AF
DENGAN 6 POST PARTUM SPONTAN PERVAGINAM
DI RUANG RAWAT NIFAS PUSKESMAS MERGANSAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Laboratorium Klinik Maternitas I
Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
(P07120113034)
(P07120113035)
(P07120113036)
(P07120113037)
(P07120113087)
2015BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak,
ketika alat-alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal.
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.
B. Klasifikasi
Masa post partum terbagi 3 tahap, yaitu:
1. Immediate post partum periode (24 jam pertama setelah melahirkan).
2. Early post partum periode (hari kedua sampai ketujuh setelah
melahirkan).
3. Late post partum (minggu kedua/ketiga sampai keenam setelah
melahirkan).
C. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui
secara pasti atau jelas, terdapat beberapa teori antara lain:
1. Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan ketentraman otot rahim.
2. Peningkatan kadar oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu timbul
kontraksi otot rahim.
3. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim
makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama
dan biasa.
5. Teori prostaglandin
b. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari
tangan, setelah 6 minggu post partum serviks menutup.
c. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina
kembali ke keadaan tidak hamil, rugae dalam vagina kembali ke
keadaan tidak hamil dan secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
d. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh karena tekanan kepala bayi yang
bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapat
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari
pada keadaan sebelum melahirkan.
2. Sistem kardiovaskuler
a. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tetap. Hipotensi ortostatik,
yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera
berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama.
b. Denyut nadi
Nadi umumnya 60-80 x/menit dan segera setelah partus dapat
terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas
mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung. Pada
masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu. Pada
minggu ke 8 sampai ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali
ke frekuensi sebelum hamil.
c. Komponen darah
Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan kembali ke keadaan
semula sebelum melahirkan.
3. Sistem endokrin
Pengeluaran plasenta menyebabkan
penurunan
signifikan
pada
masa
kehamilan
biasanya
G. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut involusi. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan
yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak
menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk
semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium
ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi
plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis
serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin
lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
H. Gambaran Klinik pada Komplikasi Post Partum
Untuk memperkirakan kemungkinan penyebab perdarahan paska
persalinan sehingga pengelolaannya tepat, perlu dibenahi gejala dan tanda
sebagai berikut :
Gejala dan Tanda
Uterus tidak
berkontraksi dan
Penyulit
Syok
Bekuan darah
lembek
Diagnosa Penyebab
Atonia uteri
Robekan jalan
Perdarahan segera
pada posisi
terlentang akan
menghambat aliran
Darah segar
darah keluar
Pucat
Lemah
anak lahir
Mengigil
lahir
Uterus berkontraksi
dan keras
Plasenta lengkap
Plasenta belum lahir
setelah 30 menit
Perdarahan segera,
Inversio uteri
Perdarahan
keras
Plasenta atau
Uterus
berkontraksi tetapi
lengkap
Perdarahan segera
Uterus tidak teraba
Retensio
plasenta
lanjutan
tidak berkurang
Neurogenik syok,
Tertinggalnya
sebagian plasenta
Inversio uteri
massa
I.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
a.
Penatalaksanaan umum
1) Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal.
2) Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan
aman.
3) Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat.
4) Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi.
5) Atasi syok jika terjadi syok.
6) Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah,
lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus
20 ml dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit).
7) Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi
kemungkinan robekan jalan lahir.
8) Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.
9) Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk.
10) Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan
dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.
b.
Penatalaksanaan khusus
1) Atonia uteri
a) Kenali dan tegakan kerja atonia uteri. Sambil melakukan
pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan
pengurutan uterus.
b) Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan
lahir.
c) Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan:
Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus
melalui
dinding
mendekatkan
abdomen
kedua
belah
dengan
jalan
saling
telapak
tangan
yang
miometrium.
Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis
dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi
tersebut genggam tangan kanan kemudian tekankan
pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu
badan,
hingga
penekanan
mencapai
yang
tepat
kolumna
akan
vertebralis,
menghetikan
atau
40/menit,
bila
perlu
kombinasikan
dengan
lepaskan speculum.
Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta
tampak jelas.
g) Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta
disisi berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin,
minta asisten untuk memegang klem tersebut.
h) Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral.
i) Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar
searah jarum jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan.
4) Ruptur uteri
a) Berikan segera cairan isotonik (RL/NS) 500 cc dalam 15-20
menit dan siapkan laparatomi.
b) Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta,
fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien
ke rumah sakit rujukan.
c) Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan operasi uterus.
d) Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien
mengkwatirkan lakukan histerektomi.
e) Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum
f)
abdomen.
Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda
infeksi
5) Sisa plasenta
a) Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan
plasenta setelah dilahirkan.
b) Berikan antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis.
c) Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan, bila serviks
hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan dilatasi dan kuret.
d) Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus
600mg/hari selama 10 hari.
6) Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina
a) Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi
dan sumber perdarahan.
b) Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan
antiseptic.
c) Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat
dengan benang yang dapat diserap.
d) Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal .
e) Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan
lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai
berikut:
Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi
secara jelujur.
Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub
tanda-tanda infeksi.
Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb
dibawah 8 gr% berikan transfusi darah.
trauma
mekanis,
pengalaman
sebelumnya,
tingkat
dukungan,
karakteristik payudara.
c. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek
anestesi, profil darah abnormal.
d. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan Hb, prosedur invasif, pecah ketuban, malnutrisi.
e. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal,
f.
bayi
berhubungan
dengan
kurang
pemahaman,
salah
jahitan perineum.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Diagnosa 1
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu
berkurang dengan kriteria: skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya
berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi, tanda
vital dalam batas normal (S = 370 C, N = 80 x/menit, TD = 120/80
mmHg, R = 18 20 x/menit).
Intervensi:
1) Kaji ulang skala nyeri.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat.
2) Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi
rasa nyeri.
Rasional: mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang
dirasakan.
dapat mendemonstrasikan
ke
ekstremitas bawah.
3) Kaji ada hiperfleksia sakit kepala atau gangguan penglihatan.
Rasional: bahaya eklamsi ada di atas 72 jam post partum
sehingga dapat diketahui dan diinteraksikan.
d. Diagnosa 4
Tujuan:
tanda
infeksi
lebih
dini
dan
f.
yang
tidak
dapat
keluar,
bisa
Diagnosa 9
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gerak dan
aktivitas ibu terkoordinasi dengan kriteria: sudah tidak nyeri pada
luka jahitan saat duduk, luka jahitan perinium sudah tidak sakit
(nyeri berkurang).
Intervensi:
1) Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke
ekstremitas bawah.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan luka jahitan
perinium.
Rasional :
mempercepat
penyembuhan
luka
sehingga
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN KASUS
I.
PENGKAJIAN
Hari, tanggal
Jam
Tempat
Oleh
Sumber data
Metode
A. Data Demografi
1. Nama Klien
2. Umur Klien
3. Jenis Kelamin
4. Alamat
5. Status Perkawinan
6. Agama
7. Suku
8. Pendidikan
9. Pekerjaan
10. Nama Suami
11. Umur Suami
12. Tanggal Masuk
13. Tanggal Persalinan
14. Tanggal Pengkajian
: Ny. D
: 19 tahun
: Perempuan
: Badran RT 45/RW 10 Salatiga
: Menikah
: Islam
: Jawa
: SMA
: Ibu Rumah Tangga
: Tn. DK
: 22 tahun
: 15 Juni 2014 jam 10.00 WIB
: 15 Juni 2014 jam 21.30 WIB
: 16 Juni 2014 jam 09.40 WIB
bergerak atau buang air kecil, nyeri terasa perih selama 3 detik.
Riwayat kehamilan
a. Post partum dengan status P2 A0 Ah2 Hari Ke-1
HPMT
: 2 September 2013
HPL
: 9 Juni 2014
Usia Kehamilan : 41 minggu
b. Keluhan yang muncul selama kehamilan ini
Trimester I
Trimester II
Trimester III
kenceng.
c. Imunisasi
Pasien menyatakan selama hamil mendapatkan imunisasi TT
3.
1 menit
2
1
1
2
1
7
5 menit
2
2
2
2
1
9
Pasien
Ny. D (19 tahun)
Keterangan :
: laki-laki
:garis keturunan
: perempuan
:tinggal serumah.
: garis perkawinan
: Diabetes Mellitus
b. Penyakit keluarga
Pasien menyatakan mempunyai keluarga yang punya penyakit
menurun Diabetes Mellitus yaitu nenek pasien.
D. Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
a. Pola makan dan minum
Sebelum melahirkan:
Pasien menyatakan selama hamil trimester I pola makan kurang
teratur, pasien jarang makan nasi karena mual, pasien makan
dengan roti. Setelah hamil trimester II-III pola makan teratur sehari
3 kali berupa nasi, sayur dan lauk. Selama hamil pasien banyak
minum karena sering merasa haus, sehari 2 liter air putih dan air
jeruk.
Setelah melahirkan:
Pasien menyatakan sudah makan habis satu porsi berupa nasi,
sayur, dan lauk. Sebelas jam setelah melahirkan pasien
minum
Makan/minum
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
V
V
V
V
V
V
ia
mengerjakan
i.
Kognitif
tali
pusat yang baik. Pasien mengatakan tidak tahu
tentang pembuatan air DTT. Pasien terlihat
bingung
saat ditanya tentang perawatan tali pusat dan
pembuatan air DTT.
