H DENGAN DIAGNOSA
MEDIS NEONATAL INFEKSI DI RUANG MAWAR RSUD
dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
Di susun oleh:
Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Ners
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. H Dengan
Diagnosa Medis Neonatal Infeksi Di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Profesi Ners.
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Vina Agustina, Ners, M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Desy Mariasanthy, S.Kep., Ners selaku pembimbing lahan yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
5. Ibu Margaretha, S.Kep., Ners selaku Kepala Ruangan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
6. Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Profesi Ners
Program Studi Profesi Ners
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 02 Mei 2023
Penyusun
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.2 Etiologi
Menurut (Prince, 2015) infeksi pada neonatus bisa melalui beberapa cara :
1.1.2.1 Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke placenta. Kuman
melewati placenta dan mengadakan intervilositas masuk ke vena umbilicus
samapi ke samapi ke janin kuman tersebut seperti : virus : rubella,
poliomelisis, koksakie, variola, dll. Spirokaeta : sifilis. Bakteri : jarang
sekali kecuali E. Colli dan listeria.
1.1.2.2 Infeksi intranatal
1) Pemeriksaan vagina yang terlalu sering
2) Partus yang lama
1.1.2.3 Infeksi post partum
Penggunaan alat-alat perawatan yang tidak steril
1.1.2.4 Cross infection
Infeksi yang telah ada di rumah sakit.
Menurut jenis infeksi :
1) Infeksi bacterial
Banyak bakteri yang menyebabkan infeksi sitemik dengan infeksi dapat
bersifat congenital maupun didapat seperti : Lysiteria Lysiteria app,
Mycobacterium, Tubercolosis, E. Colli, Pnemokokus, enterokokus,
streptokokus, (sering gub B stretococus / GBS) dan stofilococus,
pseudomonas spp dan klesiella. Selain menyebabkan menyebabkan
infeksi infeksi sistemik, infeksipun dapat bersifat local seperti
terjadinya infeksi kulit, pneumonia, osteomilelitis, artitis, ototis media,
infeksi pada saluran pencernaan dan uorgenital.
2) Infeksi virus
Infeksi yang sering menyebabkan infeksi congenital / transpalcenta
antara lain CMV / cytomegallo virus, rubella, parvo virus, HIV.
Sedangkan yang sering menyebabkan infeksi yang di dapat antara lain
Herpes simplex virus, varicella zoster virus, hepatitis B RSV /
Respiratory Syencial Virus.
3) Infeksi parasit / jamur
Infeksi yang sering disebabkan oleh kandida yang dapat bersifat infeksi
localmaupun sistemik. Infeksi ini biasanya adalah infeksi yang di dapat.
Infeksi congenital yang dapat sering ditemukan adlah toxoplasma dan
sphilis, keduanya sering menimbulkan kelainan / cacat congenital.
1.1.3 Klasifikasi
Infeksi dalam neonatus dapt dibagi dalam dua golongan besar, yaitu infeksi
berat (major infection) dan infeksi ringan (minor infection).
1.1.3.1 Infeksi Berat
Dalam golongan infeksi berat termasuk sifilis congenital, sepsis
neonatorum, meningitis, pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis
akuta, dan tetanus neonatorum.
1) Sifislis kongenita
Sifilis dengan Treponema Pallidum (spirochaeta pallida), penyebab
sifilis biasanya terjadi dalam masa antenatal. Infeksi pada janin baru
timbul sesudah kehamilan lewat 14 minggu oleh karena spirokhaeta
tidak dapat melintasi lapisan sel langhans pada plasenta muda. Janin
yang terkena infeksi dapat lahir mati dalam keadaan mserasi, ia dapat
dilahirkan dengan gejala-gejala sifilis kongenita atau gejala-gejala itu
dapat timbul kemudian. Bayi dengan sifilis kongenita seringkali
menderita BBLR dan kulit telapak tangan serta kulit kaki mengkilat
menebal dan mudah terlepas.
