Anda di halaman 1dari 66

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KEJADIAN PERNIKAHAN DINI DI DESA


SINDANG SARI KECAMATAN RENGASDENGKLOK
KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2021

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar


Ahli Madya Kebidanan (A.Md.Keb)

Oleh :

ELI ULIYANI
010218988

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN

TAHUN 2021
PERNYATAAN ORISINILITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya Tulis saya adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan

gelar akademik baik dari Universitas Medika Suherman maupun Perguruan

Tinggi lain.

2. Karya Tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Dalam Karya Tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan naskah

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

berlaku di Perguruan Tinggi ini.

Bekasi, 01 Juli 2021

Yang membuat pernyataan

Eli Uliyani
010218988

i
LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN KEJADIAN PERNIKAHAN DINI DI DESA


SINDANG SARI KECAMATAN RENGASDENGKLOK
KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2021

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan siap untuk dipertahankan oleh
Tim Penguji Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah Universitas Medika Suherman.

Bekasi, 30 Juni 2021

Pembimbing

Ika Kania Fatdo Wardani, SST, M.Kes


NIK : 50100229

Mengetahui,
Ketua Prodi Diploma Tiga Kebidanan
Universitas Medika Suherman

Hajar Nur Fathur Rohmah, SST, M. Kes


NIK : 50150257

ii
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN KEJADIAN PERNIKAHAN DINI DI DESA


SINDANG SARI KECAMATAN RENGASDENGKLOK
KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2021

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian
Sidang Karya Tulis Ilmiah Universitas Medika Suherman guna melengkapi
syarat-syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Kebidanan (A.Md. Keb)

Bekasi, 31 Agustus 2021

Penguji I

Dr. Triseu Setianingsih, SKM, MKM


NIK. 50070106

Penguji II Penguji III

Hj. Ida Widaningsih, S.SiT, MKM Ika Kania Fatdo Wardani, SST. M.Kes
NIK : 50120238 NIK : 50100227

Mengetahui

Ketua Jurusan Vokasi Ketua Prodi Diploma


Tiga Kebidanan Universitas Medika Suherman Universitas Medika
Suherman

iii
Herlina Simanjuntak, SST, M.Keb Hajar Nur Fathur Rohmah, SST,M.Kes
NIK. : 50160266 NIK. : 50150257

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. BIODATA PRIBADI

Nama : Eli Uliyani


Nim : 010218988
Tempat/tanggal lahir : Karawang, 03 Mei 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat rumah : Kp. Tegal Asem RT/RW 11/03 Desa Sindang Sari,
Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang
Email : eliuliyanieliyanii@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2006-2012 : MI Mabdaul Falah

2. Tahun 2012-2015 : MTSN 5 Karawang

3. Tahun 2015-2018 : MA YPPA Cipulus Purwakarta

4. Tahun 2018-Sekarang : Diploma Tiga Kebidanan Universitas Medika

Suherman

      

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang

berjudul “Gambaran Kejadian Pernikahan Dini Di Desa Sindang Sari

Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang Tahun 2021”, dalam

rangka memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar ahli madya kebidanan

(A.Md.Keb) dalam pembuatan dan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis

memperoleh bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak, dengan

kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

yang terhormat:

1. Dr. drg. Eddy Suharso, SH, M.Kes selaku Ketua Yayasan Medika Bahagia.

2. Amrulloh Ibnu Kholdun, SE, MM selaku Ketua Senat dan LPMI.

3. Dr. Triseu Setianingsih, SKM, MKM selaku Rektor Universitas Medika

Suherman dan Penguji II Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Vincent Oktavius, SE selaku Wakil Rektor II bidang keuangan dan umum

Universitas Medika Suherman.

5. Ns. Yana Setiawan, S.Kep, SKM, M.Kep selaku Wakil Rektor III bidang

kemahasiswaan Universitas Medika Suherman.

6. Ns. Angga Saeful R. S. Kep, M. Kep selaku ketua LPPM Universitas Medika

Suherman.

v
7. Herlina Simanjuntak, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Vokasi Universitas

Medika Suherman.

8. Hajar Nur Fathur Rohmah, SST, M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma

Tiga Kebidanan Universitas Medika Suherman.

9. Ika Kania Fatdo Wardani, SST, M.Kes selaku dosen pembimbing Karya Tulis

Ilmiah ini.

10. Hj. Ida Widaningsih, S.SiT., MKM selaku Wali Kelas Diploma Tiga

Kebidanan Angkatan XV dan Penguji II Karya Tulis Ilmiah ini.

11. EvianaYatiningsih, SST. M.Kes selaku koordinator Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Seluruh dosen pengajar Program Studi Diploma Tiga Kebidanan Universitas

Medika Suherman yang telah turut membantu, membimbing dan memotivasi

dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

13. Bpk. Ahmad Rojai, Bpk. Abai Fatullah, S.Ag Selaku Ketua dan Staf KUA

Rengasdengklok Kabupaten Karawang tempat pengambilan kasus penelitian

ini.

14. Diri Sendiri yang mampu melewati masa – masa sulit dalam hal apapun dan

juga dalam membuat karya tulis ilmiah ini.

15. Kedua orang tua yang selalu mengirimkan do’a yang tiada hentinya, tidak

pernah bosan selalu menyemangati, terimakasih atas pengertian, perhatian dan

kasih sayang yang berlimpah yang telah kalian berikan berupa dukungan

spiritual, moral maupun material.

vi
16. Herlina Aprilianti dan Siti Umayah selaku teman satu bimbingan yang selalu

memberikan semangat dan dukungan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini.

17. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan, semangat dan

masukansehingga terselesainya penulisan karya tulis ilmiah ini.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini

masih sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan yang penulis miliki. Karena itu, saran dan kritik yang bersifat

membangun dari manapun datangnya penulis harapkan untuk perbaikan di masa

yang akan datang. Semoga segala bimbingan dan dukungan dari semua pihak

mendapat balasan dari Allah SWT.

Bekasi, 01 Juli 2021

(Penulis)

Eli Uliyani

vii
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
KaryaTulis Ilmiah, Juli 2021
Eli Uliyani
GAMBARAN KEJADIAN PERNIKAHAN DINI DI DESA SINDANG SARI
KECAMATAN RENGASDENGKLOK KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2021
XIII+46 halaman +2 Bagan+ 4 Lampiran
ABSTRAK
pernikahan dini yaitu merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis
yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga. Remaja itu sendiri adalah anak yang di bawah usia
19 tahun ada pada masa peralihan antara masa anak-anak ke dewasa, dimana anak-anak
mengalami perubahan-perubahan cepat disegala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik
bentuk badan, sikap,dan cara berfikir serta bertindak, namun bukan pula orang dewasa yang telah
matang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian pernikahan dini di
Desa Sindang Sari Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang Tahun 2021

Jenis metode penelitian ini adalah penelitian dengan deskriptif dan desain cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di Desa Sindang Sari Kecamatan Rengasdengklok
Kabupaten Karawang yang berjumlah 89 orang dan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode total sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Analisis
data dilakukan secara univariat dan crosstab.
Dari hasil penelitian univariat diperoleh dari 89 responden yang melakukan pernikahan
dini sebanyak 48 responden (53,9%). Pada responden dengan usia beresiko sebanyak 39 responden
(81,2%). pada responden dengan pendidikan rendah sebanyak 46 responden (80,8%). Pada
responden yang tidak bekerja sebanyak 28 responden (50 %). Pada responden dengan penghasilan
rendah sebanyak 39 responden (82,1%).
Kesimpulan diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh Desa Sindang Sari
Kecamatan Rengasdengklok untuk terus memberikan penyuluhan atau pengarahan terkait dampak
melakukan menikah usia dini kepada remaja terutama pada remaja puteri, dan di harapkan
pasangan tersebut mengetahui tentang resiko yang akan dialami pada kehamilan usia muda dan
tenaga kesehatan lainnya lebih aktif untuk memberikan penyuluhan program keluarga berencana.
Daftar Pustaka: 6 Buku (2010-2019), 12 Jurnal (2015-2019) dan data dari Kementrian Urusan
Agama
Kata kunci: Kejadian Pernikahan Dini, pendidikan, usia, pekerjaan, status ekonomi.

viii
THREE DIPLOMA OF MIDWIFE STUDY PROGRAM
SUHERMAN MEDICAL UNIVERSITY
Scientific Writing, July 2021
Eli Uliyani
DESCRIPTION OF EARLY MARRIAGE IN SINDANG SARI VILLAGE,
REENGASDENGKLOK DISTRICT, KARAWANG REGENCY IN 2021
XIII+46 pages +2 Charts+ 4 Appendices
ABSTRACT
Early marriage is a great institution to bind two people of the opposite sex who are still
teenagers in one family bond. Teenagers themselves are children under the age of 19 years who
are in a transition period between childhood and adulthood, where children experience rapid
changes in all fields. They are no longer children, both in body shape, attitude, and way of
thinking and acting, but also not mature adults. The purpose of this study was to determine the
frequency distribution of early marriage in Sindang Sari Village, Rengasdengklok District,
Karawang Regency in 2021
The type of this research method is descriptive research and cross sectional design. The
population in this study were teenagers in Sindang Sari Village, Rengasdengklok District,
Karawang Regency, amounting to 89 people and the sample in this study used the total sampling
method. The instrument used in this research is a questionnaire. Data analysis was performed by
univariate and crosstab.
From the results of univariate research obtained from 89 respondents who did early marriage
as many as 48 respondents (53.9%). In respondents with age at risk as many as 39 respondents
(81.2%). on respondents with low education as many as 46 respondents (80.8%). In respondents
who do not work as many as 28 respondents (50%). In respondents with low income as many as
39 respondents (82.1%).
The conclusion is that it is hoped that the results of this study can be used by Sindang Sari
Village, Rengasdengklok District to continue to provide counseling or guidance regarding the
impact of early marriage to adolescents, especially young women, and it is hoped that the couple
will know about the risks that will be experienced in early pregnancy and health workers. others
are more active in providing counseling on family planning programs.
Bibliography: 6 Books (2010-2019), 12 Journals (2015-2019) and data from the Ministry of
Religious Affairs
Keywords: Early Marriage Incidence, education, age, occupation, economic status.

ix
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI x

DAFTAR BAGAN xii

DAFTAR SINGKATAN xiii

DAFTAR LAMPIRAN xi
v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
C. Tujuan Penelitian.................................................................................
D. Manfaat Penelitian...............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori....................................................................................

x
B. Remaja ..............................................................................................
C. Pernikahan ........................................................................................
D. Kerangka Teori..................................................................................

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Konsep Error! Bookmark not defined.27
B. Definisi Operasional 28

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian 31
B. Populasi dan Sampel 31
C. Variabel Penelitian 32
D. Lokasi dan Waktu Penelitian 33
E. Prosedur Pengumpulan Data 33
F. Instrumen Penelitian 33
G. Pengolahan Data 33
H. Analisis Data 34

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Profil Lokasi Penelitian 35

B. Hasil Analisis Data 35

BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Keterbatasan Penelitian 40

B. Pembahasan Hasil Penelitian 41

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan 44

B. Saran 45

xi
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori.............................................................................. 26

Bagan 3.1 Kerangka Konsep.......................................................................... 27

xii
DAFTAR SINGKATAN

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

KUA : Kementrian Urusan Agama

BPS : Badan Pusat Statistik

IUD : Intra Uterine Device

KB : Keluarga Berencana

KEMENKES RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

PLKB : Petugas Lapangan Keluarga Berencana

PUS : Pasangan Usia Subur

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

SDKI : Suvei Demografi dan Kesehatan Indonesia

SP : Survei Penduduk

TFR : Total Fertility Rate

WUS :Wanita Usia Subur

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Studi Pendahuluan

2. Surat Balasan Izin Penelitian

3. Lembar Konsultasi

4. Lembar Plagiarism Checker X

xiv
xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Rebublik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan Pasal 1 yang berbunyi “Perkawinan hanya di izinkan apabila pria

dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun’’. Dalam hal ini batas minimal

umur perkawinan bagi wanita di persamakan dengan batas minimal umur

perkawinan bagi pria, yaitu 19 tahun. Jadi, jika masih di bawah umur

tersebut, maka di namakan pernikahan dini.

