Aulia Indah Pratiwi / P1337420518059 Pengertian Hipermesis gravidarum adalah rasa mual di pagi hari yang berlebihan mungkin terjadi pada lebih sedikit dari 1 dari 200 kehamilanya, hiperemesis gravidarum atau muntah yang berlebihan pada kehamilan. Hiperemesis gravidarum mulai timbul selama bulan kehamilan, penyakit ini dapat berakhir beberapa minggu dan kemudian menghilang selama bulan gestasi ketiga dan keempat Tanda dan gejala
1. Hiperemesis gravidarum tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, Nafsu makan berkurang, Berat badan menurun, Turgor kulit abnormal, Nyeri pada epigastrum, Nadi meningkat sekitar 100x/menit, Tekanan darah sistolik menurun, Lidah mengering Mata tampak cekung Tanda dan gejala
2. Hiperemesis gravidarum tingkat II
Penderita tampak lebih lemas dan apatis, Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, Turgor kulit abnormal, Nadi kecil dan cepat, Suhu kadang-kadang tinggi, Tekanan darah menurun, Berat badan makin menurun, Mata sedikit ikterik, Gejala hemokonsentrasi makin tampak, urine berkurang, badan aseton dalam darah meningkat, Konstipasi, Nafas berbau aseton Tanda dan gejala 3. Hiperemesis gravidarum tingkat III Keadaan umum wanita hamil makin menurun,Muntah berkurang, Kesadaran menurun dari somnolen hingga koma, nadi lebih kecil dan cepat, Suhu meningkat, Tekanan darah menurun, Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterik Etiologi
Penyebab pasti hiperemesis gravidarum sebAdapun
beberapa faktor yaitu: a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, molahidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada molahidatosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan. Karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. Senarnya belum dapat diketahui secara pasti, Etiologi
b. Masuknya villi khorialis dalam sirkulai
maternal dan perubahan nyata metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik. c. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebutkan sebagai sakah satu faktor organik. Etiologi
d. Faktor psikologik memegang peranan sangat
penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan. Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapatmemperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjafi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. Etiologi
– e. Pada literatur lain disebutkan bahwa
faktor predisposisi lainya adalah usia ibu hamil yang kurang dari 20 tahun, kegemukan (obesitas) kehamilan ganda (multifetal gestation) dan penyakit-penyakit trofoblas (molahidratidosa). Patofisiologi – Perasaan mual dan muntah akibat dari meningkatnya kadar estrogen oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester 1. Pengaruh psikologi hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung, penyesuaian terjadinya pada kebanyakan wanita hamil. Meski demikian mual dan muntah dapat berlangsung bebulan-bulan. Hiperemesis gravidarum merupakan kompilkasi antara mual Patofiologi Bila terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Disamping pengaruh hormonal wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastis dengan gejala tidak suka makan dan mual akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat. Hiperemesis gravidarum juga dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam asetik, asam hidroksi butilik dan aseton dalam darah, kemungkinan cairan yang diminum dan kehilangan cairan Patofiologi
ekstraseluler dan plasma berkurang. Hal ini
menjadikan jumlah zat makanan dan estrogenke jaringan berkurang dan tertimbunya zat metabolik yang toksik sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi mual-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. PATOFIOLOGIS
Selain terjadi dehidrasi dan terganggunya
keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindrom Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan tranfusi atau tindakan operatif. Pemeriksaan Laboratorium
– Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah
Nilai hemoglobin dan hematokrit meningkat, menunjukan hemokonsentrasi berkaitan dengan dehidrasi. – Urinalis Urine biasanya hanya sedikit dan mempunyai konsentrasi tinggi sebagai akibat dehidrasi, aseton menunjukan asidosis starvasi. Komplikasi – Terjadi kekurangan cairan dan eleketrolit – Gangguan asam basa – Malnutrisi – Pnemonia aspirasi – Robekan mukosa pada hubungan gastro esofagus yang menyebabkan perdarahan (sindroma mallory weiss) – Ruptur esofagus dan kerusakan hepar dan ginjal – IUGR (Intrauterine Growth Restriction atau pertumbuhan janin yang tertunda atau janin tidak berkembang) TEOR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KELUHAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM Pengkajian – Identitas klien, meliputi: nama, umur ( pada ibu hamil dengan umur kurang dari 20 tahun dapat terjadi hiperemesis gravidarum lebih besar), jeniskelamin, pendidikan, pekerjaan (pada ibu hamil yang kehilangan pekerjaan akan mempengaruhi keadaan psikologi ibu dan menjadi labil dan dapat terjadi hiperemesisgravidarum), agama, dan alamat, serta data penanggung jawab. Pengkajian – Keluhan Utama : biasanya klien mengalami mual dan muntah yang berlebihan, badan terasa lemas dan mudah lelah. – Riwayat kesehatan : Riwayat penyakit sekarang – Hiperemesis Gravidarum tingkat I Mual dan muntah terus menerus disertai dengan keadaan ibu lemah, nafsu makan berkurang, terjadi penurunan berat badan serta terjadi dehidrasi dan adanya nyeri epigastrum, mata tampak cekung, tekanan darah sistolik menurun, nadi meningkat 100x/menit, lidah menjadi kering. Pengkajian – Hiperemesis gravidarum tingkat II – Keadaan umum ibu tampak lebih lemah dan apatis.Adanya penurunan tekanan darah, suhu yang kadang-kadang meningkat, nadi keci ldan cepat, berat badan yang makin menurun.Adanya ikterik sedikit dan cekung pada mata, ibu merasakan konstipasi dan nafas berbau aseton, produksi urine yang berkurang karena adanya dehidrasi. – Hiperemesis Gravidarum tingkat III Mual dan muntah berkurang.Keadaan umum ibu yang makin menurun, terjadi kesadaran ibu menurun dari somnolen sampai koma, nadi menjadi lebih kecil dan cepat dan suhu meningkat, tekanan darah menurun adanya gangguan faal hati terjadi karena manifestasi ikterik. Adanya nistakmus, perubahan arah bola mata, diplopia, perubahan mental. – Riwayat penyakit dahulu :Pada wanita sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastikdengan gejala tidak suka makan dan mualakan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat sampai hipermesis gravidarum. – Riwayat penyakit keluarga: hiperemesis gravidarum akan penyakit menular atau keturunan. – Riwayat perkawinan: mengkaji status ibu untuk mengetahui adanya kehamilan diluar nikah dan adanya ketakutan tanggung jawab sebagai ibu sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan emosi pada faktor psikologi ibu yang dapat mendukung terjadinya hiperemesis gravidarum. – Riwayat menstruasi : mengkaji HPHT guna mengetahui umur kehamilan yang sebenarnya karena hiperemesis gravidarum – mulai timbul dalam bulan kedua kehamilan. Hiperemesis gravidarum dapat berakhir beberapa minggu dan kemudian menghilang selama bulan gestasi ketiga atau keempat. – Riwayat kehamilan : pada primigradiva terjadinya hiperemesis gravidarum sangat besar selain itu pada idu dalam kehamilan terdahulu pernah mengalami hiperemesis gravidarum maka ada kemungkinan pada kehamilan yang akan datang terjadi hiperemesis gravidarum. – Riwayat psikologi : keadaan emosi ibu khususnya pada minggu-minggu pertama kehamilan kemungkinan karena ibu tersebut menolak kehamilan, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu. Pengkajian Pola Fungsional Gordon – Pola persepsi terhadap kesehatan-managemen kesehatan : pada klien hiperemesis biasanya terjadi kecemasan terhadap kehamilanya. – Pola aktivitas dan latihan : pada klien hiperemesis gravidarum dapat melakukan aktivitas seperti biasanya terbatas pada aktivitas ringan, untuk aktivitas membutuhkan tenaga lebih dapat dibantu alat atau orang lain. – Pola istirahat dan tidur : klien lebih banyak istirahat dan tidur karena lemas, tetapi tidak nyaman juga karena sering mual dan muntah maka bisa mengganggu istirahat dan tidur klien. – Polavnutrisi :adanya mual dan muntah pada saat makan dan minum sehingga ibu cenderung kurang gizi (anemia gizi) yang merupakan factor predisposisi terjadinya hiperemesis gravidarum. – Pola eliminasi : pada hiperemesis gravidarum produksi urine sedikit akibat adanya dehidrasi. Pada hiperemesis gravidarum tingkat II adanya gangguan pada waktu buang air besar dengan terjadinya konstipasi. – Pola kognitif perseptual : biasanya klien merasakan mudah lelah dalam aktivitas – Pola konsep dan persepsi diri :pada klien hiperemesis biasanya terjadi kecemasan terhadap kehamilanya. – Pola peran dan hubungan : peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain. – Pola seksualitas :terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan hubunga seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat. – Pola koping dan toleransi stress : biasanya klien sering melamun dan merasa cemas. – Pola nilai dan kepercayaan : biasanya klien terganggu dalam ibadahnya karena harus bedrest. – Pemeriksaanfisik Keadaan umum : – Hiperemesis gravidarum tingkat I :keadaan umum ibu lemah, berat badan menurun. – Hiperemesis gravidarum tingkat II : keadaan umum ibu menjadi lebih lemah dan apatis berat badan ibu makin menurun. – Hiperemesis gravidarum tingkat III : keadaan umum ibu makin menurun, kesadaran menurun dari samnolen sampai koma. Tanda tanda vital : – Hiperemesis gravidarum tingkat I : tekanan darah sistolik menurun, nadi meningkat sekitar 100x/menit. – Hiperemesis gravidarum tingkatII : tekanan darah menurun, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang tinggi. – Pada hiperemesis gravidarum tingkat III : tekanan darah menurun, nadi lebih kecil dan cepat, suhu meningkat. – , perubahan arah bola mata, adanya diplopia dan nistakmusBerat badan : pada ibu hamil yang obesitas dapat terjadi hiperemesis gravidarum lebih besar. – Pemeriksaan status present: – Kepala : bagaimana bentuk kepala, kebersihan rambut, dan apakah ada benjolan. – Leher : kadang kadang ditemukan pembesaran kelenjar tiroid, karena adanya proses menelan yang salah. – Mata : mata tampak cekung, sedikit ikterik. – Telinga :biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga. – Hidung : adanya polip atau tidak. – Dada : adanya nyeri epigastrium – Ekstremitas :simetris, tidak ada kelainan, kuku pendek dan bersih, tidak ada oedema. – Data penunjang : dengan tes laboratorium pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah, nilai hemoglobin dan hematokrit yangmeningkat menunjukan hemokonsentrasi berkaitan dengan dehidrasi karang aseton menunjukana asidosis starvasi. DIAGNOSA KEPERAWATAN – 1. Nausea berhubungan dengan kehamilan( SDKI : D.0076, hal 170) – 2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kehamilan( SDKI : D.0074, hal 166) Intervensi Tanggal / No.Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi pukul
1 NOC hal 642 NIC hal 556
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi manajemen mual
keperawatan selama 1x24 jam 2. Ajarkan teknik menenangkan
masalah dapat teratasi dengan 3. Pemasangan infus
criteria hasil : 4. Libatkan keluarga dalam
1. Kontrol mual dan muntah agar pengalihan pikiran
berkurang 5. Pemberian obat
2. Nafsu makan meningkat
Intervensi 2 NOC hal 660 NIC hal 582
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pengaturan posisi
keperawatan selama 1 x 24 jam 2. Ajarkan klien mengurangi