Anda di halaman 1dari 120

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR


ASAM URAT DALAM DARAH DI POSYANDU LANSIA
KELURAHAN MADIUN LOR PUSKESMAS PATIHAN
KOTA MADIUN

Oleh:
DWI SAPUTRI
NIM : 201603016

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2020
SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR


ASAM URAT DALAM DARAH DI POSYANDU LANSIA
KELURAHAN MADIUN LOR PUSKESMAS PATIHAN
KOTA MADIUN

Diajukan untuk memenuhi


Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Oleh:
DWI SAPUTRI
NIM : 201603016

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2020

ii
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN

iv
Puji Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT
yang Maha Agung, karena atas Rahmat dan Ridha-Nya yang begitu besar penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Tanpa suatu perjuangan
dan Ridha Allah SWT mungkin skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan tepat
waktu. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung dan memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini, adapun
pihak-pihak yang telah mendukung adalah :
1. Kedua orang tua, yang senantiasa memberikan semangat dan doa-doanya
yang tak pernah putus supaya cita-cita saya terkabul dan menjadi orang
sukses berhasil serta selalu mendidik saya untuk selalu berdoa, berusaha,
bersabar dan tawaduk dalam segala hal yang baik.
2. Kakak kandung, Septian dan Anis yang selalu menyemangati dan mendoakan
agar saya cepat menyelesaikan skripsi dan lulus.
3. Ibu Riska Ratnawati, S.K.M.,M. Kes selaku pembimbing satu skripsi yang
selalu memberikan support dan bimbingan serta arahan dalam penulisan dan
penyelesaian skripsi.
4. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.K.M.,M. Kes selaku pembimbing dua skripsi
yang baik, cantik dan yang selalu memberikan support serta bimbingan yang
maksimal dalam penulisan dan penyelesaian skripsi.
5. Ibu Hanifah Ardiani, S.K.M.,M.KM selaku penguji skripsi saya, terima kasih
banyak bu sudah menjadi penguji dan terima kasih atas semua ilmunya.
6. Semua Dosen Kesmas yang sudah memberikan saya ilmu-ilmu yang
bermanfaat sehingga membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Kepada Sahabatku Chandra, Dewi, Erin, Mutia, Reni, dan Suci semua teman-
teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih kalian
sudah selalu memberikan saya semangat, motivasi, dan ilmu dalam
menyelesaikan skripsi.

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vi
Nama : Dwi Saputri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Ngawi, 05 Februari 1998
Agama : Islam
Alamat : Dsn. Banjar RT/RW 007/003
Kel./Ds. Kiyonten Kec.
Kasreman Kab. Ngawi
Email : dwisaputri952@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK Darmawanita Kiyonten 1 : 2003-2004
2. SDN Kiyonten 1 : 2004-2010
3. SMPN 1 Kasreman : 2010-2013
4. SMA PGRI 1 Ngawi : 2013-2016
5. STIKES BHM Madiun : 2016-2020

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
yang berjudul “Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kadar Asam Urat dalam
Darah Di Posyandu Lansia Kelurahan Madiun Lor Puskesmas Patihan Kota
Madiun.”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menghadapi banyak hambatan
dan tantangan namun hal itu tidak mengurangi semangat penulis dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai mahasiswa semester akhir.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan jenjang
Sarjana di Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu proses penulisan ini:
1. Kepala Puskesmas Patihan Kota Madiun Dr. Ulfa Kusuma Dewi yang telah
memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di Posyandu
Lansia wilayah kerja Puskesmas Patihan.
2. Bapak Zaenal Abidin, S.K.M., M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.K.M., M.Kes, selaku Ketua Program Studi
S1 Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan selaku
Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Hanifah Ardiani, S.K.M.,M.KM selaku Dewan Penguji.
5. Ibu Riska Ratnawati, S.K.M.,M. Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh teman S1 Kesehatan Masyarakat angkatan 2016 yang
memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, peneliti
ucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya.

viii
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, berbagai saran, tanggapan dan kritik yang
bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis serta orang-orang yang peduli dengan dunia
kesehatan masyarakat khususnya.

Madiun,10 Februari 2020


Penyusun

Dwi Saputri
NIM. 201603016

ix
Prodi Kesehatan Masyarakat
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun 2020

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR ASAM


URAT DALAM DARAH DI POSYANDU LANSIA KELURAHAN
MADIUN LOR
PUSKESMAS PATIHAN KOTA MADIUN

Dwi Saputri
201603016

69 halaman + 7 tabel + 5 gambar + 11 lampiran


Asam urat merupakan produk pemecahan dari purin, yakni senyawa kimia
yang ditemukan pada beberapa jenis Makanan. Pada tahun 2018, asam urat tinggi
yang berobat di Puskesmas Patihan dengan jumlah sebanyak 124 orang, pada tahun 2019
yang berobat mengalami kenaikan yang signifikan sebanyak 178 orang. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kadar asam urat adalah aktivitas fisik. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan
Kadar Asam Urat dalam Darah di Posyandu Lansia Kelurahan Madiun Lor
Puskesmas Patihan Kota Madiun.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan studi cross sectional.
Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia di posyandu lansia kelurahan
Madiun Lor Puskesmas Patihan. Berdasarkan perhitungan, didapatkan sampel
sebanyak 30 responden, dengan metode Simple Random Sampling. Data
dikumpulkan menggunakan lembar kuesioner hasil uji kadar asam urat dan
dianalisa dengan chi square test.
Hasil penelitian menunjukan ada Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar
Asam Urat (RP= 8,500; 95% CI= 1,458-49,359) ρ = 0,035 < α = 0,05 di Posyandu
Lansia Kelurahan Madiun Lor Puskesmas Patihan Kota Madiun.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, Ada Hubungan antara Aktivitas Fisik
dengan Kadar Asam Urat dalam Darah di Posyandu Lansia Kelurahan Madiun
Lor Puskesmas Patihan. Lansia di kelurahan Patihan diharapkan melakukan
pengecekan kesehatan secara rutin dan menerapkan hidup sehat seperti melakukan
aktivitas fisik untuk mengontrol kadar asam urat agar tetap normal.

Kata Kunci: Asam Urat, Aktifitas Fisik, Lansia


Kepustakaan : 34 (2006-2019)

x
RELATIONSHIP BETWEEN PHYSICAL ACTIVITIES WITH URIC
ACID LEVELS IN BLOOD IN POSYANDU LANSIA KELURAHAN
MADIUN LOR PATIHAN PUSKESMAS MADIUN CITY

Dwi Saputri
201603016

69 pages + 7 tables + 5 pictures + 11 appendixes

Uric acid is a breakdown product of purines, which are chemical


compounds found in several types of food. In 2018, there were 124 people with
high uric acid treatment at the Patihan Health Center, in 2019 those seeking
treatment experienced a significant increase of 178 people. One factor that can
affect uric acid levels is physical activity. The purpose of this study was to
analyze the Relationship between Physical Activity and Blood Uric Acid Levels
in Posyandu Elderly Madiun Lor Village, Puskesmas Patihan, Madiun City.
This type of research was analyical descriptive with cross sectional
study. The study population was all elderly in the elderly Posyandu of Madiun Lor
village, Patihan Health Center. Based on calculations, a sample of 30 respondents
was obtained, using the Simple Random Sampling method. Data were collected
using a questionnaire sheet test results for uric acid levels and analyzed the chi
square test.
The results showed that there was a correlation between Physical
Activity and Uric Acid Level (RP = 8,500; 95% CI = 1,458-49,359) ρ = 0.035 <α
= 0.05 in Posyandu Elderly Madiun Lor Village, Patihan City Madiun City Health
Center.
From the results of research conducted, There is a Relationship between
Physical Activity and Blood Uric Acid Levels in Posyandu Elderly Madiun Lor
Village, Patihan Health Center. The elderly in the Patihan village are expected to
carry out routine health checks and implement a healthy life, such as physical
activity to control uric acid levels to remain normal.

Keywords : Gout, Physical Activity, Elderly


Bibliography : 34 (2006-2019)

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


SAMPUL DALAM ......................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
LEMBER PERSEMBAHAN ........................................................................ v
LEMBER PERNYATAAN ........................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
ABSTRAK ..................................................................................................... x
ABSTRAC ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xix
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xx
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 4
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kadar Asam Urat .................................................................................. 8
2.1.1 Pengertian Asam Urat............................................................... 8
2.1.2 Penyebab Asam Urat ................................................................ 9
2.1.3 Patofisiologi Asam Urat ........................................................... 11

xii
2.1.4 Diagnosis Asam Urat ................................................................ 12
2.1.5 Gejala Asam Urat .................................................................... 12
2.1.6 Faktor yang mempengaruhi Kadar Asam urat.......................... 13
2.1.7 Penanganan Asam Urat ........................................................... 22
2.1.8 Komplikasi Asam Urat ............................................................. 23
2.1.9 Penyakit yang berhubungan dengan Asam Urat ..................... 24
2.2 Aktifitas Fisik ....................................................................................... 29
2.2.1 Definisi Aktifitas Fisik ............................................................. 29
2.2.2 Jenis – jenis Aktivitas Fisik ...................................................... 30
2.2.3 Manfaat Aktivitas Fisik ............................................................ 31
2.2.4 Pengukuran Aktivitas Fisik ...................................................... 32
2.2.5 Global Physical Activity Quesioner (QPAG) ........................... 33
2.3 Lansia ................................................................................................... 35
2.3.1 Klasifikasi Lansia ..................................................................... 36
2.3.2 Tipe Lansia ............................................................................... 37
2.3.3 Teori – teori proses Menua....................................................... 38
2.3.4 Permasalahan yang terjadi pada Lansia.................................... 38
2.4 Kerangka Teori ..................................................................................... 40
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................... 41
3.2 Hipotesa Penelitian ............................................................................... 41
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 43
4.2 Populasi dan Sampel ............................................................................ 43
4.2.1 Populasi .................................................................................... 43
4.2.2 Sampel ...................................................................................... 43
4.2.3 Kriteria Sampel ......................................................................... 44
4.3 Teknik Sampling .................................................................................. 44
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................... 45
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ....................... 48
4.5.1 Variabel Penelitian ................................................................... 48

xiii
4.5.2 Definisi Operasional ................................................................. 48
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................. 50
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 50
4.7.1 Lokasi Penelitian ...................................................................... 50
4.7.2 Waktu Penelitian ...................................................................... 50
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 51
4.8.1 Perijinan Penelitian ................................................................... 51
4.8.2 Pengumpulan Data.................................................................... 51
4.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................. 52
4.9.1 Teknik Pengolahan Data .......................................................... 52
4.9.2 Analisis Data ............................................................................ 54
4.10Etika Penelitian .................................................................................... 56
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 59
5.2 Analisis Univariat ................................................................................. 61
5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 61
5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................. 61
5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan .................. 62
5.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ..................... 62
5.2.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar
Asam Urat ................................................................................ 63
5.2.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas
Fisik .......................................................................................... 63
5.3 Analisis Bivariat ................................................................................... 64
5.4 Pembahasan .......................................................................................... 65
5.4.1 Aktivitas Fisik Lansia Penderita di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas Patihan .......................................... 65
5.4.2 Kadar Asam Urat Lansia Penderita di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas Patihan .......................................... 67
5.4.3 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Asam Urat
di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Patihan .......... 68

xiv
5.5 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 72
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan........................................................................................... 73
6.2 Saran ..................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................................................... 6

Tabel 2.1 Klasifikasi Aktivitas Fisik ............................................... 35

Tabel 2.2 Contoh aktivitas Fisik...................................................... 35

Tabel 4.1 Definisi Operasional ........................................................ 49

Tabel 4.2 Waktu Penelitian ............................................................. 50

Tabel 4.3 Coding ............................................................................. 53

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................. 61

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Berdasarkan Usia............................................................. 61

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Berdasarkan Pendidikan .................................................. 62

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Berdasarkan Pekerjaan .................................................... 62

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar


Asam Urat ....................................................................... 63

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas


Fisik ................................................................................. 63

Tabel 5.7 Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik dengan


Kadar Asam Urat Lansia di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Patihan .......................................................... 64

xvi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan.... 14

Gambar 2.2 Kerangka Teori ................................................................. 40

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan antara aktivitas fisik


dengan kadar .................................................................... asam41
urat dalam darah

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................ 47

Gambar 5.1 Peta wilayah Puskesmas Patihan Kota Madiun ................ 59

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 Lembar Observasi
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Hasil Output Analisis Univariat
Lampiran 5 Hasil Output Analisis Bivariat
Lampiran 6 Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesatuan Bangsa
dan Politik
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan dan Keluarga
Berencana
Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian Kecamatan Manguharjo

Lampiran 9 Surat Kartu Bimbingan Tugas Akhir


Lampiran 10 Formulir Observasi
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian

xviii
DAFTAR SINGKATAN

CI : Convident Interval
GCU : Glucose, Cholesterol, Uric, Acid
GPAQ : Global Physical Activity Questioner
HPR : Hypoxantine Phosporibosyitransferase
IMP : Imosine Monopospate
MET : Metabolic Equivalent
OAINS : Obat anti inflamasi nonstreroid
OR : Odds Ratio
PGS : Pedoman Gizi Seimbang
PRPP : Phospo Ribosyl Pyrophos Phatase
PTM : Penyakit Tidak Menular
PUGS : Pedoman Umum Gizi Seimbang
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
RP : Risk Prevalens
SKP : Survei Konsumsi Pangan
USILA : Usia Lanjut
WHO : World Health Organization

xix
DAFTAR ISTILAH

Hiperusisemia : Peningkatan kadar asam urat dalam darah.


Diuretika : Konsumsi obat-obatan tertentu.
Farmakologi : Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan obat-obatan.
Non- Farmakologi : Merupakan pengobatan alternatif menggunakan bahan.
alamiah.
Gout : Istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan
metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi
asam urat.
Overproduction : Peningkatan produksi.
Underexcretion : Penurunan pengeluaran.
Life style : Gaya hidup
Informed Consent : Lembar Persetujuan menjadi responden.
Editing : Proses menggerakkan dan menata sesuatu file atau video
di dalam computer.
Coding : Penggodaan.
Tabulating : Pembuatan tabel yang berisikan berbagai data yang sudah.
diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
Data Entry : Memasukkan data dari berbagai sumber ke dalam system
Computer.
Cleaning : Proses analisa kualitas dari suatu data.

Crosscheck : Memeriksa kembali

xx
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Asam urat adalah satu jenis penyakit yang banyak diderita oleh

masyarakat. Pada saat ini, asam urat menjadi paling populer selain diabetes

dan hipertensi. Oleh karena kepopuleran nama asam urat, sering terjadi

salah sangka dimasyarakat. Gejala yang sebenarnya merupakan gejala pegal

linu atau batu ginjal oleh sebagian penderita sering langsung diklaim

sebagai asam urat. (Soeryoko, heri 2011).

Serangan gout bersifat mendadak, berulang dan disertai dengan

arthritis yang terasa sangat nyeri pada bagian sendi. Zat asam urat

merupakan produk pemecahan dari purin, yakni sejenis senyawa kimia yang

ditemukan pada beberapa jenis Makanan. Dalam tubuh, purin tersebut

dipecah menjadi asam urat. (Seran, Bidjuni dan Onibala 2016).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO 2017),

prevalensi gout arthritis di dunia sebanyak 34,2%. Gout arthritis sering

terjadi di negara maju seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis di Negara

Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk.

Peningkatan kejadian gout arthritis tidak hanya terjadi di negara

maju saja. Namun, peningkatan juga terjadi di negara berkembang, salah

satunya di Negara Indonesia.. Prevalensi gout arthritis di Indonesia semakin

1
mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 kejadian gout arthritis

sebesar 11,9% (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 proporsi tingkat ketergantungan

lansia usia ≥ 60 tahun berdasarkan penyakit sendi di Provinsi Jawa Timur

2018 yang ketergantungan mandiri mencapai 67,51% cukup tinggi,

tergantung ringan mencapai 27,88%, tergantung sedang sebanyak 1,46% ,

sedangkan tergantung berat itu mencapai 1,27%. Menurut Profil Kesehatan

Madiun ditemukan 5,921 kasus mengenai penyakit pada sistem otot

termasuk penyakit sendi yang banyak dilayani pada puskesmas (Profil

Kesehatan Kota Madiun, 2018) .

Pada tahun 2018, Penyakit asam urat tinggi yang berobat di

Puskesmas Patihan dengan jumlah sebanyak 124 orang, pada tahun 2019

yang berobat mengalami kenaikan yang signifikan sebanyak 178 orang

(Data Rekam Medis Puskesmas Patihan 2018 dan 2019). Penderita asam

urat yang tinggi di Puskesmas Patihan merupakan warga yang melakukan

pemeriksaan di posyandu lansia yang terdeteksi asam urat, sehingga

penderita tersebut mendapat rujukan oleh petugas agar berobat ke

puskesmas untuk melakukan pengobatan.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar asam urat adalah

aktivitas fisik. Aktivitas yang dilakukan seseorang berkaitan dengan kadar

asam urat yang terdapat dalam darah. Aktifitas fisik seperti olahraga atau

gerakan fisik seperti pekerjaan rumah tangga akan menurunkan ekskresi

asam urat dan meningkatkan produksi asam laktat dalam tubuh. Semakin
2
berat aktivitas fisik yang dilakukan dan berlangsung jangka panjang maka

semakin banyak asam laktat yang diproduksi.

Berdasarkan RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) 2018 proporsi

aktivitas fisik pada penduduk Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 26,1%

kemudian pada tahun 2018 mengalami kenaikan mencapai sebanyak 33,5%.

Sedangkan di Provinsi Jawa Timur sendiri proporsi aktivitas fisik tahun

2013 yang melakukan aktivitas fisik sebanyak 27,4% kemudian di tahun

2018 mengalami kenaikan mencapai berkisar 32,9%.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mahmud

Fauzi tahun 2018 terdapat hubungan aktivitas fisik dengan kadar asam urat

di Padukuhan Bedog Trihanggo Gamping Sleman Yogyakarta dengan hasil

yang signifikan ( p< 0,05) .(Fauzi Mahmud 2018)

Di Posyandu lansia Puskesmas Patihan Kota Madiun ada 5

Kelurahan terdapat 10 posyandu lansia. Kelurahan Madiun Lor merupakan

Kelurahan yang memiliki masyarakat terbanyak diantara Kelurahan lainnya,

hal ini ditandai dengan adanya 4 Posyandu Lansia di Kelurahan Madiun

Lor. Anggota posyandu lansia Madiun Lor yang melakukan pengecekan

kadar asam urat secara mandiri didapatkan sebanyak 163 orang dan yang

teridentifikasi Kadar asam urat tinggi sejumlah 49 orang berdasarkan data

rekam medis Posyandu Lansia Kelurahan Madiun Lor. Dari latar belakang

di atas maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kadar Asam Urat dalam Darah di

Posyandu Lansia Kelurahan Madiun Lor Puskesmas Patihan Kota Madiun “.


3
1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar asam urat

dalam darah di posyandu lansia Kelurahan Madiun Lor Puskesmas Patihan

Kota Madiun ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan

kadar asam urat dalam darah di posyandu lansia Kelurahan Madiun

Lor Puskesmas Patihan Kota Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi aktivitas fisik di posyandu lansia Kelurahan

Madiun Lor Puskesmas Patihan Kota Madiun.

2. Mengidentifikasi kadar asam urat dalam darah di posyandu lansia

Kelurahan Madiun Lor Puskesmas Patihan Kota Madiun.

3. Menganalisa hubungan aktivitas fisik dengan kadar asam urat dalam

darah di posyandu lansia Kelurahan Madiun Lor Puskesmas Patihan

Kota Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mempunyai beberapa manfaat

antara lain:

1.4.1 Bagi Instansi Kesehatan

Untuk menambah pengetahuan bagi peserta didik atau para

mahasiswa tentang penyakit asam urat dan juga untuk mengetahui


4
bagaimana aktivitas fisik dengan gaya hidup terhadap kadar asam urat

dalam darah, sehingga dapat digunakan sebagai data dasar dan sebagai

acuan dalam penelitian lanjutan mengenai asam urat (gout).

1.4.2 Bagi Masyarakat

Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar dapat

lebih memperhatikan kesehatannya serta untuk melakukan

pencegahan lebih dini agar tidak mengalami masalah-masalah

kesehatan seperti penyakit degeneratif.

1.4.3 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Untuk memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan

masyarakat dan diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya

dalam pengerjaan tugas serta untuk menambah pengetahuan tentang

penyakit asam urat.

1.4.4 Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan peneliti dan mengaplikasikan

ilmu yang telah didapat pada saat perkuliahan serta merupakan syarat

tugas akhir mahasiswa untuk lulus.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan

sebelumnya. Peneliti uraikan penelitian terdahulu yang serupa tetapi memiliki

perbedaan yang cukup jelas, sebagai batasan agar tidak terjadi kesamaan

dengan penelitian ini. Perbedaan tersebut untuk menjamin keaslian penelitian

yaitu sebagai berikut :


5
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Tempat dan
Nama Judul Metode Variabel
NO Tahun Hasil
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
1 Mahmud Hubungan Padukuhan cross Variabel bebas: Hasil analisis kendall’s tau sebesar 0,000
Fauzi, Aktivitas Fisik Bedog sectional aktivitas fisik. (p value < 0,05) artinya ada hubungan
widaryati dengan Kadar Trihanggo yang signifikan antara aktifitas fisik
Asam Urat Gamping Variabel terikat: dengan kadar asam seta nilai koefisien
Sleman kadar asam urat korelasi sebesar 0,458 yang artinya
Yogyakarta keeratan hubungan dalam kategori
2018 sedang.

2 Ridhyalla Faktor-faktor Puskesmas cross Variabel bebas: Hasil analisa univariat menunjukkan
Afnuhazi yang Kebun sectional jenis kelamin bahwa 65% responden berjenis kelamin
berhubungan Sikolos pada perempuan,55% responden mengalami
dengan kejadian Bulan Variabel terikat : obesitas dan 55% responden tidak
Gout pada lansia Agusuts 2016 asam urat menderita hipertensi. Pada analisa
bivariat p value = 0,019 berarti terdapat
hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian asam urat p value= 0,025 berarti
terdapat hubungan antara obesitas
dengan kejadian asam urat, dan p
value=yang berarti terdapat hubungan
antara hipertensi dengan kejadian asam
urat.

6
Tempat dan
Nama Judul Metode Variabel
NO Tahun Hasil
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
3 Wiwik Dwi Faktor-faktor Desa cross Variabel bebas: Hasil analisis statistik dengan
Astari dan yang Nongan, sectional aktivitas fisik menggunakan rank spearman
Dkk mempengaruhi Kabupaten ,tingkat menunjukan bahwa dari 4 variabel yaitu
kadar asam urat Karangasem, pengetahuan, makanan dengan p value = 0,000,
pada usia Bali 2018 jenis kelamin aktifitas fisik dengan p value = 0,001,
produktif tingkat pengetahuan dengan p value =
Variabel terikat: 0,000, jenis kelamin dengan p value =
kadar asam urat 0,000 lebih kecil dari pada 0,05

Penelitian dari penelitian sebelumnya dengan penelitian akan dilakukan antara lain:

1. Lokasi : Posyandu lansia di Kelurahan Madiun Lor wilayah kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun

2. Tahun penelitian : Tahun 2020

3. Subyek penelitian : Lansia

4. Metode penelitian : cross sectional

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kadar Asam Urat (Gout)

2.1.1 Pengertian

Asam urat (gout) adalah jenis radang sendi yang disebabkan oleh

penumpukan kristal asam urat pada sendi. Zat asam urat merupakan produk

pemecahan dari purin, yakni sejenis senyawa kimia yang ditemukan pada

beberapa jenis Makanan. Dalam tubuh, purin tersebut dipecah menjadi asam

urat. Makanan kaya purin dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh,

jika tidak dibatasi pada akhimya dapat menyebabkan asam urat. Kondisi ini

yang dapat menyebabkan gejala nyeri yang tidak tertahankan, pembengkakan,

dan rasa panas pada persendian. Meskipun semua sendi di tubuh dapat

terkena asam urat, namun yang paling sering terserang adalah sendi jari

tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki. Radang tersebut adalah akibat

dari kelebihan asam urat dalam aliran darah yang tidak dapat dibuang,

sehingga menumpuk dalam bentuk kristal tajam pada sendi yang dapat

merusak lapisan tulang rawan. Kemungkinan lain adalah akibat adanya

infeksi akut pada sendi oleh jamur, bakteri, atau virus ganas (Savitri, Astrid,

2016).

Asam urat terjadi akibat mengkonsumsi zat purin secara berlebihan.

Pada kondisi normal, zat purin tidak berbahaya. Apabila zat tersebut sudah

berlebihan di dalam tubuh, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat purin

8
sehingga zat tersebut mengkristal menjadi asam urat yang menumpuk

di persendian. Asam urat dihasilkan oleh setiap makhluk hidup akibat proses

metabolisme utama yaitu proses kimia dalam inti sel yang berfungsi

menunjang kelangsungan hidup (Ari Wulandari, 2016).

Masalah asam urat atau biasa disebut dengan gout merupakan salah

satu penyakit tertua yang dikenal manusia. Asam urat dianggap sebagai

penyakit para raja atau penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan karena

terlalu banyak makan dan minum minuman keras, seperti daging dan anggur,

atau dapat dikatakan bahwa asupan makanan dan minuman yang tidak teratur

sangat berhubungan erat dengan kejadian asam urat. (Hery irwan, 2012).

Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) suatu zat yang

bernama purin. Asam urat merupakan hasil buangan dari zat purin zat purin

adalah zat alami yang merupakan satu kelompok struktur kimia pembentuk

DNA dan RNA. (Noviyanti, 2015).

2.1.2 Penyebab Asam Urat

Ada beberapa faktor yang bisa memicu naiknya kadar asam urat di

dalam darah, salah satunya adalah makanan berzat Purin tinggi yang kita

konsumsi. Contoh-contoh makanan Tersebut adalah jeroan hewan (ginjal,

hati, jantung), hidangan laut (kerang-kerangan, kepiting, ikan teri, ikan

makerel), dan daging merah (sapi, kambing, kerbau). Selain makanan, kita

juga bisa berisiko mengalami penumpukan asam urat di dalam darah jika

mengonsumsi minuman manis (baik gula buatan maupun alami) dan

minuman beralkohol secara berlebihan.(Anies, 2018).

9
Risiko untuk menderita penyakit asam urat juga tinggi bagi orang-

orang yang sedang menjalani pengobatan menggunakan obat-obatan jenis

tertentu, misalnya niacin, aspirin, obat penghambat enzim pengubah

angiotensin (ACE inhibitor), obat penghambat beta (beta blocker), diuretik,

dan obat-obatan kemoterapi (Anies, 2018).

Penyakit asam urat berisiko tinggi dialami oleh orang-orang yang

sedang menderita penyakit ginjal kronik, penyakit diabetes, hipertensi,

obesitas, kolesterol tinggi, osteoarthritis, psoriasis, dan sindrom metabolisme.

Penyakit asam urat diduga masuk ke kelompok penyakit turunan alias

penyakit genetik. Ini artinya mereka yang memiliki anggota keluarga

berpenyakit asam urat berisiko mengalami kondisi yang sama (Anies, 2018).

Lebih sedikitnya jumlah perempuan yang terkena penyakit asam urat

dibandingkan laki-laki, kemungkinan terkait dengan kondisi menopause.

Setelah perempuan mengalami menopause, kadar asam urat dapat meningkat

dan mulai merasakan gejala-gejala penyakit asam urat. Ada juga sebagian

orang yang memiliki kadar asam urat tinggi dalam darah, namun tidak

ditemukan pembentukan kristal – kristal natrium urat pada sendi – sendinya.

Selain itu, diantara sebagian orang yang memiliki kadar asam urat yang sama

pun, tingkat kerentanan mereka akan berbeda – beda (Anies, 2018).

Gejala nyeri dan pembengkakan pada penyakit asam urat disebabkan

oleh tusukan kristal – kristal tajam di sekitar sendi yang berbentuk akibat

penumpukan asam urat. Seseorang yang suka mengonsumsi makanan dengan

kandungan asam urat tinggi (contohnya : jeroan, hidangan laut, dan daging

10
merah) maupun yang gemar mengonsumsi minuman beralkohol akan

beresiko tinggi terkena penyakit asam urat. Selain itu, penyakit ini juga rawan

dialami oleh orang – orang yang menderita obesitas, diabetes mellitus,

hipertensi serta penyakit ginjal kronik. Menurut penelitian, seseorang yang

memiliki keluarga penderita penyakit asam urat juga dapat terkena kondisi

sama, penyakit ini juga bersifat genetik (Anies, 2018).

2.1.3 Patofisiologi

Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria

dewasa kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila

konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat

menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout

tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara

mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap

dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya

serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang, penumpukan

kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap dibagian

perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan

Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis (Anies,

2018).

Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal

monosodium urat dari depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada

beberapa pasien gout atau dengan hiperurisemia asimptomatik kristal urat

11
ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidak

pernah mendapat serangan akut.

2.1.4 Diagnosis

Berkonsultasilah kepada dokter jika dirasakan gejala-gejala penyakit

asam urat tersebut. Dalam melakukan diagnosis dokter akan melakukan

pemeriksaan atau tes untuk memastikan adanya kristal-kristal natrium urat

pada persendian. Hal ini perlu dilakukan karena ada jenis penyakit lain yang

bisa menyebabkan gejala menyerupai penyakit asam urat. Pemeriksaan kadar

asam urat dalam darah juga biasanya dilakukan (Anies , 2018)

Sebelum melakukan tes, biasanya pertama-tama dokter akan bertanya

mengenai:

1. Lokasi sendi yang terasa sakit

2. Seberapa sering Anda mengalami gejala dan seberapa cepat gejala

tersebut muncul

3. Obat-obatan tertentu yang sedang dikonsumsi

4. Riwayat penyakit asam urat di keluarga.

2.1.5 Gejala Asam Urat

Beberapa gejala yang dapat dijumpai pada penyakit ini secara umum

adalah sebagai berikut: sendi yang tiba-tiba terasa sangat sakit (terutama

sendi ibu jari kaki) merupakan gejala penyakit ini kesulitan untuk berjalan

akibat rasa sakit yang sangat menganggu. Walaupun dapat muncul kapan

saja, namun umumnya gejala biasanya lebih terasa pada malam hari (Anies,

2018).

12
Tidak hanya sendi ibu jari kaki saja, sendi-sendi lain yang terletak

diujung anggota badan juga rentan terkena serangan penyakit asam urat.

Contohnya: sendi pergelangan kaki, telapak kaki tengah, lutut, pergelangan

tangan, jari-jari tangan,serta siku. Biasanya nyeri berkembang dengan cepat

dalam tempo beberapa jam saja. Nyeri hebat ini akan disertai dengan

pembengkakan sensasi panas, serta kemunculan warna kemerahan pada kulit

yang melapisi sendi. Serangan penyakit asam urat umumnya berlangsung

dalam Jam kurun 3 - 10 hari (Anies, 2018).

Saat gejala mereda dan bengkak mengempis, kulit di sekitar sendi

yang terkena akan tampak bersisik terkelupas dan terasa gatal. Meskipun

serangan dapat reda dengan sendirinya, namun kondisi ini tidak boleh

diabaikan. Pengobatan harus tetap dilakukan untuk mencegah risiko kambuh

dengan tingkat keparahan gejala yang meningkat, risiko penyebaran sendi-

sendi yang lain, dan risiko kerusakan permanen pada sendi (Anies, 2018).

2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat Darah

Menurut Ariani (2016), kelebihan dapat meningkatkan resiko

penyakit akibat gangguan pembuluh darah melalui proses penyempitan dan

penyumbatan pembuluh darah yang disebut dengan arteosklerosis.

Pada konsep kesehatan Hendrik L.Blum menjelaskan ada empat faktor

utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan individu atau masyarakat.

Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan atau penentu

timbulnya masalah kesehatan pada seorang individu atau masyarakat. Berikut

keempat faktor menurut H.L Blum.

13
1. Faktor Perilaku (gaya hidup atau life style) pada individu atau kelompok.

2. Faktor Lingkungan (environment), meliputi lingkungan fisik (baik

natural maupun buatan manusia). Contohnya sampah, air, udara, dan

perumahan, dan sosiokultural (seperti ekonomi, pendidikan, pekerjaan,

dll).

3. Faktor Pelayanan Kesehatan (Health care services) meliputi jenis,

cakupan, dan kualitasnya.

4. Faktor Genetik (Keturunan), faktor ini juga sangat berpengaruh pada

derajat kesehatan. Hal ini karena ada beberapa penyakit yang diturunkan

lewat genetik atau faktor yang sudah ada dalam diri manusia yang

dibawa sejak lahir.

Faktor lingkungan
1. Fisik
2. Kimia
3. Biologi

Pelayanan kesehatan
1. Promotif Status Faktor perilaku
2. Preventif Kesehatan 1. Sikap
3. Kuratif 2. Gaya hidup
4. Rehabilitatif

Faktor Genetik
(Herediter)

Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan

Sumber : Buku Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat (2015)

14
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi secara dinamis dalam

memengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan kelompok

masyarakat. Diantara keempat faktor tersebut faktor perilaku manusia

merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sulit untuk

ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Alasan lain mengapa faktor

perilaku lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena,

lingkungan hidup manusia sangat dipengaruhi oleh ulah atau perilaku

manusia itu sendiri. Penerapan paradigma ini pada intervensi kesehatan

masyarakat dilakukan melalui pengembangan program pelayanan kesehatan

dengan tujuan meningkatkan human satisfaction, lingkungan hidup yang

sehat dan dinamis (keseimbangan ecology) dan keturunan manusia yang lebih

sehat (Chayatin, 2009).

Asam urat merupakan kristal putih tidak berbau dan tidak berasa lalu

mengalami dekomposisi dengan pemanasan menjadi asam sianida (HCN)

sehingga cairan ekstraseluler yang disebut sodium urat. Jumlah asam urat

dalam darah dipengaruhi oleh konsumsi dari luar, biosintesis asam urat atau

metabolisme, dan banyaknya ekskresi asam urat (Kumalasari, 2012) dalam

penerapan teori H.L Blum, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya penyakit kolesterol, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Faktor Genetik

Kadar asam urat dikontrol oleh beberapa gen. Analisis The

National Heart, Lung, and Blood Intitute Family Studies menunjukkan

15
hubungan antara faktor keturunan dengan asam urat sebanyak 40%.

Kelainan genetikk FJHN (Familyal Jurvenile Hiperuricarmic

Nephropathy) juga merupakan kelainan yang diturunkan secara

autosomal dominantdan secara klinis sering terjadi di usia muda. Pada

kelainan itu juga terjadi penurunan FUAC (Fractional Uric Acid

Clerance) yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara cepat.

Asam nukleat mempengaruhi terjadinya asam urat yaitu dapat

dilihat pada kelainan seperti anemia hemolisis, thalasemi dan lain-lain.

Dalam hal ini, asam urat disebabkan oleh adanya kerusakan jaringan

yang berlebihan.

a. Jenis Kelamin

Asam urat merupakan penyakit dominan pada pria dewasa,

sebagaimana disampaikan Hipocrates bahwa asam urat jarang

ditemukan pada pria sebelum masa remaja, sedangkan pada

perempuan jarang sebelum menopause. Proporsi penyakit asam urat

berdasarkan jenis kelamin di jumpai 90-95% pada pria dan 5% pada

wanita. Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi

dibandingkan perempuan pada semua kelompok umur, meskipun

rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama pada usia lanjut

(Kumalasari, 2012).

2. Faktor Perilaku

a. Konsumsi asupan purin berlebih

Asupan purin yang berlebih melalui makanan dapat

16
meningkatkan kadar asam urat dalam darah dan yang termasuk

sumber purin yang tinggi diantaranya adalah daging serta makanan

dari tumbuh-tumbuhan dan lain- lain. Proses terjadinya penyakit

asam urat pada awalnya disebabkan oleh konsumsi zat yang

mengandung purin secara berlebih. Setelah zat purin dalam jumlah

banyak sudah masuk ke dalam tubuh, kemudian melalui

metabolisme, purin tersebut berubah menjadi asam urat. Hal ini

mengakibatkan kristal asam urat menumpuk di persendian, sehingga

sendi terasa nyeri, membengkak, meradang dan juga kaku.

b. Konsumsi alkohol

Merupakan faktor resiko terjadinya pirai pada laki-laki dengan

asam urat. Selain mengandung purin dan etasol, alkohol juga

menghambat ekskresi asam urat. Konsumsi minuman yang

mengandung fruktosa tinggi, seperti soda juga sedikit berpengaruh

pada peningkatan risiko terjadinya gout, terutama pada pria. Kadar

laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari

metabolisme normal alkohol, sehingga menghambat ekskresi asam

urat oleh ginjal.

c. Konsumsi obat-obatan

Konsumsi obat-obatan juga berperan dalam pemicu terjadinya

peningkatan kadar asam urat. Ini merupakan faktor resiko terjadinya

asam urat, penggunaan obat-obatan diuretika, obat sititoksik,

pirazinamid, obat kanker, vitamin B12 dapat meningkatkan absorbsi

17
asam urat di ginjal sebaliknya dapat menurunkan ekskresi asam urat

urin.

d. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang mempengaruhi kadar asam urat dalam

darah meliputi (Suriana Neti, 2014):

1) Olahraga teratur

Olahraga secara teratur adalah bagian terpenting yang tidak

bisa dipisahkan dalam upaya untuk menjaga kesehatan tubuh.

Asupan nutrisi saja tidak cukup untuk mendapatkan tubuh yang sehat

dan bebas dari masalah-masalah kesehatan. Olahraga berperan

penting dalam membakar lemak dan kalori, sehingga proses

metabolisme tubuh berjalan dengan baik. Mengingat penyakit asam

urat merupakan jenis penyakit gangguan sendi. Sementara olahraga

merupakan kegiatan fisik yang melibatkan seluruh komponen fisik,

termasuk persendian tubuh.

Berikut adalah jenis olahraga yang dianjurkan bagi penderita

asam urat antara lain:

a) Jalan cepat

Jalan cepat adalah jenis olahraga murah meriah yang dilakukan

dimana saja dan kapan saja. Olahraga ini sangat mungkin

dilakukan tanpa peralatan apapun olahraga ini sangat cocok

untuk semua usia. Olahraga jalan cepat sangat cocok untuk

18
penderita gangguan sendi, seperti penyakit asam urat ini

misalnya. Karena aktivitas jalan cepat tidak berlalu membebani

persendian tubuh, tetapi cukup efektif membakar kalori dan

mengurangi lemak otot di area persendian.

b) Bersepeda

Bersepeda adalah salah satu alternatif jenis olahraga yang

disarankan untuk penderita gangguan sendi seperti penyakit

asam urat ini. Karena ketika bersepeda, bagian-bagian

persendian dapat terhindar dari penekanan yang terlalu berat.

Namun , aktivitas ini tidak mengurangi jumlah kalori yang

terbakar oleh tubuh. Sebaiknya kegiatan olahraga bersepeda

dilakukan di pagi hari. Sinar matahari pagi sangat bermanfaat

bagi tubuh untuk membantu proses pembentukan vitamin D

yang sangat penting terkait dengan manfaat lain bagi kesehatan

tubuh.

c) Berenang

Olahraga renang ternyata juga sangat bermanfaat bagi penderita

gangguan sendi. Karena itulah, aktivitas di dalam air ini

bermanfaat untuk mengurangi rasa tegang dan tidak nyaman

yang sering dialami oleh mereka yang mengalami gangguan

persendian.

Secara ilmiah air juga memberikan dampak yang cukup

positif bagi tubuh, antara lain sebagai berikut:

19
a) Membantu agar pembuluh darah lebih rileks

Kegiatan berendam dalam air sangat bermanfaat untuk

membantu membuat pembuluh darah menjadi lebih rileks.

Sehingga sirkulasi darah dalam tubuh menjadi lebih lancar.

b) Menguatkan otot-otot dan ligamen

Berenang merupakan salah satu bentuk terapi persendian.

pembebanan tubuh dalam air akan membantu menguatkan

otot-otot dan ligamen yang dapat mempengaruhi sendi-

sendi tubuh. Hal tersebut membuat aktivitas olahraga ini

sangat cocok untuk terapi sendi.

c) Membantu sirkulasi pernapasan menjadi lebih baik

Kegiatan latihan dalam air juga akan berdampak positif

menguatkan otot jantung dan paru-paru. Selain itu, kegiatan

ini juga akan berdampak positif dan membuat sirkulasi

pernapasan menjadi lebih baik.

d) Menari

Menari adalah aktivitas menggerakkan anggota tubuh dengan

artikulasi seni. Ini merupakan aktivitas yang cukup

menyenangkan dan sekaligus menyehatkan tubuh. Gerakan

dalam aktivitas tari ini bermanfaat untuk memicu pelepasan

hormon-hormon yang dapat menimbulkan perasaan bahagia,

seperti : hormon serotin dan endorfin. Olahraga ini selain tidak

20
memberatkan penderita sendi juga efektif untuk membakar

kalori dan meningkatkan kelenturan otot tubuh.

1. Meningkatkan kesehatan jantung

2. Meningkatkan stamina

3. Memperkuat jaringan tulang dan otot

4. Melindungi tubuh dari berbagai penyakit, seperti diabetes

dan penyakit jantung

5. Membakar kalori

6. Menurunkan risiko demensia hingga 76% dan

7. Meningkatkan kelenturan tubuh, otot dan sendi.

e) Senam ringan

Olahraga senam jenis olahraga lain yang sangat mungkin

dilakukan oleh penderita asam urat. Senam merupakan salah

satu jenis olahraga gerakan fisik yang sangat bermanfaat bagi

tubuh. Gerakan olahraga senam yang sederhana sudah cukup

membantu menyehatkan tubuh dan relatif aman bagi penderita

asam urat. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko yang

dapat membahayakan sendi. Senam ringan jika dilakukan secara

rutin dan konsisten, sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Berikut adalah beberapa manfaat senam ringan bagi kesehatan

tubuh.

1. Membantu organ jantung berkontraksi secara teratur

21
2. Menguatkan elastisitas otot jantung

3. Memperlancar aliran darah

4. Membantu tubuh lebih rileks dan gembira

5. Fisik lebih fit dan tidak terlalu terforsir

6. Membantu proses pembakaran lemak

7. Gerakan yang sederhana tidak membahayakan bagi

penderita asam urat

3. Faktor Lingkungan

Stress dapat memicu seseorang untuk mengkonsumsi makanan

tanpa kontrol atau berlebih dan juga bisa mengubah gaya hidup sehat

yang sudah dilakukan.

4. Faktor Pelayanan Kesehatan

Kurangnya kesadaran mengenai pemeriksaan atau skrining

kesehatan rutin dapat menyebabkan kadar asam urat tidak terkontrol

sedangkan, asam urat tinggi jika tidak diobati bisa menyebabkan gout,

Apabila zat tersebut sudah berlebihan di dalam tubuh, ginjal tidak

mampu mengeluarkan zat purin sehingga zat tersebut mengkristal

menjadi asam urat yang menumpuk di persendian.

2.1.7 Penanganan Asam Urat

Penanganan penyakit asam urat memiliki dua sasaran utama, yaitu

meringankan gejala dan mencegah terulangnya serangan. Untuk meringankan

gejala penyakit asam urat, dapat dilakukan beberapa upaya, antara lain adalah

sebagai berikut (Anies, 2018):

22
1. Dapat menempelkan kantong es pada bagian sendi yang terasa sakit,

untuk mengurangi keluhan.

2. Mengonsumsi obat pereda rasa sakit OAINS (obat anti-inflamasi

nonsteroid) dan obat-obatan golongan steroid. Sedangkan untuk

mencegah kambuhnya serangan penyakit, dapat mengonsumsi obat

penurun Kadar asam urat (misalnya, allopurinol).

3. Kaitannya dengan makanan, diharuskan untuk menjauhi makanan-

makanan yang dapat menjadi pemicu penyakit asam urat.

4. Segera menurunkan berat badan. Utamakan makanan endah kalori untuk

mendukung upaya mendapatkan berat badan ideal.

Kombinasi obat-obatan dari dokter serta perilaku hidup Sehat

umumnya terbukti ampuh dalam menurunkan adar asam urat dan melarutkan

kristal-kristal tajam yang telah terbentuk. Dengan kombinasi tersebut,

diharapkan penderita penyakit asam urat tidak lagi mengalami kambuh.

(Anies, 2018).

2.1.8 Komplikasi

Meskipun penyakit asam urat jarang menimbulkan komplikasi, namun

tetap patut untuk diwaspadai. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi, di

antaranya adalah sebagai berikut (Anies, 2018):

1. Munculnya benjolan keras (tofi) di sekitar area yang mengalami radang.

2. Kerusakan sendi permanen akibat radang yang terus berlangsung serta

tofi di dalam sendi yang merusak tulang rawan dan tulang sendi itu

23
sendiri. Kerusakan permanen ini biasanya terjadi pada kasus penyakit

asam urat yang diabaikan selama bertahun-tahun.

3. Batu ginjal dapat terjadi, disebabkan oleh pengendapan asam urat yang

bercampur dengan kalsium di dalam ginjal.

2.1.9 Penyakit / Masalah yang berhubungan dengan Asam Urat

Secara alamiah, setiap orang memiliki asam urat. Namun, tidak boleh

melebihi kadar normal. Kadar asam urat pada setiap orang memang berbeda.

Untuk kadar asam urat normal pada pria berkisar antara 2-7,5 mg/dl, dan pada

wanita 2-6,5mg/dl, sedangkan pada teknik biasa kada rasam urat normal

maksimal < 7 mg/dl, tidak normal > 7mg/dl. Ekskresi netto asam urat total

pada manusia normal rata-rata adalah 400-600 mg/24 jam (Rahmatul, 2015).

Penyakit asam urat diawali dengan persendian terasa kaku, berlanjut

pada tahap kesemutan pada telapak kaki. Gangguan-gangguan yang muncul

pada malam hari adalah merasakan panas terbakar dan sakit pada sendi-sendi

jari, siku dan lutut (Rahmatul, 2015).

Adapun penyakit yang berhubungan dengan peningkatan kadar asam

urat darah adalah :

1. Batu Ginjal Asam urat sangat erat kaitannya dengan kinerja ginjal.

Ginjal adalah organ yang mengatur pembuangan sisa-sisa

metabolik dan zat-zat lain yang tidak diperlukan oleh tubuh. Pada

penderita asam urat ada dua penyebab gangguan pada ginjal yaitu

terjadinya batu ginjal (batu asam urat) dan resiko kerusakan ginjal. Batu

24
asam urat terjadi pada penderita yang memiliki asam urat lebih tinggi

dari 13 mg/dl (Noviyanti, 2015).

Batu ginjal terbentuk ketika urine mengandung subtansi yang

membentuk kristal, seperti kalsium, oksalat dan asam urat. Pada saat

yang sama, urine mungkin kekurangan subtansi yang mencegah kristal

menyatu. Kedua hal ini menjadikan lingkungan yang ideal terbentuknya

batu ginjal (Suriana Neti, 2014).

Kegagalan fungsi ginjal dalam mengeluarkan asam urat melalui air

seni mengakibatkan ginjal tidak dapat membuang asam urat karena

mengalami peningkatan kandungan asam. Terhambatnya sirkulasi darah

pada ginjal, akan memicu aktivitas renin angiotensin untuk menstimulasi

peningkatan aliran darah ginjal, yakni dengan melakukan vasokontriksi

vaskuler yang berakibat pada hipertensi. Adanya hipertensi tersebut

menyebabkan peningkatan kerja antung untuk memompa darah ke

seluruh tubuh. Sebagai kompensasinya, maka jantung akan mengalami

hipertrofi otot. Apabila keadaan ini terjadi secara terus menerus, maka

akan menyebabkan payah jantung.

Disamping itu terdapat tiga bentuk dari kelainan ginjal yang

diakibatkan oleh hiperurisemia, yaitu (Noviyanti, 2015):

a. Nefropatiurat, yaitu deposisi kristal pada interstitial medulla dan

piramida ginjal yang merupakan proses kronis, ditandai dengan

adanya reaksi sel giant di sekitarnya.

b. Nefropati Asam Urat, yaitu prespitasiasam urat dalam jumlah

25
banyak yang besar pada duktus kolektivus dan ureter, sehingga

menimbulkan keadaan gagal ginjal. Nefropati asam urat ditandai

dengan hiperurisemia > 20 mg/dl, produksi urin sedikit

(oliguria)atau tidak memproduksi urin sama sekali (anuria), dan

rasio asam urat urin berbanding kreatinin urin lebih dari 1,0.

c. Nefrolitiasis, yaitu batu ginjal yang didapatkan pada 10-25% dengan

gout primer. Pada bagian itu, komplikasi pada gout dapat

menyebabkan cacat, tofus penyakit ginjal dan nekrosis yang

avaskulardari tulang paha.

2. Arthritis Gout

Arthritis gout muncul sebagai serangan dari radang sendi yang

timbul secara berulang-ulang. Gejala yang muncul biasanya baru

menyerang satu sendi saja, seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri

yang sangat hebat dan gangguan gerak sendi yang terserang secara

mendadak, yang mencapai puncaknya kurang dari 24 jam. Awal mula

serangan gout antara lain berhubungan dengan perubahan pada kadar

asam urat yang menurun dengan cepat, dan pemberian obat penurunan

asam urat yang berlebih (Rahmatul, 2015).

Rasa nyeri disebabkan karena adanya penumpukan kadar asam urat

dicelah sendi dan menimbulkan peradangan. Asam urat ini mengendap di

synovia persendian dan jaringan pengikat di sekitarnya. Apabila sudah

mencapai tahap kronis, maka akan terjadi kerusakan permanen pada

sendi. Persendian terasa kaku, berlanjut pada tahap kesemutan pada

26
telapak kaki dan rasa nyeri biasanya berpusat dibagian tulang, sendi otot

dan jaringan, terutama pada sendi jari kaki, jari tangan, tumit, lutut, siku

dan pergelangan tangan. (Rahmatul, 2015).

Sendi-sendi yang terserang akan tampak memerah, mengkilat

bengkak, hangat dan terasa kaku pada sendi yang diserang. Pada

umumnya, asam urat menyerang jari terlebih dahulu, tetapi tidak

menutup kemungkinan bisa terjadi di mana saja. Serangan pertama kali

biasanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan dapat sembuh

dengan sendirinya. Adapun penyebab nyeri ini karena adanya kristal

MSUM (Monosodium Urat Monohidrat) dalam sendi yang

menggerakkan sendi, sehingga otot terasa seperti robek (Rahmatul,

2015).

Pembentukan asam urat berlebihan juga mengakibatkan penyakit

gout metabolik. Gout primer metabolik terjadi karena sintesa atau

pembentukan asam urat yang berlebihan. Gout sekunder metabolik

terjadi karena pembentukan asam urat berlebihan karena penyakit lain,

seperti leukimia, erutama yang diobati dengan sitostatika, psoriasis,

polisitemiavera, dan mielofibrosis (Rahmatul,2015).

Pengeluaran asam urat melalui ginjal berkurang (gout renal). Gout

renal primer terjadi karena gangguan ekskresi asam urat ditubuli distal

ginjal yang sehat. Gout renal sekunder disebabkan oleh ginjal yang

rusak, misalnya pada glomerunofritis kronik, kerusakan ginjal kronis

(Cronic renal failure) (Rahmatul, 2015).

27
Dalam keadaan gout akut deposit, asam urat akan bereaksi lebih.

Biasanya, terjadi pada sendi pangkal ibu jari kaki. Sendi ibu jari tersebut

akan terlihat membengkak dan kemerahan, rasanya sakit dan terkadang

juga disertai demam. Reaksi ini menggambarkan adanya proses

peradangan yang mengakibatkan kristal urat akan mengaktifkan sistem

peradangan tubuh. Asam urat pada tahap ini merupakan fase

ketidakmampuan, dimana akan terus berkembang selama 10 tahun dan

mengakibatkan kerusakan sendi serta kerusakan pada ginjal (Rahmatul,

2015).

3. Kelainan pada Tofi

Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat monohidrat di

sekitar persendian seperti tulang rawan sendi, sinoval, bursa atau tendon.

Di luar sendi tofi juga bisa ditemukan seperti jaringan lunak, otot jantung

(miokard), katup bicuspid jantung, retina mata, dan pangkal tenggorokan

(laring). Tofi tampak seperti kecil (nodul) berwarna pucat, bagian

punggung (ekstensor) lengan bursa disamping tulang tempurung lutut

(prepatella), dan pada tendon Achilles. Terbentuknya tofi dipengaruhi

oleh tingginya kadar asam urat darah, faktor setempat, dan fungsi ginjal.

Tofi baru ditemukan pada kadar asam urat 10-11 mg/dl. Pada kadar >11

mg/dl, pembentukan tofi menjadi sangat progresif. Bila hiperurisemia

tidak terkontrol, tofi bisa membesar dan menyebabkan kerusakan sendi

sehingga fungsi sendi terganggu. Tofi juga bisa menjadi koreng (ulserasi)

dan mengeluarkan cairan kental seperti kapur yang mengandung kristal

28
MSU (monosodium urat). Dengan adanya tofi, mungkin sudah terjadi

juga pengendapan Na urat di ginjal. Tofi bisa timbul pada penderita

athritis gout yang mempunyai keadaan menderita lebih dari 10 tahun,

serangan pertama terjadi pada usia muda, serangan pertama yang terjadi

sangat berat, tidak mendapatkan pengobatan, mendapat serangan arthritis

yang berulang. (Rahmatul, 2015).

2.2 Aktivitas Fisik

2.2.1 Definisi Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dapat meningkatkan

pengeluaran tenaga atau energi (Buku Pintar Posbindu, 2016). Aktivitas fisik

ini juga merupakan fungsi dasar hidup manusia. Sejak zaman dahulu aktivitas

fisik diperlukan untuk mengumpulkan makanan dengan cara berjalan

sekeliling hutan dan sungai, berlari dari kejaran musuh atau hewan liar yang

hendak menerkam. Pada perkembangan selanjutnya, setelah manusia

mengenal sistem budidaya maka manusia banyak menggunakan aktivitas fisik

untuk bertani menanam padi, dan berkebun menanam sayuran untuk

memenuhi kebutuhan makanan. Agar dapat bertahan hidup manusia zaman

purba memerlukan tempat yang menyediakan bahan makanan, berpindah dari

satu tempat ke tempat lain yang masih banyak sumber– sumber bahan

makanan. Seiring perkembangan peradaban manusia mulai mengenal alat

angkut atau transportasi berupa hewan seperti kuda yang digunakan sebagai

alat transportasi. Pada masa sudah dikenal alat transportasi, aktivitas fisik

manusia untuk berjalan ke suatu tempat sudah mulai berkurang.

29
Menurut WHO aktivitas fisik (physical activity) merupakan gerakan

tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.

Aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang dan bertujuan untuk

memelihara kebugaran fisik. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan suatu aktivitas dapat diukur dengan kilojoule (KJ) atau

kilokalori (KKal). Aktivitas fisik berguna untuk mempertahankan aliran darah

dan meningkatkan daya otak dengan memfasilitasi metabolisme dan

neurotransmiter sehingga dapat juga memicu perubahan plastisitas otak.

Aktivitas fisik sangat berhubungan dengan seluler yang molekul dan

perubahan neurokimia namun pada kenyataannya masih banyak orang yang

merasa malas untuk melakukan olahraga tersebut.

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan

pengeluaran energi. Untuk mendapatkan manfaat kesehatan aktivitas fisik

sebaiknya dilakukan selama 30 menit per hari (150 menit per minggu) dalam

intensitas sedang (Kemenkes, 2017).

2.2.2 Jenis-jenis Aktivitas Fisik

Menurut Kementerian Kesehatan RI secara umum aktivitas fisik

dibagi menjadi tiga macam. Berikut adalah pembagian jenis-jenis aktivitas

fisik yaitu :

1. Aktivitas Fisik Harian

Aktifitas fisik harian adalah kegiatan sehari – hari yang dapat

membantu membakar kalori yang didapatkan dari makanan yang

dikonsumsi. Seperti misalnya adalah mencuci baju, mengepel, jalan kaki,

30
membersihkan jendela, berkebun, menyetrika, bermain dengan anak, dan

sebagainya. Kalori yang terbakar bisa 50 – 200 kcal per kegiatan.

2. Latihan Fisik

Latihan fisik adalah semua bentuk aktivitas yang dilakukan secara

terstruktur dan terencana dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran

jasmani. Yang termasuk dalam latihan fisik seperti jalan kaki, jogging,

push up, peregangan, senam aerobik, bersepeda, dan sebagainya. Dilihat

dari kegiatannya, latihan fisik memang seringkali di satu kategorikan

dengan olahraga.

3. Olahraga

Olahraga didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang terstruktur,

terencana, dan berkesinambungan dengan mengikuti aturan-aturan

tertentu dengan mengikuti aturan-aturan tertentu dan bertujuan untuk

meningkatkan kebugaran dan jasmani ntuk membuat tubuh jadi lebih

bugar. Yang termasuk dalam olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis,

basket, berenang, dan sebagainya.

2.2.3 Manfaat Aktivitas Fisik

Menurut Kemenkes RI (2016) aktivitas fisik secara teratur memiliki

efek yang menguntungkan terhadap kesehatan yaitu terhindar dari penyakit

jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis,

dan lain-lain, berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat,

bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional, lebih percaya diri, lebih

bertenaga dan bugar, keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.

31
Selain mempunyai manfaat yang baik untuk tubuh, aktivitas fisik yang

dilakukan tidak sesuai dengan dampak rendahnya tingkat aktivitas fisik,

menurut WHO (2010) dampak dari aktivitas fisik yaitu:

1. Meningkatkan resiko penyakit kronis, jantung koroner, diabetes,

hipertensi, dan kanker.

2. Meningkatkan resiko gangguan metabolik seperti obesitas dan diabetes.

3. Meningkatkan resiko penurunan kesehatan mental seperti mudah cemas,

depresi, demensia pada usia tua.

4. Mempengaruhi performa fisik menjelang remaja dan dewasa.

Meningkatkan resiko gangguan kekuatan tulang dan otot saat lansia.

2.2.4 Pengukuran Aktivitas Fisik

Pengukuran aktivitas dibagi menjadi 4 dimensi yaitu sebagai berikut:

1. Mode atau tipe

Merupakan aktivitas fisik yang dilakukan. (contoh: berjalan, berkebun,

bersepeda).

2. Frekuensi

Merupakan jumlah sesi aktivitas fisik (per hari atau per minggu) dalam

konteks tertentu.

3. Durasi atau waktu

Merupakan lamanya saat melakukan aktivitas fisik (menit atau jam)

selama jangka waktu tertentu.

4. Intensitas

Merupakan tingkat pengeluaran energi yang merupakan indikator dari

32
kebutuhan metabolik dari sebuah aktivitas (hasil aktivitas fisik dalam

peningkatan pengeluaran energi diatas tingkat istirahat, dan tingkat

pengeluaran energi berhubungan langsung dengan intensitas aktivitas

fisik).

Aktivitas fisik secara umum dikuantifikasi dengan menentukan

pengeluaran energi dalam kilokalori atau dengan menggunakan Metabolic

Equivalent (MET) dari sebuah aktivitas. Satu MET merepresentasikan

pengeluaran energi istirahat selama duduk tenang dan umumnya

diinterpretasikan sebagai 3,5 mL O2/kg/menit atau = 250 mL/menit konsumsi

oksigen. Yang mempresentasikan nilai rata-rata untuk orang standar dengan

berat 70 kg. MET dapat dikonversikan menjadi kilokalori, yaitu 1 MET = 1

kcal/kg/jam. Konsumsi oksigen meningkat seiring intensitas aktivitas fisik.

Maka dari itu, kuantifikasi sederhana dari intensitas aktivitas fisik

menggunakan cara mengalikan pengeluaran energi istirahat. Sebagai contoh,

seorang melakukan aktivitas fisik yang membutuhkan konsumsi oksigen

sebanyak 10,5 mL O2/kg/menit setara dengan 3 MET yaitu, 3 kali dari

tingkat istirahat (Strath et al, 2013).

2.2.5 Global Physical Activity Quesioner (QPAG)

Global Physical Activity Quesioner (QPAG) merupakan instrument

untuk mengukur aktivitas fisik yang dikembangkan oleh WHO. Kuesioner

QPAG terdiri dari 16 pertanyaan sederhana terkait dengan aktivitas sehari –

hari yang dilakukan selama satu minggu terakhir dengan menggunakan

indeks aktivitas fisik yang meliputi empat dominan, yaitu aktivitas fisik saat

33
bekerja, aktivitas perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, aktivitas

rekreasi dan aktivitas menetap (sedentary activity). GPAQ mengukur

aktifitas fisik dengan mengukur menggunakan Metabolic Equivalent

Turnover (MET).

Metabolic Equivalent Turnover (MET) yaitu pengukuran intensitas

aktivitas fisik secara fisiologis yang dilakukan oleh seseorang. MET dijadikan

rasio pengukuran pada jenis aktivitas fisik yang spesifik. Setiap aktivitas fisik

memiliki hasil yang berbeda - beda seperti berjalan 2.7 km/jam memiliki

jumlah MET sebanyak 2.9 MET, menonton televisi 1 MET, lompat tali 10

MET, dan tidur sejumlah 0.9 MET (Ainsworth et al., 2011).

Berdasarkan penelitian Singh & Purothi (2013) tingkat aktivitas fisik

dinilai berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Tinggi, dalam 7 hari atau lebih dari aktivitas fisik berjalan kaki, aktivitas

dengan intensitas sedang maupun berat minimal mencapai 3000 MET

menit per minggu.

2. Sedang, dalam 5 hari atau lebih dari aktivitas fisik berjalan kaki, aktivitas

dengan intensitas sedang maupun tinggi minimal mencapai 600 MET

menit per minggu.

3. Rendah, seseorang yang tidak memenuhi kriteria tinggi, maupun sedang.

Untuk mengetahui total aktivitas fisik digunakan rumus sebagai

berikut:

Total Aktivitas Fisik MET menit / minggu = [(P2 x P3 x 8) + (P5 x


P6 x 4) +(P8 x P9 x 4) + (P11 x P12 x 8) + (P14 x P15 x 4)]

34
Setelah mendapatkan nilai total aktivitas fisik dalam satuan MET

menit/minggu, status aktivitas fisik responden dikategorikan ke dalam 3

tingkat aktivitas fisik yaitu aktivitas fisik tinggi, sedang, dan rendah seperti

tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Klasifikasi Aktivitas Fisik


MET KATEGORI
MET >= 3000 Tinggi
3000 > MET >= 600 Sedang
600 < MET Berat
Sumber : WHO, 2012

Tabel 2.2 Contoh aktivitas Fisik


Aktivitas
No.
Ringan Sedang Berat
1 Duduk Mencuci mobil Membawa barang berat.
2 Berdiri Menanam tanaman Berkebun
3 Mencuci piring Bersepeda pulang Bermain sepak bola
pergi
4 Memasak Berjalan sedang Berlari/ jogging
5 Menyetrika Tenis meja Mendaki gunung,
panjat tebing
6 Menonton Berenang
7 Mengemudikan Volly
kendaraan
8 Berjalan kaki Berkuda

2.3 Lansia

Pada masa usia lanjut, seseorang akan mengalami perubahan biologis

,fisik, dan sosial. Perubahan tersebut akan memberikan pengaruh pada seluruh

aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Karena itu, kesehatan usila perlu

mendapat perhatian khusus, termasuk faktor gizi atau nutrisi. Kebtuhan gizi pada

usila berbeda dengan kebutuhan gizi pada usia muda. Konsumsi makanan yang

35
cukup dan seimbang pada usila selain berguna untuk kelangsungan hidup yang

layak juga bermanfaat untuk mencegah kemungkinan timbulnya penyakit

degeneratif dan penyakit lain yang umum terjadi pada usila. Dengan pengaturan

nutrisi kesehatan yang baik sehingga bisa menjalankan kegiatan bisa menjalankan

kegiatan secara normal (Suharmiati, 2006).

Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami

penurunan derajat kesehatan baik secara alamiah maupun akibat penyakit. Oleh

karena itu, sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia maka

sejak sekarang kita sudah harus mempersiapkan dan merencanakan berbagai

program kesehatan yang ditujukan bagi kelompok lansia. (Kemenkes RI, 2014).

2.3.1 Klasifikasi Lansia

Menurut WHO, lanjut usia (lansia) meliputi :

1. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun

2. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun

3. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

Sedangkan menurut Kemenkes RI , lansia dikelompokkan menjadi 5

yaitu:

1. Pralansia (Prasenilis), yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2. Lansia yaitu seseorang yang berusia ≥ 60 tahun

3. Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia ≥ 70 tahun dengan

masalah kesehatan.

4. Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

36
dan dapat menghasilkan barang atau jasa.

5. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya untuk mencari

nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.

2.3.2 Tipe lansia

Tipe lansia tergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,

kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Padila, 2013). Tipe tersebut

diantaranya adalah:

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan

zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah rendah hati, sederhana,

dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Menggantikan kegiatan yang hilang dengan baru, selektif dalam mencari

pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabra, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan

banyak menuntut.

4. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,

pasif dan acuh tak acuh.

37
2.3.3 Teori-teori proses menua

Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang

proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat individual, dimana

proses menua pada setiap orang terjadi dengan usia yang berbeda, dan tidak

ada satu faktor pun yang di temukan dalam mencegah proses menua.

Adakalanya seseorang belum tergolong tua (masih muda), tetapi telah

menunjukan kekurangan yang mencolok. Adapun orang yang tergolong lanjut

usia penampilannya masih sehat, bugar, badan tegap, akan tetapi meskipun

demikian harus di akui bahwa ada berbagai penyakit yang sering di alami

oleh lanjut usia. Misalnya, hipertensi, diabetes, rematik, asam urat, dimensia

senilis, sakit ginjal (Padila, 2013).

2.3.4 Permasalahan yang terjadi pada lansia

Menurut Sunaryo (2016) berbagai permasalahan yang berkaitan

dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia,antara lain:

1. Permasalahan umum

a. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan

b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga

yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati

c. Lahirnya kelompok masyarakat industry

d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga professional

pelayanan lanjut usia

e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia

38
2. Permasalahan khusus

a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah

baik fisik, mental maupun social.

b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

c. Rendahnya produktifitas kerja lanjut.

d. .Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.

e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistic.

f. Adanya dampak negative dari proses pembangunan yang dapat

mengganggu kesehatan fisik

39
2.4 Kerangka Teori
Faktor Genetik
Jenis Kelamin

Konsumsi Asupan Purin


lebih

Faktor Perilaku Konsumsi Alkohol


Kadar Asam Urat
dalam Darah
Konsumsi obat- obatan

Aktivitas Fisik

Faktor lingkungan stress Gaya Hidup

Pelayanan Kesehatan Pengobatan

Gambar 2.2 Kerangka Teori

40
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang

dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan

identifikasi masalahnya (A. Aziz Alimul Hidayat, 2012).

Variabel Bebas Variabel Terikat

Aktivitas Fisik Kadar Asam Urat


dalam Darah
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar
asam urat dalam darah

Faktor yang mempengaruhi kadar asam urat dalam darah antara lain yaitu :

Dari kerangka konsep diatas variabel bebas yang akan diteliti adalah aktivitas.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah dan

pernyataan peneliti. Hipotesis juga merupakan suatu pernyataan asumsi tentang

hubungan dan atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu

pernyataan dalam suatu penelitian.Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit atau

bagian dari permasalahan (Nursalam, 2013).

Ho adalah lawan dari hipotesis kerja dengan syarat nilai p value > 0,05,

maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan. Ha adalah

41
hipotesis hipotesis kerja atau hipotesis yang sebenarnya dari hasil kajian teoritis

dengan syarat apabila nilai P value ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti ada hubungan. Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha : Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar asam urat dalam darah di

wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiu

H0 : Tidak Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar asam urat dalam

darah di wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun.

42
BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Peneltian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan

rancangan korelasional yang mengkaji hubungan antar variabel. Dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

Penelitian menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan dan mengkaji

berdasarkan teori yang ada. Sampel perlu mewakili seluruh rentang nilai yang ada

(Nursalam, 2013). Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan dan

pengukuran pada variabel dependent yaitu kadar asam urat dalam darah dan

variabel independent yaitu aktivitas fisik.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian yang akan diteliti

oleh peneliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh lansia di Kelurahan Madiun Lor Puskesmas Patihan Kota Madiun.

Populasi lansia di posyandu lansia kelurahan Madiun Lor Puskesmas Patihan

Kota Madiun adalah 163 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang akan

43
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Jika populasi terlalu besar,

dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi

karena suatu keterbatasan, maka peneliti dapat menggunakan batas minimal

sampel yang diambil dari populasi yaitu sebanyak 30 sampel (Sugiyono,

2012). Dalam penelitian ini pengambilan data menggunakan batas minimal

sampel yaitu sebanyak 30 orang.

4.2.3 Kriteria Sampel

Kriteria inklusi merupakan kriteria yang akan menyaring anggota

populasi menjadi sampel yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan topik

dan kondisi kesehatan. Kriteria eksklusi adalah kriteria yang digunakan untuk

mengeluarkan anggota sampel dari kriteria inklusi karena ciri-ciri anggota

populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Masturoh I, 2018).

Dalam menentukan sampel responden peneliti memerlukan beberapa

kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Berdomisili dan terdaftar di Posyandu Lansia Kelurahan Madiun Lor

b. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Tidak ada ditempat ketika pelaksanaan penelitian

b. Memiliki penyakit penyerta

4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan

sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan

44
(Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu

teknik simple random sampling merupakan cara pengambilan sampel dimana

setiap anggota di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan

sampel (Notoadmojo S, 2018).

Langkah-langkah menggunakan teknik simple random sampling dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Mendaftar semua anggota populasi

2. Membuat media yang akan digunakan yaitu dengan menulis masing-masing

anggota populasi dalam kertas kecil-kecil.

3. Kertas kecil-kecil yang diberi nama kemudian digulung

4. Lalu kertas kecil yang sudah digulung dimasukkan dalam kotak kemudian

diacak.

5. Peneliti mengambil lintingan kertas satu persatu sampai terpilih sejumlah

sampel yang diperlukan.

6. Nama yang sudah keluar dimasukkan lagi dan diacak kembali, jadi setiap

anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel.

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja atau operasional adalah kegiatan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang akan diteliti agar

mencapai tujuan penelitian (Nursalam, 2013). Adapun kerangka kerja pada

penelitian ini sebagai berikut:

45
Populasi
Seluruh lansia di Kelurahan Madiun Lor Puskesmas Patihan Kota Madiun
sebanyak 163 orang

Sampel
Besar sampel dalam penelitian yaitu berjumlah sebesar 30 sampel

Teknik Sampling
simple rundom sampling

Desain Penelitian
Cross sectional

Pengumpulan data sekunder dan primer, pengukuran kadar asam urat,


serta melakukan penyebaran kuesioner dan wawancara

Variabel Bebas Variabel Terikat


Aktivitas Fisik Kadar Asam Urat

Pengolahan Data
Editing, Coding, Entry Data, Cleaning,tabulating

Anlisis Data
Menggunakan Uji Chi Square

Hasil Penelitian dan Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

46
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat

atau ukuran yang memiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang

suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2018). Variabel dalam

penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel independent (bebas) dan

variabel dependent (terikat).

