(PENELITIAN KOLERASIONAL)
Oleh :
TETENIA DIYANTI
NIM: 2018.C.10a.0987
Oleh :
TETENIA DIYANTI
NIM: 2018.C.10a.0987
Peneliti,
Tetenia Diyanti
NIM:2018.C.10a.0987
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas be
rkatdan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul
“Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres dengan Kekambuhan
Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon Kota Palangka
Raya” dengan baik dan lancar.
Penulis sangat menyadari bahwa pada penulisan ini masih menemukan
kesulitan, tetapi berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya
penulis dapat memperbaiki dan melengkapinya sehingga terselesaikan dengan
baik. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengungkapkan banyak terimakasih
kepada yang terhormat :
1. Bapak DR. dr. Andryansyah Arifin MPH. Selaku Ketua Yayasan Eka
Harap yang telah menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis dalam
menempuh pendidikan di STIKES Eka Harap.
2. Ibu Maria Adelheid Ensia, S. Pd., M. Kes. Selaku Ketua STIKES Eka Harap
yang telah menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis dan mengikuti
pendidikan di STIKes Eka Harap.
3. Ibu Meilitha Carolina, Ns., M. Kep. Selaku Kepala Unit Pengelola Program
Studi Sarjana Keperawatan STIKES Eka Harap.
4. Hermanto, Ners., M.Kep. Selaku Pembimbing I yang telah membantu dan
membimbing saya dalam pembuatan proposal ini, sehingga proposal ini
dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
5. Siti Santy Sianipar, S.Kep., M.Kes. Selaku Pembimbing II yang juga telah
membantu saya dalam menyelesaikan proposal ini dan bersedia
membagikan ilmunya dalam membantu saya menyelesaikan proposal ini.
6. Kepada kedua orang tua saya, terima kasih atas dukungan serta doa yang
selalu diberikan kepada saya, terlebih lagi kepada Tuhan Yesus Kristus
karena penyertaan dan pimpinannya saya dapat menyelesaikan studi saya
tepat waktu.
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa (i) Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKES Eka Harap angkatan X, seluruh sahabat saya yang memberikan
bantuan, masukkan dan saran dalam pendidikan dan penulisan ini.
Peneliti mengakui masih banyak terdapat kekurangan dari proposal ini. Oleh
karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan proposal ini. Akhir kata, peneliti berharap
proposal ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
terutama bidang riset keperawatan, baik di masa sekarang maupun di masa yang
akan datang, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua.
Tetenia Diyanti
NIM:2018.C.10a.0987
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan usia lanjut (Usila) adalah meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
keberadaannya dalam strata kemasyarakatan(Profil Dinkes Prov. Kalteng 2020).
Sasaran pembinaan lansia dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu : 1).
Kelompok usia lanjut (45-54 tahun) atau masa virilitas; 2). Kelompok usia lanjut
dalam masa prasenium (55-64 tahun) ; 3). Kelompok usia lanjut dalam masa
senescens (>65 tahun) dan 4). Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (lebih
dari 70 tahun) yang sering mengalami penyakit berat, cacat dan juga salah satu
penyakit yang sering dialami oleh lansia yaitu, hipertensi, korestrol, stroke,
penyakit jantung coroner dan lain-lain (Profil Dinkes Prov. Kalteng 2020).
Hipertensi termasuk salah satu penyakit yang mengakibatkan angka morbiditas
dan mortalits yang tinggi pada lansia (Subkhi,2017). Hipertensi merupakan
keadaan dimana di dalam arteri terjadi peningkatan tekanan darah yang dapat
menimbulkan risiko penyakit yang berkaitan dengan kardiovaskuler seperti
serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan kerusakan ginjal (Rihiantoro &
Widodo, 2018). Menurut Senoaji (2017), bahwa kekambuhan hipertensi
dipengaruhi oleh pengobatan, control yang teratur, dan gaya hidup, seperti, diet
rendah garam, aktivitas fisik dan manajemen stress. Faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kekambuhan hipertensi yaitu : tingkat stres, pola makan,
kebiasaan merokok, kurang olahraga, obesitas, kebiasaan mengonsumsi
alkohol/kafein (Khairiah, M, 2019). Stres merupakan suatu reaksi disebabkan dari
berbagai beban yang tidak spesifik, tetapi stres dapat menjadi salah satu faktor
pencetus, sekaligus penyebab dari suatu penyakit(Seke et al.,2016). Menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Khairiah (2019) menyatakan bahwa ada
hubungan antara tingkat stres dengan tingkat kekambuhan penderita hipertensi
(Khairiah, M,2019). Dukungan dari keluarga sangat penting bagi penderita
hipertensi untuk menjaga dan mengontrol tekanan darah agar tingkat kekambuhan
hipertensi berkurang (Oktaviani.J, 2018). Keluarga menjadi salah satu support
system dalam kehidupan yang dijalani oleh penderita hipertensi, agar kondisi yang
dialami tidak mengalami penurunan dan terhindar dari terjadinya komplikasi.
Menurut Bisnu dkk (2017) ada hubungan dukungan keluarga dengan kekambuhan
hipertensi. Hipertensi pada lansia sering kambuh ketika sedang mengalami beban
pikiran atau stress ( Endri Ekayanti, 2020 & Manik,2014). Berdasarkan kasus
dipuskesmas kayon lansia yang mengalami kekambuhan hipertensi dikerenakan
dengan tidak control secara teratur, kurangnya berolahraga, mengalami gangguan
pola tidur, kebanyakan lansia tidak memperhatiakan dietnya, apa yang disajikan
keluarga itu dimakan seperti makanan yang banyak mengandung lemak, makanan
yang asin,dan lansia tidak patuh minum obat, selain itu juga mengalami beban
pikiran atau stress seperti, sering emosi, kurangnya perhatian dukungan keluarga
pada lansia, keluarga tidak mendampingi lansia dalam melakukan pengontrolan
tekanan darah dan juga keluarga tidak memberikan informasi pentingnya cek
tekanan darah secara periodic sedangkan bentuk dukungan keluarga dalam
kekambuhan hipetensi yang belum terpenuhi meliputi dukungan informasi dimana
keluarga cenderung tidak pernah mengingatkan lansia untuk tidak makan
makanan cepat saji yang mengandung bahan pengawet dan juga cenderung
memberikan informasi kepada lansia untuk mengurangi garam saat memasak,
dukungan instrumental dimana keluarga cenderung tidak memberikan kepada
lansia makan rendah garam, dukungan emosi dimana keluarga cenderung tidak
pernah menegur saat makan gorengan, ikan asin maupun makanan bersantan dan
dukungan penilaian atau penghargaan dimana keluarga cenderung pernah memuji
karena dapat mengantur pola makan sesuai diet hipertensi yang dianjurkan.
Menurut WHO (2020) sekitar 1,13 Miliar orang di dunia mengalami
hipertensi, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi, Diperkirakan pada
tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan juga
diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya (Siagian & Tukatman, 2021). Jumlah lansia yang mengalami
hipertensi sebesar 27% terdapat di wilayah afrika dan asia tenggara berada di
posisi ke-3(WHO 2019).Hipertensi menyebabkan kematian sebayak 8 milyar
orang disetiap tahunnya berada disekitar asia timur-selatan. Prevalensi stress
akibat hipertensi pada lansia cukup tinggi hampir 350 juta penduduk di dunia,
berkisar 5–8 % yang mengalami stress akibat hipertensi hasil survei dari berbagai
negara di dunia diperoleh prevalensi rata-rata stress pada lansia yang mengidap
penyakit hipertensi adalah 13,5%, pada lansia di Indonesia cukup tinggi
berdasarkan penelitian kesehatan Universitas Indonesia menunjukkan bahwa 30%
dari jumlah lansia di Indonesia mengalami stress akibat hipertensi (Komnas lansia,
2016). Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari
80 juta jiwa di tahun 2050, Di Indonesia, prevalensi hipertensi angka prevalensi
hipertensi pada penduduk setiap tahunnya berdasarkan pengukuran pada usia 55-
64 tahun sebesar 55,2% yang mengalami hipertensi (Kementerian Kesehatan RI,
2018). Penderita hipertensi khususnya laki-laki dari 134 (13,6%) naik menjadi 165
(16,5%), sedangkan pada perempuan dari 174 (16,0%) naik menjadi 176 (17,6%)
(Depkes RI, 2018). Prevalensi hipertensi pada tingkat Provinsi Kalimantan
Tengah pada tahun 2020 usia 60> tahun sebanyak 10.567 kasus lama dengan
penambahan sebanyak 1.124 pertahun (Profil Dinkes Prov. Kalteng 2020),
Penderita Hipertensi menurut jenis kelamin perempuan beresiko 61,08%
menderita hipertensi (Profil Dinkes Prov. Kalteng 2020). Berdasarkan hasil
survey pendahuluan pada tanggal 19 april 2022 di puskesmas kayon jumlah
lansia dalam 3 bulan terakhir dari Januari-Maret 2022 yaitu lansia hipertensi
yang berobat dipuskesmas sebanyak 239 lansia. Berdasarkan kesimpulan lansia
yang mengalami kekambuhan hipertensi disebabkan oleh tidak terkontrol secara
teratur dalam melakukan pengobatan, tidak menjalani pola hidup sehat, seperti,
diet yang tidak tepat, kurang olahraga, mengalami gangguan pola tidur, kebiasaan
mengkonsumsi makan yang asin, makanan yang mengandung tinggi lemak, dan
mengalami beban pikiran atau stress, sedangkan bentuk dukungan keluarga dalam
kekambuhan hipetensi yang belum terpenuhi meliputi dukungan informasi dimana
keluarga cenderung tidak pernah mengingatkan lansia untuk tidak makan
makanan cepat saji yang mengandung bahan pengawet dan juga cenderung
memberikan informasi kepada lansia untuk mengurangi garam saat memasak,
dukungan instrumental dimana keluarga cenderung tidak memberikan kepada
lansia makan rendah garam, dukungan emosi dimana keluarga cenderung tidak
pernah menegur saat makan gorengan, ikan asin maupun makanan bersantan dan
penilaian atau penghargaan dimana keluarga cenderung pernah memuji karena
dapat mengantur pola makan sesuai diet hipertensi yang dianjurkan.
Menurut Profil Dinkes Kota Palangka Raya (2020) bahwa perempuan dua
kali lebih berisiko mengalami stres dari laki-laki dan perempuan juga cenderung
memiliki masalah hormonal yang dapat memicu penyakit hipertensi. Menurut
(Situmorang & Wulandari, 2020) Penyabab hipertensi secara umum terjadi karena
dua faktor yaitu faktor internal seperti genetik (keturunan ), ras, usia dan faktor
external seperti kelebihan berat badan, kebiasaan merokok , stress.Menurut (Ihsan
Kurniawan, 2019) mengatakan bahwa salah satu penyebabnya hipertensi adalah
stress. Menurut (Bisnu et al., 2017) Faktor lainnya yang mungkin dapat
mempengaruhi tingkat kekambuhan hipertensi pada lansia yaitu dukungan
keluarga sebagai support system. Menurut (Seke et al.,2018) Penyebab stress atau
stresor dapat berubah-ubah sejalan dengan perkembangan manusia. Hipertensi
pada lansia berdampak pada aspek fisik, psikososial, spiritual, ekonomi yang
dapat mengakibatkan stress (Azizah, 2017). Dampak tekanan darah yang tidak
terkontrol yaitu meningkatkan resiko penyakit jantung iskemik empat kali lipat
dan risiko kerusakan kardiovaskular dua hingga tiga kali lipat (Setiyaningsih,
2019). sedangkan Dampak stress pada lansia akibat hipertensi ini berpengaruh
terhadap kualitas hidup dan kesejahteraan lansia dalam perawatan dirinya yang
berpusat pada kepatuhan dalam pengobatan serta manajemen diri dan motivasi
untuk sembuh jika kondisi ini dibiarkan terlalu lama maka memiliki dampak yang
fatal karena mempunyai efek yang luas bahkan bisa berujung pada kematian
( Perrin et al, 2017).
