Anda di halaman 1dari 15

Laporan pendahuluan

Basalioma

A. Definisi
Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal dari
pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit (Graham, R,
2005). Pertumbuhan tumor ini lambat, dengan beberapa macam pola
pertumbuhan sehingga memberikan gambaran klinis yang bervariasi, bersifat
invasif, serta jarang mengadakan metastasis (Nila,2005). Basalioma adalah
merupakan kanker kulit yang timbul dari lapisan sel basal epidermis atau
folikel rambut ; yang paling umum dan jarang bermetastasis ; kekambuhan
umum terjadi (Brunner and Suddarth, 2000).
Kanker kulit adalah proses keganasan yang timbul dipermukaan kulit
dan berasal dari sel epitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di dalam

kulit. Tumor ganas kulit merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di
sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh yang lain. Karena kulit
terdiri atas beberapa jenis sel, maka kanker kulit juga bermacam-macam
sesuai dengan jenis sel yang terkena.

B. Etiologi
Lebih dari 90 % penyebab basalioma yaitu terpapar sinar matahari atau
penyinaran ultraviolet lainnya. Sering muncul usia > 40 tahun. Faktor resiko
lainnya :
 Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau
hijau dan rambut pirang atau merah).
 Pemaparan sinar X yang berlebihan.
 Senyawa kimia arsen
 Trauma
 Ulkus kronis (Marwali, 2000).
C. Patofisiologi
Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan.
Basalioma berasal dari sel epidermis sepanjang lamina basalis. Kanker sel
basal terjadi pada daerah terbuka yang biasanya terpapar sinar matahari,
seperti wajah, kepala, dan leher. Untungnya tumor ini jarang sekali
bermetastasis. Pasien dengan kanker sel basal tunggal lebih mudah mendapat
kanker kulit.
Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang
panjang gelombangnya, bekisar antara 280 samapi 320 mm. Spektrum inilah
yang membakar dan membuat kulit menjadi cacat. Selain itu, pasien yang
memiliki riwayat kanker sel basal harus menggunakan tabir surya atau pakaian
pelindung untuk menghindari sinar karsinogen yang terdapat di dalam sinar
matahari.
Penyebab lain basalioma adalah riwayat pengobatan, radiologi,
sebelumnya untuk menyembuhkan penyakit kulit lain. Sinar ultraviolet
panjang (UVA) yang dipancarkan oleh alat untuk membuat kulit kecoklatan
seperti terbakar sinar matahari juga merusak epidermis dan di anggap sebagai
karsinogen. Tumor ini ditandai oleh nodul eritromatosa, halus dan seperti
mutiara, bagian tengah mengalami ulserasi dan perdarahan, meninggi dan
memiliki pembuluh telangiektatik pada permukannya.

D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang menyertai penyakit basalioma adalah
predileksinya terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah
periorbital), leher. Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan,
badan, tungkai, kaki dan kulit kepala. Gambaran klinik basalioma bervariasi
terbagi menjadi 5 bentuk :
1. Tipe Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens, merupakan jenis
yang paling sering dijumpai. Lesi biasanya tampak sebagai lesi tunggal.
Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi dan
tepi kelopak mata. Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil,
transparan seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm, denggan tepi
meninggi. Permukaannya tampak mengkilat, sering dijumpai adanya
teleangiektasis dan kadang-kadang dengan skuama yang halus atau krusta
tipis. Berwarna seperti mutiara, kadang-kadang seperti kulit normal
sampai eritem yang pucat. Lesi membesar secara perlahan dan suatu saat
bagian tengah lesi menjadi cekung, meninggalkan tepi yang meninggi,
keras. Jika terabaikan, lesi-lesi ini akan mengalami ulserasi (disebut ulkus
rodens), dengan destruksi jaringan di sekitarnya.
2. Tipe Berpigmen, gambaran klinisnya sama dengan yang tipe
nodulo-ulseratif. Bedanya, pada jenis ini berwarna coklat atau hitam
berbintik-bintik atau homogen, yang secara klinis dapat menyerupai
melanoma.
3. Tipe Morfea atau fibrosing atau sklerosing, biasanya terjadi pada
kepala dan leher. Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung,
berwarna putih kekuningan dengan batas tidak jelas. Lesi tampak sebagai
bercak sklerodermatosa dan tidak member kesan karsinoma sel basal bila
dilihat oleh mata yang tidak berpengalaman. Pertumbuhan perifer diikuti
oleh perluasan sklerosis di tengahnya.
4. Tipe Superfisial, lesi biasanya multipel, mengenai badan. Secara
klinis tampak sebagai plak transparan, eritematosa sampai berpigmen
terang, berbentuk oval sampai ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit
meninggi, seperti benang atau kawat. Biasanya dihubungkan dengan
ingesti arsenik kronis.
5. Tipe Fibroepitelioma, paling sering terjadi pada punggung bawah.
Secara klinis, lesi berupa papul kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai
pendek, dengan permukaan halus atau noduler, dengan warna yang
bervariasi.

Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal
berperan penting, yaitu:

1. Sindroma Epitelioma Sel Basalnevoid, dikenal pula sebagai


sindroma Gorlin-Goltz. Merupakan kelainan autosomal dominan dengan
penetrasi yang bervariasi, ditandai oleh 5 gejala mayor yaitu :
 Karsinoma sel basal multipel yang terjadi pada usia muda.
 Cekungan-cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki.
 Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk.
 Kista pada tulang rahang.
 Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya.
Disamping gejala mayor ini, dijumpai banyak kelainan sistem organ
multipel yang berhubungan dengan sindroma ini.

2. Nevus sel basal unilateral linier, merupakan jenis yang sangat


jarang dijumpai. Lesi berupa nodul dan komedo, dengan daerah atrofi
bentuk striae, distribusi zosteriformis atau linier, unilateral. Lesi biasa
dijumpai sejak lahir dan lesi ini tidak meluas dengan meningkatnya usia.
3. Sindroma bazex, sindroma ini digambarkan pertama kalinya oleh
Bazex, diturunkan secara dominan, dengan cirri khas sebagai berikut :
 Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka
lebar, seperti ice-pick marks, terutama pada ekstremitas.
 Epitelioma sel basal kecil, multipel pada wajah, biasanya timbul
pertama kali pada saat remaja atau awal dewasa. Namun kadang-
kadang dapat juga timbul pada akhir masa anak-anak.

Disamping itu dapat pula dijumpai anhidrosis lokal atau hipohidrosis


generalisata, hipotrikosis kongenital pada kulit kepala dan daerah lainnya.

Gambar penderita basalioma :

E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Baughman, CD & Hackley J.C, 2000, pemeriksaan diagnostik yang
biasa dilakukan pada penderita. Basalioma adalah :
1. Evaluasi histologist
2. Biopsi

F. Terapi
Terdapat banyak alternatif pengobatan pada karsinoma sel basal yaitu :
1. Kuretase dan elektrodesikasi
Keuntungan :
 Tehniknya sederhana.
 Meninggalkan luka yang teratur dan kering.

Kerugian :

 Tidak efektif untuk tumor primer yang luas atau residif.


 Tidak didapat konfirmasi batas tepi pembuangan jaringan yang
adekuat.

2. Bedah eksisi
Keuntungan :
 Penyembuhannya cepat dengan luka yang teratur dan kering.
 Dari segi kosmetik baik, memungkinkan pengambilan jaringan
tumor secara menyeluruh dan dapat ditentukan batas eksisi dengan
pemeriksaan histopatologi.

Kerugian :

 Membutuhkan waktu.
 Biaya mahal.
 Memerlukan pengalaman yang luas.
 Pengambilan jaringan normal dapat berlebihan

3. Radioterapi
Keuntungan :
 Bermanfaat pada daerah anatomis yang sulit diterapi dengan
metode pembedahan.
 Bermanfaat bagi penderita dengan lesi yang luas yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan anestesi umum.
 Pada umumnya karsinoma sel basal sangat radio-sensitif.

Kerugian :

 Memerlukan peralatan yang mahal.


 Memerlukan kunjungan yang berulang kali.
 Memberikan efek samping yang signifikan.
4. Bedah beku
Keuntungan :
 Tehniknya cepat.
 Peralatan yang dibutuhkan sederhana.
 Tidak mempengaruhi syaraf, pembuluh darah besar, tulang rawan,
dan sistem saluran air mata.
 Bermanfaat pada daerah tumor yang sulit diterapkan dengan
metode pengobatan lainnya, seperti kelopak mata.
 Dapat dikombinasi dengan metode lainnya, seperti kuretase.
 Dapat digunakan untuk pengobatan tumor yang luas bagi penderita
rawat jalan.

Kerugian :

 Rasa nyeri dan edema.


 Timbul bula, edema, dan lesi yang basah.
 Dapat terjadi hipopigmentasi.
 Batas tepi tumor perlu ditentukan terlebih dahulu.
 Resisten untuk jenis morfea atau jenis adenoid.

5. Bedah mikrografik Mohs


Keuntungan :
 Evaluasi histopatologi pada tepi irisan mendekati 100%
dibandingkan dengan tehnik seksi vertikal tradisional.
 Dengan analisa tepi irisan yang lengkap dapat diketahui dan
ditelusuri semua fokus-fokus tumor yang masih tertinggal.
 Reseksi hanya pada daerah tumor, sehingga dapat menghemat
jaringan atau meminimalkan jaringan yang hilang.

Kerugian :

 Memerlukan dokter dan petugas laboratorium histopatologi yang


terlatih.
 Biayanya mahal.

6. Beberapa cara pengobatan baru meliputi : 5-fluorourasil yang


dikombinasi dengan kuretase ringan; retinoat; interferon; terapi
fotodinamik.
Tiap metode tersebut pada umumnya memberikan hasil penyembuhan yang
hampir sama baiknya. Tiap klinik mempunyai cara pengobatan tertentu, sesuai
fasilitas dan pengalamannya masing-masing. Dalam memilih metode
pengobatan yang tepat untuk karsinoma sel basal, perlu diperhatikan beberapa
faktor berikut :

a) Faktor penderita : keadaan umum dan usia penderita, sosio-


ekonomi penderita.
b) Faktor tumor
 Lokasi dan hubungannya dengan jaringan sekitarnya (perlekatan
dengan tulang rawan, tulang, daerah mata, bibir).
 Ukuran tumor.
 Jenis histologi.
 Riwayat tumor (rekurensi, pengobatan sebelumnya).
 Terjadinya metastasis.
c) Faktor fasilitas: peralatan yang ada, pengalaman dan keahlian
dokter yang mengobati.
d) Faktor metode yang akan digunakan
 Mempertimbangkan kemungkinan komplikasi yang terjadi,
terutama daerah wajah.
 Memilih metode yang telah dikuasai dengan angka kesembuhan
yang tinggi

G. Prognosis
Pengobatan pada karsinoma sel basal primer biasanya memberikan angka
kesembuhan sekitar 95%; sedangkan pada karsinoma sel basal rekuren sekitar
92%.
Dijumpai angka kekambuhan 5 tahun pada metode kuretase dan
elektrodesikasi; bedah eksisi; radioterapi; bedah beku; bedah mikrografik
Mohs masing-masing sebesar 7,7%; 10,1%, 8,7%, 7,5%, 1%.
Pengobatan pada karsinoma sel basal rekuren adalah lebih sulit daripada
karsinoma sel basal primer, dan angka kekambuhan setelah dilakukan
prosedur yang kedua adalah tinggi. Pengobatan pilihan pada kasus ini adalah
bedah mikrografik Mohs yang memberi angka kekambuhan 5 tahun sebesar
5,6%; sedang bila dilakukan dengan cara lain sebesar 19,9%.
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Menurut Barbara Engram (1998), dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien pre dan post operasi umum, data yang perlu dikaji adalah :
a. Data dasar
1. Identitas
Kajian ini meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal klien. Selain itu perlu juga
dikaji nama dan alamat penanggung jawab serta hubungannya dengan
klien.

2. Riwayat penyakit dahulu : Berupa penyakit dahulu yang pernah


diderita yang berhubungan dengan keluhan sekarang.

3. Riwayat penyakit sekarang : Meliputi alasan masuk rumah sakit,


kaji keluhan klien, kapan mulai tanda dan gejala. Faktor yang
mempengaruhi, apakah ada upaya-upaya yang dilakukan.

4. Riwayat kesehatan keluarga : Terdapat anggota keluarga yang


menderita penyakit basalioma atau kanker (Engram, 1998).

5. Data biologis

Pola nutrisi : klien mengalami anoreksia, dan


ketidakmampuan untuk makan (Mayer’s, et, al, 1995).
Pola minum ; Masukan cairan klien adekuat, pasca operasi,
klien puasa total 24 jam (Doenges, et, al, 2002).
Pola eliminasi ; Terjadi konstipasi dan berkemih tergantung
masukan cairan (Brunner & Suddarth, 2002).
Pola istirahat dan tidur : Tidak dapat tidur dalam posisi
baring rata pasca operasi (Doenges, et, al, 1999).
Pola kebersihan : Penurunan kemampuan melakukan
aktivitas sehari-hari disebabkan pasca operasi (Tucker, et, al,
1998).
Pola aktivitas : Keletihan melakukan aktivitas sehari-hari
(Brunner and Suddarth, 2000).
6. Data psikologis
 Status emosi : Klien dapat merasa terganggu dan malu
dengan kondisi yang dialaminya atau tidak (Brunner and Suddarth,
2002).
 Gaya komunikasi ; kesulitan berbicara dalam kalimat
panjang/perkataan yang lebih dari 4 atau 5 sekaligus (Doenges, et,
al, 1999).
 Pola interaksi ; tidak ada sistem pendukung, pasangan,
keluarga, orang terdekat. Keterbatasn hubunan dengan orang lain,
keluarga atau tidak (Doenges, et, al, 1999).
 Pola koping : Klien marah, cemas, menarik diri atau
menyangkal.

7. Data sosial
 Pendidikan dan pekerjaan : tingkat pengetahuan tentang
operasi minim (Soeparman, et, al, 1998).
 Hubungan sosial : kurang harmonisnya hubunan sosial
merupakan stressor emosional pernafasan tidak teratur (Brunner &
Suddarth, 2002).
 Gaya hidup : kebiasan merokok, minum minuman
berakohol, sering bergadang (Brunner & Suddarth, 2002).

8. Data spiritual : keterbatasan melakukan kegiatan spiritual (Brunner


& Suddarth, 2002).

b. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum lemah
2. Kesadaran composmentis sampai koma, tergantung tingkat efek
pembedahan dan anestesi.
3. Tanda-tanda vital meningkat disebabkan adanya infeksi.
4. Kepala, leher, axilla : ekspresi wajah meringis, takut.
5. Hidung : pernafasan cuping hidung
6. Dada : berpengaruh apabila tingkatan infeksi tinggi akan
mempengaruhi pernafasan cepat sampai retraksi.
7. Ekstremitas : ekstremitas berkeringat (Brunner & Suddarth, 2002).

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien
dengan pre dan post operatif Basalioma menurut Doenges, et al (2000), adalah
sebagai berikut :
Diagnosa Keperawatan Pre-Operatif
1. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kecacatan.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan prognosis berhubungan
dengan kurang informasi.

Diagnosa Keperawatan Post-Operatif


1. Bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan ekspansi
paru, energi menurun/kelemahan, nyeri.
2. Kekurangan cairan berhbungan dengan hilangnya cairan tubuh.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual/muntah dan kurang nafsu makan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan eksisi pembedahan.
5. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan eksisi
pembedahan.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi.

C. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan Pre-Operatif
Dx 1 : Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan.
Tujuan : klien dan keluarga tidak cemas lagi.
Kriteria evaluasi :rasa takut dan cemas berkurang sampai hilang.
Intervensi :
1. Kaji status mental termasuk ketakutan pada kejadian isi pikir.
Rasional :pada awal pasien dapat menyangkal dan represi untuk
menurunkan dan menyaring informasi keseluruhan.(Doenges, 2000).
2. Bantu kelurga untuk mengekspresikan rasa cemas dan takut.
Rasional :keluarga mungkin bermasalah dengan kondisi pasien atau
merasa bersalah.(Doenges, 2000).
3. Jelaskan rutinitas rumah sakit meliputi jadwal pemeriksaan, tujuan
pengobatan, dan lingkungan rumah sakit.
Rasional : Gambaran yang akurat tentang prosedur membantu
menghilangkan ansietas dan ketidaktahuan klien.
4. Tunjukkan adanya harapan kesembuhan.
Rasional : Klien yang bereaksi terhadap diagnosis basiloma harus
berharap kesembuhan. Harapan diperlukan untuk mengatasi beratnya
beban pengobatan.
5. Tingkatkan aktivitas fisik dan latifan fisik.
Rasional : Aktifitas fisik memberikan pengalihan dan rasa normal.
Klien yang melakukan latihan fisik dapat memperbaiki kualitas hidup.

Dx 2 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kecacatan.

Tujuan :klien bisa menerima keadaannya.

Kriteria evaluasi :perasaan negatif tentang diri sendiri tidak terjadi.


Intervensi :

1. Kaji perubahan/kehilangan pada pasien.


Rasional :episode traumatik membuat perasaan kehilangan aktual yang
dirasakan.(Doenges, 2000).
2. Bersikap positif selama pengobatan.
Rasional :meningkatkan hubungan kepercayaan antara pasien dengan
perawat.(Doenges, 2000).
3. Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat.
Rasional :meningkatkan perasaan dan memungkinkan respons yang
lebih membantu pasien.(Doenges, 2000).

Dx 3 : Kurang pengetahuan tentang kondisi dan prognosis penyakit


berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan :klien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya.

Kriteria evaluasi :menyatakan pemahaman proses penyakit dan kebutuhan


pengobatan
Intevensi : :

1. Kaji kemampuan klien untuk belajar.


Rasional : belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan
ditingkatkan pada tahapan individu.(Doenges,2000).
2. Diskusikan harapan klien untuk sembuh.
Rasional :klien seringkali mengalami kesulitan dan memutuskan unuk
pulang.(Doenges,2000).
3. Berikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit Basalioma.
Rasional :untuk mendeteksi syarat indikatif kepatuhan dan membantu
mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.(Doenges,2000).

Rencana Keperawatan Post-Operatif


Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan eksisi pembedahan.
Tujuan : nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria evaluasi :Klien akan melaporkan penurunan rasa nyeri dan
peningkatan aktivitas setiap hari. Luka eksisi bedah sembuh setelah post
operasi tanpa komplikasi.
Intervensi :
1. Observasi skala nyeri, lama intensitas nyeri.
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi derajat nyeri kebutuhan
untuk analgesik (Doenges, 1999).
2. Berikan posisi yang nyaman tidak memperberat nyeri.
Rasional: Mengurangi tekanan pada insisi, meningkatkan relaksasi
dalam istirahat (Doenges, 1999).
3. Beri obat analgesik (diazepam, paracetamol) sesuai terapi medik.
Rasional: Membantu mengurangi nyeri untuk meningkatkan kerjasama
dengan aturan terapeutik (Brunner and Suddarth, 2001).

Dx 2 : Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan eksisi


pembedahan.

Tujuan : meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda


infeksi.

Kriteria evaluasi : luka bersih tidak tanda-tanda infeksi

Intevensi :

1. Observasi luka, catat karakteristik drainase.


Rasional:Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi selama 48 jam
pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja. Tergantung pada tipe
penutupan luka (misal penyembuhan pertama atau kedua),
penyembuhan sempurna memerlukan waktu 6-8 bulan (Doenges,
1999).
2. Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan tehnik steril.
Rasional: Sejumlah besar cairan pada balutan luka operasi , menuntut
pergantian dengan sering menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi
(Doenges, 1999).
3. Bersihkan luka sesuai indikasi, gunakan cairan isotonic Normal
Saline 0,9 % atau larutan antibiotic
Rasional: Diberikan untuk mengobati inflamasi atau infeksi post
operasi atau kontaminasi interpersonal (Doenges, 1999).

Dx 3 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan eksisi


pembedahan.
Tujuan : meningkatkan waktu penyembuhan dengan tepat, bebas dari
infeksi serta tidak ada tanda demam.

Kriteria evaluasi : pertahankan lingkungan aseptic

Intervensi :

1. Perhatikan kemerahan disekitar luka operasi.


Rasional: Kemerahan paling umum disebabkan masuknya infeksi ke
dalam tubuh di area insisi (Doenges, 1999).
2. Ganti balutan sesuai indikasi.
Rasional: Balutan basah bertindak sebagai sumbu untuk media untuk
pertumbuhan bakterial.
3. Awasi tanda-tanda vital.
Rasional: Peningkatan suhu menunjukkan komplikasi insisi (Doenges,
1999).
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Gusti, 1985. Tumor Ganas Dini Kulit. Cermin Dunia Kedokteran. FKUI,
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Anonim, 2006. Mengenal Kanker Kulit. Diakses dari http://www.dharmais.co.id
Djuanda. A., Hamzah. M., Aisah. S., 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
Tumor Kulit, Melanoma Maligna, edisi 3 Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin FKUI, Jakarta.
Graham, R. 2005. Lecture Notes on Dermatologi. Ed. 8. Jakarta: Erlangga
Harahap, marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates
Lim Pei-wen, Sharen, 2008. Kanker Kulit. Diakses dari
http://wikipedia.org/kanker_kulit.htm
Perdanakusuma, David, 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka.
Diakses dari
http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com/2008/05/anatomi-fisiologi-
kulit-dan penyembuhan.html
Price, Wilson, 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC,
Jakarta.
www.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai