Anda di halaman 1dari 52

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan proses alamiah dan fisiologis. Seorang wanita

dengan organ reproduksi yang sehat akan mengalami serangkaian peristiwa

berkaitan dengan kehamilan, yaitu dimulai dari adanya ovum yang dilepas

dari ovarium hingga janin yang terus berkembang didalam rahim selama

kurun waktu 37- 40 minggu (Tri Restu Handayani & Tri Sartika, 2021).

Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan

yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis,

oleh karena itu, asuhan yang diberikan adalah asuhan yang meminimalkan

intervensi. Bidan memfasilitasi proses ilmiah dari kehamilan dan menghindari

tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya

(Dartiwen dkk, 2019).

Kehamilan adalah fertilitas atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengannidasi. Kehamilan normal berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester,

dimana trimester satu berlangsung dalam 1 minggu,trimester kedua 5 minggu

( minggu ke-1 hingga minggu ke-7 ), dan trimester ketiga 3 minggu ( minggu

ke-28 hingga ke-40 ) (Walyani, 2019).


2. Perubahan Fisik Pada Ibu Hamil

Adapun menurut Dartiwen dkk, 2019 perubahan fisiologis dan

anatomi selama kehamilan meliputi sebagai berikut :

1. Perubahan pada sistem reproduksi

a. Uterus

Pembesaran uterus akan terjadi pada bulan-bulan pertama karena

pengaruh dari estrogen dan progesteron yang meningkat. Pada kehamilan 8

minggu uterus mulai membesar. Minggu pertama istmus rahim bertambah

panjang dan hipertropi sehingga terasa lebih lunak (tanda hedgar) . pada

kehamilan 5 bulan rahim mulai teraba seperti berisi cairan ketuban, dinding

rahim tipis sehingga bagian-bagian anak dapat diraba melalui dinding perut,

terbentuk segmen atas rahim dan segmen bawah rahim.

b. Serviks Uteri

Vaskularisasi ke serviks meningkat selama kehamilan sehingga

serviks menjadi lunak dan berwarna biru. Perubahan serviks terutama terdiri

atas jaringan fibrosa. Glandula servikalis mensekresikan lebih banyak plak

mucus yang akan menutupi kanalis servikalis. Fungsi utama dari plak mucus ini

adalah untuk menutup kanalis servikalis dan untuk memperkecil risiko infeksi

genital yang meluas ke atas. Menjelang akhir kehamilan kadar hormon

relaksin memberikan pengaruh perlunakan kandungan kolagen pada serviks.


Dalam persiapan persalinan, estrogen dan hormon plasenta relaksin membuat

serviks lebih lunak. Sumbat mucus yang disebut operculum terbentuk dari

sekresi kelenjar serviks pada kehamilan minggu ke-8. Sumbat mucus tetap

berada dalam serviks sampai persalinan dimulai dan pada saat itu dilatasi

serviks menyebabkan sumbat tersebut terlepas. Mucus serviks merupakan salah

satu tanda awal persalinan.

c. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih didapat korpus luteum graviditas

hingga terbentuknya plasenta pada kehamilan 16 minggu. Ditemukan pada awal

ovulasi hormon relaxing-suatu immunoreaktif inhibin dalam sirkulas maternal

yang mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi

lebih baik hingga aterm.

d. Segmen Bawah Uterus

Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalisservikalis

setinggi ostium interna bersama-sama Isthmus uteri. Segmen bawah lebih tipis

dari pada segmen atas dan menjadi lunak serta berdilatasi selama minggu

terakhir kehamilan sehingga memungkinkan segmen tersebut menampung

janin. Serviks bagian bawah baru menipis dan menegang setelah persalinan

terjadi.

e. Vagina dan vulva

Vagina dan vulva mengalami perubahan akibat hormone esterogen.

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih


merah agak kebiruan-biruan (livide) disebut tanda chadwik. Warna kebiruan ini

disebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat kerja hormone progesterone.

f. Payudara

Payudara membesar dan tegang akibat hormone somatomammotropin.

Esterogen dan progesterone,akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Akan

terbentuk lemak sehingga payudara menjadi lebih besar dan areola mengalami

hiperpigmentasi pada saat kehamilan.

2. System endokrin

Korpus luteum dalam ovarium pada minggu pertama menghasilkan

estrogen dan progesteron.

Estrogen merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fetus,

pertumbuhan payudara, retensi air dan natrium, pelepasan hormon hipofise.

Sementara itu, progesteron memengaruhi tubuh ibu melalui relaksasi otot

polos, relaksasi jaringan ikat, kenaikan suhu, pengembangan duktus laktiferus

dan alveoli, perubahan sekretorik dalam payudara.

3. System kekebalan

Pada hakikatnya, kekebalan tubuh dapat memiliki secara aktif maupun

pasif. Keduanya dapat di peroleh secara alami maupun buatan kekebalan pasif

yang didapatkan secara alami adalah kekebalan yang didapatkan secara

transplasenta, yaitu antibody yang diberikan ibu kandung secara pasif melalui

plasenta kepada janin yang di kandungnya. Semua bayi yang dilahirkan


memiliki sedikit atau banyak antibody dari ibu kandungnya. Kekebalan pasif

buatan adalah pemberian antibody yang sudah disiapakan dan dimasukkan ke

dalam tubuh anak seperti pada bayi baru lahir dari ibu yang mempunyai

HbSAg.

4. System perkemihan

Akibat perubahan ini pada bulan-bulan pertama kehamilan, kandung

kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga timbul sering

kencing Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus

gravidus keluar dari rongga panggul.

Pada akhir kehamilan, bila kepala janin turun ke PAP, keluhan sering

kencing akan timbul kembali karena kandung kemih mulai tertekan. Di

samping sering kencing terdapat pula poliuria. Poliuria disebabkan oleh adanya

peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan sehingga filtrasi di

glomerulus juga meningkat sampai Reabsorbsi di tubulus tidak berubah,

sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan urea, glukosa, asam amino, asam folik

dalam kehamilan.

5. System Pencernaan

Pada bulan bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nause)

sebagai akibat hormon estrogen yang meningkat dan peningkatan kadar HCG

dalam darah, tonus otot traktus digestivus menurun dan motilitas usus juga

berkurang yang merupakan akibat dari jumlah progesteron yang besar dan

menurunnya kadar montalin, suatu peptida hormon yang diketahui mempunyai


efek perangsangan otot-otot polos. Dijumpai pada bulan-bulan pertama

kehamilan gejala muntah (emesis), yang biasanya terjadi pada pagi hari dikenal

dengan morning sickness.

Nausea (mual) atau vomitus (muntah) yang terjadi pada awal bulan

kehamilan sering dijumpai dan biasanya ringan. Penyebab yang pasti belum

diketahui tetapi kemungkinan besar keadaan ini merupakan reaksi terhadap

peningkatan kadar hormon. Jika berlangsung melebihi 14 minggu atau bila

terjadi hiperemesis, maka morning sickness ini dianggap sebagai keadaan

abnormal dan memerlukan tindakan aktif.

Hemoroid cukup sering pada kehamilan, kelainan ini sebagian besar

disebabkan oleh konstipasi dan naiknya tekanan vena di bawah uteri Refleks

asam lambung (heartburn) disebabkan oleh regurgitasi isi lambung esophagus

bagian bawah. Progesteron menyebabkan relaksasi sfingter kardiak pada

lambung dan mengurangi motilitas lambung sehat memperlambat pengosongan

lambung. Heartburn biasanya hanya terjadi pada satu atau dua bulan terakhir

kehamilan.

6. System musculoskeletal

Lordosis progresif merupakan gambaran karakteristik pada kehamilan

normal. Untuk mengkompensasi posisi anterior uterus yang membesar.

Lordosis menggeser pusat gravitasi ke belakang pada tungkai bawah Mobilitas

sendi sacroiliaka, sacrocoksigealdan sendi pubis bertambah besar dan karena


ini menyebabkan tidak nyaman pada dinding bagian bawah, khususnya pada

akhir kehamilan.

Berat uterus dan isinya menyebabkan perubahan pada titik pusat gaya

tarik bumi dan garis bentuk tubuh lengkung tulang belakang akan berubah

bentuk untuk mengimbang pembesaran abdomen dan menjelang akhir

kehamilan banyak wanita yang memperhatikan postur tubuh yang khas

(lordosis). Demikian juga jaringan ikat pada persendian panggul akan melunak

dalam mempersiapkan persalinan.

7. System kardiovaskuler

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi

ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang

membesar pula, dan alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam

kehamilan Volume plasma puteramulya mengatur pada saat usia kehamilan 10

min. Peribahastata volume maternal berkisar antara 0%- 100% selain itu pada

minulloutput akan meningkat dan perubahan terjadi pertandre Pada akhir

trimester I terjadi palpitasi karena pembesaran ukuran terta bertambahnya

cardiac output.

Pada usia kehamilan 16 mgg, menjadi model. Setelah 4 minggu

tekanan darah sedikit demi sedikit naik kembali sebelum aterm. Perubahan

auskultasi mengiring perubahan ukuran dan posisi jantung. Peningkatan volume

darah dan curah jantung menimbulkan perubahan hasil auskultasi yang umum

terjadi selama masa hamil.


Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat bertaranta 5000-

12000 dan mencapai puncaknya pada sat awalan dan masa nifas berkisar

14000-15000. Penyebab peningkatan ini belum diketahui.

Distribusi tipe sel juga akan mengalami perubahan Pada trimester ke-

3, terjadi peningkatan jumlah granulosit dan limfosit dan secara bersamaan

limfosit dan monosit.

8. System integument

Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis

menyebabkan timbulnya beberapa perubahan dalam sistem integumen selama

masa kehamilan perubahan yang umum terjadi adalah peningkatan ketebalan

kulit dan lemak sub dermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku,

percepatan aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan

sirkulasi dan aktivitas. Jaringan elastis kulit mudah pecah, menyebabkan striae

gravidarum

Akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone, kadar

MSH pun meningkat, terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi

karena pengaruh MSH dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini

terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla

mammae, linea nigra, pipi (chloasma gravidarum), setelah persalinan

hiperpigmentasi ini akan menghilang.


Pada multipara selain striae, kemerahan itu sering kali ditemukan

garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.

Pada kebanyakan perempuan kulit di garis pertengahan perut akan berubah

menjadi hitam kecokelatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang

muncul dalam ukuran yang variasi, pada wajah dan leher yang disebut dengan

chloasma atau melasma gravidarum. Selain itu, di aerola dan daerah genetalia

juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan, pigmentasi yang berlebihan

biasanya akan hilang setelah persalinan.

9. Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami

perubahan yang mendasar, di mana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk

pertumbuhan janin dan persiapan memberi ASI.

Pada wanita hamil basal metabolicrate (BMR) meningkat hinga 15% -

20% yang umumnya terjadi pada triwulan terakhir. BMR kembali setelah hari

ke 5 atau ke-6 postpartum. Peningkatan BMR mencerminkan kebutuhan

oksigen pada janin, plasenta, uterus serta meningkatkan konsumsi oksigen

akibat peningkatan kerja jantung ibu Pada kehamilan tahap awal banyak wanita

mengeluh merasa lemah dan letih setelah melakukan aktivitas ringan Dengan

terjadinya kehamilan, metabolisme mengalami perubahan yang mendasar,

tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberi ASI.

10. Berat badan dan Indeks Masa Tubuh

Berat badan wanita hamil akan mengalami kenaikan sekitar 6,5-16,5


kg. Kenaikan berat badan terlalu banyak ditemukan pada kasus preeklampsi dan

eklampsi. Kenaikan berat badan ini disebabkan oleh janin, uri, air ketuban,

uterus, payudara, kenaikan volume darah, protein dan retrensi urine.

Indeks Massa Tubuh (Body Massa Index, BMI) mengidentifikasi

jumlah jaringan adiposa berdasarkan hubungan tinggi badan terhadap berat

badan dan digunakan untuk menentukan berat badan wanita.

Tabel 2.1
Indeks Massa Tubuh
BMI STATUS
<18,5 Berat Badan Kurang
18,5 – 4,9 Normal untuk sebagian besar ibu hamil
5 – 9,5 Berat badan berlebih
30 – 34,9 Obesitas I
35 – 39,9 Obesitas II
>40 Obesitas Berat
Sumber : Dartiwen (2019)
11. Darah dan Pembekuan Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan

interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-

unsur keseluruhan kira-kira unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara

keseluruhan kira kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan 45% sisanya

terdiri dari sel darah. Susunan darah terdiri dari air 91%, protein 8% dan

mineral 0,9%.

12. Sistem Pernapasan

Karena adanya penurunan tekanan CO sorang wanita hamil sering

mengeluhkan sesak napas sehingga meningkatkan usaha bernapas. Pada 3


minggu keatas karena usus-usus tertekan uterus yang membesar kearah

diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak mengakibatkan wanita

hamil kesulitan bernapas.

3. Perubahan psikologis pada kehamilan

Menurut Dartiwen & Yati (2019), perubahan psikologis pada ibu hamil

sebagai berikut:

a. Trimester Pertama

Trimester pertama sering dianggap sebagai masa penyesuaian.

Penyesuaian yang dilakukan ibu adalah penyesuaian terhadap kenyataan bahwa

ia sedang hamil. Pada umumnya pada trimester pertama merupakan waktunya

penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka

terhadap pasangan. Banyak wanita merasakan kebutuhan dicintai dan kasih

saying tanpa seks. Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan,

nausea, depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran

dan masalah-masalah lain yang merupakan hal yang normal padsa trimester

pertama.

b. Trimester Kedua

Trimester kedua dikenal dengan masa kesehatan yang baik, yakni

ketika wanita sudah merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan

masa hamil. Trimester kedua dibagi menjadi dua fase yaitu pra quickning

(sebelum adanya gerakan janin yang dirasakan ibu) dan pasca quickning

(setelah adanya gerakan janin yang dirasakan ibu). Quickening menunjukan


suatu yang nyata bahwa ada kehidupan yang terpisah,sehingga menjadi

dorongan bagi ibu untuk melaksanakan tugas psikologisnya sebagai seorang

ibu.

c. Trimester Ketiga

Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian. Pada priode

ini wanita mulai menyadari bayinya sebagai periode ini wanita mulai

menyadari bayinya sebagai makhluk yang terpisah, ia menjadi tidak sabar

menanti kelahiran bayinya. Adapun perasaan cemas mengingat bayi bisa lahir

kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga selagi menunggu tanda gejala

persalinan normal.

2.1.2 Standar Asuhan ANC ( Antenatal Care )

Menurut Kemenkes RI ( dalam Tri Restu Handayani & Tri

Sartika,2021), Pelayanan anatenatal sesuai standar 10 T yaitu:

1. Pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan

Pengukuran tinggi badan cukup sekali saja. Bila tinggi badan <145 cm,

maka menjadi faktor resiko panggul sempit,kemungkinan sulit untuk

melahirkan secara normal. Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali ibu

periksa,sejak bulan ke-4 penambahan berat badan paling sedikit kg tiap

bulannya.
2. Pengukuran tekanan darah ( Tensi)

Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah tinggi atau

sama dengan 140/90 mmHg,adanya faktor resiko hipertensi dalam kehamilan .

3. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)

Bila <23,5 cm dan kenaikan berat badan kurang selama hamil tidak sesuai

dengan standar menunjukan ibu menderita kurang energy kronis (KEK) dan

beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

4. Pengukuran tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi Rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin

apakah sesuai dengan usia kehamilan.

5. Penentuan letak janin (presentasi janin) dan Penghitungan denyut jantung janin

Apabila trimester III usia kehamilan sekitar 36 minggu bagian terbawah

janin bukan kepala atau kepala belum masuk panggul, kemungkinan adanya

kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin <10×/menit atau

>160×/menit menunjukan adanya tanda gawat janin, segera dirujuk.

6. Penentuan status imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

Penentuan status imunisasi Tetanus Toxoid (TT) untuk selanjutnya bila

diperlukan untuk mendapatkan suntikan tetanus toxoid sesuai anjuran pertugas

kesehatan untuk mencegah tetanus pada ibu dan bayi.


Tabel 2.2
Pemberian imunisasi TT
Pemberian Selang Waktu Minimal Durasi
Perlindungan
TT1 Saat kunjungan pertama, -
sedini mungkin pada kehamilan

4 minggu setelah TT1 3 tahun


TT2 (pada kehamilan)

6 bulan setelah TT
TT3 (pada waktu kehamilan 5 tahun
Jika selang waktu
minimal terpenuhi)
1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT4

1 tahun setelah TT4 5 tahun/


TT5 seumur hidup
Sumber : Tri Sartika (2021)
7. Pemberian tablet tambah darah

Ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan.

8. Tes laboratorium

a. Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor darah bagi ibu hamil bila

diperlukan.
b. Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah

(Anemia).

c. Tes urine (air kencing).

d. Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai indikasi seperti malaria, HIV, Sifilis

dan lain-lain.

9. Konseling atau penjelasan

Tenaga kesehatan memberi penjelasan tentang perawatan kehamilan,

pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi menyusi dini (IMD), nifas,

perawatan bayi baru lahir, ASI Ekslusif, Keluarga Berencana dan imunisasi

pada bayi. Penjelasan tersebut diberikan secara bertahap pada saat kunjungan

ibu hamil.

10. Tata laksana

Mendapatkan pengobatan, jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada

saat hamil.

2.1.3 Standar Kunjungan ANC (Antenatal Care)

Menuru Kemenkes RI (2020), program kebijakan kunjungan ANC

minimal 6 kali selama kehamilan dan minimal 2 kali pada trimester 1 dan 3.

Tabel 2.3
Standar Kunjungan ANC
No Frekuensi Waktu Alaan Perlu Kunjungan
1 2 kali pada Kehamilan a. menjalin hubungan dan saling
trimester hingga 12 percaya.
pertama minggu b. Deteksi masalah dan menangani
pencegahan tetanus : TT,anemia
dan kesiapan menghadapi kelainan.
c. Motivsi hidup sehat
(Gizi,Latihan,Olahraga dan hygiene).
2 1x pada Kehamilan Sama dengan trimester I,ditambah
trimester kedua diatas 12- kewaspadaan kasus terhadap
24 minggu Hipertensi kehamilan (deteksi gejala
pre-eklampsia,pantau
tekanan darah,evaluasi
odema,proteinuria).
3 3x pada Kehamilan a. Sama dengan Trimester
trimester ketiga diatas 24- sebelumnya ditambah deteksi
40 minggu kehamilan ganda
b. Sama dengan Trimester
sebelumnya, ditambah kelainan letak
ataau kondisi yang memerlukan
persalinan di rumah sakit.
Sumber: Kemenkes RI (2020)

2.2 Asuhan Kebidanan Persalinan

2.2.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan prsentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplokasi baik pada

ibu maupun pada janin (Saifuddin,2019).

2.2.2 Tanda-Tanda Persalinan

Terjadi lightening menjelang minggu ke 36, pada primigravida terjadi

penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul

yang disebabkan oleh kontraksi Braxton Hicks, ketegangan dinding perut,

ketegangan ligamentum rotundum, gaya berat janin dimana kepala kearah

bawah. Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil sebagai
terasa ringan di bagian atas, rasa sesaknya berkurang, di bagian bawah terasa

sesak, terjadi kesulitan saat berjalan dan sering berkemih ( Manuaba,dkk,

2019).

Menurut Manuaba Dkk (2019) Adapun tanda-tanda persalinan yaitu

sebagai berikut

a. Terjadinya His pada persalinan.

b. Pengeluaran lendir dan darah (Bloody Show).

c. Pengeluaran cairan berupa terjadinya pecah ketuban.

2.2.3 Pemantauan Persalinan (Lembar observasi dan partograf)

Gambar 2.1
Partograf

Sumber : Mutmainah (2017)

Menurut Mutmainah (2017), Partograf adalah alat bantu untuk

memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat

keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan

serviks melalui pemeriksaan dalam.


b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian

juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.

c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,

d. grafik kemajuan proses persalinan, bahan yang diberikan, pemeriksaan

laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan, atau tindakan yang

diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam

medik ibu bersalindan bayi baru lahir.

Hal-hal yang perlu dicatat dalam partograf sebagai berikut :

e. Informasi tentang ibu

f. Kondisi janin

1. Kisaran normal DJJ tertera diantara garis tebal angka 180 dan 100. Bidan

harus waspada jika DJJ mengarah dibawah 10 permenit (bradicard) atau

diatas 160 permenit (tachikardi).

2. Warna dan adanya air ketuban

U: ketuban utuh belum pecah

J: ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M: ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur meconium

D: ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah

K: ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)

3. Molase (penyusupan tulang kepala janin)


Setiap melakukan pemeriksaan dalam,nilai penyusupan antar trulang

(molase) kepala janin. Catat temuan di dalam kotak yang sesuai si bawah

lajur air ketuban. Gunakan lambing-lambang berikut :

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih tapi masih dapat dipisahkan

3: tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

4. Kemajuan persalinan

a) Pembukaan serviks

b) Penurunan bagian terbawah janin

Pengecekan pada bagian ini berilah “O” untuk menunjukan bagian

terbawah janin padagaris waktu yang sesuai, contoh jika kepala bisa palpasi

4/5 tuliskan tanda “O” di nomor 4 kemudian hubungkan tanda “O” dari

setiap pemeriksaan dengan garis yang tidak terputus.

c) Garis waspada dan harus bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir

pada dimana pembungkaan lengkap, diharapkan terjadi jika laju

pembukaan cm/jam.Jika pembukaan serviks mengarah sebelah kanan

waspada, pembukaan kurang dari 1 cm/jam), maka harus dipertimbangkan

adanya penyulit, garis bertindak tertera sejajar dan disebelah kanan

(berjarak 4 jam) ada garis waspada, jika pembukaan serviks telah

melampaui atau berada disebelah kanan garis bertindak maka tindakan


untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba ditempat

rujukan sebelum garis bertindak.

d) Jam dan waktu

1) Waktu mulainya fase aktif persalinan

2) Waktu actual saat pemeriksaan atau penilaian

5. Kontraksi uterus

Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit setiap 30 menit, raba dan catat

jumlah kontraksi dalam 10 menit

6. Lamanya kontraksi (dalam detik)

7. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

a) Oksitosin diberikan jika tetesan drip sudah dimulai, dokumentasikan

setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan bervolume cairan

dan dalam satuan tetes per menit.

b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan. Lakukan pencatatan

terhadap semua obat yang digunakan dalam kotak yang sesuai dengan

kolom waktunya.

8. Kondisi ibu

a) Nadi, tekanan darah, dan suhu

1. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit. Beri tanda titik 0 pada

kolom yang sesuai


2. Tekanan darah dicatat setiap 4 jam atau lebih sering jika diduga ada

penyulit, maka berilah tanda panah pada partograf pada kolom

waktu yang sesuai

3. Suhu tubuh diukur dan dicatat setiap jam atau lebih sering, jika

terjadi peningkatan mendadak atau diduga ada infeksi, catatlah suhu

tubuh pada kotak yang sesuai

4. Volume urine, protein, atau aseton

b) Lakukan pengukuran dan pencatatan jumlah produksi urine setiap jam

(setiap ibu berkemih). Apabila memungkinkan, lakukan pemeriksaan

aseton dan protein dalam urine.

2.2.4 Tahapan persalinan (kala I,II,III dan IV)

Pada proses persalinan menurut Walyani 2021, dibagi 4 kala yaitu :

1. KALA I : kala pemantauan

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan

lengkap (10 cm). dalam kala pembukaan dibagai menjadi fase:

1. Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

pembukaan serviks secara bertahap :

a. Pembukaan kurang dari 4 cm.

b. Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam

2. Fase aktif
a. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi

adekuat/3 kali atau lebih 10 menit dalam berlangsung selama 40 detik

atau lebih

b. Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm/ lebih

per jam hingga pembukaan lengkap (10cm)

c. Terjadi bagian penurunan terbawah janin

d. Berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 fase

yaitu: Berdasarkan Kurva friedman:

a) Periode akselerasi, berlangsung selama jam pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilaktasi,maksimal berlangsung selama jam pembukaan

berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

c) Periode diselarasi, berlangsung lambat dalam waktu jam pembukaan

9cm menjadi 10 cm/lengkap.

2. KALA II: kala pengeluaran janin

Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan

mendorong janin hingga keluar.

1. His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira -3 menit sekali.

2. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris

menimlbulkan rasa ingin mengejan.

3. Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB.

4. Anus membuka
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan,vulva membuka dan

perineum menegang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala akan

lahiran diikuti seluruh badan janin. Lama pada kala II ini pada primi dan

multipara berbeda. Primipara kala I berlangsung 1,5 jam sampai jam dan

multipara kala II berlangsung 0,5 jam sampai 1 jam.

3. KALA III : pengeluaran plasenta

Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran plasenta, setelah bayi

lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus

uteri setinggi pusat,berisi plasenta yang menjadi tebal kali sebelumnya.

Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan

plasenta, dalam waktu 1-5 menit plasenta terlepas terdorong kedalam

vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan, seluruh proses

biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir dan pada pengeluaran

plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-00 cc.

Tanda kala III perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta adalah:

a. Kustner

Meletakan tangan dengan tekanan pada diatas simfisis, tali pusat

diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali pusat diam

dan maju berarti plasenta sudah lepas.


b. Strassman

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri

mengetuk-ngetuk fundus uteri. Bila terasa ada getaran pada tali pusat yan

diregangkan ini, berarti plasenta telah lepas dari dinding uterus.

c. Klien

Wanita tersebut disuruh mengejan dan tali pusat tampak turun

kebawah. bila pengerjannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali

kedalam vagina, berarti plasenta belum terlepas dari dinding uterus.

d. Crede

Dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar plasenta

terlepas dari dinding uterus hanya dapat dipergunakan bila terpaksa,

misalnya perdaarahan. Perasat ini dapat mengakibatkan perdarahan

postpartum. Pada ibu yang gemuk, perasat crode tidak dapat dikerjakan.

a. Rahim menonjol diatas simfisis

b. Tali pusat bertambah panjang

c. Rahim bundar dan keras

d. Keluar darah secara tiba-tiba

4. KALA IV (tahap pengawasan)

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya

perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih 2 jam. Dalam

tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak,
yang berasal dari pembuluh darah yang ada didinding Rahim tempat

terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan mengeluarkan

cairan sedikit darah yang disebut lokia yang berasal dari sisa- siasa

jaraingan. Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses

kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya

kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahum. Oleh kerena itu perlu

dilakukan tindakan secepatnya.

2.3 Nifas

2.3.1 Pengertian Masa Nifas

Pada nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali semula seperti sebelum

hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Yuliana & Hakim,

2020).

Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai

pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa

nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (walyani, 2019)

2.3.2 Perubahan Fisik Pada Masa Nifas

Menurut Walyani, (2019) perubahan yang terjadi pada masa nifas yaitu :

1. Sistem Kardiovaskuler

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera

setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang

mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan


haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal dan pembuluh

darah kembali ke ukuran semula.

2. Sistem reproduksi

a. Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti keadaan sebelum hamil Saleha (2018). Secara

rinci proses involusi uterus dapat dlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.4
Tinggi fundus uteri pada masa nifas
Involusi TFU Berat
Uterus
Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 gram
Uri lahir jari diatas pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat- 500 gram
Sympisis
minggu Tidak teraba diatas 350 gram
Sympisis
6 minggu Tidak teraba 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : Siti Saleha, (2018)
b. Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

Macam-macam lochea:

1) Lochea rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel

desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama hari

postpartum.
2) Lochea sanguilenta: berwarna merah kecoklatan dan lendir, hari ke 3-7

post partum.

3) Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak berubah darah lagi, pada

hari 7-14 postpartum.

4) Lochea alba: cairan putih, selama minggu postpartum.

5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.

6) Lochea statis: lochea yang tersisa

c. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama sama uterus. Setelah persalinan,

ostium eksterna dapat dimasuki hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu

persalinan serviks menutup.

d. Vulva dan vagina

Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali ke keadaan sebelum hamil

dan rugae dalam vagina secara berangsur angsur akan muncul kembali

sementara labia menjadi lebih menonjol.

e. Perineum

Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena

sebelumnya terenggang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada

post natal hari ke-5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar

tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.


f. Payudara

Setelah kelahiran plasenta kosentrasi estrogen dan progesteron

menurun, prolaktif dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Air susu saat

diproduksi disimpan di alveoli dan pelepasan oksitosin dan kelenjar hipofise

posterior distimulasi oleh hisapan bayi. ASI yang didapat di hasilkan oleh

kelenjar susu yang dipengaruhi oleh kerja hormon-hormon diantaranya hormon

laktogen. ASI yang pertama muncul pada masa awal nifas adalah ASI

berwarna kekuningan yang biasanya dikenal dengan colustrum, yang sudah

terbentuk pada usia kehamilan 1 minggu.

Perubahan pada payudara:

a. Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon

prolaktif setelah persalinan.

b. Kolostrum sudah ada disaat persalinan produksi ASI menjadi pada hari ke-

atau ke-3 setelah persalinan.

c. Payudara menjadi keras dan besar sebagai tanda mulainya proses laktasi.

d. Sistem perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 4 jam pertama, urine dalam jumlah besar

akan dihasilkan dalam waktu 1-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta

dilahirkan kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan

mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.

Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.


e. Sistem Muskuloskeletal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini

sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses

involusi.

2.3.3 Perubahan Psikologis Masa Nifas

Menurut Dale (2019), adapun tahap psikologis pada masa nifas antara lain

sebagai berikut :

1) Fase Taking In

Fase ini merupakan fase ketergantungan ibu yang berlangsung selama 1-2

hari. Pasca melahirkan. Dalam fase taking in tersebut, ibu berfokus pada

dirinya sendiri sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.

2) Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu mulai

berusaha mandiri dan berinisiatif. Pada fase ini pula perasaan ibu menjadi

sangat sensitif, sehingga mudah tersinggung. Ibu mulai berpikir apakah

dirinya sanggup merawat bayinya. Periode taking hold biasanya disebut

sebagai masa perpindahan, dari keadaaan tergantung menjadi lebih mandiri.

3) Fase letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya

sebagai seorang ibu. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan

dan ketergantungannya pada orang lain. Secara bertahap pada fase ini ibu

mulai mengambil alih terhadap tugas dan tanggung jawab perawatan bayi.
2.3.4 Standar Kunjungan Nifas

Menurut Susanto (2018) kebijakan program nasional kunjungan masa

nifas paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk

menilai status ibu dan bayi baru lahir untuk mecegah, mendeteksi serta

menanganai masalah-masalah yang terjadi.

Tabel 2.5
Standar kunjungan masa nifas
kunjungan Waktu Tujuan
Pertama 6-8 jam setelah a. Mencegah perdarahan masa nifas karena
persalinan atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, merujuk bila perdarahan
berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi
Kedua 6 hari setelah a. Memastikan involusi uterus berjalan normal:
persalinan uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal,
tidak ada bau-bau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi
atau perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, minuman, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan
memperhatikan tanda-tanda penyakit
e. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan merawat
bayi sehari-hari
Ketiga 4 minggu a. Memastikan involusi uterus beerjalan
setelah normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah
persalinan umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,
tidak ada bau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi
atau perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, minuman dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan
memperhatikan tanda-tanda penyakit
e. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi tetap hangat,
dan merawat bayi sehari-hari
Keempat 6 minggu setelah a. Menanyakan kepada ibu tentang penyakit

persalinan penyakit yang dialami

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini

2.4 Asuhan Bayi Baru Lahir dan Neonatus

2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir dan Neonatus

Bayi yang baru lahir normal adalah pada usia kehamilan 37-40 minggu

dan berat badan 2500- 4000 gram. Masa bayi baru lahir (neonatal) adalah saat

kelahiran sampai umur 1 bulan, sedangkan masa bayi adalah saat bayi umur 1

bulan sampai 12 bulan (Prawirohardjo, 2019).

2.4.2 Perubahan Fisiologis Pada Masa neonatus

Menurut Armini 2017 perubahan fisiologis pada masa nenonatus adalah:

1. Sistem pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam 30 menit

pertama sesudah lahir. Respirasi pada nenonatus biasanya pernapasan

diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur.


2. Peredaran darah

Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah sel darah yang

melalui tranfusi plsenta pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian

naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/400 mmHg.

3. Suhu tubuh

Mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke

lingkungnnya:

a. Konduksi (panas dihantarkan dari tubuh bayi kebenda sekitarnya yang

kontak langsung dengan tubuh bayi)

b. Konveksi (panas hilang dari tubuh ke udara sekitarnya yang sedang

bergerak).

c. Radiasi (panas dipancarkan dari Bayi Baru Lahir (BBL), keluar tubuhnya

ke lingkungan yang lebih dingin).

d. Evaporsi (panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada

kecepatan dan kelembapan udara).

4. Metabolisme

Luas permukaan tubuh nenoatus, relatif lebih luas dari tubuh orang

dewasa, sehingga metabolisme basal perKgBB akan lebih besar, sehingga BBL

harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, artinya energi diperoleh dari

metabolisme karbohidrat dan lemak.


5. Keseimbangan air dan fungsi ginjal

Tubuh BBL mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih

besar dari kalium karena ruangan ekstraluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna

karena:

a. Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.

b. Ketidaksimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal.

c. Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.

6. Imunoglobin

Pada nenonatus tidak tedapat sel plasma pada sum-sum tulang belakang

dan lamina propia ilium dan apendiks. Pada Bayi Baru Lahir (BBL) hanya

terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui plasenta

karena berat molekulnya kecil.

7. Traktus digdivirus (Lambung)

Traktus digdivirus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan

dengan orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivirus mengandung zat yang

berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarinda dan disebut

mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dari 4 hari

biasanya tinja sudah berwarna normal.

8. Hati

Segerah setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis,

yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel

hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu lama.


9. Keseimbangan asam

PH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis aneorobik. Dalam 4

jam nenonatus telah mengompensasi asisosis ini.

2.4.3 Kebutuhan dasar neonatus

Menurut Armini (2018), kebutuhan dasar neonatus adalah sebagai berikut :

a) Asah

Asah merupakan stimulasi mental yang akan menjadi cikal bakal proses

pendidikan dimana bertujuan untuk mengembangkan mental, kecerdasan,

keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, moral, produktivitas, dan

lain-lain. Stimulasi pada masa neonatus dilakukan dengan cara

mengusahakan rasa nyaman, aman, dan menyenangkan, memeluk,

menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara,

membunyikan berbagai suara atau music bergantian, menggantung dan

menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak

hitam-putih), benda-benda berbunyi, serta dirangsang untuk meraih dan

memegang mainan.

b) Asih

Ikatan Kasih Sayang

Cara untuk melakukan bounding attachment pada neonatus :

a. Pemberian ASI eksklusif

Dengan dilakukannya pemberian ASI Eksklusif ssegera setelah lahir,


secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya

yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan, rasa yang

dibutuhkan olehsemua manusia.

b. Rawat gabung

Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar

antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding)

akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya.

c. Kontak mata (eye to eye contact)

Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan

dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor ynag penting

dalam hubungan manusia pada umumnya.

d. Suara (voice)

Suara tangisan membuat orang tua yakin dan tenang bahwa bayinya

dalam keadaan sehat dan baik-baik saja (hidup). Tangis tersebut

membuat orang tua melakukan tindakan menghibur.

e. Aroma (bau badan)

Indra pemciuman pada bayi baru lahirsudah berkembang dengan baik

dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan

hidup. Indra penciuman bayiakan sangat kuat, jika seorang ibu dapat

memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu.

f. Gaya bahasa (entrainment)

Perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia


menggunakan bahasa dalam berkomunikasi.

g. Inisiasi Dini

Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan di atas ibu, ia

akan merangkak mencari putting susu ibunya.

c) Asuh

Kebutuhan asuh (fisik-biologis) meliputi sandang, pangan, papan seperti

nutrisi, imunisasi, kebersihan tubuh dan lingkungan, pakaian,

pelayanan/pemeriksaan, kesehatan dan pengobatan, olahraga, bermain dan

beristirahat.

2.4.4 Jadwal Kunjungan Neonatus

Menurut Kemenkes RI (2020), terdapat minimal tiga kali kunjungan ulang

bayi baru lahir adalah sebagai berikut :

a. Kunjungan neonatus 1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam

setelah lahir.

b. Kunjungan neonatus 2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu 3-7 hari

setelah lahir.

c. Kunjungan neonatus 3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu 8-28 hari

setelah lahir.
2.5 Keluarga Berencana

2.5.1 Pengertian KB

Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu

atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek-objek tertentu,

menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang

memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran, mengontrol waktu

saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah

anak dalam keluarga (Pinem, 2019).

2.5.2 Tujuan KB

1. Tujuan Umum

Meningkatkan Kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan

Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya

masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus

menjamin terkendalinya pertambahan penduduk (Purwoastuti, 2018).

2. Tujuan Khusus

Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda

kehamilan dan menjarangkan kehamilan (Pusdiknakes, 2018).

2.5.5 Manfaat KB

Menurut Sulistyawati (2018), program keluarga berencana memberikan

manfaat, yaitu :

1. Manfaat keluarga berencana terhadap pengendalian penduduk (bangsa dan

negara).
2. Program keluarga berencana merupakan salah satu usaha penanggulangan

kependudukan yang merupakan bagian yang terpadu dalam program

pembangunan nasional yang bertujuan untuk turut serta mensejahterakan

ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat

dicapai keseimbangan yang baik dalam kemampuan produksi nasional.

3. Manfaat keluarga berencana bagi kepentingan nasional.

1). Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta

keluarga dan bangsa pada umumnya.

2). Meningkatkan taraf hidup rakyat dengan cara menurunkan angka

kelahiran sehingga pertambahan penduduk sebanding dengan

peningkatan produksi.

2.5.6 Langkah konseling KB SATU TUJU

Menurut Jitowiyono, dkk (2020), tahapan kegiatan konseling dalam pelayanan

KB dapat dikelompokkan dalam tahapan berikut :

1. KIE Motivasi

2. KIE Bimbingan

3. KIE Rujukan

4. KIP/K

5. Pelayanan Kontrasepsi

6. Tindak Lanjut (Pengayoman)


Langkah-langkah konseling KB SATU TUJU adalah kata kunci atau

pedoman yang dilakukan saat melakukan konseling terhadap klien yang akan

melakukan program KB. SATU TUJU memuat enam langkah dan tidak harus

dilakukan secara berurutan karena tenaga kesehatan harus memutuskan

langkah mana yang perlu dilakukan terlebih dahulu. Langkah- langkah yang

diambil ditentukan dari keadaan dan kebutuhan klien. Tidak menutup

kemungkinan satu klien memiliki tindakan dan langkah yang berbeda dari

klien yang lain. Kata kunci atau pedoman SATU TUJU adalah sebagai berikut

(Jitowiyono dkk, 2020).

SA : Sapa dan Salam

Salam dan sapa klien secara terbuka dan sopan. Tenaga kesehatan harus memberikan

perhatian sepenuhnya kepada mereka dan menjelaskan ditempatyang nyaman dengan

privasi yang terjamin, klien diyakinkan untuk membangun rasa percaya diri. Tenaga

kesehatan juga perlu bertanya kepada klien apa yang perlu dibantu dan menjelaskan

pelayanan apa yang dapat diperolehnya.

T : Tanya

Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Klien diarahkan untuk berbicara

tentang pengalamanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan,

kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tenaga

kesehatan juga perlu bertanya kepada klien jenis kontrasepsiapa yang diinginkan.

Menciptakan situasi tertentu agar klien yakin bahwa tenaga kesehatan sudah

memahami perkataan klien. Situasi ini bisa didukung dengan perkataan dan gerak
isyarat. Tenaga kesehatan juga harus memahami posisi klien sehingga bisa

memahami pengetahuan, kebutuhan, dan keinginan klien.

U : Uraikan

Uraikan kepada klien tentang pilihannya dan jelaskan juga tentang pilihan reproduksi

yang paling mungkin, termasuk pilihan jenis-jenis kontrasepsi. Bantu klien memilih

jenis konrasepsi yang paling diinginkan, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi

lain yang ada. Jelaskan juga tentang risiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode

ganda.

TU : Bantu

Bantu klien memutuskan apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.

Arahkan klien untuk menunjukkan keinginannya sehingga bisa mengajukan

pertanyaan. Tanggapilah pertanyaan tersebut secara terbuka. Tenaga kesehatan atau

petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien tentang

setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangan dari klien tersebut akan

mendukung pilihannya. Jika memungkinkan, lakukan diskusi tentang pilihan tersebut

pada pasangannya. Setelah itu, yakinkan klien bahwa ia telah membuat suatu

keputusan yang tepat.

J : Jelaskan

Jelaskan secara lengkap langkah atau proses menggunakan kontrasepsi pilihannya.

Langkah ini dilakukan setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, dan akan lebih

baik lagi jika klien diperlihatkan obat atau alat kontrasepsinya. Jelaskan cara atau
prosedur penggunaan alat atau obat kontrasepsi tersebut. Agar klien lebih jelas lagi,

tenaga kesehatan perlu memancing klien untuk bertanya dan petugas juga harus

menjawab secara jelas dan terbuka. Berikan pemahaman manfaat ganda metode

kontrasepsi, contohnya alat kontrasepsi jenis kondom yang tidak hanya mencegah

kehamilan tetapi juga dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Pastikan

pengetahuan klien mengenai penggunaan kontrasepi pilihannya dan berikan pujian

kepada klien jika klien dapat menjawab dengan benar.

U : Kunjungan Ulang

Kunjungan ulang sangat perlu untuk dilakukan. Bicarakan dan buatlah perjanjian

kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan ataupermintaan kontrasepsi

jika dibutuhkan. Petugas juga perlu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi

suatu masalah.

2.5.7 KB Suntik 3 Bulan


a. Pengertian

KB suntik 3 bulan atau suntik Depo Medroxyprogesteron Acetate

(DMPA) berisi depot medroksiprogisterone asetat yang diberikan dalam

suntikan tunggal 150 mg/dl secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu.

Kontrasepsi ini berisi hormone progesterone,tidak ada kandungan

hormone esterogen.Dosis yang diberikan 150 mg/ml depot medrisiprogesteron

asetat yang disuntikan secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu

(jitowiyono, 2020).
b. Mekanisme kerja Depo Medroxyprogesteron Acetate (DMPA)

Menurut Hartanto dalam Jitowiyono (2020) ada dua mekanisme kerja

kontrasepsi DMPA, yaitu :

1. Mekanisme Primer

a) Mencegah ovulasi kadar fortikel stimulating hormone (FSH).

b) Menurunkan lutenzing hormone (LH) sehingga tidak terjadi lonjakan

LH.

c) Endometrium menjadi dangkal dari atrofis dengan kelenjar-kelenjar

yang tidak aktif.

d) Endometrium bisa menjadi semakin sedikit jika digunakan dalam wajtu

yang lama,tetapi perubahan tersebut akan kembali normal dalam waktu

90 hari setelah DMPA berakhir.

2. Mekanisme Sekunder

a) Mengentalkan lender serviks dan jumlahnya juga berkurang sehingga

mencegahadanya spermatozoa.

b) Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk imlantasi dari ovum

yang telah dibuahi.

c) Kecepatan transportasi ovum di dalam tuba falopi berubah.

c. Efektifitas

Menurut BKKBN,kontrasepsi suntik yang mengandung DMPA memiliki

efektifitas tinggi,yaitu 0,3% kehamilan dari 100 perempuan dalam satu tahun
pemakaian. Walaupun tingkat efektifitasnya tinggi, tetap masih ada peluang

terjadinya kegagalanyang biasanya disebabkan oleh teknik penyuntikan yang

salah, injeksi harus intragluteal atau akseptor tidak melakukan kunjungan

ulang sesuai dengan tanggal.

d. Indikasi

Menurut BKKBN, indikasi pada pengguna suntik Depo Medroxyprogesteron

Acetate (DMPA) adalah:

1) Wanita usia produktif.

2) Wanita yang sudah memiliki anak.

3) Pasangan yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang dan memiliki

efektifitas tinggi.

4) Wanita yang sedang menyusui.

5) Setelah melahirkan tetapi tidak menyusui

6) Setelah melahirkan dan keguguran.

7) Memiliki anak banyak tetapi belum menginginkan tubektomi.

8) Masalah gangguan pembekuan darah.

9) Sedang melakukan pengobatan epilepsy dan TBC.

e. Kontraindikasi

Menurut BKKBN, kontraindikasi pada pengguna suntik Depo

Medroxyprogesteron Acetate (DMPA) adalah :

1) Hamil ( dibuktikan dengan pemeriksaan medis ) atau dicurigai hamil.


2) Perdarahan pada pervaginam dan penyebabnya belum jelas.

3) Wanita yang tidak dapat menrima efek samping berupa gangguan

menstruasi.

4) Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.

5) Penderita diabetes mellitus yang disertai komplikasi.

f. Kelebihan

Menurut BKKBN, ada banyak kelebihan dari penggunaan Depo

Medroxyprogesteron Acetate (DMPA),yaitu :

1) Sangat efektif dalam mencegah kehamilan.

2) Tidak mempengaruhi produksi ASI.

3) Dapat diandalkan sebagai alat kontrasepsi jangka panjang.

4) Tidak mempengaruhi aktivitas hubungan seksual.

5) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

6) Menurunkan terjadinya penyakit jinak payudara.

7) Mencegah beberapa penyakit radang panggul.

8) Tidak mengandung estrogen (tidak berdampak serius terhadap penyakit

jantung dan gangguan pembekuan darah.

9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik

(kehamilan diluar kandungan).

g. Kekurangan
Menurut BKKBN, ada beberapa kekurangan dari penggunaan kontrasepsi

suntik DMPA,yaitu :

1. Pada beberapa akseptor dapat terjadi gangguan haid.

2. Sering muncul perubahan berat badan.

3. Ada kemungkinan pemulihan kesuburan yang lambat setelah penghematan

pemakaian.

4. Klien sangat bergantung pada tempat sara pelayanan kesehatan karena

tidak bias menyuntikan kontrasepsinya sendiri.

h. Waktu Penggunaan

Menurut Jitowiyono (2020), waktu yang tepat untuk memulai menggunakan

kontrasepsi Depo Medroxyprogesteron Acetate (DMPA) adalah :

1) Setiap saat selama siklus haid, asal tidak hamil.

2) Penyuntikan dilakukan pada 7 hari pertama siklus haid.

3) Pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan tidak teratur, injeksi

dapat diberikan setiap saat, asalkan perempuan tersebut tidak hamil,

setelah 7 hari setelah penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan

seksual.

4) Ibu melahirkan dapat melakukan suntik setelah 42 hari.

5) Ibu yang mengalami keguguran dapat melakukan suntik kembali segera

atau dalam waktu tujuh hari.


6) Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal lain secara benar dan

tidak hamil kemudian ingin mengganti dengan kontrasepsi DMPA,

suntikan pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai

haid berikutnya.

7) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingi n mengganti

dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat segera

diberikan,asal ibu tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu

haid berikutnya.

i. Cara Penggunaan

Menurut Jitowiyono (2020), berikut cara penggunaan kontrasepsi Depo

Medroxyprogesteron Acetate (DMPA).

1) Diberikan setiap 12 minggu sekali dengan cara menyuntikan pada

intramuscular didaerah pantat.

2) Kulit yang akan disuntik dahulu dibersihkan dengan kapas yang dibasahi

dengan isopropyl alcohol 60-90%. Penyuntikan dikerjakan setelah kulit

kering.

3) Kontrasepsi tidak perlu dibandingkan. Kocok tanpa menimbulkan

gelembung-gelembung udara. Jika terdapat endapan putih pada dasar

ampul, hilangkan dengan menghangatkan ampul tersebut.

\
2.6 Manajemen Kebidanan

2.6.1 Tujuh Langkah Varney

Menurut Nurwiandani (2018):±100 Tujuh Langka Varney terdiri dari

pengumpulandata dasar, interprestasi data, mengindentifikasi diagnosa atau

masalah potensial, mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penangan segera, merencanakan dan penatalaksanaan dan

evakuasi.

1. Langkah 1 : Pengumpulan data dasar

Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber

yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini dilakukan

pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk

mengevaluasi dengan klien secara langsung dan lengkap, yaitu :

1. Identitas pasien

2. Riwayat kesehatan

3. Pemeriksaan fisik sesuai kebutuha

4. Meninjau data laboratorium

2. Langkah 2 : Interpretasi data

Identifikasi yang benar terhadap diagnosis/masalah dan kebutuhan

klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah

dikumpulkan, data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasi sehingga

ditemukan msalah/diagnosa yang spesifik. Diagnosa kebidanan adalah

diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik


kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata cara) diagnosis

kebidanan. Standar nomorklatur diagnosa kebidanan tersebut yakni :

1. Diagnosis yang telah di sahkan oleh profesi

2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan.

3. Memiliki ciri khas kebidanan.

4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.

5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

3 . Langkah 3: Mengindentifikasi diagnosa/masalah potensial

Mengindentisikasi masalah atau diagnose potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi,

langkah ini membutuhkan antisipasi bila dilakukan pencegahan bidan

dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial benar benar terjadi.

4. Langkah 4 : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang

Memerlukan Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter

untuk dikonsultasikan/ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan

lain sesuai dengan kondisi klien. Data baru dikumpulkan dengan

dievaluasikan kemungkinan bisa terjadi kegawat daruratan dimana bidan

harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak.

5. Langkah 5 : Merencanakan asuhan menyeluruh


Melakukan perencanaan menyeluruh yang merupakan kelanjutan

dari manajemen terhadap diagnosis/masalah yang telah diidentifikasi/

antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi pasien/masalah yang berkaitan

tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut

apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien atau

masalah lain.

6. Langkah 6 : Melakukan perencanaan

Rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efisien dan

aman. Pada saat bidan berkolaborasi dengan dokter untuk mengawasi

klien yang mengalami komplikasi, maka tanggung jawab terhadap

pelaksanaannya rencana asuhan yang menyeluruh tersebut,manajemen

yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya untuk meningkatkan mutu

dari asuhan klien.

7. Langkah 7 : Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan sebagaimana

yang telah terindentifikasi dalam masalah dan diagnosis.

2.6.2 Metode Pendokumentasikan SOAP

Menurut Subiyati (2017):110 SOAP merupakan catatan yang bersifat

sederhana, jelas, logis dan tertulis. Bidan hendaknya menggunakan

dokumentasi SOAP setiap kali bertemu pasien alasan catatan SOAP dipakai
dalam pendokumentasian adalah karena metode SOAP merupakan kemajuan

informasi yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan dalam rencana

asuhan, metode SOAP dapat dipakai sebagai penyaring inti sari proses

penatalaksanaan kebidanan dalam tujuannya penyediaan dan

pendokumentasian asuhan, dan dengan SOAP dapat membantu bidan dalam

mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh.

a. Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang diperoleh dari sudut pandang pasien atau

segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien Pada pasien bisu maka

Di Dibagian data belakang “S” diberi kode “0” atau “X”.

b. Data Objektif

Data objektif merupakan data yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan/observasi bidan atau tenaga kesehatan lain yang termasuk

dalam data objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien pemeriksaan

laboratorium,atau pemeriksaan diagnostik lainnya

c. Analisis (Assesment)

Assesment merupakan pendokumentasian dan hasil analisa data subjektif

dan data objektif. Analisa yang cepat dan akurat sangat diperlukan guna

pengambilan keputusan/tindakan yang tepat.

d. Perencanaan (Planing)
Perencanaan berarti membuat rencana asuhan untuk saat ini dan untuk

yang akan datang. Rencana asuhan ini disusun berdasarkan hasil analisis

dan interpestasi data. Tujuannya untuk mengupayakan tercapainya

kondisi pasien yang seoptimal mungkin.

Anda mungkin juga menyukai