Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT STRES


DENGAN KEKAMBUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA
DI WILAYAH PUSKESMAS KAYON KOTA
PALANGKA RAYA

(PENELITIAN KOLERASIONAL)

Oleh :
TETENIA DIYANTI
NIM: 2018.C.10a.0987

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
PROPOSAL
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT STRES
DENGAN KEKAMBUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA
DI WILAYAH PUSKESMAS KAYON KOTA
PALANGKA RAYA

Disusun Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Sidang Proposal dan


Melanjutkan Penelitian Pada STIKES Eka Harap

Oleh :
TETENIA DIYANTI
NIM: 2018.C.10a.0987

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Tetenia Diyanti
NIM : 2018.C.10a.0987
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul Karya Tulis : Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres dengan
Kekambuhan Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis tersebut secara


keseluruhan adalah murni karya saya sendiri, bukan dibuatkan oleh orang
lain, baik sebagian maupun keseluruhan, bukan plagiasi sebagian atau
keseluruhan dari karya tulis orang lain, kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sebagai sumber pustaka sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku.
Apabila dikemudian hari didapatkan dibuktikan bahwa karya tulis saya
tersebut merupakan hasil karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan dan
atau plagiasi karya tulis orang lain, saya sanggup menerima sanksi peninjauan
kembali kelulusan saya, pembatalan kelulusan, pembatalan dan penarikan
ijazah saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh dan tanpa
paksaan dari pihak manapun. atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Palangka Raya, April


2022

Peneliti,

Tetenia Diyanti
NIM:2018.C.10a.0987
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas be
rkatdan  rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul
“Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres dengan Kekambuhan
Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon Kota Palangka
Raya” dengan baik dan lancar.
Penulis sangat menyadari bahwa pada penulisan ini masih menemukan
kesulitan, tetapi berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya
penulis dapat memperbaiki dan melengkapinya sehingga terselesaikan dengan
baik. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengungkapkan banyak terimakasih
kepada yang terhormat :
1. Bapak DR. dr. Andryansyah Arifin MPH. Selaku Ketua Yayasan Eka
Harap yang telah menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis dalam
menempuh pendidikan di STIKES Eka Harap.
2. Ibu Maria Adelheid Ensia, S. Pd., M. Kes. Selaku Ketua STIKES Eka Harap
yang telah menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis dan mengikuti
pendidikan di STIKes Eka Harap.
3. Ibu Meilitha Carolina, Ns., M. Kep. Selaku Kepala Unit Pengelola Program
Studi Sarjana Keperawatan STIKES Eka Harap.
4. Hermanto, Ners., M.Kep. Selaku Pembimbing I yang telah membantu dan
membimbing saya dalam pembuatan proposal ini, sehingga proposal ini
dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
5. Siti Santy Sianipar, S.Kep., M.Kes. Selaku Pembimbing II yang juga telah
membantu saya dalam menyelesaikan proposal ini dan bersedia
membagikan ilmunya dalam membantu saya menyelesaikan proposal ini.
6. Kepada kedua orang tua saya, terima kasih atas dukungan serta doa yang
selalu diberikan kepada saya, terlebih lagi kepada Tuhan Yesus Kristus
karena penyertaan dan pimpinannya saya dapat menyelesaikan studi saya
tepat waktu.
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa (i) Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKES Eka Harap angkatan X, seluruh sahabat saya yang memberikan
bantuan, masukkan dan saran dalam pendidikan dan penulisan ini.
Peneliti mengakui masih banyak terdapat kekurangan dari proposal ini. Oleh
karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan proposal ini. Akhir kata, peneliti berharap
proposal ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
terutama bidang riset keperawatan, baik di masa sekarang maupun di masa yang
akan datang, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua.

Palangka Raya, April 2022

Tetenia Diyanti
NIM:2018.C.10a.0987

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan usia lanjut (Usila) adalah meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
keberadaannya dalam strata kemasyarakatan(Profil Dinkes Prov. Kalteng 2020).
Sasaran pembinaan lansia dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu : 1).
Kelompok usia lanjut (45-54 tahun) atau masa virilitas; 2). Kelompok usia lanjut
dalam masa prasenium (55-64 tahun) ; 3). Kelompok usia lanjut dalam masa
senescens (>65 tahun) dan 4). Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (lebih
dari 70 tahun) yang sering mengalami penyakit berat, cacat dan juga salah satu
penyakit yang sering dialami oleh lansia yaitu, hipertensi, korestrol, stroke,
penyakit jantung coroner dan lain-lain (Profil Dinkes Prov. Kalteng 2020).
Hipertensi termasuk salah satu penyakit yang mengakibatkan angka morbiditas
dan mortalits yang tinggi pada lansia (Subkhi,2017). Hipertensi merupakan
keadaan dimana di dalam arteri terjadi peningkatan tekanan darah yang dapat
menimbulkan risiko penyakit yang berkaitan dengan kardiovaskuler seperti
serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan kerusakan ginjal (Rihiantoro &
Widodo, 2018). Menurut Senoaji (2017), bahwa kekambuhan hipertensi
dipengaruhi oleh pengobatan, control yang teratur, dan gaya hidup, seperti, diet
rendah garam, aktivitas fisik dan manajemen stress. Faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kekambuhan hipertensi yaitu : tingkat stres, pola makan,
kebiasaan merokok, kurang olahraga, obesitas, kebiasaan mengonsumsi
alkohol/kafein (Khairiah, M, 2019). Stres merupakan suatu reaksi disebabkan dari
berbagai beban yang tidak spesifik, tetapi stres dapat menjadi salah satu faktor
pencetus, sekaligus penyebab dari suatu penyakit(Seke et al.,2016). Menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Khairiah (2019) menyatakan bahwa ada
hubungan antara tingkat stres dengan tingkat kekambuhan penderita hipertensi
(Khairiah, M,2019). Dukungan dari keluarga sangat penting bagi penderita
hipertensi untuk menjaga dan mengontrol tekanan darah agar tingkat kekambuhan
hipertensi berkurang (Oktaviani.J, 2018). Keluarga menjadi salah satu support
system dalam kehidupan yang dijalani oleh penderita hipertensi, agar kondisi yang
dialami tidak mengalami penurunan dan terhindar dari terjadinya komplikasi.
Menurut Bisnu dkk (2017) ada hubungan dukungan keluarga dengan kekambuhan
hipertensi. Hipertensi pada lansia sering kambuh ketika sedang mengalami beban
pikiran atau stress ( Endri Ekayanti, 2020 & Manik,2014). Berdasarkan kasus
dipuskesmas kayon lansia yang mengalami kekambuhan hipertensi dikerenakan
dengan tidak control secara teratur, kurangnya berolahraga, mengalami gangguan
pola tidur, kebanyakan lansia tidak memperhatiakan dietnya, apa yang disajikan
keluarga itu dimakan seperti makanan yang banyak mengandung lemak, makanan
yang asin,dan lansia tidak patuh minum obat, selain itu juga mengalami beban
pikiran atau stress seperti, sering emosi, kurangnya perhatian dukungan keluarga
pada lansia, keluarga tidak mendampingi lansia dalam melakukan pengontrolan
tekanan darah dan juga keluarga tidak memberikan informasi pentingnya cek
tekanan darah secara periodic sedangkan bentuk dukungan keluarga dalam
kekambuhan hipetensi yang belum terpenuhi meliputi dukungan informasi dimana
keluarga cenderung tidak pernah mengingatkan lansia untuk tidak makan
makanan cepat saji yang mengandung bahan pengawet dan juga cenderung
memberikan informasi kepada lansia untuk mengurangi garam saat memasak,
dukungan instrumental dimana keluarga cenderung tidak memberikan kepada
lansia makan rendah garam, dukungan emosi dimana keluarga cenderung tidak
pernah menegur saat makan gorengan, ikan asin maupun makanan bersantan dan
dukungan penilaian atau penghargaan dimana keluarga cenderung pernah memuji
karena dapat mengantur pola makan sesuai diet hipertensi yang dianjurkan.
Menurut WHO (2020) sekitar 1,13 Miliar orang di dunia mengalami
hipertensi, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi, Diperkirakan pada
tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan juga
diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya (Siagian & Tukatman, 2021). Jumlah lansia yang mengalami
hipertensi sebesar 27% terdapat di wilayah afrika dan asia tenggara berada di
posisi ke-3(WHO 2019).Hipertensi menyebabkan kematian sebayak 8 milyar
orang disetiap tahunnya berada disekitar asia timur-selatan. Prevalensi stress
akibat hipertensi pada lansia cukup tinggi hampir 350 juta penduduk di dunia,
berkisar 5–8 % yang mengalami stress akibat hipertensi hasil survei dari berbagai
negara di dunia diperoleh prevalensi rata-rata stress pada lansia yang mengidap
penyakit hipertensi adalah 13,5%, pada lansia di Indonesia cukup tinggi
berdasarkan penelitian kesehatan Universitas Indonesia menunjukkan bahwa 30%
dari jumlah lansia di Indonesia mengalami stress akibat hipertensi (Komnas lansia,
2016). Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari
80 juta jiwa di tahun 2050, Di Indonesia, prevalensi hipertensi angka prevalensi
hipertensi pada penduduk setiap tahunnya berdasarkan pengukuran pada usia 55-
64 tahun sebesar 55,2% yang mengalami hipertensi (Kementerian Kesehatan RI,
2018). Penderita hipertensi khususnya laki-laki dari 134 (13,6%) naik menjadi 165
(16,5%), sedangkan pada perempuan dari 174 (16,0%) naik menjadi 176 (17,6%)
(Depkes RI, 2018). Prevalensi hipertensi pada tingkat Provinsi Kalimantan
Tengah pada tahun 2020 usia 60> tahun sebanyak 10.567 kasus lama dengan
penambahan sebanyak 1.124 pertahun (Profil Dinkes Prov. Kalteng 2020),
Penderita Hipertensi menurut jenis kelamin perempuan beresiko 61,08%
menderita hipertensi (Profil Dinkes Prov. Kalteng 2020). Berdasarkan hasil
survey pendahuluan pada tanggal 19 april 2022 di puskesmas kayon jumlah
lansia dalam 3 bulan terakhir dari Januari-Maret 2022 yaitu lansia hipertensi
yang berobat dipuskesmas sebanyak 239 lansia. Berdasarkan kesimpulan lansia
yang mengalami kekambuhan hipertensi disebabkan oleh tidak terkontrol secara
teratur dalam melakukan pengobatan, tidak menjalani pola hidup sehat, seperti,
diet yang tidak tepat, kurang olahraga, mengalami gangguan pola tidur, kebiasaan
mengkonsumsi makan yang asin, makanan yang mengandung tinggi lemak, dan
mengalami beban pikiran atau stress, sedangkan bentuk dukungan keluarga dalam
kekambuhan hipetensi yang belum terpenuhi meliputi dukungan informasi dimana
keluarga cenderung tidak pernah mengingatkan lansia untuk tidak makan
makanan cepat saji yang mengandung bahan pengawet dan juga cenderung
memberikan informasi kepada lansia untuk mengurangi garam saat memasak,
dukungan instrumental dimana keluarga cenderung tidak memberikan kepada
lansia makan rendah garam, dukungan emosi dimana keluarga cenderung tidak
pernah menegur saat makan gorengan, ikan asin maupun makanan bersantan dan
penilaian atau penghargaan dimana keluarga cenderung pernah memuji karena
dapat mengantur pola makan sesuai diet hipertensi yang dianjurkan.
Menurut Profil Dinkes Kota Palangka Raya (2020) bahwa perempuan dua
kali lebih berisiko mengalami stres dari laki-laki dan perempuan juga cenderung
memiliki masalah hormonal yang dapat memicu penyakit hipertensi. Menurut
(Situmorang & Wulandari, 2020) Penyabab hipertensi secara umum terjadi karena
dua faktor yaitu faktor internal seperti genetik (keturunan ), ras, usia dan faktor
external seperti kelebihan berat badan, kebiasaan merokok , stress.Menurut (Ihsan
Kurniawan, 2019) mengatakan bahwa salah satu penyebabnya hipertensi adalah
stress. Menurut (Bisnu et al., 2017) Faktor lainnya yang mungkin dapat
mempengaruhi tingkat kekambuhan hipertensi pada lansia yaitu dukungan
keluarga sebagai support system. Menurut (Seke et al.,2018) Penyebab stress atau
stresor dapat berubah-ubah sejalan dengan perkembangan manusia. Hipertensi
pada lansia berdampak pada aspek fisik, psikososial, spiritual, ekonomi yang
dapat mengakibatkan stress (Azizah, 2017). Dampak tekanan darah yang tidak
terkontrol yaitu meningkatkan resiko penyakit jantung iskemik empat kali lipat
dan risiko kerusakan kardiovaskular dua hingga tiga kali lipat (Setiyaningsih,
2019). sedangkan Dampak stress pada lansia akibat hipertensi ini berpengaruh
terhadap kualitas hidup dan kesejahteraan lansia dalam perawatan dirinya yang
berpusat pada kepatuhan dalam pengobatan serta manajemen diri dan motivasi
untuk sembuh jika kondisi ini dibiarkan terlalu lama maka memiliki dampak yang
fatal karena mempunyai efek yang luas bahkan bisa berujung pada kematian
( Perrin et al, 2017).
Solusi yang dilakukan tenaga kesehatan dengan lansia penderita hipertensi,
dengan menganjurkan lansia melakukan gaya hidup sehat, seperti ketaatan dalam
menjaga dietnya, melakukan aktivitas fisik (contohnya berjalan kaki dan senam
kurang lebih dilakukan selama 30 menit atau minimal 3-5 hari dalam seminggu),
serta keteraturan minum obat yang diresepkan. Langkah untuk menjaga dietnya
adalah mengurangi asupan garam dan tinggi lemak, disamping itu, perlunya
meningkatkan makanan buah dan sayur,(Rahmadani 2012), menghindari stress
seperti melakukan tidur yang cukup, melakukan yoga atau meditasi untuk
menurunkan tekanan darah, berolahraga adalah salah satu aktivitas penghilang
stress alami, mengatur pola makan, dan melakukan hal yang disukai contohnya
berkebun, membuat kue dan sebagainya, dan juga melakukan pengontrolan
tekanan darah secara teratur di pelayanan kesehatan terdekat. Pasien dengan
hipertensi diharuskan mendapatkan konsuling kesehatan seperti Pasien yang
memiliki dukungan dari keluarga mereka menunjukkan perbaikan perawatan dari
pada yang tidak mendapat dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga juga
dikaitkan dengan perbaikan tekanan darah pada keluarga yang sakit berupa
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan
dukungan informasional. Secara spesifik,dengan adanya dukungan keluarga yang
adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas (Fajriyah et
al.,2016)
1.2. Rumusan Masalah
Hipertensi adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah atreri, upaya untuk
tidak mengalami kekambuhan hipertensi dengan melakukan pengontrolan tekanan
darah dan masih banyak lansia yang mengalami kekambuhan hipertensi
dikarenakan dengan tidak control secara teratur, kurangnya berolahraga,
mengalami gangguan pola tidur, kebanyakan lansia tidak memperhatiakan
dietnya, apa yang disajikan keluarga itu dimakan seperti makanan yang banyak
mengandung lemak, makanan yang asin,dan lansia tidak patuh minum obat, selain
itu juga mengalami beban pikiran atau stress seperti, sering emosi, kurangnya
perhatian dukungan keluarga pada lansia, keluarga tidak mendampingi lansia
dalam melakukan pengontrolan tekanan darah dan juga keluarga tidak
memberikan informasi pentingnya cek tekanan darah secara periodic. Oleh sebab
itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Bagaimana Hubungan
Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres dengan Kekambuhan Hipertensi pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya ?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga
dan Tingkat Stres dengan Kekambuhan Hipertensi pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya”

1.3.2. Tujuan Khusus


1.3.2.1. Mengidentifikasi Dukungan keluarga yang menderita Hipertensi
pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya
1.3.2.2. Mengidentifikasi Tingkat Stres yang menderita Hipertensi pada
lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya”
1.3.2.3. Menganalisis Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres
dengan Kekambuhan Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Kayon Kota Palangka Raya
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Teoritis
Sebagai sumber informasi dan data dasar ilmiah yang dapat memperkuat
teori serta bahan acuan untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga dan
Tingkat Stres dengan Kekambuhan Hipertensi pada Lansia dan dapat memberikan
kontribusi dalam pengembangan ilmu keperawatan gerontik.
1.4.2. Praktis
1) Bagi Perkembangan Iptek
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dan dijadikan
dasar untuk memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama dalam bidang praktik keperawatan profesional untuk mengembangkan
asuhan keperawatan gorentik pada lansia dengan Kekambuhan Hipertensi dengan
model intervensi yang mengintegrasikan berbagai pendekatan seperti
pemberdayaan keluarga, penggunaan sumber-sumber informasi dan pelayanan
kesehatan.
2) Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan acuan dan informasi untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi pembaca serta sebagai sumber referensi bagi mahasiswa”.
3) Bagi Puskemas
Penelitian ini sebagai masukan untuk puskesmas agar bisa meningkatkan
kualitas hidup lansia lebih baik dan memberikan asuhan keperawatan pada
anggota keluarga khususnya pada penderita hipertensi.

BAB 2
TINJUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Keluarga


2.1.1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing, dan
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Andarmoyo, 2012)
Keluarga adalah Perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa
anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga
(Muklisin, 2012).
2.1.2. Ciri-Ciri Keluarga
Menurut Effendi (2005) ciri-ciri keluarga yaitu :
1) Diikat dalam satu tali perkawinan
2) Ada hubungan darah
3) Ada ikatan batin
4) Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
5) Ada pengambilan keputusan
6) Kerjasama diantara anggota keluarga
7) Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
8) Tinggal dalam satu rumah
2.1.3. Tipe Keluarga
Menurut Muklisin (2012) tipe keluarga terdiri dari dua yaitu:
2.1.3.1. Tipe keluarga tradisional
1) Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami, istri dan anak kandung atau anak adopsi.
2) Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
bibi dan paman.
3) Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal
dalam satu rumah tanpa anak.
4) Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu orang tua
dan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
5) Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa
6) Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang
sudah lanjut usia.
2.1.3.2. Tipe keluarga non tradisional
1) Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian darah,
hidup dalam satu rumah.
2) Orang tua (ayah, ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak, hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
3) Homo seksual dan lesbian adalah individu sejenis yang hidup bersama
dalam satu rumah dan berperilaku layaknya suami istri
2.1.4. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut friedman (2009) dalam Suprajitno
(2004) adalah sebagai berikut :
2.1.4.1.Fungsi afektif (the affective function)
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mepersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
orang lain. Fungsi ini di hubungkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
2.1.4.2.Fungsi asosialisasi dan tempat untuk bersosialisasi (socialization and
sosial placement function)
Fungsi asosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak berkehidupan sosial sebelum meninggal rumah untuk berhubungan
orang lain di luar rumah.

2.1.4.3.Fungsi reproduksi (the economic function)


Fungsi Resproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu, meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2.1.4.4.Fungsi perawatan / memelihara kesehatan (the healht care funcion)
yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas tinggi, fungsi ini dikembangkan menjadi
tugas keluarga di bidang kesehatan.
2.1.5. Tugas Perkembangan Keluarga
Menurut Suprajitno (2004) tugas perkembangan keluarga adalah :
2.1.5.1. Keluarga Baru Menikah
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan keluarga lain, teman dan kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
2.1.5.2. Keluarga Dengan Anak Baru
1) Mempersiapkan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga,
hubungan seksual dan kegiatan sosial
3) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
2.1.5.3.Keluarga Dengan Anak Usia Pra Sekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga misal kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan aras aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain (tua) juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun diluar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga
mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi).
6)Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi tumbuh kembang
anak.
2.1.5.4 Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas.
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
2.1.5.5 Keluarga Dengan Anak Remaja
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat
remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi.
2) Mempertahankan hubungan intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan keluarga.
2.1.5.6. Keluarga Mulai Melepas Anak Sebagai Dewasa
1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.
2.1.5.7. Keluarga Usai Pertengahan
1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
2) Mempertahankan hubungan yang suasana kehidupan rumah yang serasi
dan dengan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
2.3.5.8 Keluarga Usia Lanjut
1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangannya.
2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi : kehilangan pasangan,
kekuatan fisik dan penghasilan keluarga.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.
2.3.5.9 Tugas keluarga di bidang kesehatan
Menurut Suprajitno (2004) fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga
mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan
meliputi:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarganya
3) Merawat keluaga yang mengalami gangguan kesehatan
4) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
5) Momidifikasikan lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
6) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar bagi keluarga.
2.1.6. Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Hipertensi
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap
anggota keluarga, berupa dukungan informasional, dukungan penilian, dukungan
instrumental dan emosional(Friedman, 2013).
House dan Kahn dalam Friedman (2013), menerangkan bahwa keluarga
memiliki empat fungsi dukungan, diantaranya :
2.1.6.1.Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaaan emosional. Bentuk dukungan ini
membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diterima oleh anggota
keluarga berupa ungkapan empati, kepedulian, perhatian, cinta, kepercayaan, rasa
aman dan selalu mendampingi pasien dalam perawatan. Dukungan ini sangat
penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak terkontrol.
2.1.6.2.Dukungan informasi
Merupakan bentuk dukungan yang meliputi pemberian informasi, sarana
atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Menurut Nursalam (2008)
dukungan ini berupa pemberian nasehat dengan mengingatkan individu untuk
menjalankan pengobatan atau perawatan yang telah direkomendasikan oleh
petugas kesehatan (tentang pola makan sehari-hari, aktivitas fisik atau latihan
jasmani, minum obat, dan kontrol), mengingatkan tentang prilaku yang
memperburuk penyakit individu serta memberikan penjelasan mengenai hal
pemeriksaan dan pengobatan dari dokter yang merawat ataupun menjelaskan hal-
hal yang tidak jelas tentang penyakit yang diderita individu. Dukungan informasi
yang dapat diberikan pada anggota keluarga dengan kekambuhan hipertensi
seperti memberikan pengertian juga penjelasan mengenai penyakit yang tengah
dialami sekarang, ketika ia dapat mengerti maka penting baginya untuk mengikuti
aturan dalam mengkonsumsi obat-obat yang ia perlukan dengan tepat waktu
sehingga individu dengan hipertensi mampu memberikan coping adaptif pada
stimulus. Selain itu dapat pula memberitahukan individu dengan kekambuhan
hipertensi agar dapat mengontrol pola makan dan juga tingkat stres pada
penderita.
2.1.6.3.Dukungan instrumental
Merupakan (peralatan atau fasilitas) yang dapat diterima oleh anggota
keluarga yang sakit melibatkan penyediaan sarana untuk mempermudah perilaku
membantu pasien yang mencakup bantuan langsung biasanya berupa bentuk-
bentuk kongkrit yaitu berupa uang, peluang, waktu, dan lain-lain. Bentuk
dukungan ini dapat mengurangi stres karena individu dapat langsung
memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.
2.1.6.4.Dukungan penilainan
Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan dan validator identitas anggota keluarga. Dimensi ini
terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang positif dengan orang- orang
disekitarnya, dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan
individu. Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten dan
dihargai. Dukungan penghargaan juga merupakan bentuk fungsi afektif keluarga
yang dapat meningkatkan status psikososial pada keluarga yang sakit. Melalui
dukungan ini, individu akan mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahlian
yang dimilikinya.
2.1.7. Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Purnawan (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
adalah :
2.1.7.1. Faktor Internal
1) Tahap Perkembangan, Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia
dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan setiap
rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap
perubahan kesehatan berbeda-beda.
2) Tingkat Pengetahuan, Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan
berbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan,latar
belakang, pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif
akan membentuk cara berpikir seseorang termasuk kemampuan untuk
memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan
menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan
dirinya.
3) Faktor Emosi, Faktor Emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap
adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Sesorang yang mengalami
respon stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon
terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara
mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam
kehidupannya.
4) Spiritual, Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang
menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang
dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman , dan kemampuan
mencari harapan dan arti dalam hidup.
2.1.7.2. Faktor Ekstrenal
1) Faktor Sosial Ekonomi, Faktor social dan psikososial dapat meningkatkan
risiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang
mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.
2) Latar Belakang Budaya, Mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan
individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan
kesehatan pribadi.
2.1.8. Pengukuran Dukungan Keluarga
Menurut Arikunto (2011), untuk mengungkap variabel dukungan keluarga,
menggunakan skala dukungan keluarga yang diadaptasi dan dikembangkan dari
teori House. Dan aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur dukungan
keluarga adalah dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental dan dukungan alternatif.
Tabel 2.1 Indikator Alat Ukur Dukungan Keluarga
No Indikator
1 Dukungan emosional
2 Dukungan penghargaan
3 Dukungan instrumental
4 Dukungan informatif
Pada pengisian skala ini, sampel diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada
dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang
tersedia. Skala ini menggunakan skala model likert yang terdiri dari pernyataan
dari empat alternatif jawaban yaitu 1= kadang-kadang, 2= sering, 3= selalu.
Rumus mengukur dukungan keluarga adalah:
N= Sp x100%
Sm
Keterangan:
N = Nilai presentase skor
Sp = Jumlah nilai yang diperoleh
Sm = Jumlah nilai maksimal
Selanjutnya presentase jawaban diintervensikan dengan acuan sebagai berikut:
Dukungan kuat : 76%-100%
Dukungan sedang : 56%-75%
Dukungan lemah : ≤55%
2.2. Konsep Dasar Stres
2.2.1. Definisi Stres
Stres merupakan suatu kondisi pada individu yang tidak menyenangkan
dimana dari hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya tekanan fisik maupun
psikologis pada individu (manurung, 2016). Stres adalah gangguan pada tubuh
dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang
dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan
(lestari, 2015).
Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivitas sistem saraf
simpatis yang mengakibatkan naiknya tekanan darah secara interminten (tidak
menentu)(Amanda ,2017). Pada saat seseorang mengalami stres, hormon
adrenalin akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri
(vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung. Apabila stres berlanjut, tekanan
darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi
(sounth, 2015).

2.2.2. Gejala Stres


Jenis stres negatif menimbulkan gejala-gejala yang akan nampak pada segi
fisik, emosi, kognitif, dan interpersonal. Rice (dalam Sarafia et al, 2009)
memaparkan ada lima gejala stres, yaitu :
2.2.2.1. Gejala fisik
Berupa keluhan seperti sakit kepala, sakit pinggang, susah tidur, sakit
perut, hilang selera makan, kehilangan semangat.
2.2.2.2. Gejala emosi
Berupa keluhan seperti gelisah, cemas, mudah marah, sedih, gugup,
takut.
2.2.2.3. Gejala kognitif
Berupa keluhan seperti susah berkonsentrasi, sulit membuat keputusan,
mudah lupa, pikiran kacau.
2.2.2.4.Gejala interpersonal
Berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, minder, kehilangan
kepercayaan pada orang lain, dan mudah menyalahkan orang lain.
2.2.2.5. Gejala organisasional
Berupa meningkatnya keabsenan dalam kuliah/bimbingan skripsi,
menurunnya prodiktivitas, ketegangan dengan teman, menurunya
dorongan untuk berprestasi.
2.2.3. Tingkat Stres
Menurut (Hartanti,2016) Tingkat Stres dibagi menjadi tiga yaitu :
2.2.3.1.Stres ringan
Apabila stresor yang dihadapi setiap orang teratur, misalnya terlalu
banyak tidur, kemacetan lalu lintas. Situasi seperti ini biasanya
berlangsung beberapa menit atau jam dan belum berpengaruh kepada fisik
dan mental hanya saja mulai sedikit tegang dan was-was.
2.2.3.2.Stres sedang
Apabila berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari,
contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan
dan mengharapkan pekerjaan baru. Pada medium ini individu mulai
kesulitan tidur sering menyendiri dan tegang.

2.2.3.3.Stres berat
Apabila situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis,
kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama. Pada stres berat ini
individu sudah mulai ada gangguan fisik dan mental.
2.2.4 Tahapan Stres
Menurut Hawari (2011) menjelaskan bahwa tahapan stres adalah sebagi berikut:
2.2.4.1.Stres tahap I
Yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan,
mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang
dimiliki dan penglihatan menjadi tajam.
2.2.4.2.Stres tahap II
Yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau
letih, cepat lelah saat menjelang sore, cepat lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, dan
punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
2.2.4.3.Stres tahap III
Yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasitidak teratur, otot
semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur
kembali, bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh
terganggu.
2.2.4.4.Stres tahap IV
Yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons
tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering
menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul
ketakutan dan kecemasan.
2.2.4.5.Stres tahap V
Yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental,
ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,
gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung,
dan panik.
2.2.4.6.Stres tahap VI
Yaitu tahapan stres dengan tanda tanda, seperti jantung berdebar keras,
sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, serta
pingsan.
2.2.5. Faktor yang memyebabkan Stres
Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stresor. Stresor
secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stresor internal dan eksternal.
Menurut Potter & Perry (2015) mengatakan stresor internal berasal dari dalam
diri seseorang misalnya kondisi fisik dan suatu keadaan emosi. Stresor eksternal
berasal dari luar diri seseorang, misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga,
dan sosial budaya. Ahli lain, Santrock (2003) menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang menyebabkan stres terdiri dari :
1) Beban yang terlalu berat, konflik, dan frustrasi
Beban yang telalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak memiliki
harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat dan
akan membuat penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan emosional.
2) Faktor kepribadian
Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung akan
mengalami stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan
kompetitif yang sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah
marah, dan sifat yang bermusuhan
3) Faktor kognitif
Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan
menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif
adalah istilah untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-
kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam,
dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut secara efektif.
2.2.6. Pengukuran Penilaian Tingkat Stres
DASS merupakan kuesioner yang dirancang untuk mengukur keadaan
emosional negatif yang terdiri dari depresi, kecemasan dan stres. Kuesioner DASS
telah baku dan tidak perlu di uji validitasnya lagi, konsistensi internal alpha
cronbach 0,94 untuk depresi, 0,88 untuk kecemasan dan 0,93 untuk stres
(Nursalam, 2016). DASS terdiri dari 42 item pertanyaan yang menggambarkan
tingkat depresi, stres dan kecemasan Skala untuk depresi dinilai dari nomor 3, 5,
10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42. Skala untuk kecemasan dinilai dari
nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41, sedangkan skala untuk
mengukur stres dinilai dari nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39,
dari angkaangka tersebut akan menunjukkan tingkat stres seseorang.
Klien akan menjawab setiap pertanyaan yang ada. Setiap pertanyaan
dinilai
dengan skor antara 0-3. Setelah menjawab seluruh pertanyaan, skor dari setiap
skala dipisahkan satu sama lain kemudian diakumulasikan sehingga mendapat
total skor untuk tiga skala, yaitu depresi, kecemasan, dan stres (Nursalam, 2016).
tabel 2.2. Interpretasi skor DASS adalah sebagai berikut (Nursalam, 2016):
Depresi Kecemasan Stres
Normal 0-9 0-7 0-14
Ringan 10-13 8-9 15-18
Sedang 14-20 10-14 19-25
Parah 21-27 15-19 26-33
Sangat Parah 28+ 20+ 34+

2.3. Konsep Dasar Hipertensi


2.3.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi suatu penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan
kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh
darah atreri. Keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk
mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah (yanita,2017).
Tekanan sistolik adalah tekanan darah ketika jantung berkontraksi atau
berdetak memompa darah. Pada saat beristirahat , sistolik dikatakan normal jika
berada nilai 100/140 mhg, sedangkan diastolik dikatakan normal jika berada
pada nilai 60-90(yanita,2017). Kesimpulan dari hipertensi adalah penyakit yang
dapat menyerang siapa saja, baik muda maupun tua.
2.3.2. Etologi Hipertensi
Menurut Udjianti, Wajan Juni (2011) menjelaskan tentang penyebab dari
hipertensi yaitu:
2.3.2.1. Hipertensi Primer
Hipertensi esensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar
patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial.
Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik
mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, reaktivitas
pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok,
stres emosi, obesitas dan lain-lain
2.3.2.2. Hipertensi Sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan
darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah
2.3.3. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi juga banyak di ungkapkan oleh para ahli,
diantaranya WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Tingkat I tekanan darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau
kerusakan sistem kardiovaskuler
2. Tingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa
adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau orang lain.
3. Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala-gejala yang jelas dari
kerusakan dan gangguan fatal dari target organ.
Tabel 2.3.Klasifikasi hipertensi menurut WHO tahun 2013:
No Klasifikasi Sistolik Diastolik
1. Optimal <120 mmHg <80 mmHg
2. Normal <130 mmHg 85 mmHg
Normal tinggi 130-139
3. 85-89 mmHg
(derajat 1) mmHg
Hipertensi ringan 140-159
4. 90-99 mmHg
(derajat 2) mmHg
Hipertensi sedang
160-179 100-109
5. (derajat
mmHg mmHg
3)
Hipertensi berat
6. >180 mmHg >110 mmHg
(derajat 4)
Sumber: WHO, 2013
2.3.4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
pada saraf simpatis yang berlanjut kebawah kekorda spinalis dan keluar dari
komula medulla spinalis ganglia simpatis toraks dan abdomen Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui
sistem saraf simpatis keganglia simpatis. Pada titik ini , neuron preganglion
melepaskan aetikolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion
kepembuluh darah , dimana dengan dilepaskan nerepaineprin mengakibatkan
kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepineprin, meskipun tidak
diketahui dengan jela mengapa hal tersebut terjadi (Padila,2013).

2.3.4. Manifestasi Klinis


Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat
ditemukan edema pupil atau edema pada diskus optikus. Menurut Price, gejala
hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah
kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas dan berkeringat. Gejala
akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan
penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang
mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono,
2011)
2.3.5. Komplikasi
Apabila seseorang mengalami tekanan darah maka
dia akan mengalami komplikasi dengan penyakit lainnya seperti: (yekti, 2016)
1) Ginjal
2) Merusak Kinerja Otak
3) Merusak Kinerja Jantung
4) Kerusakan Mata
5) Resintesi Pembuluh Darah
2.3.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan Hipertensi
2.3.7.1. Kegemukan
Kelebihan berat badanmeningkatkan risiko seseorang terserang kembali
penyakit hipertensi
2.3.7.2. Kebiasaan merokok
Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan
darah setelah hisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok,
nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan
diedarkan ke aliran darah
2.3.7.3. Pola makan
Pola makan yang tidak sehat dapat memicu kambuhnya kembali tekanan
darah seseorang, seperti mengkonsumsi garam yang berlebih, makanan berlemak
tinggi dan kurang berolah raga serta mengkonsumsi alkohol dan merokok.
2.3.7.4. Stress
Stress pada lansia merupakan kondisi atau gangguan yang tidak
menyenangkan terjadi pada seluruh tubuh yang dapat mempengaruhi kehidupan
(Mansjoer, 2011)
2.4. Konsep Dasar Lansia
2.4.1. Definisi Lansia
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan
akhirnya menjadi tua (Azizah,2018).
Lansia bukan suatu penyakit, namun tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stress lingkungan (Pujiastuti, 2016 dan Effendi,2015)
Peneliti menyimpulkan bahwa lanisa adalah lansia sangat penting bagi
perawat dalam menangani lansia dengan hipertensi untuk mengingatkan atau
membimbing terhadap pemenuhan kebutuhan spiritualnya guna mengurangi
stres atau ketegangan psikologis dalam hidup, dan adanya dukungan keluarga .

2.4.2. Klasifikasi lansia


Klasifikasi lansia dibagi menjadi 5 yaitu pralansia, lansia, lansia resiko
tinggi lansia potensial, dan lansia tidak potensial. Pralansia adalah seseorang
yang berusia antara 45-59 tahun. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih, untuk lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun
atau lebih dan bermasalah dengan kesehatan seperti, menderita rematik,
demensia, mengalami kelemahan dan lain-lain, sedangkan lansia potensial
yaitu lansai yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang ataupun jasa. Lansia tidak potensial yaiyu lanisa yang
tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain (nugroho, 2017) batasan-batasan lansia:
2.4.2.1. Menurut WHO, Klasifikasi Lanisa Adalah:
1) usia pertengahan(middleage) 45-59 tahun.
2) lansia(elderly)60-74 tahun.
3) lansia tua(old)59-90 tahun.
4) lansia sangat tua(very old) diatas 90 tahun.
2.4.2.2. Menurut depkes R1, 2009 klasifikasi lansia adalah:
1) lansia awal 46-55 tahun.
2) lansia akhir 56-65 tahun.
3) lansia manula atas 65-sampai atas.
2.4.3. Tipe-tipe lansia
Tipe-tipe lansia dibagi menjadi 5 yaitu tipe arif bijaksana, tipe mandiri,
tipe tidak puas, tipe pasrah dan tipe bingung(nugroho, 2017).
2.4.3.1.Tipe arif bijaksana
Yaitu kaya dengan hikmah, pengalaman, penyesuaian diri dengan
perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2.4.3.2.Tipe mandiri
Yaitu menganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
2.4.3.3.Tipe tidak puas
Yaitu konflik lahir batin menantang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan
banyak menuntut.
2.4.3.4.Tipe pasrah
Yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja.
2.4.3.5.Tipe bingung
Yaitu kaget, kehilangan, kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
2.4.4. Perubahan proses menua
Menua atau menjadi tua adalah suatau keadaan yang terjadi dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu , tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya , yaitu anak, dewasa, tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun psikologi. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran
misalkan kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak
profesional(nugroho,2017).
Proses menua mengakibatkan terjadinya banyak perubahan pada lanisa.
Perubahan perubahan itu meliputi perubahan fisik, psikososial dan
kognitif(ratnawani, 2010):
1) Kardiovaskuler : kemampuan memompa darah menurun, elstis pembuluh
darah menurun, serta mengangkat resistensi pembuluh darah perifer sehingga
tekanan darah meningkat.
2) Respirasi : Elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga
menarik nafas lebih berat dan terjadi penyempitan bronkus.
3) Persyarafan : saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun dan
lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khusunya yang berhubungan
dengan stres,
4) Muskuloskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah
rapuh(osteoporosis), bengkak(kifosis), persendian membesar dan menjadi
kaku.
5) Gastriointestinal : esofagus membesar, asam lambung menurun, lapar
menurun dan paristalik menurun.
6) Vesika urinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun dan retensi urine.
7) Kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, elastisitas menurun,
rambut memutih(uban), dan kelenjar keringat menurun.
2.4.5. Perubahan Sosial
Perubahan fisik yang dialami lansia seperti berkuranganya fungsi indera
pendengaran, penglihatan, gerakan fisik dan sebagainya menyebabkan gangguan
fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia, misalnya bahu membungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur sehingga sering menimbulkan
keterasingan. Keterasingan ini akan menolak untuk berkomunikasi dengan orang
lain(ratnawati, 2010).

2.5. Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel dependen

Faktor Yang Faktor yang mempengaruhi


mempengaruhi Dukungan kekambuhan hipertensi
Keluarga Dukungan Keluarga dengan
pada lansia
Faktor Internal kekambuhan hipertensi
Kegemukan
Tahap Perkembangan Dukungan Informatif
Kebiasaan Merokok
Tingkat Pengetahuan Dukungan Penilaian
Pola makan
Faktor emosi Dukungan Instrumental
Stress
Spiritual Dukungan Emosiaonal
Faktor Ekstrenal
Faktor social
Latar belakang Kekambuhan Hipertensi
Pada lansia

Faktor yang mempengaruhi


stress Tingkat Stres
Beban yang terlalu berat Stres Ringan
Faktor keperibadian Stres Sedang
Faktor kognitif Stres Berat

Bagan 2.5. : Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres
Dengan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Puskesmas
Kayon Kota Palangka Raya.
Ket :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Berpengaruhi
: Berhubungan
2.6. Hipotesis
Secara umum pengertian hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis
(pernyataan) yaitu suatu pernyataan yang masih lemah membutuhkan
pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima dalam
penelitian (Hidayat, 2011)
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pentanyaan penelitian. Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang
hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu
pertanyaan dalam penelitian. (Nursalam, 2011)
H1: Ada Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres Dengan
Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon Kota
Palangka Raya
H0 : Tidak Ada Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres Dengan
Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon Kota
Palangka Raya
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu
melakukan pengukuran variabel dependent dan independent hanya satu kali atau
satu saat (Nursalam,2013).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang bersifat kuantitatif.
Pendekatan yang digunakan yaitu secara Cross sectional (potong lintang), artinya
suatu penelitian untuk memepelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada waktu yang bersamaan (Notoadmodjo, 2018).
Desian penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desian korelasional
yang meengkaji hubungan variabel, koleratif mengacu pada kecendrungan bahwa
variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel lain,sehingga pada rancangan
penelitian korelasional peneliti melibatkan dua variabel atau lebih
(Nursalam,2013). Dilihat dari cara pengumpulan dan pengelolaan data, maka
penelitian dan pembahasan dilakukan dengan rancangan cross sectional
(Hubungan dan Asosiasi).
3.2 Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah, mulai
dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal
dilaksanakannya penelitian (Nursalam,2016).
Kerangka kerja penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

POPULASI
Seluruh Lansia Penderita Hipertensi berjumlah 239 di Wilayah Kerja Puskesmas
Kayon
SAMPEL
Sebagian lansia penderita Hipertensi yang berjumlah 70 di Wilayah Kerja
Puskesmas Kayon

SAMPLING
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Purposive sampling

Variabel Independent Variabel Dependent

Dukungan Keluarga dan Kekambuhan Hipertensi


Tingkat Stres

Pengumpulan data hasil pengisian Kuesioner


Hasil pengisian Kuesioner
Pengelola data (editing, coding, scoring, tabulating)

Uji statistik spearman rank

Ha diterima/ditolak

Kesimpulan

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015, h.38)
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki
variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan
untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data.
No Variabel Definisi operasional Parameter Alat Skala Skor
Independen ukur/Instru
t dan men
Dependent

1 Variabel Dukungan adalah suatu perilaku melayani yang 1. Dukungan Kuisioner Ordinal Selalu = 4
Bebas dilakukan oleh keluarga baik dalam dukungan Informatif Cukup Sering = 3
Dukungan emosional, penhargaan atau peniliaan, 2. Dukungan Kadang = 2
Keluarga instrumental dan informasi kepada keluarga yang Penilaian Tidak pernah= 1
sakit 3. Dukungan Dukungan kuat: 76%-100%
Instrumental Dukungan Sedang:56%-75%
4. Dukugan Dukungan lemah:≤ 55%
Emosional

10.Tingkat stres Suatu keadaan non spesifik yang dialami lansia 1. Pengertian Kuisioner Ordinal Sering= 3
akibat tuntutan emosi,fisik atau lingkungan yang stres DASS Lumayan sering
melebihi daya dan kemampuan lansia untuk 2. Gejala stres =2
mengatasi dengan efektif yang dirasakan lansia. Kadang = 1
Tidak pernah= 0
Normal: 0-14
Stres ringan:15-18
Stres sedang: 19-25
Stres berat : 26-33
Stres sangat berat: > 34
3 Hipertensi Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah Melakukan Alat Tensi Nominal 1. Hipertensi
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah Pengukuran Normal:<130/85 mmHg)
diastolic lebih dari 90 mmHG pada dua kali Tekanan Darah Hipertensi Ringan
pengukuran dengan selang 5 menit dalam (140/90mmHg) sampai
keadaan cukup istirahat atau tenang (159/99mmHg)
Hipertensi
sedang(160/100mmHg-
170/109mmHg)
Hipertensi
berat(≥210/120mmHg)
2. Tidak Hipertensi

Bagan 3.3 Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres dengan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia
Di Wilayah Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon Kota Palangka
Raya Jl Rajawali, Palangka, Jekan raya, Kota Palangka Raya, Kalimantan tengah
74874.
3.4.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Mei 2022.
3.5 Populasi, Sampel dan Sampling
3.5.1 Populasi
Populasi adalah suatu wilayah umum yang terdiri dari objek/subjek dengan
jumlah dan karakteristik tertentu. Peneliti menentukan objek/subjek yang akan
diteliti kemudian menarik kesimpulan (Rinaldi dan Mujianto, 2017). Populasi
Penelitian ini lansia penderita hipertensi berjumlah 239 lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi sebagai objek penelitian. Unit sampel
bisa sama dengan unit umum, tetapi bisa juga berbeda. (Surahman, R. M., dan
Supardi, S., 2016). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi
berjumlah 70 lansia di wilayah kerja Puskesmas Kayon kota pelangka raya.
Kriteria sampel dalam penelitian meliputi kriteria inkulsi dan ekskuls.
Kriteria ini diperlukan dalam upaya mengendalikan variabel penelitian yang tidak
diteliti tetapi memiliki pengaruh terhadap variabel independen. Kriteria inklusi
merupakan karakteristik yang dimiliki oleh subjek penelitian yang memenuhi
syarat sebagai sampel. Kriteria eksklusi merupakan karakteristik dari subjek
penelitian yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat,2011). Dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria Inkulsi
Adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi
yang dapat diambil sampel (Nursalam,2011).
Kriteria Inkulsi pada penelitian ini adalah
1) Bersedia menjadi responden
2) Lansia penderita hipertensi yang masih dalam kekambuhan hipertensi
di Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya
3) Lansia yang berumur 60 tahun
4) Keluarga yang bisa membaca dan menulis
3. Kriteria Ekskulsi
Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi
kriteria inkulsi karena adanya penyakit yang menganggu, hambatan etis dan
subjek menolak berpartisipasi (Nursalam 2011). Dalam penelitian ini
kriteria ekskulsinya adalah :
1) Lansia dengan penyakit jantung kronis
2) Lansia dengan mengkonsumsi obat diuretik
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah anggota lansia dengan
kekambuhan hipertensi di wilayah kerja puskesmas kayon kota palangka
raya. Sampel yang digunakan sebanyak responden dengan teknik
pengambilan sampel adalah purposive sampling
Untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan sebagai berikut :
n= N
1+ N(d)2
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah Populasi
d : Batas Toleransi Kesalahan
3.5.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,2013).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara non
probability sampling atau purposive sampling. Porpusive sampling merupakan
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang peneliti
kehendaki yatu sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi (Setiadi,2013).
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1 Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Editing (Pemeriksaan) Proses pemeriksaan data yang telah dilakukan dan
dikumpulkan apakah sudah sesuai dengan tujuan dari penelitian yang
dilakukan. Peneliti melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan
kejelasan berdasarkan yang responden berikan.
2) Coding (Pengkodean) Proses ini merupakan pemberian kode yang telah
dikumpulkan dan didata menggunakan kalimat ataupun huruf.
3) Entry (Memasukkan) Kegiatan ini memasukkan data yang telah diberikan
kode selanjutnya di masukkan kedalam program computer.
4) Cleaning (Pembersihan) Pada kegiatan ini dilakukan pengecekan ulang
data-data yang telah di entry agar mengetahui ada atau tidaknya kesalahan
selama masa pengkodean dan data-data yang tidak lengkap.
5) Saving (Penyimpanan) Penyimpanan data yang selanjutnya akan dianalisis
data
3.5.2 Analisis data
Data yang sudah diperoleh dari hasil dan dilakukan pengukuran
menggunakan Kuesioner dukungan keluarga dan DASS-42 dan Religiosity Scale
akan diolah menggunakan SPSS.
3.5.2 Analisis univariat
Analisis ini digunakan agar dapat memberikan gambaran umum terhadap
data hasil dari penelitian. Data akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan distribusi
frekuensi. Kemudian menghitung jumlah ataupun frekuensi yang muncul dari
jawaban tersebut dan diurutkan berdasarkan jumlah terbanyak.
3.5.3 Analisis Bivariat
Analisis ini mempunyai dua pengukuran atau variable. Analisis ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan tingkat stress
dengan kekambuhan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kayon Kota Palangka
Raya. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square dan uji korelasi
Kendall’s Tau, yang mana nilai memiliki makna apabila p.
2.6. Etika Penulisan
2.6.1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subjek penelitian, peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta
manfaat dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan, lembar
persetujuan diberikan kepada subjek penelitian. Jika subjek penelitian
bersedia diteliti maka mereka harus mendatangani lembar persetujuan.
Peneliti juga tidak memaksa subjek penelitian untuk menjadi responden
apabila tidak mau untuk diteiti.
2.6.2. Tanpa Nama ( Anonimaty)
Peneliti menjaga kerahasian identitas responden sehingga hanya peneliti
saja yang mengetahui jawaban dari masing-masing responden. Selanjutnya
peneliti hanya memberikan kode berupa nomor urut pada lembar kuisioner
yang urutannya hanya diketahui oleh peneliti saja
2.6.3. Kerahasian (Confindentiality)
Kerahasian informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh
peneliti.penyajian atau pelaporan hasil riset hanya terbatas pada kelompok
data tertentu yang terkait dengan masalah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan
Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Amanda,et al. 2017. Hubungan kualitas tidur dengan tingkat kekambuhan
hipertensi pada lansia dikelurahan tlogomas kota malang. Nursing News
Volume 2, Nomor 3, 2017.
Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rinema Cipta
Bisnu, M., Kepel, B., & Mulyadi, N. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Derajat Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Ranomut
Kota Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 108807
Depkes R.I. (2018). Gambaran Epidemiologi Penyakit Hipertensi,Jakarta:Depkes
RI
Dinkes,(2020). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
Friedman, M. M. 2009. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan
Praktik. Edisi 5. Jakarta: EGC
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Hartanti R.D. 2016. Hubungan Antara Tingkat Stress dengan Kualitas Hidup
Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo
Pekalongan, jurnal Research Coloquium. Program Studi Ners STIKes
Muhammadiyah Pekajangan.
Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI
Hidayat, 2011. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
────, 2014. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
Khairiah, M, S. S. (2019). Hubungan Antara Tingkat Stres dengan Tingkat
Kekambuhan Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Seyegan Sleman
Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. digilib.unisayogya.ac.id
Kemenkes R.I. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018 Di indonesia. 1–82.
Lestari T. 2015. Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Muklisin abi. (2012). Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Gosyen Publishing
Manurung, Nixon. 2016. Terapi Reminiscence. Jakarta : CV Trans Info Media.
Notoadmodjo,S. 2018. Metodologi Penelitian kesehatan. Cetakan ketiga. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed). Jakarta :
Salemba Medika.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi.4. Jakarta : Salemba Medika.
Novopsych, 2018. Depression Anxiety Stress Scales-Long ( DASS-42) [online]
Tersedia pada: NovoPsych: Software for Administering Outcome
Questionnaires to Clients for Psychologists:
<https://novopsych.com/assessments/depression-anxiety-stress-scales-long-
form-dass- 42/>. Diakses pada tanggal 26 April 2022.
Oktaviani.J. (2018). Dukungan Keluarga dengan Pola Diet pada Pasien
Hipertensi. Sereal Untuk, 51(1), 51
Potter A., & Perry AG. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. 4th ed. EGC : Jakarta.
Rihiantoro, T., & Widodo, M. (2018). Hubungan Pola Makan dan Aktivitas
Fisik dengan Kejadian Hipertensi di Kabupaten Tulang Bawang. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13(2),159.
https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.924
Rinaldi, sony faisal, & Mujianto, B. (2017). Metodologi-Penelitian-dan-
StatistikSC.
Suprajitno, 2004. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Edisi I.
Yogyakarta: Graha Ilmu
────. 2013. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktik. Edisi
5. Jakarta: EGC
Senoaji, A. U. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Diit.
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 59, 2–19.
http://eprints.ums.ac.id/50777/26/Naskah Publikasi-59.pdf
Seke,P.A, Bidjuni,H.J., & Lolong, J. (2016). Hubungan Kejadian stress Dengan
Penyakit Hipertensi pada Lansia di Balai Penyantunan Lanjut
Usia Senjah Cerah Kecamatan Mapanget Kotaa Manado. May, 31–48.
Surahman, R. M., & Supardi, S. (2016). Metodologi Penelitian. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusdik SDM Kesehatan.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
ALFABETA.
Udjianti, Wajan Juni. (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
Medika
WHO. (2013). World Health Day 2013, Measure your blood pressure, reduce
your risk, diakse tanggal 19 April 2022,
(http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2013/world_health_day _20220419/e/)

Yanita, S. 2017. Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta : Bumi Medika


Yekti & Ari W. 2016. Cara Jitu Mengatasi Asam Urat. Yogyakarta : Ralpha
Publishing.
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707

LEMBAR KONSULTASI UJIAN AKHIR PROGRAM


MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 KERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
NAMA : Tetenia Diyanti

NIM : 2018.C.10a.0987

JUDUL PROPOSAL :Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres


Dengan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kayon Kota Palangka
Raya

PEMBIMBING : 1. Hermanto,Ners.,M.Kep
2 . Siti Santy Sianipar, S.Kep.,M.Kes

KEGIATAN BIMBINGAN PROPOSAL

Hari/Tgl/ Tanda Tangan


No Catatan Pembimbing
Waktu Mahasiswa Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai