Anda di halaman 1dari 33

A.

Konsep Dasar Kehamilan


1. Fisiologis Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan janin yang terjadi di
dalam uterus sejak terjadinya konsepsi sampai permulaan persalinan. Kehamilan
normal biasanya berlangsung 280 hari. Saat seorang wanita hamil terjadi beberapa
perubahan dalam dirinya sebagai bentuk penyesuaian tubuh terhadap proses
kehamilannya (Jeepi, 2019).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilsisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsunng dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.
kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester satu berlangsung dalam
12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester keriga 13 minggu, minggu ke-28 hingga ke 40 (Walyani, 2015).
Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang
tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnnya di dalam rahim). Kehamilan
pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode
menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu proses
reproduksi yang perlu perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik,
karena kehamilan me-ngandung kehidupan ibu maupun janin. Risiko kehamilan
ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba
dapat menjadi berisiko tinggi (Walyani, 2015).
b. Perubahan Fisiologis
1) Uterus
Uterus merupakan organ yang dirancang sedemikian rupa sesuai
kepentingan proses fisiologis pembentukan manusia. Pembesaran uterus pada
trimester pertama merupakan respon dari stimulus hormon estrogen dan
progesteron yang tinggi sebagai akibat dari peningkatan vaskularisasi dan
dilatasi pembuluh darah, hiperplasi dan hipertrofi selsel otot (miofibril), serta
perkembangan desidua. Jumlah miofibril paling banyak terdapat pada korpus
dan semakin sedikit pada istmus, sehingga memungkinkan kontraksi yang
lebih kuat dari korpus ke arah istmus pada saat persalinan. Setelah bulan
ketiga pembesaran uterus lebih disebabkan oleh tekanan mekanis akibat
pertumbuhan janin.
Selama minggu-minggu awal kehamilan peningkatan aliran darah uterus
dan limfe mengakibatkan edema dan kongesti panggul. Akibatnya uterus,
serviks, dan istmus melunak secara progresif dan servik menjadi agak kebiru.
an (tanda Chadwick). Pada minggu ke-7 dan ke-8 terjadj belunakan uterus
yang meliputi istmus melunak dan dapat ditekan (tanda Hegar), servik
melunak (tanda Goodell), dan fundus pada servik mudah fleksi (tanda
McDonald). Ini merupakan tanda kemungkinan hamil. Uterus yang se. makin
membesar menyebabkan uterus keluar dari rongga panggul sehingga dapat di
palpasi pada minggu ke-12. Pelunakan istmus menyebabkan antefleksi uterus
sehingga menekan kandung kemih pada 3 bulan pertama kehamilan Sehingga
wanita hamil mengalami sering berkemih.
Pada bulan ke-4 kontraksi uterus dapat dirasakan melalui dinding abdomen,
kontraksi ini disebut kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini memfasilitasi
aliran darah uterus sehingga meningkatkan pengangkutan oksigen ke uterus.
Setelah minggu ke-28 kontraksi menjadi semakin jelas, terutama pada wanita
yang kurus, kontraksi ini akan menghilang jika wanita tersebut melakukan
latihan fisik atau berjalan.
Terjadinya kontraksi ini diakibatkan adanya hormon oksitosin yang
dihasilkan kelenjar pituitary. Pada pertengahan kehamilan uterus kurang
sensitif terhadap oksitosin, okSitosin akan bekerja efektif pada kehamilan tua
sehingg2 menyebabkan terjadinya rangsangan persalinan.
2) Vagina
Meningkatnya kadar estrogen pada masa kehamilan menyebabkan
peningkatan jumlah glikogen pada lapisan epitel vagina sehingga sekresi
vagina menjadi lebih kental berwarna putih sebagai akibat tanggalnya sel-sel
epitel karena hiperplasi, mukosa akan memenuhi endoserviks membentuk
sumbatan yang bekerja sebagai barier terhadap bakteri selama masa hamil dan
asam akibat meningkatnya PH vagina dari 4 menjadi 6,5 yang dapat
mengendalikan pertumbuhan bakteri patogen.
Terjadinya proliferasi sel dan hiperemia dari lapisan vagina menyebabkan
dinding vagina menjadi lebih tebal dan lentur dalam rangka mempersiapkan
persalinan. Struktur eksterna vulva membesar selama masa kehamilan akibat
peningkatan vaskulatur, hipertrofi badan perineum, dan deposisi lemak. Pada
nulipara kedua labia saling mendekat dan menutupi introitus vagina. Pada
wanita yang pernah melahirkan, kedua labia memisah dan menganga.
3) Payudara
Perubahan payudara merupakan tanda kemungkinan kehamilan, Rasa
penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara mulai
timbul sejak minggu keenam gestasi. Puting susu dan areola menjadi lebih
berpigmen, terbentuk warna merah muda pada ereola dan puting susu menjadi
lebih erektil. Hipertrofi kelenjar sebasea (lemak) yang muncul di areola
disebut tuberkel Montgomery dapat terlihat disekitar puting susu. Pembuluh
darah dapat terlihat sebagai jaringan berwarna biru di bawah kulit payudara
sebagai akibat pelebaran pembuluh darah karena peningkatan suplai darah ke
payudara, Kongesti vena lebih terlihat pada primigravida. Strie dapat terlihat
dibagian luar payudara.
Pada trimester ke-2 dan ke-3 payudara mengalami pembe. Saran secara
progresif karena adanya pertumbuhan kelenjar mammae. Kadar hormon luteal
dan plasenta meningkatkan proliferasi duktus laktiferus dan jaringan lobulus-
alveolar sehingga teraba adanya penyebaran nodul kasar. Walaupun
perkembangan kelenjar mammae secara fungsional lengkap terjadi pada
pertengahan kehamilan, tetapi laktasi terhambat sampai kadar estrogen
menurun setelah janin dan plasenta lahir. Sekresi prakolostrum berupa cair,
jernih dan kental dapat dikeluarkan pada akhir minggu keenam. Sekresi ini
mengental saat kehamilan mendekati aterm dan kemudian disebut kolostrum.
4) Kardiovaskular
Perubahan besar terjadi pada sistem kardiovaskular yang dianggap
patologis pada saat tidak hamil, tetapi pada kehamilan dianggap fisiologis.
Pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung antara 354-50X, dari rata-
rata 5L/menit menjadi 7L/menit pada minggu ke-20, sesudah itu perubahan
yang terjadi tidak begitu drastis. Puncak peningkatan curah jantung terjadi
pada minggu ke-28-32 kemudian menurun sampai pada kondisi sebelum hamil
pada usia kehamilan cukup bulan. Peningkatan frekuensi jantung dimulai pada
minggu ke-7 dan pada trimester ketiga, frekuensi jantung tersebut meningkat
hingga 10X204. Frekuensi jantung wanita hamil biasanya 10-15 denyut lebih
cepat dari wanita yang tidak hamil, meningkat sekitar 75-90 denyut permenit.