1. Variabel Independent (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Saryono, 2013). Variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik pada lansia.

2. Variabel Dependent (terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi (Saryono, 2013).

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadar

asam urat dalam darah.

4.5.2 Definisi Operasional

Menurut Notoatmodjo (2018), definisi operasional yaitu untuk

membatasi ruang lingkup atau pengertian dari variabel-variabel yang

diamati/diteliti. Selain itu definisi operasional juga untuk mengarahkan

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang

bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur).

47
Tabel 4.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


1 Aktivitas Aktivitas sehari-hari yang Aktivitas fisik yang Kuesioner Global Nominal 1 = Cukup ≥ 600
Fisik dilakukan selama satu dilakukan sehari-hari Physical Activity MET
minggu terakhir dengan kemudian di Questionnaire
menggunakan indeks jumlahkan dalam (GPAG) 2 = Kurang < 600
aktivitas fisik saat bekerja, satuan MET dan MET
aktivitas perjalanan dari diklasifikasikan sesuai
suatu tempat lain, aktivitas intensitasnya.
rekreasi dan aktivitas (WHO, 2012)
menetap (sedentary
activity). Diukur dengan
menggunakan kuesioner
(QPAG) diposyandu lansia
kelurahan Madiun Lor.

2 Kadar Asam Asam urat yang diukur Nilai pengukuran Alat tes asam urat Nominal 1=Tidak Normal
Urat menggunakan alat tes asam kadar asam urat dalam (GCU) 2= Normal
urat (GCU) yang ditusukkan darah. Perempuan : >
pada darah perifer 6 mg/dl dan laki-laki :
> 7,2 mg/dl

49
4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah (Saryono,

2013).

Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah menggunakan alat

tes asam urat dengan easy touch / GCU digital dengan tingkat ketelitian pada

perempuan 2,5 – 7,5 mg/dl dan pada laki – laki 4,0 – 8,5 mg/dl serta kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia

ketahui (Arikunto, 2013). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari beberapa

pertanyaan yang berupa hubungan aktivitas fisik terhadap kadar asam urat dalam

darah.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia Kelurahan Madiun Lor


Puskesmas Patihan Kota Madiun.
4.7.2 Waktu Penelitian
Tabel 4.2 Waktu Penelitian
Realisasi pelaksanaan penelitian
No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1 Pengajuan dan ACC judul proposal 12 Februari
skripsi
2 Ujian proposal skripsi 18 Februari
3 Revisi proposal skripsi 19 – 26 Februari
4 Pelaksanaan penelitian 16 – 21 Maret
5 Pengolahan data 6 Juni
6 ACC ujian seminar hasil 4 Juli
7 Seminar hasil 20 Juli

50
4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Perijinan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, ada beberapa prosedur yang ditetapkan

adalah sebagai berikut:

1. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat ijin dari Stikes

Bhakti Husada Mulia Madiun untuk ditujukan ke Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik (Bankesbangpol) Kota Madiun.

2. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari Bankesbangpol, surat ijin

ditujukan Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun.

3. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota

Madiun, surat ijin ditujukan kepada Kepala Puskesmas Patihan Kota

Madiun.

4.8.2 Pengumpulan Data

1. Data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah responden yang

memiliki asam urat yang berdomisili di Kelurahan Madiun Lor

Kecamatan Manguharjo Kota Madiun pada saat peneliti mengadakan

penelitian. Pengumpulan data primer akan dilakukan sendiri oleh

peneliti menggunakan kuesioner. Pengambilan data akan dilakukan pada

bulan Juni sampai dengan Agustus 2019.

Sebagian besar penelitian umunya menggunakan kuesioner sebagai

metode yang dipilih untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2013).

Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian

51
mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut

kepentingan umum (orang banyak). Angket ini dilakukan dengan

mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa informasi yang

berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah

subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

a. Pengukuran

Melakukan pengukuran yang meliputi pengukuran kadar Asam

Urat menggunakan alat tes asam urat dengan easy touch / GCU digital

dengan tingkat ketelitian pada perempuan 2,5 – 7,5 mg/dl dan pada laki –

laki 4,0 – 8,5 mg/dl. Pengukuran dilakukan kepada responden yang

bersedia dan sudah menandatangani Inform Consent.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang tidak didapat langsung dari sumbernya,

melainkan didapat dari pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Madiun, Puskesmas Patihan, dan dari

data kunjungan posyandu lansia di Kelurahan Madiun Lor periode pada

bulan Juni sampai dengan Agustus 2019.

4.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

4.9.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisa

menggunakan SPSS for windows. Teknik pengolahan data yang dilakukan

52
pada penelitian yaitu meliputi (Notoatmodjo, 2018):

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa atau pengecekan kembali

data maupun kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data, pengisian kuesioner, dan

setelah data terkumpul (Notoatmodjo, 2018).

2. Coding

Coding adalah kegiatan memberikan kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori, coding atau mengkode

data bertujuan untuk membedakan berdasarkan karakter (Notoatmodjo,

2018). Coding pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan

kode angka pada setiap jawaban untuk mempermudah dalam pengolahan

dan analisis data. Data yang masuk dalam pengkodingan adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.3 Coding

No. Variabel Kode


1. Aktivitas Fisik 1 = kurang
2 = cukup
2. Kadar Asam Urat 1 = tidak normal
2 = normal

3. Entry

Mengisi masing-masing jawaban dari responden dalam bentuk

“kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau

“software” komputer (Notoatmodjo, 2018).

53
4. Cleaning

Cleaning yaitu proses pembersihan data, apabila semua data dari

setiap sumber atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali

untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

kode, ketidak lengkapan data, dan sebagainya. Untuk kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2018).

5. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data setelah melalui editing

dan coding ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang

dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel ini terdiri atas kolom

dan baris. Kolom pertama yang terletak paling kiri digunakan untuk

nomer urut atau kode responden. Kolom yang kedua dan selanjutnya

digunakan untuk variabel yang terdapat dalam dokumentasi. Baris

digunakan untuk setiap responden.

4.9.2 Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik dari setiap variabel penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase tiap variabel tanpa dikaitkan dengan variabel lainnya

(Notoatmodjo, 2018). Pada penelitian ini yang akan dianalisis univariat

adalah usia, pekerjaan , pendidikan, aktivitas fisik dan kadar urat di

posyandu lansia kelurahan madiun lor kota madiun.

54
2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Uji statistik

dalam penelitian ini, digunakan rumus chi square (kai kuadrat) dengan

derajat kepercayaan 95% (0,05). Dalam analisis bivariat ini dilakukan

beberapa tahap antara lain:

1. Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan distribusi

silang antara dua variabel yang bersangkutan.

2. Analisis dari hasil uji kai kuadrat. Melihat dari hasil kai kuadrat ini

akan dapat disimpulkan adanya hubungan 2 variabel tersebut

bermakna atau tidak bermakna (ρ value < α, α = 0,05).

3. Analisis keeratan hubungan antara dua variabel tersebut, dengan

melihat nilai Prevalens Ratio (PR) atau Rasio Prevalensi (RP). Besar

kecilnya nilai RP menunjukkan besarnya keeratan hubungan antara

dua variabel yang diuji. Semakin besar hasil RP maka tingkat risiko

juga semakin besar atau hubungan semakin erat.

4. Analisis derajat kepercayaan (CI) adalah 95%. CI akan bermakna

jikan hasil tidak melewati angka 1, dan sebaliknya jika hasil CI

melewati angka 1 maka hubungan antara 2 variabel tersebut tidak

bermakna.

Langkah-langkah untuk menentukan uji chi square (uji hipotesis

komparatif kategorik tidak berpasangan 2x2), yaitu (Dahlan, 2016):

55
1. Skala pengukuran: kategorik dikotom dan kategorik dikotom (skala

data nominal dan ordinal).

2. Jenis hipotesis: hubungan variabel kategorik dengan kategorik dapat

menggunakan hipotesis korelatif maupun komparatif.

3. Jenis komparatif: komparatif kategorik karena mencari hubungan

variabel kategorik dengan kategorik.

4. Berpasangan-tidak berpasangan: tidak berpasangan, karena tidak

memenuhi kriteria variabel yang sama diambil dari subjek yang sama

atau dianggap sama.

5. Jumlah pengukuran: satu kali pengukuran.

6. Kesimpulan: komparatif kategorik tidak berpasangan Tabel 2x2.

7. Analisis: bila tidak ada sel yang mempunyai nilai expected kurang dari

lima, gunakan chi square. Bila setidaknya ada satu sel yang

mempunyai nilai expected kurang dari lima, gunakan uji Fisher.

4.10 Etika Penelitian

Melaksanakan penelitian terdapat etika yang harus diperhatikan antara

lain sebagian berikut:

4.10.1 Informed Concent (Lembar Persetujuan)

Informed Concent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden yaitu dengan memberikan lembar persetujuan kepada responden.

Sebelum memberikan informed concent atau lembar persetujuan peneliti

memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian terlebih dahulu,

informed concent menyatakan subjek bersedia/tidak bersedia untuk ikut

56
terlibat dalam penelitian sebagai responden. Apabila subjek bersedia maka

harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dengan memberikan

kebebasan penuh kepada responden untuk memilih.

4.10.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Penelitian ini, peneliti tidak perlu menuliskan nama responden secara

lengkap, misalnya pada saat pengisian lembar observasi penelitian hanya

menulis nama inisial atau menggunakan kode angka yang mulai dari angka

seterusnya.

4.10.3 Confidentiallity (Kerahasiaan)

Peneliti menjaga kerahasiaan hasil penelitian yang sudah dilakukan,

baik informasi ataupun masalah lainnya kepada orang lain kecuali kepada

orang yang terlibat atau membantu dalam pelaksanaan penelitian tersebut.

Peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan

identitas subjek/responden tanpa persetujuan responden, hanya cukup dengan

menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.

4.10.4 Respect for human dignity (Menghormati harkat dan martabat manusia)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki

kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan penelitian (autonomy).

4.10.5 Respect for Justice an inclusiveness (Keadilan dan Keterbukaan)

Menurut peneliti di dalam hal ini menjamin bahwa semua sampel

penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa

57
membedakan jender, agama, etnis ,dan sebagiannya, serta perlunya prinsip

keterbukaan dan adil pada kelompok. Keadilan dalam penelitian ini pada

setiap calon responden, sama-sama diberi intervensi.

58
BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

UPTD Puskesmas Patihan Kota Madiun merupakan Puskesmas yang

terletak di sebelah utara dari Kota Madiun. Lokasinya bertempat di Jalan

Keningar Ngegong, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun. Letak geografis

Puskesmas Patihan Kota Madiun adalah di bagian barat wilayah Provinsi Jawa

Timur, merupakan dataran rendah dengan ketinggian lebih kurang 63 meter dari

permukaan laut.

Gambar 5.1 Peta wilayah Puskesmas Patihan Kota Madiun.


Sumber : Data Sekunder Profil Puskesmas Patihan Kota Madiun 2019

59
Secara administratif wilayah kerja UPTD Puskesmas Patihan Kota Madiun dibagi

menjadi 5 kelurahan, yaitu Kelurahan Patihan, Kelurahan Madiun Lor, Kelurahan

Pengonggangan, Kelurahan Sogaten, dan Kelurahan Ngegong. Luas wilayah kerja

UPTD Puskesmas Patihan Kota Madiun seluruhnya 4,69 km2 yang terbagi atas :

1. Kelurahan Patihan : 0,84 km2

2. Kelurahan Madiun Lor : 0,74 km2

3. Kelurahan Pengonggangan : 0,61 km2

4. Kelurahan Sogaten : 1,14 km2

5. Kelurahan Ngegong : 1,36 km2

Dengan batas wilayah :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun

2. Sebelah Timur : Kelurahan Tawangrejo

3. Sebelah Selatan : Kelurahan Nambangan Lor

4. Sebelah Barat : Desa Wayut, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun.

Berdasarkan hasil registrasi penduduk di Badan Pusat Statistik Kota

Madiun, jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Patihan Kota

Madiun Tahun 2018 sebanyak 19.303 jiwa terdiri dari 9.755 laki-laki dan 9.548

perempuan. Jumlah rumah tangga (KK) sebanyak 5.939 KK, rata-rata jumlah

anggota keluarga tiap rumah tangga sebanyak 3,26 jiwa dengan tingkat kepadatan

penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Patihan Kota Madiun mencapai

4,127 jiwa/Km2. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi Kelurahan Madiun Lor

9.083,78 jiwa/Km2, selanjutnya Kelurahan Patihan 4563,10 jiwa/Km2, Kelurahan

Pangongangan 4154,10 jiwa/Km2, Kelurahan Sogaten 3381,58 jiwa/Km2 dan

60
tingkat kepadatan penduduk terendah Kelurahan Ngegong sebesar 1772,79

jiwa/Km2.

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok jenis kelamin dapat

dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Jenis Kelamin.
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 18 60,0
2 Perempuan 12 40,0
Total 30 100,0
Sumber: Data Sekunder Penelitian 2020

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 18 orang (60,0%).

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok usia dapat dilihat

pada Tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Usia.
No Usia Frekuensi Persentase (%)
1 Usia Lanjut (60-74 Tahun) 13 43,3
2 Usia Tua (75-89 Tahun) 12 40,0
3 Usia Sangat Lanjut (> 90 5 16,7
Tahun)
Total 30 100,0
Sumber: Data Sekunder Penelitian 2020

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 13 orang (43,3%).

61
5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok pendidikan dapat

dilihat pada Tabel 5.3

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Pendidikan.
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Tingkat Pendidikan Dasar 14 46,7
2 Tingkat Pendidikan Menengah 9 30,0
3 Tingkat Pendidikan Tinggi 7 23,3
Total 30 100,0
Sumber: Data Sekunder Penelitian 2020

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, bahwa sebagian besar responden

memiliki Pendidikan dasar yaitu sebanyak 14 orang (46,7%).

5.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok pekerjaan dapat

dilihat pada Tabel 5.4

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1. Tidak Bekerja 11 36,7
2. Petani 8 26,7
3. Wirausaha 7 23,3
4. Pensiunan 4 13,3
Total 30 100,0
Sumber: Data Sekunder Penelitian 2020

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, bahwa sebagian besar responden tidak

bekerja yaitu sebanyak 11 orang (36,7%).

62
5.2.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat


No Kadar Asam Urat Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Normal 21 70,0
2 Normal 9 30,0
Total 30 100,0
Sumber: Data Sekunder Penelitian 2020

Berdasarkan tabel 5.5 diatas, dari jumlah sampel sebanyak 30

orang dapat diketahui bahwa responden yang Asam Urat tidak normal

sebanyak 21 orang (70,0%).

5.2.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik


No Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase (%)
1 Kurang 20 66,7
2 Cukup 10 33,3
Total 30 100,0
Sumber: Data Sekunder Penelitian 2020

Berdasarkan tabel 5.7 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki aktivitas fisik kurang yaitu sebanyak 20 orang

(66,7%).

63
5.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik. Uji statistik yang

digunakan yaitu uji Chi-Square dan penentuan Ratio Prevalensi (RP) dengan

tingkat kepercayaan (CI) 95% dan tingkat kemaknaan 0,05. Berikut adalah

hasil analisis bivariat penelitian menggunakan aplikasi pengolahan data

statistik SPSS 16.0:

1. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Asam Urat Lansia diposyandu

lansia Wilayah Kerja Puskesmas Patihan.

Tabel 5.7 Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar


Asam Urat Lansia di posyandu lansia Wilayah Kerja
Puskesmas Patihan.
Kadar Asam Urat
Aktivitas Tidak Total P- RP 95%
Normal
No Fisik Normal value CI
F % F % F %
1 Kurang 17 14,0 3 6,0 20 100
8,500
0,035 (1,458-
2 Cukup 4 7,0 6 3,0 10 100
49,539)

Sumber: Data Primer Penelitian 2020

Berdasarkan Tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa responden

dengan aktivitas fisik kurang dan memiliki asam urat tidak normal yaitu

sebesar 17 (14,0%), sedangkan responden dengan aktivitas fisik cukup

dan memilliki asam urat tidak normal sebanyak 4 (7,0%). Responden

dengan aktivitas fisik kurang dan memiliki asam urat normal sebanyak 3

(6,0), sedangkan responden dengan aktivitas fiisik cukup dan memiliki

64
asam urat normal sebesar yaitu 6 (3,0%). Jadi proporsi orang yang

memiliki asam urat normal lebih banyak pada responden yang memiliki

aktivitas cukup dibandingkan dengan responden yang memiliki aktivitas

kurang.

Hasil analisis uji chi square hubungan aktivitas fisik dengan kadar

asam urat menunjukkan bahwa nilai ρ = 0,035 < α = 0,05.2 Maka dapat

diambil kesimpulan secara statistik bahwa ada hubungan aktivitas fisik

dengan kadar asam urat. Nilai RP = 8,500 dengan CI = 1.458 – 49,539

maka dapat disimpulkan bahwa lansia yang memiliki aktifitas fisik

kurang atau tidak sesuai anjuran WHO berisiko untuk mengalami

peningkatan kadar asam urat dibandingkan dengan lansia yang memiliki

aktivitas fisik cukup atau sesuai anjuran WHO.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Aktivitas Fisik Lansia di Posyandu lansia Wilayah Kerja


Puskesmas Patihan
Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa dari 30 responden

WHO yaitu <600 MET yaitu sebanyak 17 orang (14,0%), dan responden

dengan aktivitas fisik cukup atau sesuai dengan anjuran WHO yaitu ≥600

MET dan memiliki asam urat normal sebanyak 6 responden (3,0%).

Aktivitas fisik kurang atau tidak sesuai dengan anjuran WHO dan asam

urat normal yaitu 3 responden(6,0%). Hal ini terjadi pada lansia mampu

menjaga pola makan juga melakukan cek kesehatan sehingga dapat

mengontrol asam urat namun intensitas aktivitas fisik masih rendah.

Aktivitas fisik cukup atau sesuai dengan WHO dan memiliki asam urat

65
tidak normal yaitu 4 responden (7,0%). Hal ini karena dapat diketahui

bahwa lansia untuk intensitas aktivitas fisik sudah cukup namun masih

mengkonsumsi makan-makanan kandungan asam urat tinggi seperti

jeroan , kerang, dan ikan teri.

Menurut WHO aktivitas fisik (physical activity) merupakan

gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan

pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang

dan bertujuan untuk memelihara kebugaran fisik. Aktivitas fisik adalah

setiap gerakan tubuh yang dapat meningkatkan pengeluaran tenaga atau

energi (Buku Pintar Posbindu, 2016).

Berdasarkan wawancara menggunakan kuesioner GPAQ (Global

Physical Activity Questionaire) yang terdapat 16 pertanyaan yang

menggambarkan tiga jenis kondisi yaitu aktivitas pekerjaan, aktivitas

perjalanan, dan aktivitas rekreasi. Aktivitas fisik diklasifikasikan

berdasarkan waktu untuk melakukan aktivitas fisik dan total of metabolic

equivalent (MET)-menit dalam 1 minggu kemudian diklasifikasikan

dalam kategori kurang dan cukup.

Responden yang diwawancarai dan sudah mengisi kuesioner

memiliki hasil MET yang berbeda-beda setelah dijumlahkan, hal tersebut

dapat disebabkan karena lansia sebagian besar tidak bekerja dan aktivitas

fisik yang dilakukan termasuk dalam intensitas ringan. Selain itu, lansia

lebih banyak melakukan aktivitas fisik menetap (sedentary activity) yaitu

aktivitas fisik yang tidak memerlukan banyak gerak seperti duduk saat

66
dirumah, duduk saat dikendaraan , menonton TV, atau berbaring.

5.4.2 Kadar Asam Urat Lansia di Posyandu lansia Wilayah Kerja


Puskesmas Patihan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 responden

lansia yang berada di wilayah kerja puskesmas Patihan dengan jenis

kelamin laki-laki sebanyak 18 responden (60%) dan jenis kelamin

perempuan sebanyak 12 responden (40%). Usia responden mayoritas

dalam kategori usia lanjut (60-74 tahun) dengan frekuensi 13 responden

(43%) dan frekuensi terendah yaitu pada usia sangat lanjut (>90 tahun)

dengan frekuensi 5 responden (5%). Berdasarkan berdasarkan dari hasil

analisis bahwa dari jumlah sampel sebanyak 30 orang, responden yang

menderitaasam urat normal sebanyak 21 orang (70,0%), dan menderita

asam urat tidak normal sebanyak 9 orang (30,0%).

Menurut Anies (2018), dalam keadaan normal kadar asam urat di

dalam darah pada pria dewasa kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita

kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi asam urat dalam serum lebih

besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium

urat. Kadar asam urat yang tinggi pada umumnya banyak menyerang pada

laki-laki. Kadar asam urat pada perempuan tidak meningkat sampai

seetelah menopause karena hormon estrogen membantu meningkatkan

ekskresi asam urat melalui ginjal. Peningkatan kadar asam urat pada

perempuan akan meningkat setelah menopause. Kadar asam urat juga akan

meningkat seiring bertambahnya usia (Lingga, 2012).

Hal ini diperkuat dengan teori Bumi Medika (2012) yang

67
menyatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor resiko penyakit asam

urat . hal ini berkaitan dengan adanya peningkatan kadar asam urat seiring

dengan bertambahnya usia , dalam usia tua lah orang dapat terkena asam

urat sekitar usia 60 tahun keatas. Pada penelitian ini , responden berusia 60

tahun keatas sehingga meningkatkan kadar asam urat.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dan didukung teori yang ada

dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya usia maka akan

menambah resiko untuk terkena asam urat, sehingga dengan semakin

bertambahnya usia seperti pada lansia diharapkan untuk lebih mengontrol

dalam mencegah faktor resiko yang dapat menyebabkan asam urat tinggi.

5.4.3 Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kadar Asam Urat


Lansia di Posyandu lansia Wilayah Kerja Puskesmas Patihan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar lansia

memiliki aktivitas fisik kurang dan asam urat tidak normal yaitu

sebanyak 17 orang (14,0%). Lansia dengan aktivitas fisik cukup dan

asam urat normal yaitu sebanyak 3 orang (6,0%), hal ini sebagian kecil

dipengaruhi oleh pendidikan lansia, dimana dilihat dari tingkat

pendidikan menengah dengan persentase 30,0%. Persentase lansia yang

melakukan aktivitas fisik cukup dan asam urat tidak normal yaitu (7,0%).

Hal ini terjadi pada lansia yang mayoritas bekerja sebagai petani

(26,7%), tingkat pendidikan dasar (46,7%). Persentase lansia melakukan

aktivitas fisik cukup dan asam urat normal yaitu (6,0%).

Aktivitas fisik yang cukup dan memiliki asam urat normal dapat

68
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana lansia sebagian besar

berlatar tingkat pendidikan dasar (46,7%) sehingga dapat mengetahui

pengetahuan lansia tersebut. Hasil penelitian ini didukung oleh teori

Budhiati dalam Rini (2014), menyatakan bahwa tingkat pendidikan dapat

mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan seseorang dalam

menerapkan perilaku hidup sehat, terutama dalam mengontrol kadar

asam urat. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula

kemampuan dan pengetahuan seseorang untuk menjaga pola hidup sehat.

Hal tersebut didukung dengan hasil Chi-Square dengan membaca

Continuity Correction, karena memiliki nilai expected > 5 dan jumlah sel

> 20% yang menunjukkan bahwa nilai p = 0,035 < α = 0,005 dan nilai

RP = 8,500 dan (95% CI =1,458-49,359), hal tersebut membuktikan

bahwa lansia dengan aktivitas fisik kurang memiliki resiko 8,500 kali

lebih besar untuk mengalami peningkatan kadar asam urat dibandingkan

dengan lansia yang memiliki aktivitas cukup.

Asam urat terjadi akibat mengkonsumsi zat purin secara

berlebihan. Pada kondisi normal, zat purin tidak berbahaya. Apabila zat

tersebut sudah berlebihan di dalam tubuh, ginjal tidak mampu

mengeluarkan zat purin sehingga zat tersebut mengkristal menjadi asam

urat yang menumpuk di persendian. Asam urat dihasilkan oleh setiap

makhluk hidup akibat proses metabolisme utama yaitu proses kimia

dalam inti sel yang berfungsi menunjang kelangsungan hidup

(Wulandari, 2016). Lansia yang menderita asam urat sebagian besar

69
berjenis kelamin laki-laki, dimana pria memiliki resiko lebih besar

terkena nyeri sendi dibandingkan perempuan pada usia lanjut. Hal ini

dikarenakan faktor usia dimana pada usia lanjut penyakit degeratif selalu

menyertai. Kurangnya aktivitas fisik baik aktivitas harian maupun latihan

fisik juga mempengaruhi. Lansia dengan kondisi tubuh yang lemah

memerlukan bantuan orang lain dalam kegiatan sehari-harinya, seperti

mencuci, menyapu, mengepel, memasak, dan lain – lain. Lansia dengan

aktivitas yang kurang dan menderita asam urat ini terjadi pada lansia

yang tidak bekerja dan berusia ≥ 75 tahun. Pada kondisi ini mayoritas

lansia lebih banyak berbaring, duduk, menonton tv, dan melakukan

aktivitas terbatas seperti jalan kekamar mandi, mengambil barang,

makan, berjalan diteras atau halaman. Selain itu, ketidak rutinan dalam

mengecek kesehatan lansia juga berpengaruh dan adanya penyakit yang

menyertai seperti kadar kolesterol tinggi, batu ginjal, arthitis goat,

menopause, obesitas, hipertensi dan genetic (Kumalasari, 2012).

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dapat

meningkatkan pengeluaran energi. Untuk mendapatkan manfaat

kesehatan aktivitas fisik sebaiknya dilakukan selama 30 menit per hari

(150 menit per minggu) dalam intensitas sedang (Kemenkes, 2017).

Aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan

terhadap kesehatan yaitu terhindar dari penyakit jantung, stroke,

osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis, dan lain-lain,

berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk

70
tubuh menjadi ideal dan proporsional, lebih percaya diri, lebih bertenaga

dan bugar, secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik

(Kemenkes RI, 2016).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Mahmud Fauzi (2018) yang menyatakan bahwa ada hubungan

aktivitas fisik dengan kadar asam urat di Padukuhan Bedog Trihanggo

Gamping Sleman Yogyakarta dengan p value sebesar 0,000. Hal ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwik (2018) yang

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar asam urat.

Berdasarkan fakta yang didapat pada saat penelitian dan

didukung dengan teori yang ada bahwa aktivitas fisik berhubungan

dengan kadar asam urat pada lansia. Diharapkan lansia rutin melakukan

cek kesehatan seperti cek asam urat. Lansia dapat mengikuti kegiatan

prolanis yang diadakan oleh Puskesmas sehingga setiap bulannya

kesehatan lansia terkontrol. Apabila ada gejala dini penyakit degeneratif

seperti kadar kolesterol, gula darah, asam urat tinggi, hipertensi agar

lansia dapat segera di tindak lanjuti. Untuk menentukan aktivitas fisik

bagi lansia sebaiknya olahraga apa yang sesuai dengan kondisi kesehatan

lansia. Memenuhi kebutuhan fisik dengan rutin melakukan aktivitas fisik

sedang setiap hari selama paling sebentar setengah jam sehari. Agar

keseimbangan tetap terlatih, bisa melakukan senam lansia. Sementara

untuk melatih otot bisa dilakukan dengan aktivitas apapun, misalnya bisa

dilatih dengan cara berkebun setiap hari. Oleh karena itu untuk

71
mengubah kebiasaan lansia diperlukan kesadaran dari masing-masing

lansia harus menjaga pola makan dan melakukan aktivitas fisik ringan,

sedang, seperti rutin melakukan olahraga atau senam untuk menjaga

kadar asam urat agar tetap terkontrol dan mengikuti cek kesehatan rutin

diposyandu lansia.

5.5 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian. Dalam

penelitian ini memiliki keterbatasan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil

penelitian yaitu, penelitian ini menggunakan kuesioner aktivitas fisik yang

mengandalkan daya ingat responden sehingga bias recall ini dapat terjadi pada

saat penelitian. Misalnya responden tidak ingat aktivitas fisik apa saja yang

sudah dilakukan dalam seminggu terakhir.

