Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

SOFT TISSUE TUMOR


A.

DEFINISI
Soft Tissue Tumor adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang

disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma. Soft Tissue Tumor adalah pertumbuhan sel
baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti kanker.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa soft tissue tumor adalah suatu
benjolan dan pembengkakan yang abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma
yang terletak antara kulit dan tulang.
B.

ETIOLOGI
a. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam diagnosis.
b. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
c. Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu dilaporkan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
d. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak.
e. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

C.

PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah

proliferasi jaringan mesenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.


Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, seperti
serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar
melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi
seperti lekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh.

D.

PATHWAY

E.

MANIFESTASI KLINIK
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi di mana

tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak
terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat
pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada sarafsaraf tepi, dalam tahap awal tumors jaringan lunak biasanya tidak menimbulkan gejala karena
jaringan lunak yang relatif elastis, tumors dapat tumbuh lebih besar, mendorong samping
jaringan normal, sebelum mereka merasa atau menyebabkan masalah. kadang gejala pertama
biasanya gumpalan rasa sakit atau bengkak. dan dapat menimbulkan gejala lainnya, seperti
sakit atau rasa nyeri, karena dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat
menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di
sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar, berkembang
menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat menyebar ke tempat
jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat
menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya.
F.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan imaging sebagai tambahan dari pemerikasaan klinis penderita perlu
dikerjakan, selain untuk menegagkan diagnosis juga untuk staging. Pada pemeriksaan
dengan foto polos kadang-kadang didapatkan gambaran masa dengan kalsifikasi. Foto
polos pada ekstremitas dapat digunakan untuk evaluasi adanya infiltrasi tumor pada
tulang. Pemeriksaan imaging lebih lanjut dapat dengan CT scan, MRI atau PET scan.
b. Biopsi pada tumor primer merupakan bagian yang penting sebelum treatment pada
penderita soft tissue tumor. Soft tissue tumor dengan ukuran yang lebih beasar dari 5
cm harus dipertimbangkan untuk dilakukan biopsi terlebih dahulu. Dengan biopsi
dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi dan diharapkan dapat menentukan grade
dari tumor. Grade sangat penting untuk menentukan rencana terapi.
c. Percutaneous core-needle biopsy (CNB) memberikan hasil yang cukup memuaskan
untuk diagnosis beberapa soft tissue tumor. CNB dapat dilakukan secara blind atau
dengan image-guided. Dengan image-guided, biopsi akan lebih terarah pada area
tumor (tidak pada area sentral nekrosis).
Insisi biopsi merupakan pilihan kedua apabila dengan CNB diagnostik masih belum
bisa ditegakkan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya morbiditas yang harus
dipertimbangkan dengan tindakan insisi biopsi termasuk resiko anestesi, perdarahan
dan penyembuhan luka. Selain itu insisi biopsi juga memerlukan biaya yang lebih

besar. Eksisi biopsi merupakan pilihan pada neoplama yang kecil dan letaknya
superficial.
d. Fine needle aspiration biopsy (FNAB) sebagai alat bantu untuk menegakkan diagnosis
soft tissue neoplasma masih diperdebatkan. Hasil dari FNA pada lesi mesenchymal
sangat bervariasi dan tergantung beberapa faktor, diantaranya skill dari aspirator dan
keahlian interpretasi dari cytopathologist. Dengan demikian akurasi diagnosis FNA
sangat tergantung keahlian dan pengalaman cytopathologist dalam diagnosis soft
tissue sarcoma dengan pemeriksaan sitologi.
G.

PENATALAKSANAAN
Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumor tergantung pada tahap dari

tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari tumor. Pengobatan
pilihan untuk jaringan lunak tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.
a. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)
Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak tumors. Jika
memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan margin yang aman dari jaringan
sehat di sekitarnya. Penting untuk mendapatkan margin bebas tumor untuk
mengurangi kemungkinan kambuh lokal dan memberikan yang terbaik bagi
pembasmian dari tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin,
jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari lengan atau kaki.
b. Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah shrink Tumor
operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal. Dalam
beberapa kasus, dapat digunakan untuk merawat tumor yang tidak dapat dilakukan
pembedahan. Dalam beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan untuk
memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada keseluruhan
hidup.
c. Kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau sesudah operasi
untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau membunuh sel kanker yang tersisa.
Penggunaan kemoterapi untuk mencegah penyebaran jaringan lunak tumors belum
membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker telah menyebar ke area lain dari tubuh,
kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumors dan mengurangi rasa sakit dan
menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak mungkin untuk membasmi penyakit.
H.

