Anda di halaman 1dari 103

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN

STIGMA REMAJA TERHADAP ODHA


DI SMAN 6 KOTA PEKANBARU
TAHUN 2023

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

IRMA DARMAYANTI
2016250009

AKADEMI KEBIDANAN HELVETIA


PEKANBARU
TAHUN
2023
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Judul Karya Tulis Ilmiah : Hubungan Promosi Kesehatan metode peer


education dengan Stigma Remaja Terhadap
ODHA
Nama Mahasiswa : Dinda Oktafiani
Nomor Induk Mahasiswa : 2016250005

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Bd Afritayeni, S.S.T., M. Kes Rika Istawati, S.S.T., M. Kes

Direktur Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru

Bd. Afritayeni, S.S.T., M. Kes


Tanggal Sidang KTI: 04 September 2023

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PROMOSI KESEHATAN METODE PEER


EDUCATION DENGAN STIGMA REMAJA TERHADAP
ODHA KOTA PEKANBARU TAHUN 2023

Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji, diperiksa dan dipertahankan pada
tanggal 04 September 2023 dan dinyatakan telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar pendidikan diploma III kebidanan
di Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru

Ketua Penguji Anggota Penguji

Penti Dora Yanti, S.S.T., M. Kes Evis Ritawani, Hsb, S.S.T., M. Kes

Direktur Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru


Bd. Afritayeni, S.S.T., M. Kes

ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN STIGMA


REMAJA TERHADAP ODHA DI SMAN 6 PEKANBARU
OLEH

IRMA DARMAYANTI
NIM:2016250009

HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh
rentan terhadap berbagai penyakit. Stigma HIV/AIDS merupakan suatu persepsi
negatif yang diyakini dalam masyarakat bahwa orang dengan HIV/AIDS itu
merupakan pelaku seks bebas dan sebagai penular penyakit. Menurut UNAIDS
tahun 2021 diperkirakan 250.000 remaja berusia 15-24 tahun baru terinfeksi HIV.
Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada 12 orang remaja SMAN 6
Pekanbaru pada bulan Juni 2023, diketahui bahwa 2 orang (20%) telah
mengetahui penularan HIV/AIDS melalui organisasi sedangkan 10 orang (80%)
tidak mengetahui tentang cara penularan HIV/AID dan remaja tersebut masih
memberikan sikap negatif. Mereka tidak ingin berteman dan berinteraksi secara
langsung serta menjauhi ODHA karena takut tertular. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan stigma remaja
terhadap ODHA. Jenis penelitian analitik kuantitatif dengan desain cross
sectional. Populasi penelitian ini seluruh remaja sebanyak 1046 orang. Sampel
diambil dengan teknik accidental sampling sebanyak 91 remaja. Analisa data
menggunakan uji chi square. Berdasarkan analisa data didapatkan nilai p value
pengetahuan 0,000, sedangkan nilai p value sikap 0,019 yang artinya p< 0,05. Ada
hubungan pengetahuan dan sikap dengan stigma remaja terhadap ODHA. Remaja
diharapkan tetap mempertahankan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan
banyak membaca buku karena pengetahuan yang baik akan menentukan sikap
yang baik dalam pencegahan HIV/AIDS dan tidak memberikan stigma tinggi serta
bersikap positif kepada ODHA.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Stigma ODHA


Referensi : 30 Referensi (2017-2023)
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat yang telah dilimpahkan-Nya peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini yang diajukan guna melengkapi dan memenuhi

syarat dalam menyelesaikan pendidikan program Studi DIII Kebidanan Helvetia

Pekanbaru dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Stigma

Remaja Terhadap ODHA di SMA Kota Pekanbaru”.

Dalam penyelesaian dan penyusunan Proposal KTI Ilmiah ini, peneliti

banyak mendapat arahan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka

pada kesempatan ini dengan kesungguhan hati dan rasa ikhlas peneliti ingin

menyampaikan banyak ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Bd. Afritayeni, S.S.T., M. Kes selaku direktur Akademi Kebidanan

Helvetia Pekanbaru dan dosen pembimbing I KTI ini yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan serta waktu dan fikiran selama dalam

pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini hingga selesai.

2. Ibu Evis Ritawani Hsb, S.S.T., M. Kes selaku pembimbing II KTI ini yang

telah memberikan bimbingan, pengarahan serta waktu dan fikiran selama

dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini hingga selesai.

3. Ibu Rika Istawati, S.S.T., M. Kes selaku ketua penguji yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk menguji peneliti dan memberikan masukan, arahan

serta waktu dan fikiran selama dalam pembuatan KTI ini hingga selesai.

5
4. Ibu Penti Dora Yanti, S.S.T., M. Kes selaku ketua penguji yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk menguji peneliti dan memberikan

masukan, arahan serta waktu dan fikiran selama dalam pembuatan KTI ini

hingga selesai.

5. Seluruh Staff Dosen Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru yang telah

memberikan ilmu selama peneliti mengikuti pendidikan.

6. Kedua orang tua yang amat saya cintai melebihi apapun, ayahanda Muzir

Azwar dan ibunda Risna Wati tercinta terimakasih untuk kesabaran dan

pengorbanannya yang tiada henti yang telah membesarkan, mendidik, dan

memberikan kasih sayang penuh, selalu memberikan dukungan dan doa

disetiap langkah, selalu ada disaat saya membutuhkan arahan, saran dan

tempat saya berkeluh kesah hingga ketitik ini demi mencapai cita-cita.

7. Seluruh sahabat dan teman-teman yang sudah memberikan dukungan dan

semangat serta saran-saran dalam penyusunan KTI ini.

Peneliti menyadari bahwa KTI ini jauh dari kata kesempurnaan. Dengan

segala keterbatasan, peneliti dengan senang hati menerima kririk dan saran yang

bersifat membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya kebidanan.

Pekanbaru, 25 Juni 2023

6
Irma Darmayanti

7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Irma Darmayanti

Tempat/Tanggal Lahir : Tembilahan,09 Juni 2002

Agama : Islam

Anak Ke : 2 (dua)

Nama Ayah : Muzir Azwar

Nama Ibu : Risna Wati

Alamat : Sungai Salak, Kab Indragiri Hilir

B. Riwayat Pendidikan

No Jenis Pendidikan Tempat Tamat


Pendidikan
1 TK Dharma Wanita Sungai Salak 2007
2 SDN 001 Sungai Salak Sungai Salak 2014
3 SMP N 1 Tempuling Sungai Salak 2017
4 SMA N 1 Tempuling Sungai Salak 2020
5 Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru 2023
Pekanbaru

8
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH..................................i


LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................7
1.4.1 Bagi Tempat Penelitian...................................................................7
1.4.2 Bagi Institusi Akbid Helvetia..........................................................7
1.4.3 Bagi Responden..............................................................................7
1.4.4 Bagi Peneliti...................................................................................7
1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................8


2.1 HIV & AIDS.............................................................................................8
2.1.1 Pengertian HIV & AIDS.................................................................8
2.1.2 Etiologi..........................................................................................8
2.1.3 Patofisologi..................................................................................10
2.1.4 Faktor Penyebab HIV/AIDS.........................................................10
2.1.4 Pengertian Orang dengan HIV AIDS (ODHA).............................11
2.15 Perubahan Psikologis Pada ODHA................................................12
2.2 Konsep Remaja.......................................................................................15
2.2.1 Definisi remaja.............................................................................15
2.2.2 Tahapan perkembangan remaja....................................................15
2.3 Stigma.....................................................................................................17
2.3.1 Pengertian stigma.........................................................................17
2.3.2 Jenis Stigma..................................................................................17
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Stigma..............................................18
2.3.4 Tipe – Tipe Stigma.......................................................................18
2.4 Stigma HIV/AIDS Remaja SMA............................................................20

9
2.4.1 Faktor Penyebab Stigma HIV Siswa SMA...................................21
2.5 Pengetahuan.............................................................................................22
2.5.1 Definisi Pengetahuan....................................................................22
2.5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan....................................24
2.5.3 Pengetahuan HIV/AIDS Siswa SMA............................................25
2.5.4 Tujuan Pengetahuan HIV/AIDS Remaja Siswa............................26
2.6 Sikap........................................................................................................29
2.6.1 Defenisi Sikap..............................................................................29
2.6.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Sikap....................................30
2.6.4 Ciri Ciri Sikap...............................................................................33
2.6.5 Fungsi Sikap.................................................................................34
2.6.6 Pembentukkan sikap.....................................................................35
2.6.7 Perubahan Sikap...........................................................................35
2.7 Kerangka teori.........................................................................................36
2.8 Kerangka Konsep....................................................................................38
2.9 Hipotesis..................................................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................39


3.1 Jenis & Desain Penelitian.......................................................................39
3.2 Lokasi & Waktu Penelitian.....................................................................39
3.2.1 Lokasi...........................................................................................39
3.2.2 Waktu...........................................................................................39
3.3 Populasi dan Sampel...............................................................................39
3.3.1 Populasi Dalam Penelitian Ini.......................................................39
3.3.2 Sampel Penelitian.........................................................................40
3.4 Definisi Operasional...............................................................................41
3.5 Metode Pengumpulan Data.....................................................................41
3.5.2 Proses Pengolahan Data................................................................42
3.6 Metode Analisis Data.............................................................................43
3.6.1 Analisis univariat..........................................................................43
3.6.2 Analisis bivariat............................................................................45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................46


4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian....................................................................46
4.2 Hasil Penelitian.......................................................................................46
4.2.1 Data Umum..................................................................................46
4.2.2 Analisis Univariat.........................................................................47
4.2.3 Analisis Bivariat...........................................................................48
4.3 Pembahasan.............................................................................................49

10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................53
5.1 Kesimpulan..............................................................................................53
5.2 Saran........................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................56
DOKUMENTASI.................................................................................................88

11
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Defenisi Operasional.............................................................. 41

4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakterisitik


Demografi.............................................................................. 47

4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Terhadap ODHA


di SMAN 6 Kota Pekanbaru.................................................. 48

4.3 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Terhadap ODHA di


SMAN 6 Kota Pekanbaru...................................................... 48

4.4 Distribusi Rata-Rata Frekuensi Stigma Remaja Terhadap


ODHA di SMAN 6 Kota Pekanbaru...................................... 49

4.5 Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Stigma Remaja


Terhadap ODHA di SMAN 6 Kota Pekanbaru..................... 49

1.

12
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Halaman

2.1 Kerangka Teori............................................................................ 37

2.2 Kerangka Konsep......................................................................... 38

13
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul
Halaman

1. Lembar permohonan persetujuan penelitian.............................. 58

2. Lembar persetujuan menjadi responden..................................... 59

3. Lembar kuisioner........................................................................ 60

4. Lembar hadir.............................................................................. 66

5. Lembar master tabel................................................................... 72

6. Hasil SPSS.................................................................................. 75

7. Surat permohonan pengambilan data......................................... 80

8. Surat izin penelitian dari dinas penanaman modal..................... 81

9. Surat penelitian dari dinas pendidikan kota pekanbaru.............. 82

10. Surat penelitian dari akademi kebidanan Helvetia pekanbaru. . . 83

11. Surat Keterangan Melaksanakan Riset....................................... 84

12. Lembar konsultasi karya tulis ilmiah......................................... 85

13. Lembar dokumentasi penelitian................................................. 88

14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan salah satu masalah

besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini

tidak ada negara yang terbebas dari HIV. HIV menyebabkan krisis secara

bersamaan yaitu menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis

ekonomi dan juga krisis kemanusiaan, dengan kata lain HIV menyebabkan krisis

multidimensi. Sebagai krisis kesehatan, HIV memerlukan respon dari masyarakat

dan memerlukan layanan pengobatan perawatan untuk individu yang terinfeksi

HIV. Paradigma baru yang menjadi tujuan global dari UNAIDS adalah Zero

AIDS- related death. Hal ini dapat tercapai bila pasien datang di layanan HIV dan

mendapat terapi antiretroviral (ARV) secepatnya (Setiarto, 2021).

Infeksi HIV terus mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan jutaan

orang di wilayah Eropa. Selama tiga dekade terakhir, lebih dari 2,3 juta orang

telah didiagnosis dan dilaporkan mengidap HIV di wilayah Eropa, termasuk

hampir 590.000 orang di EU/EEA (WHO, 2022). Pada tahun 2021, diperkirakan

250.000 [150.000–360.000] remaja (berusia 15 hingga 24 tahun) baru terinfeksi

HIV lima kali lebih banyak dari target tahun 2025 (UNAIDS, 2022).

Jumlah kasus HIV positif yang dilaporkan di Indonesia pada tahun 2020

sebanyak 41. 987 kasus dan pada tahun 2021 jumlah kasus HIV positif menurun

dengan jumlah 36.902 kasus. Sebaliknya, dibandingkan rata-rata 8 tahun

1
2

sebelumnya, jumlah kasus baru AIDS cenderung menurun, pada tahun 2021

dilaporkan sebanyak 5.750 kasus. Sebagian besaran kasus HIV dan AIDS terdapat

pada kelompok umur produktif 15-49 tahun (Kemenkes RI, 2022).

Penemuan penderita HIV di tahun 2020 berjumlah 766 jiwa dan pada

tahun 2021 terjadi penurunan sekitar 196 jiwa menjadi 570 jiwa. Sedangkan untuk

AIDS pada tahun 2020 penemuan AIDS sebanyak 3266 jiwa dan pada tahun 2021

terjadi penambahan penderita AIDS sebanyak 3508 jiwa. Hal ini dikarenakan

pasien HIV dalam masa pengobatannya tidak mengikuti anjuran dokter terapi

rutin antiretrovial (ARV), maka cenderung mengalami infeksi oportunistik

dan terkena AIDS (Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2021).

Berdasarkan data yang didapat dari komisi penanggulangan AIDS di

Provinsi Riau dari tahun 1997 sampai dengan periode juni tahun 2023 jumlah

kasus HIV yaitu berjumlah 8.462 kasus dan AIDS berjumlah 3.839 kasus. Dengan

data keseluruhan kota pekanbaru menduduki posisi pertama kasus HIV sebanyak

5.058 (58,5%) jiwa dan AIDS berjumlah 2.479 jiwa dan kelompok umur beresiko

tertinggi 25- 49 tahun sebanyak 6400 jiwa (74%). Sedangkan jumlah remaja

keseluruhan umur 5-19 tahun di Provinsi Riau yang terkena HIV berjumlah 259

(3%) orang. Berdasarkan data Provinsi Riau periode juni tahun 2023 jumlah kasus

HIV sebanyak 364 kasus dan AIDS sebanyak 78 kasus (KPA, 2023).

Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,

masa remaja merupakan masa perkembangan serta peralihan antara masa anak-

anak ke masa dewasa yang mencangkup perkembangan fisik, intelektual,

emosi dan sosial.


3

Mengingat remaja merupakan sebagian besar penyumbang sebaran kasus

HIV maka diperlukan merubah paradigma remaja terhadap ODHA karena

khawatir remaja akan memberikan stigma dan mengualkan remaja yang terkena

HIV. Remaja dapat dianggap sebagai masa krusial bagi perkembangan individu

karena dalam masa ini seseorang mengalami transisi biologis, kognitif, maupun

sosial yang mengakibatkan seseorang tersebut mulai mencari-cari identitasnya,

biasanya sumber masalahnya ditunjukkan pada sikap mereka yang memberontak

sebagai alasan penitikberatkan pencarian identitas diri (Sa’adah, 2022).

Dikalangan remaja stigma terhadap ODHA diberikan karena banyak

remaja yang beranggapan bahwa penyakit HIV terjadi akibat perilaku

menyimpang, pergaulan bebas, dan penyalahgunaan narkotika. Remaja banyak

yang bersikap seolah tdak ingin berahabat dengan ODHA karena beranggapan

bahwa HIV/AIDS dapat menular hanya karena berdekatan padahal jika tidak ada

kontak seksual, tranfusi darah yang tidak aman dan pemakaian jarum suntik

secara bersamaan HV/AIDS tidak akan menular (Juaini, 2022).

Pengetahuan HIV/AIDS pada remaja SMA merupakan salah satu bagian

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan infeksi menular

seksual. Pengetahuan HIV/AIDS yang biasanya diberikan secara umum meliputi,

penularan dari ibu ke anak, pemakaian jarum suntik secara bergantian, hubungan

seksual yang berisiko, transfusi darah, dan persepsi penularan yang salah

dikalangan masyarakat (Penjabaran KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) tentang

pengetahuan HIV/AIDS remaja, masih sangat rendah pada kelompok usia 14-

25 tahun (Wartana, 2020).


4

Seseorang mempunyai pengetahuan baik tentang HIV-AIDS mempunyai

kemungkinan berpengaruh untuk mengurangi stigma dibandingkan seseorang

yang mempunyai pengetahuan kurang tentang HIV-AIDS. Sebaliknya jika

seseorang mempunyai pengetahuan kurang tentang HIV-AIDS maka akan

berpengaruh memberikan stigma terhadap ODHA lebih besar dibandingkan

dengan mereka yang memiliki pengetahuan baik terhadap ODHA. Stigma dan

deskriminisasi terjadi karena masyarakat memandang orang dengan HIV AIDS

adalah penyakit yang perlu dihindari, ditakuti, dan merupakan penyakit hukuman

dari tuhan.

Tingkat pengetahuan remaja yang tinggi juga tidak dapat menjamin remaja

tersebut tidak memberikan stigma terhadap ODHA. Jika remaja dengan tingkat

pengetahuan yang tinggi saja bisa memberikan stigma pada ODHA dan

memberikan persepsi yang buruk terhadap ODHA. Maka remaja yang dengan

tingkat pengetahuan yang rendah akan lebih memberikan sedikit materi daripada

bersikap tidak baik bahkan menjauhi dan memberikan persepsi dan yang

rendah pada ODHA (Juaini, 2022).

Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau dan memiliki banyak

kelompok umur remaja dengan status sosial sebagai pelajar disuatu sekolah.

Pelajar SMA merupakan salah satu bagian dari masyarakat dengan kelompok

umur remaja yang rentan terhadap penularan virus HIV karena rata-rata dari

mereka tidak mengetahui betapa seriusnya masalah yang ditimbulkan oleh

HIV/AIDS, bagaimana cara penularannya dan cara agar mereka tidak sampai

tertular. Tidak mudah bagi remaja untuk menerima kehadiran ODHA ditengah-
5

tengah mereka. Ketakutan akan terjadinya penularan serta keyakinan bahwa

penderita akan memberikan suatu bentuk kesialan pada lingkungan mereka.

Adapun sekolah yang peneliti jadikan tempat penelitian merupakan sekolah yang

didaerah nya dahulu pernah dijadikan tempat lokalisasi.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada 12 orang

remaja SMAN 6 Pekanbaru pada bulan Juni 2023, diketahui bahwa 2 orang (20%)

telah mengetahui tentang HIV/AIDS melalui organisasi dimana HIV/AIDS

tertular dengan cara bergonta ganti pasangan sedangkan 10 orang (80%) tidak

mengetahui tentang HIV/AIDS. Remaja yang tidak mengetahui masih

memberikan sikap negatif terhdap ODHA salah satunya mereka tidak ingin

berteman dan berinteraksi secara langsung serta menjauhi ODHA karena takut

tertular.

Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan

Pengetahuan dan Sikap dengan Stigma Siswa Terhadap ODHA di SMA Kota

Pekanbaru”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan

Stigma Siswa Terhadap ODHA di SMAN 6 Kota Pekanabaru”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui “Hubungan pengetahuan dan sikap dengan stigma remaja


6

terhadap ODHA di SMAN 6 Kota Pekanbaru Tahun 2023”

1.3.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum, tujuan khusus yang ingin dicapai pada

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden di SMAN 6 Kota

Pekanbaru tahun 2023.

2. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di

SMAN 6 Kota Pekanbaru Tahun 2023.

3. Mengetahui distribusi frekuensi sikap remaja terhadap ODHA di SMAN 6

Kota Pekanbaru Tahun 2023

4. Mengetahui distribisi frekuensi stigma remaja terhadap ODHA di SMAN 6

Kota Pekanbaru Tahun 2023

5. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan stigma remaja terhadap ODHA di

SMAN 6 Kota Pekanbaru tahun 2023.

6. Mengetahui hubungan sikap dengan stigma remaja di SMAN 6 Kota

Pekanbaru.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan bagi tempat

penelitian terkait dalam memberikan informasi yang baik dan benar dan tepat

tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan stigma remaja terhadap ODHA

di SMAN 6 Kota Pekanbaru.


7

1.4.2 Bagi Institusi Akbid Helvetia

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan tambahan

perpustakaan di institusi Akademi Kebidanan Helvetia tentang Hubungan

pengetahuan dan sikap dengan stigma siswa terhadap ODHA.

1.4.3 Bagi Responden

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi responden

agar lebih mengetahui tentang HIV cara penularan HIV sehingga tidak terjadinya

stigma terhadap ODHA.

1.4.4 Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang penelitian

dibidang kesehatan terutama pemahaman tentang hubungan pengetahuan dan

sikap dengan stigma siswa terhadap ODHA dan mengaplikasikan ilmu yang telah

diperoleh dengan membuat laporan penelitian secara ilmiah dan sistematis.

1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan

informasi dalam ilmu pengetahuan bagi peneliti selajutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HIV & AIDS

2.1.1 Pengertian HIV & AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang

sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap berbagai penyakit.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dapat diartikan sebagai kumpulan

gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat

infeksi oleh virus HIV, khususnya menyerang limfosit T serta menurunnya jumlah

CD4 yang bertugas melawan infeksi. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi

HIV. Sindrom muncul akibat berkurangnya zat kekebalan tubuh (CD4) yang

terjadi sekitar 5-10 tahun setelah terinfeksi virus HIV telah menjadi AIDS dengan

ditandai jumlah CD4 kurang dari 200 sel sebagai kriteria ambang batas. Penderita

AIDS digolongkan menjadi 2 yaitu AIDS penderita yang belum menunjukkan

gejala klinis tetapi telah terinfeksi virus HIV dan menunjukkan gejala klinis

(Setiarto, 2021).

2.1.2 Etiologi

AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL

II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut human immunodeficiency virus

(HIV) yang berupa agent viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan

oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Virus HIV pertama

kali diisolasi oleh

8
(Montagnier et al) di Prancis tahun 1983 dengan nama limphadnopathy

associated virus (LAV), sedangkan di Amerika Serikat mengisolasi virus HIV-2.

yang kemudian pada tahun 1986 atas kesepakatan internasional diberi nama virus

HIV. HIV tergolong dalam family lentivirus. Infeksi dari family lentivirus ini

khas ditandai dengan sifat latennya yang lama, masa inkubasi yang lama, replikasi

virus yang persisten dan keterlibatan dari susunan saraf pusat (SSP).

Sedangkan ciri khas untuk jenis retrovirus yaitu: dikelilingi oleh membran

lipid, mempunyai kemampuan variasi genetik tang tinggi, mempunyai cara unik

untuk replikasi serta dapat menginfeksi seluruh jenis vertebrata. HIV terdapat

dalam cairan tubuh ODHA, dan dapat dikeluarkan melalui cairan tubuh tersebut.

Seseorang dapat terinfeksi HIV bila kontak dengan cairan tersebut. Meskipun

berdasarkan penelitian, virus terdapat dalam saliva, air mata, cairan serebrospinal

dan urine, tetapi cairan tersebut tidak terbukti berisiko menularkan infeksi karena

kadarnya sangat rendah dan tidak ada mekanisme yang memfasilitasi untuk masuk

ke dalam darah orang lain, kecuali kalau ada luka (Setiarto, 2021).

Virus HIV digolongkan menjadi 2 tipe yaitu virus yang menyerang dan

menghindari mekanisme pertahanan tubuh dengan melakukan perlawanan dan

melumpuhkannya. Jenis virus HIV yaitu HIV-1 dan HIV- 2, tetapi sebagian besar

kasus di seluruh dunia pada tahun 1992 disebabkan oleh virus HIV-1, meskipun

endemik virus HIV-2 jarang dijumpai di Amerika Serikat. Retrovirus memiliki

genom yang mengkode reverse transcriptase yang memungkinkan DNA

diterjemskan RNA, maka virus dapat membuat salinan DNA dari genomnya

sendiri dalam sel pejamu (Setiarto, 2021).

9
10

2.1.3 Patofisologi

Virus HIV ditransmisikan melalui hubungan seksual, darah atau produk

yang terinfeksi atau cairan tubuh tertentu serta melalui perinatal. Virus ini tidak

dapat ditularkan melalui kontak biasa seperti berpegangan tangan, bersalaman,

cium pipi. Virus masuk dalam tubuh manusia dan menempel pada dinding sel

reseptor CD4 yang terdapat pada limposit dan beberapa monosit (sel darah putih).

Sel target yang lain adalah makrofag, sel dendrite, sel langerhans dan sel

mikroganglia. Setelah mengikat molekul CD4, virus masuk ke sel target dan

melepaskan selubung luarnya. RNA retrovirus ditrandisertasikan menjadi DNA

melalui trandisertasi terbalik (Tahir dkk, 2022).

Beberapa DNA yang baru terbentuk kaling bergabung dan masuk ke

dalam sel target dan membentuk provirus. Provirus ini dapat menghasilkan

protein virus baru yang bekerja menyerupai pabrik/pusat pembuatan virus-virus

baru. Sel target normal akan membelah dan memperbanyak diri seperti biasanya

dan dalam proses ini provirus ikut menyebarkan virus-virus baru tadi (Tahir dkk,

2022).

2.1.4 Faktor Penyebab HIV/AIDS

AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (Safitri, 2017).

Secara umum penyebab penyakit AIDS hanya dibagi dalam kategori umum, yaitu:

1. Pengguna Jarum Suntik yang tidak Steril

Pengguna jarum suntik yang tidak steril sangat mampu mendorong seseorang

terkena penyakit AIDS, para pengguna narkoba yang terkadang saling

bertukar jarum suntik sangat rentang tertular penyakit ini, penularan


11

HIV/AIDS sangat besar presentasenya terjadi karena cairan tubuh penderita

yang terkena HIV/AIDS berpindah ke tubuh.

2. Seks Bebas

Seks yang kurang sehat dan aman Berhubungan intim yang tidak sehat dan

tidak menggunakan pengaman adalah peringkat pertama terbesar penyebab

menularnya virus HIV/AIDS, transmisi atau penularan HIV (Human

Immunodeficiency Virus) dalam hubungan seksual peluang yang terjadi

sangat besar, apalagi hubungan aeksual yang kurang aman dan tanpa

dilengkapi kondom normal.

3. Penyakit menurun

Seorang ibu yang terkena AIDS akan dapat menurunkan penyakitnya pada

janin yang dikandungnya transmisi atau penularan HIV melalui rahim pada

masa perinatal terjadi pada saat minggu terakhir pada kehamilan dan pada

saat hamil tingkat penularan virus 25% dengan ibu menyusui tingkat

penularan HIV AIDS sebesar 4%.

4. Transfusi darah yang tidak steril

Cairan dalam tubuh penderita AIDS sangat rentan menular sehingga

dibutuhkan pemeriksaan yang teliti dalam transfusi darah pemilihan dan

penyeleksian donor adalah tahap awal pencegahan penularan AIDS.

2.1.4 Pengertian Orang dengan HIV AIDS (ODHA)

ODHA adalah singkatan dari Orang Dengan HIV AIDS, sebagai pengganti

istilah penderita yang mengarah pada pengertian bahwa orang tersebut sudah

secara positif di diagnose terinfeksi HIV AIDS. Di indonesia istilah ODHA telah
12

disepakati sebagai istilah untuk mengartikan orang yang terinfeksi positif

mengidap HIV AIDS (Aninditya, 2023).

2.15 Perubahan Psikologis Pada ODHA

Merupakan ketakutan terhadap masa depan dan orang fokus terhadap

keluarga dan pekerjaannya. Mereka merasa lebih ragu dan perhatian terhadap hal

itu karena kualitas hidup dan harapan hidup hidup terhadap hasil terapi yang baik

dan reaksi masyarakat.

1. Takut kehilangan

ODHA mengalami ketakutan terhadap kematian. Aspek lain yang

berhubungan HIV AIDS adalah kehilangan. Seseorang dalam

perkembangan AIDS kuatir karena akan kehilangan hidupnya kondisinya

penampilan fisik dan potensi relasi seksual kehilangan posisi mereka di

masyarakat stabilitas finansial dan kebebasan. Dengan tambahan kebutuhan

khusus yang penting, mereka cenderung kehilangan rasa privasi dan kontrol

terhadap kehidupannya. Kemungkinan berdampak pada masa depan

kecemasan yang berasal dari hubungan cinta ataupun dari perawatan dan

reaksi negatif dari masyarakat permasalahan yang utama adalah kehilangan

kepercayaan diri.

2. Kesedihan kehilangan harapan dan ketidakberdayaan

Kesedihan merupakan emosi yang kuat yang sangat dekat dengan

kehilangan pasien HIV AIDS positif sering mengalami kesedihan karena

kehilangan harapan. Beberapa orang dapat hidup sampai 10 tahun dan yang

lain hanya beberapa bulan dari diagnosa. ODHA cenderung tidak peduli
13

lagi tentang sesuatu yang dapat membuatmu bahagia Mereka menerima

takdir mereka tidak dapat melihat harapan dan menunggu kematian datang.

Sindrom kehilangan harapan dan ketidak berdayaan meliputi elemen

menyerah dan meninggalkan mekanisme bertahan meliputi:

1) Berhadapan dengan situasi rasa sakit kehilangan harapan dan

ketidakberdayaan.

2) Rasa subjektif kemampuan menurun terhadap sebuah situasi yang

dihadapi.

3) Perasaan bahaya dan penurunan kepuasan terhadap hubungan dengan

orang lain.

4) Kehilangan kontinuitas masa lalu dan masa depan menurunnya

kemampuan untuk berharap dan percaya.

5) Kecenderungan untuk menghidupkan kembali dan membangun

kembali perampasan dan kegagalan.

3. Kesedihan dan harga diri

Ada yang harus mengatasi takdir yang rumit sering kehilangan harga diri

dengan cepat penolakan dari kolega saudara dan orang yang dicintai memicu

seseorang untuk kehilangan harga diri dan identitas sosial dan menimbulkan

perasaan tidak berharga. Kondisi ini dapat memperburuk gejala yang

mengikuti penyakit diantaranya adalah cacat wajah berbentuk tubuh

hilangnya kekuatan serta hilangnya kontrol atas tubuh seseorang.

4. Gangguan kecemasan dan depresi

Rasa kecemasan pada oda dapat dideteksi segera berdasarkan:


14

1) Panjang pendeknya prognosis.

2) Resiko infeksi dengan penyakit lain.

3) Resiko infeksi dari orang lain.

4) Tindakan sosial profesi keluarga dan Patner seksual.

5) Perpisahan isolasi.

6) Kesakitan terhadap kematian dan kesakitan saat menghadapi kematian.

7) Ketidakmampuan merubah keadaan dan konsekuensi infeksi HIV.

8) Tidak mampu memastikan kondisi kesehatan optimal.

9) Kehilangan privasi dan ketakutan akibat tidak terpapar informasi.

5. Penolakan, marah, agresi, dan percobaan bunuh diri

Beberapa orang bereaksi terhadap status baru sebagai penderita HIV AIDS

dengan penolakan untuk beberapa dari mereka penolakan diperoleh dengan

cara konstruktif untuk menghandle shock terhadap diagnosis apabila kondisi

ini terus menetap penolakan menjadi tidak produktif karena orang tersebut

juga menolak tanggung jawab sosial yang berhubungan dengan HIV yang

positif kemarahan dan agresi merupakan aspek khas yang menemani orang

dalam situasi kehilangan beberapa individu menjadi marah dan agresi mereka

sering sangat marah tentang nasihat mereka mereka terus-menerus memiliki

perasaan bahwa mereka tidak diperlakukan dengan sopan dan bijaksana

terjadi peningkatan risiko bunuh diri pada HIV positif mereka memandang

bahwa bunuh diri sebagai cara terlepas dari rasa sakit dan situasi yang sulit

terlepas dari rasa malu dan kesedihan bunuh diri bisa aktif atau pasif.

6. Aspek Spiritual
15

Situasi di mana seseorang harus menghadapi kesepian kehilangan kontrol dan

kematian dapat menyebabkan spiritual pertanyaan dan mencari bantuan dalam

iman konsep dosa kesedihan pengampunan rekonsiliasi dan mengatasinya

dapat menjadi subjek dalam diskusi spiritual dan religius banyak orang

percaya bahwa orang yang religius memiliki kebutuhan spiritual mulai

berurusan dengan pertanyaan tentang makna kehidupan sendiri selama sakit

mereka dan ketika mereka menderita semua orang perlu mengetahui bahwa

kehidupan telah menyadari masih memiliki beberapa makna semua orang

perlu berurusan dengan hal-hal yang sulit baginya dan tidak berubah kadang-

kadang penderitaan secara radikal berubah kehidupan aktual dan kadang-

kadang berpengaruh terhadap nilai seseorang (Wulandari, 2016).

2.2 Konsep Remaja

2.2.1 Definisi remaja

Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,

Masa remaja merupakan masa perkembangan serta peralihan antara masa anak-

anak ke masa dewasa yang mencangkup perkembangan fisik, intelektual, emosi

dan sosial. Remaja dapat dianggap sebagai masa krusial bagi perkembangan

individu karena dalam masa ini seseorang mengalami transisi biologis, kognitif,

maupun sosial yang mengakibatkan seseorang tersebut mulai mencari-cari

identitasnya, biasanya sumber masalahnya ditunjukkan pada sikap mereka yang

memberontak sebagai alasan penitikberatkan pencarian identitas diri

(Sa’adah, 2022).
16

2.2.2 Tahapan perkembangan remaja

Menurut (Sa’adah, 2022) terdapat 3 tahap perkembangan remaja, yaitu :

1. Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun

Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan ada peubahan pada

tubuhnya. Remaja mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik

pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Pada tahap ini

remaja awal sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.

Remaja ingin bebas dan berfikir abstrak.

2. Remaja madya (middle adolescence) 14-16 tahun

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja merasa

senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada kecendrungan

“narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman

yang mempunyai sifat yang sama pada dirinya. Remaja cendrung berada

dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana.

Pada fase remaja madya ini mulai timbul keinginan untuk berkencan

dengan lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga

remaja mulai mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan.

3. Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang di tandai

dengan pencapaian 5 hal, yaitu:

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang dan

dalam pengalaman-pengalaman yang baru.


17

3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri. Tumbuh

“dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan publik.

2.3 Stigma

2.3.1 Pengertian Stigma

Stigma merupakan komponen kognitif yang tidak menyenangkan berupa

diskriminasi dan penolakan yang dilakukan masyarakat. Stigma tersebut membuat

perbedaan terhadap sudut pandang dan perlakuan terhadap orang yang menerima

stigma tersebut di masyarakat. Penyebab perbedaan perlakuan terhadap stigma di

masyarakat bisa disebabkan status sosial, ras, usia, gender, fungsi kognitif,

kelainan fisik dan kesehatan. Stigma juga bisa berasal dari dalam diri sendiri

dengan memandang sesuatu yang dimiliki secara negatif, rendah status sosial

dalam masyarakat, dan menganggap stigma yang diberikan sebagai ancaman dari

segi sosial maupun fisik. Stigma bisa berakibat trauma psikis pada orang

menerima stigma tersebut.

2.3.2 Jenis Stigma

Menurut (Wartana, 2020) stigma dibagi menjadi tiga jenis yaitu sebagai

berikut:

1. Kelainan nyata atau eksternal

Merupakan suatu penyakit yang mengakibatkan kelainan dalam bentuk fisik

maupun mental contoh pada orang dengan penyakit bibir sumbing, kerdil,
18

kelainan genetic, kelainan mental bawaan. Mereka diberikan anggapan buruk

dari fisik dan perilaku.

2. Kelainan pada sikap dan karakter personal

Merupakan penilaian negatif terhadap karakter personal yang ada dalam

individu, Contohnya orang yang gangguan jiwa, kecanduan narkoba,

pemabuk, pembohong, penyuka sesama jenis.