Gambaran Klinik : Bayi dapat menunjukkan gelembung-gelembung
dan pustula yang dilingkari dasar merah tua. Kelianan-kelainan itu
seringkali ditemukan sekitar mulut, hidung, genetalia eksterna, anus
dan telapk tangan serta kaki. Pernafasan melalui hidung seringkali
terganggu karena tertutup oleh secret. Bayi degan sifilis kongenita
tidak dapat tumbuh dengan baik.
Pengobatan : Penanganan yang terbaik ialah yang terbaik ialah
pecegahan. Apabila wanita hamil dengan hamil dengan sifilis dapat
disembuhkan sebelum kehamilanya mencapai 14 minggu, janin dapat
dibebaskan sama sekali dari penyakit itu. Apabila ibu masih lewat
diobati waktu itu, janin yang mugkin terkena infeksi sudah sembuh
pada waktu dilahirkan, mungkin juga belum sembuh.
2) Sepsis neonatorum
Dengan mennemukan gejala-gejala sepsis, dengan anamnesis infeksi
antenatal atau infeksi intranatal, tindakan kita ialah :
a. Memberikan antibiotika dengan spektrum luas sambil menunggu
biakan darah resistance test. Resistensi kuman terhadapa kuman
terhadapa Ampisilin dan Gentamisin akhir-akhir ini makin
menonjol. Bila mungkin sebagai penggantinya diberikan
sefalosforin generasi ketiga dengan dosis 100mg/kg berat-badan
per 24 jam dibagi dalam dua dosis. pemeriksaan laboratorium
urine
b. Biakan darah dan resistance test
c. Kalau ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan air kencing
3) Meningitis
Meningitis biasanya didahului oleh sepsis, karena itu, pada
setiap persangkaan sepsis harus dilakukan pungsi lumbal. Dalam
melakukan melakukan pungsi lumbal penilaian penilaian likuor
seresbrospinalis harus hati-hati, karena pada umumnya likuor
serebrospinalis pada neonatus neonatus sifatnya sifatnya xantaxrom,
pada pleiositosis dan reaksi Nonne dan Pady positif. Pady positif.
Mula-mula terdapat gejala-gejala seperti pada sepsis yang kemudian
dapat disertai dengan kejang, fontanel menonjol, kuduk kaku dan
opistotonus. Kuduk kaku tidak seberapa sering ditemukan pada
neonatus.
4) Pneumonia congenital
Infeksi biasanya terjadi intranatal karena hirupan likuor amnii yang
septik. Gejala waktu lahir sangat menyerupai asfiksia neunatorum.
Penyakit membrana hialin atau pendarahan intrakranial. Pneumonia
kongenital harus dicurigai kalau ketuban pecah lama, air ketuban
keruh serta berbau, dan terdapat kesulitan pernafasan pada saat-saat
neonatus itu lahir.
5) Pneumonia aspirasi
Penyakit ini merupakan sebab utama kematian bayi BBLR. Hal ini
disebabkan karena pada saat pemberian makanan per os dimulai,
terjadi aspirasi karena refleks menelan dan refles batuk belum
sempurna. Pneumonia aspirasi ini harus dicurigai bila bayi BBLR
tiba-tiba menunjukkan gejala latergia, anoreksia, berat badan tiba-tiba
menurun, dan kalu terdapat serangan apnea. Diagnosis dapat dibuat
dengan pemeriksaan radiologiks thorak.
6) Pneumonia karena airborn infection
Biasanya infeksi terjadi karena adanya hubungan orang dewasa yang
menderita penyaki penyakit infeksi saluran pernafasan. Penyebabnya
asan. Penyebabnya biasanya penumokkous, hemophlilus influenza
influenza atu virus. Selain itu, dapat juga diseabbkan oleh E Colli,
enterokokkus, proterus, pseudomonas. Jalanya penyakit penyakit
biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas dengan
rhinitis dan dengan rhinitis dan seterusnya. Kemudian terjadi dispnea,
pernafasan cuping hidung, sianosis dan batuk. Pada pemeriksaan paru-
paru dapat ditemukan ronkhi basah yang nyaring.
7) Pneumonia stafilokokkus
Infeksi ini terutama terjadi pada neonatus yang lahir di rumah sakit.
Mula-mula terdapat infeksi stafilokokkus pada suatu tempat di badan,
kemudian terjadi penyebaran di paru-paru, sehingga terjadi pneumon
atau piothoraks. Proses ini terjadi dengan cepat dengan gejala-gejala
sesak nafas dan sianosis, keadaan bayi cepat menjadi buruk.
8) Diare epidemik
Gastroenteritis karena E Colli. Gastroenteritis pada bayi seringkali
menyebabkan penyebaran dengan mortalitas yang tinggi.
Penyebabnya ialah E colli yang bersifat patogen atau lazim disebut
Entero-PathogenicEscherischia coli (EPEC).
9) Pielonefritis
Bayi yang menderita pielonefritis biasanya menunjukkan gejala
demam, tidak mau minum, muntah, pucat dan berat badan turun.
Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan air kencing. Pada neonatus
jumlah sel dalam air kencing menjadi berarti kalau lebih dari 15 per
mm.
1.1.4 Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endoskrin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan penggunaan oksigen, terhambatnya terhambatnya fungsi
mitokondria, dan kekacauan metabolic yang progresif. Pada infeksi yang tiba-tiba
dan tiba-tiba dan berat, complement cascade menimbulkan banyak kematian dan
kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan fungsi jaringan, asidosis metabolic
dan syok. Yang menyebabkan disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC) dan
kematian. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum
berasal dari tiga kelompok, yaitu :
1.1.4.1 Factor maternal
1) Status social ekonomi ibu, ras dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahi
sepenuhnya. Ibu yang berstatus social ekonomi rendah mungkin
nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis.
2) Status paritas. Wanita multipara atau gravid lebih dari 3 dan umur ibu
kurang dari 20 umur tahun atau lebih dari 30 tahun.
3) Kurangnya perawatan prenatal.
4) Ketuban pecah dini
5) Prosedur selama persalinan
1.1.4.2 Factor neonatal
1) Prematuritas (berat badan bayi kurang dari 1500 gram)
Merupakan faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya
immunitas bayi kurang bulan lebih rndah dari pada bayi cukup bulan.
Transfor immunoglobulin melalui placenta terutama terjadi pada paruh
terakhir trisemester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi immunoglobulin
serum terus menurun, menyebabkan hipogamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
2) Defisiensi imun
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau haemophil atau haemophilus influenza. IgG dan IgA
tidak melewat placenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali
pusat. Dengan adanya hal tersebut aktivitas lintasan komplemen
terhambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon
terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan
penururnan antibodi total dan spesifik bersama dengan penurunan
fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas
opsonisasi.
3) Laki-laki dan kehamilan kembar
kembar Insiden infeksi pada bayi laki-laki empat kali lebih besar dari
pada bayi perempuan
1.1.4.3 Factor lingkungan
1) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasive, dan memerlukan waktu perawatan
dirumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/arteri maupun
kateter nutrisi parental merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme
pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang
terkontaminasi.
2) Paparan terhadap obat-obatan tertentu, seperti steroid, bisa
menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan
antibiotic spectrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spectrum
luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda
3) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemic penyebaran
mikroorgani organisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial),
paling sering akibat kontak tangan.
4) Pada bayi yang yang minum ASI, spesies lactobacillus dan E. Col lus di
temukan hanya di dominasi oleh E. Colli saja Mikroorganisme atau
kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara, yaitu:
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman
dari ibu setelah melewati placenta dan umbrilikus masuk ke dalam
tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi
adalah kuman yang dapat menembus placenta, antara lain virus
vubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis, dan
toxoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan
terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik
mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnonitis dan
korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilicus masuk ke tubuh
bayi. Cara lain yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah
terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke dalam traktus
digestives dan traktus respiratoris, kemudian menyebabkan infeksi
pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi
pada janin dapat melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat
bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misal :
herpes genetalis, candida albican dan (misal : herpes genetalis,
candida albican dan gonorrhea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi
sesudah persalinan/ kelahiran umunya terjadi akibat infeksi
nosokomial dari lingkungan di luar (misal : melalui alat-alat
pengisap lendir, selang endotrak alat pengisap lendir, selang
endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman, atau dst).
Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosocomial. (Mitayani, 2018).
Kuman melewati plasenta dan Inhalasi cairan amnion Infeksi dari nosokomial
umbilikus yang terinfeksi
NEONATAL INFEKSI
B1 B2 B3 B4 B5 B6
1
Penumpukan secret Masuk ke dalam tubuh Masuk ke dalam tubuh Peningkatan suhu tubuh Diare, muntah, malas Meningkatnya kadar
berlebih bayi bayi minum susu bilirubin
1.1.8.2 Kausatif
Antibiotik diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya
digunakan golongan penicillin seperti ampicilin ditambah tminoglileosida
seperti Gentamicin. Pada infeksi nosokomial, antibiotic diberikan dengan
mempertim dengan mempertimbangkan flora di ruang perawatan, namun
sebagai sebagai terapi inisial biasanya di berikan van komisin dan
aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga.Setelah dapat hasil biakan
dan uji sistematis di berikan antibiotic yang sesuai. Terapi dilakukan
selama 10 – 14 hari. Bila terjadi meningitis, antibiotic diberikan selama 14
– 21 hari dengan dosis sesuai untuk meningitis. Pada masa antenatal
meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan,
terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu. Asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat yang menurunkan
kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke tempat pusat kesehatan bila diperlukan.
Pada masa persalinan, perawatan ibu selama persalinan selama persalinan
dilakukan secara dilakukan secara akseptic. Pada masa pasca masa pasca
persalinan persalinan rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI
secepatnya, juga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan lukan
umbilicus secara steril.
Defisit Nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi 3 x 24 jam Manajemen Nutrisi (SIKI I. 03119 Hal.200)
Mual, Muntah (SDKI D.0019 Hal.56) maka status nutrisi membaik, dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makan yang dihabiskan cukup 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
meningkat makanan
2. Frekuensi makan membaik 3. Identifikasi makanan yang disukai
3. Nafsu makan membaik 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
4. Bising usus membaik nutrient
5. Membrane mukosa membaik 5. Identifikasi perlunya penggunaan
6. Pengetahuan tentang standard selang nasogastric
asupan nutrisi yang tepat meningkat 6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
Hipovolemia b.d kekurangan intake Status cairan SLKI (L.03028) Manajemen Hipovolemia SIKI (I.03116 hal.
cairan SDKI (D. 0023 hal. 64) 184)
Setelah dilakukan tindakan
Observasi
keparawatan selama 1x8 jam,
1. Periksa tanda dan gejala hipovolmia
diharapkan volume cairan terpenuhi, (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
dengan kriteria hasil: teraba lemah, tekanan darah menurun,
1. Kekuatan nadi meningkat skor 5 tekanan nadi menyempit, turgor kulit
2. Turgor kulit meningkat skor 5 menurun, membrane mukosa kering,
3. Output urine meningkat skor 5 volume urin menurun, hematocrit
4. Frekuensi nadi membaik skor 5 meningkat, haus, lemah)
5. Tekanan darah membaik skor 5 2. Monitor intake dan output cairan
6. Tekanan nadi membaik skor 5 Terapeutik
7. Kadar Hb membaik skor 5 1. Hitung kebutuhan cairan
8. Kadar Ht membaik skor 5 2. Berikan posisi modified trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborsi
1. Kolaborasi pemberian IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. albumin, plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah
Hipertermia b.d proses penyakit SDKI Termogulasi SLKI (L.14134) Manajemen Hipertermia SIKI (I.15506)
(D. 0130) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x7 jam 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
diharapkan kemabali normal, dengan dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
kriteria hasil: penggunaan incubator)
1. Menggigil menurun 5 2. Monitor suhu tubuh
2. Suhu tubuh membaik 5 3. Monitor kadar elektrolit
3. Suhu kulit membaik 5 4. Monitor haluaran urine
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hyperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan atau
elektrolit intravena, jika perlu
1.1.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat
mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan
dimonitor kemajuan klien.
I. Identitas Pasien
Idensitas Bayi Identitas Orang Tua
Nama Bayi : By. Ny. H Nama Ayah : Tn. K
TTL : P. Raya, 30 Umur Ayah : 25 Tahun
April 2023,
(usia 2 hari)
Jam : 11.41 WIB Pendidikan : SMA
kelahiran
Pekerjaan : Pedagang
Agama Ayah : Islam
Nama Ibu : Ny. H
Umur Ibu : 23 Tahun
Pendididikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama Ibu : Islam
II.Riwayat Persalinan
a. Awal Persalinan (hari/tgl/jam) : Minggu, 30 April 2023, Pukul : 11:41 WIB
b. Lama Persalinan :-
c. Komplikasi Persalinan : Ibu mengalami partus tidak maju,
oligohidromnion, riwayat ketuban pecah dini 72 jam
d. Terapi yang diberikan : Inj. Cefotaxim 1 gr, Infus RL 20 tpm
e. Cara melahirkan : Ny. H Melahirkan secara SC
f. Tempat Melahirkan : Ny. H Melahirkan di ruangan OK Ponek
g. Usia kehamilan : 40 minggu
h. Riwayat Kesehatan ibu : Ibu menyatakan mengetahui kehamilan
setelah usia kehamilan 3 bulan, periksa ANC yang pertama pada usia
kehamilan 3 bulan, kemudian setelah usia kehamilan 3 bulan sampai usia 8
bulan periksa setiap 1 bulan sekali dan setelah usia 8 bulan periksa setiap 2
minggu sekali dipuskesmas oleh bidan. Ibu mengatakan selama hamil
makan 3-4 kali sehari dengan porsi sedang. Ibu mengatakan tidak
mengalami tekanan darah tinggi. Usia kehamilan 40 minggu
(Yun Triasmita)
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
1) Ketuban pecah dini Resiko Infeksi
DS: Ibu mengatakan
ketuban pecah dini 72 jam
DO: Inhalasi cairan omnion
- Suhu tubuh 36,7˚C yang terinfeksi
- Akral teraba hangat
- WBC: 16,35 103/uL
- Terpasang stopper di Resiko infeksi
tangan kanan
- Tali pusat bayi berwarna
hitam pada bagian ujung,
namun berwarna kuning
keputihan pada bagian
lainnya.
- Tali pusat belum lepas
2) Bayi baru lahir Risiko Hipotermia
DS:-
DO:
- Bayi ditaruh dalam box Kontak dengan
bayi lingkungan luar
- Bayi tampak dibedong
- Akral teraba hangat
- Suhu tubuh 36,7˚C Beradaptasi dengan
- Suhu ruangan 20˚C lingkungan extrauteri
Risiko hipotermia
PRIORITAS MASALAH
1. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer d.d suhu tubuh
36,7˚C, leukosit 16,35 103/uL, terpasang stopper di tangan kanan, tali pusat
bayi berwarna hitam pada bagian ujung, namun berwarna kuning keputihan
pada bagian lainnya, tali pusat belum lepas
2. Risiko hipotermia b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer d.d Bayi
ditaruh dalam box bayi, Bayi tampak dibedong, Suhu tubuh 36,7˚C, Suhu
ruangan 20˚C
RENCANA KEPERAWATAN
6. Risiko hipotermia Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh anak, jika perlu 1. Memantau terjadinya
b.d keperawatan selama 1x7 termoregulasi tidak efektif
ketidakadekuatan jam diharapkan 2. Monitor warna dan suhu kulit 2. Warna kebiruan dan suhu kulit
pertahanan tubuh termoregulasi neonatus yang dingin adalah tanda
primer d.d Bayi membaik, dengan kriteria hipotermia
ditaruh dalam box hasil: 3. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi 3. Dehidrasi dapat menyebabkan
bayi, Bayi tampak 1. Suhu tubuh membaik (5) yang adekuat hipotermia
dibedong, Suhu 2. Suhu kulit membaik (5)
4. Bedong bayi setelah lahir 4. Mencegah kehilangan panas
tubuh 36,7˚C, 3. Frekuensi nadi membaik
Suhu ruangan 20˚C (5) 5. Sesuaikan suhu lingungan dengan 5. Suhu lingkungan yang hangat
kebutuhan pasien memberikan kenyamanan pada
bayi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN