Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

IBU POSTPARTUM SPONTAN

Disusun Oleh :

Pembimbing Oleh:

Nur Chasanah,S.Kp,M.KeS

Disusun Oleh:

Erlin Wiwin Safitri (0118091)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA


MOJOKERTO

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan Laporan Pendahuluan ini.
Penulis tentu menyadari bahwa Laporan Pendahuluan ini masih jauh dengan kata
sempurna dan masih terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi Laporan Pendahuluan yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada Laporan Pendahuluan ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Mojokerto, 6 Juli 2020

(Penulis)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Post partum merupakan masa dimana organ-organ repsroduksi kembali


normal atau kembali seperti keadaan tidak hamil dan membutuhkan waktu 6
minggu (Farrer,2001). Periode pada post partum di bagi menjadi 3 periode
yaitu : puerpureum dini, intermedial puerperium dan remote pueperium
(Mochtar,1998). ibu post partum banyak mengalami perubahan baik pada
fisiologis maupun psikologis. Pada perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu
post partum ibu mengalami perubahan sistem repsroduksi dimana ibu
mengalami proses pengerutan pada uterus setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Sedangkan pada perubahan adaptasi
psikologis adanya rasa ketakutan dan ke khawatiran pada ibu yang baru
melahirkan. Dan hal ini akan berdampak kepada ibu yang berada dalam masa
nifas menjadi sensitif (kirana, 2015).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka perumusan masalah


dalam penelitian ini adalah: “Adakah hubungan antara tingkat nyeri
episiotomi dengan kemampuan aktifitas fisik ibu postpartum”

C. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui hubungan tingkat nyeri episiotomi dengan kemampuan aktifitas


fisik ibu post partum.
b. Untuk mengetahui aktifitas fisik ibu post partum spontan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
a. Definisi
Postpartum adalah masa pulih kembali seperti pra hamil yang dimulai setelah
partus selesai atau sampai kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan pulih
kembali seperti semula. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sarwono,
2008).
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Siti Saleha, 2009).
Postpartum mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu
(Saifuddin, 2006).

b. Etiologi
Dalam masa nifas,alat-alat genetalia internal maupun eksternal akan berangsur
ansur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.perubahan 2 alat genital ini dalam
keseluruhannya di sebut involisi ( winknjosastro,2006:237 ).
Setelah bai lahir,uterus yang selama persalinan mengalmi kontraksi dan retraksi akan
menjadi keras,sehingga dapat menutup pembulih darah besar yang bermuara pada bekas
implantasi plasenta.otot rahim terdiri dari tiga lapis otot membentuk anyaman sehingga
pembuluh darah dapat tertutup sempurna,dengan demikian terhindar dari perdarahan
postpartum (manuaba,1998:190).

c. Patofisiologi
Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan
psikologis ,pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan
terjadi peningkatan kadar ocytosis , peningkatan kontraks uterus sehingga
muncul masalah keperawatan nyeri akut, dan perubahan pada vagina dan
perinium terjadi ruptur jaringan terjadi trauma mekanis ,personal hygine yang
kurang baik ,pembuluh darah rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor
dan terjadi juga perdarahan sehingga muncul masalah keperawatan resiko
infeksi . perubahan laktasi akan muncul struktur dan karakter payudara.
Laktasi di pengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin,
sehingga terjadi pembentukan asi, tetapi terkadang terjadi juga aliran darah
dipayudara berurai dari uterus (involusi) dan retensi darah di pembuluh
payudara maka akan terjadi bengkak dan penyempitan pada duktus intiverus.
Sehingga asi tidak keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui tidak
efektiv. Pada perubahan psikologis akan muncul taking in (ketergantungan ),
taking hold (ketergantungan kemandirian ), leting go (kemandirian) . pada
perubahan taking in pasien akan membutuhkan perlindungan dan pelayanan ,
ibu akan cemderung berfokus pada diri sendiri dan lemas , sehingga muncul
masalah keperawatan gangguan pola tidur, taking hold pasien akan belajar
mengenai perawatan diri dan ayi, akan cemderung utuh informasi karena
mengalami perubahan kondisi tubuh sehingga muncul masakalh keperawatan kurang
pengetahuan.
d. Pathway
e. Tanda Dan Gejela

1. Involusi uterus

Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta lahir,
uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa
nyeri/mules-mules yang disebut after pain post partum terjadi pada hari ke – 2-3
hari.

2. Kontraksi uterus

Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk


mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi
menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri
sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.

3. After pain

Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After pain
meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan darah (stoll
cell) dalam cavum uteri .

4. Endometrium

Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum
sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi
endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh
kembali. Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut,
tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari pinggir luka.

5. Ovarium

Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi pematangan sel
telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui mentruasinya terlambat
karena pengaruh hormon prolaktin.
6. Lochia

Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas, sifat
lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak. Jumlah lebih
banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi
tidak busuk.

Lochia dibagi dalam beberapa jenis :

a) Lochia rubra Pada hari 1– 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa
chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.

b) Lochia sanguinolenta Dikeluarkan hari ke 3– 7 warna merah kecoklatan


bercampur lendir, banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit
yang mati.

c) Lochia serosa Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak
kuning cair dan tidak berdarah lagi.

d) Lochia alba Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah
mati.

7. Serviks dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan
pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui
oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun mencapai ukuran
normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum, rugae
mulai nampak kembali.

8. Perubahan pada dinding abdomen

Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang
begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat striae
melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang
terlalu besar atau bayi kembar.
9. Perubahan Sistem kardiovaskuler

Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan eksresi
cairan extra vasculer. Curah jantung/cardiac output kembali normal setelah partus

10. Perubahan sistem urinaria

Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan


hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema
trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin. Pengaruh
laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.

11. Perubahan sistem Gastro Intestina;

Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum.


Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas

12. Perubahan pada mammae

Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari ketiga
produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang, membengkak,
lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler)

13. Laktasi

Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan kehamilan.
Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat dikeluarkan
dengan memijat areola mammae.

Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan
mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung antibodi. bayi
yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra indikasi

14. Temperatur

Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali dalam
24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina
ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
f. Komplikasi Postpartum
a) Perdarahan

Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir menurut Eny dan Diah (2009).

perdarahan dibagi menjadi dua yaitu:

1) Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat antonia uteri,
retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan involusio uteri.
2) Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam. Penyebab
perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensio sisa plasenta, infeksi
postpartum.
b) Infeksi

Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia setelah


persalinan,ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38ºC atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Infeksi postpartum mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuk kuman-
kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan postpartum
(Mitayani, 2011). Infeksi postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat yang tidak
steril, luka robekan jalan lahir, perdarahan, preeklamsia, dan kebersihan daerah
perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa postpartum dapat terjadi karena beberapa
faktor pemungkin, antara lain pengetahuan yang kurang, gizi, pendidikan, dan usia.

1) Pengetahuan
Menurut ambarwati (2010), pengetahuan adalah segala apa yang diketahui
berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengalaman yang
didapat dapat berasal dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang didapat
dari orang lain.
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan ibu karena
ibu yang mempunyai latar belakangpendidikan lebih rendah akan sulit untuk
menerima masukan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2012)
3) Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi pada orang
tua sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini disebabkan suplai darah
yang kurang baik, status nutrisi yang kurang atau adanya penyakit penyerta
seperti diabetes melitus. Sehingga penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia
muda dari pada usia tua (Suherni, 2009).
4) Gizi
Proses fisiologi penyembuhan luka perineum bergantung pada tersedianya
protein, vitamin (terutama vitamin A dan C) dan mineral renik zink dan tembaga.
Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang diperoleh fibroblas
dari protein yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen.
Vitamin A dapat mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan luka
(Cuningham, 2006).

g. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:

• Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya

• Keadaan umum: TTV, selera makan dll

• Payudara: air susu, putting-

• Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum

• Sekres yang keluar atau lochea

• Keadaan alat kandungan

Pemeriksaan penunjang post partum menurut manjoer arif dkk, 2001

• Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum

• Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.


h. Penatalaksanaan atau Perawatan Post Partum
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara
melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai
terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-
bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu
dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup (Moctar, 1998).
Spontan, dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
a) Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi
suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
b) Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah dan
menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti
merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
c) Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan cairan
infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan post partum.
d) Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik dan
antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional/
umum (Hamilton, 1995).

B. KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2) Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
3) Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
4) Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua ?
5) Riwayat obstetri
1) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG,
Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan
impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
2) Riwayat persalinan
a) Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah
abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong
persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
b) Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam,
keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas
setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara,
kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon dan support
keluarga.
c) Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his, pembukaan,
bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi atau
tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi
atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan
placenta, jumlah perdarahan.
d) Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis
atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis
kelamin Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah
dilakukan bonding attatchment secara dini dengan ibunya, apakah
langsung diberikan ASI atau susu formula.
6) Riwayat KB & perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang
atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
7) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut diderita
sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang ?

8) Riwayat psikososial-kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan,
apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan
suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain,
dukungan social dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk
memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak
mampuan merawat bayi baru lahir, krisis keluarga. Blues : Perasaan sedih,
kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis. Depresi : Konsentrasi,
minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi
yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan pada dirinya
atau bayinya.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan
budaya pada perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila
menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita.
9) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah
diderita oleh keluarga.
10) Profil keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type
rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan
keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
11) Kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan
ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguensi,.
b) Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman
yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-
remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat
tidur (penekanan pada perineum).
c) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol
blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut
luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi,
konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan
toilet.
d) Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan
wajah.
e) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja
dan menyusui.
f) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.
12) Sexual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi
freguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks,
keyakinan, kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual.
Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat
dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada
akhir minggu ke 3). Bagaimana cara memulai hubungan seksual berdasarkan
pengalamannya, nilai yang dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan
bercumbu, berciuman, ketawa, gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat
hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan. Posisi saat
koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat menyusui apakah
memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi seksual : bayi
menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang disebabkan
penurunan libido.
13) Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi
ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan,
perasaan klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh
yang pendek.
14) Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-
tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi
uterus, perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum
bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional
dan kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal
hyhiene, payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali
pusat, menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina
hubungan tali kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan
sibling dan kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan
secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan.
Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.
15) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
b) BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi
cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
c) Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
d) Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar
getah bening diketiak.
e) Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus,
nyeri, perabaan distensi blas.
f) Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina
(licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan
luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia
(warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr
serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
g) Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.
16) Pemeriksaan Laboratorium
a) Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10
g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
b) Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah (carpenito, 2000)

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Postpartum

a. Nyeri (akut)/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,


edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan tubuh.
c. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya,
usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator
(misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia;
tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas
rubella,inkompabilitas Rh).
e. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit,
penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan lingkungan,
rupture ketuban lama, mal nutrisi.

C. Intervensi

Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan yang meliputi


pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi
masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnose keperawatan.

a) Nyeri (akut) ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,


edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa
nyeri teratasi
Kriteria hasil :Mengidentifikasi dan mengunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya
ketidaknyamanan.

Intervensi:

1) Tentukan adanya lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan


dan catatan kelahiran.
2) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan edema, ekimosis,
nyeri tekan local, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan jaringan.
3) Berikan kompres es pada perineum, khusus nya selama 24 jam pertama
setelah kelahiran.
4) Berikan kompres panas lembab (misal rendam duduk/bak mandi) diantara
100o dan 105o F (38o sampai 43,2o C) selam 20 menit, 3-4 kali sehari,
setelah 24 jam
5) Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan
episiotomy.Infeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan
kompres es selama 20 menit setiap 4 jam, penggunaan kompres witch hazel,
dan menaikan pelvis pada bantal.
6) Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpain.
7) Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah abdomen, dan
melakukan tehnik visualisasi atau aktivitas pengalihan.
8) Inspeksi payudara dan jaringan putting; jika adanya pembesaran dan/atau
pitung pecah–pecah.
9) Ajurkan untuk mengunakan bra penyokong
10) Berikan informasi mengenai peningkatan frekuensi temuan, memberikan
kompres panas sebelum member makan, mengubah posisi bayi dengan
tepat, dan mengeluarkan susu secara berurutan , bila hanya satu putting
yang sakit atau luka.
11) Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak
merencanakan menyusui.
12) Kaji klien terhadap kepenuhan kandung kemih.
13) Evaluasi terhadap sakit kepala, khususnya setelah anesthesia subaraknoid.
Hindari member obat klien sebelum sifat dan penyebab dari sakit kepala
ditentukan.
14) Berikan bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan makan
selama 2–3 minggu. Kaji hipotensi pada klien; tetap dengan klien selama
ambulasi pertama.
15) Berikan analgesic 30 – 60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tidak
menyusui, berikan analgesic setiap 3 – 4 jam selama pembesaran payudara
dan afterpain.
16) Berikan sprei anestetik, salep topical, dan kompres witc hazel untuk
perineum bila dibutuhkan.
17) Bantu sesuai dengan injeksi salin atau pemberian “ blood patch “ pada sisi
pungsi dural. Pertahankan klien pada posisi horizontal setelah prosedur.

b) Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,


pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur
karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan : setelah dilakukan demostrasi tentang perawatan payudara diharapkan
tingkat pengetahuan ibu bertambah.
Kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui,
mendemonstrasikan tehnik efektif dari menyusui, menunjukan kepuasan
regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan setelah menyusui.
Intervensi:
1) Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap
pasangan/keluarga.
2) Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan keuntungan
menyusui, perawatan putting dan payudara, kenutuhan diet khusus, dan
factor – factor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
3) Demostrasikan dan tinjauan ulang tehnik – tehnik menyusui. Perhatikan
posisi bayi selama menyusui dan lama menyusui.
4) Kaji putting klien; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui.
5) Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20 – 30
menit setelah menyusui.
6) Instruksikan klien untuk menghindari pengunaan putting kecuali secara
khusus diindikasi.
7) Berikan pelindung putting payudara khusus untuk klien menyusui dengan
putting masuk atau datar.
8) Rujuk klien pada kelompok pendukung; misal posyandu
9) Identifikasi sumber–sumber yang tersedia dimasyarakat sesuai indikasi

c) Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan: Pemenuhan ADL terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi, makan, dan
minum).
Intervensi:
1) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
2) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
3) Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
4) Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya Rasionalisasi
5) Sebagai indikator untuk melanjutkan tindakan selanjutnya.
6) Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.
7) Agar klien mudah menjangkau kebutuhannya.
8) Dengan adanya hubungan dan kerjasama dari keluarga klien terpenuhi

d) Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator


(misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia;
tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas rubella,
inkompabilitas Rh).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cidera
teratasi.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan factor – factor
risiko/melindungi diri dan bebas dari komplikasi.
Intervensi:
1) Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb) darah dan kehilangan darah pada
waktu melahirkan. Catat tanda – tanda anemia.
2) Anjurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang mendapatkan
anesthesia subaraknoid, yang mungkin yetap berbaring selama 6 – 8 jam,
tanpa penggunaan bantal atau meninggikan kepala. Bantu klien dengan
ambulasi awal.
3) Berikan supervise yang adekuat pada mandi shower atau rendam duduk.
Berikan bel pemanggil dalam jangkauan klien.
4) Berikan klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran kanan atas (KKaA ,
sakit kepala, atau gangguan penglihatan.
5) Catat efek – efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan, kaji respon
patella dan pantau status pernapasan.
6) Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda – tanda tromboflebitis,
perhatikan ada atau tidaknya tanda human.6) Berikan kompres panas local;
tingkatkan tirah baring dengan meninggikan tungkai yang sakit.
7) Evaluasi status rubella pada grafik prenatal, kaji klien tehadap alergi pada
telur atau bulu.
8) Berikan MgSO4 melalui pompa infuse, sesuai indikasi.
9) Berikan kaus kaki penyokong atau balutan elastic untuk kaki bila risiko –
risiko atau gejala-gejala flebitis terjadi.
10) Berikan antikoagulasi; evaluasi factor – factor koagulasi, dan perhatikan
tanda – tanda kegagalan pembekuan.
11) Berikan Rh0 (D) imun globulin (RhlgG) LM.dalam 72 jam pascapartum,
sesuai indikasi.

e) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit,


penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan lingkungan,
rupture ketuban lama, mal nutrisi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak
terjadi.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan tehnik-tehnik untuk menurunkan risiko/
meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase purulen
dan bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhial dan karakter
normal.
Intervensi:
1) Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan
vagina dan komplikasi seperti ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama,
laserasi, hemoragi, dan tertahannya plasenta.
2) Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda-tanda
menggigil, anoreksia atau malaise.
3) Kaji lokasi dan kontraktilitis uterus ; perhatikan perubahan involusional atau
adanya nyeri tekan uterus ekstrem.Catat jumlah dan bau rabas lokhial atau
perubahan pada kemajuan normal dari rubra menjadi serosa.
4) Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan atau
nyeri tekan.
5) Anjurkan pemeriksaan rutin payudara. Tinjau perawatan yang tepat dan
tehnik pemberian makan bayi. (rujuk pada DK : Nyeri
(akut)/ketidaknyamanan).
6) Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan
berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada garis sutura
(kehilangan perlekatan), atau adanya laserasi.
7) Perhatikan frekuensi/jumlah berkemih.
8) Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sisitis (mis :
peningkatan frekiensi, doronganatau disuria).
9) Catat warna dan tampilan urin, hematuria yang terlihat, dan adanya nyeri
suprapubis.
10) Anjurkan perawatan perineal, dengan menggunakan botol atau rendam
duduk 3 sampai 4 kali sehari atau setelah berkemih/defekasi. Anjurkan klien
mandi setiap hari ganti pembalut perineal sedikitnya setiap 4 jam dari depan
ke belakang.
11) Anjurkan dan gunakan tehnik mencuci tangan cermat dan pembuangan
pembalut yang kotor, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan
tepat.
12) Kaji status nutrisi klien. Perhatikan tampilan rambut, kuku, kulit, dan
sebagainya. Catat berat badan kehamilan dan penambahan berat badan
prenatal.
13) Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C, dan
zat besi.
14) Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000 ml/hari.
15) Tingkatkan tidur dan istitahat.
16) Pemeriksaan laboratorium, jumlah Leukosit.
D. Evaluasi

Evaluasi yang didapatkan penulis berdasarkan respon perkembangan pada Post


Partum Spontan, terdapat masalah keperawatan yang belum berhasil diatasi
sepenuhnya yaitu gangguan rasa nyaman nyeri.
BAB III

PENUTUP

Dalam bab ini penulis akan simpulkan dari hasil pembahasan dengan tujuan
untuk perbaikan kualitas asuhan keperawatan mendatang, khususnya bagi pasien
Post Partum Spontan,maka dalam bab ini penulis akan menyimpulkan hal-hal
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, disamping itu dalam bab ini
penulis juga memberikan saran yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemberian asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
A. Kesimpulan
Hasil pengkajian yang penulis peroleh dapat terselesaikan dengan baik, hal ini
dikarenakan faktor pendukung dari klien sendiri yang berperan aktif dalam melakukan
tindakan keperawatan. Dalam proses pengkajian ini penulis juga mengalami kendala
yaitu ketidakhadiran keluarga saat pengkajian dilakukan.

Diagnosa keperawatan yang dimunculkan sesuai dengan teori dan berdasarkan data
pengkajian yang ada yaitu gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya
trauma mekanik pada jalan lahir, resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri
skunder akibat trauma selama persalinan, dan resiko ketidak efektifan menyusui
berhubungan dengan pembengkakan. Sedangkan diagnosa yang tidak dimunculkan oleh
penulis berdasarkan teori yang ada disebabkan karena tidak adanya tanda dan gejala
untuk merumuskan diagnosa tersebut adalah gangguan pola tidur, defisit perawatan diri,
serta resiko perubahan peran menjadi orang tua. Adapun yang menjadi keterbatasan
penulis yaitu kurang teliti dalam merumuskan masalah, sehingga diagnosa keperawatan
yang seharusnya muncul tidak ada dalam tinjauan kasus adalah resiko perdarahan.
Penyusunan rencana keperawatan yang penulis buat bertujuan untuk mengurangi atau
mengatasi masalah keperawatan yang ada. Penyusunan rencana keperawatan
diutamakan pada tindakan keperawatan secara mandiri. Dalam penyusunannya penulis
tidak mengalami hambatan karena gejala-gejala yang muncul pada sebagian besar sudah
sesuai dengan konsep yang ada.
Tindakan keperawatan yang penulis lakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat oleh penulis. Pada pelaksanaan tindakan keperawatan penulis menemui
sedikit hambatan karena keterbatasan waktu serta kurangnya pengalaman penulis.
B. Saran

Dari beberapa simpulan di atas untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada
klien dengan Post Partum Spontan khususnya di ruang Maka penulis sarankan :
Tim kesehatan hendaknya bisa lebih meningkatkan lagi ketrampilan dan pengetahuan
tentang perawatan ibu post partum seperti tentang perawatan vulva yang benar, cara
mengurangi nyeri pasca melahirkan, serta perawatan payudara yang benar, sehingga
diharapkan dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang muncul pada ibu post partum.
Sebaiknya keperawatan membuat discharge planning dengan cara melakukan
pengkajian kebutuhan persiapan pulang bagi pasien Post Partum Spontan seperti
memberi edukasi bagi pasien dan keluarga tentang perdarahan masa nifas, infeksi masa
nifas, penggunaan obat-obatan di rumah, melatih senam nifas dengan tetap
memperhatikan latar belakang ekonomi dan pendidikan pasien.
Selain itu, perlu ditingkatkan lagi kerja sama antara perawat, klien, keuarga, dan tim
kesehatan lain untuk melakukan salah satu bentuk perencanaan yaitu kunjungan rumah.
Karena periode masa nifas berlangsung kurang lebih 40 hari pasca persalinan. Sehingga
kunjungan rumah perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi pada ibu post partum
seperti infeksi maupun perdarahan post partum.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak,M.Irene.2004. Perawatan Maternitas dan Gynekologi.Bandung: VIA PKP


Mansur, Herawati.2009.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.
Manuaba,Ida Bagus.2007.Ilmu Kebidanan,Penyakit kandungan, dan keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan.Jakarta:EGC
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta:
TIM.
Mochtar, Rustam.1998.Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC : Jakarta
Saifuddin, Abdul Bari.2006.Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:Tridasa Printer
Saleha,Siti.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sarwono, P. 2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakart: Penerbit Fitramaya.
Varney, Hellen, dkk.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume1.Jakarta:EG

Anda mungkin juga menyukai