Anda di halaman 1dari 140

SKRIPSI

HUBUNGAN SELF EFFICACY DAN DUKUNGAN SUAMI


TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA PUS DI
KELURAHAN PANDEAN KOTA MADIUN

Oleh :
AYU ARARAS ANGROSOWANI
201503010

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2019

i
SKRIPSI
HUBUNGAN SELF EFFICACY DAN DUKUNGAN SUAMI
TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA PUS DI
KELURAHAN PANDEAN KOTA MADIUN

Diajukan untuk memenuhi


salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :
AYU ARARAS ANGROSOWANI
201503010

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2019

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui
oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti
ujian skripsi.

SKRIPSI
HUBUNGAN SELF EFFICACY DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP
PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA PUS DI KELURAHAN PANDEAN
KOTA MADIUN

Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Avicena Sakufa M, S.KM.,M.Kes H. Edy Bachrun, S.KM., M.Kes


NIS. 2015 0114 NIS. 2005 0003

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes


NIS. 2015 0114

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi dan dinyatakan telah


memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM).

Pada Tanggal

Dewan Penguji
1. Ketua Dewan Penguji : Riska Ratnawati, S.KM.,M.Kes (………………)

2. Penguji 1 : Avicena Sakufa M, S.KM.,M.Kes (..……………)

3. Penguji 2 : H. Edy Bachrun, S.KM .,M.Kes (...……………)

Mengesahkan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,

Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid)


NIS. 2016 0130

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa syukur kepada Allah Subhanallahu wata‟ala, saya


persembahkan skripsi ini kepada:

1. Allah Subhanallahu wata‟ala, karena hanya atas ridho dan karunia-Nya


skripsi ini dapat dibuat dan diselesaikan tepat waktu.
2. Surgaku, kedua orang tuaku bapak Nanang Setyo H.N dan mama Erna
Agustin yang sangat saya hormati, banggakan, dan cintai sepenuh hati
yang selama ini memberikan semangat, jerih payah, doa, dan dukungan
tiada henti untuk kesuksesan dan kelancaran mengerjakan skripsi ini.
3. Adik saya Arief Nur Muhammad Ilham yang senantiasa membantu
meminjamkan laptopnya selama proses mengerjakan skripsi ini.
4. Putra Hudayana dan keluarga yang selalu memberikan semangat, doa,
dan dukungan baik moril maupun materil serta membantu saya dalam
mendokumentasikan penelitian.
5. Sahabat dan teman terbaik Catharina Riska, Chania Hasna, Charisma
Liestyana, dan Rifka Januarinda atas waktu, motivasi, saran, serta
kesabarannya membantu saya selama pengerjaan skripsi ini.
6. Bapak ibu dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang
senantiasa memberikan ilmu yang bermanfaat dan membimbing saya
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh kawan S1 Kesehatan Masyarakat angkatan 2015 yang
memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

v
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ayu Araras Angrosowani
NIM : 201503010
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan
yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum atau tidak
dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.

Madiun, 15 Agustus 2019

Ayu Araras Angrosowani


NIM. 201503010

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ayu Araras Angrosowani


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 13 September 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sekolahan No 7 Kelurahan Banjarejo Kecamatan
Taman Kota madiun
Email : ayuararas13@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. SDN Banjarejo Madiun Tahun 2009
2. SMPN 10 Madiun Tahun 2012
3. SMAN 1 Madiun Tahun 2015

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya –Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Self Efficacy dan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Pada PUS
Di Kelurahan Pandean Kota Madiun” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusunan proposal skripsi ini tentunya tidak lepas dari bimbingan dan
dukungan moral kepada saya, untuk itu saya sampaikan terimakasih kepada:
1. dr. Agung Sulistya Wardani, M.Mkes selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kota Madiun.
2. Silverina K,S.KM., M.Kes selaku Kepala Puskesmas Demangan Kota
Madiun yang telah mengijinkan peneliti untuk mengambil sejumlah data
di Kelurahan Pandean Kota Madiun untuk menyusun proposal penelitian
ini.
3. Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes selaku ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
4. Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes selaku ketua Progra Studi Kesehatan
Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan selaku pembimbing I
yang telah membina, menyediakan waktu, tenaga , memberikan saran atau
masukan, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi
sehingga dapat selesai tepat waktu.
5. H. Edy Bachrun, S.KM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah membina,
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
menyusun skripsi sehingga dapat selesai tepat waktu.
6. Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes selaku dewan penguji yang senantiasa
mendampingi, memberikan saran atau masukan, dan membantu kelancaran
sidang skripsi.
7. Seluruh manajemen Puskesmas Demangan Kota Madiun yang telah
mengizinkan dan membantu penulis dalam penelitian.

viii
8. Keluarga yang selalu memberikan support dan doa yang terbaik.
9. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun yang saling mendukung dan bekerjasama dalam menyelesaikan
tugas akhirnya.
Proposal Skripsi ini telah penulis susun seoptimal mungkin, namun penulis
menyadari bahwa masih tedapat kekurangan dalam laporan ini. Demi perbaikan
skripsi ini, maka diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun.

Madiun, 15 Agustus 2019

Penyusun

ix
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
2019
ABSTRAK
Ayu Araras Angrosowani
Hubungan Self Efficacy Dan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Pap
Smear Pada Pus Di Kelurahan Pandean Kota Madiun
81 halaman + 15 tabel + 3 gambar + 6 lampiran
LatarBelakang: Pap smear sebagai salah satu pemeriksaan skrining yang penting
untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Dari ke 6 puskesmas yang
terdapat di kota madiun terdapat salah satu Puskesmas yang belum memenuhi
target sasaran (sebesar 80%) dalam pemeriksaan pap smear yaitu, Puskesmas
Demangan yang baru menunjukkan angka capaian sebesar 17%. Dengan jumlah
peserta 314 dari total PUS sebanyak 2367 orang. Dari hasil pemeriksaan pap
smear pada Puskesmas Demangan dengan hasil terendah yaitu di Kelurahan
Pandean pada tahun 2018 hanya terdapat 63 orang. Permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini adalah keikutsertaan PUS untuk ikut melaksanakan program
pap smear. Dengan tujuan mengetahui hubungan self efficacy dan dukungan suami
terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS di Kelurahan Pandean Kota Madiun.
Metode: Menggunakan penelitian deskriptif Analitik dengan pendekatan
rancangan cross sectional. Sampel terdiri dari 110 responden. Data dianalisis
dengan menggunakan uji Chi-Square dengan derajat kemaknaan 0,05.
Hasil: Hasil penelitian didapatkan hubungan self efficacy (p value= 0,029 : RP=
6,2) dan dukungan suami (p value= 0,735 : RP= 1,4).
Kesimpulan dan saran: ada hubungan self efficacy terhadap pemeriksaan pap
smear pada PUS di Kelurahan Pandean Kota Madiun. Tidak ada hubungan
dukungan suami dengan pemeriksaan pap smear pada PUS di Kelurahan Pandean
Kota Madiun. Diperlukannya upaya lebih, dukungan sosial, serta edukasi bagi
para PUS (istri) untuk mencegah terjadinya kanker serviks dan meningkatkan
pemeriksaan program pap smear.
Kata Kunci : Self Efficacy, Dukungan Suami, Pap Smear
Kepustakaan: 27 (2012-2018)

x
PUBLICH HEALTH PROGRAM
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019

ABSTRACT
Ayu Araras Angrosowani

Relationship between Self Efficacy and Husband Support for Pap Smear
Examination in Fertile Age Couples in Pandean Village, Madiun City
81 pages + 15 tables + 3 images + 6 attachments
Background: From the 6 health center located in the city of Madiun there is one
health center that has not met the target (by 80%) in the pap smear examination,
namely, the new Demangan Community Health Center shows a achievement rate
of 17%. With the number of participants 314 of the total Fertile Couples of 2367
people. From the results of the pap smear examination at Demangan Health
Center with the lowest results, namely in Pandean Village in 2018 there were only
63 people. The problem examined in this study is the participation of fertile
couples to participate in pap smear programs. In order to find out the relationship
between self efficacy and husband support for pap smear examinations on Fertile
Couples in Pandean Village Madiun City.
Method: Using descriptive analytical research with cross sectional design
approach. The sample consisted of 110 respondents. Data were analyzed using the
Chi-Square test with a significance egree of 0.05.
Results: The results of the study found a relationship of self efficacy (p value =
0.029: RP = 6.2) and husband support (p value = 0.735: RP = 1.4).
Conclusions and suggestions: there is a relationship between self efficacy
against pap smear examination in Fertile Couples in Pandean Village, Madiun
City. There is no relationship between husbandsupport and pap smear
examination at Fertile Age Couples in Pandean Village, Madiun City. The need
for more efforts, social support, and education for Fertile Age Couples (wife) to
prevent cervical cancer and increase examination of the pap smear program..
Keywords: Self Efficacy, Husband Support, Pap Smear
Literature: 27 (2012-2018)

xi
DAFTAR ISI

Sampul Luar ................................................................................................... i


Sampul Dalam ................................................................................................ ii
Lembar Persetujuan ...................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ....................................................................................... iv
Lembar Persembahan ................................................................................... v
Halaman Pernyataan .................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... vii
Kata Pengantar .............................................................................................. viii
Abstrak ........................................................................................................... x
Abstract ........................................................................................................... xi
Daftar Isi ......................................................................................................... xii
Daftar Tabel.................................................................................................... xvi
Daftar Gambar ............................................................................................... xv
Daftar Lampiran ........................................................................................... xvi
Daftar Istilah .................................................................................................. xvii
Daftar Singkatan ............................................................................................ xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................................ 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjuan Umum Tentang Pap Smear ...................................................... 9
2.2 Tinjauan Umum Tentang Self Efficacy................................................. 14
2.3 Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga ..................................... 28
2.4 Tinjauan Umum Tentang PUS ............................................................. 35
2.5 Faktor- Faktor Yang Berhubungan Tentang Pap Smear ...................... 36
2.6 Kerangka Teori ..................................................................................... 44
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................. 45
3.2 Hipotesis ................................................................................................ 46
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ................................................................................... 47
4.2 Populasi dan Sampel ............................................................................. 48
4.3 Teknik Sampling ................................................................................... 50
4.4 Kerangka Kerja Penelitian.................................................................... 51
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 52
4.6 Instrumen Penelitian .............................................................................. 54
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 57
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 58
4.9 Teknik Analisis Data ............................................................................ 60
4.10 Etika Penelitian.................................................................................... 61

xii
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum ................................................................................. 63
5.2 Hasil Penelitian ..................................................................................... 64
5.3 Pembahasan .......................................................................................... 70
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 78
6.2 Saran ..................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80
LAMPIRAN .................................................................................................... 83

xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel ..............................................................53
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Self Efficacy ..........................................................55
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Dukungan Suami ...................................................55
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas pemeriksaan pap smear .........................................56
Table 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................57
Tabel 4.7 Realisasi Kegiatan ................................................................................57
Tabel 4.8 Coding Variabel Penelitian .................................................................59
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .......................................65
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................65
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .................................66
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Self Efficacy .......................................................67
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami .................................................67
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Pap Smear ......................................68
Tabel 5.7 Tabel silang Self Efficacy ....................................................................69
Tabel 5.8 Tabel Silang Dukungan Suami .............................................................70

xiv
DAFTAR GAMBAR
2.6 Gambar Kerangka Teori ..................................................................................44
3.1 Gambar Kerangka Konsep ..............................................................................45
5.1 Peta Kelurahan Pandean .................................................................................64

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 2 : Kartu Bimbingan Tugas Akhir
Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Self Efficacy
Lampiran 5 : Hasil Uji Validiatas Dan Reliabilitas Dukungan Suami
Lampiran 6 : Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Pap Smear
Lampiran 7 : Input Data Univariat Dan Bivariat
Lampiran 8 : Hasil Distribusi Frekuensi Responden
Lampiran 9 : Hasil Bivariat Self Efficacy
Lampiran 10: Hasil Bivariat Dukungan Suami
Lampiran 11: Kuesioner
Lampiran 12: Penelitian Terhadap Responden

xvi
DAFTAR ISTILAH
Pap Smear : Pemeriksaan deteksi dini kanker serviks
Self Efficacy : Keyakinan akan kemampuan untuk mencapai sesuatu pada
diri sendiri
Ginekologi : Dokter (petugas kesehatan)
Premalignant : Prakeganasan
Malignancy : Tumor
Endometrium : Lapisan terdalam pada rahim
Skrining : Deteksi dini suatu penyakit
Displasia : Pembentukan sel secara tidak beraturan
Tuba Fallopi : Buluh rahim atau dua saluran yang menghubungkan
ovarium mamalia betina dengan rahim
kemoterapi : Pengobatan kanker
Ovarium : Indung telur
Ovulasi : Proses pelepasan ovum (sel telur)
Maturitas : Kedewasaan (kematangan)
Menstruasi :Proses keluarnya darah dari vagina yang terjadi akibat
siklus bulanan alami pada tubuh wanita
Ovule :Tempat bersemayamnya sel telur
Sitologi :Cabang biologi yang berhubungan dengan studi sel,
struktur, fungsi, dan biokimia
Menopause :Berakhirnya siklus menstruasi secara alami saat wanita
memasuki usia 45- 55 tahun
Self Control :Kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya secara
sadar agar menghasilkan perilaku yang tidak merugikan
orang lain
Self Regulatory : Kemampuan
Cross Sectional :Kemampuan yang dimiliki manusia berupa kemampuan
berfikir
Independent : Variabel bebas dalam penelitian
Dependent : Variabel terikat dalam penelitian
Confidennality : Kerahasiaan
Beneficience : Manfaat
Justice : Adil
Non Maleficence : Tidak Membahayakan

xvii
DAFTAR SINGKATAN

BPS : Badan Pusat Statistik


HPV : Human Papiloma Virus
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IUD : Infrauterine Device
IVA : Inspeksi Visual Asam Asetat
PUS : Pasangan Usia Subur
SADANIS : Pemeriksaan Payudara Klinis
WHO : World Health Organization

xviii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan perempuan merupakan salah satu indikator pencapaian kesehatan

di dunia, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan perempuan masih menjadi

tugas bagi pemerintah dan tenaga kesehatan, terkait tingginya angka kematian ibu.

Penyebab tingginya angka kematian ibu salah satunya kanker serviks yang

merupakan penyakit pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh 70% HPV

(Human Papiloma Virus) onkogenik tipe 16 dan 18 (Silalahi Veronica,dkk,2016).

Pap smear sebagai salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk

mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di

Indonesia mengingat WHO menempatkan Indonesia sebagai negara dengan

jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia. Dilihat dari hasil data, tiap

harinya 20 dari 40 wanita di Indonesia yang terdiagnosa kanker serviks meninggal

dunia (Media Komunikasi Publik Kemenkes RI, 2015).

Kendala yang selama ini ditemukan dalam usaha skrining kanker serviks

adalah keengganan wanita diperiksa karena malu, kerepotan, keraguan akan

pentingnya pemeriksaan, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya

pemeriksaan, takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi,

ketakutan merasa sakit pada saat pemeriksaan, tidak diizinkan suami serta rasa

segan diperiksa oleh dokter pria atau pun bidan dan kurangnya dukungan keluarga

terutama suami (Rahma, 2011).

1
2

Menurut World Health Organization (WHO) di seluruh dunia, kanker serviks

adalah kanker tersering pada wanita dengan perkiraan 570.000 kasus baru pada

tahun 2018 yang mewakili 7,5% dari semua kematian akibat kanker wanita. Lebih

dari 85% di antaranya terjadi di daerah yang kurang berkembang termasuk

Indonesia (Rio Susi, Sri Eunike,2017)

Kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang

tertinggi prevalensinya pada perempuan di Indonesia. Kedua kanker ini dapat

ditemukan pada tahap yang lebih dini, namun 70% penderita kanker baru

mengetahui bahwa mereka sudah berada pada stadium lanjut. Kanker leher rahim

dapat ditemukan pada tahap sebelum kanker (lesi prakanker) dengan metode

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan pap smear. Jika ditemukan pada tahap

lebih dini dapat menurunkan angka kematian dan menghemat pembiayaan

kesehatan yang sangat tinggi, terutama dari kedua kanker ini. Di Indonesia sampai

dengan tahun 2017 sudah dilakukan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara

terhadap 3.040.116 perempuan usia 30-50 tahun (2,98%). Pemeriksaan dilakukan

menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) untuk deteksi

dini kanker payudara dan pemeriksaan IVA atau Pap Smear untuk deteksi dini

kanker leher rahim (Kemenkes RI, 2017)

Terkait dengan program pencegahan kanker serviks, Kementerian Kesehatan

telah menargetkan sampai dengan tahun 2025 sebesar 80% wanita usia 30-50

tahun harus melakukan deteksi dini kanker serviks. Tingginya jumlah penderita

kanker idealnya di imbangi dengan penyediaan pelayanan kesehatan dalam

membantu pencegahan kanker itu sendiri dengan skrining tanda dan gejala dini
3

dan diperlukan trainer di setiap wilayah Indonesia untuk memberikan pelatihan

kepada tenaga kesehatan tentang deteksi dini (Kemenkes RI, 2015).

Jumlah keseluruhan penderita kanker serviks di Jawa Timur mencapai 1.844

kasus. Pemeriksaan IVA atau pap smear dilakukan pada perempuan usia 30-50

tahun. Di Jawa Timur perempuan yang diperiksa IVA atau Pap Smear sebanyak

192.169 perempuan (3,07%) dan hasil positif pemeriksaan sebanyak 9.494

perempuan (4,94%). (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2017)

Di Kota Madiun pada Tahun 2017 dilakukan pemeriksaan Leher Rahim dan

Payudara dilaksanakan bersamaan, dengan jumlah yang diperiksa sebanyak 2.980

orang atau sebanyak 24,09% dari jumlah penduduk perempuan berumur 30-50

Tahun sebesar 12.370 orang (Hasil Proyeksi Estimasi BPS).(Profil Kesehatan

Kota Madiun 2017)

Dari ke 6 puskesmas yang terdapat di kota madiun terdapat salah satu

Puskesmas yang belum memenuhi target sasaran (sebesar 80%) dalam

pemeriksaan pap smear yaitu, Puskesmas Demangan yang baru menunjukkan

angkai capaian sebesar 17%. Dengan jumlah peserta 314 dari total PUS sebanyak

2367orang. (Dinas Kesehatan Kota Madiun, 2017).

Pada wilayah kerja Puskesmas Demangan terdapat 5 Kelurahan yaitu Taman,

Kuncen, Josenan, Pandean, dan Demangan. Dari hasil pemeriksaan pap smear

pada Puskesmas Demangan dengan hasil terendah yaitu di Kelurahan Pandean

pada tahun 2018 hanya terdapat 63 orang. Sedangkan target pemeriksaan di

Puskesmas pada setiap Kelurahan sebesar 215 orang.


4

Untuk meningkatkan partisipasi PUS dalam pemeriksaan pap smear,

Puskesmas Demangan mengadakan program-program khusus salah satunya yaitu

diadakannya kegiatan penyuluhan. Kegiatan tersebut dilakukan oleh petugas

kesehatan yang bekerja sama dengan tokoh masyarakat. Kegiatan penyuluhan

membahas tentang kanker serviks, pentingnya program pap smear, serta manfaat

mengikuti pap smear secara rutin.

Menurut penelitian Artiningsih Tahun 2011, bahwa sikap sangat berpengaruh

terhadap peilaku wanita usia subur dalam melakukan deteksi dini kanker serviks.

Wanita menolak dilakukan pap smear karena rasa malu dan tidak diizinkan oleh

suami. Hal ini menunjukkan bahwa wanita enggan melakukan pemeriksaan pap

smear karena itu merupakan hal yang sangat tabu dan harus mendapat persetujuan

dari keluarga (suami) terlebih dahulu. Kuatnya tradisi dalam keluarga

memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan (dalam Reza Tiffany,2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Salma pada Tahun 2013 menunjukan bahwa

52,2% wanita yang mendapat dukungan suami cenderung melakukan pemeriksaan

Pap Smear dibandingkan wanita yang tidak mendapat dukungan. Seseorang

melakukan sesuatu karena mendapat dukungan dan dorongan dari orang

disekitarnya yang menganjurkan untuk hidup sehat. Untuk melakukan upaya

pencegahan seseorang membutuhkan dukungan dari semua pihak seperti

keluarga(Suami), teman dekat, petugas kesehatan, tokoh agama, dan tokoh

masyarakat (dalam Benedikta Klasia,2016).


5

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti ingin meneliti tentang “hubungan self

efficacy dan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS

(Pasangan Usia Subur) di Kelurahan Pandean?”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut, “Apa ada hubungan self efficacy dan dukungan

suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS di Kelurahan Pandean?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan self efficacy

dan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS di

Kelurahan Pandean.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi self efficacy PUS terhadap pemeriksaan pap smear di

Kelurahan Pandean.

2. Mengidentifikasi dukungan suami pada PUS terhadap pemeriksaan pap

smear di kelurahan Pandean.

3. Menganalisis hubungan self afficacy pada PUS terhadap pemeriksaan pap

smear di Kelurahan Pandean.

4. Menganalisis hubungan dukungan suami pada PUS terhadap pemeriksaan

pap smear di Kelurahan Pandean.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Informasi yang diperoleh tentang pengaruh self efficacy dan dukungan

suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS dapat digunakan sebagai

motivasi maupun upaya pencegahan (preventif) untuk melaksanakan pap

smear.

1.4.2 Bagi Puskesmas

Dapat memberikan masukan kepada Puskesmas mengenai pengaruh

self efficacy dan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS

untuk melakukan upaya pencegahan yang lebih tepat kepada sasaran.

1.4.3 Bagi STIKES Bhakti HusadaMuliaMadiun

Dapat menjadi tambahan kepustakaan (bahan referensi) dan untuk

memperkaya pustaka yang sudah ada sehingga dapat dimanfaatkan oleh

peserta didik berikutnya dalam proses pendidikan. Serta mendapatkan

keilmuan baru tentang pentingnya melakukan pap smear yang bermanfaat

bagi seluruh anggota atau kayawan wanita yang sudah dinyatakan sebagai

PUS(Pasangan Usia Subur) di isntitusi.

1.4.4 Bagi Peneliti

Dapat memperoleh keterampilan, pengalaman, dan wawasan mengenai

pengaruh self efficacy dan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear

pada PUS yang dapat diterapkan dan dikembangkan lebih lanjut.


7

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Judul Penelitian Nama dan Rancangan Variabel


No Hasil Penelitian
Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
1. Self Efficacy Wanita Usia Penelitian Pengetahuan Hasil analisis statistik
Subur Untuk Melakukan Pap kuantitatif dan Dukungan menunjukan nilai
Smear Ditinjau Dari menggunakan suami. signifikansi sebesar
Pengetahuan Dan Dukungan pendekatan 0,000<(α=0,05)
Suami. Crossectional. bahwa H1 diterima
Suci Anggraeni, 2016. Di yaitu pengaruh
Desa Sumber Wilayah Kerja pengetahuan dan
Puskesmas Karangan dukungan suami
Trenggalek terhadap self eficacy
wanita usia subur
Pengetahuan dan
dukungan suami
mempengaruhi self
eficacy sebesar
51,9% dan
dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak
diteliti sebesar
48,1%.
2. Hubungan Motivasi dengan Studi Karakteristik, Sebanyak 15
Faktor-Faktor yang deskriptif pengetahuan, responden (20%)
Mempengaruhi Wanita Usia dengan sikap, sosialisasi melakukan pap
Subur dalam Melakukan Pap metode puskesmas, smear. Dukungan
Smear di Kecamatan kuantitatif dan keterjangkauan, suami dan
Cipondoh, Kota Tangerang. cross sectional dukungan suami pengetahuan
Rayhana,Hatfina Izzati, memiliki hubungan
2016. di Kecamatan signifikan terhadap
Cipondoh, Kota Tangerang keikutsertaan pap
smear (p<0,05).
Sedangkan variabel
sikap memiliki
sedikit hubungan
(p=0,066).
3. Faktor Personal, Self Deskriptif Personal, factor Hubungan antara
Efficacy, Dan Upaya korelatif self efficacy faktor personal dan
Pencegahan Kanker Serviks dengan prevention upaya pencegahan
Pada Perempuan Usia pendekatan kanker serviks
Produktif. Ni Ketut Alit cross sectional menghasilkan
Armini, Iqlima Dwi Kurnia, p=0,025 sedangkan
Fani Lailatul Hikmah,2016. variabel self efficacy
Wilayah kerja Puskesmas dengan upaya
Kenjeran Surabaya pencegahan kanker
serviks pada WUS
menghasilkan
p=0,094.
8

Beberapa hal yang membedakan peneltian ini dengan penelitian sebelumnya


adalah:
1. Tahun pelaksanaan penelitian yaitu tahun 2019.
2. Tempat penelitian yaitu di Kelurahan Pandean Kota Madiun.
3. Desain penelitian yaitu menggunakan metode deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional.
4. Analisis data menggunkan analisis univariat dan bivariat.
5. Pengolahan data menggunkan uji chi square.
6. Variable dependent (variabel bebas) yaitu self efficacy dan dukungan
suami.
7. Variable independent (variabel terikat) yaitu pemeriksaan pap smear.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Pap Smear

2.1.1 Definisi Pap Smear

Pemeriksaan uji pap (pap Smear) adalah pengamatan sel-sel yang di

eksfoliasi dari genetalia wanita. Uji pap telah terbukti dapat menurunkan kejadian

kanker serviks yang ditemukan stadium pra kanker, ceoplasia, intraepitel serviks

(NIS). (Syafrudin, Hamidah 2009).

Tes papanikolau atau Pap Smear adalah metode skrining ginekologi.

Dilakukan pertama kali oleh Georgis Papanikolaou untuk menemukan proses-

proses premalignant atau prakeganasan dan malignancy atau keganasan di leher

rahim bagian luar, dan infeksi dalam leher rahim bagian dalam endometrium.

Skrining secara teratur dapat mencegah sebagian besar kasus kanker serviks. Tes

pap dapat mendeteksi perubahan awal sel leher rahim (displasia) sebelum berubah

menjadi kanker. Pap Smear juga dapat mendeteksi sebagian besar kanker serviks

pada tahap awal (Emillia, dalam Ulul Azmi 2017).

Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding

leher rahim dengan menggunakan mikroskop untuk mendeteksi kanker serviks,

yang dilakukan secara mudah, cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat (Wijaya,

dalam Ulul Azmi 2017).

9
10

Pap Smear adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari

serviks yang kemudian di periksa di bawah mikroskop untuk melihat

perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut (Saraswati Lia Karisma,

2011).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pap Smear adalah

pemeriksaan deteksi dini kanker serviks yang disebabkan oleh virus HPV

dengan membawa hasil tes pada laboratorium (dibawah mikroskop) dengan

lebih akurat.

2.1.2 Indikasi pap smear

Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya

mereka yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan

juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri.

Berikut ini adalah wanita-wanita sasaran tes pap smear yaitu :

1. Wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum menikah namun

aktivitas seksualnya sangat tinggi.

2. Wanita yang berganti-ganti pasangan sesual atau pernah menderita HIV

atau kutil kelamin.

3. Wanita yang berusia diatas 30 tahun atau lebih.

4. Wanita yang memakai alat kontrasepsi lebih dari 5 tahun (terutama dengan

hormonal dan IUD).

5. Wanita dengan keputihan kronis.

6. Wanita yang sudah monopause dan mengeluarkan darah pervaginam.

7. Wanita yang sering berganti-ganti pasangan seks.


11

8. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal sesering

mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker

serviks.

2.1.3 Tujuan Pap Smear

Adalah menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang

menjadi kanker termasuk infeksi HPV (Syafrudin, Hamidah 2009).

2.1.4 Manfaat Pap Smear

Manfaat pap smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut

(Manuaba, dalam Ulul Azmi 2017).

1. Diagnosis dini keganasan

Pap smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus

endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.

2. Perawatan ikutan dari keganasan

Pap smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah

mendapat kemoterapi dan radiasi.

3. Interpretasi hormonal wanita

Pap smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi

atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan

kemungkinan keguguran pada hamil muda.

4. Menentukan proses peradangan

Pap smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai

infeksi bakteri dan jamur.


12

2.1.5 Wanita yang dianjurkan pap smear

Wanita Usia Subur (WUS) merupakan masa terpenting bagi wanita dan

berlangsung kira-kira 33 tahun dimana organ reproduksinya berfungsi dengan

baik antara umur 17-45 tahun. Wanita dianjurkan untuk melakukan

pemeriksaan Pap Smear ke dokter, baik bagi mereka yang telah melakukan

pertama kali berhubungan seksual maupun yang sudah melakukan melakukan

hubungan seksual (sudah menikah). Wanita yang dianjurkan untuk

melakukan pemeriksaan Pap Smear sebagai berikut :

1. Wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun aktivitas

seksualnya tinggi.

2. Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah mencerita HPV

(Human Papilloma Virus) atau kutil kelamin

3. Wanita yang berusia diatas 35 tahun

4. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal

5. Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun

kanker serviks

6. Wanita yang menggunaka pil KB (Sukaca dalam Arindi Lolyta 2018).

2.1.6 Waktu untuk melakukan pap smear

Pemeriksaan Pap Smear dapat dilakukan kapan saja kecuali pada saat

haid karena darah atau sel dari dalam rahim dapat mengganggu keakuratan

hasil Pap Smear, namun waktu yang tepat untuk melakukan Pap Smear

adalah satu atau dua minggu setelah berakhir masa menstruasi.


13

Adapun waktu untuk melakukan Pap Smear secara teratur dari segi usia

adalah:

1. Usia < 21 tahun dan aktif seksual: 3 tahun sekali

2. Usia 21-29 tahun: 3 tahun sekali

3. Usia 30- 65 tahun: 3-5 tahun sekali jika hasil tes sebelumnya negatif

2.1.7 Syarat-syarat Pap Smear

Syarat-syarat yang harus dilakukan dalam pemeriksaan Pap Smear

antara lain:

1. Mengisi blanko permintaan secara lengkap.

2. Jangan lakukan pemeriksaan lainnya sebelum pengambilan sampel.

3. Sebaiknya dilakukan diluar menstruasi, kecuali pada perdarahan vagina

abnormal sampel dapat diambil dengan melakukan tampon vagina sebelum

mengambil sampel.

4. Bila pasien menggunakan obat berupa vagina ovule, harus dihentikan

seminggu sebelum pengambilan sampel.

5. Untuk pasien paska persalinan, paska pembedahan, atau paska radiasi

hanya bisa dilakukan setelah penyembuhan untuk menghindari adanya sel

inflamasi yang dapat menganggu interpretasi pemeriksaan sitologi.

6. Pada kasus yang dicurigai adanya keganasan endometrium, disarankan

untuk mengambil sampel pada fornik posterior atau melakukan kerokan

pada endometrium secara langsung.

7. Sebelum melakukan pemeriksaan, pertama kali akan diminta untuk

mengosongkan kandung kemih.


14

8. Tidak melakukan pemeriksaan Pap Smear saat sedang hamil, sebaiknya

dilakukan atau tiga bulan setelah melahirkan atau darah nifas sudah bersih.

9. Tidak melakukan hubungan seksual minimal 2x24 jam (Emilia, dalam

Ulul Azmi 2017).

2.1.8 Interpretasi Hasil Pap Smear

Terdapat banyak sistem dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan

pap smear, berikut ini dijelaskan kalsifikasi Papanicolaou membagi hasil

pemeriksaan menjadi 5 kelas yaitu :

1. Kelas I : Tidak ada sel abnormal

2. Kelas II : Terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi

adanya keganasan.

3. Kelas III : Gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, dysplasia ringan

sampai sedang.

4. Kelas IV : Gambaran sitologi dijumpai displasia berat.

5. Kelas V : Keganasan.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Self Efficacy (Efikasi Diri) Terhadap Pap

Smear.

2.2.1 Definisi Self Efficacy

Albert Bandura (dalam Baron dan Byrne, 2004) mencetuskan teori tentang

efikasi diri (self efficacy), yaitu perasaan akan kemampuan kita dalam

mengerjakan suatu tugas, perasaan bahwa diri kita kompeten dan efektif

(Triningtyas Diana Ariswanti, 2016).


15

Self efficacy adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang

kemampuannya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari kerja kerasnya

mempengaruhi cara mereka berperilaku, Bandura (dalam Ni‟mah Ainun, 2014).

Alwisol (dalam Ni‟mah Ainun, 2014) mendefinisikan self efficacy adalah

penilaian, apakah dapat melakukan tindakan yang baik dan buruk, tepat atau

salah, bisa atau tidak mengerjakan sesuai dengan dipersyaratkan. Efficacy ini

berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang

ideal yang seharusnya dapat dicapai, sedangkan efficacy menggambarkan

penilaian kemampuan diri.

Sedangkan Feist & Feist (dalam Ni‟mah Ainun, 2014) menyatakan bahwa

self efficacy sebagai “keyakinan individu bahwa mereka mampu untuk melakukan

suatu tindakan yang akan menghasilkan sesuatu yang duharapkan”. Manusia

bertindak dalam suatu situasi bergantung pada hubungan timbal balik dari

perilaku, lingkungan, dan kondisi kognitif, terutama faktor-faktor kognitif yang

berhubungan dengan bahwa mereka mampu atau tidak mampu melakukan suatu

tindakan untuk menghasilkan pencapaian yang diinginkan dalam suatu situasi.

2.2.2 Dimensi Self Efficacy

1. Dimensi tingkat (Level / Magnitude)

Dimensi ini mengacu pada derajat kesulitan tugas individu, yang mana

individu merasa mampu untuk melakukannya. Penilaian self efficacy pada setiap

individu akan berbeda-beda, baik pada saat menghadapi tugas yang mudah atau

tugas yang sulit. Ada individu yang memiliki self efficacy tinggi hanya pada tugas

yang bersifat mudah dan sederhana, namun ada pula yang memiliki self efficacy
16

tinggi pada tugas yang bersifat sulit dan rumit. Individu dapat merasa mampu

melakukan suatu tugas mulai dari tugas yang sederhana, agak sulit, dan teramat

sulit.

Hal ini akan disesuaiakan dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk

memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan bagi masing-masing tingkat atau

tingkat tuntutan tugas dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat

kepandaian/kecerdikan, usaha, ketepatan, produktifitas, dan pengaturan diri (self

regulation). Mengingat pentingnya program pap smear sebagai upaya pencegahan

kanker serviks PUS dapat atau tidak melakukan pemeriksaan tersebut berdasarkan

keyakinan masing-masing.

2. Dimensi kekuatan (Strength)

Dimensi ini menunjuk pada seberapa yakin individu dalam menggunakan

kemampuannya pada pengerjaan tugas. Dengan self efficacy, kekuatan untuk

usaha yang lebih besar mampu di dapat. Individu yang memiliki keyakinan yang

kurang kuat untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya dapat dengan

mudah menyerah apabila menghadapi hambatan dalam menyelesaikan suatu

tugas. Sebaliknya, individu yang memiliki keyakinan yang kuat akan

kemampuannya akan terus berusaha meskipun menghadapi satu hambatan.

Dengan adanya motivasi dalam diri (niat) PUS dalam upaya pencegahan penyakit

kanker serviks dan berbagai dukungan dari keluarga (terutama suami), teman ,

atau petugas kesehatan setempat tentunya akan mampu menjalani tes pap smear.
17

3. Dimensi Generalisasi (Generality)

Generality menjelaskan keyakinan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas

tertentu dengan tuntas dan baik. Disini setiap individu memiliki keyakinan yang

berbeda-beda sesuai dengan tugas-tugas yang berbeda pula. Ruang lingkup tugas-

tugas yang dilakukan bisa berbeda dan tergantung dari persamaan derajat

aktivitas, kemampuan yang diekspresikan dalam hal tingkah laku, pemikiran dan

emosi, kualitas dari situasi yang ditampilkan dan sifat individu dalam tingkah laku

secara langsung ketika menyelesaikan tugas. Dengan melihat pengalaman (hasil

tes) dari orang lain serta pengetahuan yang cukup akan memunculkan keberanian

akan pemeriksaan pap smear dengan rutin tanpa adanya suatu paksaan.

2.2.3 Sumber-Sumber Terbentuknya Self Efficacy

Berdasarkan teori self efficacy Bandura (dalam Ni‟mah Ainun, 2014)

menyebutkan keyakinan efficacy turut berkembang sepanjang hayat. Self efficacy

pribadi itu didapatkan, dikembangkan atau diturunkan melalui salah satu atau dari

kombinasi dari empat sumber berikut:

1. Pengalaman Penguasaan.

Keberhasilan membangun keyakinan yang kuat akan kemanjuran pribadi

seseorang. Kegagalan merusaknya, terutama jika kegagalan terjadi sebelum rasa

kemanjuran mapan.Jika orang hanya mengalami kesuksesan yang mudah, mereka

datang untuk mengharapkan hasil yang cepat dan mudah berkecil hati karena

kegagalan. Rasa kemanjuran yang tangguh membutuhkan pengalaman dalam

mengatasi hambatan melalui upaya gigih. Tujuan dalam mengajarkan bahwa

kesuksesan biasanya membutuhkan upaya yang berkelanjutan. Setelah orang


18

menjadi yakin mereka memiliki apa yang diperlukan untuk berhasil, mereka

bertahan dalam menghadapi kesulitan dan dengan cepat rebound dari

kemunduran. Dengan bertahan melalui masa-masa sulit, mereka muncul lebih

kuat darinya kesulitan.

2. Model Sosial

Melalui pengalaman perwakilan yang disediakan oleh model sosial. Melihat

orang yang mirip dengan dirinya berhasil oleh upaya berkelanjutan menimbulkan

keyakinan bahwa mereka juga memiliki kemampuan yang sebanding untuk

berhasil. Dengan cara yang sama, mengamati kegagalan orang lain meskipun

upaya yang tinggi menurunkan penilaian pengamat atas kemanjuran mereka

sendiri dan melemahkan upaya mereka. Dampak pemodelan pada persepsi self-

efficacy sangat dipengaruhi oleh kesamaan yang dirasakan dengan model. Itu

semakin besar persamaan yang diasumsikan, semakin persuasif keberhasilan dan

kegagalan model. Jika orang melihat model sangat berbeda dari diri mereka yang

dirasakan self-efficacy mereka tidak banyak dipengaruhi oleh perilaku model dan

hasil yang dihasilkannya.Pengaruh pemodelan lebih dari sekadar memberikan

standar sosial yang dapat digunakan untuk menilai seseorang untuk kemampuan

diri sendiri.

3. Persuasi Verbal

Cara ketiga untuk memperkuat self efficacy adalah dengan persuasi verbal.

Persuasi verbal berhubungan dengan dorongan atau hambatan yang diterima oleh

seseorang dari lingkungan sosial yang berupa pemaparan mengenai penilaian

secara verbal dan tindakan dari orang lain, baik secara disengaja maupun tidak
19

disengaja. Individu mendapat bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa ia dapat

mengatasi dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu untuk

berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Sumber yang

dipercaya pengaruhnya dalam meningkatkan self efficacy, semakin dipercaya

sumber persuasi verbal maka akan semakin berpengaruh pada self efficacy begitu

pun sebaliknya.

4. Kondisi Fisik Dan Emosi

Faktor terakhir yang mempengaruhi self efficacy adalah kondisi fisik dan

emosi (somatic and emotional state). Seseorang juga mengandalkan pada kondisi

fisik dan emosi untuk menilai kemampuan mereka. Reaksi stres dan ketegangan

akan dianggap sebagai tanda bahwa mereka akan memiliki perfoma yang buruk,

sehingga akan menurunkan self efficacy mereka.

Dalam aktivitas yang melibatkan kekuatan dan stamina, orang akan menilai

kelelahan, dan rasa sakit mereka sebagai tanda dari kelemahan. Dalam hal ini

bukan reaksi fisik dan emosi yang penting, tetapi bagaimana mereka mengetahui

dan mengartikan kondisi fisik dan emosi mereka. Seseorang yang yakin akan

kondisi emosi dan fisik mereka akan mempunyai self efficacy yang lebih besar,

sedangkan mereka yang ragui dengan keadaan mereka maka akan melemahkan

self efficacy mereka.

2.2.4 Proses Terjadinya Self Efficacy

Dalam penelitian Bandura pada tahun 1994 mengemukakan bahwa terdapat

empat proses psikologis dalam self efficacy yang turut berperan dalam diri

manusia yaitu :
20

1. Proses Kognitif

Proses kognitif merupakan proses berpikir, di dalamnya pemerolehan,

pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Sebagian besar tingkah laku

individu diatur oleh pemikiran mengenai tujuan yang igin dicapai. Tujuan tersebut

dipengaruhi oleh penilaian diri mengenai kapabilitas atau kemampuan yang

dimilikinya. Perolehan informasi mengenai dunia kerja dan karir secara umum

tersebut diorganisasikan oleh proses kognitif.

Keyakinan diri mempengaruhi bagaimana individu tersebut menafsirkan

keadaan, membentuk skenario, dan memvisualisasikan masa depan yang

direncanakan. Informasi dari hasil pengorganisasi tersebut menjadi pengatahuaan

dasar yang akan digunakan sebagai alternatif pilihan karirnya. Selanjutnya

individu mengevaluasi alternatif-alternatif dari informasi tersebut dan menetapkan

pilihan karir berdasarkan alternatif-alternatif tersebut.

Fungsi kognitif adalah memungkinkan individu untuk memprediksikan suatu

kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol hal-hal yang dapat

mempengaruhi kehidupan mereka. Untuk dapat memprediksi dan

mengembangkan cara tersebt diperlukan pemprosesan informasi melalui kognitif.

Proses kognitif ini juga dipengaruhi oleh bagaimana kepribadian yang dimiliki

oleh seseorang. Bagaimana cara pandangnya, baik itu terhadap dirinya maupun

orang lain dan kejadian disekitarnya berhubungan dengan self efficacy seseorang

dalam suatu aktivitas tertentu melalui mekanisme self regulatory.


21

1. Proses Motivasi

Kebanyakan motivasi manusia dibangkitkan melalui kognitif atau pikiran.

Individu memberi motivasi atau dorongan bagi diri mereka sendiri dan

mengarahkan tindakan melalui tahap-tahap pemikiran sebelumnya. Mereka

membentuk suatu keyakinan tentang apa yang dapat mereka lakukan.

Mengantisipasi hasil dari suatu tindakan, membentuk tujuan bagi diri mereka

sendiri dan merencanakan tindakan- tindakan yang diperlukan dalam mencapai

tujuan.

2. Proses Afeksi

Proses afektif merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi

emosional. Keyakinan individu akan kemampuan coping mereka, turut

mempengaruhi tingkatan stres dan depresi seseorang saat mereka menghadapi

situasi yang sulit. Persepsi self efficacy tentang kemampuannya mengontrol

sumber stress memiliki peranan akan kemampuannya untuk mengontrol situasi

cenderung tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Mereka cepat menyerah dalam

menghadapi masalah dalam hidupnya dan merasa usahanya tidak efektif.

Individu yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami

tingkat kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka,

memandang lingkungan sekitar penuh dengan ancaman, membesar-besarkan

masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang sebenarnya jarang terjadi.

Individu dengan self efficacy yag sangat rendah tidak akan mencoba untuk

mengatasi masalahnya, karena mereka percaya apa yang mereka lakukan tidak

akan membawa perbedaan.


22

3. Proses Seleksi

Manusia merupakan bagian dari lingkungan tempat dimana mereka berada.

Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu, turut

mempengaruhi dampak dari suatu kejadian. Individu cenderung menghindari

aktivitas dan situasi yang diluar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa

yakin bahwa mereka mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung

tidak menghindari situasi tersebut. Dengan adanya pilihan yang dibuat, individu

kemudian meningkatkan kemampuan, minat dan hubungan sosial mereka yang

lainnya.

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy

Bandura (dalam Ni‟mah Ainun, 2014) menyatakan bahwa faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi self efficacy pada diri individu antara lain :

1. Budaya

Budaya mempengaruhi self efficacy melalui nilai (values), kepercayaan

(belief). Dan proses pengaturan diri ( self-regulatory process) yang berfungsi

sebagai sumber penilaian self efficacy dan juga sebagai konsekuensi dari

keyakinan akan self efficacy. Dengan demikian melalui kepercayaan PUS akan

manfaat tes pap smear akan mempermudah menjalankannya.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap self efficacy. Hal ini dapat dilihat dari

penelitian Bandura (1997) yang menyatakan bahwa wanita self efficacy lebih

tinggi dalam mengelola perannya. Wanita yang memiliki peran selain sebagai ibu
23

rumah tangga juga sebagai wanita karir akan memiliki self efficacy yang tinggi

dibandingkan dengan pria yang bekerja.

Pada penelitian yang lainnya pada beberapa bidang pekerjaan tertentu pria

memiliki self efficacy yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita, begitu juga

sebaliknya self efficacy wanita unggul dalam beberapa pekerjaan dibandingkan

dengan pria. Pria biasanya memiliki self efficacy yang tinggi dengan pekerjaan

yang menuntut keterampilan teknis matematis. Kanker serviks banyak menyerang

seorang wanita dengan demikian peran wanita untuk melakukan tes pap smear

akan sangat penting bagi kesehatan yang lebih baik di masa mendatang.

3. Insentif eksternal

Faktor lain yang dapat mempengaruhi self efficacy individu adalah insentif

yang diperolehnya. Bandura menyatakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan self efficacy adalah competent contingens incentive, yaitu insentif

yang diberikan oleh orang lain yang mereflesikan keberhasilan seseorang.

Dukungan berupa suport dan memperhatikan perkembangan di sebelum maupun

sesudah pemeriksaaan. Dukungan tersebut bisa didapatkan melalui suami, anak,

teman, maupun orang lain.

4. Status atau peran individu dalam lingkungan

Individu akan memiliki status yang lebih tinggi akan memperoleh derajat

kontrol yang lebih besar sehingga self efficacy yang dimilikinya juga tinggi.

Sedangkan individu yang memiliki status yang lebih rendah akan memiliki

kontrol yang lebih kecil sehingga self efficacy yang dimilikinya juga rendah.
24

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan yang di dapatkan akan

semakin mempengaruhi PUS dalam melakukan tes pap smear.

2.2.6 Fungsi Self Efficacy

Menurut Bandura 1986 (dalam Ni‟mah Ainun, 2014) Self efficacy memiliki

fungsi dan berbagai dampak dari penilaian self efficacy sebagai berikut:

1. Pemilihan Aktivitas

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia seringkali dihadapkan dengan

pengambilan keputusan, meliputi pemilihan tindakan dan lingkungan sosial yang

ditentukan dari penilaian efficacy manusia tersebut. Seseorang cenderung untuk

menghindar dari situasi yang diyakini melampaui kemampuan diri mereka, dan

sebaliknya mereka akan mengerjakan sesuatu yang dinilai mampu untuk mereka

lakukan. Self efficacy yang tinggi akan dapat memacu keterlibatan aktif dalam

suatu kegiatan atau tugas yang kemudian akan meningkatkan kompetensi

seseorang. Sebaliknya, self efficacy yang rendah dapat mendorong seseorang

untuk menarik diri dari lingkungan dan kegiatan sehingga dapat mennghambat

perkembangan potensi yang dimilikinya.

2. Usaha dan Daya Tahan

Penilaian terhadap efficacy juga menentukan seberapa besar usaha yang

dilakukan seseorang dan seberapa lama ia akan bertahan dalam menghadapi

hambatan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Semakin tinggi self

efficacy seseorang maka semakin besar dan gigih pula usaha yang dilakukan.

Ketika dihadapkan dengan kesulitan, individu yang memiliki self efficacy yang

tinggi akan mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi tantangan tersebut.
25

Sedangkan orang yang meragukan kemampuannya akan mengurangi usahanya

atau bahkan menyerah sama sekali.

3. Pola Berpikir dan Reaksi Emosional

Penilaian mengenai kemampuan seseorang juga mempengaruhi pola berpikir

dan reaksi emosialnya selama interaksi aktual dan terinspirasi dengan lingkungan.

Individu yang menilai dirinya memiliki self efficacy rendah merasa tidak mampu

dalam mengatasi masalah atau tuntutan lingkungan, hanya akan terpaku pada

kekurangannya sendiri dan berpikir kesulitan yang mungkin timbul lebih berat

dari kenyataannya.

Self efficacy juga dapat membentuk pola berpikir kausal. Dalam mengatasi

persoalan yang sulit, seseorang yang memiliki self efficacy yang tinggi akan

menganggap kegagalan terjadi karena kurangnya usaha yang dilakukan.

Sedangkan orang yang memiliki self efficacy rendah lebih menganggap kegagalan

disebabkan kurangnya kemampuan yang ia miliki.

2.2.7 Pengaruh Self Efficacy Pada Tingkah Laku

Menurut Bandura (dalam Ni‟mah Ainun, 2014) self efficacy akan

mempengaruhi bagaimana individu merasakan, berpikir, memotivasi diri sendiri,

dan bertingkah laku. Self efficacy atau kapabilitas yang dimiliki individu akan

mempengaruhi tingkah lakunya dalam beberapa hal, seperti:

1. Tindakan individu, self efficacy menentukan kesiapan individu dalam

merencanakan apa yang harus dilakukannya. Individu dengan keyakinan diri

tinggi tidak mengalami keragu-raguan dan mengetahui apa yang harus

dilakukannya.
26

2. Usaha, self efficacy mencerminkan sebarapa besar upaya yang dikeluarkan

individu untuk mencapai tujuannya.

3. Daya tahan individu dalam menghadapi hambatan atau rintangan dan

kegagalan, individu dengan self efficacy tinggi mempunyai daya tahan yang

kuat dalam menghadapi rintangan atau kegagalan, serta dengan mudah

mengembalikan rasa percaya diri setelah mengalami kegagalan. Individu juga

beranggapan bahwa kegagalan dalam mencapai tujuan adalah akibat dari

kurangnya pengetahuan, bukan karena kurangnya keahlian yang dimilikinya.

Hal ini membuat individu berkomitmen terhadap tujuan yang ingin dicapainya.

Apabila individu telah memiliki pilihan karir yang sesuai dengan minatnya,

maka ia tidak akan mudah menyerah jika menemukan hambatan dalam proses

pencapaian tujuannya. Individu akan menganggap kegagalan sebagai bagian

dari proses, dan tidak menghentikan usahanya.

4. Ketahanan individu terhadap keadaan tidak nyaman, dalam situasi tidak

nyaman, individu dengan self efficacy diri tinggi menganggap sebagai suatu

tantangan, bukan merupakan sesuatu yang harus dihindari. Ketika individu

mengalami keadaan tidak nyaman dalam usaha untuk mencapai tujuan yang

diminati, ia akan tetap berusaha bertahan dengan mengabaikan

ketidaknyamanan tersebut dan berkonsetrasi penuh.

5. Pola pikir, situasi tertentu akan mempengaruhi pola pikir individu dengan self

efficacy tinggi, pola pikirnya tidak mudah terpengaruh oleh situasi lingkungan

dan tetap memiliki cara pandang yang luas dari beberapa sisi. Cara pandang
27

individu yang luas memungkinkan individu memiliki alternatif pilihan karir

yang banyak dari bidang yang diminati.

6. Stres dan depresi, bagi individu yang memiliki self efficacy rendah, kecemasan

yang dibangkitkan oleh stimulus tertentu akan membuatnya mudah merasa

tertekan. Jika perasaan tertekan tersebut berkelanjutan, maka dapat

mengakibatkan depresi. Dalam upaya memilih karir yang sesuai dengan

minatnya, jika individu menganggap realitas sulitnya jalur yang harus

ditempuh, prospek dunia kerja di masa depan dan sebagainya sebagai sumber

kecemasan, dan individu meragukan kemampuannya, maka individu akan

menjadi lebih mudah tertekan.

7. Tingkat pencapaian yang akan terealisasikan, individu dengan self efficacy

tinggi dapat membuat tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta

mampu menentukan bidang karir atau pendidikan sesuai dengan minat dan

kemampuannya tersebut.

Dari hasil penelitian ulfiana Elisa 2013 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden sebanyak 81,1% mempunyai kemampuan diri mampu untuk

melakukan papsmear dan 18,9% responden tidak mampu melakukan papsmear.

Kemampuan diri (Self Efficacy), kemampuan diri dalam membangun representasi

kepercayaan diri pada situasi tertentu yang dimiliki seseorang sehingga mereka

dapat melakukan coping pada situasi beresiko tinggi tanpa kambuh ke kebiasaan

mereka yang tidak sehat atau beresiko tinggi. Seseorang yang mempunyai self

efficacy maka akan lebih besar mencapai ke arah tujuan dan lebih besar untuk

mengadopsi atau merekomendasi perilaku.


28

Orang yang memilih perasaan tinggi yakin bahwa dia akan berhasil, sehingga

dia akan melaksanakan tugasnya dengan cepat dan percaya diri.Sedangkan orang

dengan self efficacy yang rendah yakin bahwa ia akan gagal. Dalam hal ini

wanita pasangan usia subur yang mempunyai usaha untu meningkatkan

kesehatannya dengan cara mencegah ancaman penyakit kanker leher rahim akan

mampu melaksanakan usahanya itu dengan cara melakukan pap smear.

Dari 96 responden yang diteliti sebanyak 57 (59,4%) responden kadang-

kadang yakin/percaya diri untuk melakukan Pap Smear (Anggraeni Suci tahun

2017).

Awodele, et al (dalam Suantika Putu,dkk, 2018) di negara Nigeria dimana

dari 200 perawat yang diteliti 99% mengatakan bahwa mereka sadar akan bahaya

kanker serviks dan perlunya pemeriksaan pap smear sebagai upaya pencegahan.

Akan tetapi seluruh responden tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan

tersebut dikarenakan self efficacy yang kurang dan tidak adanya waktu untuk

melakukan pemeriksaan, adanya keyakinan terhadap perasaan tidak nyaman akan

pemeriksaan, biaya, dan tidak tersedianya tempat untuk melakukan pap smear.

2.3 Tinjauan Umum Tentang Dukungan Sosial Keluarga Terhadap

Pemeriksaan Pap Smear

2.3.1 Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu

yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga sesorang akan
29

tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan

mencintainya (Cohen Dan Sme dalam Harnilawati , 2013).

Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suau proses hubungan antara

keluarga dengan lingkungan sosial (friedman, dalam Harnilawati, 2013).

Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga

mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan

meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.

Studi- studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi

dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang

bersifat eksternal maupun internal tebukti sangat bermanfaat. Dukungan

sosial keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah,

keluarga besar, kelompok sosial, keompok rekreasi, tempat ibadah, dan

praktisi kesehatan. Dukungan sosial keluarga antara lain dukungan suami atau

istri dari saudara kandung atau dukungan dari anak (Friedman, dalam

Harnilawati, 2013).

2.3.2 Ciri- Ciri Dukungan Keluarga

Menurut house (Smet, dalam Harnilawati, 2013) setiap bentuk

dukungan sosial keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain:

1. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan

oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi,

meliputi pemberian nesehat, pengarahan ide-ide atau informasi lainnya

yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain

yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.


30

2. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari

orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta dan

kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang

menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri

tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala

keluhannya bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya,

bahkan membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.

3. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah

sesorang dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-

persoalan yang dihadapinya, misalkan dengan menyediakan peralatan

lengkap dan memadai bagi penderita, ,menyediakan obat-obat yang di

butuhkan dan lain-lain.

4. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan

sesorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita.

Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti

bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka

penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif. Efek dari

dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi

bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang

adekuat terbukti dengan menurunya mortalitas, lebih mudah sembuh dari

sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Di samping itu, pengaruh

positif dari dukungan sosial keluarga adalah pada penyesuaian terhadap

kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress.


31

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Dukungan

Keluarga

Menurut Friedman (dalam Fitriana Farokta 2017) menyangkut struktur

kekuasaan keluarga, ada faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran

suami meliputi :

1. Kelas sosial

Fungsi dari peran suami tentu dipengaruhi kepentingan dan kebutuhan

yang ada dalam keluarga.

2. Bentuk keluarga

Keluarga dengan orang tua tunggal jelas berbeda dengan orang yang

masih lengkap, demikian juga antara keluarga inti dengan keluarga besar

yang beragam dalam pengambilan keputusan dan kepentingan akan

rawan konflik peran.

3. Latar belakang keluarga

Kesadaran dan kebiasaan keluarga. Kesadaran merupakan titik temu atau

equilibrium dari berbagai pertimbangan dan perbandingan yang

menghasilkan keyakinan.

4. Sumber daya keluarga.

Sumber daya atau pendapatan keluarga merupakan penerimaan seseorang

sebagai imbalan atas semua yang telah dilakukan dengan tenaga atau

pikiran seseorang terhadap orang lai atau organisasi lain.


32

5. Siklus keluarga

Sesuai dengan fungsi keluarga yang sedang dialami juga merupakan hal

yang dapat mempengaruhi peran karena perbedaan kebutuhan dan

kepentingan.

2.3.4 Jenis Dukungan Keluarga

1. Dukungan instrumental, yaitu keluaraga merupakan sumber pertolongan

praktis dan konkrit.

2. Dukungan informasional, yaitu keluraga berfungsi sebagai sebuah kolektor

dan disseminator (penyebar informasi).

3. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah

umpan balik, membimbing, dan menengahi pemecahan masalah dan

sebagai sumber dan validator identitas keluarga.

4. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman

dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu pengusaan dalam

emosi (dalam Harnilawati, 2013).

2.3.5 Dukungan Suami

Suami adalah anggota keluarga yang memiliki peran penting dalam

kehidupan seorang istri. Dukungan moral dan motivasi dari suami sangat

dibutuhkan oleh seorang istri (Dagun dalam Musyriqoh S, 2016).

Upaya pencegahan kanker serviks berupa dukungan suami dapat

diwujudkan melalui berbagai tindakan seperti dukungan sosial dalam

melakukan pemeriksaan deteksi dini dengan Inspeksi Visual dengan Asam

Asetat (IVA) atau Pap smear. Dukungan keluarga terutama suami mengacu
33

kepada dukungan sosial yang dipandang oleh suami dapat diakses untuk

keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan

(Friedman, Bowden& Jones dalam Musyriqoh S, 2016 ).

1. Faktor-Faktor Dukungan Suami

a. Budaya

Masyarakat di berbagai wilayah Indonesia yang umumnya masih

tradisional (Patrilineal), menganggap wanita tidak sederajat dengan kaum

pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan

keinginan suami saja. Anggapan seperti ini dapat mempengaruhi

perlakuan suami terhadap istri. Masyarakat jawa dikenal dengan istilah

kancawringking atau teman belakang untuk menyebut istri.

Hal ini menunjukkan bahwa perempuan tempatnya bukan di depan

sejajar dengan laki-laki, melainkan di belakang atau di dapur, karena

dalam konsep budaya Jawa wilayah kegiatan istri adalah seputar dapur

untuk peran memasak, sumur sumur untuk peran mencuci, dan dapur

untuk peran melayani kebutuhan biologis suami. Pemetaan bagi wilayah

perempuan semacam ini kemudian dirangkaikan dengan tugas istri

macak yaitu berhias untuk menyenangkan suami, manak yaitu

melahirkan, dan masak, yaitu menyiapkan makanan bagi keluarga (Rizal,

Suryaningtyas, dalam Musyriqoh 2016).

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Sebuah

kebudayaan turun temurun dilakukan, misalnya di bidang kesehatan


34

masyarakat melakukan perawatan, cara, pemakaian obat, dan tindakan

yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun-temurun.

Menurut penelitian Nurwidodomengatakan bahwa pentingnya kesehatan

bagi seseorang, maka masyarakattradisional Madura memiliki

mekanisme untuk menjaga kesehatannya. Jauh sebelum melakukan

upaya-upaya yang sifatnya pengobatan, masyarakat telah memiliki

konsep pencegahan agar tidak terjadi penyakit. Wanita Madura

meminum ramuan untuk perawatan alat deproduksi seperti galian

rapetatorapet wangi.

b. Pendapatan

Masyarakat mempergunakan sekitar 75-100% penghasilan untuk

membiayai seluruh keperluan hidupnya. Berdasarkan perhitungan

tersebut dapat diperkirakan bahwa pada akhirnya ibu tidak melakukan

pemeriksaan Pap smear atau IVA kepelayanan kesehatan. Secara nyata

dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan

pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga harus

memperhatikan kesehatan keluarganya.

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan

suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengtahuan suami

maka akses terhadap informasi kesehatan bagi keluarga akan berkurang

sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif


35

2. Jenis-jenis Dukungan Suami

a. Dukungan psikologis

Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang yang

bersangkutan. Misalnya menemani istri saat periksa kesehatan (Musbikin,

dalam Fitriana Farokta 2017).

b. Dukungan sosial

Dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi semisal kesiapan

finansial, suami menyisihkan dana khusus untuk keperluan pemeriksaan

c. Dukungan informasi

Suami harus memberikan perhatian kepada masalah istri misalnya

berdiskusi mengenai perkembangan yang terjadi (Arief, dalam Fitriana

Farokta 2017).

d. Dukungan lingkungan

Perlakuan ini dapat menimbulkan rasa senang dalam diri istri dan tenaga

kesehatan. Suami akan mengambil peran besar dalam turut menjaga

kesehatan kejiwaan istrinya agar tetap stabil, tenang dan bahagia.

2.4 Tinjauan Umum Tentang PUS (Pasangan Usia Subur)

Pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15-49 tahun, dan secara

operasional pula pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun

dan telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tetapi belum menopause.

Pasangan usia subur yang di maksud dalam penelitian ini adalah PUS yang

istrinya berusia 30-49 tahun, hal ini disebabkan karena PUS tersebut memiliki
36

kemungkinan melahirkan sedikit atau tidak melahirkan lagi sehingga tidak akan

terjadi penambahan anak pada PUS tersebut (Nuriana Fella, 2016).

2.5 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Pap Smear

Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,

yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non

behaviour causes). (Lestari Titik, 2015).

Selanjutnya perilaku itu sendiri di tentukan atau terbentuk dari 3 faktor:

2.5.1 Faktor Pendorong (predisposing factors)

Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, dan pendidikan sebagainya.

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadinya setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmojo, dalam Anggraeni Suci 2017).

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat


37

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau pengguaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-kompenen, tetapi masih didalam struktur organisasi

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.


38

e. Sintesis (sintesys)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn

formulasin baru dari formulasin-formulasin yang sudah ada. Misalnya dapat

menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo,dalam Masturoh Eminia 2016).

Kurangnya pengetahuan wanita tentang kanker serviks sebagai salah satu

sebab keterlambatan diagnosis sehingga pasien datang dalam kondisi kanker

sudah stadium lanjut, keadaan umum yang lemah juga status sosial ekonomi

yang rendah, keterbatasan sumber daya, sarana dan prasarana (Rasjidi, dalam

Setianingsih Fitri 2017).

Pengetahuan tentang kanker serviks dan pap smear adalah kemampuan

responden dalam memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan kanker

serviks, meliputi penyebab, gejala, factor risiko, sumber informasi, dan

pencegahan, serta berkaitan dengan pap smear, meliputi manfaat, biaya, tempat

layanan, dan sumber informasi (Linadi Kinanthi Estu,2013).


39

2. Sikap

Suatu proses penilaian yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek atau

situasi yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang

tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang

dipilihnya (Lestari Titik, 2015).

Sikap tentang kanker serviks dan pap smear adalah reaksi atau respon tertutup

responden berkaitan dengan kanker serviks dan pap smear. Respon tersebut dapat

berupa kewaspadaan, kerentanan, dan penilaian tentang praktik (Linadi Kinanthi

Estu,2013).

3. Pendidikan PUS

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi

sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang dimilikinya, dan jika

tingkat pendidikan rendah, maka menghambat perkembangan perilaku seseorang

terhadap penerimaan informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Menurut Purba Evi M, (dalam Masturoh Eminia 2016) bahwa ibu atau wanita

usia subur yang mempunyai pendidikan tinggi lebih banyak yang melakukan

pemeriksaan deteksi dini kanker serviks yaitu sebanyak 65,3%.

2.5.2 Faktor Pemungkin (enabling factors)

Faktor –faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau

tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana

atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan misalnya: Puskesmas, Posyandu,

Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olah

raga, makanan bergizi dan lain-lain.


40

1. Akses Informasi atau Media Massa

Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat tentang kesehatan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Notoatmodjo

(dalam Masturoh Eminia 2016) yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat

diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber informasi sehingga

dapat membentuk suatu keyakinan bagi seseorang. Salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang adaah informasi atau penyuluhan dari

orang-orang yang berkompeten seperti bidan, kader dan tenaga kesehatan lainya.

2. Keterjangkauan Biaya

Biaya pengobatan adalah banyaknya uang yang dikeluarkan seseorang untuk

melakukan pengobatan penyakit yang dideritanya. Kemampuan masing-masing

orang untuk mengeluarkan biaya pengobatan berbeda, dipengaruhi oleh

kemampuan ekonomi keluarga. Apabila kemampuan ekonomi keluarga cukup,

ada kemungkinan seseorang dapat mengeluarkan biaya untuk pengobatan

penyakitnya. Keluarga dengan kemapuan ekonomi kurang, kecil kemungkinan

mampu menyisihkan uang untuk biaya pemeriksaan.

2.5.3 Faktor Penguat (reinforcing factors)

Faktor penguat merupakan faktor-faktor yang memperkuat atau justru

memperlunak untuk terjadinya perilaku tertentu. Sumber penguat bergantung dari

jenis program. Penguat bisa positif maupun negatif bergantung pada sikap dan

perilaku orang lain yang berkaitan dan sebagian diantaranya lebih kuat dari pada

yang lain dalam mempengaruhi perilaku.


41

Dalam hal ini yang termasuk dalam faktor penguat meliputi pendapat,

dukungan, kritik baik dari keluarga, teman, lingkungan bahkan dari petugas

kesehatan itu sendiri. Faktor-faktor pendorong merupakan penguat terhadap

timbulnya sikap dan niat untuk melakukan sesuatu atau berperilaku. Suatu pujian,

sanjungan dan penilaian yang baik akan memberikan memotivasi, sebaliknya

hukuman dan pandangan negatif sesorang akan menjadi hambatan proses

terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, dalam Masturoh Eminia 2016).

1. Dukungan Petugas Kesehatan

Menurut WHO (dalam Masturoh Eminia 2016 ) apabila seseorang itu penting

untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuatannya cenderung untuk dicontoh.

Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi

(reference group) antara lain; guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa

dan sebagainya. Petugas kesehatan (Bidan di Desa) sebagai salah satu orang yang

berpengaruh dan dianggap penting oleh masyarakat sangat berperan dalam

terjadinya perilaku kesehatan pada masyarakat.

Peran petugas kesehatan disini adalah memberikan pengetahuan tentang

kanker serviks dan pentingnya deteksi dini, serta memberikan motivasi kepada

wanita yang sudah menikah untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Faktor

dari tenaga kesehatan itu sebagai pendorong atau penguat dari individu untuk

berperilaku. Hal ini dikarenakan petugas tersebut ahli dibidangnya sehingga

dijadikan tempat untuk bertanya dan pemberi input atau masukan untuk

pemanfaatan pelayanan kesehatan.