EKSISI
Bedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang jaringan (tumor)

dengan memotong. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan antara lain pemeriksaan

penunjang (biopsy), pengobatan lesi jinak ataupun ganas dan memperbaiki penampilan secara
kosmetis.
Keuntungan eksisi:
a. Seluruh spesimen dapat dipriksa untuk diagnosis histologi dan sekaligus
melaksanakan eksisi total.
b. Pasien tidak memrlukan follow up yang berkepanjangan setelah eksisi karena angka
kekambuhan setelah eksisi total sangat rendah.
c. Hanya memerluka satu terapi saja
d. Penyembuhan luka primer biasanay tercapau dengan memberikan hasil kosmetik yang
baik.
Faktor faktor untuk menghasilkan skar yang baik:
a. Teknik atraumatik
Merusak jaringan akan menyebabkan devitalisasu jaringan yang tak dapat
dihindarkan, menyebabkan penyembuhan yang jelek dan dengan demikian parut luka
akan jelek.
Tepi tepi luka hendeknya ditangani dengan lembut, hendaknya jangan pernah
merusak tepian luka itu dengan memegangnya dengna forsep, baik yang bergigi
maupun tidak. Forceps yang bergigi tajam hendaknya digunakan untuk mencubit
dermis atau untuk menekan tepi kulit. Kaitan kulit dapat digunakan sebagai gentinya.
b. Garis tegangan kulit
Kontraksi otot, mobilitas sendi dan gravitasi merupakan kekuatan terpenting yang
mempengaruhi terbentuknya garis tegangan kulit. Garis langer selama bertahun
tahun dipakau sebagai titik menunjukkan arah insisi, garis ini berasal dari penelitian
pada kadaver. Bila ekstremitas dan tubuh digerakkan di luara posisi anatomis istirahat,
maka garis tegangan kulit akan bergeser. Oleh karena garis tegangan kulit telah
digambarkan berhubungan dengan kerutan, garis kontur dan garis ketergantungan.
c. Usia pasien
Skar pada anak anak yang eritem dan hipertropik akan menetap untuk waktu yang
lama akan menyebabkan penampilan akhir tidak memuaskan. Untuk proses maturasi
skar dari skar yang merahdan meninggi menjadi tipis dan berwarna putih
membutuhkan waktu 2 tahun atau lebih.
d. Lokasi
Skar yang berasal dari eksisi atau insisipada telapak tangan, telapak kaku dan mukus
membran biasanya baik dan tidak terlalu terlihat. Hal ini kontras dengan skar pada
area sternal, pundak atau punggung. Sebelum melakukan eksisi pada daerah tersebut
pasien perlu dijelaskan kemungkinan timbulnya skar hipertropik
e. Tipe kulit
Ada pasien yang memiliki kulit yang tebal, berminyak dengan kelenjar sebaseus yang
hipertropik dan over aktif. Skar pada jenis kulit ini dapat menyembuh dengan skar
yang depress.
f. Kelainan kulit

Pasien dengan kelainan pada jarigan fibrous dan elastin akan menyebabkan skar yang
luas. Pasien dengan kelainan ini dapat dilihat dengan cara melakukan hiperextensi jari
tangan atau mencubit kulit punggug tangan untuk melihat peningkatan elestisitas.
Penyakit Ehlers- Danloss syndrome adalah bentuk kelainan fibroelastik yang berat
dimana penyembuhan luka berlangsung sangat lambat dengan skar yang luas.\
Teknik eksisi:
a. Eksisi elips (fusiform)
Merupakan bentuk eksisi dasar, dengan arah yang sejajat dengan garis dan lipatan
kulit. Perbandingan panjang dan lebar minamal 3:1 dengan sudut 30 drajat. Irisan
tegak lutus atau lebih meluas kedalaman dampai dengan subkutis. Bila perlu dapat
dilakuakan undermaining yang kalau dimuka tepat dibawah dermis dan kalau sklap
diderah subdaleal. Perdarahan yang terjadi dikulit dapat ditekan beberapa saat saat dan
bila perlu dilakukan hemostasis dengan elektrokoagulasi tetapi jangan berlebihan
terutama pada daerah dermis. Perdarahan dari pembuluh darah kecil dapat
dielektrokoagualasi tetapu yang besar harus diikat.
Lesi lesi yang dieksisi berbentuk elips akan menghasilkan parut yang lebih panjang
dan dari lesi aslinya. Tujuan utama mengeksisi lesi berbentuk elips adalah engurangi
terbentuknya sisa kulit/ telinga anjing (dog ears). Dog ears dapar diperbaiki dengan
memanjangkan elips atau membuang jaringan berlebihan dan menutupnya dengan
bentuk L atau Y.
b. Eksisi wadge
Lesi lesi terletak pada area bebas seperti bibir, sudut mata, cuping hidung dan telinga
dapat dieksisi dengan eksisi wadge. Karsinoma sel skuamosa pada bibir disarankan
untuk eksisi V sehingga dapat mengangkat jaringan yang sama kelenjar limfenya.
Jika dilakukan eksisi wadge pada cuping hidung yang luas untuk ditutup secara
primer, maka dapat dilakukan graft dengan ukuran yang sama dari telinga, sepertiga
dari bibir bawah dan seperempat dari bbir atas dan kelopak mata dapat dilakukan
eksisi wadge dan dilakukan penutupan primer.
c. Eksisi sirkular
Pada kulit wajah yang terletak diatas jaringan kartilago seperti batang hidung atau
permukaan anterior telinga, lesi lesi dapat dieksisi dengan bentuk sirkular dan defek
ditutup dengan skin graf full thickness. Teknik ini jug adapay digunakan pada bagian
tubuh lain dnegan lesi yang sangat luas.
Jika terdapat karaguan dalam merencanakan eksisi elips maka dapat dilakukan eksisi
sirkular dengan kulit direnggangkan dan perhatikan lingkaran tersebut akan cenerung
membentuk sebuah elips kalau kulitnya dikendorkan.
d. Eksisis multiple

Eksisi atau ekspansi jaringan kadang dieprlukan untuk lesi lesi yang luas seperti
congenital naevi. Teknik ini memungkinkan luka ditutup dengan skar yang lebih
pendek dibanding dengan eksisi elips satu langkah.
I.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
Pra Bedah
1. Data Subyektif
Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
Pengertian tentang bedah yang duanjurkan
Tempat
Bentuk operasi yang harus dilakukan.
Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit,
keterbatasan setelah di bedah.
Kegiatan rutin sebelum operasi.
Kegiatan rutin sesudah operasi.lj
Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
Pengalaman bedah terdahulu
Bentuk, sifat, roentgen
Jangka waktu
Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah

yang dianjurkan.
Metode-metode penyesuaian yang lazim.
Agama dan artinya bagi pasien.
Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
Keluarga dan sahabat dekat
Dapat dijangkau (jarak)
Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi

bantuan.
Perubahan pola tidur
Peningkatan seringnya berkemih.
Status Fisiologi
Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong

komplikasi-komplikasi pascabedah.
Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah

orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).


Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan
mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.

2. Data Obyektif
Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang

perasaan (cemas), kemampuan berbahasa Inggris.


Tingkat interaksi dengan orang lain.
Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang

sibuk (cemas).
Tinggi dan berat badan.
Gejala vital.
Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan
bernafas

dengan diafragma,

bunyi

jantung (garis

dasar untuk

perbandingan pada pasca bedah).


Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer

sebelum bedah vaskuler atau tubuh.


Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak
di tempat duduk, koordinasi waktu berjalan.

Post Bedah
1. Pengkajin awal
Status Respirasi
Melipuiti : Kebersihan jalan nafas,Kedalaman pernafasaan, Kecepatan

dan sifat pernafasan, Bunyi nafas


Status sirkulatori
Meliputi : Nadi, Tekanan darah, Suhu, Warna kulit
Status neurologis
Meliputi : tingkat kesadaran
Balutan
Meliputi : Keadaan drain, Terdapat pipa yang harus disambung dengan
sistem drainage.
Kenyamanan
Meliputi :Terdapat nyeri, Mual, Muntah
Nyeri
Meliputi : Waktu, Tempat, Frekuensi, Kualitas, Faktor yang memperberat
/ memperingan

2. Data Subyektif
Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan setelah
ditempatkan ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaanpertanyaan yang langsung misalnya :Bagaimana perasaan anda?, dapat
memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa memfokuskan pada daerah yang
spesifik, dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri sering kali
meningkat pada waktu ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur.

Sangat penting untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan dan perubahan


intensitas rasa nyeri, dan bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan.
Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan
terjadi mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu
prosedur bedah atau telah mendapat narkotika yang cukup banyak.
3. Data Objektif

Sistem Respiratori
Status sirkulatori
Tingkat Kesadaran
Balutan
Posisi tubuh
Status Urinari / eksresi.

4. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari
prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga
tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah,
dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.
b. Diagnosa Keperawatan
Pre Bedah
1.
2.

Ansietas
Defisit pengetahuan

Post Bedah
1.
2.
3.
4.

Gangguan pertukaran gas


Kerusakan integritas jaringan
Nyeri akut
Resiko injury

Anda mungkin juga menyukai