Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

ABORTUS INKOMPLIT

MATA KULIAH : MATERNITAS

Dosen Pembimbing :

HALIMAH, S.Kep, M.Kep, Sp.Anak

Disusun Oleh:

EKA SAFITRI/ PO71202210094


SURYANI/ PO71202210087
HASAN ASHARI ORAMAHI/ PO71202210091
RAHMAWATI/ PO71202210099
SUGYARTI/ PO71202210096

PROGRAM STUDI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES JAMBI

TAHUN 2021/2022
A. Konsep Medis
1. Defenisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan dengan berat badan janin kurang dari
500 gram(Ratnawati, 2018)
.Abortus inkomplit adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggaldalam uterus
(Pitriani, 2013).Abortus Inkompit berkaitan dengan retensi sebagian produk
pembuahan (hampir seluruh plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada
kehamilan dini seperti halnya kehamilan aterm.Dalam keadaan ini perdarahan tidak
segera berkurang sementara servikstetap terbuka (Hutapea M. , 2017).

2. Tanda Dan Gejala


Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari
uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut (Soepardan,
2010):
1)Amenore
2)Perdarahan dapat dalam jumlah sedikit atau banyak, perdarahan biasanya dalam
darah beku
3)Sakit perut dan mulas-mulas dan sudah keluar jarinan atau bagian janin
4)Pemeriksaan dalam didapatkan servik terbuka, pada palpasi teraba sisa-sisa
jaringan dalam kantung servikalis atau kavum uteri.
Gejala lain dari abortus incomplit yang dapat muncul adalah sebagai berikut:
1)Perdarahan biasa sedikit /banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2)Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3)Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
4)Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang-
kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
5)Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok (Maryunani, 2009).
3. Patofisiologi
Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosi jaringan sekitarnya.Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam
uterus.Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena vili korialis belum menembus desidua secara mendalam.Pada
kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili korinalis menembus desidua lebih dalam dan
umumnya plasenta tidak dilepaskan dengan sempurna sehingga dapat
menyebabkan banyak pendarahan.Pada kehamilan 14 minggu ke atas, umumnya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul setelah beberapa
waktu kemudian adalah plasenta.Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap.Peristiwa abortus ini menyerupaipersalinan dalam bentuk
miniatur

4. Perjalanan Penyakit dan WOC


5. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Pada abortus inkomplit keadaan umum pasien/klien terlihat lemah, karena terjadi
perdarahan memanjang hingga keadaan anemis (Manuaba, 2010; h. 294).
b) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah. Pada kejadian abortus yang sudah terdapat tanda-tanda syok,
tekanan sistolik <90 mmHg (Prawirohardjo, 2009; h. 148).
(2) Nadi. Pada kejadian abortus sampai dengan syok, frkuensi nadinya <90x/menit
(Manuaba, 2007; h. 690).
(3) Suhu. Pada kejadian abortus inkomplit suhu tubuh klien meningkat > 38°C,
karena terjadinya infeksi sehingga mengakibatkan demam (Manuaba, 2010; h. 294)
(4) Respirasi. Pada penderita abortus mengalami peningkatan respirasi > 20x/menit,
karena telah terjadi syok (Manuaba, 2007; h. 690).

6. Pemeriksaan Penunjang
USG kehamilan untuk mendeteksi adanya retensi produk/sisa
kehamilan.Pemeriksaan GinekologiPada pemeriksaan dalam, untuk abortus yang
baru terjadi didapatkan serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa
jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri

7. Penatalaksanaan
Ibu hamil sebaiknya segera periksa apabila terjadi perdarahan, Ibu harus
beristirahat total dan dianjurkan untuk relaksasi. Terapi intravena atau transfusi
darah dapat dilakukan apabila diperlukan (Ratnawati, 2018)
Apabila abortus inkompletus disertai syokkarena perdarahan, segera
diberikan cairan infus NaCl atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Bila
terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil
konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus
segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa
berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus
dilakukan secara hati-hati sesuai dengan keadan umum ibu dan besarnya uterus.
Tindakan yang dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dari
plastik. Pasca tindakan disuntikkan ergometrim (IM) untuk mempertahankan
kontraksi uterus ( Prawirohardjo, 2006).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1, Pengkajian
Temukan data-data yang dapat menunjang masalah keperawatan pasien
dengan anamnese, observasi dan pemeriksaan fisik.
a.Identitas
Tanyakan tentang identitas pasien dan penanggungjawab pasien. Hasil temuan
biasanya pada kasus pre eklampsia usia sering terjadi < 20 tahun dan > 35 tahun.
b.Keluhan utama
Keluhan yang paling sering muncul pada penderita abortus adalah menstruasitidak
lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
c.Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan riwayat keluhan sampai pasien datang ke tempat pelayanan. Biasanya ibu
merasa menstruasinya tidak lancar adanya perdarahan pervaginam diluar siklus
menstruasi.
d.Riwayat penyakit dahulu
Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan gangguan yang menjadi
pemicu munculnya abortus misalnya:
-riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya
-riwayat hipertensi sebelumnya
-Riwayat penyakit kronis lainnya seperti DM, ginjal,anemia dsb
e.Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh keluarga
f.Riwayat perkawinan
Tanyakan status perkawinan, umur saat menikah pertama kali, berapa kali menikah
dan berapa usia pernikahan saat ini
g.Riwayat obstertric.
h.Riwayat haid
Tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid , keluhan saat haid dan HPHT
i.Riwayat kehamilan
Kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat ini.
Tanyakan riwayat ANC,keluhan saat hamil
j.Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menggunakan sistem pengkajian head to toe dan data fokus
obstetri harus dapat ditemukan
a.Kepala leher
-Kaji kebersihan dan distribusi kepala dan rambut
-Kaji expresi wajah klien ( pucat, kesakitan)
-tingkat kesadaran pasien baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kesadaran
kuantitatif diukur dengan GCS.
-Amati warna sklera mata ( ada tidaknya ikterik) dan konjungtiva mata ( anemis
ada/tidak)
-Amati dan periksa kebersihan hidung, ada tidaknya pernafasan cuping hidung,
deformitas tulang hidung-Amati kondisi bibir ( kelembaban, warna, dan kesimetrisan)
-Kaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis
b.Thorak
-Paru Hitung frekuensi pernafasan, inspeksi irama pernafasan, inspeksi
pengembangan kedua rongga dada simetris/ tidak, auskultasi dan identifikasi suara
nafas pasien-Jantung dan sirkulasi darah Raba kondisi akral hangat/dingin, hitung
denyut nadi, identifikasikan kecukupan volume pengisian nadi, reguleritas denyut
nadi, ukurlah tekanan darah pasien saat pasien berbaring /istirahat dan diluar his.
Identifikasikan ictus cordis dan auskultasi jantung identifikasi bunyi jantung.
c.Payudara
-Kaji pembesaran payudara, kondisi puting ( puting masuk, menonjol, atau tidak) ,
kebersihan payudara dan produksi ASI
d.Abdomen
-kaji pembesaran perut sesuai usia kehamilan /tidak
-lakukan pemeriksaan leopold 1-4
-periksa DJJ berapa kali denyut jantung janin dalam 1 menit-amati ada striae pada
abdomen tidak-amati apakah uterus tegang baik waktu his atau diluar his-ada
tidaknya nyeri tekan
e.Genetalia
-Kaji dan amati ada tidaknya perdarahan pevaginam
f.Ekstremitas
-Kaji ada tidaknya kelemahan
-Capilerry revile time
-Ada tidaknya oedema-Kondisi akral hangat/dingin
-Ada tidaknya keringat dingin
-Tonus otot , ada tidaknya kejang
g.Pemeriksaan obstetri
Dituiskan hasil pemeriksaan leopold dan DJJ janin

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditegakan dengan panduan Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia ( lihat SDKI )Beberapa diagnosis yang dapat di tegakan berdasarkan
SDKI, 2017 adalah
1.Hipovolemia b.d perdarahan
2.Berduka b.d kehilangan/ calon bayi
3. Intoleransi Aktifitas b/d Kelemahan
4. Resiko infeksi b.d Tindakan invasif

3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
N KEPERAWATAN TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
O (SDKI)
1. Hipovolemia b/d Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
perdarahan intervensi Observasi:
keperawatan selama - Periksa tanda dan gejala
3 x 24 jam, hypovolemia (mis. frekuensi nadi
diharapkan status meningkat, nadi teraba lemah,
cairan membaik tekanan darah menurun, tekanan
dengan kriteri hasil : nadi menyempit, turgor kulit
- Kekuatan nadi menurun, membran mukosa,
meningkat kering, volume urin menurun,
- Turgor kulit baik hematokrit meningkat, haus,
- Output urine baik lemah)
- Frekwensi nadi - Monitor intake dan output
membaik cairan
- Tekanan darah Terapeutik
meningkat - Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified
trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV
isotons (mis. Nacl, RL)
2. Berduka b/d Setelah dilakukan Dukungan Proses Berduka
kehilangan calon tindakan Observasi:
bayi keperawatan 3x24 - Identifikasi kehilangan yang
jam diharapkan dihadapi
pasien dapat - Identifikasi proses berduka
menerima kehilangan yang alami
Dengan kriteria - Identifikasi sifat keterikatan
hasil : pada benda yang hilang atau
1. Pasien tidak orang yang meninggal
sedih lagi - Identifikasi reaksi awal
2. Pasien tidak terhadap kehilangan
menangis Terapeutik:
3. Pasien tidak - Tunjukkan sikap menerima dan
Lagi merasa empati
Bersalah atau - Motivasi agar mau
Menyalahkan mengungkapkan perasaan
Orang lain kehilangan
- Motivasi untuk menguatkan
dukungan keluarga atau orang
terdekat
- Fasilitasi melakukan kebiasaan
sesuai dengan budaya, agama
dan norma sosial
- Fasilitasi mengekspresilan
perasaan dengan cara yang
nyaman (mis.membaca
buku,menulis,menggambar
atau bermain)
- Diskusikan strategi koping yang
dapat digunakan

Edukasi
 Jelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa sikap
mengingkari, marah, tawar
menawar, sepresi dan menerima
adalah wajar dalam menghadapi
kehilangan
 Anjurkan mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada
kehilangan
 Anjurkan mengekspresikan
perasaan tentang kehilangan
 Ajarkan melewati proses berduka
secara bertahap
3. Intoleransi Setelah dilakukan Terapi aktifitas (I.05186)
aktifitas b.d tindakan Observasi
kelemahan keperawatan 3x24 - Identifikasi deficit tingkat
jam diharapkan aktivitas
toleransi aktifitas - Identifikasi kemampuan
meningkat berpartisipasi dalam aktivotas
Dengan kriteria tertentu
hasil : - Identifikasi sumber daya untuk
1. Kemudahan aktivitas yang diinginkan
dalam - Identifikasi strategi
melakukan meningkatkan partisipasi dalam
aktifitas aktivitas
sehari-hari
2. Kekuatan - Identifikasi makna aktivitas rutin
tubuh bagian (mis. bekerja) dan waktu luang
atas dan - Monitor respon emosional, fisik,
bawah social, dan spiritual terhadap
meningkat aktivitas
3. Keluhan lelah Terapeutik
menurun - Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan deficit yang
dialami
- Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi
danrentang aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan
fisik, psikologis, dan social
- Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas yang
dipilih
- Fasilitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas
yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin
(mis. ambulansi, mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai
kebutuhan
- Fasilitasi aktivitas pengganti
saat mengalami keterbatasan
waktu, energy, atau gerak
- Fasilitasi akvitas motorik kasar
untuk pasien hiperaktif
- Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan, jika
sesuai
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas dengan
komponen memori implicit dan
emosional (mis. kegitan
keagamaan khusu) untuk
pasien dimensia, jika sesaui
- Libatkan dalam permaianan
kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
- Tingkatkan keterlibatan dalam
aktivotasrekreasi dan
diversifikasi untuk menurunkan
kecemasan ( mis. vocal group,
bola voli, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana,
permaianan sederhana, tugas
rutin, tugas rumah tangga,
perawatan diri, dan teka-teki
dan kart)
- Libatkan kelarga dalam
aktivitas, jika perlu
- Fasilitasi mengembankan
motivasi dan penguatan diri
- Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
- Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
- Berikan penguatan positfi atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari, jika perlu
- Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas
fisik, social, spiritual, dan
kognitif, dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
- Anjurka terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika
sesuai
- Anjurkan keluarga untuk
member penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu

4. Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan Pencegahan infeksi


tindakan invasive
tindakan Observasi:
(kuret)
keperawatan 3x24 - Monitor tanda gejala infeksi
jam diharapkan lokal dan sistemik
derajat infeksi Terapeutik
menurun - Batasi jumlah pengunjung
Dengan kriteria - Berikan perawatan yang baik
hasil : pada daerah vulva
1. Pasien tidak - Cuci tangan sebelum dan
demam sesudah kontak dengan pasien
2. Tidak ada dan lingkungan pasien
tanda - Pertahankan teknik aseptik
kemerahan pada pasien
3. Tidak ada Edukasi
nyeri - Jelaskan tanda dan gejala
4. Tidak ada infeksi
bengkak - Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, Jika perlu

C. LAMPIRAN JURNAL
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2017. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
JNPK_KR. 20018. Pelayanan obsetri dan neonatal emergensi dasar (PONED).
Kusmiyati, Dkk. 2009. Perawatan ibu hamil. Yogjakarta : Fitramaya.
Manuaba, 2017. Pengantar kuliah obstetric. Jakarta: EGC.
McCloskey, Joanne C, 2009. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.
Nugroho, taufan. 2010. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai