OLEH:
2. Epidemiologi
World Health Organization 2006, menyatakan bahwa pada tahun
2000, terjadi 6,3 juta kasus kematian perinatal di seluruh dunia. 3,3
juta kasus kelahiran mati dan 3 juta kasus kematian neonatal dini. 98
dari kematian perinatal ini terjadi di negara berkembang
Zupan,commit to user 2005. Angka kematian perinatal di negara
berkembang 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju.
Angka kematian perinatal di Asia menunjukkan angka 50 per 1000
dimana angka tertinggi didapatkan 65 per 1000 di Asia Tenggara
WHO, 2006. Angka kematian perinatal di Indonesia belum diketahui
secara pasti karena belum ada survey menyeluruh. Meskipun
demikian, angka kematian perinatal di rumah sakit - rumah sakit besar
yang merupakan refferal hospital, menunjukkan angka kematian
perinatal berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per 1000.
Angka ini tentulah lebih tinggi dibandingkan dengan angka
kematian perinatal sesungguhnya, karena pada refferal hospital
biasanya menampung kasus partus patologis dibandingkan dengan
rumah sakit lain yang pada umumnya menangani partus normal
Wiknjosastro, 2005. Dari data kematian perinatal yang didapatkan di
RS Cipto Mangunkusumo dari tahun 1969 – 1970, dapat disimpulkan
bahwa lebih dari separuh dari kasus kematian perinatal ialah bayi lahir
mati stillbirth. Dari data tersebut juga diperoleh simpulan bahwa angka
kematian perinatal pada bayi dengan Berat-Badan-Lahir-Rendah
BBLR 2 kali lebih banyak dibandingkan angka kematian bayi cukup
bulan dan kematian dalam 24 jam pertama kehidupan
memilikiprosentase 37 dari angka kematian neonatus dini
Wiknjosastro, 2005.
3. Etiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari
indung telur (ovulasi), yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbrae)
dan masuk ke dalam saluran telur. Waktu persetubuhan, cairan semen
tumpah ke dalam vagian dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak
memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel
telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang menggembung dari
tuba falopii (Wiknjosastro, 2005: 125).
Disekitar sel telur, banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan
ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada
tempat yang paling mudah untuk dimasuki, masuklah 1 sel mani dan
kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan
(konsepsi = fertilisasi) (Wiknjosastro, 2005: 125).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sampai
bergerak (oleh rambut getar tuba) menuju ruang rahim, kemudian
melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang di ruang
rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan
sampai dengan nidasi diperlukan waktu ± 6-7 hari. Untuk menyuplai
darah dan zat makanan bagi mudgah dan janin, dipersiapkan plasenta.
Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum
(sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi = fertilisasi),
nidasi dan plasentasi (Wiknjosastro, 2005: 125).
4. Patofisiologi
Pada masa kehamilan trimester I (0-12 minggu) merupakan awal
dari terjadinya konsepsi sampai dengan kehamilan (antenatal)
kemudian ibu akan memasuki periode trimester II (13- 28 minggu)
proses ini menyebabkan perubahan pada seluruh tubuh ibu khususnya
alat genetalia eksternal dan internal serta payudara (mammae). Pada
kehamilan trimester III ( 29- 40 minggu) terjadi perubahan fisiologis
dan psikologis dimana perubahan psikologisnya akan terjadi krisi
situasi dan ibu akan megalami ansietas (cemas). Sedangkan perubahan
psikologis yang terjadi yaitu karena pembesaran uterus yang awalnya
30 gram menjadi 1000 gram dengan panjang kurang lebih 20 cm dan
lebar + 25 cm. Pembesaran uterus dikarenakan hiperplasia dan
hipertrofi menjadi lebih besar dan lunak mengikuti pertumbuhan janin,
sehingga terjadi desakan diafragma menyebabkan rongga dada menjadi
sempit sehingga udara yang masuk menjadi terbatas, menyebabkan
suplai darah darah meningkat nafas akan menjadi pendek dan dangkal
timbullah sesak sehingga menyebabkan ketidakefektifan pola napas.
Sistem muskuloskeletal, dimana terjadi penekanan saraf lumbal dan
menyebabkan penekanan saraf yang merangsang nyeri perifer dan
implus nyeri dikirim otak sehingga menyebabkan pada trimester III
sering terjadi rasa nyeri pada pasien karena peningkatan massa
abdomen dimana uterus yang semakin membesar dan pinggang akan
lebih terasa sakit.
Pada akhir kehamilan trimester III normalnya kepala janin mulai
turun ke PAP menyebabkan penekanan vesikaurinaria sehingga
mengalami peningkatan dalam berkemih maka terjadi gangguan
eliminasi urine.
5. Klasifikasi
a. Kehamilan trimester pertama
Adalah periode kehamilan dari mulai terjadi konsepsi sampai
dengan kehamilan (antenatal) belum mencapai 14 minggu (0-12
minggu). Antenatal atau masa kehamilan mrupakan keadaan
fisiologis yag dapat diikuti.
b. kehamilan trimester ke dua
Adalah periode kehamilan dari usia 13- 28 minggu. Proses ini
menyebabkan perubahan pada seluruh tubuh ibu khususnya alat
genetalia eksternal dan internal serta payudara (mammae).
c. Kehamilan trimester tiga
Adalah periode kehamilan mulai dari usia 29- 40 minggu pda
periode ini terjadi penurunan libido karena gangguan saat
kehamilan.
- Payudara tegang
- Anoreksia nervousa
- Sering kencing
- Konstipasi/obstipasi
- Kerangka janin
7. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan pertama:Tanda vital:
1. (Tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi, frekuensi
napas)
2. Berat badan
3. Tinggi badan
4. Lingkar lengan atas (LILA)
5. Muka : apakah asa edema atau terlihat pucat
6. Status generalis atau pemeriksaan fisik umum lengkap,
meliputi: kepala, mata, higiene mulut dan gigi, karies,
tiroid, jantung, paru, payudara (apakah terdapat
benjolan, bekas operasi di daerah areola, bagaimana
kondisi puting), abdomen (terutama bekas operasi
terkait uterus), tulang belakang, ekstermitas (edema,
varises, refleks patella), serta kebersihan kulit
b) Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan berikutnya:
1. Tanda vital: (tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi,
pernapasan)
2. Berat badan
3. Edema
4. Pemeriksaan terkait masalah yang telah teridentifikasi
pada kunjungan sebelumnya.
c) Melengkapi pemeriksaan fisik obstetri
1. Pemeriksaan fisik obstetri pada kunjungan pertama:
a. Tinggi fundus uteri (menggunakan pita ukur bila usia
kehamilan > 20 minggu)
b. Vulva/perineum untuk memeriksa adanya varises,
kondiloma, edema, hemoroid, atau kelainan lainnya.
c. Pemeriksaan dalam untuk menilai: serviks, uterus,
adneksa, kelenjar bartholin, kelenjar skene, dan uretra
(bila usia kehamilan <12 minggu)
d. Pemeriksaan inspekulo untuk menilai: serviks, tanda-
tanda infeksi, dan cairan dari ostium uteri
2. Pemeriksaan fisik obstetri pada setiap kunjungan
berikutnya:
a. Pantau tumbuh kembang janin dengan mengukur tinggi
fundus uteri. Sesuaikan dengan grafik tinggi fundus
(jika tersedia), atau lihat gambar berikut:
3. Palpasi abdomen menggunakan manuver leopold I-IV:
a. Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri dan bagian
janin yang terletak di fundus uteri (dilakukan sejak
awal trimester I)
b. Leopold II : menentukan bagian janin pada sisi kiri dan
kanan ibu (dilakukan mulai akhir trimester II)
c. Leopold III : menentukan bagian janin yang terletak di
bagian bawah uterus (dilakukan mulai akhir trimester
II)
d. Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya janin
ke pintu atas panggul (dilakukan bila usia kehamilan >
36 minggu)
e. Auskultasi denyut jantung janin menggunakan fetoskop
atau doppler (jika usia kehamilan > 16 minggu).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. LABORATORIUM
1) Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL)
2) Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis)
3) Pemeriksaan Swab (Lendir vagina dan servik)
b. U S G
1) Jenis kelamin
2) Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion
9. Tindakan Penanganan
Penatalaksanaa Ante Natal Care (ANC)
a. Timbang berat badan
Ukuran berat badan kg tanpa sepatu dan memakai yang
seringan-ringannya. Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester
III dinyatakan ibu kurus kemungkinan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah. Ukur tekanan darah.
b. Ukur (Tinggi) Fundus Uteri
Pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi
untuk memperkirakan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan
bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya
kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta
melakukan rujukan tepat waktu.
c. Pemberian imunisasi TT lengkap
Untuk mencegah tetanus neonatorum.
10. Komplikasi
a. Komplikasi Obstetrik langsung :
Perdarahan,pre eklamsia/eklamsia,ketuban pecah dini.
b. Komplikasi obstetric tidak langsung :
Penyakit jantung,anemia,malaria.
11. Tujuan Pelayanan Antenatal
a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan
bayi dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses
kelahiran bayi.
b. Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah ataupun
obstetri selama kehamilan
c. Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan
menghadapi komplikasi
d. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,
menjalankan puerperium normal, dan merawat anak secara fisik,
psikologis dan sosial
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
a) Anamnesa
1) Anamnesa identitas istri dan suami
2) Anamnesa umum : keluhan kehamilan
(mual,muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati), nafsu
makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan.
3) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan
kehamilan ektopik atau kehamilan mola sebelumnya.
b) Pemeriksaan Fisik Diagnostik
1) Keadaan umum
Dengan inspeksi, dapat diperoleh gambaran
mengenai keadaan panggul. Adanya kesempitan
atau kelainan panggul, dapat diduga bila terlihat
jalannya ibu tidak normal, misalnya pincang, ibu
sangat pendek, adanya kelainan panggul (kifosis,
skoliosis), kelainan belah ketupat dari michealis
(tidak simetris).
2) Tinggi badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor
risiko untuk ibu hamil atau ibu bersalin. Jika tinggi
badan kurang dari 145 cm dimungkinkan sang ibu
memiliki panggul sempit.
3) Berat badan
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata
0,3-0,5 kg/minggu. Bila dikaitkan dengan usia
kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda
5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-
masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan,
pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila
terdapat BB yang berlebihan, perlu dipikirkan
adanya risiko bengkak, kehamilan kembar,
hidroamnion, dan anak besar.
4) Lingkar lengan atas (LILA)
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat
untuk status gizi yang kurang/buruk. Ibu beresiko
untuk melahirkan anak dengan BBLR.
c) Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
TD yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg)
merupakan resiko dalam kehamilan. Penanganan
yang kurang tepat, TD sistolik 30 mmHg atau lebih,
dan/atau diastolik 15 mmHg atau lebih dapat
berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi.
2) Denyut nadi
Jumlah denyut nadi normal adalah sekitar 80
kali/menit.
3) Suhu
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5oC dikatakan
demam, hal ini kemungkinan ada infeksi dalam
kehamilan.
4) Pernapasan
Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20
kali/menit. Bila ibu mengalami peningkatan
frekuensi napas, ibu akan mudah lelah atau
kemungkinan dicurigai mempunyai penyakit
jantung.
d) Kepala dan Leher
1) Memeriksa apakah terdapat edema pada wajah
2) Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah
tampak pucat, berwarna kuning/jaundice pada sclera
3) Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga
keadaan gigi
4) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui
pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran pembuluh
limfe dan pembesaran vena jugularis
e) Payudara
1) Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya;
payudara normal melingkar, agak simetris, dan dapat
dideskripsikan kecil, sedang, dan besar
2) Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
3) Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
4) Retraksi akibat adanya lesi
5) Masa atau pembesaran pembuluh limfe
f) Abdomen
1) Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
2) Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan
bila usia kehamilan > 12 minggu, atau pita ukuran
bila usia kehamilan > 22 minggu
3) Melakukan palpasi untuk mengetahui letak
presentasi, posisi, dan penurunan kepala janin kalau
lebih dari 36 minggu
g) Pemeriksaan Leopold
1) Leopold I :
Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian
janin dalam fundus
Konsistensi uterus
2) Leopold II :
Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
Menentukan letak punggung janin
Pada letak lintang, tentukan dimana kepala
janin
3) Leopold III :
Menentukan bagian terbawah janin
Apakah bagian terbawah tersebut sudah
masuk/ masih goyang
4) Leopold IV :
Pemeriksa menghadap kea rah kaki ibu hamil
Bisa juga menentukan bagian terbawah janin
apa dan berapa jauh sudah masuk PAP
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
b. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan obstruksi osmotic.
c. Nyeri akut berhubungan agen cidera biologis
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Intervensi Keperawatan