Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR ANTENATAL CARE (ANC)


RS. IBNU SINA YARSI PAYAKUMBUH

Disusun Oleh :
DINDA ISABELA
211000414201081

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat
Universitas Prima Nusantara
Bukittinggi
2023
KONSEP DASAR ANTENATAL CARE (ANC)

1. Defenisi Antenatal Care (ANC)


Antenatal Care adalah perawatan yang dilakukan atau diberikan kepada ibu
hamil mulai dari saat awal kehamilan hingga saat persalinan (Rahmatullah, 2016).
Antenatal Care (ANC) adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh perawat
kepada ibu hamil, seperti pemantauan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk
pertumbuhan dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses persalinan dan
kelahiran supaya ibu siap menghadapi peran baru sebagai orang tua (Wagiyo &
Putrono, 2016).

2. Anatomi Fisiologis
Menurut Sofian (2011); Prawirohardjo (2016) perubahan anatomi dan fisiologi ibu
hamil adalah :
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Uterus
Untuk akomodasi pertumbuhan janin, ukuran rahim pada kehamilan normal atau
cukup bulan adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc.
Beratnya pun naik dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan (40
minggu).
2. Ovarium
Proses ovulasi terhenti dan masih terdapat luteum graviditas sampai terbentuknya
plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran esterogen dan prodesteron.
3. Vagina dan Vulva
Terjadi perubahan pada vagina dan vulva karena terjadi hipervasikularisasi oleh
hormon esterogen, sehingga pada bagian tersebut terlihat merah kebiruan, kondisi
ini disebut dengan tanda Chadwick.

b. Sistem Kardiovaskuler
Karakteristik yang khas adalah denyut nadi istirahat meningkat sekitar 10 sampai 15
denyut per menit pada kehamilan. Besar dari jantung bertambah sekitar 12% dan
kapasitas jantung meningkat sebesar 70-80 ml. Pada trimester III volume darah semakin
meningkat, jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah sehingga terjadi
semacam pengenceran darah. Hemodilusi mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32
minggu. Selama kehamilan, dengan adanya peningkatan volume darah pada hampir
semua organ dalam tubuh, maka akan terlihat adanya perubahan yang signifikan pada
sistem kardiovaskuler.

c. Sistem Urinaria
Pada bulan pertama kehamilan, kandung kemih tertekan oleh utrus yang mulai
membesar sehingga sering BAK. Keadaan ini akan hilang seiring bertambahnya usia
kehamilan, namun akan muncul keluhan yang sama pada akhir kehamilan karena
kepala janin mulai turun kebawah pintu atas panggul sehingga menekan kandung
kemih.

d. Sistem Pencernaan
Pada saluran gastrointestinal, hormone esterogen membuat pengeluaran asam
lambung meningkat, yang dapat menyebabkan pengeluaran air liur yang berlebihan
(hipersalivasi), daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan sakit/pusing terutama
pada pagi hari yang disebut hyperemesis gravidarum. Pada trimester II dan III sering
terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat yang
menimbulkan gerakan usus berkurang sehingga makanan lebih lama berada didalam
lambung.

e. Sistem Metabolisme
Umumnya kehamilan mempunyai efek pada metabolisme, oleh karena itu wanita
hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dan dalam kondisi schat. Tingkat
metabolisme basal pada ibu hamil meningkat hingga 15-20%, terutama pada trimester
akhir. Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus mengandung banyak
protein untuk perkembangan fetus, alat kandungan. payudara, dan badan ibu.

f. Sistem Muskuloskeletal
Pengaruh dan peningkatan hormon eterogen dan progesteron dalam kehamilan
menyebabkan kelemahan jaringan ikat serta ketidakseimbangan persendian, hal ini
terjadi maksimal pada satu minggu terakhir kehamilan. Postur tubuh ibu hamil secara
bertahap mengalami perubahan karena janin membesar dalam abdomen, sehingga bahu
lebih tertarik kebelakang dan tulang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih
lentur, dan dapat menyebabkan nyeri punggung

g. Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar +135%. Akan tetapi
kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam kehamilan. Kelenjar tiroid akan
mengalami pembesaran hingga 15,0 ml padasaat persalinan akibat dari hyperplasia
kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan
mengecil.

h. Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam,
dan terkadang hal tersebut terjadi di payudara dan paha. Perubahan ini disebut stric
gravidarum. Pada banyak perempuan, garis di pertengahan perutnya akan berubah
menjadi hitam kecoklatan yang disebut linea nigra. Kadang-kadang akan muncul pada
wajah yang disebut chloasma gravidarum.

i. Payudara
Pada awal kehamilan, ibu hamil akan merasa payudaranya mejadi lebih lunak.
Setelah bulan kedua, payudara akan bertambah besar dan vena-vena dibawah kulit akan
lebih terlihat, puting payudara akan lebih besar dan tegak. Setelah bulan pertama,
kolostrum (cairan kekuningan) dapat keluar, areola akan menjadi besar dan kehitaman.

3. Etiologi
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu:
1. Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan diameter 0,1 mm yang terdiri dari suatu nukleus
yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida oleh
kromosom radiata.
2. Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak gepeng
berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ckor
yang dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat.
3. Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba
fallopii.
4. Nidasi
5. Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium
6. Plasenta
Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk
pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya. Kehamilan menurut
Mochtar, (2010) dibagi menjadi 3 triwulan:
a. Triwulan I antara 0-12 minggu.
b. Triwulan II antara 12-28 minggu
c. Triwulan III antara 28-40 minggu

4. Patofisiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur
(ovulasi), yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam sel
telur, waktu persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina dan berjuta-juta sel
mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur.
Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang mengembang
oleh tuba falofi. Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi
untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling
mudah dimasuki, masuklah salah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur.
Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi = fertilitas). Ovum yang telah dibuahi ini
segera membelah diri sambil bergerak (oleh rambut getar tuba), menuju ruang rahim,
peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan
waktu 6 – 7 hari. Untuk menyuplai darah ke sel-sel makanan bai mudligah dan janin,
dipersiapkan uri (plasenta) jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus
ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi (konsepsi =
fertilitas), nidasi dan plasenta.
5. Woc ANC

6. Manifestasi Klinis
1. Presumtif / Tanda-tanda dugaan hamil
a. Amenore (terlambat datang bulan)
b. Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel
degraaf dan ovulasi.
c. Mengetahiu tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus naegle dapat
ditentukan perkiraan persalinan
d. Mual (nausea) dan muntah
1. Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung
yang berlebihan.
2. Menimbulkan mual muntah terutama pagi hari yang disebutkan
morning sickness.
3. Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat diatasi.
4. Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang
e. Ngidam, Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
yang demikian disebut ngidam.
f. Sinkope atau pingsan
1. Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskemia susunan syaraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.
2. Keadaan ini menghilang setelah umur kehamilan 16 minggu
g. Payudara tegang
1. Pengaruh estrogen-progesteron dan somatomamotropin menimbulkan
deposit lemak air, dan garam pada payudara.
2. Payudara membesar dan tegang
3. Ujung syaraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil
pertama.
h. Sering miksi
1. Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh dan sering miksi
2. Pada triwulan kedua sudah menghilang
i. Konstipasi atau obstipasi, Pengaruh progesteron dapat menghambat
peristaltik usus menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
j. Pingmentasi kulit
1. Sekitar pipi : cloasma gravidarum
a. Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi kulit pada muka.
2. Dinding perut
1. Strie lividae
2. Stric nigra
3. Linea alba makin hitam
4. Perubahan sekitar payudara
5. Hiperpigmentasi areola mamae
6. Puting susu makin menonjol
7. Kelenjar montgomery menonjol
8. Pembuluh darah menifes sekitar payudara
9. Epulis
10. Hipertropi gusi disebut epulis bisa terjadi bila hamil
11. Varices atau penampakan pembuluh darah vena
12. Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena.
13. Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genetalia
ekstema, kaki dan betis, dan payudara.
14. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah
persalinan.

2. Probabilitas/Tanda tidak pasti kehamilan


a. Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil.
b. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
1. Tanda Hegar's Konsistensi rahim yang menjadi lunak, terutama daerah
isthmus uteri sedemikian lunaknya, hingga kalau kita letakkan 2 jari
dalam forniks posterior & tangan satunya pada dinding perut atas
symphyse, maka isthmus ini tidak teraba seolah- olah corpus uteri sama
sekali terpisah dari cerviks.
2. Tanda chadwicks (kebiruan pada vulva dan vagina) Warna selaput
lendir vulva & vagina menjadi ungu.
3. Tanda piscaseck Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga
menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut.

7. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain (Masriroh, 2013) :
a. Hiperemisis gravidarum.
b. Hipertensi dalam kehamilan.
c. Perdarahan trimester I (abortus).
d. Perdarahan antepartum.
e. Kehamilan ektopik.
f. Kehamilan kembar.
g. Molahydatidosa.
h. Inkompatibilitas darah.
i. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
j. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL).
2. Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis).
b. Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik). U S G
1. Jenis kelamin.
2. Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion

9. Penatalaksanaan Medis
Kunjungan antenatal untuk pemantauan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali pemeriksaan selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut:
a. Trimester pertama (< 4 minggu) satu kali kunjungan
b. Trimester kedua (14-28 minggu ) satu kali kunjungan
c. Trimester ketiga (28-36 minggu) dan sesudah minggu ke 36 dua kali kunjungan
kecuali jika ditemukan kelainan/faktor risiko yang memerlukan
penatalaksanaan medik lain, harus lebih sering dan intensif.

Menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold :


a. Leopold I
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh fetus
apa yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya : Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tangan
mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus maka akan
terassa keras, bulat dan melenting. Jika bokong teraba difundus, maka akan
terasa lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
b. Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya : Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua
sisi abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain mempalpasi
sisi yang berbeda untuk menemukan bagian punggung janin. Jika punggung
akan teraba cembung dan resisten.
c. Leopold III
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan daerah
pelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi abdomen
di atas simpisis pubis dan minta pasien menarik napas panjang dan
menghembuskannya. Pada saat mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun
perlahan dan menekan sekitar daerah tersebut. Jika kepala akan teraba keras,
bulat, dan bergerak jika disentuh. Jika bokong akan teraba lembut dan tidak
beraturan.
d. Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janin
masuk ke pintu atas panggul.
Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turun ke
sisi abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan bagian
tulang yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang
masuk baru sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru setengah,
divergen yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk ke dalam
rongga panggul.

10. Pengkajian
a. Aktivitas dan Istirahat
Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8 – 12 minggu) kembali
pada tingkat pra kehamilan selama setengah kehamilan terakhir. Denyut nadi
dapat meningkat 10–15 DPM.
b. Varises (Sedikit edema ekstremitas bawah/tangan mungkin ada (terutama pada
trisemester akhir)
c. Integritas Ego (Menunjukkan perubahan persepsi diri)
d. Eliminasi
Perubahan pada konsistensi/frekuensi defekasi, peningkatan frekuensi
perkemihan dan peningkatan berat jenis serta hemoroid
e. Makanan/Cairan
 Mual dan muntah, terutama trisemester pertama; nyeri ulu hati umum
terjadi
 Penambahan berat badan : 2 sampai 4 lb trisemester pertama, trisemester
kedua dan ketiga masing-masing 11– 12 lb.
 Membran mukosa kering : hipertropi jaringan gusi dapat terjadi mudah
berdarah
 Hb dan Ht rendah mungkin ditemui (anemia fisiologis)
 Sedikit edema dependen
 Sedikit glikosuria mungkin ada
f. Diastasis recti (separasi otot rektus) dapat terjadi pada akhir kehamilan.
g. Nyeri dan Kenyamanan
1. Kram kaki ; nyeri tekan dan bengkak payudara; kontraksi
2. Braxton Hicks terlihat setelah 28 minggu ; nyeri punggung
h. Pernapasan
Hidung tersumbat ; mukosa lebih merah daripada normal. Frekuensi pernapasan
dapat meningkat terhadap ukuran/tinggi; pernapasan torakal.
i. Keamanan
1. Suhu tubuh 98 – 99,5 ºF (36,1 – 37,6 ºC),
2. Irama Jantung Janin (IJJ) terdengar dengan Doptone (mulai 10- 12
minggu) atau fetoskop (17 - 20 minggu)
3. Gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah 20 minggu.
4. Sensasi gerakan janin pada abdomen diantara 16 dan 20 minggu.
5. Ballottement ada pada bulan keempat dan kelima.
j. Seksualitas
1. Penghentian menstruasi.
2. Perubahan respon /aktivitas seksual
3. Leukosa mungkin ada.
4. Peningkatan progresif pada uterus mis: Fundus ada di atas simfisis pubis
(pada 10– 12 minggu) pada umbilikoli (pada 20-30 minggu) agak ke bawah
kartilago ensiform (pada 36 minggu).
5. Perubahan payudara : pembesaran jaringan adiposa, peningkatan
vaskularitas lunak bila dipalpasi, peningkatan diameter dan pigmentasi
jaringan arcolar, hipertrofi tberkel montgemery, sensasi kesemutan
(trisemester pertama dan ketiga); kemungkinan strial gravidarum kolostrum
dapat tampak setelah 12 minggu
6. Perubahan pigmentasi : kloasma, linea nigra, palmar eritema, spicler nevi,
strial gravidarum.
7. Tanda-tanda Goodell, Hegar Scodwick positif.
k. Pemeriksaan Diagnostik
1. DL menunjukkan anemia, hemoglobinipatis (mis: sel sabit).
2. Golongan darah : ABO dan Rh untuk mengidentifikasi resiko terhadap
inkompatibilitas
3. Usap vagina/rectal : tes untuk Neisseria gonorrhea, Chlamydia
4. Tes serologi : menentukan adanya sefilis (RPR: Rapid Plasma, Reagen)
5. Penyakit Hubungan Kelamin lain (PHS) seperti diindikasikan oleh kutil
vagina, lesi, rabas abnormal.
6. Skrining : terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis, papanicolaow Smear:
mengidentifikasi neoplasia, herpes simpleks tipe 2
7. Urinalisis : skin untuk kondisi media (mis: pemastian kehamilan infeksi,
diabetes penyakit ginjal)
8. Tes serum/urin untuk gadadotropin karionik manusia (HCG) positif
9. Titer rubella > a : a O menunjukkan imunitas
10. Tes sonografi: ada janin setelah gestasi 8 minggu
11. Skin glukosa serum / 1 jam tes glukosa : < 140 jam mg/dl (biasanya
dilakukan antara 24 sampai 28 minggu. Evaluasi selanjutnya dari fokus
pengkajian dilakukan pada setiap kunjungan prenatal.

11. Diagnosa Keperawatan Utama


Trisemester I
1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makan, ketidakmampuan
makan dan factor biologis.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui rute normal, kehilangan volume cairan aktif, penyimpangan yang
mempengaruhi asupan cairan.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi kurang sumber
pengetahuan terhadap kehamilan.
Trisemester II
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
(kehamilan)
2. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi kurang sumber
pengetahuan terhadap kehamilan.
Trisemester III
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait
penyakit
2. Resiko cedera (ibu) berhubungan dengan malnutrisi dan profil darah
yang abnormal
3. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan penekanan
pada vesika urinaria.

12. Perencanaan

No Diagnosa SLKI SIKI


1 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, maka tingkat nutrisi  Identifikasi status
membaik dengan Kriteria Nutrisi
Hasil:  Identifikasi alergi
 Kekuatan otot dan intoleransi
menguyah meningkat makanan
 Kekuatan otot menelan  Identifikasi
meningkat makanan disukai
 Serum albumin  Identifikasi
meningkat kebutuhan kalori
 Verbalisasi keinginan dan jenis nutrien
untuk meningkatkan  Identifikasi
nutrisi meningkat perlunya
 Pengetahuan tentang penggunaan
pilihan makanan yang selang nasogatrik
sehat meningkat  Monitor asupan
 Penyiapan dan makanan

penyimpanan minuman  Monitor berat


badan
aman meningkat  Monitor hasil
 Penyiapan dan pemeriksaan
penyimpanan makanan laboratorium
aman meningkat
Teraupetik
 Sikap terhadap
makanan/minuman  Lakukan
sesuai dengan tujuan oral hygiene

kesehatan meningkat sebelum makan


jika perlu
 Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
(mis. Piramida
makanan)
 Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan
serat mencegah
konstipasi
 Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen
makanan, jika perlu
 Hentikan
pemberian
makanan
melalui selang
nasogastrik jika
asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi

 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
atlemetik)
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrient
dibutuhkan, jika
perlu

2 Resiko Setelah dilakukan asuhan


Manajemen Cairan
Ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24
Observasi
Cairan jam, maka Risiko
ketidakseimbangan Cairan  Monitor status

menurun dengan Kriteria hidrasi (mis,

Hasil: frekuensi nadi,


kekuatan nadi,
 Asupan cairan
akral, pengisian
meningkat
kapiler,
 Keluaran urin
kelembaban
meningkat
mukosa, turgor
 Keseimbangan kulit, tekanan
membran mukosa darah)
 Asupan makanan  Monitor berat
meningkat badan harian

 Tidak terjadi Edema  Monitor berat

 Tidak ada Dehidrasi badan sebelum dan


sesudah dialisis
 Tekanan darah normal
 Monitor hasil
 Denyut nadi radial
pemeriksaan
normal
laboratorium (mis,
 Tekanan arteri rata- rata
hematokrit, Na, K,
 Membran mukosa
Cl, berat jenis
lembab
urine, BUN)
 Mata tidak cekung
 Monitor status
 Turgor kulit < 2 detik
hemodinamik
 Berat badan meningkat (mis, MAP, CVP,
PAP, PCWP jika
tersedia)

Terapeutik
 Catat intake output
dan hitung balans
cairan 24 jam
 Berikan asupan
cairan, sesuai
kebutuhan
 Berikan cairan
intravena, jika
perlu

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
diuretik, jika perlu

3 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Observasi


keperawatan selama 3x24  Identifikasi
jam, maka Tingkat kesiapan dan
pengetahuan membaik dengan kemampuan
Kriteria Hasil : menerima
 Perilaku sesuai anjuran
informasi
meningkat
 Verbalisasi minat dalam
Terapeutik
belajar meningkat
 Sediakan materi
 Kemampuan menjelaskan
dan media
pengetahuan tentang
pendidikan
suatu topik meningkat
kesehatan
 Kemampuan
 Jadwalkan
menggambarkan
pendidikan
pengalaman sebelumnya
kesehatan sesuai
yang sesuai topik
kesepakatan
meningkat
 Berikan
 Perilaku sesuai dengan
kesempatan
pengetahuan
untuk bertanya
 Pertanyaan tentang
 Dukung ibu
masalah yang dihadapi
meningkatkan
menurun
kepercayaan diri
 Persepsi yang keliru
 Libatkan sistem
terhadap masalah
pendukung :
menurun
suami, keluarga,
 Menjalani pemeriksaan
tenaga kesehatan
yang tidak tepat menurun
dan masyarakat
 Perilaku membaik
DAFTAR PUSTAKA

https://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-pemeriksaan-kehamilan-anc-di-
fasilitaskesehatan#:~:text=Pemeriksaan%20ANC%20(Antenatal%20Care)
%20merupakan,kesehatan%20alat%20reproduksi%20dengan%20wajar.
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/2245/3/BAB%20II%20TINJAUAN%20
PUSTAKA.pdf
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR INTENATAL CARE (INC)
RS. IBNU SINA YARSI PAYAKUMBUH

Disusun Oleh :
DINDA ISABELA
211000414201081

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat
Universitas Prima Nusantara
Bukittinggi
2023
KONSEP DASAR INTENATAL CARE (INC)

1. DEFINISI
Menurut Mayles (1996) persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita
melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada
saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana
proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai dengan 14 jam (Kemenkes,
2016).

2. ETIOLOGI
Penyebab pasti partus masih merupakan teori yang kompleks antara lain oleh factor
hormonal ,pengaruh prostaglandin,struktur uterus ,sirkulasi uterus,pengaruh saraf dan
nutrisi,perubahan biokimia antara lain penurunan kadar hormone estrogen dan
progesteron

3. PATOFISIOLOGI
Untuk menentukan pecahnya ketuban ditentukan dengan kertas lakmus.
Pemeriksaan pH dalam ketuban adalah asam, dilihat apakah memang air ketuban keluar
dari kanatis serviks dan adalah bagian yang pecah. Pengaruh terhadap ibu karena jalan
janin terbuka dapat terjadi infeksi intraportal. Peritoritis dan dry labour. Ibu akan
merasa lelah, suhu naik dan tampak gejala infeksi intra uterin lebih dahulu sebelum
gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalita dan morbiditas perinatal.
Setelah jam ketuban pecah tidak terjadi persalinan spontan (partus lama) maka
persalinan diinduksi.
Persalinan dibagi menjai 4 kala yaitu :
 Kala I dimulai dari pada saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini terbagi dalam 2 fase. Fase laten (8 jam) servik membuka sampai 5 cm
dan fase aktif (7 jam) servik membuka diri 3 sampai 10 cm kontraksi lebih kuat dan
sering selama fase aktif.
 Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
 Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit
 Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama pos
partum(Taber, 1994 )

Pathway

4. Manifestasi klinis
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan Keberhasilan proses persalinan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu (power, passage. psikologis), faktor
janin, plasenta dan air ketuban (passenger), dan faktor penolong persalinan. Hal ini
sangat penting, mengingat beberapa kasus kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh
tidak terdeteksinya secara dini adanya salah satu dari factor-faktor tersebut.
a. Power (Tenaga/Kekuatan)
1. His (Kontraksi Uterus) Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot-
otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna, Sifat his yang baik
adalah kontraksi simetris, fundus dominial, terkordinasi dan relaksasi.
Kontraksi ini bersifat involunter karena berada dibawah saraf intrinsic.
2. Tenaga mengedan Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah atau
dipecahkan, serta sebagaian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat
kontraksinya berubah, yakni bersifat mendorong keluar dibantu dengan
keinginan ibu untuk mengedan atau usaha volunteer. Keinginan mengedan
ini di sebabkan karena, kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominial dan tekanan ini
menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong
keluar, tenaga ini serupa dengan tenaga mengedan sewaktu buang air besar
(BAB) tapi jauh lebih kuat, saat kepala sampai kedasar panggul timbul
reflex yang mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-
otot perut dan menekan diafragmanya kebawah, tenaga mengejan ini hanya
dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu
ada his dan tanpa tenaga mengedan bayi tidak akan lahir.
b. Passage (Jalan Lahir) Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin
terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat agar
janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan
lahir tersebut harus normal
c. Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban1)
1. Janin Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap dan
posisi janin
2. Plasenta Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggab
sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan normal
3. Air ketuban Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran
yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan
hampir semua kekuatan regangan membran janin, dengan demikian
pembentukan komponen amnion yang mencegah ruptur atau robekan.
Penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan
dari cairan amnion dan juga saat terjadinya dilatasi serviks atau pelebaran
muara dan saluran serviks yang terjadi di awal persalinan, dapat juga karena
tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama ketuban masih utuh
d. Factor Psikis (Psikologi)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar- benar
terjadi realitas, "kewanitaan sejati" yaitu munculnya rasa bangga bisa
melahirkan atau memproduksi anak.
1. Psikologis meliputi: Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan persiapan
intelektual, pengalaman melahirkan bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dan
dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
2. Sikap negative terhadap persalinan di pengaruhi oleh Persalinan semacam
ancaman terhadap keamanan, persalinan semacam ancaman pada self-image
medikasi persalinan, dan nyeri persalinan dan kelahiran
e. Pysician (Penolong)
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang mengantisipasi
dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin (Widia,
2015: 30). Tidak hanya aspek tindakan yang di berikan, tetapi aspek konseling
dan meberikan informasi yang jelas dibutuhkan oleh ibu

5. KOMPLIKASI
1) Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan kemungkinan
dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak memperhatikan teknik
aseptik
2) Retensi plasenta/retensi sisa plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1 jam
setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah terdapat sebagian
lasenta yang masih tertinggal setelah plasenta lahir.
3) Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat
4) Ruptur uteri
Ruptur uteri atau robekan uterus merupakan kondisi yang sangat berbahaya
dalam persalinan karena ddapat menyebabkan pendarahan hebat.
5) Emboli air ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbuk mendadak akibat air
ketuba masuk ke alam pperedaran tubuh ibu melalui sinus vena yang teruka
pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapier dalam paru-
paru.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) USG Kehamilan
2) USG Doppler
3) Cardiotocography
4) Kadar air ketubah
5) Pemeriksaan PH

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pemberian Cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
per intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian
dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan
transfusi darah sesuai kebutuhan
b. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Pemberian obat-obatan
Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda sesuai
indikasi.
c. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Kala I
1. Pengkajian
2. Keluhan
Kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat berupa keluar
darah bercampur lendir (bloody show), kelua r air–air dari kemaluan (air
ketuban), nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut/kontraksi (mulas),
nyeri makin sering dan teratur.
3. Pengkajian riwayat obstertik
 Kaji kembali HPHT
 taksiran persalinan
 usia kehamilan sekarang
 Kaji riwayat kehamilan masa lalu
 Jenis persalinan lalu
 penolong persalinan lalu
 kondisi bayi saat lahir
 Kaji riwayat nifas lalu
 masalah setelah melahirkan
 pemberian ASI dan kontrasepsi.
4. Pemeriksaan fisik
 Nilai keadaan umum (KU)
 Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan
,respirasi)
 Pemeriksaan abdomen ( loepold 1 , II , III , IV )
 Detak jantung janin ( DJJ ) vestikula urinaria ( kosong / penuh )
 Menentukan tinggi fundus
 Kontraksi uterus
5. Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
1) Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
2) Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
3) Menentukan penurunan bagian terbawah janin
4) Pemeriksaan dalam
 Nilai pembukaan dan penipisan serviks
 Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk
rongga panggul
 Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.
b. Kala II
1. Pengkajian
 Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan kala II
dimulai sejak pukul, evaluasi terhadap tanda–tanda persalinan kala II
(dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol, dan vulva
membuka).
 Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan serviks,
status selaput amnion, warna air ketuban, penurunan presentasi ke
rongga panggul, kontraksi meliputi intensitas, durasi frekuensi,
relaksasi).
 DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
 respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan, keinginan
mengedan, sikap ibu saat masuk kala II, intensitas nyeri).

Skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang pada menit kelima.
A (appearance/warna kulit),
P (Pulse/denyut jantung),
G (Grimace/respon refleks),
A (Activity/tonus otot),
R (respiration/pernapasan).
1. Nilai kelima variabel tersebut dijumlahkan.
2. Interpretasi hasil yang diperoleh:
1) Bila jumlah skor antar 7–10 pada menit pertama, bayi dianggap normal.
2) Bila jumlah skor antara 4–6 pada menit pertama, bayi memerlukan
tindakan medis segera seperti pengisapan lendir dengan suction atau
pemberian oksigen untuk membantu bernafas. segera seperti pengisapan
lendir dengan suction atau pemberian oksigen untuk membantu bernafas.

c. Kala III
1. Pengkajian
o Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),
o kaji waktu pengeluaran plasenta,
o kondisi selaput amnion,
o kotiledon lengkap atau tidak.
o Kaji kontraksi/HIS,
o kaji perilaku terhadap nyeri,
o skala nyeri,
o tingkat kelelahan,
o keinginan untuk bonding attachment,
o Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

d. Kala IV
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk
b. Sirkulasi
 Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas
vagal
 TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap
analgesia / aanastesia, atau meningkat pada respon terhadap
pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena kehamilan
 Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas
bawah), atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau
mungkin umum (tanda hipertensi pada kehamilan)
 Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 –
500 ml untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk
kelahiran sesaria
c. Nyeri / Ketidaknyamanan. Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari
berbagai sumber misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan
episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor
dengan “menggigil”
d. Seksualitas
 Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilikus
 Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap
dengan hanya beberapa bekuan kecil
 Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
 Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
 Payudara lunak dengan puting tegang

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA


a. Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik
b. Resiko infeksi b.d luka perenium dan ibu takut BAK
c. Ansietas
d. Resiko perdarahan
e. Intoleransi aktifitas

10. Perencanaan

No Diagnosa SLKI SIKI

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Observasi


keperawatan selama 3x24  Identifikasi lokasi,
jam m a k a diharapkan karakteristik, durasi,
tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas
dengan Kriteria Hasil: nyeri
 Identifikasi skala nyeri
a. Frekuensi nadi membaik  Identifikasi respon nyeri non
b. Pola nafas membaik verbal
c. Keluhan nyeri menurun  identifikasi pengetahuan dan
d. Meringis menurun keyakinan tentang nyeri
 identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik
 berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
 kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 fasilitasi istirahat dan tidur
 pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