Pada masa kehamilan curah jantung akan mengalami peningkatan, tetapi
tekanan darah arteri menurun hingga 109, penurunan secara drastis tekanan
diastolik dan sedikit perubahan pada tekanan sistolik. Dengan menurunnya
yahanan vaskuler perifer, tekanan darah sistolik menurun yata-rata 5-10
mmHg di bawah batas dasar dan tekanan diastolik menurun 10-15 mmHg
pada usia kehamilan 24 minggu. Penurunan tekanan ini kemungkinan
disebabkan oleh vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal selama masa
hamil. Kemudian tekanan darah meningkat secara bertahap kembali ke tingkat
tekanan sebelum hamil pada kehamilan cukup bulan.
Aliran darah pada ekstrimitas bawah melambat pada akhir kehamilan yang
menyebabkan menigkatnya distensibilitas dan tekanan vena tungkai, vulva,
rektum, dan pelvis, sehingga menyebabkan edema dependen, varises pada
vena tugkai dan vulva, dan hemoroid. Sirkulasi uteroplasenter mendapatkan
proporsi curah jantung paling besar, dengan peningkatan aliran darah 24 pada
trimester pertama hingga 174 pada kehamilan cukup bulan. Peningkatan aliran
darah maternal ke dasar plasenta kira-kira 500 ml/ menit pada kehamilan
cukup bulan. Perubahan ini terjadi pada usia kehamilan diatas 12 minggu
ketika terjadi peningkatan aliran darah secara tiba-tiba ke ruang intervilus dan
berakhir pada usia 20 minggu.
Volume darah ibu hamil mengalami peningkatan sebesar 304-504 pada
kehamilan tunggal, dengan rata-rata pe, hingkatan tersebut 334. Komponen
utama darah adalah plasma dan sel darah merah. Volume plasma yang berkait:
an dengan peningktan volume darah mengalami pening: katan sebesar 50X
selama masa hamil. Peningkatan plasma ini terjadi mulai trimester pertama
dan meningkat dengan cepat mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34
minggu. Sel darah merah menigkat selama masa hamil sebagai respon
meningkatnya kebutuhan oksigen maternal dan jaringan plasenta. Peningkatan
sel darah merah tampak konstan selama kehamilan dan mencapai puncaknya
kira-kira pada minggu ke-20. Meskipun terjadi peningkatan sel darah merah
namun karena peningkatan plasma lebih tinggi menyebabkan terjadinya
hemodilusi yang mengakibatkan jumlah sel darah merah, konsentrasi
hematokrit, dan hemoglobin menurun.
Kadar hemoglobin yang rendah dulu disalah artikan sebagai anemia
patologis sehingga ibu hamil diberiak zat besi sebagai profilaksis. Namun,
banyak ibu hamil yang dapat meneruskan kehamilannya tanpa komplikasi
dengan kadar Hb di bawah 11 g/dl. Sebagian besar dokter obstetrik di luar
negeri beranggapan zat besi tidak perlu diberikan kecuali bila kadar Hb
mencapai kurang dari 10 g/dl atau terdapat reduksi progesif volume rata-rata
sel darah merah. Anemia pada ibu hamil dapat menjadi tanda adanya
penyesuaian fisiologis yang sangat baik terhadap kehamilan, sedangkan kadar
Hb yang tinggi dapat menjadi salah satu tanda patologis.
Kebutuhan zat besi meningkat dari 2 mg menjadi 4 mg per hari. Diet yang
sehat mengandung 10-14 mg zat besi per hari. Kebutuhan zat besi selama
kehamilan rata-rata sekitar 1000 mg. Kira-kira 500 mg diperlukan untuk
meningkatkan massa sel darah merah, 300 mg ditransportasikan ke janin
terutama 12 minggu terakhir, dan 200 mmg dibutuhkan untuk mengganti
kehilangan yang tidak disadari. Peningkatan kebutuhan zat besi mencapai
puncaknya pada trimester ketiga. Dengan demikian, tujuar suplementasi zat
besi adalah mempertahankan cadangan yat besi untuk mencegah terjadinya
anemia sejati bukan untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
5) Sistem Pernapasan
Akibat pembesaran uterus, diafragma terdorong ke atas sepanyak 4 cm, dan
tulang iga juga bergeser ke atas. Bentuk dada berubah karena tiap-tiap
diameter anteroposterior dan transversal bertambah sekitar 2 cm,
mengakibatkan penambahan lingkar dada hingga 5-7 cm. Iga bagian bawah
melebar dan tidak selalu kembali ke posisi asalnya secara sempurna setelah
kehamilan. Sebanyak 704 ibu hamil yang sebelumnya tidak memiliki riwayat
penyakit pernapasan dapat mengalami beberapa dispnea. Gejala biasanya
muncul pada trimester pertama atau kedua, oleh karena pembesaran uterus
bukan penyebab keadaan itu.
Sesak napas kemungkinan dipengaruhi oleh peningkatan sensitivitas pusat
pernapasan terhadap karbon dioksida akibat efek peningkatan estrogen dan
progesteron. Hiperventilasi dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak
nyaman dan dapat menyebabkan dispnea dan pusing. Ini bukan merupakan
kondisi patologis namun perlu diwaspadai karena hal ini dapat juga sebagai
tanda awal terjadinya penyakit jantung atau paru.
6) Sistem Perkemihan
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus
yang mulai membesar sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang
dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga
panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu
atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing
mulai tertekan kembali. Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar
karena pengaruh progesteron. Akan tetapi ureter kanan lebih mem: besar
daripada ureter kiri karena mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan
dengan ureter kiri.
Hal ini disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar ke arah kanan.
Mungkin karena orang bergerak lebih sering memakai tangan kanannya atau
disebabkan oleh letak kolon dan sigmoid yang berada di belakang kiri uterus.
Akibat tekanan pada ureter kanan tersebut lebih sering dijumpai hidroureter
dekstra dan pielitis dekstra. Disamping sering kencing tersebut di atas terdapat
pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di
ginjal pada kehamilan sehingga filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69
X. Reabsorbsi di tubulus tidak berubah sehingga lebih banyak dapat
dikeluarkan urea, asam folik dalam kehamilan. (Hanifa Wiknjosastro, 2002 :
97)
Selama masa kehamilan ginjal mengalami penambahan berat dan panjang
sebesar 1 cm. Setelah kehamilan berusia 4 bulan, dasar kandung kemih akan
terangkat dan terdapat penebalan pada batas intrauterik akibat pembesaran
uterus, hiperemia semua organ pelvik dan hiperplasia otot dan jaringan ikat.
Seringnya berkemih dan nokturia yang berkaitan dengan kehamilan
kemungkinan terjadi akibat kombinasi betbagai faktor: perubahan polatidur,
efek tekanan uterus yang membesar terhadap kandung kemih dan penurunan
kapaSitas kandung kemih akibat peningkatan tekanan. Terdapat peningkatan
minimal ekskresi protein total sampai 500 mg alam periode 24 jam masih
dianggap fisiologis.
7) Sistem Pencernaan
Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea).
Mungkin ini akibat kadar hormon estroyen yang meningkat. Tonus otot-otot
traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga
perkurang. Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah
dicernakan lebih lama berada dalam usus-usuS. Hal ini mungkin baik untuk
resorpsi akan tetapi menimbulkan pola obstipasi yang memang merupakan
salah satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang dijumpai pada bulan-
bulan pertama kehamilan gejala muntah (emesis). Biasanya terjadi pada pagi
hari, dikenal sebagai morning sickness. Emesis, bila terlampau sering dan
terlalu banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum, keadaan ini
patologik. Salivasi ini adalah pengeluaran air liur berlebihan daripada biasa.
Bila terlampau banyak, inipun menjadi patologik. (Hanifa Wiknjosastro,
2002 : 97) .
Perubahan diet selama kehamilan, banyak terjadi seperti keengganan
terhadap kopi, alkohol, dan makanan yang digoreng, begitu pula keinginan
terhadap makanan yang bedas dan asin, hal ini kemungkinan disebabkan oleh
benumpulan indra pengecap selama kehamilan. Pika atau mengidam
merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keinginan yang
aneh, pika mungkin lebih banyak berhubungan dengan tradisi sosial daripada
selera makan yang kompulsif.
Meskipun banyak wanita yang mengalami mual di awal kehamilan, ada
juga yang mengalami peningkatan nafsu makan dengan asupan makanan
harian meningkat hingga 200 kkal. Hipotalamus yang mengendalikan lemak
tubuh total, dipicu kembali oleh progesteron sehingga kadar cadangan lemak
tubuh yang baru dapat dicapai dengan makan lebih banyak dan mengurangi
energi yang digunakan. Hal ini memfasilitasi ibu pada trimester tiga dengan
3,5 kg cadangan lemak yang terakumulasi, yang merupakan bank energi untuk
trimester terakhir saat penyimpanan lemak secara praktis berhenti, tetapi tetap
dibutuhkan untuk pertumbuhan janin.
8) Kulit
Pada masa kehamilan lanjut seorang primigravida sering timbul garis-garis
memanjang atau serong pada perut, dan garis-garis ini disebut strie
gravidarum, kadang garis-garis itu muncul pada buah dada dan paha. Pada
primigravida garis-garis ini warnanya membiru dan disebut strie lividae.
Pada multigravida disamping strie yang biru terdapat juga garis-garis putih
agak mengkilat meruapakan jaringan parut (cicatrix) dari strie gravidarum
pada kehamilan yang lalu, sedang strie yang putih ini disebut strie albican.
Dahulu diduga bahwa strie ini disebabkan karena kulit perut yang meregang
karena kehamilan, tetapi sekarang para ahli berpendapat bahwa strie ini timbul
sebagai akibat dari hyperfungsi dari glandula suprarenalis.
Selain strie gravidarum, pada kulit juga terdapat hiperpigmentasi antara
lain terdapat pada areola mammae, papilla mammae, dan linea alba. Linea alba
yang tampak hitam disebut linea nigra. Hyperpigmentasi kadang-kadang
terdapat pada kulit muka (pipi) disebut chloasma gravi. darum. Pada umumnya
setelah partus selesai, gejala hy. perpigmentasi ini menghilang. Pigmentasi ini
disebabkan pleh pengaruh Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang
meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh
lobus anterior hipofisis.
9) Sistem Endokrin
Beberapa kelenjar endokrin terjadi perubahan seperti :
a) Kelenjar tiroid : dapat membesar sedikit.
b) Kelenjar hipofise : dapat membesar terutama lobus anterior.
c) Kelenjar adrenal : tidak begitu terpengaruh.
10) Metabolisme
Umumnya kehamilan mempunyai efek pada metabolisme, karena itu
wanita hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dan dalam kondisi sehat.
a) Tingkat metabolic basal(basal metabolic rate,BMR) pada wanita hamil
meninggi hingga 15-204, terutama pada trimester akhir.
b) Keseimbangan asam-alkali (acic base balance) sedikit mengalami
perubahan konsentrasi alkali:
(1) Wanita tidak hamil : 155 mEg/liter
(2) Wanita hamil : 145 mEgjliter
(3) Natrium serum : turun dari 142 menjadi 135 mEg/liter 4) Bikarbonat
plasma : turun dari 25 menjadi 22 mEgG/liter
c) Dibutuhkan protein yang banyak untuk perkembangan fetus,alat
kandungan, payudara, dan badan ibu, serta untuk persiapan laktasi.
d) Hidrat arang: seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan kuat,
sering kencing, dan kadang kala di. jumpai glukosuria yang mengingatkan
kita pada diabe. tes melitus. Dalam keadaaan hamil, pengaruh kelen. jar
endokrin agak terasa, seperti sormatomamotropin, plasma insulin dan
hormon-hormon adrenal 17-keto. steroid. Untuk rekomendasi, harus
diperhatikan sung. guh-sungguh hasil GTT oral dan GTT intravena.
e) Metabolisme lemak juga terjadi. Kadar kolesterol me. ningkat sampai 350
mg atau lebih per 100 cc. Hormon somatomamotropin mempunyai peranan
dalam pembentukan lemak pada payudara. Deposit lemak lainya terdapat
di badan, perut, paha dan lengan.
f) Metabolisme mineral
(1) Kalsium dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari sedangkan untuk
pembentukan tulang terutama dalam trimester terakhir dibutuhkan 30
40 gram.
(2) Fosfor : dibutuhkan rata-rata 2 g/hari.
(3) Zat besi : dibutuhkan tambahan zat besi kurang lebih 800 mg, atau 30-
50 mg sehari.
(4) Air : Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.
g) Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5-16,9 kg. Kenaikan berat
badan yang terlalu banyak ditemukan pada keracunan hamil pre-eklamasi
dan eklamsi) kenaikan berat badan wanita hamil disebabkan oleh :
(1) Janin, uri, air ketuban, uterus.
(2) Payudara, kenaikan volume darah, lemak, protein, dan retensi air.
h) Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori yang
dibutuhkan untuk ini terutama diperoleh dari pembakaran zat arang,
khususnya sesudah kehamilan 5 bulan keatas. Namun bila dibutuhkan,
dipakai lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori.
i) Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus mengandung
banyak protein. Di Indonesia masih banyak dijumpai penderita defisiensi
zat besi dan vitamin B, oleh karena itu wanita hamil harus diberikan Fe
dan roboransia yang berisi mineral dan vitamin. (Rustam Muchtar, 1998 :
39-40)
11) Sistem Muskuloskeletal
Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesterone dan elastin dalam
kehamilan menyebabkan kelemahan jaringan ikat dan ketidakseimbangan
persendian. Akibat dari perubahan fisik selama kehamilan adalah :
a) Peregangan otot-otot.
b) Pelunakan ligamen-ligament.

Area yang paling dipengaruhi oleh perubahan-perubahan tersebut adalah :


a) Tulang belakang (curva lumbar yang berlebihan).
b) Otot-otot abdomal (meregang ke atas uterus hamil).
c) Otot dasar panggul (menahan berat badan dan tekanan uterus).
Bagi ibu hamil, bagian ini merupakan titik-titik kelemahan Struktural dan
bagian bermasalah yang potensial dikarenakan beban dan menekan kehamilan.
Oleh karena it masalah postur merupakan hal biasa dalam kehamilan :
a) Bertambahnya beban dan perubahan struktur dalan kehamilan merubah
dimensi tubuh dan pusat gravitasi
b) Ibu hamil mempunyai kecenderungan besar member. tur benda-benda (dan
memar biru) dan kehilangan ke. seimbangan (lalu jatuh).
(PusDikNaKes, 2003 :100)
c. Perubahan Psikologis
1) Trimester I
Pada trimester ini ibu hamil akan mengalami ambivalent yakni perasaan
yang berubah-ubah, kadang ibu mersa senang dengan kehamilannya, kadang
merasa sedih dan kecewa dengan kehamilannya. Perasaan sedih dan kecewa
ini dipicu oleh kenaikan hormon progesteron dan estrogen yang menyebabkan
terjadi mual dan muntah di pagi hari, lemah, lelah dan pembesaran payudara.
Pada trimester ini ibu hamil akan merasa kurang sehat dan membenci
kehamilannya.
Pada trimester I ibu akan selalu mencari tanda-tanda kehamilan untuk
memastikan bahwa dirinya benar hamil. Ibu akan sangat memperhatikan
perubahan yang terjadi pada dirinya. Hasrat untuk melakukan hubungan
seksual biasanya akan menurun karena ibu masih merasakan mual dan
muntah, namun beberapa ibu hamil akan mengalami peningkatan hasrat
seksualnya. Pada situasi ini diperluka" komunikasi yang terbuka dengan
pasangan. Hasrat seksual sangat dipengaruhi oleh rasa mual, lelah,
pembesaran payudara, kekhawatiran dan keprihatinan. Semua ini merupakan
tahapan normal pada trimester | kehamilan. perasaan ibu hamil akan kembali
stabil setelah ibu telah menerima kehamilannya.
2) Trimester II
Pada periode ini ibu akan merasa lebih sehat. Tubuh ibu sudah terbiasa
dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil
sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu besar sehingga ibu belum
merasakannya sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai
dapat menggunakan energi dan pikirannya lebih konstruktif. Pada trimester ini
ibu mulai merasakan gerakan bayinya, sehingga ibu akan menyadari bahwa
ada individu lain di dalam dirinya dan akan lebih memperhatikan kesehatan
bayinya. Banyak ibu yang merasa terbebas dari rasa cemas, rasa tidak nyaman
seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasa ada peningkatan
hasrat seksual. Ibu merasa lebih stabil, mampu mengatur dirinya dengan lebih
baik, kondisi ibu lebih menyenangkan, ibu sudah terbiasa dengan perubahan
fisiknya, janin belum terlalu besar dehingga belum menimbulkan
ketidaknyamanan.
Beberapa ibu hamil akan mengalami mudah lupa, beberapa teori
menyebutkan bahwa hal ini disebabkan oleh tubuh ibu yang bekerja
berlebihan untuk perkembangan bayinya Sehingga menimbulkan blok pikiran.
3) Trimester III
Trimester ketiga sering disebut sebagai periode menunggu dan waspada
karena pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan
ibu akan bayinya. Terkadang ibu merasa khawatir bila bayinya akan lahir
sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaan timbulnya
tanda dan gejala terjadinya persalinan. Ibu sering merasa khawatir atau takut
jika bayi yang dilahirkannya tidak normal. Mayoritas ibu juga akan bersikap
melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau apa saja yang
dianggapnya membahayakan bagi bayinya. Seorang ibu mungkin mulai
merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu
melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada
trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek.
Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan
kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah
ibu sangat memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan
bidan. Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan
menjadi orang tua.
2. Proses Laktasi Kehamilan
a. Anatomi Payudara

Gambar 2.1 Struktur Payudara

Secara vertikal payudara terletak di antara kosta II dan IV, secara horizontal
mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di
jaringan sub kutan, tepatnya di antara jaringan sub kutan superficial dan
profundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor.
Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram,
pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800
gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas
fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya
mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh
pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.
Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan), areola, papila atau puting.
Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna
kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.
Perubahan warna ini tergantung dari corak kulitnya, kuning langsat akan berwarna
jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan
kemudian menetap.
Puting susu terletak setinggi interkosta IV, terapi berhubung adanya variasi
bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula. Pada cempar
ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus lakriferus,
ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada
kontraksi maka duktus lakriferus akan memadar dan menyebabkan puting susu
ereksi, sedangkan serat-serar otot yang longitudinal akan menarik kembali puting
susu tersebut.
Ada empat macam bentuk puting yaitu bentuk yang normal/umum,
pendek/darar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk pucing ini
tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puring
susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan arau “dot” ke dalam
mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak lentur terutama pada bentuk
purcting terbenam, sehingga buruh penanganan khusus agar bayi bisa menyusu
dengan baik.
Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yakni kulit, jaringan subkutan
(jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus mammae terdiri dari
parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari Duktus
Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli), Lobus dan Alveolus.
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40
duktuli. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing-masing
dihubungakan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu
pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan
saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Di daerah kalang payudara duktus
laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu.
Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan
duktulus, tapi duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun pada
sekelompok alveoli. Didalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel
kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepitelium yang berfungsi memeras
air susu keluar dari alveoli (Walyani, 2015)
b. Fisiologi Payudara
Pada masa hamil, ukuran payudara bertambah besar karena:
1) Proliferasi sel duktus laktiferus dan kelenjar pembuat ASI
2) Pengaruh hormone yang dibuat plasenta yaitu laktogen, prolactin
koriogonadotropin, estrogen dan progesterone
3) Bertambahnya pembuluh darah
4) Lima bulan mulai keluar cairan yang disebut kolostrum karena pengaruh
hormone laktogen dari plasenta dan hormon prolactin dari kelenjar hipofise
5) Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolactin
cukup tinggi terlepasnya plasenta, kadar estrogen dan progesterone menurun,
sedangkan prolactin tetap tinggi (Sembiring, 2019).
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflek prolaktin dan
reflek let down.
1) Reflek Prolaktin

Gambar 2.2 Reflek Prolaktin

Seperti telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan terutama


hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun
jumlah kolostrum terbatas, karena aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen
dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus berhubung
lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan
progesteron sangat berkurang, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang
merangsang puting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung-ujung
saraf sensoris yang berfungsi sebagai resptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula spinalis dan
mesensephalon. Hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang
menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-
faktor yang memacu sekresi prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli
yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang
menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan
anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walaupun
ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu yang
melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal
pada minggu ke 2-3. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat
dalam keadaan seperti:
a) Stres atau pengaruh psikis.
b) Anatesi.
c) Operasi.
d) Rangsangan puting susu.
e) Hubungan kelamin.
f) Obat-obat tranguilizer hipotalamus seperti resrpin, klorpromazin,
fenotiazid.
Sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah:
a) Gizi ibu yang jelek.
b) Obat-obatan seperti ergot, I-dopa.
2) Reflek let down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan
berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neuoro hipofise (hipofise
posterior) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon
ini diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi sehingga
terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu
yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang
untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah:
a) Melihat bayi.
b) Mendengarkan suara bayi.
c) Mencium bayi.
d) Memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah:
a) Pikiran kacau.
b) Takut.
c) Cemas.
Bila ada stres dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blokade dari
refleks let down. Ini disebabkan oleh adanya pelepasan dari adrenalin
(epinefrin) yang menyebabkan vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli,
sehingga oksiyosin sedikit harapannya untuk dapat mencapai target organ
mioepitelium. Akibat dari tidak sempurnanya reflek let down maka akan
terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli yang secara klinis tampak
payudara membesar (Jeepi, 2019).
c. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI
Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:
1) Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui
tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang
dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat
digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus
menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada
akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan
dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap
produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam
2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan
jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar
Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tambahan disamping untuk
keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan
makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika
pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu
tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak
diperlukan, dan juga konsumsi air minum dalam jumlah yang cukup.
Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan
kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk
menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI (Walyani, 2015).
2) Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang
selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai
bentuk ketegangan emosional. mungkin akan gagal dalam memyusuw:
bavinya. Pada ibu ada 2 macam reflek yang menentukan keberhasilan dalam
menyusu bayinya, reflek tersebut adalah:
a) Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi
menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada puting
susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypopin se melalui
nervus vagus. terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan
hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar-
kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan
ASI.
b) Let-down KRefleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini dapat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada
payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu.
Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut rooting reflex
(reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap puting susu ibu dengan
bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada
ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan
pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak
keluar. Bayi tidak Cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi
ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down
reflex (Walyani, 2015).
3) Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap
kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau
klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung
dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah
pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang
diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang
tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih
dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin
dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan
(Walyani, 2015).
4) Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat
mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI
secara keseluruhan. Oleh karena itu, alat kontrasepsi yang paling tepat
digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu ID atau spiral.
Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung
dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat
merangsang produksi ASI (Walyani, 2015).
5) Anatomis Buah dada
Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus pun berkurang.
Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang
menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang.
6) Fisiologi.
Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin ini merupakan
hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan
mempertahankan sekresi air susu.
7) Faktor istirahat.
Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan
fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.
8) Faktor isapan anak.
Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka
hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang.
9) Faktor obat-obatan.
Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormon mempengaruhi
hormon prolaktin dan oxytocin yang berfungsi dalam pembentukan dan
pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu dengan sendirinya
akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI (Ambarwati, 2018).
10) Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu
dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.
Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus
laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan
lancar (Walyani, 2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farida Alhadar dan Irawati
Umaternate (2016), bahwa Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah
satu bagian penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan untuk menyusui
nantinya. Payudara perlu dipersiapkan sejak masa kehamilan sehingga bila bayi
lahir dapat segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Perawatan
payudara signifikan pengaruhnya terhadap produksi ASI. Ibu hamil yang
melakukan perawatan payudara dengan baik, menghasilkan produksi ASI yang
banyak. Sedangkan ibu hamil yang tidak melakukan perwatan payudara jelas
berpengaruh terhadap kelancaran ASI bahkan tidak keluar sama sekali. Ibu hamil
yang tidak melakukan perawatan payudara akan menghambat pemberian ASI
pada bayi antara lain puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap,
produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi, infeksi pada
payudara, payudara bengkak atau bernanah, muncul benjolan di payudara dan gizi
bayi kurang.
C. Nifas
1. Fisiologi Nifas
a. Pengertian
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode
puerperium di sebut puerpura. Puerperium (Nifas) berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati, 2018).
b. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis. Setelah keluarnya
plasenta, kadar sirkulasi hormone HCG (human chorionic gonadotropin),
human plasenral lactogen, estrogen dan progesterone menurun. Human
plasental lactogen akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan
HCG dalam 2 minggu setelah melahirkan. Kadar estrogen dan progesterone
hampir sama dengan kadar yang ditemukan pada fase folikuler dari siklus
menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan polipeptida dan
hormon steroid ini mengubah fungsi seluruh system sehingga efek kehamilan
berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil, sekalipun pada wanita.
Perubahan-perubahan yang terjadi yaitu:
1) Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera sctclah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang st
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh
darah kembali ke ukuran semula.
a) Volume darah
Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa variabel,
Contohnya kehilangan darah selama persalinan, mobilisasi dan
pengeluaran cairan ekstravaskular. Kehilangan darah mengakibatkan
perubahan volume darah terapi hanya terba bada volume darah total.
Kemudian, perubahan cairan tuh normal mengakibatkan suatu
penurunan yang lambat pada volun, darah. Dalam 2 sampai 3minggu,
setelah persalinan volume darg seringkali menurun sampai pada nilai
sebelum kehamilan.
b) Cardiac output
Cardiac output terus meningkat selama kala 1 dan ka, II persalinan.
Puncaknya selama masa nifas dengan tidg memperhatikan tipe
persalinan dan penggunaan anastesi. Cardiy output tetap tinggi dalam
beberapa waktu sampai 48 jam postpartum, ini umumnya mungkin
diikuti dengan peningkatan stroke volum akibat dari peningkatan
venosus return, bradicardi terlihat selama waktu ini. Cardiac output
akan kembali pada keadaan semula seperti sebelum hamil dalam 2-3
minggu.
2) Sistem Haematologi
a) Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma sedikit menurun,
tetapi darah lebih kental dengan peningkatan viksositas sehingga
meningkatkan tetapi pembekuan darah. Haematokrit dan haemoglobin
pada hari ke 3-7 setelah persalinan. Masa nifas bukan masa
penghancuran sel darah merah tetapi tambahan-tambahan akan
menghilang secara perlahan sesuai dengan waktu hidup sel darah
merah. Pada keadaan tidak ada komplikasi, keadaan haematokrit dan
haemoglobin akan kembali pada keadaan normal seperi sebelum hamil
dalam 4-5 minggu postpartum.
b) Leukositsis meningkat, dapat mencapai 15000/mm3 selama persalinan
dan tetap tinggi dalam beberapa hari postpartum: Jumlah sel darah
putih normal rata-rata pada wanita hami kira-kira 12000/mm?. Selama
10-12 hari setelah persalinanan umumnya bernilai antara 20000-
25000/mm3, neurotropil berjumlah labih banyak dari sel darah purih,
denga konsekuensi akan berubah. Sel darah putih, bersama dengan
peningkatan normal pada kadar sedimen eritrosit, mungkin sulit
diinterpretasikan jika terjadi infeksi akut pada waktu ini.
c) Faktor pembekuan, yakni suatu aktivasi faktor pembekuan darah
terjadi setelah persalinan. Aktivasi ini, bersamaan dengan dengan tidak
adanya pergerakan, trauma atau sepsis, yang mendorong terjadinya
ttomboemboli. Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan fibrin
mungkin akibat pengeluaran dari tempat plasenta.
d) Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda
trombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak kemerahan yang
dirasakan keras atau padat ketika disentuh). Mungkin positif terdapat
tanda-tanda human’s (doso fleksi kaki di mana menyebabkan otot-otot
mengompresi vena tibia dan ada nyeri jika ada trombosis). Penting
untuk diingat bahwa trombisis vena-vena dalam mungkin tidak terlihat
namun itu tidak menyebabkan nyeri.
e) Varises pada kaki dan sekitar anus (haemoroid) adalah umum pada
kehamilan. Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera
kembali setelah persalinan.
3) Sistem Reproduksi
a) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
(1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
(2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berata uterus 750 gr
(3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan
pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr
(4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gr
(5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50 gr
b) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea:
(1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sis, selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium,
selama 2 hari postpartum.
(2) Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan lendir,
hari 3-7 postpartum.
(3) Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 postpartum.
(4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu
(5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
(6) Locheastasis: lochea tidak lancar keluarnya
c) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan,
setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.
d) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.
e) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripad keadaan
sebelum melahirkan.
f) Payudara
Kadar prolaktin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior
meningkat secara stabil selama kehamilan, tetapi hormon plasenta
menghambat produksi ASI. Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi
estrogen dan progesterone menurun, prolaktin dilepaskan dan sintesis
ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan
pembengkakan vascular sementara. Air susu, saat diproduksi, disimpan
di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara diisap oleh
bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi.
Pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior distimulsi oleh
isapan bayi. Hal ini menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel di dalam
payudara dan pengeluaran ASI. Oksitosin juga menstimulasi kontraksi
miometrium pada uterus, yang biasanya dilaporkan wanita sebagai
afterpain (nyeri kontraksi uterus setelah melahirkan).
ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu pada setiap harinya ±150-300
ml, sehingga kebutuhan bayi setiap harinya. ASI dapat dihasilkan oleh
kelenjar susu yang dipengaruhi oleh kerja hormonhormon, di antaranya
hormon laktogen.
ASI yang akan pertama muncul pada awal nifas adalah ASI yang
berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan kolostrum.
Kolostrum sebenarnya telah terbentuk di dalam tubuh ibu pada usia
kehamilan ±12 minggu. Dan kolostrum merupakan ASI pertama yang
sangat baik untuk diberikan karena banyak sekali manfaatnya,
kolostrum ini menjadi imun bagi bayi karena mengandung sel darah
putih. Jadi, perubahan pada payudara dapat meliputi:
(1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan
hormon prolakrin setelah persalinan
(2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari
ke-2 arau hari ke-3 setelah persalinan
(3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses
laktasi
4) Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam peratam.kemungkinan
terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selam
persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalan waktu
12-36 jam sesidah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon
estrogen yang bersifat menahan air akan memygalanj penurunan yang
mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Urete yang berdilarasi akan
kembali normal dalam tempo 6 minggu.
5) Sistem Gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama saru atau dua hari, gerak
tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum
melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat
menghalangi keinginan ke belakang.
6) Sistem Endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekirar 3 jam post partum.
Progesteron turun pada hari ke 3 postpartum. Kadar prolakrin dalam darah
berangsur-angsur hilang.
7) Sistem Muskulosklebal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulssi dini
sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepa' proses
involusi.
8) Sistem Integumen
a) Penurunan melanin umumnya setelam persalinan menyebabkan
berkurangnya hyperpigmenrasi kulit
b) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan
dan akan menghilang pada saat estrogen menurun (Walyani, 2015).
c. Cara Menyusui Yang Benar
1) Cara menyusui dengan sikap duduk:
a) Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang rendah
agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
b) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.
c) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan
diatas pangkuan ibu dengan cara:
(1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala
bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu.
(2) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu
didepan.
(3) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
(4) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus,
(5) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
d) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempatjari dan ibujari
menekan payudara bagian atas areola.
a). Meletakkan bayi b). Memegang payudara

e) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan


cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut
bayi.
f) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.
Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi,
sehingga puting susu berada dibawah langit langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak
dibawah areola.
2) Melepas isapan bayi.
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya
diganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi:
a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut
atau.
b) Dagu bayi ditekan ke bawah.
3) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan
(yang dihisap terakhir).
4) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan
sendirinya.
5) Menyendawakan bayi.
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah (gumohjawa) setelah menyusu. Cara
menyendawakan bayi :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudan
pungungnya ditepuk perlahan-lahan.
b) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-
usap punggung bayi sampai bayi bersendawa.
6) Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui
a) Cara menyusui yang baik dan benar.
(1) Posisi badan ibu dan bayi
(a) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.
(b) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
(c) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.
(d) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara.
(e) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
(f) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam
satu garis dengan leher dan lengan bayi.
(g) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.
(2) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu
(a) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas Jati yang lain
menopang di bawah (bentuk C) atau dengan menjepit
payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting), di belakang aerola (kalang payudara).
(b) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek).
(c) Posisikan puting susu di atas “bibir atas" bayi dan berhadapan
dengan hidung bayi.
(d) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit-langit
mulut bayi.
(e) Setelah bayi menyusu/menghisap payudara dengan baik,
payudara tidak perludi pegang atau disangga lagi.
(f) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk
mengelus-elus bayi.
(3) Posisi Menyusui yang Benar
(a) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu.
(b) Dagu bayi menempel pada payudara.
(c) Dagu bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar
payudara (bagian bawah).
(d) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan
bayi.
(e) Mulut bayi terbuka dengan bibir bawah yang terbuka.
(f) Sebagian besar areola tidak tampak.
(g) Bayi menghisap dalam dan perlahan.
(h) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu (Ambarwati, 2018).
d. Nutrisi Dasar Ibu Nifas
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh N untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 255h, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis
melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan
bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan altivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai
ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan.
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan
teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol,
nikotin serta bahan pengawet atau pewarna. Disamping itu harus mengandung:
1) Sumber Tenaga (Energi)
Untuk pembakaran tubuh, pembentukkan jaringan baru penghematan
protein (jika sumber tenaga kurang protein dapat digunakan sebagai
cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai sumber
karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terig, dan ubi.
Sedangkan zat kemak dapat diperoleh dari hewani (lemak, mentega, keju)
dan nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarine).

Gambar 1. Sumber tenaga

2) Sumber Pembangun (Protein)


Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel sel yang
rusak atau mati. Protein dari makananhars diubah menjadi asam amino
sebelum diserap oleh mukosa usus dan dibawa ke hati melalui pembuluh
darah vena portae. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani
(ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati telur, susu dan keju) dan
protein nabati (kacang tanah kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan
tempe) Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur dan keju,
ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin
B.
3) Sumber pengatur dan pelindung (Mineral, vitamin dan air)
Unsur unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan
penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui
minum air sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali habis menyusui). Sumber zat pengatur dan pelindung biasa diperoleh
dari semua semua jenis sayuran dan buah buahan segar.

Gambar 2. berbagai macam sayuran

Jenis jenis mineral penting :


a) Zat kapur
Untuk pembentukan tulang, sumbernya : susu, keju, kacang
kacangan dan sayuran berwarna hijau.
b) Fosfor
Dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak, sumbernya
: susu, keju dan daging.
c) Zat besi
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena
dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel
darah merah (HB) sehingga daya angkut oksigen mencukupi
kebutuhan. Sumber zat besi antara lain kuning telur, hati, daging,
kerang, ikan, kacang kacangan dan sayuran hijau.
d) Yodium
Sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan mentak dan
kekerdilan fisik yang serius, sumbernya : minyak ikan, ikan laut dan
garam beryodium.
e) Kalsium
Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan gigi anak,
sumbernya : susu dan keju
Jenis jenis Vitamin :
a) Vitamin A
Digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang,
perkembangan syaraf pengkihatan, meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi. Sumber : kuning telur, hati, mentega, sayuran
berwarna hijau dan buah berwarna kuning (wortel, tomat dan nangka).
Selain itu ibu menyusui juga mendapat tambhan berupa kapsul vitamin
A (200.000 IU)
b) Vitamin B1 (Thiamin)
Dibutuhkan agar kerja syaraf dan jantung normal, membantu
metabolisme karbohidrat secara tepat oleh tubuh, nafsu makan yang
baik , membantu proses pencernaan makanan, meningkatkan
pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mengurangi kelelahan.
Sumbernya : hati, kuning telur, susu, kacang kacangan, tomat jeruk
nanas dan kentang bakar.
c) Vitamin B2 (Riboflavin)
Vitamin B2 dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan,
pencernaan, system urat syaraf, jaringan kulit dan mata. Sumber : hati,
kuning telur, susu, keju, kacangkacangan, dan sayuran berwarna hijau.
d) Vitamin B3 (Niacin)
Disebut juga Nitocine Acid, dibutuhkan dalam proses pencernaan,
kesehatan kulit, jaringan syaraf dan pertumbuhan. Sumber : susu,
kuning telur, daging, kaldu daging, hati, daging ayam, kacang.
kacangan beras merah, jamur dan tomat.
e) Vitamin B6 (Pyridoksin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan
gigi dan gusi. Sumber : gandum, jagung, hati dan daging.
f) Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan
jaringan saraf. Sumber : telur, daging hati, keju, ikan laut dan kerang
laut.
g) Folic Acid
Vitamin ini dibutuhkan untuk pertumbuhan pembentukkan sel darah
merah dan produksi inn sel. Sumber : hati, daging, ikan, jeroan dan
sayuran hijau.
h) Vitamin C
Untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semu jaringan ikat
(untuk penyembuhan luka), pertumbuhan tulang gigi dan gusi, daya
tahan terhadap infeksi, serta memberikan kekuatan pada pembuluh
darah. Sumber : jeruk, tomat, melon, brokoli, jambu biji, mangga,
papaya dan sayuran.
i) Vitamin D
Dibutuhkan untuk pertumbuhan, pembentukkan tulang dan gigi
serta penyerapan kalsium dan fosfor Sumbernya antara lain : minyak
ikan, susu, margarine dan penyinaran kulit dengan sina matahari pagi
(sebelum pukul 09.00).
j) Vitamin K
Dibutuhkan untuk mencegah perdarahan agar proses pembekuan
darah normal. Sumber vitamin K adalah kuning telur, hati, brokoli,
asparagus dan bayam.
Kebutuhan energi ibu nifas / menyusui pada enam bulan pertama kira kira
700 kkal/hari dan enam bulan kedua 500 kkal/hari sedangkan ibu menyusui
bayi yang berumur 2 tahun rata -rata sebesar 400 kkal/hari (Ambarwati, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Nurhidayat Triananinsi, dkk
(2018) adanya hubungan pemberian sayur daun katuk terhadap kelancaran
ASI. Hal ini dikarenakan bahwa sayur daun katuk mengandung polifenil dan
steroid yang berperan dalam reflex prolactin atau merangsang alveoli untuk
memproduksi ASI, serta merangsang hormone oksitosin untuk memacu
pengeluaran dan pengaliran ASI . Daun katuk juga mengandung beberapa
senyawa alifatik . Khasiat daun katuk sebagai peningkat produksi ASI, diduga
berasal dari efek hormonal senyawa kimia sterol yang bersifat estrogenic.
Dengan demikian sayur daun katuk sangat membantu ibu dalam keberhasilan
ASI ekslusif, sehingga dapat membntu tercapainya ASI ekslusif yang
menyeluruh.
e. Kunjungan Nifas
Kunjungan nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Hal ini dilakukan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah terjadinya
masalah.
1) Kunjungan pertama dilakukan 6-8 jam setelah persalinan
Tujuannya :
a) Mencegah perdarahan waktu nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bila
terjadi perdarahan banyak.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya
hipotermia.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan petugas harus tinggal dan
mengawasi sampai 2 jam pertama.
2) Kunjungan kedua 6 hari setelah persalinan
Tujuannya:
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
uteri di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak
menunjukkan tanda-tanda penyakit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi supaua tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3) Kunjungan ke tiga 2-3 minggu setelah persalinan
Tujuannya :
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
uteri dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak
menunjukkan tanda-tanda penyakit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi supaya
tetap hangat dan merawat bayi.
4) Kunjungan ke empat 4-6 minggu setelah persalinan
Tujuannya :
a) Menanyakan pada ibu tentang penyakit-penyakit yang ibu dan bayi
alami.
b) Memberikan konseling KB secara dini.
c) Tali pusat harus tetap kering, ibu perlu diberitahu bahaya
membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi, missal minyak atau bahan
lain. Jika ada kemerahan pada pusat, perdarahan tercium bau busuk,
bayi segera di rujuk.
d) Perhatikan kondisi umum bayi, apakah ada ikterus atau tidak, ikterus
pada hari ketiga post partum adalah fisiologis yang tidak perlu
pengobatan. Namun bila ikterus terjadi pada hari ketiga atau kapan saja
dan bayi malas untuk menetek serta tampak mengantuk maka segera
rujuk bayi ke RS.
e) Bicarakan pemberian ASI dengan ibu dan perhatikan apakah bayi
menetek dengan baik.
f) Nasehati ibu untuk hanya memberikan ASI kepada bayi selama
minimal 4-6 bulan dan bahaya pemberian makanan tambahan selain
ASI sebelum usia 4-6 bulan.
g) Catat semua dengan tepat hal-hal yang diperlukan.
h) Jika ada yang tidak normal segeralah merujuk ibu dan atau bayi ke
puskesmas atau RS.

Anda mungkin juga menyukai