TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, Kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
kehamilan adalah bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar
Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan
lahir .
Definisi dari masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau
9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin,
2002).
Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280
hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu)
(prawirohardjo, 1999).Pembagian kehamilan dibagi dalam 3 trimester :
trimester I, dimulai dari konsepsi sampai tiga bulan (0-12minggu);
trimester II, dimulai dari bulan keempat sampai enam bulan (13-
28minggu); trimester III dari bulan tujuh sampai Sembilan bulan (29-
42minggu). (Fatimah&Nuryaningsih,2017)
2. Perubahan pada kehamilan
a. Perubahan Fisiologis pada masankehamilan
1) Perubahan Berat Badan
2) Uterus
Ibu hamil uterusnya membesar akibat pertumbuhan isi
konsepsi intra uterine. Hormon estrogen menyebabkan
hiperplasi jaringan, hormone progesteron berperan untuk
elastisitas/kelenturan uterus. Taksiran kasar pembesaran uterus
pada perabaan tinggi fundus (Ratnaningtyas, 2016)
a) Tidak hamil/normal :Sebesar telur ayam
b) Kehamilan 8 minggu :telur bebek
c) Kehamilan 12 minggu :telur angsa
d) Kehamilan 16 minggu :pertengahan simfisis-pusat
e) Kehamilan 20 minggu :pinggir bawah atas
f) Kehamilan 24 minggu :pinggir atas pusat
g) Kehamilan 28 minggu :sepertiga pusat - xyphoid
h) Kehamilan 32 minggu :pertengahan pusat - xyphoid
i) Kehamilan 37 minggu :3 -1 jari bawah xyphoid
sumber: Tyastuti,2016
4) Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fundus diambil alih oleh
plasenta, terutama fungsi reproduksiprogesteron dan estrogen.
Selama kehamilan ovariumtenang/beristirahat. Tidak terjadi
pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi
ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.
(tyastuti,2016).
5) Payudara
6) Sistem endokrin
Perubahan besar terjadi pada sistem endokrin, fungsi
plasenta sebagai kelenjar endokrin utama selama kehamilan
menyekresi hormon-hormon yang berfungsi untuk
mempertahankan kehamilan. Human chorionic gonadotropin
(hCG) terdapat dalam darah ibu dan dieksresikan melalui urine
yang memungkinkan diagnosis kehamilan menjadi positif. Sel
korionik plasenta menghasilkan hormon spesifik lain seperti
human somatomammotropin atau human plancental lactogen
(hPL) dapat dideteksi dalam sel plasenta pada minggu ketiga
setelah ovulasi dan ditemukan dalam serum ibu pada minggu
keenam. Hormon ini memengaruhi pertumbuhan sel somatik
janin dan persiapan laktasi.
Kelenjar tiroid sedikit membesar yang menyebabkan
peningkatan laju metabolisme basal dan peningkatan konsumsi
oksigen. Korteks adrenal mengalami hipertrofi, dan
aktivitasnya meningkat. Peningkatan aldosteron dimulai dari
awal kehamilan yang menyebabkan menurunnya kemampuan
ginjal untuk mengatur kadar garam selama kehamilan,
sehingga menyebabkan retensi cairan berupa edema.
7) Sistem eliminasi
7. Temu wicara
Temu wicara pasti dilakukan setiap klien melakukan
kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan
rujukan. Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan
pengetahuan klien memberikan atau melakukan kerjasama
penanganan.
8. Tes Hb dan goldar
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan
minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester
ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil
tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya
karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin dalam kandungan.
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
9. Perawatan payudara
Untuk kelancaran menyusui dan tidak adanya komplikasi pada
payudara, karena segera setelah bayi lahir akan di lakukan
IMD.
10. Pemilihan tingkat kebugaran/senam hamil
Untuk melatih nafas saat menghadapi prosespersalinan dan
untuk menjaga kebugaran tubuh ibu selama hamil.
11. Tes protein urine
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.
12. Tes glukosa
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus
dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya
minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester
kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir
trimester ketiga).
13. `pemberian terapi kopsul yodium
14. Pemberian terapi anti malaria.
a. Perdarahan Vagina
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah
merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri
(berarti abortus, KET, mola hidatidosa).
Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah
merah, banyak/sedikit, nyeri (berarti plasenta previa/solusio
plasenta).
d. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius
adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat
tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya
menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilan adalah gejala dari preeklamsia.
e. Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)
Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mangancam
jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan
kabur atau berbayang.
f. Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri yang hebat, memetap, dan tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini bisa berarti appendicitis, kehamilan ektopik,
aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis,
penyakit kantong empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih,
atau infeksi lain.
g. Bengkak pada muka dan tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul
pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan
disertaia dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan
pertanda, anemia, gagal jantung, atau preeclampsia.
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan ke-5 atau ke-
6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika
bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling
sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih muda
terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan
minum dengan baik. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2009).
d. Position
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan, Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan
memperbaki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan,
duduk dan jongkok.
e. Psychologic Respons
Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan
mencemaskan bagi wanita dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan
cemas mungkin mengakibatkan proses kelahiran berlangsung
lambat. Pada kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadi
kontraksi uterus pertama dan dilanjutkan dengan kerja keras
selama jamjam dilatasi dan melahirkan kemudian berakhir ketika
wanita dan keluarganya memulai proses ikatan dengan bayi.
Perawatan ditujukan untuk mendukung wanita dan keluarganya
dalam melalui proses persalinan supaya dicapai hasil yang optimal
bagi semua yang terlibat. Wanita yang bersalin biasanya akan
mengutarakan berbagai kekhawatiran jika ditanya, tetapi mereka
jarang dengan spontan menceritakannya.
5. Sebab Yang Menimbulkan Persalinan
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya
persalinan (Yulizawati, 2019).
a. Teori Penurunan Progesteron
Villi koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar
estrogen dan progesterone menurun. Menurunnya kadar kedua
hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai
(Wiknjosastro dkk, 2005). Selanjutnya otot rahim menjadi sensitif
terhadap oksitosin. Penurunan kadar progesteron pada tingkat
tertentu menyebabkan otot rahim mulai kontraksi.
b. Teori Oksitosin
Menjelang persalinan, terjadi peningkatan reseptor oksitosin
dalam otot rahim, sehingga mudah terangsang saat disuntikkan
oksitosin dan menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin
dapat meningkatkan pembentukan prostaglandin dan persalinan
dapat berlangsung terus.
c. Teori Keregangan Otot Rahim
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor
yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
mengalami degenerasi (Wiknjosastro dkk, 2005). Otot rahim
mempunyai kemampuan meregang sampai batas tertentu. Apabila
batas tersebut sudah terlewati, maka akan terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai.
d. Teori Prostagladin
Prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan
desidua dari minggu ke-15 hingga aterm, dan kadarnya meningkat
hingga ke waktu partus.
e. Teori Janin
Terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal yang
menghasilkan sinyal kemudian diarahkan kepada maternal sebagai
tanda bahwa janin telah siap lahir. Namun mekanisme ini belum
diketahui secara pasti.
f. Teori Berkungnya Nutrisi
Teori berkurangnya nutrisi pada janin diungkapkan oleh
Hippocrates untuk pertama kalinya. Hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan bila nutrisi telah berkurang.
g. Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron sehingga timbul kontraksi rahim.
32. Letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel didada ibunya.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari putting susu atau areola mame ibu
Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi
dikepala bayi
Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit didada ibu paling
sedikit 1 jam
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui
dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara
VIII MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA PERSALINAN
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas
simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem
untuk menegangkan tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah
sambal tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas
(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangngan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
Kembali prosedur diatas
Mengeluarkan Plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah
dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal
maka lanjutkan dorongan kearah kranial hingga plasenta dapat
dilahirkan
Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan
ditarik secara kuat terutama jika uterus tidak berkontraksi) sesuai
dengan sumbu jalan lahir (kearah bawah-sejajar-lantai-atas)
Jika tali pusat bertambah Panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat:
1. Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan katerisasi (gunakan Teknik aseptic) jika kandung
kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15
menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau
terjadi perdarahan maka segera lakukan Tindakan plasenta
manual
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tanga. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-
jari tangan atau klem ovum DTT/steril untuk mengeluarkan
selaput tang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan difundus dan lakukan masase dengan
Gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras)
IX MENILAI PERDARAHAN
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedalam kantung plastic atau
tempat khusus
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan
perdarahan
X ASUHAN PASCAPERSALINAN
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh
Evaluasi
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih
kosong
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan melihat
kontraksi
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali/menit)
Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan
segera merujuk kerumah sakit
Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segara rujuk ke RS
rujukan
Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan
Kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu
selimut
Kebersihan dan Keamanan
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang
sesuai
50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah
diranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik
bayi
56. Dalam satu jam pertama, beri salap atau tetes mata profilaksis
infeksi, vitamin K1 1 mg IM dipaha kiri bawah lateral, pemeriksaan
fisik bayi baru lahir, pernapasan bayi (normal 40-60 kali/menit) dan
temperature tubuh (normal 36,5-37,5ºC) setiap 15 menit
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi didalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam
didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
Dokumentasi
60. Lengkapi partograph (halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan Kala IV Persalinan
10. Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan.
a. Tujuan utama penggunanan partograf:
1. Mencatat hasil observasi dan menilai kemajuan persalinan
2. Mendeteksi apakah persalinan berjalan normal atau terdapat
penyimpangan, dengan demikian dapat melakukan deteksi dini
setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
b. Parograf harus digunakan:
1. Untuk semua ibu dalam kala I fase aktif (fase laten tidak
dicatat di partograf tetapi di tempat terpisah seperti di KMS ibu
hamil atau rekam medik)
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (spesialis
obgyn, bidan, dokter umum, residen swasta, rumah sakit, dll)
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran.
c. Kondisi ibu dan bayi yang dicatat dalam partograf:
1. DJJ tiap 30 menit
2. Frekuensi dan durasi kontraksi tiap 30 menit
3. Nadi tiap 30 menit
4. Pembukaan serviks tiap 4 jam
5. Penurunan bagian terbawah janin tiap 4 jam
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh tiap 4 jam
7. Urin, aseton dan protein tiap 2-4 jam.
d. Partograf tidak boleh dipergunakan pada kasus:
1. Wanita pendek, tinggi kurang dari 145 cm
2. Perdarahan antepartum
3. Preeklamsi – eklamsi
4. Persalinan prematur
5. Bekas sectio sesarea
6. Kehamilan ganda
7. Kelainan letak janin
8. Fetal distress
9. Dugaan distosia karena panggul sempit
10. Kehamilan dengan hidramnion
11. Ketuban pecah dini
12. Persalinan dengan induksi
e. Kondisi ibu dan janin juga harus dinilai dan dicatat secara seksama,
yaitu:
1. Denyut jantung janin: setiap ½ jam
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam
3. Nadi: setiap ½ jam
4. Pembukaan serviks: setiap 4 jam
5. Penurunan: setiap 4 jam
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
7. Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2-4 jam
f. Pencatatan kondisi ibu dan janin meliputi:
1. Informasi tentang ibu
− Nama, umur
− Gravida, para, abortus
− Nomor catatan medis/nomor puskesmas
− Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah,
tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat
ibu) Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti
pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan
(tertulis sebagai “jam”) dan perhatikan kemungkinan ibu
datang dalam fase laten persalinan. Tidak kalah penting,
catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2. Kondisi bayi Kolom pertama adalah digunakan untuk
mengamati kondisi janin.Yang diamati dari kondisi bayi
adalah DJJ, air ketuban dan penyusupan (kepala janin)
a. DJJ Menilai dan mencatat denyut jantung janin (DJJ)
setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat
janin). Tiap kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ.
Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang
sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan
garis tidak terputus. Kisaran normal DJJ 110-160 x/menit.
b. Warna dan adanya air ketuban Menilai air ketuban
dilakukan bersamaan dengan periksa dalam. Warna air
ketuban hanya bisa dinilai jika selaput ketuban telah
pecah.
Lambang untuk menggambarkan ketuban atau airnya:
U : selaput ketuban utuh (belum pecah)
J : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban
bercampur mekonium
D : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban
bercampur darah
K : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban kering
(tidak mengalir lagi) Mekonium dalam air ketuban tidak
selalu berarti gawat janin. Merupakan indikasi gawat janin
jika juga disertai DJJ di luar rentang nilai normal.
c. Penyusupan (molase) tulang kepala
Penyusupan tulang kepala merupakan indikasi penting
seberapa jauh janin dapat menyesuaikan dengan tulang
panggul ibu. Semakin besar penyusupan semakin besar
kemungkinan disporposi kepal panggul. Lambang yang
digunakan: 0: tulang –tulang kepala janin terpisah, sutura
mudah dipalpasi
1: tulang-tulang kepa janin sudah saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi
masih bisa dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan
tidak dapat dipisahkan
3. Kemajuan persalinan Kolom kedua untuk mengawasi
kemajuan persalinan yang meliputi: pembukaan serviks,
penurunan bagian terbawah janin, garis waspada dan garis
bertindak dan waktu. Pembukaan serviks Angka pada
kolom kiri 0-10 menggambarkan
g. pembukaan serviks.
Menggunakan tanda X pada titik silang antara angka
yang sesuai dengan temuan pertama pembukaan serviks
pada fase aktif dengan garis waspada. Hubungan tanda X
dengan garis lurus tidak terputus.
h. Penurunan bagian terbawah Janin
Tulisan “turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari
0-5 pada sisi yang sama dengan angka pembukaan
serviks. Berikan tanda “·” pada waktu yang sesuai dan
hubungkan dengan garis lurus.
i. Jam dan Waktu
Waktu berada dibagian bawah kolom terdiri atas waktu
mulainya fase aktif persalinan dan waktu aktuall saat
pemeriksaan. Waktu mulainya fase aktif persalinan dan
waktu aktuall saat pemeriksaan. Waktu mulainya fase
aktif persalinan diberi angka 1-16, setiap kotak: 1 jam
yang digunakan untuk menentukan lamanya proses
persalinan telah berlangsung. Waktu aktual saat
pemeriksaan merupakan kotak kosong di bawahnya yang
harus diisi dengan waktu yang sebenarnya saat kita
melakukan pemeriksaan.
4. Kontraksi Uterus Terdapat lima kotak mendatar untuk
kontraksi. Pemeriksaan dilakukan setiap 30 menit, raba dan
catat jumlah dan durasi kontaksi dalam 10 menit. Misal jika
dalam 10 menit ada 3 kontraksi yang lamanya 20 setik
maka arsirlah angka tiga kebawah dengan warna arsiran
yang sesuai untuk menggambarkan kontraksi 20 detik
(arsiran paling muda warnanya).
5. Obat-obatan dan cairan yang diberikan Catat obat dan
cairan yang diberikan di kolom yang sesuai. Untuk
oksitosin dicantumkan jumlah tetesan dan unit yang
diberikan.
6. Kondisi Ibu Catat nadi ibu setiap 30 menit dan beri tanda titik
pada kolom yang sesuai. Ukur tekanan darah ibu tiap 10
menit dan beri tanda ↕ pada kolom yang sesuai. Temperatur
dinilai setiap dua jam dan catat di tempat yang sesuai.
7. Volume urine, protein dan aseton Lakukan tiap 2 jam jika
memungkinkan.
8. Data lain yang darus dilengkapi dari partograf adalah:
− Data atau informasi umum
− Kala I
− Kala II
− Kala III
− Kala IV
− bayi baru lahir
Diisi dengan tanda centang (√ ) dan diisi titik yang
disediakan.
Gambar 2.2 Partograf bagian depan
Gambar 2.3 Partograf bagian belakang
c. Mencegah asfiksia
d. Menemukan kelainan
D. Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam setelah lahirnya
plasenta sampai 6 mingu setelah melahirkan (Pusdiknakers, 2003; 3).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kirakira 6 minggu (Abdul Bari, 200; 122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (F.
Gaery Cunningham, Mac Donald, 1995: 281).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang
umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Aritonang & Simanjuntak,
2021; 1).
2. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
1) Perubahan Sistem Reproduksi pada masa nifas yaitu :
a. Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupkan suatu
proses di mana uterus kembali ke kondisi sebelum hami.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskemia miometrium-hal ini disebabkan oleh kontraksi
dan retraksi yang terus meneruus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus mennjadi
relatif anemi dan menyebbakan serat otot atrofi.
2) Atrofi jaringan-atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi
penghentian hormon estrogen saat pelepasan plasenta.
3) Autolisis-merupakan proses penghancuran diri sendiri
yangn terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga
panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan
progesteron.
4) Efek oksitosin-oksitosin menyebakan terjadinya kontraksi
dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplasi darah ke
uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau
tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti
sebelum hamil.
b. Lochia
Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas
dan mempunyai rekasi basa/alkalis yang membuat organisme
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normla. Lokia mempunyai bau yang ammis (anyir)
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-
beda pada setiap wanita.
Lochia terdiri dari :
1) Rubra (2-3 hari), merah kehitamamn yang terdiri dari sel
desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum
dan sisa darah.
2) Sanguilenta (3-7 hari), berwarna putih bercampur merah,
sisa darah bercampur lendir
3) Serosa (7-14 hari), kekuningan/kecoklatan, lebih sedikit
darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leikosit dan
robekan laserasi plasenta
4) Alba (>14 hari), berwarna putih mengandung leikosit,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
c. Vagina dan perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
penekanan sertaperegangan, serta beberapa hari persalinan
kedua organ ini kembali dalam keadaan kendur. Rugae timbul
kembalipada minggu ke iga. Himen tampak sebagai tonjolan
kecil dan dalalm proses pembentukan beruba menjadi
karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.
Ukurann vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan
saat sebelum persalinan pertama.
Perubabhan pada perineum pasca melahirkan terjadi
pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir
dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi
dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot
perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat
mengencangkan vagina hingga tingkat tertenttu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.
d. Perubahan sistem pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi
oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron
yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh,
meningkatkan kolesterol darah, dan melambatkan kontraksi
otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga
mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan
waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
2) Pengosongan Uterus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasu
jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan
waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur,
anatara lain:
1) Pemberian diet/makanan yang menagndung serat
2) Pemberian cairan yang cukup
3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan
4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
3) Peubahan musculoskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus.
Pembuluhpembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan mengehntikan perdarahan
setelah plasenta dilahirkan.
ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
pada waktu persalinanm secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan
menjadi retrofleksi karena ligamentum retundum menjadi kendur.
Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genitalia
menjadi kendur. Stabilitasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan.
1) Suhu
Suhu tubuh wanita inoartu tidak lebih dari 37,2 derajat
celcius. Sesudah partus dpat naik kurang lebih 0,5 derajat
celcius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8
derajat celcius. Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya
suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38
derajat celcius, mungkin terjadi infeksi pada klien (Siti Aleha,
2009).
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per
menit. Pasca melahirkan, dneyut nadi dapat menjadi bradikardi
maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per
menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan
postpartum.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh
anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia
adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan siastolik 60-80
mmHg. Pasca melahirkan pada kasus nromal, tekanan darah
biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi
lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada postpartum
merupakan tanda terjadinya preeklamsia postpartum. Namun
demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah
1624 kali per menit. Pada ibu postpartum umumnya
pernafasan lamabat atau normal. Al ini dikarenakan ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
sneyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas. Bila pernafasan pada masa postpartum mejadi
lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
3. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas di bagi dalam dalam 3 tahap, yaitu (Wahyuni, 2018):
1) peurperium dini (immediate peurperium) yaitu pemulihan dimana
ibu telah di perbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (dalam waktu 0-
24 jam postpartum).
2) Peurperium intermedial (early peurperium) yaitu suatu masa
dimana pemulihan dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh
selama kurang lebih 6-8 minggu.
3) Remote peurperium (later peurperium) yaitu waktu yang di
perlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang
sempurna secara bertahap terutama jika selama masa kehamilan
dan persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa
berminggu-minggu, bulan, bahkan tahun.
4. Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas sangat penting dan diperlukan karena dalam
periode ini. Disebut masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Diperkirakan insiden kematian ibu diindonesia sebesar 60% terjadi
pada postpartum atau masa nifas, dan sebesar 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Kemenkes RI, 2013). Sehingga
peran dan tanggung jawab bidan untuk mencegah kematian ibu pada
masa kritis ini adalah dengan memberikan asuhan kebidanan yang
aman efektif.
Peran dan tanggung jawab bidan secara komprehensif
dalam asuhan masa nifas sebagai berikut:
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan
fisik dan psikologis selama masa nifas.
b. Sebagai promotor yang memfasilitasi hubungan anatara ibu dan
bayi serta keluarga.
c. Mendorong ibu untuk menyusui serta meningkatkan rasa nyaman
ibu dan bayi.
d. Mendeteksi penyulit maupun komplikasi selama masa nifas dan
menyusui serta melaksanakan rujukan secara aman dan tepat
waktu sesuai dengan indikasi.
e. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya pada masa
nifas dan menyusui, pemenuhan nutrisi yang baik, serta
mempraktekkan personal higiene yang baik.
f. Melakukan manajemen asuhan dengan langkah-langkah;
pengkajian, melakukan interpretasi data serta menetapkan
diagnosa, antisipasi tindakan segera terhadap permasalahan
potensi, menyusun rencana asuhan serta melakukan
penatalaksanaan dan evaluasi untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi, serta untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
g. Memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui secara etis
profesional (Wahyuningsih, 2018: 5).
H. Kewenangan Bidan
Dalam menjalankan peran, fungsi dan tugasnya bidan didasarkaan
pada kewenangan dan kemampuan yang diberikan. Kewenangan bidan
diatur dalam peraturan permenkes. Peraturan permenkes yang menyangkut
tentang wewenang bidan sering terjadi perubahan yang disesuaikan
dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat dan kebijakan
pemerintah guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Peraturan
permenkes di mulai dari :
1. Wewenang bidan terbatas dalam pertolongan persalinan normal
secara mandiri di dampingi petugas lain, yang di atur dalam
peraturan permenkes No 5380/IX/1963.
2. Peraturan Permenkes No. 363/IX/1980, kemudian dirubah menjadi
Permenkes 623/1989 dalam peraturan tersebut wewenang bidan
dibagi menjadi dua yakni permenkes khusus. Hal tersebut ditetapkan
bila bidan melaksanakan tindakan khusus dibawah pengawasan
dokter. Hal ini berarti bahwa bidan dalam melaksanakan tugasnya
tidak tanggung jawab dan bertanggung gugat atas tindakan yang
dilakukannya.
Pelaksanaan dari Pemenkes ini, bidan dalam melaksanakan
prakteknya perorangan dibawah pengawasan dokter.
3. Registrasi dan praktik bidan diatur dalam peraturan permeenkes No
572/VI/1996. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi
kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan
kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dari kewenangan
tersebut meliputi:
a. Pelayanan kesehatan masyarakat
b. Pelayanan keluarga berencana
c. Pelayanan kebidanan yang terdiri dari Ibu dan Anak
Selama melaksanakan tugas dan fungsinya bidan dapat melakukan
konsultasi kolaborasi dan melakukan rujukan sesuai dengan kondisi
dan keadaan klien, serta kemampun dan kewenangannya. Lebih lanjut
diuraikan kewenangan bidan yang terkait dengan kesehatan ibu dan
anak, lebih spesifik seperti : vakum ekstraksi dengan kepala bayi di
dasar panggul, kuretase digital untuk sisa jaringan konsepsi, resusitasi
pada bayi baru lahir yang mengalami aspiksia maupun hipotermi dan
kondisi lainnya.