7. Persepsi dan Konsep Diri
a. Motivasi terhadap kehamilan
Pasien tetap merasa senang dan bersyukur walaupun kehamilan
tidak direncanakan.
b. Efek kehamilan terhadap body image
Selama hamil pasien merasa percaya diri dan tidak malu dengan
bentuk badan yang berbeda.
c. Orang yang paling dekat
Suami dan ibu.
d. Tujuan dari kehamilan
Pasien berencana ingin mempunyai 2 anak saja.
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda Vital
c. Tekanan darah: 110/70 mmHg
d. Nadi
: 66 kali/menit
e. Temperatur
: 36oC
f. Respirasi
: 20 kali/menit
2. Status Gizi
a. Berat badan
Sebelum melahirkan : 49 kg
Setelah melahirkan : 43 kg
b. Tinggi badan
: 159 cm
3. Kulit, rambut, dan kuku
a. Inspeksi kulit
: kulit lembab tidak kering.
b. Inspeksi kuku dan rambut
: kuku pendek, rambut agak
berminyak.
4. Kepala dan leher
a. Wajah
: tidak oedem, tidak pucat, pasien tampak lemas.
b. Mata
: sklera putih, konjungtiva tidak anemis, terdapat
lingkaran hitam di sekitar mata.
c. Telinga : tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
d. Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, tidak
ada peningkatan JVP.
5. Mulut, tenggorokan, dan hidung
a. Inspeksi mulut
: Membran mukosa lembab, bibir tidak
Kering.
b. Inspeksi tenggorokan : tidak terkaji.
c. Inspeksi hidung
: tidak ada pembesaran polip.
6. Thoraks dan paru-paru
a.
b.
c.
d.
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
7. Payudara
Payudara simetris. Areola terlihat hiperpigmentasi. Puting menonjol.
ASI dapat keluar dengan lancar, tidak ada lesi pada puting susu.
8. Jantung
a. Inspeksi
: iktus cordis tidak terlihat.
b. Palpasi
: iktus cordis teraba.
c. Perkusi
: suara redup.
d. Auskultasi
: suara jantung BJ1 dan BJ2.
9. Abdomen
Inspeksi : perut tampak membuncit, tidak ada strie gravidarum, ada
linea nigra.
Palpasi
: perut kuadran III teraba massa, kontraksi uterus kuat.
Pasien terlihat sering mengusap-usap perutnya.
10. Genetalia
Terdapat jahitan episiotomi dengan catgut, tidak ada odem vagina,
tidak ada varices, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini. Daerah
genetalia terlihat bersih, lokhia rubra, bau khas lokhia.
11. Anus dan rektum
Tidak terkaji
F. Terapi Medis yang Diberikan
Tanggal 15-16 Juni 2014
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jenis Terapi
Oksitosin
Mothergin
Amoxcicillin
Asam Mefenamat
Vitamin A
Misoprostol
Vitamin K Inj.
Sulfat Ferus
Dosis
1 mg
0,2mg/1ml
500 mg
500 mg
200.000 IU
500mg
1mg/8jam
500mg/12jam
Rute
Inj. IM
Inj. IM
Oral
Oral
Oral
Supositoria
IV
Oral
II.
ANALISA DATA
No
.
1.
Data
Masalah
DS:
Nyeri akut
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
DS:
tidur 1 jam saja dari jam 4 sampai dengan jam 5 pagi karena
perubabahan
lingkungan
baru.
Pasien
menyatakan
mengantuk.
DO:
a. Pasien tampak lemas.
b. Terdapat lingkaran hitam di sekitar mata.
c. Pasien terlihat sesekali menguap.
d. TD: 110/70 mmHg.
e. Nadi: 66 x/menit.
3.
DS: -
Risiko infeksi
DO:
4.
a.
b.
c.
d.
DS:
DS:
alat kontrasepsi
DO:
- Perut kuadran III teraba massa.
e. Kurang pengetahuan tentang alat kontrasepsi berhubungan dengan
kurang pajanan informasi yang ditandai dengan:
DS:
- Pasien mengatakan tidak tahu mengenai apa itu IUD.
- Pasien bertanya kepada petugas apa itu KB, efek samping, dan
keberhasilan menggunakan IUD.
DO:
- Pasien terlihat bingung saat ditanya tentang IUD.
f.
Diagnosa
Keperawatan
Senin,
16
Juni
2014
Pukul 09.40 WIB
Nyeri
akut
berhubungan
agen
cedera
fisik
Juni
2014
Pukul 09.40 WIB
Setelah dilakukan
Senin, 16
2014
Pukul
WIB
1. Jelaskan pada klien
(episiotomy),
nyeri
penyembuhan
proses
involusi
berkurang
uterus
yang
Pasien
menyatakan
mules
pada
(skala
atau
air
kecil,
16
Intervens
keluarga tentang n
DS:
-
Senin,
keperawatan
ditandai dengan:
-
Tujuan
asuhan
dengan
Rencana Keperaw
DO:
Pasien
terlihat
perutnya,
pasien
episiotomi,
pro
involusi uterus.
2. Kaji
ulang
lo
karakteristik,
du
3 jadi 1.
2. Klien mengatakan nyeri
frekuensi
dengan kriteria :
S:
berkurang.
3. Klien dapat beradaptasi
dengan
nyeri
nyeri.
3. Observasi
dan
tanda-ta
vital.
proses
mobilisasi dini.
7. Kelola pemberian A
terdapat
jahitan
episiotomy
Mefenamat
3x1
500mg.
-
karis
respirasi: 20 kali/menit.
karisma
Senin,
16
Juni
2014
Pukul 09.40 WIB
Gangguan
istirahat
tidur
berhubungan
respon
yang
ditandai dengan:
-
DS:
Pasien
menyatakan tidak
Juni
2014
Pukul 09.40 WIB
Setelah dilakukan
keperawatan
kebutuhan
psikologi
16
asuhan
pemenuhan
dengan
Senin,
Senin, 16
2014
Pukul
WIB
1.Kaji tingkat kelelahan
melahirkan.
Pasien tidur 1 jam
saja dari jam 4
sampai
dengan
jam 5 pagi.
- DO:
Pasien tampak lemas.
Terdapat lingkaran hitam
di sekitar mata.
TD: 110/70 mmHg.
Nadi: 66x/menit.
- Nanda
- Senin, 16 Juni
-
2014
Pukul 09.40 WIB
Risiko
infeksi
Senin,
16
Juni
2014
Pukul 09.40 WIB
Senin, 16
2014
Pukul
WIB
Setelah
dilakukan
berhubungan
dengan
ruptur
vagina
yang
ditandai dengan:
DS: DO:
jumlah) kontraksi ut
dan
kondisi
episiotomi.
2. Pantau
tanda-ta
vital.
infeksi (rubor, kalor, dolor, 3. Lakukan
tanda-tanda
tumor, fungsiolaesa).
-
jah
Priska
perawatan
dan
aja
perin
setiap pagi.
4. Sarankan pada ibu
mengganti pembalut
4 jam.
5. Ajarkan ibu cara y
benar
membersih
daerah perineal.
Pri
Senin,
16
Juni
2014
Pukul 09.40 WIB
Perubahan
pola
belum
b.a.b
melahirkan
sejak
karena
takut
III
teraba
massa.
-
Rinta
Senin,
16
Juni
2014
Pukul 09.40 WIB
Senin, 16
2014
Pukul
WIB
Setelah
dilakukan
dan
bau
khas
feses.
-
bagi pasien
-
Senin,
16
Juni
2014
Pukul 09.40 WIB
Senin,
16
Juni
2014
Pukul 09.40 WIB
Rin
Senin, 16
2014
Pukul
berhubungan
WIB
1.Kaji pengetahuan klien.
asuhan
keperawatan
selama 1x24 jam
pasien
menjadi 2.Berikan
pendid
dengan
mengerti tentang
kesehatan/konseling
alat
tentang
Kurang
pengetahuan
tentang
alat
kontrasepsi
kurang
pajanan informasi
yang
ditandai
kontrasepsi
dengan kriteria :
- S:
Pasien dapat mengerti
dengan:
- DS:
- Pasien mengatakan tidak tahu
cara
penggunaan
alat
kontrasepsi.
Pasien dapat memilih alat
menggunakan IUD.
- DO:
- Pasien terlihat bingung saat
untuk pasien.
O:
- Pasien
Senin,
16
Juni
Kurang
pengetahuan
tentang perawatan
BBL berhubungan
kurang
pajanan informasi
yang
-
ditandai
dengan :
DS:
perawatan
tali
kontrasepsi,
penggunaan, kapan h
kontrol,
efek
samp
dan keuntungan.
-
dapat
2014
Pukul 09.50 WIB
dengan
macam
menyebutkan
Setelah dilakukan
kontrasepsi.
- Umu
Senin, 16 Juni
Senin, 16
2014
Pukul 09.50 WIB
2014
Pukul
WIB
asuhan
1.Kaji pengetahuan klien.
keperawatan
selama 1x24 jam
pasien
menjadi
2.Ajari klien dalam mera
mengerti tentang
tali pusat.
perawatan BBL
dengan kriteria:
- S:
Pasien dapat mengerti
3.Ajari klien dalam mem
cara perawatan tali pusat
air DTT.
dengan baik dan benar.
Setelah dilakukan
pembuatan
air
DTT.
-
DO:
dapat
mengerti
Pasien
Karisma
4.Minta
klien
mempraktikkan
sudah
perawat
di
ajarkan
(merawat
pusat).
-
Karis
DAFTAR PUSTAKA
-