42

2. Dukungan Suami

Dukungan suami dapat menjadi faktor penguat (reinforcing factor) seseorang

melakukan pemeriksaan pap smear. Suami adalah orang yang paling dekat

dengan wanita, bahkan menjadi seorang yang dapat mempengaruhi keputusan

yang diambil seorang wanita. Di masyarakat keputusan suami dan keluarga

terdekat dalam mengijinkan istri adalah pedoman penting karena dukungan suami

dapat menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri. Bila

suami tidak mengijinkan maka pengambilan keputusan tidak akan terlaksana

dengan baik (Lawrence, dalam Anggraeni Suci 2017)

3. Dukungan Teman Sebaya atau Rekan Kerja

Pola pembentukan perilaku manusia berawal dari terbentuknya pikiran yang

kemudian dikirim ke otak untuk diproses sebelumnya kemudian direpresentasikan

menjadi sebuah tindakan dan perilaku. Perilaku yang terus menerus ini berubah

menjadi kebiasaan berlanjut menjadi pembentukan karakter dan sistem keyakinan

manusia. Karakter terbentuknya pikiran dan menguatkan sebuah informasi

menjadi system keyakinan dalam pikiran seseorang adalah apa yang dilihat,

didengar dan dirasakan.

Friedman (dalam Masturoh Eminia 2016) mengatakan bahwa sebelum

seseorang mencari pelayanan kesehatan, biasanya mencari nasihat dari keluarga

atau teman. Peran keluarga/ teman sangat penting dalam aspek perawatan

kesehatan yang terdiri dari hubungan yang erat satu dengan yang lain, saling

ketergantungan sebagai bagian dari lingkungan sosial, memberi perasaan aman,

secara sosial menumbuhkan.


43

Teman adalah orang yang kita kenal dan memiliki hubungan baik dengan

orang itu. Teman dapat menjadi sumber informasi yang berpengaruh dalam

memberikan informasi kepada wanita. Dalam hal ini informasi dari teman

hendaknya dapat memberi pengetahuan yang benar tentang deteksi ini kanker

serviks, sehingga dapat meningkatkan tindakan mereka dalam mencegah penyakit

kanker serviks tersebut (Sofiana,dalam Masturoh Eminia 2016).


44

2.6 Kerangka Teori

Self efficacy

1.Pengetahuan
Faktor
Predisposisi 2. Sikap

3. Pendidikan

1.Keterjangkauan
Biaya Perilaku
(Tindakan) PUS
Faktor Enabling dalam
2. Akses melaksanakan
Informasi atau deteksi dini
Media Massa kanker serviks
dengan metode
pap smear.

1.Dukungan
Petugas
Kesehatan

Faktor 2. Dukungan
Reinforcing Suami/Keluarga

3. Dukungan
Teman Sabaya
atau kerja

Gambar 2.6 Kerangka Teori

Sumber: Teori Lawrence Green (Masturoh Eminia, 2016)


BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep berasal dari kerangka teori dan biasanya berkonsentrasi

pada suatu bagian dari kerangka teori. Kerangka konseptual adalah kerangka yang

dipakai sebagai landasan berfikir dalam kegiatan ilmu. Kerangka ini didapatkan

dari konsep ilmu atau teori yang dipakai sebagai landasan penelitian.

Kerangka konsep lazimnya disajikan dalam bentuk bagan yang berisi suatu

rangkaian konstruk atau konsep, definisi dan proposisi yang saling berhubungan

yang menyajikan pandangan sitemastis tentang suatu fenomena dengan

mencirikan hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan untuk menjelaskan

dan memprediksi fenomena tersebut (Rosjidi, Isro‟in, Wahyuni, 2017). Berikut

kerangka konsep yang akan diteliti :

Variabel Bebas Variabel Terikat

(Independent Variable) (Dependent Variable)

Self efficacy
Pemeriksaan Pap
Smear pada PUS

Dukungan Suami

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

45
46

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel

atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan dan secara

umum maupun khusus menghubungkan variabel yang satu dengan variabel lain

(Rosjidi, Isro‟in, Wahyuni, 2017).

Ditinjau dari operasi rumusnya, ada dua jenis hipotesis yaitu :

1. Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan

atau pengaruh antara variabel independent dengan variabel dependent.

2. Hipotesis nihil (H0) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungannya

atau pengaruh antara variabel independent dengan variabel dependent.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Ha: Ada hubungan self efficacy dengan pemeriksaan pap smear.

2. Ha: Ada hubungan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear.


BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif Analitik.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dengan rancangancross

sectional. Metode penelitian deskriptif analitik digunakan untukmemecahkan atau

menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasisekarang.Penelitian ini

dilakukan dengan menempuh langkah-langkahpengumpulan data, kalasifikasi,

pengolahan, membuat kesimpulan dan laporan (Setiadi dalam Azmi Ulul, 2017).

Rancangan cross sectional (potong lintang) adalah rancangan yang mencakup

semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabel dilakukan hanya satu

kali pada satu saat. Bentuk rancangan ini adalah variabel bebas dan terikat diukur

pada saat yang sama (Rosjidi Cholik Harun,dkk,2017).

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahuihubungan self efficacy dan

dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS (pasangan usia

subur) di kelurahan Pandeandengan cara menggambarkan secara detail dan

dilakukan dengan cara menyebarkan Kuesioner dalam kurun waktu tertentu.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi adalah kelompok subjek yang menjadi sasaran penelitian.

Populasi penelitian ini adalah seluruh Pasangan Usia Subur di Kelurahan

47
48

Pandean, dengan jumlah sasaran 151 orang yang berumur kurang atau lebih dari

30 tahun.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

sehingga dapat mewakili populasinya (Notoatmodjo, dalam SiregarYuki F, 2017).

Sampel dalam penelitian ini adalah PUS yang terdapat di Kelurahan Pandean.

Besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus Solvin sebagai

berikut (Nursalam dalam Rustam Sri W, 2016):

n= N z

1 + N (d)2

Keterangan :

N: Besar Populasi

n: Besar Sampel

d: Tingkat kepercayan atau ketepatan yang diinginkan

(Notoatmodjo dalam Rustam Sri W, 2016)

Maka :

N= 151

d2= 0,5

n= N z
49

1 + N (d)2

n= 151z

1 + 151 (0,5)2

n= 151 z

1 + 151 (0,0025)

n= 151z

1 + 0,377

n= 151z

1,37

n = 110,21

n =110

Dari perhitungan rumus diatasdidapatkan hasil akhir yaitu 110

responden.Sampel dalam penelitian ini adalah PUS di Kelurahan Pandean Kota

Madiun.Pengambilan sampel mengacu pada kriteria inklusi dan eksklusi yang di

tetapkan oleh peneliti.


50

1. Kriteria Inklusi adalah dimana subjek penelitian dalam sampel penelitian yang

memenuhi syarat sebagai sampel yaitu:

a. WUS atau PUS (istri)yang berusia kurang dari 21 tahun sampai dengan 45

tahun.

b. PUS yang tinggal satu rumah.

2. Kriteria Eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak mewakili sampel

karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel yaitu:

a. PUS yang tidak bersedia menjadi responden.

b. PUS yang istrinya terdaftar di Puskesmas namun sedang bekerja di luar negeri.

4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel mewakili

seluruh keseluruhan populasi yang ada (Siregar, Yuki F, 2017).

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah probabilistik sampling

yaitu dengan menggunakan metode Simple Random Sampling, yaitu setiap

anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi

sebagai sampel. Prosedur pengambilan sampel dengan undian:

1. Peneliti mendaftar semua anggota populasi.

2. Setelah selesai didaftar, kemudian masing-masing anggota populasi diberi

nomor dalam satu kertas kecil-kecil.

3. Kertas kecil-kecil tersebut kemudian digulung atau dilinting.


51

4. Gulungan kertas tersebut kemudian dimasukkan kedalam wadah (misalnya

kotak atau kaleng) yang dapat digunakan untuk mengaduk sehingga tempatnya

tersusun secara acak.

5. Setelah proses pengadukan dianggap sudah merata, kemudian peneliti atau

orang lain yang diawasi peneliti mengambil lintingan kertas satu per satu

sampai diperoleh sejumlah sampel yang diperlukan.

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini kerangka kerja penelitiannya sebagai berikut :

Populasi :

PUS di Kelurahan Pandean Kota Madiun sejumlah 151


orang

Sampel :

Sampel penelitian berjumlah 110 orang

Teknik sampling : simple random sampling

Desain penelitian kuantitatif dengan menggunakan


metode cross sectional

Pengolahan data dengan menggunbakan uji chi square

Penyajian hasil dan kesimpulan


52

Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Definisi Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang dapat diukur dan hasil pengukurannya bervariasi.

Variabel ada yang dapat diukur secara langsung dan ada yang tidak dapat diukur secara

tidak langsung dinamakan variabel laten (Sarmanu, 2017).

1. Variabel Independent (bebas)

Variabel bebas adalah stimulus aktivitas yang dimanipulasi oleh penelitian untuk

menciptakan suatu dampak (Nursalam dalam Arindi Lolyta C, 2018).Variabel

independent dalam penelitian ini adalah self efficacy dan dukungan suami.

2. Variabel Dependent (terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

(Notoatmodjo dalam Arindi Lolyta C, 2018). Variabel dependent dalam penelitian

ini adalah pemeriksaan pap smear.

4.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemungkinan dapat diulangi

oleh orang lain (Nursalam dalam Arindi Lolyta C, 2018).


Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Alat Kriteria


Parameter Skala Skor
Penelitian Operasional Ukur
1 2 3 4 5 6
Independent : Keyakinan individu 1. Tingkatan (level) Kuesioner Nominal 1. Tidak: 0 1. Tidak Yakin jika
Self Efficacy (PUS) akan 2. Kekuatan 2. Ya :1 <50%
kemampuannya (strength) 2.Yakin jika ≥ 50%
untuk sukses dalam 3. Generalisasi
melakukan (generality)
pemeriksaan pap
smear.
Independent : Dukungan suami 1. Informatif Kuesioner Nominal 1. Tidak: 0 1. Tidak Mendukung:
Dukungan Suami terhadap istri dalam 2. Emosional 2. Ya: 1 jika < 50%
pemeriksaan Pap 3. Instrumental
smear. 4. Penilaian atau 2.Mendukung jika ≥
penghargaan 50%

Dependent : Dilakukannya 1. Usia < 21 tahun aktif Kuesioner Nominal 1. Tidak:0 1.Tidak Rutin: < 3
Pemeriksaan Pap pemeriksaan seksual : 3 tahun 2. Ya:1 tahun sekali
Smear deteksi dini kanker sekali 2. Rutin: ≥ 3-5 tahun
leher rahim 2. Usia 21-29 tahun : 3 sekali
(serviks) pada PUS tahun sekali
3. Usia 30-65 tahun : 3-
5 tahun sekali jika
hasil tes sebelumnya
negatif

53
54

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah alat atau fasilitas yang

digunakanpeneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan

hasilnyalebih baik. Dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih

mudahdiolah (Arikunto dalam Azmi Ulul, 2017). Adapun instrumen penelitian

yang dubutuhkan adalah sebagi berikut:

1. Kuesioner atau angket, yaitu yang digunakan sebagai alat ukur atau instrumen

pengumpulan data oleh peneliti.

2. Alat rekam berupa HP(handphone) atau kamera yang digunakan untuk proses

dokumentasi.

3. Bolpoin yang digunakan untuk menulis atau mengisi kuesioner.

4. Buku catatan yang digunakan untuk menuliskan hal-hal penting pada proses

tanya jawab.

Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian ini, kuesioner diuji coba

terlebih dahulu dengan mengukur validitas dan reabilitas kuesioner tersebut.

4.6.1 Uji Validitas

Prinsip validitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk

mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, dalam Siregar Yuki F, 2017). Untuk

mengetahui validitas kuesioner atau checklist dilakukan dengan membandingkan

nilai r tabel dengan nilai r hitung. Nilai r tabel dilihat pada tabel r dengan

menggunakan df=n-2. Bila r hasil > r tabel, maka pertanyaan tersebut valid. Uji

validitas yang digunakan adalah pearson product moment. Jadi jika responden 20

maka df= 20-2= 18, maka r tabel 0,444. Pernyataan dikatakan valid apabila r
55

hitung > r tabel. Dapat dilihat dari Corrected Item Total Correlation. Untuk

menguji validitas pada penelitian ini dapat dilakukan di tempat atau lokasi yang

memiliki karakteristik yang sama dengan lokasi yang akan diteliti oleh peneliti

dengan jumlah responden sebanyak 20 orang yang dilakukan di Kelurahan

Josenan Kota Madiun.

Hasil pengolahan data untuk uji validitas variabel Self Efficacy dapat dilihat

dari tabel berikut:

Tabel 4.2 Hasil uji validitas self efficacy

No r hitung r tabel keterangan


1. 0,461 0,444 Valid
2. 0,704 0,444 Valid
3. 0,510 0,444 Valid
4. 0,558 0,444 Valid
5. 0,525 0,444 Valid
6. 0,612 0,444 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019

Hasil pengolahan data untuk uji validitas variabel dukungan suami dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Hasil uji validitas dukungan suami

No r hitung r tabel Keterangan


1. 0,627 0,444 Valid
2. 0,530 0,444 Valid
3. 0,692 0,444 Valid
4. 0,503 0,444 Valid
5. 0,702 0,444 Valid
6. 0,462 0,444 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019

Hasil Hasil pengolahan data untuk uji validitas variabel pap smear dapat

dilihat pada tabel berikut:


56

Tabel 4.4 Hasil uji validitas pemeriksaan pap smear

No r hitung r tabel Keterangan


1. 0,892 0,444 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019

Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa r hitung lebih besar dari pada
r tabel.Artinya seluruh item kuesioner penelitian memiliki hubungan yang
signifikan dengan total skor. Maka variabel adalah “valid” atau sah digunakan
sebagai instrumen pengukuran dalam suatu penelitian.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo Siregar Yuki F,

2017).Untuk mengetahui reliabilitas kuesioner atau checklist dilakukan dengan

membandingkan nilai r tabel dengan r hasil.Dalam uji reliabiltas sebagai nilai r

hasil adalah nilai alpha.Bila r alpha > dari r tabel, maka pertanyaan tersebut

reliable.Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh

pernyataan.Jika nilai α > 0,060 maka reliable.Uji reliabilitas menggunakan Alpha

Cronbach.

Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat

alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Hasil

pengukuran yang relatif sama menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap

perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut.

Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran

tidak dapat dipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliabel.

Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut:


57

Tabel 4.5 Hasil uji reliabilitas

No Variabel Alpha Alpha Keterangan


hitung Cronbach
1. Self Efficacy 0,707 0,6 Reliabel
2. Dukungan Suami 0,640 0,6 Reliabel
3. Pemeriksaan Pap 0,1000 0,6 Reliabel
Smear
Sumber: data primer diolah, 2019

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengujian reliabilitas

terhadap setiap item-item pernyataan adalah reliabel dan dapat digunakan untuk

penelitian karena nilai α > 0,6.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pandean (wilayah kerja Puskesmas

Demangan) Kota Madiun.

4.7.2 Waktu Penelitian

Tabel 4.7 Realisasi Kegiatan

No Keterangan Waktu Pelaksanaan


1. Pengajuan judul 1 Feb 2019
2. Penyusunan proposal skripsi 2 Feb – 10 Mei 2019
3. Seminar proposal skripsi 20 Mei 2019
4. Revisi proposal skripsi 28 Mei 2019
5. Penelitian 28 Juni- 20 Juli 2019
6. Konsultasi skripsi 22 Juli 2019
7. Seminar hasil 15 Agustus 2019
8. Revisi skripsi 17 Agustus-24
Agustus 2019

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Teknik Pengumpulan Data


58

Data yang diperoleh, terbagi atas dua jenis data, yaitu :

1. Data primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data primer diperoleh dari

hasil penyebaran kuesioner kepada responden yaitu PUS yang terdaftar pada

Puskesmas Demangan Kota Madiun.

2. Data sekunder

Yaitu data yang tidak didapat langsung dari sumbernya, melainkan didapatkan

dari pihak lain. Data sekunder ini diperoleh peneliti dari Puskesmas Demangan di

bidang KIA yaitu, total PUS baik yang sudah mengikuti kegiatan pap smear

maupun belum dalam kurun waktu 3 tahun terakhir (2016-2018).

4.8.2 Teknik Pengolahan Data

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yangdiperoleh

atau dikumpulkan dan dilakukan setelah data terkumpul.Padatahapan ini peneliti

menghitung banyaknya kuesioner yang telah diisi,kemudian dijumlahkan

semuanya. Pada proses pengecekan tersebutdiperiksa apakah jawaban yang ada di

kuesioner sudah lengkap (semuapertanyaan sudah terisi jawabannya), jelas

(jawaban pertanyaan apakahtulisannya sudah jelas terbaca), relevan (jawaban

yang tertulis apakahrelevan dengan pertanyaan), dan konsisten (apakah antara

beberapapertanyaan yang berkaitan dengan isi jawaban konsisten). Dan

ternyatasemua responden telah memenuhi persyaratan maka dilanjutkan ke

prosespemberian kode.
59

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadapdata

yang terdiri dari beberapa kategori. Coding juga merupakan merubahdata

berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan coding (Hastono dalam

Azmi Ulul, 2017).Pemberian kode dilakukan setelah semua data

telahdikumpulkan.

Tabel 4.8 Coding variabel penelitian

No Variabel Kategori Coding


1. Self efficacy - Tidak 0
- Ya 1
2. Dukungan suami - Tidak 0
Ya 1
3. Pemeriksaan pap smear- Tidak 0
Ya 1

3. Entry Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam program data

dan kemudian membuat distribusi umur dan penyakit, faktor perilaku, faktor

lingkungan, dan faktor pelayanan kesehatan.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembalidata

yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak. Proses yang dilakukan

setelah data masuk ke dalam computer.Data akan diperiksa apakah adalah

kesalahan atau tidak, jika terdapat datayang salah, diperiksa oleh pross cleaning

ini.
60

4.9 Teknik Analisis Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul dengan melalui

beberapa tahap, yaitu editing untuk memeriksa data responden dan memastikan

bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk

memudahkan melakukan tabulasi dan analisa data, selanjutnya memasukkan

(entry) data ke komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan

teknik komputerisasi. Analisa data yang dilakukan meliputi analisa univariat dan

bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis tiap

variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi

yang dinarasikan (Notoatmodjo,2012). Analisis ini digunakan untuk memberikan

gambaran umum terhadap data hasil penelitian. Data tersebut diwajibkan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi hanya menghasilkan distribusi dan presentase

dari tiap variabel independentyaitu self efficacy dan dukungan suamiserta

variabeldependent yaitu pemeriksaan pap smear.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang

bermakna secara statistik antara variabel independent dengan variabel dependentdengan

uji chi square menggunakan program SPSS versi 16. Melalui uji chi square dengan nilai

α = 0,05, jika nilai p< 0,05 maka terdapat hubungan dan jika nilai p ≥ 0,05 maka tidak
61

terdapat hubungan. Jika chi square tidak memenuhi syarat akan dilakukan uji

alternatifnya, yaitu Fisher. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.

Ketentuan yang berlaku pada uji chi square yaitu:

a. Bila tabelnya 2x2, dan tidak ada nilai E<5 maka uji yang dipakai sebaiknya “

ContinuityCorrection”.

b. Bila tabel 2x2, dan ada nilai E<5 maka uji yang dipakai adalah “Fisher’s Exact Test”.

c. Bila tabelnya lebih dari 2x2 maka digunakan uji “Pearson Ci Square”.

Syarat pembacaan hasil output Chi square dalam spss yaitu:

1. Jika nilai RP > 1, artinya ada hubungan dan variabel tersebut menjadi faktor resiko.

2. Jika nilai RP < 1, artinya ada hubungan namun variabel tersebut tidak menjadi faktor

resiko.

3. Jika nilai RP = 1, artinya variabel bebas tersebut tidak menjadi faktor resiko.

4. Derajat kepercayaan (Confident Interval 95%), batas kemaknaan α= 0,05 (5%).

4.10 Etika Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan etika penelitian berdasarkan Nursalam dalam

Siregar Yuki F, 2017) :

1. Confidentiality (kerahasiaan)

Informasi dari responden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Kerahasiaandijamin

dengan tidak mencantumkan identitas responden pada lembarkuesioner serta informasi

akan disimpan dan tidak dapat diakses oleh oranglain. Selanjutnya lembar pengisian data

disimpan sebagai prosespengumpulan data selesai. Informasi yang telah didapatkan oleh

peneliti tidakdisebarkan ke orang lain hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.

2. Beneficience (manfaat)

Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil resiko danmemaksimalkan

manfaat baik manfaat untuk kepentingan manusia secara individu atau masyarakat secara
62

keseluruhan.Penelitian ini memiliki resiko sangat rendah karena pada penelitian ini hanya

diberikan pertanyaan dalam bentuk kuesioner dan tidak dilakukan perlakuan ataupun ujia

coba.

3. Justice (adil)

Dalam peelitian, peneliti harus adil terhadap responden. Semua respondendiberikan

kuesioner yang sama tanpa membeda-bedakan. Responden akandiberi penjelasan

kemudian mengisi lembar kuesioner yang sama.

4. Non maleficence (tidak membahayakan)

Prinsip ini adalah kewajiban untuk tidak membahayakan

respondenpenelitian.Responden berhak memutuskan dengan sukarela dengan apakah ikut

ambil bagian dalam penelitian tanpa resiko yang merugikan.Pada penelitian ini resikonya

sangat kecil dikarenakan tidak melakukan uji coba, responden hanya dimintai

kesediaannya mengisi lembar kuesioner.


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum

5.1.1 Kondisi Umum Kelurahan Pandean

Secara geografis letak Kelurahan Pandean berada di wilayah selatan Kota

Madiun Jawa Timur. Wilayah Kelurahan Pandean didominasi oleh penggunaan

lahan pemukiman padat penduduk, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pangongangan dan Kecamatan

Manguharjo.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Demangan dan Taman serta

Kecamatan Taman.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Banjarejo, Taman, dan Kejuron

serta Kecamatan Taman.

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Nambangan Kidul dan Nambangan

Lor serta Kecamatan Manguharjo.

63
64

Gambar 5.1 Peta Kelurahan Pandean

Secara administratif Kelurahan Pandean terdapat 18 RW dan 59 RT

dengan jumlah penduduk 10.750 jiwa yang terdiri dari 5.237 jiwa penduduk laki-

laki dan 5.513 jiwa penduduk perempuan.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data Umum

Sesuai dengan penelitian populasi yang telah dilakukan oleh peneliti, maka

peneliti memperoleh data dari responden berdasarkan umur, pendidikan terakhir,

dan pekerjaan. Sehingga dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

1. Karakteristik umur PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun.

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan umur PUS

(istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:
65

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur PUS (istri) di

Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019

No Umur Jumlah Persentase (%)


1. 15-26 24 21,8 %
2. 27-37 44 40%
3. 38-49 42 38,2%
TOTAL 110 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui presentase pada kelompok umur

responden PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun tahun 2019 dengan

menggunakan SPSS 16.0, presentase tertinggi terdapat pada umur 27-37 tahun

sebesar 40% dengan jumlah 44 responden.

2. Karakteristik tingkat pendidikan PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota

Madiun .

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden pada tingkat pendidikan

terakhir di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan

terakhirPUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)


1. DASAR(SD-SMP) 11 10,0%
2. MENENGAH (SMA) 93 84,5%
3. TINGGI 6 5,5%
(DIPLOMA/SARJANA)

TOTAL 110 100


Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui presentase pada kelompok

pendidikan terakhir responden PUS(istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun


66

Tahun 2019 dengan menggunakan SPSS 16.0, presentase tertingi terdapat pada

kelompok Pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) sebesar 84,5% dengan

jumlah responden 93 responden.

3. Karakteristik pekerjaan PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di

Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaanPUS (istri) di

Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)


1. Ibu Rumah Tangga 77 70%
2. PNS 3 2,7%
3. Wiraswasta 11 10%
4. Petani 0 0%
5. Lain-Lain 19 17,3%
TOTAL 110 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui presentase pada kelompok

pekerjaan responden PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019

dengan menggunakan SPSS 16.0, mayoritas pekerjaan terdapat pada kelompok

Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 70% dengan jumlah 77 responden.

5.2.2 Data Khusus

1. Hasil Self Efficacy terhadap pemeriksaan Pap Smear

Dari hasil penilaian diperoleh data distribusi responden berdasarkan self

efficacy PUS (istri) di dapat hasil sebagai berikut:


67

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Self Efficacyterhadap pemeriksaan pap smearPUS

(istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2018

No Self Efficacy PUS (istri) Jumlah (n) Presentase (%)


1. Tidak Yakin 104 94,5%
2. Yakin 6 5,5%
Total 110 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui PUS (istri) yang yakin terhadap

pemeriksaan pap smear sebanyak 5,5% dengan jumlah 6 responden. Sedangkan

PUS (istri) yang tidak yakin terhadap pemeriksaan pap smear sebanyak 94,5 %

dengan jumlah 104 responden.

2. Hasil Penilaian Dukungan Suami pada Terhadap Pemeriksaan Pap Smear pada

PUS (istri)

Dari hasil penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan dukungan

suami di dapat dari hasil sebagai berikut:

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dukungan suami terhadap pemeriksaan pap

smearpada PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019

No Dukungan Suami pada Jumlah (n) Presentase (%)


PUS (istri)
1. Tidak Mendukung 93 84,5%
2. Mendukung 17 15,5%
Total 110 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui suami PUS (istri) yang tidak

mendukung pemeriksaan pap smearsebanyak 84,5% dengan jumlah 93 responden.

Sedangkan suami yang mendukung sebanyak 15,5% dengan jumlah 17 responden.


68

3.Hasil Penilaian pemeriksaan pap smear pada PUS (istri)

Dari hasil penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan

pemeriksaan pap smear yang dilakukan oleh PUS (istri) didapat hasil sebagai

berikut:

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi pemeriksaan pap smear yang dilakukan PUS (istri)

di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019

No Pemeriksaan Pap Smear Jumlah (n) Presentase (%)


1. Tidak Rutin 88 80%
2. Rutin 22 20%
Total 110 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat diketahui PUS (istri) yang tidak rutin

melakukan pap smear sebanyak 80% dengan jumlah 88 responden. Sedangkan

PUS (istri) yang rutin melakukan pap smear sebanyak 20% dengan jumlah 22

responden.

Pada analisis bivariat, variabel independent (self efficacy dan dukungan

suami) dihubungkan dengan variabel dependent (pemeriksaan pap smear).

Penelitian ini menggunakan uji statistic dengan uji cgi square dengan α= 0,05 dan

diolah dengan aplikasi SPPS 16.0 for windows.

1. Hubungan antara Self Efficacyterhadap pemeriksaan pap smear pada PUS

(istri)

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari tabulasi silang tentang

hubungan self efficacy terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS (istri) sebagai

berikut:
69

Tabel 5.7 Tabulasi silang self efficacy terhadap pemeriksaan pap smearpada PUS

(istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019

Pemeriksaan Pap Smear


Self Efficacy Tidak Rutin Total P- Rp
Rutin value 95%
CI
N % N % N %
Tidak Yakin 85 82,5% 18 17,5% 103 100,0% 0,029 6,296
(1,296-
Yakin 3 42,9% 4 57,1% 7 100,0% 30,598)
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa PUS (istri) yang tidak

rutin melakukan pap smear dengan sikap tidak yakin lebih banyak yaitu 85 orang

(82,5%) dibandingkan sikap yakin yaitu sebanyak 3 orang (42,9%) .

Hasil analisis uji Chi- Square, hubungan self efficacy terhadap pemeriksaan

pap smear pada PUS (istri) menunjukkan bahwa nilai signifikansi yaitu 0,029

kurang dari α= 0,05. Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa secara uji statistik

ada hubungan antara self efficacy dengan pemeriksaan pap smear. Hasil

perhitungan resiko didapatkan nilai RP > 1 yang artinya self efficacy menjadi

faktor resiko terhadap pemeriksaan pap smear.PUS (istri) yang yakin 6,296 kali

memiliki peluang untuk rutin melakukan pap smear dibandingkan PUS (istri)

yang tidak yakin.

2. Hubungan Dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS (istri)

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari tabulasi silang tentang

hubungan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smearpada PUS (istri)

sebagai berikut:
70

Tabel 5.8 Tabulasi silang dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada

PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019

Pemeriksaan Pap Smear


Tidak Rutin Total P- Rp
Dukungan suami Rutin valu 95%
e CI
N % N % N %
Tidak Mendukung 76 80,9 18 19, 94 100,0 0,73 1,404
% 1% % 5 (0,406-
Mendukung 12 75,0 4 25, 16 100,0 4,877)
% 0% %
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.8 diatas, diketahui bahwa PUS (istri) yang tidak rutin

melakukan pap smear dengan tidak mendapatkan dukungan dari suami lebih

banyak yaitu 76 orang (80,9%) dibandingkan dengan PUS (istri) yang

mendapatkan dukungan yaitu 12 orang (75,0%).

Hasil uji Chi-Square hubungan antara dukungan suami terhadap

pemeriksaan pap smear pada PUS(istri) menunjukkan bahwa nilai signifikansi

yaitu 0,735 lebih dari α = 0,05. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara uji

statistik tidak ada hubungan antara dukungan suami terhadap pemeriksaan pap

smearpada PUS (istri). Hasil perhitungan resiko didapatkan nilai RP >1 namun

range 0,406-4,877 (tidak melewati angka 1) yang artinya dukungan suami tidak

menjadi faktor resiko terhadap pemeriksaan pap smear.

5.3 Pembahasan

5.3.1Self Efficacy terhadap pemeriksaan pap smear

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat self efficacy PUS (istri) di

Kelurahan Pandean Kota Madiun yang menyatakan Tidak Yakin 94,5% dengan

jumlah 104 responden.


71

Dari 110 responden terdapat beberapa faktor yang menunjukkan bahwa

self efficacy PUS (istri) mayoritas tidak yakin sebesar 94,5% dikarenakan tidak

diinginkannya PUS (istri) jika diperiksa oleh dokter atau petugas kesehatan laki-

laki. Serta dari berbagai aktivitas yang cukup padat seperti bekerja atau mengurus

anak, dengan semikian PUS (istri) belum bisa meluangkan waktu untuk ikut serta

dalam pemeriksaan pap smear. Sebagian PUS (istri) juga merasa malu, cemas,

bahkan takut terhadap proses pemeriksaaan pap smear karena menyangkut hal

sensitif jika mengetahui hasil pap smear nantinya.

Self efficacy merupakan keyakinan serta kemampuan seseorang dalam

melakukan suatu bentuk kontrol diri terhadap keberfungsian individu itu sendiri

dan kejadian dalam lingkungan. Efikasi diri dilandaskan dari agen manusia,

efikasi merujuk pada keyakinan diri seseorang bahwa orang tersebut memiliki

kemampuan untuk melakukan suatu perilaku (Feist&Feist,2010) .

Dengan demikian penelitian ini sesuai dengan penelitian Ni ketut, Dwi

iqlima, Lailatul Fani (2017) bahwa hasil penelitian menunjukkan rata-rata

responden mengalami kecemasan sebelum melakukan pemeriksaan kanker

serviks. Dikarenakan responden masih belum menjalalani proses pemeriksaan

IVA atau pap smear terkait dengan upaya pencegahan kanker serviks.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Bandura, dalam Ni‟mah Ainun yang

menyatakan budaya mempengaruhi self efficacy melalui nilai (values),

kepercayaan (belief). Dan proses pengaturan diri ( self-regulatory process) yang

berfungsi sebagai sumber penilaian self efficacy dan juga sebagai konsekuensi dari

keyakinan akan self efficacy.


72

Faktor lain yang dapat mempengaruhi self efficacy individu adalah insentif

yang diperolehnya. Bandura menyatakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan self efficacy adalah competent contingens incentive, yaitu insentif

yang diberikan oleh orang lain yang mereflesikan keberhasilan seseorang.

Dukungan berupa suport dan memperhatikan perkembangan di sebelum maupun

sesudah pemeriksaaan. Dukungan tersebut bisa didapatkan melalui suami, anak,

teman, maupun orang lain.

Dari faktor tersebut menurut peneliti, yang dapat atau harus dilakukan

PUS (istri) agar tidak cemas atau takut akan pemeriksaan pap smear terlebih

dahulu mencari informasi (sharing) kepada keluarga, tetangga, ataupun teman

yang sudah berpenegalaman melakukan pap smear. Dengan mengetahui informasi

tersebut tentunya akan menambah rasa yakin kemudian mampu melakukan pap

smear dengan rutin. Karena pada dasarnya program pap smear sangatlah penting

khususnya bagi para WUS untuk mencegah terjadinya kanker serviks.

5.3.2 Dukungan Suami Terhadap Pap Smear

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan suami terhadap pemeriksaan

pap smear pada PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun yang menyatakan

tidak mendukung pemeriksaan pap smear sebanyak 84,5% dengan responden 93

orang.

Dari 110 responden yang menyatakan tidak mendapatkan dukungan

sebanyak 84,5% dikarenakan tidak pernah diberikannya informasi tentang pap

smear oleh suami atau anggota keluarga lainnya. Dari segi dukungan instrumental

yang di dapatkan oleh istri, suami tidak ada waktu untuk mengantar serta
73

menemani saat pemeriksaan dikarenakan kesibukan bekerja ataupun sedang

berkepentingan di luar kota. Suami ataupun anggota keluarga yang lain juga

kurang mampu jika menyiapkan biaya untuk pemeriksaan pap smear jika

pengobatan dilakukan secara mandiri.

Dukungan suami adalah upaya yang diberikan oleh suami baik secara

mental, fisik, maupun sosial (Effendi& Mukhfudli,2009).

Hal ini sesuai dengan penelitian Siregar Yuki F (2017), yang menyatakan

bahwa wanita yang mendapatkan dukungan sosial yang baik cenderung

melakukan pemeriksaan Pap smear.Dukungan sosial yang dimaksud

adalahdukungan dari suami, keluarga, teman. Besarnya kontribusi dukungan dari

orang atau kelompok terdekat akan memperkuat alasan bagi seseorang untuk

melakukan pemeriksaan Pap smear.

Oleh karena itu, dalam rangka mengubah paradigma dan pencapaian

kesehatan masyarakat khususnya kesehatan wanita. Dengan demikian diharapkan

suami dan keluarga dapat memberikan dukungan dan memotivasi Ibu untuk

melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin dan tepat waktu.

Menurut peneliti, dukungan suami ataupun keluarga yang lain tidak hanya

berupa dukungan penilaian ataupun penghargaan (support) saja namun istri juga

membutuhkan adanya dukungan secara instrumental maupun emosional. Seperti

meluangkan untuk mengantarkan dan menemani istri serta mengingatkan untuk

pap smear kembali dan ikut mengontrol hasil pemeriksaaan.


74

5.3.3 Pemeriksaan Pap Smear

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar PUS (istri) yang tidak

rutin melakukan pap smear di Kelurahan Pandean Kota Madiun sebanyak 88%

dengan jumlah responden sebanyak 88 orang.

Hal tersebut dikarenakan adanya berbagai faktor dari PUS (istri) sendiri dan

adanya kepentingan yang tidak dapat ditinggalkan faktor tersebut bertepatannya

jadwal pemeriksaan dengan menstruasi, tidak ada yang mengurus anak

dikarenakan suami bekerja, serta keperluan yang mendadak yang tidak bisa

ditinggalkan.Tidak sedikit pula PUS (istri) yang lupa dengan jadwal pemeriksaan.

Pap smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari

leher rahim dan kemudian diperiksa d bawah mikroskop.Pap smear merupakan

tes yang aman dan murah yang telah disepakati bertahun-tahun lamanya untuk

mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Diananda,

2009).

Menurut peneliti, langkah yang harus dilakukan agar rutin melakukan pap

smear yaitu membuat kesepakatan terlebih dahulu dengan suami ataupun keluarga

yang lain jika akan mengikuti pap smear untuk menjaga anak (meminta tolong).

Jika terbentur dengan waktu menstruasi atau kepetingan penting lainnya bisa ikut

program pap smear periode kedua yang dilaksanakan oleh Puskesmas setempat.

5.3.4 Hubungan Self Efficacy Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Pada PUS

(Istri)

Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan Chi – Square untuk

mengetahui hubungan antara self efficacy terhadap pemeriksaan pap smear pada
75

PUS di Kelurahan Pandean diperoleh nilai p (0,029) < α (0,05) yang diartikan

bahwa ada hubungan antara self efficacy terhadap pemeriksaan pap smear pada

PUS di kelurahan pandean. Dengan frekuensiPUS (istri) yang tidak rutin dan tidak

yakin sebesar 82,5% dengan jumlah 85 responden, sedangkan PUS yang

rutinnamun tidak yakin hanya 17,5% atau berjumlah 18 orang. Dan hasil RP=

6,296 yang berarti PUS (istri) yang yakin memiliki peluang 6,296 kali untuk rutin

melakukan pap smear.

Faktor yang mempengaruhi self efficacy adalah kondisi fisik dan emosi

(somatic and emotional state).Seseorang juga mengandalkan pada kondisi fisik

dan emosi untuk menilai kemampuan mereka. Reaksi stres dan ketegangan akan

dianggap sebagai tanda bahwa mereka akan memiliki perfoma yang buruk,

sehingga akan menurunkan self efficacy mereka.

Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap self efficacy.Hal ini dapat dilihat dari

penelitian Bandura (1997) yang menyatakan bahwa wanita self efficacynya lebih

tinggi dalam mengelola perannya. Wanita yang memiliki peran selain sebagai ibu

rumah tangga juga sebagai wanita karir akan memiliki self efficacy yang tinggi

dibandingkan dengan pria yang bekerja.

Orang dengan self efficacy tinggi mereka mampu mendekati tugas sulit

sebagai tantangan yang harus dikuasai bukan sebagai ancaman yang dihindari

seseorang dengan self efficacy tinggi percaya bahwa mereka mampu melakukan

sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya (Shohifatul dalam

Anggraeni S, 2017).
76

Menurut peneliti,Self Efficacy masyarakat khusunya PUS (istri) di

Kelurahan Pandean sebenarnya sudah terlihat meningkat, mereka paham akan

kesehatan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. Para petugas kesehtatan

kader setempat juga berperan aktif untuk memberikan informasi (penyuluhan) dan

mengajak para PUS (istri) agar mengikuti program pap smear secara gratis dari

pemerintah yang dilaksanakan oleh Puskesmas setempat. Namun sebagian besar

para PUS (istri) untukmembuang rasa takut akan pemeriksaan pap smear masih

sangat rendah.Hal ini yang menjadi penghambat PUS (istri) tidak rutin melakukan

pap smear.

5.3.5 Hubungan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Pada

PUS (Istri)

Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan Chi – Square untuk

mengetahui hubungan antara dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear

pada PUS di Kelurahan Pandean diperoleh nilai p (0,0735) > α (0,05) yang

diartikan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami terhadap pemeriksaan

pap smear pada PUS di kelurahan pandean. Dengan nilai RP=1,404 yang berarti

dukungan suami bukan menjadi faktor resiko terhadap pemeriksaan pap smear.

Dengan frekuensi PUS (istri) yang tidak rutin dan tidak mendapat dukungan

sebesar 80,9% atau sejumlah 76 orang, sedangkan PUS (istri) yang rutin namun

tidak mendapatkan dukungan yaitu 19,1% atau 18 orang.

Sumber dukungan banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya,

oleh karena itu sumberdukungan keluarga ini efektif bagi individu yang

memerlukan. Sumber dukungan suami merupakan aspek yang penting untuk


77

peningkatan kesehatan reproduksi maka perlu diketahui dan dipahami. Cara untuk

mengukur dukungan suami kepada istri dapat dilihat dengan cara memberikan

dukungan informasi, empati, simpati, menolong jika mengalami kesulitan, serta

memberikan penilaian seperti pujian ataupun teguran (Nursalam dalam Anggraeni

S, 2017).

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan perilaku wanita usia subur

untuk deteksi dini kanker serviks adalah dukungan sosial yang dapat diberikan

oleh suami, karena keluarga terutama suami dapat lebih aktif dan lebih kuat dalam

memberikan baik bantuan secara emosional maupun instrumental (Linadi dalam

Winarni A, 2016).

Menurut peneliti, dukungan suami di Kelurahan Pandean sudah baik. Hal

ini dibuktikan istri mendapatkan ijin dan semangat setiap waktu untuk melakukan

pap smear. Namun dengan terbatasnya kewajiban untuk mencari nafkah (bekerja),

suami tidak punya waktu untuk mengantar ataupun menemani istri saat

pemeriksaan.Pihak keluarga lain maupun tetangga juga kurang dalam memberikan

dukungan sosialnya karena keterbatasan kepentingan masing-masing (sedang

bekerja atau tidak mempunyai waktu jika PUS menitipkan anak). Hal tersebut

yang mempengaruhi rutinitas PUS (istri) dalam pemeriksaan pap smear.


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang

hubungan self efficacy dan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear

pada PUS di Kelurahan Pandean Kota Madiun, sebagai berikut:

1. PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota madiun sebagian besar menyatakan

tidak yakin terhadap pemeriksaan pap smear sebanyak 94,5%.

2. PUS (istri) yang tidak mendapat dukungan suami sebagian besar sebanyak

85,5%.

3. Ada hubungan self efficacy terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS di

Kelurahan Pandean Kota madiun dengan hasil p value = 0,029, RP (95% CI)=

6,296 (1,296-30,598).

4. Tidak ada hubungan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada

PUS di Kelurahan Pandean Kota Madiun dengan hasil p= 0,735, RP (95% CI)=

1,404 (0,406-4,877).
79

6.2 Saran

1. Bagi masyarakat (PUS)

Diperlukan suatu upaya untuk lebih meningkatkan kepedulian pada diri sendiri

dalam hal kesehatan reproduksi guna mencegah terjadinya penyakit kanker

serviks serta dibutuhkan dukungan suami dan anggota keluarga lain maupun

tetagga atau teman baik berupa dukungan informasional, instrumental, emosional,

maupun penilaian (penghargaan). Jika PUS (istri) berhalangan untuk ikut serta

dalam pemeriksaan periode pertama dapat mengikuti pemeriksaan pada periode

selanjutnya (kedua) di tahun yang sama yang dilaksanakan oleh pihak Puskesmas

setempat.

2. Bagi Stikes Bhakti Husada Mulia

Informasi dari penelitian ini diharapakan mendorong pihak institusi untuk

dapat berperan dalam melakukan penyuluhan atau memberikan edukasi kepada

PUS tentang pemeriksaan pap smear.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, peneliti sarankan untuk melakukan penelitian

lanjutan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pap smear dan mengambil

faktor lain seperti pengetahuan ataupun pengaruh penyuluhan tentang adanya

program pap smear sehingga dapat mempengaruhi keikutsertaan PUS dalam

pemeriksaan pap smear agar lebih meningkat kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Suci. 2017. Self Efficacy Wanita Usia Subur Untuk Melakukan Pap
Smear Ditinjau Dari Pengetahuan Dan Dukungan Suami. Viva
Medika.10(18):90.Diakses Pada Tanggal 31 Januari melalui:
http://ejournal.uhb.ac.id/index.php/VM/article/view/145/117

Arindi, Lolyta C. 2018. Hubungan Sikap Dan Motivasi Pasangan Usia Subur
Dengan Pemeriksaan Pap Smear.Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan. Cendekia Medika.Diakses pada tanggal 14 April
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&ul

Azmi, ulul. 2017. Analisis Gambaran Faktor Wanita Usia Subur (WUS)
Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di Rsud. Lanto Dg. Pasewang
Jeneponto. Skripsi.UIN Alauddin Makassar.Diakses pada tanggal 11
Februari melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
Benedikta, klasia. 2016. Gambaran Dukungan Suami Terhadap Deteksi Dini
Kanker Serviks Pada Pasangan Usia Subur Di Rt I Dusun Ngasem Desa
Timbulharjo Sewon Bantul Yogyakarta . Karya Tulis Ilmiah. Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta. Diakses pada tanggal 11 februari melalui:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository
.unjay.ac.id/2532/1/klesia

Fitriana,farokta.2017.Dukungan Suami Dengan Minat Ibu Dalam Pemilihan


KontrasepsiIUD.Skripsi.Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Medika Jombang.Diakses pada tanggal 15 Maret
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&ur

Harnilawati, 2013.Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga.Sulawesi Selatan:


Pustaka As Salam.

Kemenkes RI. 2015. InfoDATINPusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan


RI.Jakarta.

Lestari, Titik. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Masturoh, Eminia.2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur


(WUS) Dalam Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode Inspeksi
Visual Asam Asetat (Iva).Skripsi.Universitas Negeri Semarang.Diakses
pada tanggal 16 maret
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url

80
81

Media komunikasi kementrian RI, 2015. http:mediakom sehat


negeriku.com/penderita-kanker-di-indonesia meningkat/.Diunduh pada
tanggal 27 Februari 2019.18.00

Musyriqoh, S. 2016. Hubungan Dukungan Suami Dengan Perilaku Pencegahan


Terhadap Kanker Serviks Pada Wanita Dewasa Awal Di Desa Balung Lor
Kecamatan Balung Kabupaten Jember.Skripsi.Universitas Jember.Diakses
pada tanggal 12 April melalui
:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&ur

Ni‟mah, Ainun.2014. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Self Efficacy


dalam Menyelesaikan Skripsi PadaMahasiswa Jurusan Bimbingan Dan
Konseling Universitas Negeri Semarang. Skripsi.Universitas Negeri
Semarang.Diakses pada tanggal 17 Februari
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&ur

Nuriana Fella. 2016. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap KB Dengan Jumlah


Anak Terakhir Pada PUS Akseptor Di Kelurahan Pakintelan Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang.Skripsi.Universitas Negeri Semarang.Diakses
padatanggal 19 Maret melalui:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url

Profil Kesehatan Jawa Timur.Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan
Metode 4A Dan Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Klinik (CBE) Dan
Kabupaten Kota.2017.Diakses pada tanggal 18 Maret
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url

Profil Kesehatan Kota Madiun.Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim


Dengan Metode Iva Dan Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Klinis
(Cbe) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kota Madiun. Lampiran
26.2017. Diakses pada tanggal 23 Februari
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://di
nkes.madiunkota.go.id/wpcontent/uploads/2018/10/PROFILKESEHATAN2
017.pdf&ved=2ahUKEwigrOjc0a3iAhWg_XMBHXRdA1gQFjAAegQICh
AC&usg=AOvVaw1hwdIOSa_zK10bzxc7Wxq_

Rahma, RA. 2012. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Minat WUS (Wanita
Usia Subur) Dalam Melakukan Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Dengan
Pulasan Asam Asetat) Di Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas.Jurnal Ilmiah Kebidanan. 3(1): 5.Diakses pada
tanggal 21 Februari
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url

Rosjidi Cholik H, Isro‟in Laily, Wahyuni Nurul S. 2017. Penyusunan Proposal


dan Laporan Penelitian Step by Step. Ponorogo:Unmuh Ponorogo Press.
82

Rio Susi, Sri Eunike. 2017.Persepsi Tentang Kanker Serviks Dan Upaya
Prevensinya Pada Perempuan Yang Memiliki Keluarga Dengan Riwayat
Kanker.Jurnal Kesehatan Reproduksi. 4(3):4-11.Diakses pada tanggal 25
Januari melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url

Rustam, Sri Wahyuni. 2016. Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia


Subur Tentang Alat Kontrasepsi KondomSebagai Salah Satu Pencegahan
HIV/AIDS Di Lingkungan Butadidia Kelurahan Mawang. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar. Diakses pada tanggal 17 Maret
melalui: https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url

Sarmanu. 2017. Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif ,Kualitatif, Dan


Statistika. Surabaya. Airlangga University Press.

Setianingsih, Fitri. 2017. Hubungan Pengetahuan WUS Tentang Deteksi Dini


Kanker Serviks Dengan Upaya Pencegahan Yang Dilakukan WUS Di
Puskesmas Turi Sleman. Universitas „Aisiyah. Yogyakarta. Diakses pada
tanggal 22 Maret melalui:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url

Silalahi, Veronica,dkk. 2016. Efektivitas Audio visual dan Booklet sebagai Media
Edukasi untuk Meningkatkan Perilaku Skrining IVA. Jurnal MKMI.
14(3):305. Diakses pada tanggal 4 Maret melalui:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url

Siregar, Yuki F. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Usia


Subur (WUS) Melakukan Pap Smear Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan. Skripsi.Universitas Sumatra Utara.Diakses pada tanggal 23 Februari
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url

Suantika Putu Inge Ruth, dkk. 2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Partisipasi Perawat Dalam Melakukan Pap Smear (Literature Review).
Jurnal Keperawatan. 4(1):31. Diakses pada tanggal 26 Maret
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url

Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Triningtyas, Diana Ariswanti. 2016. Bimbingan Konseling Pribadi Sosial.


Magetan: CV. AE Media Grafika.

Ulfiana, Elisa. 2013. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Niat Wanita Pasangan
Usia Subur Untuk Pap Smear Di Wilayah Kelurahan kedungmundu Wilayah
Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Jurnal Kebidanan. 2(4):59.
Diakses pada tanggal 7 Februari
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
83

Lampiran 1

Surat izin pengambilan data awal


84

Lampiran 2

Suratizinpenelitiandari KESBANGPOL
85

Lampiran 3

Kartu bimbingan tugas akhir


86
87

Lampiran 4

HasilUjiValiditasdanReliabilitas

1. Self efficacy
Correlations

Notes

Output Created 22-Jun-2019 12:13:09

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 20

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics for each pair of variables are


based on all the cases with valid data for
that pair.

Syntax CORRELATIONS

/VARIABLES=soal_self_efficacy_1
soal_self_efficacy_2 soal_self_efficacy_3
soal_self_efficacy_4 soal_self_efficacy_5
soal_self_efficacy_6 total_skor

/PRINT=TWOTAIL NOSIG

/MISSING=PAIRWISE.
88

Resources Processor Time 00:00:00.109

Elapsed Time 00:00:00.172

Correlations

soal_
self_ soal_sel soal_s soal_sel soal_self
effica f_efficac elf_effi f_efficac _efficacy soal_self_
cy_1 y_2 cacy_3 y_4 _5 efficacy_6 total_skor

soal_self_effic Pearso
acy_1 n *
1 .302 -.010 -.010 .328 .414 .461
Correlat
ion

Sig. (2-
.196 .966 .966 .158 .069 .041
tailed)

N 20 20 20 20 20 20 20

soal_self_effic Pearso
acy_2 n ** * **
.302 1 .101 .101 .612 .503 .704
Correlat
ion

Sig. (2-
.196 .673 .673 .004 .024 .001
tailed)

N 20 20 20 20 20 20 20

soal_self_effic Pearso
acy_3 n ** * *
-.010 .101 1 .596 .533 .212 .510
Correlat
ion

Sig. (2-
.966 .673 .006 .015 .369 .022
tailed)
89

N 20 20 20 20 20 20 20

soal_self_effic Pearso
acy_4 n ** *
-.010 .101 .596 1 .123 .212 .558
Correlat
ion

Sig. (2-
.966 .673 .006 .605 .369 .011
tailed)

N 20 20 20 20 20 20 20

soal_self_effic Pearso
acy_5 n ** * *
.328 .612 .533 .123 1 .287 .525
Correlat
ion

Sig. (2-
.158 .004 .015 .605 .220 .017
tailed)

N 20 20 20 20 20 20 20

soal_self_effic Pearso
acy_6 n * **
.414 .503 .212 .212 .287 1 .612
Correlat
ion

Sig. (2-
.069 .024 .369 .369 .220 .004
tailed)

N 20 20 20 20 20 20 20

total_skor Pearso
n * ** * * * **
.461 .704 .510 .558 .525 .612 1
Correlat
ion

Sig. (2-
.041 .001 .022 .011 .017 .004
tailed)
90

N 20 20 20 20 20 20 20

*. Correlation is significant at
the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at


the 0.01 level (2-tailed).

2. Dukungansuami

Correlations

Notes

Output Created 22-Jun-2019 12:46:56

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 20

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics for each pair of variables are


based on all the cases with valid data for
that pair.
91

Syntax CORRELATIONS

/VARIABLES=soal_dukungan_suami_1
soal_dukungan_suami_2
soal_dukungan_suami_3
soal_dukungan_suami_4
soal_dukungan_suami_5
soal_dukungan_suami_6 total_skor

/PRINT=TWOTAIL NOSIG

/MISSING=PAIRWISE.

Resources Processor Time 00:00:00.093

Elapsed Time 00:00:00.093

[DataSet0]

Correlations

soal_du soal_duk soal_duku soal_du soal_duk soal_duk


kungan_ ungan_su ngan_sua kungan_ ungan_su ungan_su total_s
suami_1 ami_2 mi_3 suami_4 ami_5 ami_6 kor

soal_dukungan_s Pearso
uami_1 n **
1 .378 .286 -.066 .356 .378 .627
Correlat
ion

Sig. (2-
.100 .222 .783 .123 .100 .003
tailed)

N 20 20 20 20 20 20 20
92

soal_dukungan_s Pearso
uami_2 n *
.378 1 .126 .290 .236 -.067 .530
Correlat
ion

Sig. (2-
.100 .597 .215 .317 .780 .016
tailed)

N 20 20 20 20 20 20 20

soal_dukungan_s Pearso
uami_3 n ** **
.286 .126 1 .154 .356 .630 .692
Correlat
ion

Sig. (2-
.222 .597 .518 .123 .003 .001
tailed)

N 20 20 20 20 20 20 20

soal_dukungan_s Pearso
uami_4 n * *
-.066 .290 .154 1 .533 -.174 .503
Correlat
ion

Sig. (2-
.783 .215 .518 .015 .463 .024
tailed)

N 20 20 20 20 20 20 20

soal_dukungan_s Pearso
uami_5 n * **
.356 .236 .356 .533 1 .000 .702
Correlat
ion

Sig. (2-
.123 .317 .123 .015 1.000 .001
tailed)

N 20 20 20 20 20 20 20
93

soal_dukungan_s Pearso
uami_6 n ** *
.378 -.067 .630 -.174 .000 1 .462
Correlat
ion

Sig. (2-
.100 .780 .003 .463 1.000 .040
tailed)

N 20 20 20 20 20 20 20

total_skor Pearso
n ** * ** * ** *
.627 .530 .692 .503 .702 .462 1
Correlat
ion

Sig. (2-
.003 .016 .001 .024 .001 .040
tailed)

N 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the


0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05


level (2-tailed).
94

Reliability

Notes

Output Created 22-Jun-2019 12:47:48

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data


20
File

Matrix Input

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are


treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with


valid data for all variables in the
procedure.
95

Syntax RELIABILITY

/VARIABLES=soal_dukungan_suami
_1 soal_dukungan_suami_2
soal_dukungan_suami_3
soal_dukungan_suami_4
soal_dukungan_suami_5
soal_dukungan_suami_6

/SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA.

Resources Processor Time 00:00:00.047

Elapsed Time 00:00:00.046

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

a
Excluded 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in


the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


96

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.640 6

3. Pap smear
Correlations

Notes

Output Created 26-Jun-2019 10:59:14

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data


20
File

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are


treated as missing.

Cases Used Statistics for each pair of variables are


based on all the cases with valid data
for that pair.
97

Syntax CORRELATIONS

/VARIABLES=soal_pap_smear_1
total_skor

/PRINT=TWOTAIL NOSIG

/MISSING=PAIRWISE.

Resources Processor Time 00:00:00.078

Elapsed Time 00:00:00.079

Correlations

soal_pap_smear
_1 total_skor

**
soal_pap_smear_1 Pearson Correlation 1 .892

Sig. (2-tailed) .000

N 20 20

**
total_skor Pearson Correlation .892 1

Sig. (2-tailed) .000

N 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


98

Reliability

Notes

Output Created 26-Jun-2019 10:59:27

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data


20
File

Matrix Input

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are


treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with


valid data for all variables in the
procedure.

Syntax RELIABILITY

/VARIABLES=soal_pap_smear_1
total_skor

/SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.062


99

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

a
Excluded 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

1.000 2
100

Reliability

Notes

Output Created 22-Jun-2019 12:14:12

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 20

Matrix Input

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid


data for all variables in the procedure.

Syntax RELIABILITY

/VARIABLES=soal_self_efficacy_1
soal_self_efficacy_2 soal_self_efficacy_3
soal_self_efficacy_4 soal_self_efficacy_5
soal_self_efficacy_6

/SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA.

Resources Processor Time 00:00:00.031

Elapsed Time 00:00:00.016


101

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

a
Excluded 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.707 6
102

Lampiran 5

TabulasiUjiChi Square

SELF DUKUNGAN
UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN EFFICACY SUAMI PAP SMEAR
2.0 3.0 1.0 1.0 0.0 1.0
3.0 2.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 5.0 0.0 1.0 0.0
3.0 2.0 1.0 1.0 0.0 0.0
1.0 3.0 5.0 1.0 0.0 1.0
1.0 4.0 5.0 0.0 1.0 0.0
3.0 3.0 3.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 1.0 1.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 2.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
2.0 4.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 4.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 4.0 2.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
1.0 4.0 2.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 2.0 3.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
103

3.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0


2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 1.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 3.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 1.0 5.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 3.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
1.0 3.0 3.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 3.0 0.0 0.0 0.0
2.0 2.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 2.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
104

1.0 3.0 3.0 0.0 0.0 0.0


3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 3.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
3.0 3.0 5.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
2.0 3.0 3.0 0.0 1.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
3.0 2.0 1.0 0.0 1.0 1.0
2.0 4.0 2.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 1.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
3.0 3.0 3.0 0.0 1.0 0.0
3.0 3.0 3.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 2.0 1.0 0.0 1.0 0.0
3.0 2.0 1.0 0.0 0.0 1.0
3.0 3.0 1.0 0.0 1.0 1.0
2.0 3.0 1.0 1.0 0.0 0.0
105

Lampiran 6

TabulasiHasilKarakteristikResponden

Frequencies

Notes

Output Created 18-Jul-2019 19:31:51

Comments

Input Data C:\Users\HP\Documents\PAP


SMEAR\UNI DAM BIVA\OUTPUT.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data


110
File

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are


treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with


valid data.

Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=UmurPendidikanPekerjaa
n

/STATISTICS=STDDEV MEAN
MEDIAN MODE

/ORDER=ANALYSIS.
106

Resources Processor Time 00:00:00.016

Elapsed Time 00:00:00.015

Statistics

Umur Pendidikan Pekerjaan

N Valid 110 110 110

Missing 0 0 0

Mean 2.16 2.94 1.92

Median 2.00 3.00 1.00

Mode 2 3 1

Std. Deviation .761 .455 1.539

Frequency Table

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-30 24 21.8 21.8 21.8

31-40 44 40.0 40.0 61.8

41-50 42 38.2 38.2 100.0

Total 110 100.0 100.0


107

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 2 1.8 1.8 1.8

SMP 9 8.2 8.2 10.0

SMA 93 84.5 84.5 94.5

SARJANA 6 5.5 5.5 100.0

Total 110 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IBU RUMAH TANGA 77 70.0 70.0 70.0

PNS 3 2.7 2.7 72.7

WIRASWASTA 11 10.0 10.0 82.7

LAIN-LAIN 19 17.3 17.3 100.0

Total 110 100.0 100.0


108

Lampiran 7

TabulasiHasilUjiChi SquareSelf Efficacy

Crosstabs

Notes

Output Created 17-Jul-2019 20:50:01

Comments

Input Data C:\Users\HP\Documents\KARAKTERIS


TIK RESPOND\OUTPUT.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data


110
File

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are


treated as missing.

Cases Used Statistics for each table are based on


all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
109

Syntax CROSSTABS

/TABLES=Selfefficacy BY Papsmear

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ RISK

/CELLS=COUNT ROW COLUMN


TOTAL

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.047

Elapsed Time 00:00:00.079

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

selfefficacy * papsmear 110 100.0% 0 .0% 110 100.0%


110

selfefficacy * papsmearCrosstabulation

papsmear

TIDAK RUTIN RUTIN Total

selfefficacy TIDAK YAKIN Count 85 18 103

% within selfefficacy 82.5% 17.5% 100.0%

% within papsmear 96.6% 81.8% 93.6%

% of Total 77.3% 16.4% 93.6%

YAKIN Count 3 4 7

% within selfefficacy 42.9% 57.1% 100.0%

% within papsmear 3.4% 18.2% 6.4%

% of Total 2.7% 3.6% 6.4%

Total Count 88 22 110

% within selfefficacy 80.0% 20.0% 100.0%

% within papsmear 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 80.0% 20.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
111

a
Pearson Chi-Square 6.446 1 .011

b
Continuity Correction 4.205 1 .040

Likelihood Ratio 5.078 1 .024

Fisher's Exact Test .029 .029

Linear-by-Linear Association 6.387 1 .011

b
N of Valid Cases 110

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,40.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for selfefficacy


6.296 1.296 30.598
(TIDAK YAKIN / YAKIN)

For cohort papsmear =


1.926 .815 4.550
TIDAK RUTIN

For cohort papsmear =


.306 .142 .658
RUTIN

N of Valid Cases 110


112

Lampiran 8

TabulasiHasilUji SquareDukunganSuami

Crosstabs

Notes

Output Created 17-Jul-2019 20:28:26

Comments

Input Data C:\Users\HP\Documents\KARAKTERIS


TIK RESPOND\OUTPUT.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data


110
File

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all


the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
113

Syntax CROSSTABS

/TABLES=Dukungansuami BY
Papsmear

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ RISK

/CELLS=COUNT ROW COLUMN


TOTAL

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.156

Elapsed Time 00:00:00.125

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

dukungansuami * papsmear 110 100.0% 0 .0% 110 100.0%


114

dukungansuami * papsmearCrosstabulation

papsmear

TIDAK RUTIN RUTIN Total

dukungansuami TIDAK Count 76 18 94


MENDUKUNG
% within dukungansuami 80.9% 19.1% 100.0%

% within papsmear 86.4% 81.8% 85.5%

% of Total 69.1% 16.4% 85.5%

MENDUKUNG Count 12 4 16

% within dukungansuami 75.0% 25.0% 100.0%

% within papsmear 13.6% 18.2% 14.5%

% of Total 10.9% 3.6% 14.5%

Total Count 88 22 110

% within dukungansuami 80.0% 20.0% 100.0%

% within papsmear 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 80.0% 20.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

a
Pearson Chi-Square .293 1 .589
115

b
Continuity Correction .041 1 .839

Likelihood Ratio .279 1 .597

Fisher's Exact Test .735 .402

Linear-by-Linear Association .290 1 .590

b
N of Valid Cases 110

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,20.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


dukungansuami (TIDAK
1.407 .406 4.877
MENDUKUNG /
MENDUKUNG)

For cohort papsmear =


1.078 .799 1.454
TIDAK RUTIN

For cohort papsmear =


.766 .298 1.970
RUTIN

N of Valid Cases 110


116

Lampiran 9

Kuesioner

Lampiran A: Lembar Informed

Koderesponden:

SURAT PERNYATAAN

Kepada:

Calonresponden

Denganhormat, yang bertandatangan di bawahini:

Nama : AyuAraras

Nim :201503010

Alamat : Jl. Sekolahan No 7 Madiun

Bermaksud akanmengadakanpenelitiandenganjudul “ HubunganSelf


EfficacydanDukunganSuamiTerhadapPemeriksaanPap SmearPada PUS di
KelurahanDemangan Kota Madiun” . Penelitianinitidakakanmenimbulkanakibat
yang merugikanbagiandasebagairespondenmaupunkeluarga.
Kerahasiaansemuainformasiakandijagadandipergunakanuntukkepentinganpeneliti.
Jikaandatidakbersediamenjadiresponden,
makatidakadaancamanbagiandamaupunkeluarga.Jikaandabersediamenjadirespond
en, makasayamohonkesediaanuntukmenandatanganilembarpersetujuan yang
sayalampirkandanmenjawabpertanyaan-pertanyaan yang
sayasertakan.Atasperhatiandankesediaanyamenjadirespondensayaucapkanterimak
asih.

Hormatsaya,

AyuAraras
Nim. 201503010
117

Lampiran B: LembarConsent
Koderesponden:

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan di bawahini:

Nama :

Alamat :

menyatakanbersediamenjadisubyek (responden) dalampenelitiandari:

Nama : AyuAraras

Nim : 201503010

Program Studi : KesehatanMasyarakat

Judul : HubunganSelf
EfficacydanDukunganSuamiTerhadapPemeriksaanPap
SmearPada PUS di KelurahanDemangan Kota Madiun.

Denganinisayamenyatakansecarasukarelauntukikutsebagaisubyekpenelitia
ninisertabersediamenjawabsemuapertanyaandengansadardansebenar-benarnya.

Madiun, ……. ......... 2019


Peneliti

AyuAraras Tandatangandannamaterang
118

Lembar C: Instrument
Koderesponden:

KUESIONER

PetunjukPengisian:

Jawablahpertanyaandibawahinidengammemberikantanda check list (√)


padatempat yang telahtersediadanisilahtitik-titikjikaadapertanyaan yang
harusdijawab.

A. Data Demografi
1. Nama :
2. TanggalLahir :
3. Tingkat PenddidikanTerakhir ( : )SD (
)SMP

( )SMA ( )SARJANA
4. PekerjaanIbu : ( )
Iburumahtangga
( ) Pegawainegri
( ) Wiraswasta
( ) Petani
( ) Lain-lain: ….

B. Data faktor-faktor PUS melakukanpap smear


Petunjukpengisian :
Berikantanda Check list (√) untukjawaban yang menurutIbubenar.
119

N Pertanyaandarisegiself efficacy Y TID


o A AK
1. Apakahibupernahmelakukanpap smear?
2. Dari berbagaiaktivitas yang
ibulakukanapakahibubersediamenyempatkanwaktuu
ntukmelakukanpap smearsecararutin?
3. Jikapetugaskesehatan yang melakukantindakan pap
smear adalahseoranglaki-
lakiapakahibubersediamelaksanakan pap smear?
4. Jikahasilpap smeardinyatakanpositif,
Apakahibumelakukantahappengobatanselanjutnya?
5. Apakahbiayapap smearcukupmurah?
6. Apakahjarakantararumahdengantempatpap
smearjauh?

No Pertanyaandarisegidukungansuami YA TIDAK
1. Apakahsuamimemberikaninformasitentangpem
eriksaan pap smear?
2. Apakahsuamimemberikanijinuntukpemeriksaan
pap smear?
3. Apakahsuamimenyediakanbiayauntukpemeriks
aan pap smear?
4. Apakahsuamiikutmengantarkankerumahsakitat
aupuskesmasuntukpemeriksaaan pap smear?
5. Apakahsuamimendampingisampai proses
pemeriksaanselsesai?
6. Apakahsuamimemberikansemangatuntukmelak
ukan pap smear?

No Pertanyaandarisegipemeriksaanpap smear YA TIDAK


1. Apakahiburutinmelakukanpap smear?
120

Lampiran 10

Suratselesaipenelitian
121

Lampiran 11

PenelitianTerhadapResponden

1. Penelitianbersamaibukader di salahsatuPosyandubalita

2. Penelitianterhadap PUS (istri)


122

3. PenelitianTerhadap PUS (Istri)

4. Memintatandatangan PUS (istri)


untuksuratpersetujuansebagairesponden

Anda mungkin juga menyukai