72
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan antara

aktivitas fisik dengan kadar asam urat dalam darah di posyandu lansia kelurahan

Madiun Lor Puskesmas Patihan Kota Madiun dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Sebagian besar lansia memiliki aktivitas fisik yang kurang.

2. Sebagian besar lansia menderita asam urat tidak normal.

3. Ada hubungan yang signifikan aktivitas fisik dengan kadar asam urat lansia di

Posyandu Lansia Kelurahan Madiun Lor Puskesmas Patihan Kota Madiun.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Instansi Kesehatan

Puskesmas Patihan dan kader untuk lebih meningkatkan kegiatan

penyuluhan tentang asam urat beserta akibatnya dan edukasi mengenai

aktivitas fisik agar kesehatan tetap terjaga. Kemudian Meningkatkan kerja

kader khususnya pada Posyandu Lansia pada anggota Posyandu yang tidak

dapat hadir untuk tetap didata dan diskrining dengan cara melakukan

kunjungan ke rumah-rumah anggota yang tidak mengikuti Posyandu lansia

pada saat berlangsung. Selain itu kader juga harus memberikan

73
pendampingan kepada penderita asam urat agar cek kesehatan rutin.

2. Bagi Masyarakat

Lansia di kelurahan Patihan diharapkan melakukan pengecekan

kesehatan secara rutin dan menerapkan hidup sehat seperti melakukan

aktivitas fisik untuk mengontrol kadar asam urat agar tetap normal.

3. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Informasi dari peneliti ini diharapkan dapat menambahkan kepustakaan

dan informasi sehingga dapat meningkatkan sumber dan menambah referensi

juga membantu dalam pengerjaan tugas serta untuk menambah pengetahuan

mengenai kadar asam urat.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan

penelitian dengan menambah variabel lain yang lebih komplek yang belum

pernah diteliti oleh peneliti lain dan menggunakan analisis multivariat untuk

menyempurnakan penelitian ini, sehingga hasil yang diperoleh lebih

mendalam dan maksimal.

74
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, S. 2016. Stop Gagal ginjal Dan Gngguan Gangguan Ginjal Lainnya.
Yogyakarta: Istana Media.
Anies. 2018. PENYAKIT DEGENERATIF: Mencegah & Mengatasi Penyakit
Degeneratif dengan Perilaku & Gaya Hidup Modern yang sehat. Jakarta :
Ar-Ruzz Media.
Data Rekam Medis. 2018. Puskesmas Patihan Kota Madiun.
Data Rekam Medis. 2019. Puskesmas Patihan Kota Madiun.
Dinkes Kota Madiun. 2018. Profil Kesehatan Kota Madiun 2018 : Dinkes Kota
Madiun.
Fatmah.2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta:Erlangga.
Fauzi, Mahmud . 2018. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Asam Urat di
Padukuhan Bedog Trihanggo Gamping Sleman Yogyakarta. Universitas
Aisyiyah Yogyakarta.
Hastono, S., P. 2018. Analisis Data pada Bidang Kesehatan. Depok : PT Raja
Grafindo Persada.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba.
Kemenkes RI. 2013.Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:Balitbang
Kemenkes RI
Kementrian Kesehatan. 2014. Situasi Dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data Dan
Informasi: Jakarta.

Kementrian Kesehatan. 2014. Situasi Dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data Dan
Informasi: Jakarta.
Kemenkes RI. 2016. Penyakit Tidak Menular dan Faktor Risiko. Buku Pintar
Posbindu PTM.
Kemenkes RI. 2016. Penyakit Tidak Menular dan Faktor Risiko. Buku Pintar
Posbindu PTM. 2016.
Kementrian Kesehatan , 2018. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Balai
penelitian dan pengembangan Kesehatan Republik Indonesia.
Kumalasari, 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Asam Urat
Darah pada penduduk Desa Banjaranyar Kecamatan Sokaharja

75
Kabupaten Banyumas, Jurnal Keperawatan. Soedirman Purwokerto. No.3
Volume.4.
Maryani H, Suharmiati. 2006. Tanaman obat untuk mengatasi penyakit pada usia
lanjut. Jakarta : PT Agro Media Pustaka.
Masturoh Imas & Anggita Nauri. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Notoatmodjo, S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta
Notoatmodjo Soekidjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Noviyanti, 2015. Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam Urat.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26474/1/Anis
Khomariah.FKIK.pdf. diakses pada 27 Februari 2020 pada pukul 20.57
WIB.
Nursalam.2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:Salemba
Medika.
Organization WH. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) analysis
Guide. Geneva. World Health Organization. 2012.
Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

Rahmatul, F 2015. Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.

Saryono, Mekar Dwi Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan


Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Savitri , Astrid. 2016. Waspadalah, masuk usia 40 ke atas. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press.
Seran, R. Bidjuni, H. dan Onibala, F. (2016). Hubungan Antara Nyeri Gout
Arthritis Dengan Kemandirian Lansia.
Spieker. 2011. Jurnal Asam Urat pada Lansia.
http://erepo.unud.ac.id/11011/3/51277efe7b5aed11dfa45b8789c48ac.pdf
diunduh pada 12 Maret 2017 pada pukul 22.15 WIB.
Soeryoko, Hery .2011. 20 Tanaman Obat paling Berkhasiat Penakluk Asam Urat.
Yogyakarta : Andi
Sugiyono, 2013 Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunaryo, Wijayanti, Rahayu. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
CV ANDI OFFSET.
76
Suriana, Neti. 2014. Herbal Sakti Atasi Asam Urat. Depok : Mutiara Allamah
Utama.
Wulandari , Ari, 2016. Cara Jitu Mengatasi Asam Urat. Yogyakarta: Rapha
Publishing.

Wiwik Dkk. 2018 . Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar asam urat pada usia
produktif . Stikes Wira Medika : Bali.

77
LAMPIRAN

78
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tagan di bawah ini, saya:


Nama :
Umur :
Alamat :
Memberikan persetujuan dan bersedia menjadi responden dalam penelitian
yang dilakukan oleh Dwi Saputri sebagai mahasiswa calon Sarjana Kesehatan
Masyarakat dari STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dengan judul penelitian
“Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kadar Asam Urat dalam Darah
di Posyandu Lansia di Madiun Lor Puskesmas Patihan Kota Madiun”.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran tanpa ada
paksaan dari pihak yang lain, dan semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

Peneliti Madiun,……………2020
Responden

Dwi Saputri (………………………..)


NIM. 201603016

79
Lampiran 2. Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KADAR ASAM URAT


DALAM DARAH DI POSYANDU LANSIA KELURAHAN MADIUN LOR
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATIHAN KOTA MADIUN

1. IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

2. KADAR ASAM URAT DALAM DARAH


Hasil
Kadar Asam Urat Sewaktu Mg/dl

80
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KADAR ASAM URAT


DALAM DARAH DI POSYANDU LANSIA KELURAHAN MADIUN LOR
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATIHAN KOTA MADIUN

1. AKTIVITAS FISIK
Global Physical Activity Questionaire (GPAQ)
Jawablah pertanyaan kebiasaan anda dalam beraktivitas fisik, sesuai
dengan tabel berikut ini:
a. Tabel aktivitas fisik.
Aktivitas Jenis Kegiatan Contoh Aktivitas Fisik
fisik
Aktivitas 75% dari waktu yang Duduk, berdiri, mencuci piring,
Ringan digunakan adalah untuk duduk memasak, menyetrika,
atau berdiri dan 25% untuk menonton tv, mengemudikan
kegiatan berdiri dan berpindah kendaraan, berjalan perlahan

Aktivitas 40% dari waktu yang Mencuci mobil, menanam


Sedang digunakan adalah untuk duduk tanaman, bersepeda pulang
atau berdiri dan 60% adalah pergi, beraktivitas berjalan
untuk kegiatan kerja khusus sedang dan cepat, mengangkat
dalam bidang beban ringan dan jalan sedang .
Pekerjaannya

Aktivitas 25% dari waktu yang Membawa barang berat,


Berat digunakan adalah duduk atau berkebun, olahraga bersepeda
berdiri dan 75% adalah untuk (16- 22 km/jam), berlari,
kegiatan kerja khusus menimbah air .
Dalam bidang pekerjannya.

81
Kode Pertanyaan Jawaban
P1 Apakah pekerjaan sehari-hari anda 1. Ya : ....................
memerlukan kerja berat seperti pada tabel 2. Tidak (Langsung
setidaknya 10 menit/hari secara terus No. P4)
menerus?
P2 Berapa hari dalam seminggu anda Jumlah hari : ...............
melakukan aktivitas berat?
P3 Berapa lama dalam 1 hari biasanya anda Jam/menit : ....../.....
melakukan kerja berat?
P4 Apakah pekerjaan sehari-hari anda termasuk 1. Ya : ....................
aktivitas sedang seperti pada tabel 2. Tidak (Langsung
setidaknya 10 menit/hari secara terus No. P7)
menerus?
P5 Berapa hari dalam seminggu anda Jumlah hari : ................
melakukan aktivitas sedang?
P6 Berapa lama dalam 1 hari biasanya anda Jam/menit : ....../......
melakukan kerja sedang?
Perjalanan dari tempat ke tempat (ke tempat kerja, berbelanja, beribadah)
P7 Apakah anda berjalan kaki atau bersepeda 1. Ya :
minimal 10 menit secara terus menerus untuk .....................
pergi ke suatu tempat? 2. Tidak ( langsung
No. P10)
P8 Dalam seminggu berapa hari anda berjalan kaki Jumlah hari :
atau bersepeda minimal 10 menit untuk pergi ke ..................
suatu tempat?
P9 Berapa lama dalam 1 hari biasanya anda Jam/menit : ....../......
berjalan kaki atau bersepeda untuk pergi ke
suatu tempat?
Aktivitas Rekreasi
P10 Apakah anda melakukan olahraga, kebugaran, 1. Ya :
atau rekreasi yang merupakan aktivitas berat .......................
seperti pada tabel minimal 10 menit per hari 2. Tidak ( langsung
secara terus menerus? No. P13)
P11 Berapa hari dalam seminggu anda melakukan Jumlah hari :
aktivitas berat tersebut? ...............
P12 Berapa lama anda melakukan olahraga/rekreasi Jam/menit :
yang merupakan aktivitas berat dalam 1 hari? ......./........
P13 Apakah anda melakukan olahraga, kebugaran, 1. Ya
atau rekreasi yang merupakan aktivitas sedang 2. Tidak ( langsung
seperti pada tabel minimal 10 menit per hari No. P16)
82
secara terus menerus?
P14 Berapa hari dalam seminggu anda melakukan Jumlah hari :
aktivitas sedang tersebut? ..............
P15 Berapa lama anda melakukan olahraga/rekreasi Jam/menit :
yang merupakan aktivitas sedang dalam 1 hari? ....../.......
Aktivitas menetap (Sedentary Activity)
Aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak seperti duduk saat dirumah,
duduk saat di kendaraan, menonton TV, atau berbaring, KECUALI tidur
P16 Berapa lama anda duduk atau berbaring dalam Jam/menit : ....../......
sehari?

Untuk mengetahui total aktivitas fisik digunakan rumus sebagai berikut:


Total Aktivitas Fisik MET menit/minggu = [(P2 x P3 x 8) + (P5 x P6
x 4) + (P8 x P9 x 4) + (P11 x P12 x 8) + (P14 x P15 x 4)]

Kategori tingkat aktivitas fisik, adalah:


1. Kurang : < 600 MET
2. Cukup : ≥ 600 MET

83
Lampiran 4. Hasil Output Analisis Univariat

1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis_Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 18 60.0 60.0 60.0

Perempuan
12 40.0 40.0 100.0

Total
30 100.0 100.0

2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Usia Lanjut (60-74
13 43.3 43.3 43.3
tahun)
Usia Tua (75-89 tahun) 12 40.0 40.0 83.3
Usia Sangat Lanjut (>
5 16.7 16.7 100.0
90 tahun)
Total 30 100.0 100.0

84
3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Pendidikan Tingkat
14 46.7 46.7 46.7
Dasar
Pendidikan Tingkat
9 30.0 30.0 76.7
Menengah
Pendidikan Tingkat
7 23.3 23.3 100.0
Tinggi
Total 30 100.0 100.0

4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak
9 30.0 30.0 30.0
Bekerja
Petani 8 26.7 26.7 56.7
Wirausaha 7 23.3 23.3 80.0
Pensiunan 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Asam Urat

Asam_urat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Normal 21 70.0 70.0 70.0
Normal 9 30.0 30.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

85
6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik

Aktivitas_fisik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang
20 66.7 66.7 66.7

Cukup
10 33.3 33.3 100.0

Total
30 100.0 100.0

86
Lampiran 5. Hasil Output Analisis Bivariat

Aktivitas_fisik * Asam_urat Crosstabulation

Asam_urat

Tidak Normal Normal Total


Aktivitas_fisik Kurang Count 17 3 20
Expected Count 14.0 6.0 20.0

% within
85.0% 15.0% 100.0%
Aktivitas_fisik
Cukup Count 4 6 10

Expected Count 7.0 3.0 10.0

% within
40.0% 60.0% 100.0%
Aktivitas_fisik
Total Count 21 9 30
Expected Count 21.0 9.0 30.0
% within
70.0% 30.0% 100.0%
Aktivitas_fisik

87
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.


Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.429a 1 .011
Continuity Correctionb 4.464 1 .035
Likelihood Ratio 6.283 1 .012
Fisher's Exact Test .030 .018
Linear-by-Linear
6.214 1 .013
Association
N of Valid Casesb 30
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Aktivitas_fisik
(Kurang / Cukup) 8.500 1.458 49.539

For cohort Asam_urat = Tidak


Normal 2.125 .973 4.641

For cohort Asam_urat = Normal


.250 .078 .797

N of Valid Cases 30

88
Lampiran 6. Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

89
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana

90
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian

91
Lampiran 9. Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

92
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana

93
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian Kecamatan Manguharjo

94
Lampiran 12. Surat Selesai Penelitian

95
Lampiran 13. Kartu Bimbingan Tugas Akhir

96
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian

97
98
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Wawancara dengan Responden

Gambar 2. Wawancara dengan Responden

99
Gambar 3. Wawancara dengan Responden

Gambar 4. Wawancara dengan Responden

100
Gambar 5. Wawancara dengan Responden

101

Anda mungkin juga menyukai