Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


“SOFT TISSUE TUMOR “

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Pediatrik


di Ruang 15 RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Oleh:
Rosa Mayangsari
180070300111048
Kelompok 1A

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
SOFT TISSUE TUMOR

DEFINISI
Soft Tissue Tumor adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma (Smeltzer, 2002). Soft Tissue Tumor
adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel – selnya tidak tumbuh seperti
kanker (Price, 2006).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa soft tissue tumor adalah suatu
benjolan dan pembengkakan yang abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh
neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang.

ETIOLOGI
Etiologi Soft Tissue Tumor :
1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu dilaporkan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
4. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

MANIFESTASI KLINIK
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi di mana
tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak
terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat
pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf-saraf tepi, dalam tahap awal tumors jaringan lunak biasanya tidak menimbulkan gejala
karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumors dapat tumbuh lebih besar, mendorong
samping jaringan normal, sebelum mereka merasa atau menyebabkan masalah. kadang
gejala pertama biasanya gumpalan rasa sakit atau bengkak. dan dapat menimbulkan gejala
lainnya, seperti sakit atau rasa nyeri, karena dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di
daerah perut dapat menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba
terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di
sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar, berkembang
menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat menyebar ke
tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar,
dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan imaging sebagai tambahan dari pemerikasaan klinis penderita perlu
dikerjakan, selain untuk menegagkan diagnosis juga untuk staging. Pada
pemeriksaan dengan foto polos kadang-kadang didapatkan gambaran masa dengan
kalsifikasi. Foto polos pada ekstremitas dapat digunakan untuk evaluasi adanya
infiltrasi tumor pada tulang. Pemeriksaan imaging lebih lanjut dapat dengan CT scan,
MRI atau PET scan.
2. Biopsi pada tumor primer merupakan bagian yang penting sebelum treatment pada
penderita soft tissue tumor. Soft tissue tumor dengan ukuran yang lebih beasar dari 5
cm harus dipertimbangkan untuk dilakukan biopsi terlebih dahulu. Dengan biopsi
dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi dan diharapkan dapat menentukan grade
dari tumor. Grade sangat penting untuk menentukan rencana terapi.
3. Percutaneous core-needle biopsy (CNB) memberikan hasil yang cukup
memuaskan untuk diagnosis beberapa soft tissue tumor. CNB dapat dilakukan
secara blind atau dengan image-guided. Dengan image-guided, biopsi akan lebih
terarah pada area tumor (tidak pada area sentral nekrosis).
Insisi biopsi merupakan pilihan kedua apabila dengan CNB diagnostik masih belum
bisa ditegakkan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya morbiditas yang harus
dipertimbangkan dengan tindakan insisi biopsi termasuk resiko anestesi, perdarahan
dan penyembuhan luka. Selain itu insisi biopsi juga memerlukan biaya yang lebih
besar. Eksisi biopsi merupakan pilihan pada neoplama yang kecil dan letaknya
superficial.
4. Fine needle aspiration biopsy (FNAB) sebagai alat bantu untuk menegakkan
diagnosis soft tissue neoplasma masih diperdebatkan. Hasil dari FNA pada lesi
mesenchymal sangat bervariasi dan tergantung beberapa faktor, diantaranya skill
dari aspirator dan keahlian interpretasi dari cytopathologist. Dengan demikian akurasi
diagnosis FNA sangat tergantung keahlian dan pengalaman cytopathologist dalam
diagnosis soft tissue sarcoma dengan pemeriksaan sitologi.

PENATALAKSANAAN
Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumor tergantung pada tahap
dari tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari tumor.
Pengobatan pilihan untuk jaringan lunak tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan
kemoterapi.

1. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)


Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak tumors. Jika
memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan margin yang aman dari
jaringan sehat di sekitarnya. Penting untuk mendapatkan margin bebas tumor untuk
mengurangi kemungkinan kambuh lokal dan memberikan yang terbaik bagi
pembasmian dari tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin,
jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari lengan atau
kaki.
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah shrink
Tumor operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal. Dalam
beberapa kasus, dapat digunakan untuk merawat tumor yang tidak dapat dilakukan
pembedahan. Dalam beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan untuk
memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada keseluruhan
hidup.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau sesudah
operasi untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau membunuh sel kanker
yang tersisa. Penggunaan kemoterapi untuk mencegah penyebaran jaringan lunak
tumors belum membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker telah menyebar ke area
lain dari tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumors dan mengurangi
rasa sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak mungkin untuk
membasmi penyakit.

EKSISI
Bedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang jaringan
(tumor) dengan memotong. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan antara lain
pemeriksaan penunjang (biopsy), pengobatan lesi jinak ataupun ganas dan memperbaiki
penampilan secara kosmetis. (1)
Keuntungan eksisi (3)
1. Seluruh spesimen dapat dipriksa untuk diagnosis histologi dan sekaligus
melaksanakan eksisi total.
2. Pasien tidak memrlukan follow up yang berkepanjangan setelah eksisi karena angka
kekambuhan setelah eksisi total sangat rendah.
3. Hanya memerluka satu terapi saja
4. Penyembuhan luka primer biasanay tercapau dengan memberikan hasil kosmetik
yang baik.
Faktor – faktor untuk menghasilkan skar yang baik
1. Teknik atraumatik
Merusak jaringan akan menyebabkan devitalisasu jaringan yang tak dapat
dihindarkan, menyebabkan penyembuhan yang jelek dan dengan demikian parut
luka akan jelek.
Tepi – tepi luka hendeknya ditangani dengan lembut, hendaknya jangan pernah
merusak tepian luka itu dengan memegangnya dengna forsep, baik yang bergigi
maupun tidak. Forceps yang bergigi tajam hendaknya digunakan untuk mencubit
dermis atau untuk menekan tepi kulit. Kaitan kulit dapat digunakan sebagai gentinya.
2. Garis tegangan kulit
Kontraksi otot, mobilitas sendi dan gravitasi merupakan kekuatan terpenting yang
mempengaruhi terbentuknya garis tegangan kulit. Garis langer selama bertahun –
tahun dipakau sebagai titik menunjukkan arah insisi, garis ini berasal dari penelitian
pada kadaver. Bila ekstremitas dan tubuh digerakkan di luara posisi anatomis
istirahat, maka garis tegangan kulit akan bergeser. Oleh karena garis tegangan kulit
telah digambarkan berhubungan dengan kerutan, garis kontur dan garis
ketergantungan.
3. Usia pasien
Skar pada anak – anak yang eritem dan hipertropik akan menetap untuk waktu yang
lama akan menyebabkan penampilan akhir tidak memuaskan. Untuk proses maturasi
skar dari skar yang merahdan meninggi menjadi tipis dan berwarna putih
membutuhkan waktu 2 tahun atau lebih.
4. Lokasi
Skar yang berasal dari eksisi atau insisipada telapak tangan, telapak kaku dan
mukus membran biasanya baik dan tidak terlalu terlihat. Hal ini kontras dengan skar
pada area sternal, pundak atau punggung. Sebelum melakukan eksisi pada daerah
tersebut pasien perlu dijelaskan kemungkinan timbulnya skar hipertropik
5. Tipe kulit
Ada pasien yang memiliki kulit yang tebal, berminyak dengan kelenjar sebaseus
yang hipertropik dan over aktif. Skar pada jenis kulit ini dapat menyembuh dengan
skar yang depress.
6. Kelainan kulit
Pasien dengan kelainan pada jarigan fibrous dan elastin akan menyebabkan skar
yang luas. Pasien dengan kelainan ini dapat dilihat dengan cara melakukan
hiperextensi jari tangan atau mencubit kulit punggug tangan untuk melihat
peningkatan elestisitas. Penyakit Ehlers- Danloss syndrome adalah bentuk kelainan
fibroelastik yang berat dimana penyembuhan luka berlangsung sangat lambat
dengan skar yang luas.\
Teknik eksisi
1. Eksisi elips (fusiform)
Merupakan bentuk eksisi dasar, dengan arah yang sejajat dengan garis dan lipatan
kulit. Perbandingan panjang dan lebar minamal 3:1 dengan sudut 30 drajat. Irisan
tegak lutus atau lebih meluas kedalaman dampai dengan subkutis. Bila perlu dapat
dilakuakan undermaining yang kalau dimuka tepat dibawah dermis dan kalau sklap
diderah subdaleal. Perdarahan yang terjadi dikulit dapat ditekan beberapa saat saat
dan bila perlu dilakukan hemostasis dengan elektrokoagulasi tetapi jangan
berlebihan terutama pada daerah dermis. Perdarahan dari pembuluh darah kecil
dapat dielektrokoagualasi tetapu yang besar harus diikat.
Lesi – lesi yang dieksisi berbentuk elips akan menghasilkan parut yang lebih panjang
dan dari lesi aslinya. Tujuan utama mengeksisi lesi berbentuk elips adalah engurangi
terbentuknya sisa kulit/ telinga anjing (dog ears). Dog ears dapar diperbaiki dengan
memanjangkan elips atau membuang jaringan berlebihan dan menutupnya dengan
bentuk L atau Y.
2. Eksisi wadge
Lesi – lesi terletak pada area bebas seperti bibir, sudut mata, cuping hidung dan
telinga dapat dieksisi dengan eksisi wadge. Karsinoma sel skuamosa pada bibir
disarankan untuk eksisi V sehingga dapat mengangkat jaringan yang sama kelenjar
limfenya.
Jika dilakukan eksisi wadge pada cuping hidung yang luas untuk ditutup secara
primer, maka dapat dilakukan graft dengan ukuran yang sama dari telinga, sepertiga
dari bibir bawah dan seperempat dari bbir atas dan kelopak mata dapat dilakukan
eksisi wadge dan dilakukan penutupan primer.
3. Eksisi sirkular
Pada kulit wajah yang terletak diatas jaringan kartilago seperti batang hidung atau
permukaan anterior telinga, lesi – lesi dapat dieksisi dengan bentuk sirkular dan
defek ditutup dengan skin graf full thickness. Teknik ini jug adapay digunakan pada
bagian tubuh lain dnegan lesi yang sangat luas.
Jika terdapat karaguan dalam merencanakan eksisi elips maka dapat dilakukan
eksisi sirkular dengan kulit direnggangkan dan perhatikan lingkaran tersebut akan
cenerung membentuk sebuah elips kalau kulitnya dikendorkan.
4. Eksisis multiple
Eksisi atau ekspansi jaringan kadang dieprlukan untuk lesi – lesi yang luas seperti
congenital naevi. Teknik ini memungkinkan luka ditutup dengan skar yang lebih
pendek dibanding dengan eksisi elips satu langkah.

PATOFISIOLOGI (terlampir)

Pengkajian Keperawatan Pra Bedah


A. Data Subyektif
Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
a. Pengertian tentang bedah yang duanjurkan
1. Tempat
2. Bentuk operasi yang harus dilakukan.
3. Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah di
bedah.
4. Kegiatan rutin sebelum operasi.
5. Kegiatan rutin sesudah operasi.lj
6. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
b. Pengalaman bedah terdahulu
1. Bentuk, sifat, roentgen
2. Jangka waktu
Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
a. Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang
dianjurkan.
b. Metode-metode penyesuaian yang lazim.
c. Agama dan artinya bagi pasien.
d. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
e. Keluarga dan sahabat dekat
- Dapat dijangkau (jarak)

- Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.

f. Perubahan pola tidur

g. Peningkatan seringnya berkemih.

Status Fisiologi
a. Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong komplikasi-
komplikasi pascabedah.
b. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.

c. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.

d. Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.

e. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi
yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).

f. Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.

g. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai
terbebas dari nyeri setelah operasi.
B. Data Obyektif
1. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas),
kemampuan berbahasa Inggris.
2. Tingkat interaksi dengan orang lain.

3. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk
(cemas).

4. Tinggi dan berat badan.

5. Gejala vital.

6. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.

7. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.

8. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.

9. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas


dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca
bedah).

10. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah
vaskuler atau tubuh.

11. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat
duduk, koordinasi waktu berjalan.

Masalah Keperawatan Yang Muncul


1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap
perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang
berarti, krisis situasi atau krisis maturasi
2. Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif dan harapan
pascaoperatif

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI


- Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
- Berikan informasi kepada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
- Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
- Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
POST OPERASI
A. Pengkajin awal
Status Respirasi
Melipuiti : Kebersihan jalan nafas,Kedalaman pernafasaan, Kecepatan dan sifat pernafasan,
Bunyi nafas
Status sirkulatori
Meliputi : Nadi, Tekanan darah, Suhu, Warna kulit
Status neurologis
Meliputi : tingkat kesadaran
Balutan
Meliputi : Keadaan drain, Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.
Kenyamanan
Meliputi :Terdapat nyeri, Mual, Muntah
Nyeri
Meliputi : Waktu, Tempat, Frekuensi, Kualitas, Faktor yang memperberat / memperingan

A. Data Subyektif
Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan setelah
ditempatkan ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-
pertanyaan yang langsung misalnya :”Bagaimana perasaan anda?”, dapat
memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa memfokuskan pada daerah yang spesifik,
dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri sering kali meningkat pada waktu ini
akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat penting untuk mengetahui
lokasi, bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan bukan menyangka
bahwa nyeri berasal dari torehan.
Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan terjadi
mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur bedah atau
telah mendapat narkotika yang cukup banyak.

B. Data Objektif

1. Sistem Respiratori
2. Status sirkulatori

3. Tingkat Kesadaran

4. Balutan

5. Posisi tubuh
6. Status Urinari / eksresi.

C. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur
pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang
menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi
serta ekspresi wajah.

Masalah Keperawatan YangSering Muncul


A. Diagnosa Umum
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan luka post operasi.
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
d. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan
(penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.
B. Diagnosa Tambahan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
b. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang
gerak.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
d. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
pembedahan.
e. Mual berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.
f. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia,
lemah, nyeri, mual.
h. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI


- Kaji skala nyeri pasien, hal yang memperberat atau meringankan gejala nyeri
- Batasi aktivitas pasien
- Anjurkan pasien untuk bedrest
- Batasi pengunjung, keluarga dan tim kesehatan untuk menghindari terjadinya
infeksi nosokomial postoperasi
- Kolaborasi pemberian obat anti analgetik sesuai kebutuhan
Daftar pustaka

Sjamsuhidajat,R,Jong,W. (2005). Soft tissue tumoor dalam buku ajar ilmu


bedah, edisi2. Jakarta: EGC

Manuba S.W. (2010). Panduan penatalaksanaan kanker solid, Peraboi 2010.


Jakarta: Sagung Seto

Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedqah. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses – proses penyakit.


Jakarta : EGC
Reeves, J.C. (2001). Keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba
Medika.

Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


medis dan Nanda NIC- NOC, edisi revisi jilid 1. Jogjakarta: Medication Jogja

Anda mungkin juga menyukai