Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN POST DATE


A.

DEFINISI
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42

minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu di dapatkan dari
perhitungan usia kehamilan, seperti rumus Naegele atau dengan tinggi fundus
uteri serial.
Kehamilan lewat waktu atau post date adalah kehamilan yang berlangsung
sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir
menurut Naegele dengan siklus rata rata 28 hari.
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi 42 minggu belum
terjadi persalinan.
B.

ETIOLOGI
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab

terjadinya kehamilan post term belum jelas. Beberpa teori yang diajukan pada
umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan post term sebagai akibat
gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain
sebagai berikut:
a. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipeercaya merupakan
kejadian perubahan endoktrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin. Sehingga menduga bahwa terjadinya kehamilan karena
berlangsungnya pengaruh progesteron.
b. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post term
member kesan bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peran penting
dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan dari neurohipofisis ibu
hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut.
c. Teori Kortisol/ ACTH janin
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen selanjutnya berpengaruh
pada meningkatnya produksi prostaglandin. Kadar kortisol rendah
merupakan tidak timbulnya HIS.
d. Saraf Uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus Frankenhauser akan


membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak terjadi
tekanan pada fleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan
bagian bawah maasih tinggi diduga sebagai penyebab kehamilan posterm.
e. Heriditer
Morgen (1999) seperti dikutip dalam Cuningham, menyatakan bahwa
bilamana seorang ibu mengalami kehamilan post term saat melahirkan
anak perempuan, maka besar kemungkinan anak permpuannya akan
mengalami kehamilan pos term, (Sarwono,2008)
f. Kurangnya air ketuban
g. Insufisiensi plasenta
C.

PATOFISIOLOGI
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan

kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan
dengan penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta
berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan
nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga pemasakan
nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya spasme arteri spiralis
menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin
menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan
pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut dismatur, sebagian
janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan, terjadi
perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang dan makin kental
menyebabkan perubahan abnormal jantung janin.

D.

PATHWAY

Rendahnya
pelepasan oksitosin

Hormon progesteron
tidak cepat turun

Kepekaan uterus
terhadap oksitosin
berkurang

saraf uterus

Heriditer

abnormal
Riwayat
keluarga

RAS

Kurangnya air ketuban/

Usia ibu hamil

Riwayat kehamilan

oligohidramnion

35 tahun

post term

Kelainan pada janin

Sistem reproduksi
menurun

Resiko berulang

Tak ada kelenjar


hipofisis
Stimulus kontraksi
uterus terganggu

Kontraksi uterus
berlangsung lebih
lambat

Pengaruh pada janin:


a. berat badan janin bertambah
besar
b. kematian janin dalam
kandungan
c. aspirasi mekonium
d. Penenkanan tali pusat

Kortisol janin tidak


diproduksi dengan
baik

Tidak timbul his

Kehamilan lewat bulan/


>42 minggu
Kehamilan post term

Pengaruh pada ibu:


a. partus lama
b. inersia uteri
c. atonia uteri
d. perdarahan postpartum.

E.

MANIFESTASI KLINIS
a. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang
jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secara
obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit.
b. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
1. Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan) di kulit.
3. Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit dan tali pusat.

F.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon, derajat maturitas
plasenta.
b. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
c. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanantes tanpa tekanandinilai apakah reaktif atau tidak dengan tes
tekanan oksitosin
d. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20 %

G.

PENATALAKSANAAN
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
c. Kehamilan lewat waktu memerlukan pertolongan, induksi persalinan atau
persalinan anjuran. Persalinan induksi tidak banyak menimbulkan penyulit
bayi, asalkan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang cukup.
Dalam pertolongan persalinan lewat waktu, pengawasan saat persalinan
induksi sangat penting karena setiap saat dapat terancam gawat janin, yang
memerlukan pertolongan segera.
Persalinan anjuran/induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode :
1.

Persalinan

anjuran

dengan

infuse

pituitrin (sintosinon) 5 unit dalam 500 cc glukosa 5 %, banyak


dipergunakan

Teknik induksi dengan infuse glukosa


lebih sederhana, dan mulai dengan 8 tts/mnt, dengan
maksimal 40 tts/mnt. Kenaikan tetesan setiap 15 menit

sebanyak 4-8 tts sampai kontraksi optimal tercapai.


Bila dengan 30 tts kontraksi maksimal
telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai
terjadi

persalinan.

Apabila

terjadi

kegagalan,

ulangi

persalinan anjuran dengan selang waktu 24-48 jam.


2.

Amniotomi

Memecah ketuban merupakan salah satu metode untuk


mempercepat persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu
sekitar 4-6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan

berlangsung.
Apabila belum berlangsung

kontraksi otot rahim dapat

diikuti induksi persalinan dengan infuse glukosa yang


mengandung 5 IU oksitosin.
3.

Persalinan anjuran dengan


menggunakan prostaglandin

Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama


dirnagsang oleh prostaglandin sebagai induksi persalinan
dapat

dalam

bentuk

infuse

intravena

(Nalator)

dan

pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria)


Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks

selama induksi persalinan.


Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan

periksa DJJ.
Kaji ulang indikasi
Prostaglandin E2 (PGE2) bentuk pesarium 3 mg/gel 2-3 mg
ditempatkan pada forniks posterior vagina dan dapat diulangi

6 jam kemudian (jika his tidak timbul)


Hentikan pemberian prostaglandin dan mualilah infuse
oksitosin, jika :
Ketuban pecah, pematangan serviks telah tercapai, proses
persalinan telah berlangsung, pemakaian prostaglandin telah
24 jam.

4.

Pemberian misoprostol

Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks


hanya pad kasus-kasus tertentu misalnya,
-

Pre-eklamsi berat/eklamsi dan serviks belum matang


sedangkan seksio sesarea belum dapat segera dilakukan

atau bayi terlalu premature untuk bisa hidup.


Kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum
inpartu dan terdapat tanda-tanda gangguan pembekuan
darah.

Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniks


posterior vagina dan jika his tidak timbul dapat diulangi

setelah 6 jam.
Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberiaan 25

mcg, naikkan dosis sampai 50 mcg tiap 6 jam


Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai dan
jangan lebih dari 4 dosis/200 mcg.

Misoprostol

mempunyai

resiko

meningkatkan

kejadian rupture uteri. Oleh karena itu, hanya dikerjakan di

pelayanan kesehatan yang lengkap (ada fasilitas operasi)


Jangan berikan oksitosin dalam 8 jam sesudah
pemberian misoprostol.

5.

Kateter Foley

Kateter foley merupakan alternative lain disamping


pemberian prostaglandin untuk mematangkan serviks dan

induksi persalinan
Jangan lakukan kateter foley jika ada riwayat
perdarhan, ketuban pecah, pertumbuhan janin terlambat, atau

infeksi vaginal.
Kaji ulang indikasi
Pasang speculum DTT di vagina
Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui serviks
dengan menggunakan forseps DTT. Pastikan ujung kateter

d.

telah melewati ostium uteri internum


Gembungkan balon kateter dan letakkan di vagina
Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul

kontraksi uterus atau sampai 12 jam.


Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan
kateter, kemudian lanjutkan dengan infuse oksitosin.
Lakukan pemeriksaan dalam untuk memeriksa kematangan

servik, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan


e.

atau tanpa amniotomi


Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam
rahim, terjadi hipertensi, preeklamsi, kehamilan ini adalah anak pertama
karena infertilitas atau pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu

f.

dirawat di rumah sakit.


Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan
pada insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,
pembukaan belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda gawat janin,
atau pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pereklamsi,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas dan kesalahan letak janin.

g.

Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa


partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang
besar, dan kemungkinan disproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedative
dan narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi. Jangan lupa, perawatan
neonatus postmaturitas perlu dibawah pengawasan dokter anak.

H.

KOMPLIKASI
a. Terhadap ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak
terkoordinir, janin besar dan moulding (moulage) kepala kurang.
Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri,
distosia bahu, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka
morbiditas dan mortalitas.
b. Terhadap janin
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar
dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya
pada janin. Pengaruh post maturitas pad janin bervariasi: berat badan janin
dapat bertambah besar, tetap, dan yang berkurang, sesudah kehamilan 42
minggu . ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.

I.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
Tanggal
: tanggal dilakukan pengkajian
Jam
: waktu dilakukan pengkajian
Tempat: tempat dilakukan pengkajian
No. Register : nomor urut yang ada di tempat pengkajian.
1. Data Subyektif
Biodata
- Nama perlu dikaji sehubungan dengan membedakan pasien
-

atau supaya tidak terjadi kesalahan pasien.


Umur perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu termasuk

dalam usia resiko tinggi untuk hamil.


Agama perlu dikaji untuk mempermudah dalam melakukan

pendekatan di dalam asuhan kebidanan.


Pendidikan perlu dikaji sehubungan dengan tingkat
penangkapan ibu terhadap pertanyaan yang diajukan, dan

kie yang diberikan oleh petugas.


Pekerjaan perlu dikaji sehubungan dengan tingkat aktifitas

ibu dan social ekonominya.


Penghasilan untuk mengetahui tingkat social ekonomi yang

dapat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi.


Alamat untuk mempermudah jika melakukan kunjungan
rumah.

Biodata suami untuk mengetahui tingkat social ekonomi

sehubungan dengan pemberian obat atau terapi.


Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui masalah yang dihadapi ibu yang

dapat mempengaruhi jalannya persalinan, membuat intervensi.


Riwayat haid
Untuk mengetahui HPHT dan TP, meliputi umur menarche,
siklus, jumlah darah serta adakah gangguan waktu haid,

misalnya: dismenorhe, siklus yang tidak teratur.


Riwayat pernikahan
Untuk mengetahui riwayat pernikahan
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Perlu dikaji untuk mengetahui kehamilan yang keberapa dan
bagaimana dengan persalinan yang lalu, ditolong siapa, jenis
persalinannya, tempat persalinan, bagaimana keadaan setelah
persalin, bagaimana keadaan bayi dan KB apa yang digunakan

setelah persalinan yang lalu.


Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui berapa kali ANC selama hamil ini dan apa

saja yang diperoleh dari ANC.


Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit kroinis atau penyakit
menular misalnya DM, hipertensi yang dapat berpengaruh pada

kehamilannya.
Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit yang sedang diderita

saat ini.
Riwayat psikososial dan budaya
Untuk mengetahui keadaan kondisi klien dalam keluarga dan
lingkungan keluarga, mengetahui tradisi yang dianut klien yang
berpengaruh pada kehailan, persalinan, nifas, dan pertumbuhan

dan perkembangan janinnya.


Riwayat spiritual
Untuk mengetahui kepecayaan dan agama yang dianut klien

agar lebih mudah melakukan pendekatan pada klien.


Pola kebiasaan sehari-hari
-

Pola nutrisi

Untuk mengetahui apakah nutrisi sudah terpenuhi apa


-

belum ada pantangan apa tidak.


Pola eliminasi
Untuk mengetahui ibu berapa kali BAB dan BAK
Pola istirahat
Untuk mengetahui waktu istirahat ibu dalam 24 jam
Pola aktivitas
Aktivitas yang dilakukan apa saja, aktivitasnya berpengaruh
atau tidak terhadap kehamilannya
Pola kebersihan (personal Hygiene)
Mengetahui tingkat kebersihan klien dengan dikaji berapa
kali mandi, ganti baju dan ganti celana dalam berapa kali

sehari.
Pola hubungan seksual
Untuk mengetahui hubungan seksual yang dilakukan saat

hamil dapat berpengaruh apa tidak pada kehamilannya.


Kebiasaan lain
Untuk mengetahui kebiasaan lain yang ddilakukan oleh ibu
yang dapat membahayakan kehamilannya seperti merokok,

minum alcohol dan jamu-jamuan.


2. Data Objektif

Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum
K/U
: Baik/cukup/lemah
Kesadaran
: Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal 110/70 mmHg-120/80 mmHg
Kenaikan systole batasnya 15 mmHg
Kenaikan diastole batasnya 30 mmHg
Nadi
: Normal 70-90 mmHg
Pernafasan
: Normal 16-24 x/menit
Suhu Tubuh : Normal 36 oC-37 oC
BB
: Pertambahan BB lebih

dari

kg

perminggu diwaspadai kemungkinan PE,


hingga akhir kehamilan pertambahan BB
TB

normal 9-10 kg.


: Kurang dari 145 waspadai CPD

Pemeriksaan fisik
Inspeksi
rambut

: warna, bersih/tidak, rontok/tidak,

kepala
muka

lurus/ikal/keriting
: tampak ada luka/tidak, tampak ada
benjolan/tidak
: pucat/tidak, bengkak/tidak, adakah cloasma

mata

: gravidarum, ekspresi wajah


simetris/tidak, konjungtiva ka/ki pucat/tidak,

hidung

: sclera ka/ki kuning/tidak


adakah pernafasan cuping hidung, adakah

mulut

: pengeluaran scret/tidak, adakah pembesaran


polip
: bibir
pucat/tidak,
kering/lembab,
:
stomatitis/tidak, caries/tidak
apakah ada pembesaran kelenjar tyiroid
adakah retraksi dinding dada, payudara

leher
dada

perut

: simetris/tidak, bersih/kotor, tegang/lembek

genetalia

: putting susu menonjol/mendatar/tenggelam,


ada benjolan atau tidak, hiperpigmentasi
anus
:
ekstermitas : aerola/tidak, adanya pembesaran perut sesuai
atas dan
kehamilan, ada strie/tidak, ada bekas
bawah

operasi/tidak
bersih/tidak, adakah jaringan parut pada
perineum, oedem/tidak
adakah hemoroid
simetris/tidak, oedem/tidak

Palpasi
Leher

teraba pembesaran kelenjar tyroid/tidak,

Payudara

teraba bendungan vena jugularis/tidak.


kolostrum
keluar/tidak,
ada
nyeri

Abdomen

tekan/tidak, ada benjolan abnormal/tidak


sesuai usia kehamilan
Leopold I : menentukan TFU
Leopold II : menentukan letak janin
puka/puki
Leopold III : menentukan bagian terbawah
Leopold IV :

janin
menentukan seberapa jauh
bagian terbawah, masuk PAP

Auskultasi

DJJ

: berapa kali per menit, menentukan kesejahteraan

janin
Frekuensi : teratur/tidak/bagaimana kekuatannya

USG

VT

Pemeriksaan penunjang
: untuk mengetahui kondisi janin
Pemeriksaan khusus
: untuk mengetahui kemajuan persalinan.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. Agen cedera fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
2. Risiko infeksi dengan faktor risiko pertahanan tubuh primer tidak
adekuat (integritas kulit di perinium tidak utuh)
3. Ansietas b.d ancaman pada status kesehatan
4. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. kurang terpapar
informasi
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Nyeri akut berhubungan dengan:
Agen injuri (biologi, kimia,
psikologis), kerusakan jaringan

Rencana keperaw

Tujuan dan Kriteria Hasil


NOC :
fisik,

Pain Level,

pain control,

comfort level

NIC :
Lakukan pe

termasuk lo

DS:
Setelah
dilakukan
tinfakan
- Laporan secara verbal

DO:
keperawatan selama . Pasien tidak
- Posisi untuk menahan nyeri
mengalami nyeri, dengan kriteria
- Tingkah laku berhati-hati

- Gangguan tidur (mata sayu, tampak hasil:


capek, sulit atau gerakan kacau, Mampu mengontrol nyeri (tahu
-

waktu,

kerusakan

proses

lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh : jalanjalan, menemui orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom (seperti diaphoresis,
perubahan

tekanan

darah,

perubahan

nyeri,

mampu

tehnik

menggunakan

berpikir,

penurunan interaksi dengan orang dan


-

penyebab

menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan persepsi

kualitas dan
Observasi re
Bantu pasie

menemukan
Kontrol ling

nyeri sepert

kebisingan
Kurangi fakt
Kaji tipe da

nonfarmakologi untuk mengurangi

nyeri, mencari bantuan)

intervensi
Ajarkan ten

Melaporkan bahwa nyeri berkurang


dengan menggunakan manajemen

nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala,

dala, relaksa
Berikan anal
Tingkatkan i
Berikan info

intensitas,
nyeri)

frekuensi

dan

tanda

nyeri, berap

antisipasi ke
Monitor vita

nafas, nadi dan dilatasi pupil)

Perubahan autonomic dalam tonus otot

(mungkin dalam rentang dari lemah ke

kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,
merintih, menangis, waspada, iritabel,

nafas panjang/berkeluh kesah)


Perubahan dalam nafsu makan
minum

dan

Menyatakan rasa nyaman setelah


nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
Tidak mengalami gangguan tidur

analgesik pe

Diagnosa Keperawatan/ Masalah


Kolaborasi
Risiko infeksi
Faktor-faktor risiko :
- Prosedur Infasif
- Kerusakan jaringan dan peningkatan
paparan lingkungan
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Tidak adekuat pertahanan sekunder
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
- Penyakit kronik
- Imunosupresi
- Malnutrisi
- Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan
kulit, trauma jaringan, gangguan
peristaltik)

Rencana keperaw
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Setelah
keperawatan

dilakukan
selama

tindakan
pasien

NIC :
Pertahanka
Batasi peng
Cuci tangan

tidak mengalami infeksi dengan


kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala

infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk

mencegah timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas


normal
Menunjukkan
sehat
Status

imun,

genitourinaria
normal

perilaku

hidup

gastrointestinal,
dalam

keperawata
Gunakan

pelindung
Ganti letak

petunjuk um
Gunakan k

infeksi kan
Tingkatkan
Berikan ter
Monitor ta

lokal
Pertahanka
Inspeksi k

batas

kemerahan
Monitor ad
Dorong ma
Dorong isti
Ajarkan pa

infeksi
Kaji suhu b
jam

Diagnosa Keperawatan/ Masalah

Rencana keperaw

Tujuan dan Kriteria Hasil


Kolaborasi
Ansietas berhubungan dengan
NOC :
Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, - Kontrol kecemasan
- Koping
perubahan status kesehatan, ancaman

NIC :
Anxiety Redu

kematian, perubahan konsep diri, kurang Setelah dilakukan asuhan selama


pengetahuan dan hospitalisasi
DO/DS:
- Insomnia
- Kontak mata kurang
- Kurang istirahat
- Berfokus pada diri sendiri
- Iritabilitas
- Takut
- Nyeri perut
- Penurunan TD dan denyut nadi
- Diare, mual, kelelahan
- Gangguan tidur
- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering
- Peningkatan TD, denyut nadi, RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi

klien kecemasan teratasi


dgn kriteria hasil:
Klien mampu mengidentifikasi
dan

mengungkapkan

gejala

cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan
menunjukkan

dan
tehnik

untuk

mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa
aktivitas

tubuh

dan

tingkat

Gunakan
Nyatakan

pasien
Jelaskan

dirasakan
Temani p

dan meng
Berikan i

tindakan
Libatkan
Instruksik

tehnik rel
Dengarka
Identifika
Bantu

menimbu
Dorong

perasaan,
Kelola pe

menunjukkan

berkurangnya kecemasan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah

Rencana keperaw

Tujuan dan Kriteria Hasil


NOC:
keterbatasan Kowlwdge : disease process
kognitif, interpretasi terhadap informasi Kowledge : health Behavior
Kolaborasi
Kurang Pengetahuan
Berhubungan dengan :

yang salah, kurangnya keinginan untuk Setelah


mencari

informasi,

tidak

sumber-sumber informasi.

mengetahui keperawatan

dilakukan
selama

NIC :

tindakan

bagaimana

pasien

dan fisiolo
Gambarka

menunjukkan pengetahuan tentang

DS: Menyatakan secara verbal adanya proses penyakit dengan kriteria hasil:
Pasien dan keluarga menyatakan
masalah
pemahaman tentang penyakit,
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi,

kondisi,
prognosis
dan
program
perilaku tidak sesuai
pengobatan

Pasien dan keluarga mampu


melaksanakan

prosedur

dijelaskan secara benar


Pasien dan keluarga

Kaji tingka
Jelaskan

yang

mampu

menjelaskan kembali apa yang


dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya

pada penya
Gambarka

tepat
Identifikas

yang tepat
Sediakan i

dengan car
Sediakan

kemajuan
Diskusikan
Dukung

mendapatk

tepat atau d
Eksplorasi

dengan car

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20092011. Jakarta : EGC.
Wilkinson, M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta:
EGC.
Prawirohajo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT bina pustaka.
Manjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai