

kuat.

8) Latihan/Senam Nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal,

sebaiknya latihan senam nifas dilakukan sedini mungkin dengan

57
catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada

penyulit post partum.

E. Tanda bahaya masa nifas

Beberapa kemungkinan komplikasi masa nifas atau tanda bahaya

terjadinya pada masa nifas menurut (Sumarni., 2019) :

1) Infeksi Nifas

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua

peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas. Masuknya

kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan,

dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh

sebab apapun. Morbuditas puerpuralis adalah kenaikan suhu

badan sampai 36C atau lebih selama 2 hari dari dalam 10 hari

postpartum. Kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4 kali secara

oral.

2) Infeksi saluran kemih

Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap

teganggan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat

trauma persalinan atau analgesia epidural atau spinal. Sensasi

peredangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa

tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar,

laserasi periuretra, atau hematoma dinding vagina. Setelah

melahirkan, truma saat infus oksitosi dihentikan, terjadi diuresis

yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi kandung

58
kemih. Over distensi yang disertai kateritas untuk mengeluarkan

air kemih sering menyebabkan infeksi saluran kemih.

a. Metritis

Metritis adalah inspeksi uterus setelah persalinan yang 26

merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila

pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi

abses pelvic yang menahun, peritonitis, syok septik,

trombosis yang dalam, embolipulmonal, infeksi felvik yang

menahan dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas

3) Bendungan payudara

Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan

limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk

laktasi. Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada

limfatik dan vena sebelum laktasi.Payudara bengkak

disebabkan karena menyusuiyang tidak kontinu, sehingga

sisa ASI terkumpul pada daerah ductus. Hal ini dapat terjadi

pada hari ke tiga setelah melahirkan. Penggunaanbra yang

keras serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat

menyebabkan sumbatan pada ductus.

4) Infeksi payudara

Mastitis termaksud salah satu infeksi payudara. Mastitis

adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi

atau tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama

59
Sraphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau

melalui peredaran darah.

5) Abses payudara

Abses payudara merupakan komplikasi akibat peradangan

payudara/ mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua

postpartum (setelah melahirkan), karena adanya

pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet

pada puting susu.

6) Abses pelvic

Penyakit ini merupakan komplikasi yang umum terjadi

pada penyakit- penyakit meluar seksual (sexually transmitted

27 disease/ STDs), utamanya yang disebabkan oleh

chlamydia dan gonorrhea.

7) Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum yang

merupakan pembungkus visera dalam rongga perut.

Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus

organ perut dan dinding perut sebelah dalam.

8) Infeksi luka perineum dan luka abdominal

Luka perineum adalah luka perineum karena adanya

robekanjalan lahir baik karena rupture maupun karena

episiotomy pada waktu melahirkan janin. Rupture perineum

60
adalah robekan yang terjadi padaperineum sewaktu

persalinan.

9) Perdarahan pervagina

Perdarangan pervagina atau perdarahan postpartum

adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari

traktus genetalia setelah melahirkan. Hemoragi postpartum

primer mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam

setelah kelahiran.

4. Konsep dasar Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir (BBL)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir antara 2500-

4000 gram (Yuliza wati et al.,2019).

b. Kunjungan Neonatus

Kunjungan neonatus menurut (Kemenkes.,2019) :

1) Kunjungan Neonatus Ke satu (KN1)

Kunjungan neonatus pertama (KN1) yaitu pada 6 jam pertama

sampai 48 jam

2) Kunjungan Neonatus Ke dua (KN2)

Kunjungan neonatus yang kedua (KN2) Dilakukan pada hari ke 3

sampai 7 hari.

3) Kunjungan Neonatus Ke tiga (KN3)

61
Kunjungan neonatus yang ke tiga (KN3) dilakukan pada hari ke 8

sampai 28 hari

c. Proses Adaptasi Bayi Baru Lahir

Menurut syahlan (2019) adaptasi yang terjadi pada bayi baru lahir

yaitu :

1) Metabolisme karbohidrat

Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan gula darah

untuk menambah energi pada jam-jam pertama setelah diambil

dari metabolisme asam lemak.

