2.1 Pengertian
Abses hati adalah penyakit yang terjadi di hepar karena adanya infeksi
mikroorganisme yang bersumber dari sistem gastrointestinal, ditandai dengan
adanya pembentukan pus hati sebagai proses invasi dan multiplikasi yang
masuk secara langsung dari cedera pembuluh darah atau sistem ductus biliaris.
Abses hati yang paling banyak ditemukan yaitu piogenik, kemudian amoebic
ataupun campuran infeksi dari keduanya (Parawira, rahma, & Nasir, 2019).
2.2 Etiologi
Abses hati terbagi menjadi dua, yaitu abses hati amuba (AHA) dan abses
hati piogenik (AHP). AHA merupakan salah satu jenis abses hati yang
disebabkan oleh protozoa entamoeba hystolitica, yang banyak ditemukan di
negara tropis atau yang sedang berkembang (Sudoyo dkk, 2009 dalam
Parawira, rahma, & Nasir, 2019). Pada AHP biasa disebabkan oleh
mokroorganisme lainnya seperti bakteri ataupun jamur (Rajagopalan &
Langer, 2012). Jenis mikroorganisme yang sering menyebabkan abses hepar
yaitu Escherichia coli, Streptococcus, Pseudomonas, dan entamoeba
hystolitica (Baradero, 2008).
1.3 Patofisiologi
Abses hepar timbul sebagai infeksi sekunder yang muncul di bagian tubuh
lain kemudian dibawa ke hepar melalui sistem bilier (empedu), sistem
vaskular atau sistem limfatik. Organisme poigenik dapat juga masuk ke dalam
hepar melalui luka tusuk yang mengenai hepar, sedangkan abses karena
amuba biasanya berasal dari gastrointestinal yang kemudian masuk melalui
vena porta. Perforasi abses dapat menyebabkan isi abses masuk ke dalam
celah pleura, pericardial atau peritoneal (Baradero, 2008).
Infeksi intra-abdominal seperti radang usus buntu dapat membuat bakteri
dapat masuk dan menyebar ke pembuluh portal, menyebabkan phlebitis dan
piemia portal, yang akhirnya mengarah pada pembentukan abses hepar. Rute
infeksi yang paling umum adalah jalur bilier. Sebanyak 30% -50% dari kasus
abses hepar terjadi pada rute bilier. Infeksi bilier terjadi akibat dari obstruksi
yang disebabkan oleh batu empedu, keganasan, atau penyempitan. Infeksi
bilier tersebut yang nantinya dapat menyebar hingga ke hepar (Mavilia,
Molina, & Wu, 2016).
Infeksi kuman
Masuk ke dalam
sistem pencernaan
Melewati:
Sistem vascular (Vena porta)
Sistem bilier
Sistem limfatik
Hepar
1.7 Pengkajian
Identitas Pribadi
a. Identitas: nama, alamat, usia, tempat tanggal lahir, pendidikan terakhir,
pekerjaan, agama
b. Riwayat penyakit sekarang: Pasien mengeluh nyeri di bagian abdomen
kuadran kanan atas, demam, mual muntah, penurunan nafsu makan, perut
terlihat asites.
c. Riwayat penyakit dahulu: Pasien memiliki riwayat penyakit infeksi saluran
pencernaan, kolestasis, ataupun penyakit infeksi di organ lainnya.
Anamnesa
a. Airway: Tidak terdapat sumbatan pada jalan nafas, tidak terdengar suara
nafas tambahan seperti stridor, gurgling, atau snoring.
b. Breathing: Irama pernafasan pasien normal atau takipneu karena nyeri,
dispneu apabila pasien mengalami efusi pleura, terdapat retraksi dinding
dada dan menggunakan otot bantu nafas, dan saat diperkusi terdengar
bunyi redup apabila pasien mengalami efusi pleura berat, tidak ada deviasi
trakea, ekspansi paru simetris, tidak ada lebam atau jejas.
c. Circulation: Akral hangat, capillary refill <2detik, dan irama nadi kuat.
d. Disability: Pasien mengalami tidak mengalami kelemahan anggota gerak.
Pemeriksaan fisik:
a. Sistem pernafasan
Pola nafas reguler (RR> 24x/menit), takipnea karena nyeri atau karena
adanya efusi pleura, terdapat retraksi ataupun menggunakan otot bantu
pernafasan apabila mengalami efusi pleura berat. Pada saat diperkusi
terdengar bunyi redup dan saat di auskultasi terdengar suara nafas
tambahan.
b. Sistem Persarafan
Klien dengan abses hepar tidak mengalami gangguan pada otak ataupun
mengalami penurunan kesadaran.
c. Sistem Perkemihan
Tidak ada perubahan maupun gangguan perkemihan.
d. Sistem Pencernaan
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Muntah dapat muncul
akibat infeksi pencernaan atau karena penekanan akibat asites. Bising
usus menurun atau meningkat, serta pasien mengalami konstipasi atau
diare apabila abses hepar dikarenakan infeksi saluran pencernaan.
Terdapat nyeri tekan di bagian abdomen kuadran kanan atas. Teraba
adanya pembesaran hepar.
a. Sistem kardiovaskuler/Sirkulasi
Tanda: Hipertensi normal, takikardia (respon stress, atau nyeri), tidak ada
penurunan nadi, masalah pada sistem kardiovaskuler.
b. Neurosensori dan muskuloskeletal
Tanda: tidak ada penurunan dari neurosensori maupun sistem
musculoskeletal, namun pasien terlihat anoreksia dan lemas karena adanya
mual muntah serta ketidakseimbangan metabolism tubuh. Pada saat dilihat
bagian sklera mata berwarna kuning akibat penumpukan bilirubin di aliran
darah karena terhambatnya fungsi hepar.
c. Nyeri / kenyamanan
Gejala: Nyeri berat terasa apabila pasien bergerak ataupun duduk serta
pasien mengalami nyeri tekan sehingga kenyamanan akan terganggu.
1.8 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Hipertermi
d. Intoleransi aktivitas
Diagnosa Rasional
NOC Intervensi
keperawatan
Nyeri (akut) Pain level : Pain management Menyediakan data
Pasien tidak melaporkan lakukan pengkajian dasar untuk
nyeri yangkomprehensif PQRST. memantau perubahan
Ekspresi nyeri wajah tidak observasi reaksi nonverbal dari dan
nampak ketidaknyaman seperti raut wajah mengevaluasi
Dapat beristirahat atau meringis. intervensi.
Tidak kehilangan nafsu gunakan teknik komunikasi Untuk memastikan
makan terapetik untuk mengetahui skala nyeri dari reaksi
pengalaman nyeri pasien. non verbal
Pain control: kontrol lingkungan yang dapat Menghindari
pasien dapat mengontrol mempengaruhi nyeri. timbulnya nyeri atau
nyerinya dengan kurangi faktor presipitasi nyeri. memperparah rasa
menggunakan teknik ajarkan teknik nonfarmakologi nyeri
nonfarmakologi dan nafas dalam atau terapi musik. Memberikan terapi
farmakologi berikan analgetik untuk non farmakologi
Pasien melaporkan mengurangi nyeri seperti apabila pasien
perubahan terhadap tingkat pemberian ketorolac. memiliki nyeri ringan
nyeri tingkatkan istirahat. Memberikan terapi
Pasien dapat menggunakan farmakologi apabila
analgesik sesuai indikasi nyeri pasien terasa
berat
Mengurangi
munculnya nyeri
Ketidakse Status Nutrisi Manajemen nutrisi Menyediakan data
imbangan Nafsu makan meningkat Kaji status nutrisi (Perubahan dasar untuk
nutrisi Tidak terjadi penurunan berat badan, pengukuran memantau perubahan
kurang BB antropometrik, dan nilai dan
dari laboratorium). mengevaluasi
Masukan nutrisi adekuat
kebutuhan Kaji pola diet dan nutrisi pasien intervensi.
tubuh Menghabiskan porsi
Kaji faktor-faktor yang dapat Pola diet sekarang
makan dan dahulu dapat
merubah masukan nutrisi
Hasil lab normal (Anoreksia, mual dan muntah, dipertimbangkan
(albumin, kalium) atau diet yang tidak dalam menyusun
menyenangkan bagi pasien) menu.
Kolaborasi dengan ahli gizi Menghilangkan
untuk menentukan jumlah kalori faktor yang berperan
dan jenis nutrisi yang dalam menimbulkan
anoreksia.
dibutuhkan untuk memenuhi
Kolaborasi agar dapat
kebutuhan nutrisi. menentukan jenis diet
Anjurkan memulai dengan yang tepat bagi
makan dengan konsentrasi pasien.
lunak secara perlahan Untuk mengurangi
Timbang berat badan harian. beban kerja sistem
pencernaan.
Untuk memantau
status cairan dan
nutrisi.
Hipertermi Termoregulasi Pengaturan suhu Mengetahui apabila
Tingkat pernapasan normal Monitor suhu setiap 2 jam sesuai suhu tubuh terus
12-24x/menit kebutuhan meningkat, serta
sebagai evaluasi
Tidak hipertermia atau suhu Tingkatkan intake cairan dan
pemberian medikasi
normal 36,5-37,5oC nutrisi adekuat penurun demam
Tidak ada peningkatan suhu Berikan antipiretik bila suhu Untuk mengurangi
kulit diatas 37,5oC demam dan mencegah
Melaporkan kenyamanan Gunakan matras pendingin, mandi dehidrasi
suhu air hangat, kantong es, atau gel Sebagai terapi
untuk menurunkan suhu tubuh farmakologi yang
cepat dapat
menurunkan demam
Membantu penurunan
demam dengan terapi
nonfarmakologi
Intoleransi Konservasi Energi Manajemen Energi Untuk mengetahui hal-
akvitas Pasien dapat Kaji yang menyebabkan faktor hal yang dapat
menyeimbangkan aktivitas kelelahan memperparah
dan istirahat Monitor nutrisi dan sumber energi keletihan pasien
Pasien menggunakan tidur yang adekuat sehingga dapat
siang untuk memulihkan Observasi adanya pembatasan klien mengurangi keletihan.
energi dalam melakukan aktivitas Agar pasien
Pasien dapat menyesuaikan Monitor pola tidur dan istirahat mendapatkan energi
gaya hidup dengan tingkat klien yang cukup dan
energi mengurangi keletihan.
Kekuatan beraktivitas yang Mencegah keletihan
dilaporkan yaitu terpenuhi Bantuan Perawatan Diri bertambah parah
1. Monitor kemampuan Untuk mengetahui bila
perawatan diri secara mandiri pola tidur
2. Memberikan bantuan mempengaruhi
perawatan diri seperti makan, keletihan.
mandi dan berpakaian bila perlu Untuk mengetahui
3. Berikan bantuan sampai kemampuan pasien
pasien mampu melakukan dalam memenuhi
perawatan mandiri kebutuhan sehari-hari
4. Berikan peralatan yang dilakukannya
kebersihan diri secara mandiri
Membantu perawatan
diri bila pasien
kesulitan
Memberikan air seka
ataupun baju ganti
DAFTAR PUSTAKA