Klasifikasi
Vena varikosa diklasifikasikan (Sabiston 1994):
a. Vena varikosa primer, merupakan kelainan tersendiri vena superficial ekstremitas
bawah
b. Vena varikosa sekunder, merupakan manifestasi insufisiensi vena profunda dan
disertai dengan beberapa stigmata insufisiensi vena kronis, mencakp edema,
perubahan kulit, dermatitis stasis dan ulserasi.
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Keterangan: Biasanya kerusakan diakibatkan kerena adanya suatu hambatan aliran darah
dan tekanan hidrostatik yang terlau besar.
Pada keadaan normal katup vena bekerja satu arah dalam mengalirkan darah
vena naik keatas dan masuk kedalam. Pertama darah dikumpulkan dalam kapiler vena
superfisialis kemudian dialirkan ke pembuluh vena yang lebih besar, akhirnya melewati
katup vena ke vena profunda yang kemudian ke sirkulasi sentral menuju jantung dan
paru. Vena superficial terletak suprafasial, sedangkan vena vena profunda terletak di
dalam fasia dan otot. Ven perforate mengijinkan adanya aliran darah dari ven asuperfisial
ke\ vena profunda.
Di dalam kompartemen otot, vena profunda akan mengalirkan darah naik keatas
melawan gravitasi dibantu oleh adanya kontraksi otot yang menghasikan suatu
mekanisme pompa otot. Pompa ini akan meningkatkan tekanan dalam vena profunda
sekitar 5 atm. Tekanan sebesar 5 atm tidak akan menimbulakan distensi pada vena
profunda dan selain itu karena vena profunda terletak di dalam fasia yang mencegah
distensi berlebihan. Tekanan dalam vena superficial normalnya sangat rendah, apabila
mendapat paparan tekanan tinggi yang berlebihan akan menyebabkan distensi dan
perunbahan bentuk menjadi berkelok-kelok.
Keadaan lain yang meyebabkan vena berdilatasi dapat dilihat pada pasien dengan
dialisis shunt dan pada pasien dengan arterivena malformation spontan. Pada pasien
tersebut terjadi peningkatan tekanan dalam pembuluh darah vena yang memberikan
respon terhadap vena menjadi melebar dan berkelok-kelok. Pada pasien dengan kelainan
heresiter berupa kelemahan pada dinding pembuluh darah vena, tekanan vena normal
pada pasien ini akan menyebabkan distensi venambuluh vena paling sering dan vena
menjadi berkelok-kelok.
Peningkatan di dalam lumen paling sering disebabkan oleh terjadinya insufisiensi
vena dengan adanya refluks yang melewati katup vena yang inkompeten baik terjadi pada
vena profunda maupun pada vena superficial. Peningkatan tekanan vena yang bersifat
kronis juga dapat disesbabkan oleh adanya obstruksi aliran darah vena. Penyebab
obstruksi ini dapat oleh karenathrombosis intravascular atau akibat adanya penekanan
dari luar pembuluh darah. Pada pasien dengan varises oleh karena obstruksi tidak boleh
dilakukan ablasi pada varisesnya karena segera menghilang setelah penyebab obstruksi
dihilangkan.
Kegagalan katup pada vena superfisal paling umum disebabkan oleh karena
peningkatan tekanan di dalam pembuluh darah oleh adanya insufisiensi vena. Penyebab
lain yang mungkin dapat memicu kegagalan katup vena yaitu adanya trauma langsung
pada vena adanya kelainan katup karena thrombosis. Bila vena superficial ini terpapar
dengan adanya tekanan tinggi dalam pembuluh darah , pembuluh vena ini akan
mengalami dilatsi yang kemudian terus membesar sampai katup vena satu sama lain tidak
dapat saling betemu.
Kegagalan pada satu katup vena akan memicu terjadinya kegagalan pada katup-
katup lainnya. Peningkatan tekanan yang berlebihan di dalam system vena superfisial
akan menyebabkan terjadinya dilatasi vena yang bersifat local. Setelah beberapa katup
vena mengalami kegagalan, fungsi vena untuk mengalirkan darah ke atas dan ke vena
profunda akan mengalami gangguan. Tanpa adanya katup-katup fungsional, aliran darah
vena akan mengalir karena adanya gradient tekanan dan gravitasi.
Varises vena pada kehamilan paling sering disebabkan oleh karena adanya
perubahan hormonal yang menyebabkan dinding pembuluh darah dan katupnya menjadi
lebih lunak dan lentur, namun bila terbentuk bvarises selama kehamilan hal ini
memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menyingkir adanya kemungkinan disebabkan
oleh keadaan DVT akut.
Kerusakan yang terjadi akibat insufisiensi vena berhubungan dengan tekanan vena
dan volume darah vena yang melewati katup yang inkompeten. Sayangnya penampilan
dan ukuran dari varies yang terlihat tidak mencerminkan keadaan volume atau tekanan
vena yang sesungguhnya. Vena yang terletak dibawah fasia atau terletak subkutan dapat
mengangkut darah dalam jumlah besar tanpa terlihat ke permukaan. Sebaliknya
peningkatan tekanan tidak terlalu besar akhirnya dapat menyebabkan dilatasi yang
berlebihan.
D. Komplikasi
Komplikasi mencakup : Trauma pada nervus safenus dan suralis dengan diserta
hiperestesia kulit Pembentukan hematoma subkutis dan kadang-kadang stripiing arteri
tak sengaja
E. Tanda dan Gejala
Tegang, kram otot, sampai kelelahan otot tungkai bawah. Edema tumit dan rasa
berat tungkai dapat pula terjadi, sering terjadi kram di malam hari. Terjadi
peningkatankepekaan terhadap cedera dan infeksi.Apabila terjadi obstruksi vena
dalam pada varises, pasien akan menunjukkan tanda dan gejala insufisiensi vena
kronis; edema, nyeri, pigmentasi, dan ulserasi. Gejala subjektif biasanya lebih berat
pada awal perjalanan penyakit, lebih ringan pada pertengahan dan menjadi berat lagi
seiring berjalannya waktu.Gejala yang muncul umunya berupa kaki terasa berat, nyeri
atau kedengan sepanjang vena, gatal, rasa terbakar, keram pada malam hari, edema,
perubahan kulit dan kesemutan. Nyeri biasanya tidak terlalu berat namun dirasakan
terus-menerus dan memberat setelah berdiri terlalu lama.
· Nyeri yang disebabkan oleh insufisiensi vena membaik bila beraktifitas seperti
berjalan atau dengan mengangkat tungkai, sebaliknya nyeri pada insufisiensi arteri
akan bertambah berat bila berjalan dan tungkai diangkat.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan:
a. Test trendelenberg
b. Test myer
c. Test perthes
d. Test Doppler
e. Radiologi (phlebografi, morfometri, phlethysmografi)
Selain itu ada beberapa macam pemeriksaan klinis lainya, berikut dijabarkan
beserta penjelasannya.
G. Penatalaksanaan
1. Konservatif, simtomatik dan nonoperatif :
Menghindari berdiri dalam waktu yang lama
penurunan berat badan dan aktivitas otot seperti berjalan
Penggunaan kaos penyokong ringan yang nyaman, Pemasangan stocking
elastis yang pas karena obliterasi vena superficial (vena safena mmana)
Konservatif :
Obat Venoruton (Gol hydroxyl Rutoside) 600 mg/hari minimal 2 minggu
Skleroterapi (tak dipakai lagi)
Lokal antiphlogistikum (Zinc Zalf (Pasta LAssar)
2. Operatif :
Terapi bedah :
Stripping vena saphena (V. shapena magna, v. saphena psotrior, dan v,
saphena parva) dengan menggunakan alat stripper (vena dikeluarkan)
Ligasi VV kommunikans yaitu tempat-tempat di mana diperiksa ada
kebocoran, diikat dan dipotong.
2. Status nutrisi
Secara langsung mempengaruhi respon pada trauma pembedahan dan anestesi.
Sebelumnya perlu masukan karbohidrat dan protein untuk keseimbangan nitrogen
negative. Puasa perlu dipersiapkan 8 jam sebelum operasi.
f. Pemeriksaan fisik
Status lokalis :
1. Dilatasi, lekuk-lekuk vena superfisialis pada kaki
2. Keluhan sakit dangkal, kelelahan, kram, dan kaki berat, khsusnya setelah
berdiri lama
3. pigmentasi kecoklatan pada kulit
4. bengkak, yang secara umum berkurang dengan peninggian tungkai
g. Pemeriksaan diagnostik
1. Venogram menunjukkan lokasi pasti dari varises kedua vena superficial dan
dalam.
2. Test perfthes (klien berdiri sampai vena varikosa tampak dan digambar)
h. Program Pengobatan
Karena varises vena tidak dapat disembuhkan, pengobatan terutama ditujukan
untuk mengurangi gejala, memperbaiki penampilan dan mencegah komplikasi.
Mengangkat kaki bisa mengurangi gejala tetapi tidak dapat mencegah varises
vena. Varises vena yang timbul selama kehamilan biasanya akan membaik dalam
waktu 2-3 minggu setelah melahirkan. Stoking elastis bekerja dengan cara
menekan vena dan mencegah peregangan dan perlukaan pada vena. Penderita
yang tidak ingin menjalani pembedahan atau terapi suntikan atau penderita yang
memiliki masalah medis sehingga tidak boleh menjalani pembedahan maupun
terapi suntikan, bisa menggunakan stoking elastis ini.
Tujuan dari pembedahan adalah untuk mengangkat sebanyak mungkin varises
vena. Vena superfisial yang paling besar adalah vena safena magna, yang berjalan
mulai dari pergelangan kaki sampai selangkangan, dimana vena ini bergabung
dengan vena dalam. Vena safena dapat diangkat melalui prosedur yang disebut
stripping. Vena permukaan memiliki peran yang tidak terlalu penting
dibandingkan dengan vena dalam, karena itu pengangkatan vena permukaan tidak
mengganggu sirkulasi darah selama vena dalam berfungsi dengan normal. Pada
terapi suntikan, vena ditutup, sehingga tidak ada darah yang dapat melewatinya.
Suatu larutan disuntikkan untuk mengiritasi vena dan menyebabkan terbentuknya
gumpalan (trombus. Pada dasarnya prosedur ini menyebabkan flebitis permukaan
yang tidak berbahaya. Penyembuhan trombus menyebabkan terbentuknya
jaringan parut yang akan menyumbat vena. Tetapi trombus mungkin saja terlarut
dan varises vena kembali terbuka. Jika diameter dari vena yang disuntik ini bisa
berkurang melalui penekanan oleh teknik pembebatan khusus, maka ukuran
trombus bisa diperkecil sehingga lebih mungkin terbentuk jaringan parut, seperti
yang diharapkan. Keuntungan lain dari pembebatan adalah bahwa penekanan
yang tepat bisa menghilangkan nyeri, yang biasanya menyertai flebitis
permukaan. Terapi suntikan biasanya dilakukan hanya jika varises kembali timbul
setelah pembedahan atau jika penderita menginginkan tungkainya tampak cantik.
2 Nyeri berhubungan dengan sekunder terhadap trauma pada jaringan dan saraf
bekas operasi stripping, ditandai dengan :
DS = Pasien mengatakan nyeri pada bekas luka operasi.
DO = - Tidak tenang
- Wajah menyeringai
- Melindungi area yang sakit
- Gelisah
Rasional
1. Dasar untuk menemukan dan pemecahan masalah.
2. Perasaan cemas yang diungkapkan pada orang yang dipercaya akan memberikan
dampak lega dan merasa aman.
3. Pertanyaan yang dijawab dan dimengerti akan mengurangi rasa cemasnya.
4. Persiapan yang matang dapat menengkan suasana lingkungan sebelum operasi.
5. Lingkungan rebut memuat stress.
6. Lingkungan yang dimengerti akan mendorong kenyamanan dan keamanan klien.
7. Tingkat kecemasan intoleran akan mengganggu pelaksanaan operasi dan anestesi.
8. Support system meningkatkan mekanisme koping klien dalam menghadapi
masalah.
9. Penjelasan tentang informaasi seputar bedah memberikan informasi yang positif
dan pengalaman persiapan diri dalam pembedahan.
2 Nyeri berhubungan dengan sekunder terhadap trauma pada jaringan dan saraf
bekas operasi stripping, ditandai dengan :
DS = Pasien mengatakan nyeri pada bekas luka operasi.
DO = - Tidak tenang
- Wajah menyeringai
- Melindungi area yang sakit
- Gelisah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam nyeri berkurang, dengan kriteria:
DS = pasien mengatakan tidak nyeri
DO = Pasien tenang dan tidak menyeringai serta mengerti factor penyebabnya
seperti yang telah dijelaskan pada preoperasi
1. Kaji tingkat nyeri
2. Atur posisi yang baik dan mengenakkan
3. Anjurkan klien nafas panjang dan dalam
4. Observasi luka paskaoperasi
5. Terapi analgetik
Rasional
1. Nyeri dapat diantisipasi klien secara individualisme dan penanganan yan berbeda
2. Posisi kaki lebih tinggi dari badan 30o dapat mengurangi peningkatan penekanan
pada jaringan yang rusak sehingga mengurangi nyeri.
3. Nafas panjang dan dalam merelaksasi otot yang dioperasi dan terimobilisasi
sehingga nyeri berkurang
4. Perhatikan stuwing yang meningkat menghambat suplai oksigen sehingga nyeri
bertambah.
5. Analgetik merupakan obat anti nyeri yang bekerja secara sentral atau perifer/local.
DAFTAR PUSTAKA
VARISES VENA
RYAN PUTRA
21219067
PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020