2) Pernafasan

Selama dalam uterus, janin mendapatkan O2 dari pertukaran gas

melalui plasenta setelah Bayi Lahir pertukaran gas harus melalui

paru-paru Bayi

3) Sirkulasi

Dengan perkembangan paru-paru mengatakan tekanan O2

menigkatkan dan tekana CO2 Menurun, hal ini mengakibatkan

menurunnya refleksi pembuluh darah paru sehinga aliran darah ke

alat tesebut meningkat, hal ini menyebabkan darah dari arteri

pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriolus menutup.

4) Perubahan alat pencernaan, hati, ginjal, dan alat lainnya mulai

berfungsi.

d. Perawatan Bayi Baru Lahir

Perawatan Bayi Baru Lahiir Menurut (Kemenkes.,2019)

62
1) Pemberian ASI

a) Segera Lakukan IMD

Asi yang keluar pertama kali berwarna kekuningan

(colestrum) mengandung zat kekebalan tubuh langsung

berikan kepada bayi.

2) Menjaga Bayi tetap hangat

a) Memandikan bayi setelah 6 jam dimandikan dengan air hangat

b) Bayi harus tetap berpakaian dan di selimuti setiap saat dan

memakai pakaian yang kering

c) Ganti popok dan handuk jika basa

d) Jangan tidurkan bayi di tempat yang besuhu dingin

e) Jaga bayi agar tetap hangat dengan mengunakan topi, kaos

kaki, kaos tangan, dan pakaian yang hangat pada saat tidak

dalam dekapan

f) Jika bayi lahir kurang dari 2500 gram, lakukan perawatan

metode kanguru (dekap bayi di dada ibu, bapak dan anggota

keluraga lainya.

3) Perawatan tali pusat

a) Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi

b) Jangan memberikan apapun pada tali pusat

c) Rawat tali pusat hingga kering

d) Bila tali pusat kotor atau basah, cuci dengan air bersih

kemudian keringkan dengan kasa.

63
5. Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)

A. Pengertian KB

Keluarga Berencana merupakan usaha untuk mengukur

kuantitas dan jarak anak yang di inginkan. Untuk mampu

menggapai perihal berikut maka di buatlah sebagian cara atau

alternative untuk mencegah ataupun menunda kehamilan (Rahayu,

2017).

B. Tujuan KB

Adapun tujuan KB

1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian

kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia

yang bermutu

3) Meningkatkan kesejahteraan keluarga

C. Jenis-jenis KB

Jenis-jenis KB sebagai berikut :

1) Kontrasepsi sederhana

a) Kontrasepsi tanpa alat

(1) Metode amenorhea laktasi (MAL)

(2) Senggama terputus

(3) Metode kalender (pantang berkala)

(4) Metode lendir serviks

64
(5) Metode suhu basal badan

b) Kontrasepsi Sederhana dengan alat

(1) Kondom

(2) Diafragma

(3) Spermisida

2) Kontrasepsi Hormonal

a) Kontrasepsi pil

(1) Monofasik

(2) Bifasik

(3) Trifasik

b) Kontrasepsi suntik

(1) Suntikan 1 bulan (cyclofem)

(2) Suntikan 3 bulan (Depoprovera)

3) Kontrasepsi mantap

a) Kontrasepsi Metode Operatif Wanita (MOW)

b) Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP)

4) Kontrasepsi modern

a) Implant

(1) Norplant

(2) Implanon

(3) Jendana dan indoplant

b) Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)

(1) AKDR Non-Hormonal

65
(2) AKDR Hormonal

D. Indikasi Kontrasepsi

1) Pengertian

MAL merupakan alat kontrasepsi yang mengunggulkan pemberian

ASI secara ekslusif yang berarti hanya di berikan ASI tampa

tambahan makanan maupun minuman yang lainnya. MAL

memanfaatkan praktik menyusui dalam menghambat ovulasi agar

berfungsi sebagai alat kontrasepsi. Ketika separang wanita yang

memiliki bayi bayi kurang dari 6 bulan dan amenore serta

menyusui penuh, memjungkinkan kehamilan terjadi hanya sekitar

2% tetapi jika tidak menyusui penuh atau tidaka amenorea maka

resiko kehamilan lebih besar.

2) MAL dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi jika :

a) Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberin > 8x dalam

sehari

b) Belum haid

c) Bayi berumur kurang dari 6 bulan

3) Cara kerja MAL

Pada ibu menyusui mengatakan bahwa efek dari kontrasepsi

terdapat rangsangan syaraf dari putting susu diteruskan ke

hypothalamus, dan memiliki efek merangsang pelepasan beta

endropin yang akan melakukan penekanan sekresi hormon

gonadotropin oleh hypothalamus. Sehingga mengakibatkan

66
penurunan skekresi dari hormone Luteinzing Hormon (LH) yang

menyebabkan kegagalan ovulasi.

4) Keuntungan kontrasepsi MAL

a) Tingginya ekvektifitas (keberhasilan 98% pada enam bula

pasca persalinan)

b) Tidak mengganggu senggama

c) Tidak ada efek samping secara sistematik

d) Tidak perlu pengawasan medis

e) Tidak perlu obat atau alat

f) Tanpa biaya

5) Keterbatasan MAL

a) Perlu dipersiapkan perawatan sejak kehamilan sehingga

menyusui dalam 3 menit pasca persalinan

b) Efetifitasnya tinggi namun hanya sampai kembalinya haid atau

6 bulan

6) Yang boleh menggunakan MAL

a) Ibu yang menyusui secara ekslusif

b) Belum mendapat haid setelah melahirkan dan bayinya berumur

kurang dari 6 bulan

7) Yang seharusnya tidak boleh mengguakan MAL

a) Sudah haid setelah bersalin

b) Tidak menyusui secara ekslusif

c) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan (Li and Mal, 2017)

67
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Pengertian asuhan kebidanan

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kesibukan yang

jadi tanggung jawab di dalam menambahkan layanan kepada

klien yang mempunyai kebutuhan/masalah kebidanan kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir, KB, kesehatan reproduksi wanita dan

layanan kesehatan masyarakat.

2. Alur fikir bidan menurut Varney

Gambar 2.1 BGambar bagan Alur fikir bidan menurut Varney


Alur Pikir Bidan Pencatatan dari asuhan kebidanan

Proses manajemen
kebidanan Pendokumentasian asuhan
kebidanan

7 Langkah Varney

Data SOAP

Masalah/diagnosis

Antisipasi masalah Subjektif, Objektif


potensial/diagnosis lain

Menetapkan kebutuhan
Assesment diagnosis
segerab untuk konsultasi,
kolaborasi
Plan :
Perencanaa (intervensi) Konsul
Uji diagnostik/lab
Pelaksanaan Rujukan
(implementasi) Pendidikan/konseling
Follow up
Evaluasi

Sumber: Megasari, Yanti, Een dan Lusiana, 2019

3. Peran dan fungsi bidan

68
Peran dan Fungsi Bidan sebagai salah satu anggota profesi tenaga

kesehatan yang profesional, bidan memiliki peran, fungsi, tanggung

jawab, kewajiban dan hak sebagai anggota kesehatan. Untuk menunjang

peran, fungsi dan tanggung jawab tersebut bidan dibekali dengan

sejumlah kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh

bidan dalam menjalankan praktik pelayanan kebidanan (Handayani,

2017).

Dalam menjalankan tugasnya, bidan memiliki peran sebagai berikut:

a. Peran Sebagai Pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan mempunyai 3 kategori tugas yaitu

mandiri, kolaborasi, dan merujuk :

1) Tugas Mandiri:

a) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan yang diberikan.

b) Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita

pranikah dengan melibatkan klien.

c) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama

kehamilan normal.

d) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa

persalinan normal dengan melibatkan klien/keluarga.

e) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

f) Memberikan asuhan kebidanan pada klien pada masa nifas

dengan melibatkan klien/keluarga.

69
g) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang

membutuhkan pelayanan keluarga berencana.

h) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan system

reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan

menopause.

i) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan

melibatkan keluarga.