Solusi yang dilakukan tenaga kesehatan dengan lansia penderita hipertensi,
dengan menganjurkan lansia melakukan gaya hidup sehat, seperti ketaatan dalam
menjaga dietnya, melakukan aktivitas fisik (contohnya berjalan kaki dan senam
kurang lebih dilakukan selama 30 menit atau minimal 3-5 hari dalam seminggu),
serta keteraturan minum obat yang diresepkan. Langkah untuk menjaga dietnya
adalah mengurangi asupan garam dan tinggi lemak, disamping itu, perlunya
meningkatkan makanan buah dan sayur,(Rahmadani 2012), menghindari stress
seperti melakukan tidur yang cukup, melakukan yoga atau meditasi untuk
menurunkan tekanan darah, berolahraga adalah salah satu aktivitas penghilang
stress alami, mengatur pola makan, dan melakukan hal yang disukai contohnya
berkebun, membuat kue dan sebagainya, dan juga melakukan pengontrolan
tekanan darah secara teratur di pelayanan kesehatan terdekat. Pasien dengan
hipertensi diharuskan mendapatkan konsuling kesehatan seperti Pasien yang
memiliki dukungan dari keluarga mereka menunjukkan perbaikan perawatan dari
pada yang tidak mendapat dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga juga
dikaitkan dengan perbaikan tekanan darah pada keluarga yang sakit berupa
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan
dukungan informasional. Secara spesifik,dengan adanya dukungan keluarga yang
adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas (Fajriyah et
al.,2016)
1.2. Rumusan Masalah
Hipertensi adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah atreri, upaya untuk
tidak mengalami kekambuhan hipertensi dengan melakukan pengontrolan tekanan
darah dan masih banyak lansia yang mengalami kekambuhan hipertensi
dikarenakan dengan tidak control secara teratur, kurangnya berolahraga,
mengalami gangguan pola tidur, kebanyakan lansia tidak memperhatiakan
dietnya, apa yang disajikan keluarga itu dimakan seperti makanan yang banyak
mengandung lemak, makanan yang asin,dan lansia tidak patuh minum obat, selain
itu juga mengalami beban pikiran atau stress seperti, sering emosi, kurangnya
perhatian dukungan keluarga pada lansia, keluarga tidak mendampingi lansia
dalam melakukan pengontrolan tekanan darah dan juga keluarga tidak
memberikan informasi pentingnya cek tekanan darah secara periodic. Oleh sebab
itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Bagaimana Hubungan
Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres dengan Kekambuhan Hipertensi pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya ?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga
dan Tingkat Stres dengan Kekambuhan Hipertensi pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya”
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.2.3.3.Stres berat
Apabila situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis,
kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama. Pada stres berat ini
individu sudah mulai ada gangguan fisik dan mental.
2.2.4 Tahapan Stres
Menurut Hawari (2011) menjelaskan bahwa tahapan stres adalah sebagi berikut:
2.2.4.1.Stres tahap I
Yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan,
mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang
dimiliki dan penglihatan menjadi tajam.
2.2.4.2.Stres tahap II
Yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau
letih, cepat lelah saat menjelang sore, cepat lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, dan
punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
2.2.4.3.Stres tahap III
Yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasitidak teratur, otot
semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur
kembali, bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh
terganggu.
2.2.4.4.Stres tahap IV
Yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons
tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering
menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul
ketakutan dan kecemasan.
2.2.4.5.Stres tahap V
Yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental,
ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,
gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung,
dan panik.
2.2.4.6.Stres tahap VI
Yaitu tahapan stres dengan tanda tanda, seperti jantung berdebar keras,
sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, serta
pingsan.
2.2.5. Faktor yang memyebabkan Stres
Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stresor. Stresor
secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stresor internal dan eksternal.
Menurut Potter & Perry (2015) mengatakan stresor internal berasal dari dalam
diri seseorang misalnya kondisi fisik dan suatu keadaan emosi. Stresor eksternal
berasal dari luar diri seseorang, misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga,
dan sosial budaya. Ahli lain, Santrock (2003) menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang menyebabkan stres terdiri dari :
1) Beban yang terlalu berat, konflik, dan frustrasi
Beban yang telalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak memiliki
harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat dan
akan membuat penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan emosional.
2) Faktor kepribadian
Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung akan
mengalami stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan
kompetitif yang sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah
marah, dan sifat yang bermusuhan
3) Faktor kognitif
Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan
menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif
adalah istilah untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-
kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam,
dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut secara efektif.
2.2.6. Pengukuran Penilaian Tingkat Stres
DASS merupakan kuesioner yang dirancang untuk mengukur keadaan
emosional negatif yang terdiri dari depresi, kecemasan dan stres. Kuesioner DASS
telah baku dan tidak perlu di uji validitasnya lagi, konsistensi internal alpha
cronbach 0,94 untuk depresi, 0,88 untuk kecemasan dan 0,93 untuk stres
(Nursalam, 2016). DASS terdiri dari 42 item pertanyaan yang menggambarkan
tingkat depresi, stres dan kecemasan Skala untuk depresi dinilai dari nomor 3, 5,
10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42. Skala untuk kecemasan dinilai dari
nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41, sedangkan skala untuk
mengukur stres dinilai dari nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39,
dari angkaangka tersebut akan menunjukkan tingkat stres seseorang.
Klien akan menjawab setiap pertanyaan yang ada. Setiap pertanyaan
dinilai
dengan skor antara 0-3. Setelah menjawab seluruh pertanyaan, skor dari setiap
skala dipisahkan satu sama lain kemudian diakumulasikan sehingga mendapat
total skor untuk tiga skala, yaitu depresi, kecemasan, dan stres (Nursalam, 2016).
tabel 2.2. Interpretasi skor DASS adalah sebagai berikut (Nursalam, 2016):
Depresi Kecemasan Stres
Normal 0-9 0-7 0-14
Ringan 10-13 8-9 15-18
Sedang 14-20 10-14 19-25
Parah 21-27 15-19 26-33
Sangat Parah 28+ 20+ 34+
Bagan 2.5. : Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres
Dengan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Puskesmas
Kayon Kota Palangka Raya.
Ket :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Berpengaruhi
: Berhubungan
2.6. Hipotesis
Secara umum pengertian hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis
(pernyataan) yaitu suatu pernyataan yang masih lemah membutuhkan
pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima dalam
penelitian (Hidayat, 2011)
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pentanyaan penelitian. Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang
hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu
pertanyaan dalam penelitian. (Nursalam, 2011)
H1: Ada Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres Dengan
Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon Kota
Palangka Raya
H0 : Tidak Ada Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres Dengan
Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon Kota
Palangka Raya
BAB 3
METODE PENELITIAN
POPULASI
Seluruh Lansia Penderita Hipertensi berjumlah 239 di Wilayah Kerja Puskesmas
Kayon
SAMPEL
Sebagian lansia penderita Hipertensi yang berjumlah 70 di Wilayah Kerja
Puskesmas Kayon
SAMPLING
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Purposive sampling
Ha diterima/ditolak
Kesimpulan
1 Variabel Dukungan adalah suatu perilaku melayani yang 1. Dukungan Kuisioner Ordinal Selalu = 4
Bebas dilakukan oleh keluarga baik dalam dukungan Informatif Cukup Sering = 3
Dukungan emosional, penhargaan atau peniliaan, 2. Dukungan Kadang = 2
Keluarga instrumental dan informasi kepada keluarga yang Penilaian Tidak pernah= 1
sakit 3. Dukungan Dukungan kuat: 76%-100%
Instrumental Dukungan Sedang:56%-75%
4. Dukugan Dukungan lemah:≤ 55%
Emosional
10.Tingkat stres Suatu keadaan non spesifik yang dialami lansia 1. Pengertian Kuisioner Ordinal Sering= 3
akibat tuntutan emosi,fisik atau lingkungan yang stres DASS Lumayan sering
melebihi daya dan kemampuan lansia untuk 2. Gejala stres =2
mengatasi dengan efektif yang dirasakan lansia. Kadang = 1
Tidak pernah= 0
Normal: 0-14
Stres ringan:15-18
Stres sedang: 19-25
Stres berat : 26-33
Stres sangat berat: > 34
3 Hipertensi Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah Melakukan Alat Tensi Nominal 1. Hipertensi
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah Pengukuran Normal:<130/85 mmHg)
diastolic lebih dari 90 mmHG pada dua kali Tekanan Darah Hipertensi Ringan
pengukuran dengan selang 5 menit dalam (140/90mmHg) sampai
keadaan cukup istirahat atau tenang (159/99mmHg)
Hipertensi
sedang(160/100mmHg-
170/109mmHg)
Hipertensi
berat(≥210/120mmHg)
2. Tidak Hipertensi
Bagan 3.3 Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres dengan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia
Di Wilayah Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon Kota Palangka
Raya Jl Rajawali, Palangka, Jekan raya, Kota Palangka Raya, Kalimantan tengah
74874.
3.4.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Mei 2022.
3.5 Populasi, Sampel dan Sampling
3.5.1 Populasi
Populasi adalah suatu wilayah umum yang terdiri dari objek/subjek dengan
jumlah dan karakteristik tertentu. Peneliti menentukan objek/subjek yang akan
diteliti kemudian menarik kesimpulan (Rinaldi dan Mujianto, 2017). Populasi
Penelitian ini lansia penderita hipertensi berjumlah 239 lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi sebagai objek penelitian. Unit sampel
bisa sama dengan unit umum, tetapi bisa juga berbeda. (Surahman, R. M., dan
Supardi, S., 2016). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi
berjumlah 70 lansia di wilayah kerja Puskesmas Kayon kota pelangka raya.
Kriteria sampel dalam penelitian meliputi kriteria inkulsi dan ekskuls.
Kriteria ini diperlukan dalam upaya mengendalikan variabel penelitian yang tidak
diteliti tetapi memiliki pengaruh terhadap variabel independen. Kriteria inklusi
merupakan karakteristik yang dimiliki oleh subjek penelitian yang memenuhi
syarat sebagai sampel. Kriteria eksklusi merupakan karakteristik dari subjek
penelitian yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat,2011). Dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria Inkulsi
Adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi
yang dapat diambil sampel (Nursalam,2011).
Kriteria Inkulsi pada penelitian ini adalah
1) Bersedia menjadi responden
2) Lansia penderita hipertensi yang masih dalam kekambuhan hipertensi
di Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya
3) Lansia yang berumur 60 tahun
4) Keluarga yang bisa membaca dan menulis
3. Kriteria Ekskulsi
Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi
kriteria inkulsi karena adanya penyakit yang menganggu, hambatan etis dan
subjek menolak berpartisipasi (Nursalam 2011). Dalam penelitian ini
kriteria ekskulsinya adalah :
1) Lansia dengan penyakit jantung kronis
2) Lansia dengan mengkonsumsi obat diuretik
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah anggota lansia dengan
kekambuhan hipertensi di wilayah kerja puskesmas kayon kota palangka
raya. Sampel yang digunakan sebanyak responden dengan teknik
pengambilan sampel adalah purposive sampling
Untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan sebagai berikut :
n= N
1+ N(d)2
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah Populasi
d : Batas Toleransi Kesalahan
3.5.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,2013).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara non
probability sampling atau purposive sampling. Porpusive sampling merupakan
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang peneliti
kehendaki yatu sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi (Setiadi,2013).
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1 Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Editing (Pemeriksaan) Proses pemeriksaan data yang telah dilakukan dan
dikumpulkan apakah sudah sesuai dengan tujuan dari penelitian yang
dilakukan. Peneliti melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan
kejelasan berdasarkan yang responden berikan.
2) Coding (Pengkodean) Proses ini merupakan pemberian kode yang telah
dikumpulkan dan didata menggunakan kalimat ataupun huruf.
3) Entry (Memasukkan) Kegiatan ini memasukkan data yang telah diberikan
kode selanjutnya di masukkan kedalam program computer.
4) Cleaning (Pembersihan) Pada kegiatan ini dilakukan pengecekan ulang
data-data yang telah di entry agar mengetahui ada atau tidaknya kesalahan
selama masa pengkodean dan data-data yang tidak lengkap.
5) Saving (Penyimpanan) Penyimpanan data yang selanjutnya akan dianalisis
data
3.5.2 Analisis data
Data yang sudah diperoleh dari hasil dan dilakukan pengukuran
menggunakan Kuesioner dukungan keluarga dan DASS-42 dan Religiosity Scale
akan diolah menggunakan SPSS.
3.5.2 Analisis univariat
Analisis ini digunakan agar dapat memberikan gambaran umum terhadap
data hasil dari penelitian. Data akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan distribusi
frekuensi. Kemudian menghitung jumlah ataupun frekuensi yang muncul dari
jawaban tersebut dan diurutkan berdasarkan jumlah terbanyak.
3.5.3 Analisis Bivariat
Analisis ini mempunyai dua pengukuran atau variable. Analisis ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan tingkat stress
dengan kekambuhan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kayon Kota Palangka
Raya. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square dan uji korelasi
Kendall’s Tau, yang mana nilai memiliki makna apabila p.
2.6. Etika Penulisan
2.6.1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subjek penelitian, peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta
manfaat dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan, lembar
persetujuan diberikan kepada subjek penelitian. Jika subjek penelitian
bersedia diteliti maka mereka harus mendatangani lembar persetujuan.
Peneliti juga tidak memaksa subjek penelitian untuk menjadi responden
apabila tidak mau untuk diteiti.
2.6.2. Tanpa Nama ( Anonimaty)
Peneliti menjaga kerahasian identitas responden sehingga hanya peneliti
saja yang mengetahui jawaban dari masing-masing responden. Selanjutnya
peneliti hanya memberikan kode berupa nomor urut pada lembar kuisioner
yang urutannya hanya diketahui oleh peneliti saja
2.6.3. Kerahasian (Confindentiality)
Kerahasian informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh
peneliti.penyajian atau pelaporan hasil riset hanya terbatas pada kelompok
data tertentu yang terkait dengan masalah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan
Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Amanda,et al. 2017. Hubungan kualitas tidur dengan tingkat kekambuhan
hipertensi pada lansia dikelurahan tlogomas kota malang. Nursing News
Volume 2, Nomor 3, 2017.
Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rinema Cipta
Bisnu, M., Kepel, B., & Mulyadi, N. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Derajat Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Ranomut
Kota Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 108807
Depkes R.I. (2018). Gambaran Epidemiologi Penyakit Hipertensi,Jakarta:Depkes
RI
Dinkes,(2020). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
Friedman, M. M. 2009. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan
Praktik. Edisi 5. Jakarta: EGC
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Hartanti R.D. 2016. Hubungan Antara Tingkat Stress dengan Kualitas Hidup
Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo
Pekalongan, jurnal Research Coloquium. Program Studi Ners STIKes
Muhammadiyah Pekajangan.
Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI
Hidayat, 2011. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
────, 2014. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
Khairiah, M, S. S. (2019). Hubungan Antara Tingkat Stres dengan Tingkat
Kekambuhan Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Seyegan Sleman
Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. digilib.unisayogya.ac.id
Kemenkes R.I. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018 Di indonesia. 1–82.
Lestari T. 2015. Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Muklisin abi. (2012). Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Gosyen Publishing
Manurung, Nixon. 2016. Terapi Reminiscence. Jakarta : CV Trans Info Media.
Notoadmodjo,S. 2018. Metodologi Penelitian kesehatan. Cetakan ketiga. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed). Jakarta :
Salemba Medika.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi.4. Jakarta : Salemba Medika.
Novopsych, 2018. Depression Anxiety Stress Scales-Long ( DASS-42) [online]
Tersedia pada: NovoPsych: Software for Administering Outcome
Questionnaires to Clients for Psychologists:
<https://novopsych.com/assessments/depression-anxiety-stress-scales-long-
form-dass- 42/>. Diakses pada tanggal 26 April 2022.
Oktaviani.J. (2018). Dukungan Keluarga dengan Pola Diet pada Pasien
Hipertensi. Sereal Untuk, 51(1), 51
Potter A., & Perry AG. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. 4th ed. EGC : Jakarta.
Rihiantoro, T., & Widodo, M. (2018). Hubungan Pola Makan dan Aktivitas
Fisik dengan Kejadian Hipertensi di Kabupaten Tulang Bawang. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13(2),159.
https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.924
Rinaldi, sony faisal, & Mujianto, B. (2017). Metodologi-Penelitian-dan-
StatistikSC.
Suprajitno, 2004. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Edisi I.
Yogyakarta: Graha Ilmu
────. 2013. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktik. Edisi
5. Jakarta: EGC
Senoaji, A. U. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Diit.
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 59, 2–19.
http://eprints.ums.ac.id/50777/26/Naskah Publikasi-59.pdf
Seke,P.A, Bidjuni,H.J., & Lolong, J. (2016). Hubungan Kejadian stress Dengan
Penyakit Hipertensi pada Lansia di Balai Penyantunan Lanjut
Usia Senjah Cerah Kecamatan Mapanget Kotaa Manado. May, 31–48.
Surahman, R. M., & Supardi, S. (2016). Metodologi Penelitian. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusdik SDM Kesehatan.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
ALFABETA.
Udjianti, Wajan Juni. (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
Medika
WHO. (2013). World Health Day 2013, Measure your blood pressure, reduce
your risk, diakse tanggal 19 April 2022,
(http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2013/world_health_day _20220419/e/)
NIM : 2018.C.10a.0987
PEMBIMBING : 1. Hermanto,Ners.,M.Kep
2 . Siti Santy Sianipar, S.Kep.,M.Kes