Blok reproduksi
“kehamilan”
FANNI TASYA RAHMA
1102019075
PBL A9
1. Proses Terjadinya
Kehamilan
1.1 Fertilisasi, Nidasi, dan Plasentasi
FERTILISASI
● Fertilisasi didefinisikan sebagai peleburan inti sperma dengan inti sel telur
● Setelah ovulasi, sel telur diambil oleh fimbriae tuba falopi di sisi tubuh yang sama
dengan ovarium yang melepaskan sel telur
● Sel telur akan tetap berada di tuba falopi, hidup dan berfungsi penuh, hanya sekitar
12 hingga 24 jam.
● Sperma dapat hidup lebih lama dalam sistem reproduksi wanita, hingga 72 jam.
● Fertilisasi sel telur terjadi di tuba falopi
● Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di ampula tuba uterina.
● Pembelahan sel dan pembelahan berlanjut selama transit melalui tuba
● Sejak pembuahan sampai minggu kedelapan kehamilan, manusia yang sedang
berkembang disebut embrio
NIDASI
● Antara lima hingga tujuh hari setelah pembuahan, blastokista mencapai rahim dan
menempel di endometrium yang menebal . Proses ini disebut implantasi atau nidasi,
dan jika embrio bertahan, itu adalah awal dari kehamilan
● Jika blastokist berhasil ditanamkan di dalam rahim, sel-sel akan terus berkembang
biak melalui pembelahan sel dan berpindah ke lokasi baru untuk membentuk dua
struktur yang berbeda
● Sekitar 100 atau lebih sel blastokist membentuk struktur yang disebut trofoblas,
yang akan memberikan kontribusi bayi pada plasenta. Tahap pertama perkembangan
plasenta adalah saat sel trofoblas menggali ke dalam endometrium.
PLASENTASI
● Plasenta merupakan organ sementara yang dibutuhkan untuk
perkembangan embrio dan janin
● Hal ini memungkinkan terjadinya pertukaran nutrisi dan oksigen dari
ibu ke janin, dan transfer produk limbah janin kembali ke ibu untuk
dibuang oleh organnya.
● Plasenta mulai berkembang dari trofoblas, setelah embrio ditanamkan
di dalam rahim
● Plasenta sepenuhnya berkembang dalam dua bulan, dan terus tumbuh
sampai persalinan dimulai. Berat plasenta rata-rata sekitar 600 gram
saat melahirkan.
1.2 Fisiologi Pada Ibu Hamil
Perubahan Fisiologi pada Saat kehamilan
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan yang
mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan
progesteron yang menyebabkan perubahan pada:
3.Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda.
Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil
progesterone dalam jumlah yang relative minimal (Prawirohardjo, 2008).
4.Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI
pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormone saat
kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin (Prawirohardjo, 2008).
5. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
A. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
B. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter.
C. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.
Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu:
1) Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan
puncaknya pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25-30%
sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%.
Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga
pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu
memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh dalam
dekompensasi kordis. Pada postpartum terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga
sampai kelima.
2)Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin
dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah
sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan
mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia maka laju endap darah
semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal.
3)Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan.
Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur
hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang
meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25% dari biasanya.
4)Sistem pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.
5)Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang
mulai membesar sehingga menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin
tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala
janin sudah mulai turun ke pintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
7)Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar,
dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian
ASI. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Sebagian besar
penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian
payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular.
1.3 Fisiologi Janin
● Embrio berkembang mulai minggu 3 sampai 8
● Minggu 4 : Embrio 4-5 mm, jantung terbentuk, tonjolan kaki mulai
terbentuk
● Minggu 6 : Panjang 22-24mm, tangan sudah Nampak
● Minggu 12: CRL 6-7cm, pusat pertulangan, jari tangan, dan bakal
rambut mulai terbentuk.
● Minggu 16: CRL 12cm
● Minggu 18 : CRL 14cm, berat 140 gram, mata sudah
berkembang
● Minggu 20: berat janin 300 gram, tampak lanugo halus dan
beberapa helai rambut
● Minggu 24: berat janin 630 gram, sudah ada lemak dibawah kulit,
sudah tampak alis, ada perkembangan kanalikuler paru.
● Minggu 28 : CRL 25cm, berat 1100gram, kulit masih merah dan
diselimuti vernix caseosa
● Minggu 30 : kepala bayi sudah proporsional, berat 1700g,
● Minggu 36 : CRL 32 cm, berat 2500 gram, sudah tidak terlihat keriput
● Minggu 40 : janin telah berkembang sempurna, CRL 36 cm, Panjang
50cm, rata rata berat 3400 gram.
→ Sistem respirasi : Gerakan napas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12
minggu dan pada 34 minggu secara regular gerakan nafas adalah 40-60/menit
dan diantara jeda adalah periode apnea.
→ Sistem saraf : Mielinisasi saraf spinal terbentuk pada pertengahan kehamilan
dan berlanjut sampai usia bayi 1 tahun. Fungsi saraf sudah tampak pada usia 10
minggu yaitu janin bergerak, fleksi kaki sedangkan genggaman tangan lengkap
dapat dilihat pada 4 bulan.
→ Sistem Ginjal : Pada 22 minggu akan tampak pembentukan kopuskel ginjal di
zona jukstaglomerularis yang berfungsi filtrasi. Ginjal terbentuk sempurna pada
minggu ke-36.
→ Sistem Gastrointestinal : Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun
amilasi baru nyata pada periode neonatal. Janin meminum air ketuban dan akan
tampak gerakan peristaltik usus.
→ Sistem Kardio : Tali pusat terdiri dari satu vena dan 2 arteri. Vena ini
menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua arteri
menjadi pembuluh balik yang menyalurkan darah kearah plasenta untuk dibersihkan
dari sisa metabolisme
2. Kehamilan Dengan
Anemia
2.1 Definisi
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam
sirkulasi darah atau masa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan tubuh. Ibu hamil
dikatakan anemia jika kadar Hb nya kurang dari 11 gr/dl. Bahaya anemia pada
ibu hamil tidak hanya berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga
janin yang dikandungnya.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr%, sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan
III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II. Anemia dalam kehamilan yang
disebabkan karena kekurangan zat besi
2.1 Klasifikasi
Anemia defisiensi zat besi
Anemia defisiensi besi menyumbang 75-95% dari kasus anemia pada wanita hamil. CDC
(1989) memperkirakan bahwa sebanyak 8 juta wanita Amerika usia subur mengalami
defisiensi zat besi. Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 1.300 wanita, 21 persen
mengalami anemia trimester ketiga dengan 16 persen karena anemia defisiensi besi
(Vandevijvere, 2013).
Anemia Hipoplastik
Anemia Diamond-Blackfan adalah kelainan autosom dominan jarang (7 per 1 juta) dari
aplasia sel darah merah murni yang memerlukan transfusi seumur hidup.
Penyakit Gaucher adalah defisiensi enzim lisosom resesif autosomal yang ditandai dengan
defisiensi aktivitas asam β-glukosidase. Ini melibatkan banyak sistem, termasuk sumsum
tulang. Wanita yang terkena mengalami anemia dan trombositopenia yang biasanya
diperburuk oleh kehamilan
Anemia Penyakit Kronis
Wanita dengan penyakit kronis dapat mengalami anemia untuk pertama kalinya selama kehamilan.
Pada mereka dengan anemia yang sudah ada sebelumnya, hal itu dapat ditingkatkan karena volume
plasma mengembang secara tidak proporsional untuk ekspansi massa sel darah merah. Penyebabnya
termasuk insufisiensi ginjal kronis, penyakit radang usus, dan gangguan jaringan ikat. Lainnya
adalah infeksi granulomatosa, neoplasma ganas, artritis reumatoid, dan kondisi supuratif kronis.
Selama kehamilan pada wanita dengan insufisiensi ginjal kronis ringan, derajat ekspansi massa sel
darah merah berbanding terbalik dengan gangguan ginjal. Pada saat yang sama, ekspansi volume
plasma biasanya normal, dan dengan demikian anemia meningkat (Cunningham, 1990).
Anemia Lain
Selain penggunaan obat-obatan dan pengobatan, konsumsi alkohol harus dipertimbangkan. Ada
populasi wanita hamil yang mengalami alkoholisme dan mengkonsumsi alkohol tanpa
memberitahukan hal ini kepada dokter kandungannya. Wanita harus ditanyai dengan hati-hati
tentang penggunaan alkohol mereka.
2.3 Etiologi
Penyebab paling umum dari anemia kehamilan adalah anemia akibat
kekurangan zat besi. Anemia juga dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi
makanan yang mengandung zat besi atau adanya gangguan penyerapan zat besi
dalam tubuh.
Anemia defisiensi zat besi terjadi karena :
● Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi tidak
mencukupi kebutuhan
● Meningkatnya kebutuhan tubuh dari biasanya
● Meningkatnya pengeluaran zat besi untuk janin
Menurut (Manuaba 2007), penyebab anemia dalam kehamilan diantaranya :
1) Kekurangan asupan zat besi
Kecukupan dari zat besi tidak hanya dilihat dari konsumsi makanan sumber zat besi tetapi juga
tergantung variasi penyerapannya, yang membentuk 90% Fe pada makanan non daging seperti
biji-bijian, sayur, telur,buah tidak mudah diserap tubuh.
2) Peningkatan kebutuhan fisiologis
Kebutuhan Fe akan meningkat selama kehamilan untuk memenuhi kebutuhan ibu, janin dan plasenta
serta untuk menggantikan kehilangan darah saat persalinan.
3) Kebutuhan yang berlebihan
Bagi ibu yang sering mengalami kehamilan (multiparitas), kehamilan kembar, Riwayat anemia
maupun perdarahan pada kehamilan sebelumnya membutuhkan pemenuhan zat besi yang lebih
banyak.
4) Malabsorbsi
Gangguan penyerapan zat besi pada usus dapat menyebabkan pemenuhan zat besi pada ibu hamil
terganggu.
5) Riwayat kehilangan darah yang banyak pada persalinan sebelumnya, operasi, perdarahan akibat
infeksi kronis.
2.4 Patofisiologi
1. Hamil → peningkatan volume darah (hipervolemia):
peningkatan vol plasma jauh lebih besar → konsentrasi Hb
berkurang dari 12 g/100 ml → encer (hemodelusi)
2. Hemodelusi: relatif terjadi anemia
Peningkatan volume 30%-40%, puncak pada minggu ke-32-34.
Jumlah peningkatan RBC 18%-30% dan Hb 19%
3. Jika hemodelusi dialami oleh ibu dengan Hb sebelum hamil
berkisar 11 gr% → Anemia dengan Hb 9, 5-10 gr%.
2.5 Manifestasi Klinis
Anemia ringan
Biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala apapun. Jika anemia secara perlahan
terus menerus (kronis), tubuh dapat beradaptasi dan mengimbangi perubahan. Mungkin
tidak ada gejala apapun sampai anemia menjadi berat.
Anemia sedang
Jumlah Eritrosit rendah → berkurangnya pengiriman O2 ke setiap jaringan dalam tubuh
→ Gejala anemia mungkin termasuk: kelelahan, penurunan energi, kelemahan, sesak
nafas, ringan, tampak pucat.
Anemia berat
Beberapa tanda dan gejala: perubahan warna tinja, denyut jantung cepat, tekanan darah
rendah, frekuensi nafas cepat, pucat atau kulit dingin, pusing, sakit kepala, dan nyeri
dada; Sembelit, daya konsentrasinya rendah, rambut rontok, dan memburuknya masalah
jantung.
2.6 Cara Diagnosis dan Diagnosis Banding
1.Anamnesis → Pada anamnesis sering didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, nafsu makan berkurang dan keluhan muntah- muntah lebih
hebat dari kehamilan muda
2.Pemeriksaan fisik → Keluhan Lemah ,kulit pucat, mudah pingsan, sementara tensi
masih dalam batas normal, pucat pada membran mukosa dan konjungtiva oleh
karena kurangnya sel darah merah pada pembuluh darah kapiler dan pucat pada
kuku dan jari tangan
3.Pemeriksaan darah → Pemeriksaan kadar Hb dan darah tepi. Pemeriksaan minimal
2 kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan melihat
hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik maka diagnosis dapat dipastikan dengan
pemeriksaan kadar Hb dengan menggunakan alat Spektrofotometer
2.7 Tatalaksana
Oral (pemberian ferro sulfat 60 mg / hari menaikkan kadar Hb 1,00 gr% dan kombinasi 60 mg besi
+ 500 mcg asam folat) dan parenteral (pemberian ferrum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml)
intravena atau 2 x 50 ml gr diberikan secara intramuskular pada gluteus maksimus dapat
meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24 jam).
Kebutuhan tablet besi pada kehamilan menurut Jordan (2003), dijelaskan bahwa : Pada
kehamilan dengan janin tunggal kebutuhan zat besi terdiri dari : 200-600 mg untuk memenuhi
peningkatan massa sel darah merah, 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat
lahirnya, 150-200 mg untuk kehilangan eksternal, 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta,
90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan.
Ibu hamil memerlukan rata-rata 30,00-40,00 mg zat besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat
secara signifikan pada trimester terakhir, yaitu rata-rata 50,00 mg / hari pada akhir kehamilan
menjadi 60,00 mg / hari. Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar 6,00 sampai 9,00 mg /
hari, ketersediaan ini bergantung pada cakupan diet. Karena itu, pemenuhan kebutuhan pada
kehamilan memerlukan mobilisasi simpanan zat besi dan peningkatan absorbsi.
2.8 Pencegahan
“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain.” (QS. Al Baqarah: 185)
ِﷲ َوﺿَ ﻊَ ﻋَ نْ ا ْﻟﻣُﺳَ ﺎﻓِرِ ﻧِﺻْ فَ اﻟﺻ َﱠﻼ ِة َواﻟﺻ ْﱠو َم َوﻋَ نْ ا ْﻟ ُﺣ ْﺑﻠَﻰ َوا ْﻟﻣُرْ ﺿِ ﻊ
َ إِنﱠ ﱠ
“Sesungguhnya Allah meringankan separuh shalat dari musafir, juga puasa dari
wanita hamil dan menyusui.” (Diriwayatkan oleh yang lima)
DAFTAR PUSTAKA
● Guyton dan Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
● Manuaba, I.B.G. (1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC
● Rigby, Fidelma B. 2016. Anemia and Thrombocytopenia in Pregnancy. Virginia.
Dapat di akses di : https://emedicine.medscape.com/article/261586-overview
● Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
● Triharini, M. 2019. Upaya Bersama dalam Pencegahan Anemia Kehamilan. Vol.5.
Dapat
diakses:https://e-journal.unair.ac.id/PMNJ/http://dx.doi.org/10.20473/pmnj.v5i2.
21220
● Banudi, L. (2010). Gizi Kesehatan Reproduksi : buku saku bidan. Jakarta: EGC