Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM VACUM EKSTASI

Disusun oleh

SAFIRA AMALIA PERTIWI

1811040055

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM VACUM

A. Pengertian
Ekstraksi vakum adalah suatu tindakan bantuan persalinan di mana

janin dilahirkan dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif (daya

hampa udara) dengan alat vakum (negative-preasure vacuum extractor)

yang dipasang dikepalanya. Hanya sebagai alat ekstraksi tidak baik

sebagai alat rotasi (Farogk, 2009).


Pada ekstraksi vakum, keadaan fisiologis yang diharapkan adalah

terbentuknya kaput suksadeneum pada kepala janin sebagai kompensasi

akibat penghisapan/ tekanan negatif. Kemudian setelah kepala menempel

pada mangkuk vakum, tarikan dilakukan dengan bantuan tenaga dari ibu

(bersamaan dengan saat his/ gerakan mengejan) mengandalkan

penempelan kaput tersebut pada mangkuk vakum (Farogk, 2009)


Vakum memberi tenaga tambahan untuk mengeluarkan bayi, dan

biasanya digunakan saat persalinan sudah berlangsung terlalu lama dan ibu

sudah terlalu capek serta tidak kuat meneran lagi. Ekstraksi vakum dapat

dilakukan dengan syarat sebagai berikut


a. Janin aterm, letak kepala, atau bokong. Janin harus dapat lahir

pervaginam ( tidak ada disproporsi sefalopelvik)


b. Pembukaan serviks sudah lengkap (pada multigravida, dapat pada

pembukaan minimal 5 - 7 )
c. Selaput ketuban sudah pecah, atau jika belum harus dipecahkan
d. Harus ada kontraksi uterus (his) dan tenaga mengejan ibu (reflex

mengejan baik).
B. Etiologi
1. Kelelahan pada ibu : terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan

karena kelelahan fisik pada ibu (Prawirohardjo, 2005).


2. Partus tak maju : His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya

menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat


pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan

mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2005).


3. Gawat janin : Denyut Jantung Janin Abnormal ditandai dengan:
a. Denyut Jantung Janin irreguler dalam persalinan sangat bereaksi

dan dapat kembali beberapa waktu. Bila Denyut Jantung Janin

tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan

adanya hipoksia
b. Bradikardia yang terjadi di luar saat kontraksi atau tidak

menghilang setelah kontraksi.


c. Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya demam pada

ibu (Prawirohardjo, 2005)


C. Pathofisiologi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan

tindakan ekstraksi forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan

mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada

persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin

oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak

dapat dilakukan secara normal.


Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi

vacum/forsep. Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya

laserasi pada servuk uteri dan vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi

pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intrakranial.


D. Pathway
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis masa nifas menurut Depkes (2008 : 6)
1. Adaptasi fisik
a. Tanda-tanda vital
Pada 24 jam pertama suhu meningkat hingga 38°C sebagai akibat

efek dehidrasi selama persalinan. Pada hari ke-2 sampai sepuluh

suhu meningkat karena adanya infeksi kemungkinan mastitis

infeksi infeksi traktus urinarius. Periode 6-8 hari sering terjadi

bradikadi.
b. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah ibu harus kembali stabil sesudah melahirkan.

Berkeringat dan menggigil disebabkan oleh ketidakstabilan

vasomotor, komponen darah yang meliputi haemoglobin,

hematokrit, dan eritrosit ibu post partus sesuai sebelum melahirkan.


c. Sistem tractus urinarius
Selama proses persalinan kandung kemih merupakan sasaran untuk

mengalami trauma yang dapat disebabkan karena tekanan dan

edema.
d. Sistem endokrin
Mengikuti lahirnya placenta maka segera terjadi penurunan

estrogen, progesteron dan prolaktin dengan cepat. Pada


e. Sistem gastrointestinal
Kembalinya fungsi normal usus besar biasanya pada minggu

pertama post partum.


f. Sistem muskuloskeletal
Otot abdomen secara bertahap atau melebar selama kehamilan,

menyebabkan pengurangan tonus otot yang akan terlihat jelas pada

periode post partum.


g. Sistem reproduksi
1) Involusi uteri
Pada akhir kala III ukuran uterus panjang 14 cm, lebar 12 cm,

tebal 10 cm, berat kurang lebih 1000 gram sama dengan umur

16 minggu kehamilan.
2) Kontraksi uterus
Dengan adanya kontraksi uterus akan menjepit pembuluh

darah uterus sehingga perdarahan dapat terhenti.


3) Lochea
4) Adalah sekret yang berasal dari kavum uteri yang dikeluarkan

melalui vagina pada masa nifas. Macam-macam lochea antara

lain : lochea rubra, lochea serosa, lochea alba, lochea

purulenta, lochiostatis.
5) Cervix
Servik dan segmen uterus dengan bawah akan tampak edema

tipis dan terbuka pada beberapa hari setelah melahirkan.


6) Vagina dan perineum
Secara bertahap akan kembali ke sebelum hamil dalam 6-8

minggu setelah post partum.

F. Komplikasi
Bahaya atau timbulnya komplikasi tidak benar yang mungkin terjadi pada

pasien yang dilakukan vakum ekstraksi ialah:


1. Pada ibu :
a. Robekan bibir cervik atau vagina karena terjepit antara kepala bayi

dan cup.
b. Robekan kandung kencing dan rektum, fistula.
c. Komplikasi perdarahan karena atonia dan komplikasi infeksi.
2. Pada anak :
a. Cepalohematoma memerlukan pemantauan dan biasanya

menghilang dalam 3-4 minggu. Dapat terjadi juga subgaleal

hematoma.
b. Perdarahan subaponeurotik
c. Fetal distress
d. Trauma janin.
e. Infeksi.
G. Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan post partum spontan dengan vakum ekstraksi menurut

Mochtar (1998 : 112) adalah :

1. Pada robekan perinium lakukan penjahitan dengan baik lapis demi

lapis, perhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka ke arah

vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan

menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.

2. Segera mobilisasi dan realimentasi.

3. Konseling keluarga berencana.


4. Berikan antibiotika cukup.

5. Pada luka perinium lama lakukan perineoplastik dengan membuka luka

dan menjahitnya kembali sebaik-baiknya.

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian terhadap klien post meliputi :
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,

alamat, medical record dan lain – lain


b. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat kesehatan dahulu: riwayat penyakit jantung,

hipertensi, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, tempat

implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.


2) Riwayat kesehatan sekarang: keluhan yang dirasakan saat ini
3) Riwayat kesehatan keluarga: adanya riwayat keluarga yang

pernah atau sedang menderita


c. Riwayat obstetrik
1) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus,

banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT


2) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang

keberapa, Usia mulai hamil


3) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
d. Riwayat Kehamilan sekarang
1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan,

tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan

darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain


e. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,

beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat

Pola aktifitas sehari-hari


f. Eliminasi, meliputi pola miksi dan defekasi, jumlah warna,

konsistensi.
g. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan

peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.


2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. nyeri b.d. agen cedera fisik
b. Resiko infeksi b.d. tindakan episiotomi
3. Intervensi keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Nyeri akut NOC : Kontrol nyeri Setelah NIC : Manajemen nyeri
berhubung dilakukan tindakan Aktifitas :
an dengan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor vital sign
agen nyeri pasien berkurang dengan 2. Lakukan observasi
cidera fisik indikator : terhadap nyeri meliputi
- Klien skala, karakteristik,
menyatakan nyeri durasi, intensitas serta
berkurang/ hilang dengan faktor pencetus nyeri.
skala 0 3. Observasi respon
- Menggunak non verbal klien
an teknik non farmakologi 4. Berikan lingkungan
- Menggunak yang nyaman
an skala nyeri untuk
mengidentifikasi tingkat
nyeri

Resiko Setelah dilakukan tindakan NIC :


infeksi keperawatan selama 3x24 jam Infection Control (Kontrol
status imun klien meningkat infeksi)
dengan kriteria 1. Bersihkan lingkungan
Klien bebas dari tanda dan setelah dipakai pasien
gejala infeksi lain
Menunjukkan kemampuan 2. Pertahankan teknik
untuk mencegah timbulnya isolasi
infeksi 3. Batasi pengunjung bila
 perlu
4. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
5. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
6. Tingktkan intake nutrisi
7. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
DAFTAR PUSTAKA
Azzawi Al Farogk. 2009. Teknik Kebidanan Penerbit Buku Kedokteran.

EGC
Depkes. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta
Mochtar Rustam. Partus Lama. Dalam: Sinopsis Obstetri edisi 2. Jakarta,

EGC Penerbit Buku Kedokteran, 2007:384-386.


Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Prawirohardjo S. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal. Dalam:

Ilmu Kebidanan edisi 3.Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 2011:180-185,

587-652.

Anda mungkin juga menyukai