2) Tugas Kolaborasi/Kerjasama:

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan sesuai dengan fungsi kolaborasi dengan

melibatkan klien dan keluarga.

b) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko

tinggi dan pertolongan pertama pada keadaan kegawatan

yang memerlukan tindakan kolaborasi.

c) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa

persalinan dengan ririko tinggi dan keadaan kegawatan yang

memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi

dengan melibatkan klien dan keluarga.

d) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas

dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi

dengan melibatkan klien dan keluarga.

70
e) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan

risiko tinggi dan yang mengalami komplikasi, serta

kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama

dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan

keluarga.

f) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko

tinggi dan yang mengalami komplikasi, serta

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi

dengan melibatkan keluarga.

3) Tugas Ketergantungan/Merujuk:

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan

keluarga.

b) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan

rujukan pada hamil dengan risiko tinggi dan

kegawatdaruratan.

c) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan

rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu

dengan melibatkan klien dan keluarga.

d) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan

rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu

dengan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan

keluarga.

71
e) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan

kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan

konsultasi danrujukan dengan meibatkan keluarga.

f) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan

kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan

konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien/keluarga.

b. Peran sebagai pengelola

1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan

kebidanan untuk individu dan keluarga, kelompok khusus, dan

masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/klien.

2) Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan

dan program sektor lain wilayah kerjanya melalui peningkatan

kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, dan tenaga kesehatan

lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.

c. Peran sebagai pendidik

1) Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada individu

dan keluarga dan, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang

penanggulangan masalah kesehatan masyarakat khususnya yang

berhubungan dengan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.

2) Melatih dan membimbing kader termasuk mahasiswa bidan serta

membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya.

72
d. Peran sebagai peneliti

Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan

baik secara mandiri maupun secara kelompok:

1) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.

2) Menyusun rencana kerja pelatihan.

3) Melaksanakan investigasi sesuai rencana.

4) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.

5) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.

6) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan

mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.

4. Pendokumentasian 7 langkah varney secara umum

1) Langkah I : Pengumpulan data dasar

Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang

diperlukan untuk megevaluasi keadaan klien secara

lengkap.Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber

yang berkaitan dengan kondisi klien.

2) Langkah II: Interpretasi data dasar

Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah

klien atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-

data yang telah dikumpulkan. Kata “masalah dan diagnose” keduanya

digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam

rencana asuhan kebidanan terhadap klien. Masalah bisa menyertai

73
diagnose. Kebutuhan adalah suatu bentuk asuhan yang harus

diberikan kepada klien, baik klien tahu ataupun tidak tahu.

3) Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

Membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.

Penting untuk melakukan asuhan yang aman.

4) Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

5) Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-

langkah sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa

yang sudah diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan

terjadi berikutnya.

6) Langkah VI: Melaksanakan perencanaan

Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien

dan aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.

74
7) Langkah VII: Evaluasi

Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosa (Handayani, 2020).

5. Pendokumentasian SOAP secara umum

a) Asuhan kebidanan dalam Kehamilan

(1) Data Subjektif

Data Subjektif terjalin bersama kasus berasal dari sudut pandang

klien, ekspresi klien mengenai kegalauan dan keluarga dan

keluhan yang di catat secara segera atau ringkasan yang

terjalin bersama diagnosis

(2) Data Objektif

Data Objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi

yang jujur, hasil pengecekan fisik klien,hasil pengecekan

laboratorium dan informasi dari keluarga atau orang lain

sebagai knowledge penunjang secara fakta yang terjalin bersama

diagnosis.

(3) Assesment

Merupakan Pendokumentasian hasil analis intreprestasi

knowledge (kesimpulan) berasal dari knowledge subjektif dan

objektif, dikarenakan keadaan klien mampu mengalami

perubahan, dan dapat di temukan Info baru didalam data

75
subjektif maupun data objektif. Analis yang tepat dan akurat

mengikuti perkembangan data klien dan data yang sudah

dikumpulkan jadi diagnosis, persoalan kebidanan dan keperluan.

(4) Planning

Penatalaksanaan yaitu mencatat seluruh perencanaan yang

sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan

segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,

kolaborasi, evaluasi, dan rujukan. Tujuannya untuk mengusahakan

tercapainya keadaan pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraan (Mulyati,Pendokumentasi SOAP,

2017)

b) Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

(1) Data Subjektif

Data Subjektif adalah data yang didapat klien sebagai suatu

pendapat dan keadaan data kejadian meliputi keluhan tanda dan

tanda-tanda persalinan yakni sakit perut tembus belakang di

sertai pengeluaran lendir dan darah.

(2) Data Objektif

Data Objektif adalah data yang didapatkan berasal dari

observasi meliputi obsevasi His klien yang tertib dan meningkat

dan juga terjadi pembukaan lengkap.

76
(3) Assesment

Bidan mengidentifikasi persoalan atau diagnose potensial

berdasarkan urutan persoalan dan diagnosa yang sudah

didentifikasi.

(4) Planning

Pada cara ini rencana asuhan dilakukan secara menyeluruh,

Penatalaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan atau lebih dari

satu klien atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun bidan

tidak melaksanakan sendiri tetapi dia selamanya memikul

tanggung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaan dan

memastikan langkah-langkah tersebut benar terlaksana

(Novianti, 2017).

c) Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

(1) Data Subjektif

Data yang didapat oleh klien sebagai pendapat pada suasana

information kejadian, informasi, dapat ditentukan bersama

informasi atau komunikasi meliputi keluhan nyeri pada perut dan

jalan lahir.

(2) Data Objektif

Data yang dapat di observasi dan dicermati oleh tenaga kesehatan

lainnya meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan TTV, dan

mengobservasi pengeluaran Lochea.

77
(3) Assesment

Mengidentifikasi diagnosa atau kasus potensial, analisa

kasus menentukan diagnosa berdasarkan alur kasus dan

diagnosa yang sudah didentifikasi.

(4) Planning

Dilaksanakan sesuai keadaan pasien dan sesuai wewenang bidan

dan evaluasi sesuai hasil yang sudah di dapat

d) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir (BBL)

(1) Data Subjektif

Data yang di ambil berasal dari Anamnesis catatan ini terkait

bersama masalah sudut pandang pasien yaitu apa yang

dikatakan/ dirasakan oleh pasien yang di peroleh melalui :

(a) Identitas bayi

(b) Identitas orangtua

(c) Riwayat kelahiran/persalinan

(d) Riwayat imunisasi

(2) Data Objektif

Data ini memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta

yang terjalin bersama dengan diagnosa, yakni apa yang

diamati dan dirasakan oleh bidan pada saat pemeriksaan fisik,

hasil laboratorium, dan tes diagnostik, untuk membantu

pengkajian.

78
(3) Assesment

Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan

information atau informasi subjektif maupun objektif yang

dihimpun atau disimpulkan.

(4) Planning

Membuat rancangan tindakan atau yang akan mampir

untuk tercapainya keadaan pasien untuk

menjaga/mempertahankan kesejahteraan berupa perencanaan.

Evaluasi didalamnya Asuhan mandiri, kolaborasi, tes

diagonistik/ laboratorium, konseling (Novianti, 2017).

e) Asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana (KB)

(1) Data Subjektif

Mengambarkan hasil pengumpulan information melalui

anamnesa, langkah ini bidan sanggup jelas tipe kontrasepsi yang

digunakan..

(2) Data Objektif

Menggambarkan hasil pemeriksaan fisik klien, dirumuskan

di dalam information fokus untuk menopang rencana asuhan.

(3) Assesment

Menggambarkan hasil analisa dan inpretasi data subjektif dan

objektif dalam diagnosa atau persoalan potensial dan butuh

tindakan segara sehabis bidan dan dokter.

79
(4) Planning

Menggambarkan pendokumentasian berasal dari

perencanaan dan evaluasi berdasarkan assesment sebagai cara

konsep tindakan, implementasi dan evaluasi (Novianti, 2017).

80

Anda mungkin juga menyukai