3. Stigma SARA

Stigma yang berhubungan dengan SARA suku, agama, ras, dan antar

golongan. Masyarakat beranggapan negatif terhadap kelompok golongan yang

memiliki ciri tertentu dalam masyarakat. Contohnya orang yang berkulit

hitam, penganut ajaran tertentu, dan lain lain.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Stigma

Menurut (Ernawati, dkk, 2021) faktor-faktor stigma sebagai berikut:

1. Ketakutan tertular, misal tidak mau berbagi peralatan, tidak menyentuh,

membedakan alat makan, tidak mau menggunakan toilet yang sama, tidak

mau berjabat tangan, dan makan makanan yang disiapkan oleh orang yang

HIV positif.

2. Verbal abuse, panggilan nama, nyanyian lagu ofensif, menyalahkan,

penilaian moral, memarahi, menghina orang yang positif HIV.

3. Isolasi sosial, mengakhiri pertemanan dan hubungan, menghindari,

menolak, dan berhenti mengunjungi orang yang HIV positif.


19

4. Stigma di tempat kerja, dipecat dari tempat kerja, menolak ODHA meski

ada lowongan pekerjaan.

2.3.4 Tipe – Tipe Stigma

Ada 5 tipe stigma sebagai berikut:

1. Public stigma, dimana sebuah reaksi masyarakat umum yang memiliki

keluarga atau teman yang sakit fisik ataupun mental, salah satu contoh

kata-katanya adalah” saya tidak mau tinggal bersama dengan orang HIV”.

2. Stuctural stigma, dimana sebuah institusi, hukum, atau perusahaan yang

menolak orang berpenyakitan. Misalnya, perusahaan X menolak memiliki

pekerja HIV

3. Self-stigma, dimana menurunnya harga dan kepercayaan diri seseorang

yang memiliki penyakit. Contohnya seperti pasien HIV yang merasa

bahwa dirinya sudah tidak berharga di dunia karena orang-orang

disekitarnya menjauhi dirinya.

4. Felt or perceived stigma, dimana orang dapat merasakan bahwa ada

stigma terhadap dirinya dan takut berada di lingkungan komunitas.

Misalnya seorang wanita tidak ingin mencari pekerjaan dikarenakan takut

status HIV dirinya diketahui dan dijauhi oleh rekannya.

5. Experienced stigma, dimana seseorang pernah mengalami diskriminasi

dari orang lain. contohnya seperti pasien HIV diperlakukan tidak ramah

dibandingkan dengan pasien yang tidak HIV diperlakukan ramah oleh

tenaga kesehatan.
20

6. Label avoidance, dimana seseorang tidak berpartisipasi dalam pelayanan

kesehatan untuk menghindari status dirinya sebagai orang yang memiliki

penyakit. Salah satu contoh adalah pasien menyembunyikan obatnya

(Wahidin, 2021).

2.3.4 Cara Pengukuran Stigma

Pada variabel stigma terhadap penderita HIV dan AIDS menggunakan

adaptasi dari kuesioner stigma masyarakat terhadap penderita HIV dan AIDS. Di

dalam kuesioner ini terdapat 10 pertanyaan, pada tiap aspek pertanyaan bersifat

pertanyaan tertutup yang artinya responden tinggal memilih jawaban dari setiap

pertanyaan yang tersedia di kuesioner.

Kuesioner menggunakan skala likert untuk pertanyaan positif diberikan

skor untuk tiap jawaban sangat setuju= 4, setuju =3 , tidak setuju=2, sangat tidak

setuju =1. Untuk pertanyaan negatif diberikan skor untuk setiap pertanyaan sangat

setuju= 1, setuju=2, tidak setuju =3 , sangat tidak setuju 4, dengan menggunakan

skor :

1. Tinggi jika 56%

2. Rendah jika <56 (Aji, 2017).

2.4 Stigma HIV/AIDS Remaja SMA

Stigma HIV/AIDS merupakan komponen kognitif suatu persepsi negatif

yang diyakini dalam masyarakat bahwa ODHA itu merupakan pelaku seks bebas

dan sebagai penular penyakit. Stigma tersebut bisa dilihat dari UNISTI perilaku

masyarakat dalam memandang ODHA seperi, prasangka negatif, pola pikir buruk
21

masyarakat, menghindari akibat takut berlebihan, perlakuan tidak adil dan

diskriminasi terhadap ODHA. Dampak pada kehidupan sehari-hari serta sosial

ODHA apabila masyarakat mengetahui ada orang terinfeksi HIV/AIDS akan

mengubah sudut pandang dengan menghindari kontak sosial dengan ODHA dari

lingkungan sekolah, pekerjaan dan penerimaan pelayanan kesehatan.

Faktor tersebut merupakan salah satu penyebab ODHA berbeda dan buruk.

Melingkupi harga diri, rasa hormat dan hak individu dalam mengikuti kegiatan

dalam komunitas atau masyarakat. Stigma terkadang berbentuk sikap

diskriminatif atau kekerasan kepada ODHA, keluarga yang memiliki ODHA dan

individu lain yang terkena ODHA. Berdampak pada pembatasan pendidikan,

pekerjaan, tenipat tinggal dan pelayanan kesehatan. Walaupun jarang orang yang

terinfeksi HIV terjadi stigma penggunaan alat transportasi, melarang mengikuti

kegiatan keagamaan dan budaya. Faktor- faktor tersebut membuat ODHA

mendapatkan kekerasan fisik, verbal, isolasi dan merasa terkucilkan. Mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan individu, dalam berkeluarga, dalam memiliki

pasangan hidup. dalam memiliki keturunan, dan dalam menjadi orang tua yang

merawat.

2.4.1 Faktor Penyebab Stigma HIV Remaja SMA

Berikut merupakan faktor yang menyebabkan stigma dikalangan siswa

SMA menurut Febrianti (2017) yang dikutip dari (Wartana, 2020) adalah:

1. Pengetahuan

Pengetahuan mempengaruhi stigma HIV/AIDS semakin kurang

pengetahuan yang didapat remaja SMA semakin berat stigma yang


22

diberikan kepada ODHA. Pengetahun HIV/AIDS tersebut meliputi cara

penularan, cara pencegahan dan faktor risiko. Peran pendidikan penting

diberikan oleh lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan media

informasi dalam memerangi stigma kalangan pelajar SMA.

2. Persepsi Personal

Merupakan penilaian karakteristik negatif yang melekat pada odha, masih

berhubungan dengan pengetahuan dan dari segi moral ODHA sebagai

pelaku seks yang berisiko.

3. Interaksi Sosial

Interaksi sosial mempengaruhi stigma masyarakat apabila, orang tua

melarang anaknya bergaul akibat takut tertular dengan ODHA merupakan

salah satu faktor yang memperberat stigma.

4. Tingkat Ekonomi Keluarga

Tingkat ekonomi berpengaruh akibat mudahnya mendapatkan informasi

dalam pendidikan dan media dalam membawakan berita Yang benar

Tentang HIV AIDS.

2.5 Pengetahuan

2.5.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah pemahaman atau informasi tentang subjek yang

didapatkan melalui pengalaman maupun studi yang diketahui baik oleh satu orang

atau oleh orang-orang pada umumnya (Swarjana, 2022). Menurut Notoatmodjo

(2014) dalama kutipan (Swarjana, 2022) pengetahuan adalah hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan tiap orang akan
23

berbeda-beda tergantung dari bagaimana seseorang menggunakan

penginderaannya masing-masing terhadap objek atau sesuatu.

Tingkat pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2012) mempunyai 6 tingkatan

yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang akan telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat

kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemapuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar, orang yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat

menjelaskan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemapuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi lain.

4. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya untuk menjabarkan suatu materi dalam

struktur organisasi.
24

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungi bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemapuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian lain berdasarkan suatu

criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan criteria yang telah ada.

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan setiap individu berbeda tergantung dari latar belakang

individu tersebut. Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari

tingkat pengetahuan seseorang menurut Notoatmodjo (2010) dalam (Hasanah,

2021) adalah:

1. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan Penting untuk Memperoleh data, misalnya, hal-hal yang

kondusif untuk kesejahteraan sehingga dapat bekerja untuk kepuasan

pribadi. Menurut Mantra, pelatihan dapat mempengaruhi individu,

termasuk caraseseorang menggunakannya berperilaku sehubungan

dengan cara hidup, terutama dalam membangkitkan mental untuk

mengambil bagian yang dikembangkan. Sebagai aturan umum, makin

tinggi pendidikan individu, makin mudah memperoleh data.

2) Pekerjaan
25

Pekerjaan ialah hal yang buruk dimana wajib dilaksanakan terkhusus

guna

menolong kehidupan sertakebutuhan sehari-hari. Pekerjaan bukanlah

sumber kegembiraan, tetapi lebih merupakan cara yang lelah,

membosankan, serta menguji untuk mendapatkan uang. Sedangkan

pekerjaan secara keseluruhan ialah tindakan yang berlarut-larut. Bekerja

untuk ibu akan mempengaruhi hidup.

3) Umur

Umur ialah salah satu usia dari lahir sampai dengan ulang tahun.

Ssemakin matang tingkat perkembangan serta kekuatan yang dimiliki

seseorang, maka akanmakin berpengalaman dalam berpikir juga

bertindak.

2. Faktor eksternal

1) Faktor Lingkungan

Lingkungan ialah semua keadaan dimana terdapat pada sekitar orang serta

barang-barang mereka dimana bisa berpengaruh terhadap pergantian

peristiwa serta perilaku individu ataupun pertemuan.

2) Sosial Budaya

System sosial budaya dimana terdapatdi masyarakat bisa mempengaruhi

dari sikap saat menerima informasi (Hasanah, 2021).

2.5.3 Pengetahuan HIV/AIDS Remaja SMA

Pengetahuan HIV/AIDS remaja SMA merupakan salah satu bagian

pengetahuan kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan infeksi menular seksual


26

dan infeksi yang dapat ditularkan lewat cairan tubuh kepada remaja SMA dengan

rentang umur 15-18 tahun. Pengetahuan tentang HIV/AIDS meliputi, informasi

yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, pencegahan penularan HIV/AIDS,

mekanisme penularan serta perantara yang dapat menularkan HIV/AIDS.

Peningkatan pengetahuan HIV/AIDS dilakukan dengan cara meningkatkan peran

sumber informasi seperti, peran petugas kesehatan dalam penyuluhan, peran

pendidikan sekolah dan peran media informasi seperti media elektronik, internet

dan cetak. Salah satu fokus pembentukan pengetahuan biasanya pendidikan

sekolah pada usia remaja (Wartana, 2020).

Pengetahuan Tentang HIV AIDS biasanya diberikan secara umum berupa

cara penularan meliputi pengeluaran dari ibu ke bayi lewat persalinan dan

menyusui penularan dari ibu ke bayi saat mengandung pemakaian jarum suntik

secara bergantian hubungan seksual yang berisiko transfusi darah dan persepsi

yang salah di kalangan masyarakat (Wartana, 2020).

2.5.4 Tujuan Pengetahuan HIV/AIDS Pada Remaja

Tujuan pemberian pendidikan HIV AIDS dalam kurikulum pendidikan

sekolah menengah atas menurut (Wartana, 2020), dibagi menjadi 3 sebagai

berikut:

1. Sebagai pencegahan penularan HIV AIDS

Pentingnya pengetahuan dalam pencegahan HIV AIDS dalam peningkatan

kegiatan seks belum menikah di era sekarang menyebabkan penelitian

seksual menjadi penting dalam pencegahan HIV AIDS misalnya

penggunaan pengamalan dalam berhubungan seksual.


27

2. Mengurangi jumlah tertular HIV pada remaja

Lewat pedoman pengetahuan remaja tentang bahaya HIV AIDS sampai

saat

ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan HIV AIDS secara

menyeluruh pengetahuan akan sangat penting sebagai landasan

memperbaiki sikap remaja tentang seks bebas bertujuan menghindari

faktor risiko terkena paparan penyakit menular seksual.

3. Menghilangkan stigma lewat pendidikan

Penyampaian pendidikan HIV AIDS secara ilmiah dan faktual perlu

dilakukan kepada remaja dikarenakan pendidikan yang hanya berfokus

menakut-nakuti remaja dapat menyebabkan menambahkan

stigma di masyarakat.

2.5.5 Cara Pengukuran Variabel Pengetahuan

Dalam penelitian, pengukuran variabel menjadi sangat penting. Hal ini

dikarenakan variabel penelitian syaratnya adalah harus dapat diukur. Pengukuran

variabel dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur. Khusus untuk variabel

pengetahuan, alat atau instrumen yang dapat dan umum digunakan adalah dengan

list pertanyaan yang menanyakan tentang pengetahuan. List pertanyaan tersebut

kita kenal sebagai kuesioner. Terkait dengan variabel pengetahuan, ada beberapa

jenis kuesioner yang biasa digunakan, di antaranya kuesioner dengan pilihan

jawaban benar dan salah; benar, salah, dan tidak tahu. Selain itu, ada juga

kuesioner pengetahuan dengan pilihan ganda atau multiple choice yang


28

memungkinkan responden untuk memilih salah satu pilihan jawaban yang

dianggap paling tepat (Swarjana, 2022).

Hal penting lainnya yang perlu dipahami adalah skala pengukuran variabel

pengetahuan. Variabel pengetahuan dapat berupa variabel dengan skala numerik

maupun kategori. Berikut ini adalah beberapa contoh pengukuran pengetahuan

(Swarjana, 2022).

1. Pengetahuan dengan skala numerik

Pengetahuan dengan skala numerik artinya hasil pengukuran variabel

pengetahuan tersebut berupa angka. Misalnya, total skor pengetahuan berupa

angka absolut maupun berupa persentase (1- 100%).

2. Pengetahuan dengan skala kategorial

Pengetahuan dengan skala kategorial adalah hasil pengukuran pengetahuan

yang berupa skor total atau berupa persentase tersebut dikelompokkan atau

dilevelkan menjadi beberapa contoh berikut ini:

1) Pengetahuan dengan skala ordinal

Pengetahuan dengan skala ordinal dapat dilakukan dengan mengonversi

dari total skor atau persen menjadi bentuk ordinal menggunakan Bloom's

cut off point.

(1) Pengetahuan baik : skor 80- 100%.

(2) Pengetahuan sedang : skor 60-79%.

(3) Pengetahuan kurang : skor <60%.


29

2) Pengetahuan dengan skala nominal

Variabel pengetahuan dapat juga dinominalkan dengan cara me-recode

atau membuat kategori ulang, misalnya, dengan membagi menjadi dua

kategori menggunakan mean jika data berdistribusi normal dan

menggunakan median jika data tidak berdistribusi normal.

(1) Pengetahuan tinggi/baik.

(2) Pengetahuan rendah/kurang/buruk.

Atau dengan cara lainnya dengan melakukan convert:

(1) Pengetahuan tinggi.

(2) Pengetahuan rendah/sedang.

2.6 Sikap

2.6.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan pernyataan evaluative terhadap objek, orang atau

peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap

mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi sikap tidak sama dengan perilaku. Sikap

adalah predis posisi emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten

terhadap suatu objek (Aslia, 2017). Sikap yang menjadi suatu pernyataan evaluatif

penilaian terhadap suatu objek selanjutnya yang menentukan tindakan individu

terhadap sesuatu struktur sikap dibedakan atas 3 komponen yang saling

menunjang, yaitu:

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang


30

dimiliki individu mengenai sesuatu yang disampaikan penanganan (opini)

terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversal.

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai

komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-

pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif

disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau

kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara

tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk

mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk

tendensi perilaku.

2.6.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut (Hasanah, 2021) Faktor-faktor dimana mempengaruhi sikap

keluarga pada objek sikap:

1. Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi perlu meninggalkan jejak dimana bertahan lama guna

dijadikan sebagai dasar pembentukan sikap. Akibatnya, pengalaman

pribadi yang memasukkan unsur-unsur emosional akan memfasilitasi

perkembangan sikap.

2. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting


31

Pada umumnya, individu secara keseluruhan akan memiliki orang yang

konformis atau sesuai dengan cara individu berperilaku yang dianggap

penting. Kecenderungan ini tidak sepenuhnya dimeriahkan oleh kerinduan

untuk bergaul dan keinginan untuk menghindari pertempuran dengan

orang-orang yang dianggap penting.

3. Pengaruh Kebudayaan

Tanpa kita sadari, budaya sudah memberikan judul untuk sudut pandang

kami tentang berbagai masalah. Budaya telah menaungi sudut pandang

tunggal lingkungan, budaya memberi pengalaman tunggal dari daerah

lokal yang mereka pedulikan.

4. Media Massa

Dalam memberikan rincian mengenai surat kabar dan media

korespondensi radio lain, berita dimana harusnya dibagikandengan otentik

tanpa memihak cenderung dipengaruhi dari sikap penulis berita, dan

dengan demikian mempengaruhi perspektif konsumen.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Pikiran moral dan contoh dari pendirian dan asosiasi informatif

menyeluruh pada dasarnya menentukan struktur keyakinan, tidak normal

bahwa pemikiran ini memengaruhi sudut pandang.

2.6.3 Cara Pengukuran Variabel Sikap

Dalam penelitian, pengukuran variabel sikap dapat dilakukan dengan

memberikan pertanyaan atau pernyataan kepada responden. Selanjutnya,

responden diberikan kebebasan untuk memberikan respons terhadap pertanyaan


32

atau pernyataan yang diajukan secara tertulis atau lisan oleh peneliti. Pilihan

jawaban umumnya menggunakan skala Likert (Swarjana, 2022) seperti berikut

ini.

1. Sangat Setuju (SS)

2. Setuju (S) Ragu-Ragu (RR)

3. Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)

Atau dapat juga menggunakan pilihan lainnya, yaitu:

1. Sangat Setuju (SS)

2. Setuju (S)

3. Tidak Setuju (TS)

4. Sangat Tidak Setuju (STS)

Atau pilihan berikut ini:

1. Setuju (S)

2. Tidak Setuju (TS)

Penilaian terhadap jawaban atau pilihan responden umumnya dengan

memberikan skor dari tiap item pertanyaan atau pernyataan responden. Apabila

pernyataan sikap positif maka skor terendah I (untuk jawaban STS) dan tertinggi

adalah 5 (untuk jawaban SS). Namun, untuk pernyataan negatif, skor yang

diberikan adalah sebaliknya, yaitu skor terendah 1 (untuk jawaban SS) dan skor

tertinggi 5 (untuk jawaban STS).

Penilaian terhadap jawaban atau pilihan responden umumnya dengan

memberikan skor dari tiap item pertanyaan atau pernyataan responden. Apabila

pernyataan sikap positif maka skor terendah 1 (untuk jawaban STS) dan tertinggi
33

adalah 5 (untuk jawaban SS). Namun, untuk pernyataan negatif, skor yang

diberikan adalah sebaliknya, yaitu skor terendah 1 (untuk jawaban SS) dan skor

tertinggi 5 (untuk jawaban STS).

Tentang sikap, kita bisa menggunakan Bloom's Cut off Point, seperti halnya

pengetahuan. Sikap dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sikap baik (good

attitude), sikap cukup/sedang (fair/moderate attitude), dan sikap rendah/kurang

(poor attitude). Pembagian lainnya, yaitu sikap baik atau positif (positive attitude),

sikap cukup atau netral (neutral attitude), dan sikap kurang atau negatif (negative

attitude) (Swarjana, 2022).

Menurut (Swarjana, 2022) Untuk mengklasifikasikannya, kita dapat

menggunakan skor yang telah dikonversi ke persen seperti berikut ini:

1. Sikap positif jika skor 80-100%.

2. Sikap netral jika skor 60-79%.

3. Sikap negatif jika skor < 60%.

Selain cara tersebut, cara lainnya adalah dengan mengategorikan sikap

menjadi dua, yaitu sikap positif dan negatif. Cara mengklasifikasikannya

menggunakan nilai median sebagai cut off point jika data berdistribusi normal dan

menggunakan nilai median jika data sikap berdistribusi tidak normal (Swarjana,

2022).

2.6.4 Ciri Ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut (Aslia, 2017) adalah:


34

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dengan objeknya.

Sifat ini yang membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti

lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat

berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan- keadaan dan syarat-syarat

tertentu yang mempermudah sikap orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu terbentuk dipelajari atau

berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas.

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi segi motivasi dan segi – segi perasaan, sifat alamiah

yang membedakan sikap dan kecakapan - kecakapan atau pengetahuan –

pengetahuan yang dimiliki orang.

2.6.5 Fungsi Sikap

Menurut (Aslia, 2017) membagi fungsi sikap dalam 4 kategori sebagai

berikut:

1. Fungsi utilitarian

Melalui instrument suka dan tidak suka, sikap positif atau kepuasan dan

menolak yang memberikan hasil positif atau kepuasan.

2. Fungsi ego defensive


35

Orang cenderung mengembangkan sikap tertentu untuk melindungi egonya

dari abrasi psikologi. Abrasi psikologi bisa timbul dari lingkungan yang

kecanduan kerja. Untuk melarikan diri dari lingkungan yang tidak

menyenangkan ini, orang tersebut membuat rasionalisasi dengan

mengembangkan sikap positif terhadap gaya hidup santai.

3. Fungsi value expensive

Mengekspresikan nilai-nilai yang Dianut fungsi itu memungkinkan untuk

mengkspresikan secara jelas citra dirinya dan juga nilai-nilai inti yang

dianutnya.

4. Fungsi know ledge-organization

Karena terbatasnya kapasitas kapasitas otak manusia dalam memproses

informasi, maka orang cendrung untuk bergantung pada pengetahuan yang

didapat dari pengalaman dan informasi dari lingkungan. Sikap merupakan

suatu kebiasaan atau tingkah laku dari seseorang untuk dapat

mengekspresikan sesuatu hal atau perasaan melalui perbuatan baik yang

sesuai dengan norma yang berlaku, sikap juga merupakan

cerminan iiwa seseorang.

2.6.6 Pembentukan Sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh

individu. Interaksi social mengandung arti lebih dari pada sekedar adanya kontak

sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam

interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang

satu dengan yang lainnya.


36

2.6.7 Perubahan Sikap

Menurut (Aji, 2017) ada tiga proses yang berperan dalam proses

perubahan sikap yaitu:

1. Kesedihan (Compliance)

Terjadinya proses yang disebut kesedihan adalah ketika individu bersedia

menerima pengaruh dari orang lain atau kelompok lain dikarenakan berharap

untuk memperoleh reaksi positif, seperti pujian, dukungan, simpati, dan

semacamnya sambil menghindari hal-hal yang dianggap negatif.

2. Identifikasi (Identification)

Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku tau sikap seseorang

atau sikap sekelompok orang dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa

yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan menyenangkan antara lain

dengan

pihak yang dimaksud.

3. Internalisasi (Internalization)

Internalisai terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia menuruti

pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dipercaya dan

sesuai dengan system nilai yang dianutnya.

2.7 Kerangka Teori

Menurut Notoatmodjo (2018), kerangka teori merupakan gambaran dari

teori dimana suatu riset berasal atau dikaitkan. Kerangka teori dalam penelitian ini

mengutip dari teori (Aslia, 2017), sehingga dalam penelitian ini kerangka teorinya

adalah sebagai berikut:


37
38

Faktor yang mempengaruhi


stigma :

1. Faktor Internal
7
1) Pengetahuan
2) Persepsi Personal
`
2. Faktor eksternal

1) Interaksi Sosial
2) Tingkat Ekonomi Keluarga

Faktor faktor yang


mempengaruhi pengetahuan:

1.Faktor Internal

1) Pendidikan Rendah
2) Pekerjaan Stigma
3) Umur Remaja
Tinggi
2.Faktor Eksternal

1) Lingkungan
2) Sosial Budaya

Faktor faktor yang


mempengaruhi sikap:

1. Pengalaman Pribadi
2. Pengaruh Orang Lain
Yang Di Anggap Penting
3. Pengaruh Kebudayaan
4. Media Massa
5. Lembaga Pendidikan Dan
Lembaga Agama

Faktor-Faktor sikap yang


mempengaruhi Stigma
1. Ketakutan tertular
2. Verbal abuse
3. Isolasi social

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: (Aslia, 2017)
39

2.8 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu kerangka yang merefleksiasikan

hubungan variable-variabel yang akan diteliti atau diamati melalui kegiatan

penelitian yang akan dilakukan (Andriyanto, 2022). Kerangka konsep pada

penelitian ini dapat diliat pada gambar berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Stigma Remaja
Terhadap ODHA
Sikap

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.9 Hipotesis

Hipotesis adalah solusi sementara dari suatu masalah, kegiatan penelitian

direncanakan untuk memverifikasi atau menguji hipotesis dan untuk mencari tahu

solusi permasalahan atau mencari jawaban dari suatu pertanyaan. Hipotesis

didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga atau

dalil sementara, yang kebenaran akan dibuktikan dalam penelitian tersebeut.

Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar

atau salah, dapat diterima atau ditolak (Tarjo, 2019). Hipotesis penelitian ini yaitu:

Hipotesis penelitian ini yaitu:

Ha: Ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan stigma remaja terhadap ODHA

di SMAN 6 Kota Pekanabaru.


40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis & Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif. Analitik

kuantitatif adalah suatu penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk

angka. Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan

desain cross sectional yaitu melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat

bersamaan atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali

pada saat itu (Syamsunie, 2018). Penelitian ini berupaya mencari hubungan

pengetahuan dan sikap dengan stigma siswa terhadap ODHA di SMAN 6 kota

Pekanbaru tahun 2023.

3.2 Lokasi & Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Tempat penelitian ini dilakukan di SMAN 6 Kota Pekanbaru tahun 2023.

3.2.2 Waktu

Penelitian ini dimulai pada bulan Maret-Agustus tahun 2023.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Dalam Penelitian Ini

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Tarjo, 2019). Populasi


40

dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di SMA 6 Kota Pekanbaru tahun 2023

sebanyak 1046 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2021). Teknik accidental

sampling. accidental sampling yaitu siapa saja yang secara kebetulan dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang cocok sebagai sumber

data. Pada penelitian ini pengambilan sampel dengan menggunakan rumus

sampel slovin yaitu:

n= N

1 + N (d²)

n = perkiraan besar sampel

N = perkiraan besar populasi

d = tingkat signifikansi (d = 0,1)

n= 1046

1 + 1046 (0,1²)

n= 1056

1 + 1046 (0,01)

n= 1046

11, 46

n= 91,27

Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel sebanyak 91 responden


41

3.4 Definisi Operasional

Defenisi operasional merupakan suatu kegiatan yang menjabarkan atau

menguraikan variabel menjadi sebuah konsep yang lebih sederhana, yaitu

indicator atau item pertanyaan. Definisi operasional ini nantinya akan digunakan

sebagai rujukan dalam Menyusun instrument atau pengumpul data penelitan

berupa kuesioner (Tarjo, 2019). Definisi oprasional variabel penelitian ini adalah:

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasonal Ukur
1 Stigma Cara pandang wawancara Kuesioner Ordin 1. Rendah jika
remaja negatif remaja al hasil < 56%
terhadap 2.Tinggi jika
ODHA hasil ≥ 56%
(Yoga, 2017)
2 Pengetahuan Pemahaman Penyebaran Kuesioner Ordin 1.Baik 80-100 %
remaja kusioner al 2.Sedang60-79%
terhadap 3.Kurang < 60 %
ODHA (Swarjana, 2022)

3 Sikap Keyakinan/ Penyebaran Kuesioner Ordin 1.Positif80-100%


Persepsi kusioner al 2.Netral 60-79%
remaja 3.Negatif < 60%
terhadap (Swarjana, 2022)
ODHA

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan

data yang akan dilakukan dalam penelitian. Data merupakan fakta yang

dikumpulkan dan diperoleh secara langsung atau data yang masih asli seperti apa

adanya (Tarjo, 2019). Berdasarkan sumber data, maka Teknik pengumpulan data

berasal dari sumber data yaitu:

1. Primer

Data primer juga data pertama atau first hand information adalah sumber
42

informasi langsung yang berasal dari yang mempunyai wewenang dan

tanggung jawab terhadap data tersebut. Dalam hal ini data primer didapatkan

langsung dari responden berupa kuesioner yang terdiri dari kuesioner

pengetahuan, kuesioner sikap yang telah di uji validitas oleh (Mukti, 2018)

dan stigma yang telah diuji validitas oleh (Aji, 2017)

2. Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh

pihak lain). Data sekunder diperoleh secara langsung oleh peneliti yang

didapat dari arsip guru tata usaha di SMAN 6 Kota Pekanbaru.

3.5.1 Proses Pengolahan Data

Proses pengolahan data dalam penelitian ini meliputi:

1. Editing (pemeriksaan data)

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pemeriksaan data yang diperoleh

untuk dilakukan pembetulan data yang keliru atau salah dan melengkapi

data yang kurang.

2. Coding

Kegiatan pemberian kode numerik (angka) pada setiap data yang telah

dikumpulkan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data.

Pada kusioner pengetahuan pertanyaan positif pada kuesioner pengetahuan

terdapat pada pertanyaan nomor 1,2,3,5,6,8,11,12,13,17,20 dan pertanyaan

negatif nomor 4,7,9,10,14,15,16,18,19. Sedangkan pada kuesioner sikap

pertanyaan positif pada nomor 1,4,7,8,,11,13,15 dan untuk pertanyaan


43

negatif pada nomor 2,3,5,6,9,10,12,14 dan pada kuesioner stigma

pertanyaan positif terdapat pada pertanyaan nomor 1, 3, 7, 8, dan 10 dan

pertanyaan negatif terdapat pada nomor 2, 4, 5, 6, dan 9.

2. Tabulating

Setelah data diolah dan di masukan, kemudian disajikan dalam bentuk tabel

distribusi, narasi atau diagram, sesuai dengan tujuan penelitian yang

diinginkan peneliti

3. Processing

Melakukan proses pemindahan data dari kuesioner kedalam program

computer dengan menggunakan SPSS.

4. Data Entry

Memasukan data ke dalam program pengolahan data.

5. Cleaning

Sebelum dilakukan Analisa data terhadap data yang sudah dimasukkan,

maka dilakukan pengecekkan dan tidak ada terdapat kesalahan pada saat

entry data. sehingga nilai yang ada sesuai dengan hasil pengumpulan data

(Afiyanti, 2021).

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi

frekuensi dan presentase masing masing dari variable denpendet dan

independent. data disajikan dalam bentuk tabel dan di interprestasikan. bentuk


44

analisis univariat tergantung jenis datanya. Ada pun analisis univariat dalam

penelitan ini adalah:

1. Pengetahuan

Pengetahuan dengan skala ordinal dapat dilakukan dengan mengonversi dari

total skor atau persen menjadi bentuk ordinal menggunakan Bloom's cut off

point.

(1) Pengetahuan baik skor 80- 100%.

(2) Pengetahuan sedang skor 60-79%.

(3) Pengetahuan kurang <60%.

2. Sikap

Menurut (Swarjana, 2022) Untuk mengklasifikasikannya, kita dapat

menggunakan skor yang telah dikonversi ke persen seperti berikut ini:

1) Sikap positif jika skor 80-100%.

2) Sikap netral jika skor 60-79%.

3) Sikap negatif jika skor < 60%.

Selain cara tersebut, cara lainnya adalah dengan mengategorikan sikap

menjadi dua, yaitu sikap positif dan negatif. Cara mengklasifikasikannya

menggunakan nilai median sebagai cut off point jika data berdistribusi normal

dan menggunakan nilai median jika data sikap berdistribusi tidak normal (I

Ketut Swarjana, 2022).

3. Stigma

Pada variabel stigma terhadap penderita HIV dan AIDS menggunakan

adaptasi dari kuesioner stigma masyarakat terhadap penderita HIV


45

(Kalichman, 2004). Kuisioner ini terdapat 5 pertanyaan, pada tiap aspek

pertanyaan bersifat pertanyaan tertutup yang artinya responden tinggal

memilih jawaban dari setiap pertanyaan yang tersedia di kuisioner. Kuisioner

menggunakan skala likert untuk pertanyaan positif diberikan skor untuk tiap

jawaban sangat setuju= 1, setuju =2 , tidak setuju = 3, sangat tidak setuju = 4.

Untuk pertanyaan negatif diberikan skor untuk setiap pertanyaan sangat

setuju= 4, setuju= 3, tidak setuju =2 , sangat tidak setuju 1. Pertanyaan positif

pada kusioner stigma terdapat pada nomor 1, 3,7, 8, 10 dan pertanyaan negatif

terdapat pada nomor 2, 4, 5, 6 dan 9. Untuk penilaian stigma terhadap stigma

tinggi bila skor ≥ 56% dan rendah bila skor < 56% (Aji, 2017).

3.6.2 Analisis bivariat

Analisa bivariat yang dilakukan adalah tabulasi silang antara dua variabel

yaitu variabel independent dan denpendent. Analisis bivariat yang digunakan

untuk mengetahui hubungan terhadap objek penelitian adalah menggunakan uji

chi square. pengujian data digunakan uji statistic chi square (x²). Dengan nilai

ketepatan (a=0,05). Apabila nilai x² hitung ≥ x² tabel atau nilai probabilitas (p) <

0,05 maka H0 ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara variabel independent

bebas dan variabel probabilitas terikat. Apabila nilai x² hitung ≤ tabel ini

probabilitas (p) < 0,05, maka H0 diterima yaitu ada hubungan pengetahuan dan

sikap dengan stigma siswa dengan stigma siswa terhadap ODHA di SMAN 6

Kota Pekanbaru.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 6 Kota Pekanbaru yang beralamat Jl.

Bambu Kuning No. 28 Kec. Tenayan Raya, Kota Pekanbaru. SMAN 6 Kota

Pekanbaru dengan jumlah keseluruhan sebanyak 1046 orang, kelas X berjumlah

sekitar 357 orang, kelas XI 318 orang dan sedangkan kelas XII 371 orang. SMAN

6 mempunyai 30 kelas, kelas X terdiri dari 10 lokal, kelas XI terdiri dari 9 lokal

dan kelas XII terdiri dari 11 lokal. Yang terbagi 2 jurusan yaitu IPA dan IPS.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Data Umum

Data umum penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik


Demografi

No Karakteristik Frekuensi Present (%)


Umur
1 11 – 13 Tahun 0 0%
2 14 -16 Tahun 52 57 %
3 17- 20 Tahun 39 43%
Total 91 100%
Jenis kelamin
1 Perempuan 47 52%
2 Laki – Laki 44 48%
Total 91 100%
Kelas
1 X 30 33%
2 XI 27 30%
3 XII 34 37%
Total 91 100%
Sumber : Data Primer, 2023

46
47

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berumur 14-16

tahun sebanyak 52 orang (57%). Mayoritas jenis kelamin responden yaitu

perempuan sebanyak 47 orang (52%). dan mayoritas responden merupakan

remaja kelas XII sebanyak 34 orang (37%).

4.2.2 Analisis Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini yaitu:

1. Pengetahuan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang HIV/AIDS


Remaja Terhadap ODHA di SMAN 6 Kota Pekanbaru

N No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


1 Baik 43 47.3 %
2 Sedang 46 50.5 %
3 Kurang 2 2.2 %
Total 91 100%
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

memiliki pengetahuan sedang sebanyak 46 orang (50.5%).

2. Sikap

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Terhadap ODHA Di


SMAN 6 Kota Pekanbaru

No Sikap Frekuensi Persentase (%)


1 Positif 53 58,2 %
2 Netral 38 41,8 %
3 Negatif 0 0%
Total 91 100%
Sumber: Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

memiliki sikap netral sebanyak 38 orang (41.8%).


48

3. Stigma

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Stigma Remaja Terhadap ODHA Di


SMAN 6 Kota Pekanbaru

No Stigma Frekuensi Persentase (%)


1 Rendah 77 84.6 %
2 Tinggi 14 14.4 %
Total 91 100%
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan table 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

memiliki stigma rendah sebanyak 77 orang (84,6%).

4.2.3 Analisis Bivariat

Dalam menganalisis data secara bivariat pengujian data dilakukan dengan

uji statistik menggunakan uji Chi Square yang bertujuan untuk menguji hubungan

dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang

satu dengan variabei lainnya. Analisis bivariat pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Hubungan Pengetahuan dengan Stigma Remaja Terhadap ODHA

Hubungan Pengetahuan dengan stigma remaja dapat dilihat pada tabel 4.5

berikut ini:

Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan Dengan Stigma Remaja Terhadap


ODHA di SMAN 6 Kota Pekanbaru

Variabel Stigma terhadap ODHA Total P


Pengetahua Rendah Tinggi Value
n n % n % n %
Baik 36 39,6% 7 7,7% 43 47,3%
Sedang 39 42,8% 7 7,7% 46 50,5% 0,000
Kurang 2 2,2/% 0 0% 2 2,2%
Total 77 84,6% 14 15,4% 91 100%
Sumber: Data Primer, 2023
49

Berdasarkan data dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa mayoritas remaja yang

memiliki pengetahuan sedang dengan stigma rendah sebanyak 39 orang

(42,8%). Setelah dilakukan uji Chi Square didapatkan hasil uji statistik

dengan nilai p 0,000 < a= 0,05, Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

pengetahuan dengan stigma remaja terhadap ODHA.

2. Hubungan Sikap dengan Stigma Remaja Terhadap ODHA

Hubungan Sikap Dengan Stigma Remaja Terhadap ODHA dapat dilihat

pada tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6 Hubungan Sikap Dengan Stigma Remaja Terhadap ODHA


di SMAN 6 Kota Pekanbaru

Variabel Stigma terhadap ODHA Total P


Sikap Rendah Tinggi Value
n % n % n %
Positif 49 53,8% 4 4,4% 53 58,2%
Netral 28 30,8% 10 11% 38 41,8% 0,019
Negatif 0 0% 0 0% 0 0%
Total 77 84,6% 14 15,4% 91 1000%
Sumber: Data Primer, 2023

Berdasarkan data dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa mayoritas remaja yang

memiliki sikap positif dengan stigma rendah sebanyak 49 orang (53,8%

%). Setelah dilakukan uji chi square didapatkan hasil uji statistik dengan

nilai p 0,019< a= 0,05, Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sikap

dengan stigma remaja terhadap ODHA.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan analisa uji chi square didapatkan nilai p value untuk

pengetahuan dengan stigma 0,000 dan untuk nilai p value sikap dengan stigma
50

0,019 yang artinya p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

pengetahuan dan sikap dengan stigma remaja terhadap ODHA.

Pengetahuan adalah pemahaman atau informasi tentang subjek yang

didapatkan melalui pengalaman maupun studi yang diketahui baik oleh satu orang

atau oleh orang-orang pada umumnya (Swarjana, 2022) dan dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang Kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi.

Menurut (Hasanah, 2021) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yang

bisa dilihat dari pengalaman pribadi perlu meninggalkan jejak dimana bertahan

lama guna dijadikan sebagai dasar pembentukan sikap. Sikap mungkin dihasilkan

dari perilaku tetapi sikap tidak sama dengan perilaku. Sikap adalah predis posisi

emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap suatu objek.

Masa remaja sangat erat kaitannya dengan psikis pada periode pubertas

dan diiringi dengan perkembangan seksual remaja juga mengalami perubahan

yang mencakup perubahan fisik dan emosional yang kemudian tercermin dalam

sikap dan perilaku. Kondisi ini menyebabkan remaja rentan terhadap masalah

perilaku beresiko dalam penularan HIV/AIDS. Namun masih terdapat remaja

yang memiliki pengetahuan kurang mengenai HIV AIDS, terutama pada cara

penularannya. Hal ini yang menyebabkan remaja enggan untuk berdekatan

maupun bersosialisasi dengan ODHA, sehingga mereka melakukan stigma dan

diskriminasi.
51

Stigma tersebut membuat perbedaan terhadap sudut pandang dan perlakuan

terhadap orang yang menerima stigma tersebut di masyarakat. Penyebab

perbedaan perlakuan terhadap stigma di masyarakat bisa disebabkan status sosial,

ras, usia, gender, fungsi kognitif, kelainan fisik dan kesehatan. Stigma dari dalam

diri sendiri dengan memandang sesuatu yang dimiliki secara negatif, rendah status

sosial dalam masyarakat, dan menganggap stigma yang diberikan sebagai

ancaman dari segi sosial maupun fisik. Stigma bisa berakibat trauma psikis pada

orang menerima stigma tersebut.

Stigma HIV/AIDS merupakan komponen kognitif suatu persepsi negatif

yang diyakini dalam masyarakat bahwa ODHA itu merupakan pelaku seks bebas

dan sebagai penular penyakit. Stigma tersebut bisa dilihat dari perilaku

masyarakat dalam memandang ODHA seperti, prasangka negatif, pola pikir buruk

masyarakat, perlakuan tidak adil dan diskriminasi terhadap ODHA.

Berdasarkan penelitian Mahlufah, (2019) Pengetahuan remaja tentang

HIV/AIDS pada kelas XI sebagian besar responden mempunyai pengetahuan

pengetahuan cukup sebanyak 49,9% (43 responden), dan sikap remaja tentang

HIV/AIDS pada kelas XI sebagian besar mempunyai sikap positif sebanyak 58%

(51 responden). Analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan sikap remaja

tentang HIV/AIDS dengan hasil p-value 0,016 < α 0,05. Semakin tinggi

pengetahuan remaja maka akan semakin positif tindakan atau perilakunya, karena

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Remaja yang memiliki pengetahuan cukup


52

diharapkan untuk meningkatkan pengetahuannya dengan mencari informasi yang

baik, akurat serta dapat memilih teman yang baik agar mempunyai sikap positif

atau kecenderungan untuk menghindari melakukan seks pranikah sehingga

dampak yang diakibatkan tidak terjadi (kehamilan yang tidak diinginkan ataupun

terhindar dari penularan HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnya).

Sejalan dengan hasil penelitian dan teori diatas peneliti berasumsi bahwa

pengetahuan remaja dapat menurunkan stigma remaja terhadap ODHA. Dapat

dilihat pada distribusi rata rata stigma pada remaja yaitu pada stigma rendah

sebanyak 77 orang (84,6%). Hal ini dikarenakan salah satu faktor penyebab

terjadinya stigma adalah pengetahuan dari individu tersebut. Semakin banyak

pengetahuan terkait HIV maka akan semakin rendah stigma terhadap ODHA.

Adapun faktor lain yang menyebabkan menurun nya stigma adalah sikap remaja

terhadap ODHA dimana apabila dari masing masing indvidu memiliki

pengetahuan yang banyak dan luas maka remaja akan bersikap positif sehingga

stigmanya rendah terhadap ODHA.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang pengetahuan dan sikap dengan stigma remaja

terhadap ODHA di SMAN 6 kota Pekanbaru tahun 2023 dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1) Karakteristik demografi responden di SMAN 6 kota Pekanbaru tahun 2023

diperoleh bahwa dari 91 orang kelompok mayoritas responden berumur 14-

16 tahun sebanyak 52 orang (57%). Mayoritas jenis kelamin responden yaitu

perempuan sebanyak 47 orang (52%). dan mayoritas responden merupakan

siswa/ siswi kelas XII sebanyak 34 orang (37%).

2) Mayoritas pengetahuan sedang pada remaja terhadap ODHA di SMAN 6

Kota Pekanbaru sebanyak 46 orang (50,5%).

3) Mayoritas sikap netral remaja terhadap ODHA di SMAN 6 Kota Pekanbaru

sebanyak 56 orang (60,5%).

4) Mayoritas stigma rendah remaja terhadap ODHA di SMAN 6 Kota

Pekanbaru sebanyak 77 orang (44,6%%).

5) Terdapat hubungan pengetahuan dengan stigma remaja terhadap ODHA di

SMAN 6 kota Pekanbaru dengan nilai p-value 0,000. Sedangkan sikap

dengan stigma didapatkan hasil dengan nilai p-value 0,019 < dari p 0,005

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.

53
55

5.2 Saran

Peneliti memberikan beberapa saran sesui dengan hasil penelitian ini yaitu :

1. Bagi Institusi Akbid Helvetia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi

dan informasi dalam bidang pendidikan kesehatan, bahan bacaan yang

bermanfaat sekaligus menambah wawasan tentang peer education dan stigma

remaja yang diberikan kepada ODHA.

2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam bidang

kesehatan untuk menambah wawasan dan dapat dijadikan sebagai bahan

bacaan yang bermanfaat bagi siswa siswi SMAN 6 Kota Pekanbaru

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi selanjutnya dan juga

dapat menambah wawasan mahasiswi tentang metodologi penelitian dan

meneliti dengan desain dan variable yang lain tentang stigma terhadap

ODHA.

4. Bagi Responden

Tetap mempertahankan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan banyak

membaca buku karena pengetahuan yang baik akan menentukan sikap yang

baik dalam pencegahan HIV/AIDS dan tidak memberikan stigma tinggi serta

bersikap positif kepada ODHA.


DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, (2021). Hubungan tingkat pengetahuan dan persepsi dengan stigma


masyarakat terhadap ODHA berdasarkan usia dan pendidikan di
Indonesia tahun 2020. Nusantara Hasana Journal, 1(1), 85-94.

Aji, (2018). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Stigma Pelajar Pada


Penderita HIV Dan AIDS Berdasarkan Teori Health Belief Model Di
SMAN 1 Genteng (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Aslia. (2017). Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang HIV / Aids dengan
Tindakan Pencegahan HIV / Aids Pada Remaja di SMAN 2 Kota Bau-
Bau Tahun 2017. In jurnal Kebidanan.

Andriyanto, (2022). Gambaran Stigma Tenaga Kesehatan Tentang Penyakit


HIV/AIDS Di Puskesmas Driyorejo (Doctoral dissertation, Perpustakaan
Universitas Bina Sehat).

Aninditya, (2023). Pengaruh Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Odha Di


Kecamatan Bumiayu Tahun 2023 (Doctoral dissertation, Universitas Al-
Irsyad Cilacap).

Dinkes Provinsi Riau. (2021). Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2021.
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://dinkes.riau.g
o.id/sites/default/files/2023-02/Profi KesehatanProvinsiRiauTahun2021.pdf

Ernawati, dkk. (2021). Buku Pedoman Fasilitator: Pemberdayaan Kader


Kesehatan Bagi Perempuan HIV/AIDS Model Community Healthcare as
Partner (CHCP). Surabaya: Airlangga University Press.
https://books.google.co.id/books?id=HWlMEAAAQBAJ

Hasanah, R. P. (2021). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Dengan


Penerapan 4R (Reuse, Reduce, Recycle, Replace) Pada Masyarakat Di Desa
Sei Bejangkar (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara).

Juaini, S. (2022). Hubungan Persepsi Dengan Stigma Tenaga Kesehatan


Terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Di Kota Padang Tahun
2022 (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

Kemenkes RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesia 2021. In


Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.https://www.kemkes.go.id/id/profil-kesehatan-
indonesia-2021

Komisi Penanggulangan AIDS (2023). KPA provinsi Riau tahun 2023

56
Mahlufah, (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Hiv/Aids
Di Kelas Xi Smk N 1 Bawen Kabupaten Semarang Tahun 2019
http://repository2.unw.ac.id/166/1/ARTIKEL.pdf

Mukti, G. A. (2018). Pengaruh Peer Education terhadap Pengetahuan Dan Sikap


Remaja tentang HIV/AIDS di SMAN 1 Kretek Bantul. Jurnal Poltekes
Kemenkes Yogyakarta, 111. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1431/

Notoatmojo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta

Notoatmojo, (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta

Notoatmojo, (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta

Notoatmojo, (2020). Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sa’adah, L. (2022). Pengaruh Peer Education Dalam Meningkatkan Pengetahuan


Remaja Tentang Pencegahan Hiv/Aids.

Safitri, U. D. (2017). Stigma Masyarakat Kabupaten Jombang tentang HIV/AIDS


(Studi Kualitatif di Kabupaten Jombang). STIKES Insan Cendekia Medika
Repository, 1–118. http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/117/

Setiarto, dkk (2021). Penanganan Virus HIV/AIDS. Yogyakarta: Deepublish.


https://books.google.co.id/books?id=Bcs1EAAAQBAJ

Sujarweni, (2021) Metodologi penelitian, Yogyakarta: Pt. Pustaka Baru

Swarjana.(2022). Konsep Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Persepsi, Stres,


Kecemasan, Nyeri, Dukungan Sosial, Kepatuhan, Motivasi, Kepuasan,
Pandemi Covid-19, Akses Layanan Kesehatan – Lengkap Dengan Konsep
Teori, Cara Mengukur Variabel, Dan Contoh Kuesioner. Yogyakarta:
Penerbit Andi. https://books.google.co.id/books?id=aPFeEAAAQBAJ

Syamsunie, (2018). Metodologi penelitian kesehatan dan pendidikan. Yogyakarta:


Penebar Media Pustaka.

Tarjo, (2019) Metodologi penelitian. Yogyakarta: Deepublish publisher.

Tahir. Dkk, (2022) Mengenal Hiv – Aids. Sleman: RIZMEDIA PUSTAKA


INDONESIA. https://books.google.co.id/books?id=TCFsEAAAQBAJ

UNAIDS.(2022). The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS


https://www.unaids.org/en/resources/documents/2022/in-danger-global-
aids-update

57
Wahidin, M. (2021). Upaya Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Dalam Menghadapi
Stigma Masyarakat. Repository.Stikes-Adc.Ac.Id.

Wartana, A. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan HIV / AIDS Dengan Stigma


HIV / AIDS Siswa SMA. Skripsi, 5(3), 248–253.

Wulandari, (2016). Asuhan Keperawatan Pada Odha (Orang Dengan Hiv/


Aids). Malang: Media Nusa Creative (MNC Publishing)

WHO.(2022). World Health Statistics of 2022.


chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://cdn.
who.int/media/docs/default-source/gho-documents/world-health-
statistic-reports/worldhealthstatistics_2022.pdf

58
Lampiran 1

PERMOHONAN PERSETUJUAN PENELITIAN

Kepada Yth,
Siswa/I ……..
Di –

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Irma Darmayanti


NIM : 2016250009
Alamat : Jl. Soekarno- Hatta No. 88 CI- Pekanbaru

Adalah mahasiswi DIII Kebidanan Helevtia Pekanbaru yang akan mengadakan

penelitian dengan ”Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Stigma

Remaja Terhadap ODHA DI SMAN 6 Kota Pekanbaru Tahun 2023”

penelitian ini akan menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan dan

hanya digunakan untuk kepentingan karya tulis ilmiah. Atas perhatian dan

kerjaasama sebagai responden , saya ucapkan terimakasih.

Pekanbaru, 2023

Irma Darmayanti

59
Lampiran 2

FORMAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia :

No Handphone :

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah setuju untuk menjadi responden

dan telah mengerti mengenai penelitian yang dilakukan oleh Irma Darmayanti

dengan Judul ” Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Stigma Remaja

Terhadap ODHA” Dan saya akan menjawab pertanyaan ini deng an jujur.

Demikianlah persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa paksaan

dari siapapun untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Pekanbaru, 2023

( )

60
Lampiran 3

KUESINONER PENELITIAN

“HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN STIGMA

REMAJA TERHADAP ODHA DI SMAN 6 KOTA PEKANBARU TAHUN

2023”

A. Karakteristik Responden

Nama :

Usia :

Kelas :

Jenis Kelamin :

B. Petujuk pengisian:

1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan teliti.

2. Beri tanda Ceklist (√) pada kolom YA/TIDAK

3. Data ini akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan

penelitian. Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh pada penilaian

yang bersangkutan.

4. Mohon jawab pernyataan sesuai dengan Pengetahuan anda masing-masing.

Jawab dengan sejujur mungkin dan tidak diperbolehkan bertanya kepada

teman ataupun orang lain.

61
Lampiran 4

A. Pengetahuan

NO PERNYATAAN YA TIDAK
1 HIV adalah singkatan Human Immunodeficiency Virus
2 AIDS adalah singkatan dari Acquired Imunodefisiency
Syndrom.
3 HIV merusak sistem kekebalan tubuh sehingga daya
tahan penderita AIDS akan menurun.
4 HIV/AIDS penyakit yang bisa disembuhkan dengan
penyuntikan antibiotik secara rutin.
5 HIV ditemukan dalam darah, air mani, dan cairan alat
kelamin perempuan
6 Perilkau seksual yang menyimpang merupakan
perilaku beresiko tertular HIV/AIDS
7 Pencandu narkoba memiliki kecenderungan tertular
HIV/AIDS.
8 Jarum suntik yang dipakai oleh pecandu narkoba dapat
menjadi media penularan HIV pada pecandu lain.
9 HIV/AIDS hanya menular melalui hubungan seks saja.
10 HIV/AIDS dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk.
11 HIV/AIDS bisa menular melalui transfusi darah.
12 HIV/AIDS bisa menular melalui pemakaian jarum tato
bekas pakai penderita HIV.
13 Kita bisa tertular HIV/AIDS jika berhubungan seks
tanpa menguunakan kondom.
14 HIV/AIDS bisa menular melalui alat-alat makan bekas
penderita HIV/AIDS.
15 HIV/AIDS dapat menular jika berenang bersama-sama
dengan penderita HIV/AIDS.
16 HIV/AIDS dapat menular melalui penggunaan WC dan
kamar mandi bersama
17 Menurunnya daya tahan tubuh penderita AIDS
menyebabkan bebrapa penyakit akan timbul dan
penyakit yang biasa bagi orang lain dapat menjadi
penyakit yang parah bagi penderita AIDS.
18 Untuk mencegah HIV/AIDS setelah melakukan
hubungan seks sebaiknya mencuci alat kelamin dan
meminum obat-obatan.
19 HIV/AIDS dapat dicegah dengan immunisasi.
20 Kondom dapat menghalangi pertukaran cairan tubuh
dari alat kelamin.

62
Petunjuk Pengisian:

1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan teliti.

2. Beri tanda Ceklist (√) pernyataan “Sangat Setuju” (SS), Setuju (S), Tidak

dapat Menentukan / ragu (TS), “Tidak Setuju” (TS) atau Sangat Tidak

Setuju (STS) dalam kolom nomor yang tersedia pada setiap pernyataan.

3. Data ini akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan

penelitian. Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh pada penilaian

yang bersangkutan.

4. Mohon jawab pernyataan sesuai dengan kepribadian anda masing-masing.

Jawab dengan sejujur mungkin dan tidak diperbolehkan bertanya kepada

teman ataupun orang lain.

63
B. Sikap

N PERNYATAAN SS S TS STS
O
1 Menurut saya berganti-ganti pasangan dalam
hubungan seks boleh saja asal memakai
kondom.
2 Menurut saya remaja boleh saja melakukan
hubungan seksual pranikah karena hubungan
seks pranikah tidak akan tertular HIV/AIDS.
3 Menurut saya agar tidak tertular HIV lebih
baik melakukan hubungan seks dengan lawan
sejenis karena hubungan seks sejenis tidak
akan tertular HIV.
4 Menurut saya sebelum menerima donor
darah wajib memastikan apakah darah yang
akan diberikan sudah aman.
5 Menurut saya, menggunakan narkoba sekali
saja tidak akan tertular HIV/AIDS.
6 Menurut saya pemakaian narkoba dengan
tujuan menghilangkan stress tidak akan
tertular HIV/AIDS.
7 Jika saya melakukan tindik, tato dan
pemakaian jarum suntik maka saya hanya
memakai jarum yang baru dan steril.
8 Menurut saya untuk mencegah tertularnya
HIV/AIDS maka tindakan yang tepat adalah
melakukan hubungan seks sesudah menikah
dan hanya setia pada 1 pasangan saja
9 Menurut saya untuk menghindari tertular
HIV/AIDS sebaikya melakukan hubungan
seks lewat anus dan mulut.
10 Menurut saya bila ada kawan yang menderita
HIV/AIDS maka saya tidak akan
mendekatinya karena kalau bersentuhan
dengan orang yang tertular HIV/AIDS maka
akan tertular HIV/AIDS
11 Menurut saya sebagai pelajar saya perlu
memberi dukungan pada ODHA, agar
ODHA tidak putus asa dan bisa melanjutkan
hidupnya.
12 Menurut saya penderita HIV sebaiknya
dikeluarkan dari tempat kerjanya.
13 Menurut saya penderita HIV/AIDS perlu
diobati karena itu merupakan penyakit
menular

64
14 Menurut saya kalau saya menderita HIV
maka lebih baik saya tidak memberitahu
kepada orang lain apalagi dengan pasangan
15 Menurut saya sebagai pelajar saya perlu
memberi dukungan pada ODHA agar ODHA
tidak putus asa dan bisa melanjutkan
hidupnya

65
No Pernyataan (SS) (S) (TS) (STS)

1 Saya tidak mengatakan bahwa orang dengan


HIV adalah hukuman karena perilakunya yang
buruk
2 HIV adalah penyakit menakutkan dan
menjijikan sehingga harus dijauhi
3 Orang dengan HIV berhak mendapatkan
pengakuan seperti orang normal lainnya
4 Saya mengucilkan seseorang karena mengidap
HIV
5 Saya tidak ingin berteman dengan orang HIV
6 Saya tidak membiarkan seseorang yang terkena
HIV ikut serta dalam proses belajar mengajar
7 Saya memperbolehkan berbagi alat makan
dengan teman yang terinfeksi HIV
8 Saya tetap mau duduk sebangku dengan teman
yang terinfeksi HIV
9 Saya tidak mau memakai alat ibadah bekas
teman yang terinfeksi HIV
10 Saya bersedia berkunjung ke rumah teman yang
terkena HIV
C. Stigma

Lampiran 5

66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
HASIL OUTPUT SPSS

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 14-16 53 58.2 58.2 58.2

17-20 38 41.8 41.8 100.0


Total 91 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki laki 44 48.4 48.4 48.4
perempuan 47 51.6 51.6 100.0
Total 91 100.0 100.0

Kelas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid X 30 33.0 33.0 33.0

Xi 27 29.7 29.7 62.6


Xii 34 37.4 37.4 100.0
Total 91 100.0 100.0

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pengetahuan 91 7 19 13.90 2.039
Valid N (listwise) 91

76
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


sikap 91 42 58 48.90 4.123

Valid N (listwise) 91

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
stigma 91 10 28 19.31 3.411

Valid N (listwise) 91

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid baik 43 47.3 47.3 47.3
sedang 46 50.5 50.5 97.8
kurang 2 2.2 2.2 100.0
Total 91 100.0 100.0

77
katstigma * katpenge Crosstabulation
katpenge
Baik sedang kurang Total
katstigma rendah Count 36 39 2 77
% of Total 39.6% 42.9% 2.2% 84.6%
tinggi Count 7 7 0 14
% of Total 7.7% 7.7% 0.0% 15.4%
Total Count 43 46 2 91
% of Total 47.3% 50.5% 2.2% 100.0%

Test Statistics
Pengetahuan Stigma
Chi-Square 39.846a 43.615b
df 2 1
Asymp. Sig. .000 .000

a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is
30.3.
b. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is
45.5.

Statistics

sikap
N Valid 91

Missing 0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid positif 53 58.2 58.2 58.2
netral 38 41.8 41.8 100.0
Total 91 100.0 100.0

78
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


stigma * sikap 91 100.0% 0 0.0% 91 100.0%

katstigma * katsik Crosstabulation


katsik
positif netral Total
katstigma Rendah Count 49 28 77
% of Total 53.8% 30.8% 84.6%
Tinggi Count 4 10 14
% of Total 4.4% 11.0% 15.4%
Total Count 53 38 91
% of Total 58.2% 41.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 5.989a 1 .014

Continuity Correctionb 4.634 1 .031

79
Likelihood Ratio 5.973 1 .015

Fisher's Exact Test .019 .016

Linear-by-Linear 5.923 1 .015


Association
N of Valid Cases 91

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.85.

b. Computed only for a 2x2 table

80
81
82
83
84
85
86
DOKUMENTASI

(Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner)

(Peneliti menjelaskan pertanyaan dari kuesioner)

87
(Remaja bertanya terkait kuesioner)

(Remaja bertanya terkait pertanyaan kuesioner)

88
89

Anda mungkin juga menyukai