Edukasi
 jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
 kolaborasi pemberian
analgetik

2. Risiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Observasi


keperawatan selama 3x24  monitor tanda gejala infeksi
jam, maka diharapkan local dan sistemik
derajat infeksi menurun
dengan Kriteria Hasil: Terapeutik
 batasi jumlah pengunjung
a. Demam menurun
 berikan perawatan kulit pada
b. Kemerahan menurun
daerah edema
c. Nyeri menurun
 cuci tangan sebelum dan
d. Kadar sel darah putih
sesudah kontak dengan pasien
membaik
dan lingkungan pasien
 pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
 jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara memeriksa luka
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu

3 Ansietas Setelah dilakukan asuhan Observasi


keperawatan selama 3x24  identifikasi saat tingkat
jam maka diharapkan tingkat ansietas berubah
ansietas menurun dengan  identifikasi kemampuan

Kriteria Hasil: mengambil keputusan

a. Perilaku gelisah menurun  monitor tanda-tanda ansietas

b. verbalisasi kebingungan
menurun Terapeutik

c. perilaku tegang menurun  ciptakan suasana terapeutik


untuk menumbuhkan
kepercayaan
 temani pasien untuk
mengurangi kecemasan jika
memungkinkan
 pahami situasi yang membuat
ansietas
 gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
 jelaskan prosedur termasuk
sensasi yang mungkin dialami
 informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
 latih teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2016) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2016) Standar Luaran Keperawatan: Defenisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR POSTNATAL CARE (PNC)
RS. IBNU SINA YARSI PAYAKUMBUH

Disusun Oleh :
DINDA ISABELA
211000414201081

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat
Universitas Prima Nusantara
Bukittinggi
2023
KONSEP DASAR POST NATAL CARE (PNC)

1. Defenisi Masa Nifas


Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6- 8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan.

Postpartum (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pulih seperti semula. Selama masa
pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang
bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidaknyamanan pada awal postpartum,
yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan
perawatan yang baik.

2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi
postpartum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan
antara lain :
a. Perubahan sistem reproduksi
1. Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum
hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi
untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus Uteri).
Tinggi Fundus Uterus Dan Berat Uterus Menurut Hari :
Kondisi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir Dua jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat- 500 gr
2 minggu symphisis 350 gr
6 minggu Tak teraba di atas 50 gr
Symphisis
8 minggu Sebesar normal 30 gr
2. Lokea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis
atau anyir dengan volume yang berbeda- beda pada setiap wanita. Lokhea
yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai
perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea
dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
a. Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa postpartum.
Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan
sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi),
dan mekonium.
b. Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung
dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai
hari ke- 14.
d. Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung
selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang menetap pada awal periode
post partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang
mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea
alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis,
terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi
infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan
“lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea
statis”.

3. Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih
menonjol.

4. Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5,
perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap
lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.

b. Perubahan Sistem Pencernaan


Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena
pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya
asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.

c. Perubahan Sistem Perkemihan


Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang
air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi
(tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.

d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang berada
di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan
perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada
waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi
secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah bertambah,
sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia.
Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal
ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima postpartum.

f. Perubahan Tanda-tanda Vital


Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :
1. Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 –
380C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi
biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan
ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi
sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi
100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan
postpartum.
3. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah
akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada saat postpartum menandakan terjadinya
preeklampsi postpartum.
4. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada
masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

3. Etiologi
Etiologi Post partum dibagi menjadi dua yaitu :
a. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir, dan
hemotoma
b. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi didaerah
insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.

4. Tanda Perubahan Psikis Masa Nifas


Proses penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri atas tiga fase yaitu:
a. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang
berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan
proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara
tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini
seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup
istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti
mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi
pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan
yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik.
b. Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3- 10 hari setelah melahirkan.
Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati
menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan
untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
c. Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami
bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi
kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah
meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani
peran barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan diri dan bayinya.
d. Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan
keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga
sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup,
sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya.

5. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di
samping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsetrasi dan timbilnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik
hormon dari kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh- pembuluh darah
yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat
pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks ialah segera post partum bentuk
serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
terbentul semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari
sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-
ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan
dan setelah janin lahir berangsur- angsur kembali seperti sedia kala.
6. Woc

7. Manifestasi Klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan.
a. Sistem reproduksi
1. Proses involusi Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus.
2. Kontraksi Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1- 2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.
Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara
intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.
3. Tempat plasenta Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi
vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang
meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas
menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan
jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi
endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali
pada bekas tempat plasenta.
4. Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris desidua dan debris
trofoblastik. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan
denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning
atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus,
serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
5. Serviks Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan
rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke
bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa,
tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
6. Vagina dan perineum Vagina yang semula sangat teregang akan kembali
secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
b. Sistem endokrin
1. Hormon plasenta Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen
dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik
kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada
masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara
mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan
dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih
yang terakumulasi selama masa hamil.
2. Hormon hipofisis Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita
menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi
pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena
kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan
tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi
FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
3. Abdomen Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,
abdomenya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak 16 seperti
masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali
ke keadaan sebelum hamil.
4. Sistem urinarius Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya
hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke
keadaan sebelum hamil.
5. Sistem cerna :
a. Nafsu makan Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia,
dan keletihan, ibu merasa sangat lapar.
b. Mortilitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua
sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.
6. Payudara Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payudara
selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik
gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat
setelah bayi lahir.
a. Ibu tidak menyusui Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada
wanita yang tidak menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita,
saat palpasi dilakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau
keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang
keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.
b. Ibu yang menyusui Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan
suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula,
payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan
menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan
dari puting susu.
7. Sistem kardiovaskuler
a. Volume darah Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor
misalnya Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah
total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal
cairan tubuh yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat.
Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum lahir.
b. Curah jantung Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung
meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan,
keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60
menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta tiba -
tiba kembali ke sirkulasi umum.
c. Tanda-tanda vital Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika
wanita dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik
peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul dan
berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan
8. Sistem neurologi Perubahan neurologis selama puerperium merupakan
kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan
trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi
selama masa hamil Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi
dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran
rahim.
10. Sistem integument Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya
menghilang saat kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada
daerah tersebut akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang
seluruhnya.
11. Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode
post partum. Perdarahan post partum adalah: kehilangan darah lebih dari 500 cc
setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-
tanda sebagai berikut:
1. Kehilangan darah lebih dai 500 cc.
2. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg.
3. Hb turun sampai 3 gram %.
b. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai infeksi saluran reproduksi selama masa post partum.
Insiden infeksi puerperalis ini 1%-8%, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0
dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum.
c. Endometritis Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh
infeksi puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis.
d. Mastitis Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau
pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertama post partum.
e. Infeksi saluran kemih Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum,
pembedahan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak
adalah Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
f. Tromboplebitis dan thrombosis Semasa hamil dan masa awal post partum,
faktor koagulasi dan meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem
vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh
darah 21 dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis
(pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500-750
kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
g. Emboli Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil.
h. Post partum Depresi Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya
antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas,
kehilangan kontrol, dan lainnya.
i. Tanda-Tanda Bahaya Post Partum Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta
telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa
perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.

12. Pemeriksaan Penunjang Masa Nifas


a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah (RBC), sel-sel
darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin (Hb).
b. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel endometrium.
c. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam urine
seperti streptokokus
d. Tes Diagnostik
1. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
2. Urinalisis: Kadar Urin

13. Penatalaksanaan medis


Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara melakukan
penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai terjadi ruang
kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang
akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat dilakukan dengan
cara memberikan antibiotik yang cukup.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah :
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir
tidak lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya
dilakukan penjahitan.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan, dilakukan
berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
a. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi
suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
b. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah
dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti
merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
c. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan
cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi
uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
d. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik
dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara
regional/ umum

14. Pengkajian
a. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama,
pekerjaan suami, pendidikan terakhir suami, dan alamat
b. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat penyakit
sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah, lamanya,
keteraturan, dan apakah mengalami dismenorhea), riwayat perkawinan,
riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat kehamilan sekarang
(ANC).
c. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
1) Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
2) Tanggal/jam persalinan
3) Jenis kelamin bayi
4) Jumlah perdarahan
5) Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi
6) Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah
d. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah mengalami
operasi atau tidak
e. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
f. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau menular
dari keluarga
g. Pengkajian fisiologis
Pengkajian fisiologis lebih difokuskan pada proses involusi organ
reproduksi, perubahan biofisik sistem tubuh dan deteksi adanya hambatan
pada proses laktasi. Area pengkajian fisiologis post partum antara lain:
1. Suhu
Suhu merupakan penanda awal adanya infeksi, suhu yang cenderung tinggi
juga dapat menandakan ibu mengalami dehidrasi. Suhu dikaji tiap satu
jam selama 8 jam setelah persalinan, kemudian dikaji tiap dua jam sampai
dengan 24 jam setelah persalinan.
2. Nadi, pernapasan dan tekanan darah
Frekuensi nadi yang lebih dari normal (diatas 100 kali/menit)
sebagai tanda adanya infeksi, hemoragi, nyeri, atau kecemasan. Tekanan
darah yang cenderung rendah dapat merupakan tanda syok atau
emboli. Nadi, pernapasan dan tekanan darah dikaji tiap 15 menit sampai
dengan empat jam setelah persalinan, kemudian dikaji tiap 30 menit
sampai dengan 24 jam setelah persalinan.
3. Fundus, lokhea dan kandung kemih
Fundus dapat sedikit meninggi pasca persalinan, tetapi dihari
berikutnya fundus akan mulai turun sekitar satu cm sehingga pada hari
ke 10 fundus sudah tidak teraba. Hari-hari awal setelah persalinan, fundus
akan teraba keras dengan bentuk bundar mulus, bila ditemukan fundus
teraba lembek atau kendur menunjukkan terjadinya atonia atau subinvolusi.
Ketika dilakukan palpasi, kandung kemih harus kosong agar pengukuran
fundus lebih akurat. Kandung kemih yang terisi akan menggeser uterus
dan meningkatkan tinggi fundus. Lokhea dapat dijadikan sebagai
acuan kemajuan proses penyembuhan endometrium.
Lokhea memiliki warna yang berbeda setiap harinya, lokhea rubra
(berwarna merah gelap, keluar dari hari kesatu sampai hari ketiga setelah
persalinan, jumlahnya sedang), lokhea serosa (berwarna merah muda,
muncul dihari ke empat sampai hari ke 10 setelah persalinan, jumlahnya
lebih sedikit dari lokhea rubra), lokhea alba (berwarna putih kekuningan,
muncul dari hari ke 10 sampai minggu ketiga setelah persalinan,
jumlahnya sangat sedikit). Munculnya perdarahan merah segar setelah
selesainya lokhea rubra atau setelah selesainya lokhea serosa
menandakan terjadinya infeksi atau hemoragi yang lambat. Fundus,
lokhea dan kandung kemih dikaji tiap 15 menit sampai dengan
empat jam setelah persalinan, kemudian dikaji tiap 30 menit sampai
dengan 24 jam setelah persalinan.
4. Perineum
Pengkajian pada daerah perineum dimaksudkan untuk mengidentifikasi
ada tidaknya hematoma, memar (ekimosis), edema, kemerahan (eritema),
dan nyeri tekan. Bila ada jahitan luka, kaji keutuhan, perdarahan dan
tanda-tanda infeksi (kemerahan, nyeri tekan dan bengkak). Perineum
dikaji tiap satu jam sampai dengan 24 jam setelah persalinan.
5. Payudara dan tungkai
Pengkajian payudara meliputi bentuk, ukuran, warna, dan kesimetrisan serta
palpasi konsistensi dan deteksi apakah ada nyeri tekan guna persiapan
menyusui. Hari pertama dan kedua pasca melahirkan akan ditemukan
sekresi kolostrum yang banyak. Pengkajian pada tungkai dimaksudkan
untuk menetahui ada tidaknya tromboflebitis. Payudara dan tungkai dikaji
tiap satu jam sampai dengan 8 jam setelah persalinan, kemudian dikaji tiap
empat jam sampai dengan 24 jam setelah persalinan.
6. Eliminasi
Pengkajian eliminasi meliputi pengkajian bising usus, inspeksi dan
palpasi adanya distensi abdomen. Ibu post partum dianjurkan untuk
berkemih sesegera mungkin untuk menghindari distensi kandung
kemih. Eliminasi dikaji setiap 9 jam, kaji juga defekasi setiap harinya.
h. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial ini difokuskan pada interaksi dan adaptasi ibu, bayi baru
lahir dan keluarga. Perawat melihat status emosianal dan respon ibu terhadap
pengalaman kelahiran, interaksi dengan bayi baru lahir, menyusui bayi baru
lahir, penyesuaian terhadap peran baru, hubungan baru dalam keluarga, dan
peningkatan pemahaman dalam perawatan diri (Reeder, Martin dan Koniak-
Griffin, 2011)
i. Pemeriksaan Fisik meliputi :
1) Status Obstetri
2) TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan
3) Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
4) Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.
5) Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung.
6) Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising usus.
7) Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang
infus IVFD atau tidak, akral dingin.
8) Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.
9) Obat-obatan yang dikonsumsi
10) Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB.

15. Diagnosa Keperawatan Utama


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI,
hambatan pada neonatus, anomali payudara ibu, ketidakadekuatan refleks
oksitosin, ketidakadekuatan refleks menghisap bayi, payudara bengkak,
riwayat operasi payudara, kelahiran kembar, tidak rawat gabung, kurang
terpapar informasi tentang pentingnya menyusui dan/atau metode menyusui,
kurang dukungan keluarga, faktor budaya.
c. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi berhubungandengan
keterbatasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran,
kurang terpapar informasi, kurang dalam belajar, kurang mampu mengingat,
ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif,
peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, malnutrisi,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder.
16. Perencanaan

No Diagnosa SLKI SIKI

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri


keperawatan selama 3x24 Observasi
jam m a k a diharapkan
a. Identifikasi lokasi,
tingkat nyeri menurun
karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan Kriteria Hasil:
kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
e. Keluhan nyeri menurun
c. Identifikasi respon nyeri non
f. Meringis menurun
verbal
g. Sikap protektif menurun
d. Identifikasi faktor yang
h. Gelisah menurun
memperberat dan
i. Kesulitan tidur menurun
memperingan nyeri
j. Menarik diri menurun
e. Identifikasi pengetahuan dan
k. Berfokus pada diri sendiri
keyakinan tentang nyeri
menurun
f. Identifikasi pengaruh budaya
l. Diaforesis menurun
terhadap respon nyeri
m. Perasaan depresi menurun
g. Identifikasi pengaruh nyeri
n. Anoreksia Menurun
pada kualitas hidup
o. Pupil dilatasi menurun
h. Monitor keberhasilan terapi
p. Muntah menurun
komplementer yang diberikan
q. Mual menurun
i. Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Teraupetik

a. Berikan teknik non


farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

2. Menyusui tidak Setelah dilakukan asuhan Edukasi Menyusui


efektif keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, maka diharapkan
a. identifikasi kesiapan dan
Status Menyusui membaik
kemampuan menerima
dengan Kriteria Hasil:
informasi
e. Perlekatan bayi pada b. identifikasi tujuan atau
payudara ibu Meningkat keinginan menyusui
f. Miksi bayi lebih
dari 8 kali/ 24 jam
Terapeutik
meningkat
a. Jadwalkan pendidikan kesehatan
g. Berat badan bayi
sesuai kesepakatan
meningkat
b. Berikan kesempatan untuk
h. Tetesan ASI meningkat
Bertanya
i. Suplai ASI adekuat
c. Dukung ibu Meningkatkan
meningkat
kepercayaan diri dalam
j. Kepercayaan diri ibu
menyusui
meningkat
d. Libatkan sistem Pendukung,
k. Bayi rewel menurun
suami, keluarga, dan nakes

Edukasi

a. Berikan konseling menyusui


b. Jelaskan manfaat menyusui bagi
ibu dan bayi
c. Ajarkan 4 posisi menyusui
perlekatan dengan benar
d. Ajarkan perawatan payudara
antepartum mengkompres
dengan kapas yang telah
diberikan minyak kelapa
e. Ajarkan perawatan payudara
post partum (mis. Memerah
ASI, pijat payudara, pijat
(oksitosin)

3 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Edukasi Menyusui


keperawatan selama 3x24 Observasi
jam maka diharapkan tingkat a. identifikasi kesiapan dan
pengetahuan meningkat dengan kemampuan menerima

Kriteria Hasil: informasi

d. Perilaku sesuai anjuran b. identifikasi tujuan atau

meningkat keinginan menyusui

e. Verbalisasi dalam minat


meningkat Terapeutik
f. Kemampuan menjelaskan a. sediakan materi dan media
pengetahuan tentang suatu pendidikan kesehatan
topik meningkat b. Jadwalkan pendidikan
g. Kemampuan kesehatan sesuai kesepakatan
menggambarkan c. Berikan kesempatan untuk
pengalaman yang bertanya
sebelumnya sesuai topik d. Dukung ibu meningkatkan
h. Perilaku sesuai dengan kepercayaan diri dalam
pengetahuan menyusui
i. Pertanyaan tentang masalah e. Libatkan sistem pendukung :
yang dihadapi menurun suami, keluarga, tenaga
j. Persepsi yang keliru kesehatan dan masyarakat
terhadap masalah menurun
k. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat menurun
l. Perilaku membaik Edukasi

a. Berikan konseling menyusui


b. Jelaskan manfaat menyusui
bagi ibu dan bayi
c. Ajarkan 4 posisi menyusui
perlekatan dengan benar
d. Ajarkan perawatan payudara
antepartum dengan
mengkompres dengan kapas
yang telah diberikan minyak
kelapa
e. Ajarkan perawatan payudara
post partum (mis memerah
ASI, pijat payudara, pijat
oksitosin
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/3061/3/BAB%20II.pdf
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/1323/2/BAB%20I.pdf
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR (BBL)
RS. IBNU SINA YARSI PAYAKUMBUH

Disusun Oleh :
DINDA ISABELA
211000414201081

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat
Universitas Prima Nusantara
Bukittinggi
2023
KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR (BBL) NORMAL

1. DEFINISI
Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja
mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011).
Bayi baru lahir (nconatus) adalah bayi yang berusia 0 - 28 hari (Mega, 2020), Bayi
baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Manuaba, 2012)
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37- 42
mingguatau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, bayi
baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru di lahirkan sampai dengan
usia empat minggu (Deasy, kk... 2020).
Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37-42 minggu, berat
badan 2500-4000 gram, panjang lahir 48-52 cm. lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala
33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 kali permenit,
kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo
tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan
lemas, nilai Appearance Pulse Grimace Activity Respiration (APGAR) >7, gerakan
aktif, bayi langsung menangis kuat, genetalia pada laki-laki kematangan ditandai
dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang sedangkan genetalia
pada perempuan kematangan ditandai dengan labia mayora menutupi labia minora,
refleks rooting susu terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan
baik (Armini, 2017).

2. ETIOLOGI
1. His (Kontraksi otot Rahim
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum
3. PATOFISIOLOGI
Adaptasi fisiologis Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:
1. Sistem pernafasan Masa alveoli akan kolaps dan paru- paru kaku. Pernafasan pada
neonatus biasanya pernafasan diafragma dan abnominal. Sedangkan respirasi
setelah beberapa saat kelahiran yaitu 30-60 x menit.
2. Jantung dan sirkulasi darah Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan
menangis kuat. Dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru
mengecil dan darah mengalir ke paru-paru. Dengan demikian duktus botali tidak
berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi
karena pemotongan tali pusat
3. Saluran pencerrnaan
Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam
pertama.
4. Hepar
Fungsi hepar janin dalam kandungan setelah lahir dalam keadaan imatur (belum
matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk menindakan
bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar
pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Urin Difosfat Glukoronide Transferase)
dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrigerase) yang berfungsi dalam sintesis
bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis
5. Metabolisme
Pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme lemak
sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.
6. Produksi panas
Pada neonatus yang mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian suhu
terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran
"brown fat" (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi daripada lemak
biasa.
7. Kelenjar endokrin
8. Kelenjar tiroid yang sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi
sejak beberapa bulan sebelum akhir.
9. Keseimbangan air dan ginjal
Tubuh bayi mengandung banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar daripada
kalium
10. Susunan saraf
Gerakan menelan pada janin, sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 Minggu
dapat hirup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif
terhadap cahaya
10. Imunologi
Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan asi
11. Sistem integumen
12. Sistem hematopoiesis
13. Sistem skeletal
Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harus
simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis yg telapak tangan dan
sudah terlihat pada bayi cukup bulan. (Armini, 2017).

Pathway
4. MANISFESTASI KLINIS
 Pernafasan : tidak ada pernafasan, pernafasan lambat, pernafasan
teratur(menangis
keras)
 Denyut jantung/ nadi: <100x/menit atau tidak ada denyutan jantung
 Warna kulit: biru/pucat, ekstremitas biru, badan merah, seluruh kulit warnanya
merah
 Bayi menangis
 Reflek gerak otot-otot tubuh

5. KOMPLIKASI
1. Sebore
2. Ruam
3. Moniliasis
4. Ikterus fisiologi
5. Gangguan sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata
6. Kardiovaskular: penurunan tekanan darah secara berangsur
7. Pernafasan: Menurunnya konsumsi oksigen
8. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sel Darah Putih 18000/mm,
2. Neutropil meningkat sampai /mm hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis
3. Hemoglobin 15-20g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia)
4. Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar gula menunjukan anemia/hemoraghi prenatal)
5. Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1-2 hari dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
6. Detrosik: Tetes glukosa selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata- rata
mg/dl,meningkat mg/dl pada hari ke 3.
6. PENATALAKSANA MEDIS
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah transisi dari
kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar dan tidak ada kelainan.
Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan.
Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi
kelainan atau anomali kongenital yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per
1000 kelahiran. pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat
antenatal, mempertimbangkan masalah potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan
kelainan yang diturunkan, dan memberikan promosi kesehatan.terutama pencegahan
terhadap sudden infant death syndrome (SIDS) Tujuan utama perawatan bayi segera
sesudah lahir adalah untuk membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali
pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi Asuhan
bayi baru lahir meliputi :
1. Pencegahan Infeksi (PI)
2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk menilai apakah bayi
mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuh
bayi lahir dengan tiga pertanyaan:
a) Apakah kehamilan cukup bulan?
b) Apakah bayi menangis atau bernapas tidak megap-megap?
c) Apakah tonus otot bayi baik bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban "tidak kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga harus
segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak dilakukan
secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013)
3. Pemotongan dan perawatan tali pusat Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda
asfiksia pada bayi, dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan
mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada
atau perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali
pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi. Perawatan tali pusat adalah
dengan tidak membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada
tali pusat (Kementerian Kesehatan R1. 2013). Perawatan rutin untuk tali pusat
adalah selalu cuci tangan sebelum memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering
dan terpapar udara, membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena
menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus
(Lissauer, 2013).
4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong. segera letakkan bayi tengkurap di dada
ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD selama 1
jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian
besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu
pertama biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60 dan berlangsung selama 10-20
menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian Kesehatan RI,
2013). Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi
lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60
menit berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian
vitamin K. salep mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan
lagi kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
5. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam. kontak kulit bayi
dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian Kesehatan RI,
2013).
6. Pemberian salep mata/tetes mata Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk
pencegahan infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis
(tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes
mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak
efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan
RI. 2013).
7. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin Kidosis tunggal di pala kiri
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin KI (Phytomenadione) 1
mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan
RI, 2010)
7. PENGKAJIAN
a. Aktivitas
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak semi-koma
saat tidur dalam meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan
mata cepat (REM) tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Sirkulasi
Rata-rata nadi apical dpm, meningkat sampai 120 dpm pada jam setelah
kelahiran). Nadi perifer mungkin melemah,murmur jantung sering ada selama
periode transisi, TD berentang dari mmHg (sistolik)/40-45 mmHg (diastolik)
Tali pusat diklem dengan aman tanpa rembesan darah.menunjukan tanda-tanda
pengeringan dalam 1-2 jam kelahiran mengerut dan menghitam pada hari ke 2
atau ke 3.
c. Eliminasi
Abdomen lunak tanpa distensi,bising usus aktif pada beberapa jam setelah
kelahiran. Urin tidak berwarna atau kuning pucat,dengan 6- 10 popok basah per
24 jam Pergerakan feses mekonium dalam 24 sampai 48 jam kelahiran.
d. Makanan atau cairan
Berat badan rata-rata gram Penurunan berat badan di awal 5- 10% Neurosensori
Lingkar kepala em,fontanel anterior dan posterior lunak dan datar. Kaput
suksedancum dan molding mungkin ada Selama 3-4 hari, Mata dan kelopak
mata mungkin edema, Strabismus dan fenomena mata boneka sering ada.
e. Pernapasan
Takipnea, pernapasan dangkal, ekspirasi sulit.
f. Seksualitas
Genitalia wanita: Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda vagina
hymen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma)atau rabas berdarah sedikit
(pseudo menstruasi) mungkin ada.
Genitalia pria Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa
terjadi(lubang prepusium sempit, mencegah retraksi foreksim ke glan).
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA
a)Risiko infeksi berhubungan dengan Ketidakadekuatan pertahan tubuh sekunder
(D. 0141)
b) Risiko hipotermi berhubungan dengan kurangnya lapisan lemak subkutan
(D.0140)
c) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
(D.0001)
d) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat gabung (D.0029)

9. PERENCANAAN

No Diagnosa SLKI SIKI


1. Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen nafas
Efektif keperawatan selama 3x 24 Observasi
jam, maka diharapkan a. Monitor pola napas (frekuensi,
pola nafas membaik kedalaman, usaha napas)
dengan Kriteria Hasil: b. Monitor bunyi napas tambahan
a. Ventilasi semenit (mis.Gurgling, mengi,
meningkat wheezing, ronkhi kering
b. Kapasitas vital c. Monitor sputum (jumlah,
meningkat warna, aroma)
c. Diameter thoraks
anterior- posterior Teraupetik
meningkat
a. Pertahankan kapatenan jalan
d. Tekanan ekspirasi
nafas dengan head- tilt dan
meningkat
chin lift (jaw thrust jika
e. Tekanan inspirasi
curiga trauma servikal)
meningkat
b. Berikan minum hangat
f. Dispnea menurun
c. Lakukan penghisapan lendir
g. Penggunaan otot bantu
kurang dari 15 detik
napas menurun
d. Lakukan hiperoksigenasi
h. Pemanjangan fase
sebelum penghisapan
ekspirasi menurun endotrakeal
i. Ortopnea menurun e. Keluarkan sumbatan benda
j. Pernafasan pursed lip padat dengan forcep McGill
menurun f. Berikan oksigen
k. Pernafasan cuping
hidung menurun
Edukasi
l. Frekuensi napas
a. Anjurkan asupan cairan 2000
membaik
ml/hari
m. Kedalaman nafas baik
n. Ekrusi dada membaik Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik

2. Hipotermia Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipotermia


keperawatan selama 3x24 a. Monitor suhu tubuh
jam, maka diharapkan tanda b. Monitor nadi dan pernafasan
dan gejala hipotermia c. Pertahankan suhu tubuh bayi
menurun dengan Kriteria d. Selimuti bayi segera setelah
Hasil: lahir
Termoregulasi e. Tempatkan bayi baru lahir
a. Suhu tubuh bayi dalam dalam inkubator dibawah

rentang normal (36,5 penghangat sesuai kebutuhan

37,5°C)
b. Warna kulit merah muda
3 Risiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi
keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, maka diharapkan resiko a. monitor tanda dan gejala
infeksi menurun dengan infeksi
Kriteria Hasil:

a. kebersihan tangan dan badan Teraupetik


a. Batas jumlah pengunjung
meningkat
b. Berikan perawatan pada
b. nafsu makan meningkat
area edema
c. demam, kemerahan, nyeri,
c. cuci tangan sebelum dan
bengkak menurun
sesudah kontak
d. Perilaku membaik
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3856/4/Chapter2.pdf.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3856/4/Chapter2.pdf.pdf

Anda mungkin juga menyukai