Hal yang mendorong di ubahnya UU perkawinan tersebut karena

Mahkamah Konstitusi menganggap bahwa Indonesia telah berada pada fase

darurat pernikahan anak. Data penelitian UNICEF tahun 2016 menyatakan

bahwa Indonesia menempati peringkat ke-7 dari Negara di Dunia yang

memiliki tingkat perkawinan dini tertinggi setelah kamboja.

Menurut WHO angka pernikahan dini di banyak Negara terus meningkat

dari tahun ke tahun dan selalu berhubungan dengan berbagai upaya

perlindungan hukum terhadap anak, ada sekitar 142 juta anak perempuan

yang melakukan pernikahan sebelum waktunya (CFR 2015). Ada persepsi

yang kuat dari orangtua mengenai suatu konsep pernikahan di bawah umur

oleh anak perempuan. Beberapa hasil penelitian dan survey Agege, dkk

(2018) tentang konsep pernikahan dini pun berbeda-beda.

1
2

Data Riskesdas jumlah dari remaja perempuan berusia 15-19 tahun yang

menikah lebih besar (11,7%) di bandingkan dengan remaja laki-laki berusia

15-19 tahun sebesar 1,6% (Anwar&Rahmah,2016). Menurut widyawati dan

pierewan (2017), fenomena pernikahan dini terjadi tidak hanya pada tingkat

nasional melainkan juga pada tingkat internasional.Dalam 10 tahun terakhir

hanya ada penurunan kecil untuk perkawinan anak yaitu 3,5%. perkawinan

usia muda paling umum di Asia selatan dan afrika sub-sahara. India yang

memiliki prevalensi perkawinan usia muda sebesar 58% jumlah perkawinan

usia anak di dunia.

Indonesia termasuk Negara dengan persentase pernikahan usia muda

tinggi di dunia yaitu ranking 27 dan merupakan tertinggi kedua di

AssociatioN of South East Asia Nations (ASEAN) setelah Kamboja. Pada

tahun 2012 di Indonesia, angka perempuan menikah usia 10-14 sebesar 4,2%.

Sementara perempuan menikah usia 15-19 tahun sebesar 41,8% (Nurjanah,

2013).

Pada tahun 2018, 1 dari 9 anak perempuan menikah di Indonesia.

Perempuanyang menikah sebelum berusia 19 tahun di tahun 2018 di

perkirakan mencapai 1.220.900 dan angka ini menempatkan Indonesia pada

10 negara dengan angka absolut perkawinan anak tertinggi di dunia. Analisis

data perkawinan anak melihat perempuan umur menikah sebelum mereka

berusia 15-19 tahun.

Dari catatan BPS, Provinsi dengan jumlah presentase pernikahan muda

tertinggi adalah, Jawa Barat (20,93%) Dan Jawa Timur (20,73%). Sebagai
3

perbandingan Pada 2017 persentase pernikahan dini di Jawa Barat mencapai

17,28% angka peningkatan persentase pernikahan muda pada 2018 di jawa

barat jauh lebih signifikan di bandingkan provinsi lainnya.

Berdasarkan data Kantor Kementrian Agama Kabupaten Karawang

mendapatkan jumlah seluruh wanita yang berumur di bawah 20 tahun

terdapat 5.725 sedangkan wanita yang menikah pada usia di bawah 20 tahun

pada tahun 2018 terdapat 4.865 (84,9%) orang yang menikah. Hal ini

menunjukan bahwa di Kabupaten Karawang masih banyak yang melakukan

pernikahan dini (KKA Kab. Karawang 2018).

Berdasarkan Data jumlah peristiwa menikah yang tercatat di KUA Kec.

Rengasdengklok Tahun 2018 berjumlah 912 orang, dari jumlah peristiwa

menikah di atas yang 17 tahun kebawah berjumlah 88 orang. Sementara

jumlah peristiwa menikah di tahun 2019 berjumlah 936 orang. Yang berusia

17 tahun ke bawah yang menikah di KUA berjumlah 92 orang. (Kemenag

Karawang, 2019)

Berdasarkan data child marriage report, jika dilihat dari daerah tempat

tingal menunjukkan bahwa prevalensi perkawinan anak perempuan lebih

tinggi di perdesaan dibandingkan perkotaan, baik itu usia sebelum 18 tahun

maupun sebelum usia 15 tahun. Pada tahun 2018, prevalensi perempuan 20-

24 tahun di perdesaan yang melakukan perkawinan pertamanya sebelum usia

18 tahun masih lebih tinggi perdesaan yaitu sebesar 16,87% dan perkotaan

sebesar 7,15%. Sedangkan untuk anak laki-laki, sekitar 1 dari 100 laki-laki

20-24 tahun pada tahun 2018 telah melangsungkan perkawinan sebelum usia
4

18 tahun. Sama seperti anak perempuan yang telah melakukan perkawinan

pertama, daerah perdesaan juga memiliki prevalensi yang tinggi untuk anak

laki-laki yang telah melakukan perkawinan pertamanya yaitu sebesar 1,44%.

Penulis kemudian tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul

“gambaran kejadian pernikahan usia muda di Desa Sindang Sari Kecamatan

Rengasdengklok Kabupaten Karawang”.

Menurut Qibtiyah (2016) menyebutkan bahwa penyebab pernikahan usia

dini meliputi faktor ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan, faktor orangtua

dan stigma sosial (adat) tertentu. Selain itu, perilaku seks bebas dan

gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern kian

permisif terhadap seks. Hal ini dapat menyebabkan kehamilan remaja yang

memaksa mereka menikah dini.

Pernikahan dini juga berdampak bagi orang tua masing-masing apabila

terjadi pertengkaran pada anak maka secara tidak langsung membuat

hubungan orangtua masing-masing menjadi tidak harmonis.

Beberapa faktor lain yang berhubungan dengan pernikahan usia muda

karena perjodohan orang tua yang belum tahu tentang risiko pernikahan dini

serta pengaruh pergaulan bebas yang mengakibatkan remaja tersebut hamil di

luar nikah sehingga tidak ada jalan lain selain menikah. Kerugian lainnya,

ramaja tersebut tidak bisa lagi melanjutkan pendidikannya, tingkat

pengetahuan yang kurang, dan pengaruh adat budaya.

Secara biologis, alat reproduksi anak di bawah umur masih dalam tahap

menuju kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan


5

seksual, hamil hingga melahirkan. Kehamilan pada usia muda memiliki

berbagai resiko antara lain resiko keguguran yang lebih besar, rentan

terhadap tekanan darah tinggi dan anemia, potensi lahirnya bayi secara

premature, bayi cacat, lahirnya bayi dengan berat badan rendah. Hal tersebut

jika dipaksakan juga akan mengakibatkan trauma dan depresi, infeksi pada

kandungan, terjadinya pendarahan saat persalinan hingga beresiko terhadap

kematian ibu dan bayi yang dikandung. Selain itu, hubungan seks yang

bermula pada usia muda juga meningkatkan resiko kanker serviks sepuluh

kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang berusia matang.

Upaya Pemerintah dalam pencegahan terjadinya pernikahan usia dini

menurut malhotra, dkk (2011) terdapat program penanganan pernikahan dini

yang telah di terapkan yaitu memberdayakan anak dengan informasi,

keterampilan, dan jaringan pendukung lainnya. Program ini berfokus pada

diri anak dengan cara pelatihan, membangun keterampilan, berbagai

informasi,menciptakan lingkungan yang aman dan mengembangkan jejaring

dukungan yang baik, menekankan bahaya perkawinan dini, khususnya

terhadap anak perempuan di bawah umur, pemerintah akan membuat regulasi

atau aturan terkait perkawinan anak. Selain mensosialisasikan bahaya

perkawinan dini kepada masyarakat, pemerintah lanjut rohika dalam hal ini

kementrian PPPA juga melakukan pendekatan terhadap kalangan ulama

terkait perkawinan dini.

Alasan pengambilan kasus inidi daerah Karawang karena tempatnya

terjangkau dari rumah supaya tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya,


6

selain itu berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa

Sindang Sari Kabupaten Karawang pada Permasalahan dengan adanya

pernikahan dini pada tahun 2020 bulan Januari-Oktober menunjukan bahwa

prevalensi yang hasilnya yaitu pada Remaja usia 15-19 tahun terdapat 23,9%

menikah pada usia dini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang di peroleh dari KUA Rengasdengklok Kabupaten

Karawang di dapatkan data pada tahun 2018-2019 sebanyak 1.848 orang yang

menikah sedangkan yang melakukan pernikahan usia muda terdapat 180

orang.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan masalah

penelitian ini yaitu bagaimana gambaran tentang kejadian pernikahan dini

yang ada di Desa SindangSari Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten

Karawang tahun 2020.

C. Tujuan penelitian

Tujuan yang di harapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

kejadian tentang pernikahan dini yang ada di Desa Sindang Sari Kecamatan

Rengasdengklok Kabupaten Karawang.

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan kejadian pernikahan dini di

Desa Sindang Sari Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang.


7

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi umur terhadap pengetahuan

kejadian pernikahan dini di Desa Sindang Sari Kecamatan

Rengasdengklok Kabupaten Karawang.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pendidikan terhadap

pengetahuan kejadian pernikahan dini di Desa Sindang Sari Kecamatan

Rengasdengklok Kabupaten Karawang.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pekerjaan terhadap pengetahuan

kejadian pernikahan dini di Desa Sindang Sari Kecamatan

Rengasdengklok Kabupaten Karawang.

d. Untuk mengetahui distribusi referensi penghasilan terhadap

pengetahuan kejadian pernikahan dini di Desa Sindang Sari Kecamatan

Rengasdengklok Kabupaten Karawang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat

teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi masyarakat khususnya generasi muda terhadap kejadian

pernikahan dini bagi kehidupan keluarga di desa sindang sari kecamatan

rengasdengklok kabupaten karawang


8

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pernikahan dini bagi generasi

muda.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi remaja

Di harapkan remaja dapat menambah pengetahuan baik dari tenaga

kesehatan, media elektronik dan cetak mengenai dampak dari kesehatan

reproduksi apabila mengalami kehamilan sebelum usia< 19 tahun.

b. Bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai gambaran dan

informasi tentang kejadian pernikahan dini yang terjadi karena faktor

ekonomi dan pendidikan yang rendah. Sehingga bidan diharapkan dapat

melakukan pencegahan terhadap kejadian pernikahan dini berupa

penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi kepada anak-anak SMP dan

SMA yang ada di sekolah.

c. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat di gunakan sebagai sumber referensi dan

meningkatkan pengetahuan mengenai kejadian pernikahan dini.

d. Bagi institusi pendidikan

Sebagai referensi penelitian-penelitian selanjutnya mengenai

kejadian pernikahan dini pada remaja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Pernikahan Dini

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pernikahan adalah

sebuah upacara nikah dan dini yaitu sebelum waktunya. Pada pengertian

nikah adalah suatu ikatan perkawinan yang di lakukan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan dalam ajaran agama dan hukum. Jadi pernikahan dini

dapat diartikan upacara perkawinan yang di lakukan sebelum waktunya.

Apabila sebelum waktunya akan menimbulkan pelanggaran-pelanggaran

yang sudah di tentukan baik secara ajaran agama maupun hukum. Menurut

BKKBN (2017) Pernikahan dini adalah pernikahan yang di lakukan di bawah

usia 21 tahun. Pernikahan dini sering terjadi di usia remaja sekitar 15 tahun

hingga 20 tahun. (Anwar dan rahmah, 2016) menyatakan pernikahan dini di

usia remaja belum adanya kesiapan untuk melakukan pernikahan karena

terjadi di bawah usia 20 tahun.

Adapun batas usia perkawinan telah ditetapkan secara jelas dalam UU

Perkawinan. Sebelumnya batas usia perkawinan dalam UU No. 1 Tahun 1974

adalah 16 tahun bagi wanita dan 19 tahun bagi laki-laki. Kemudian diubah

dan disetarakan menjadi 19 tahun baik bagi laki-laki maupun wanita melalui

UU No. 16 Tahun 2019. Hal urgen yang mendorong terjadinya perubahan

ketentuan tersebut ialah pembedaan batas umur antara laki-laki dan

perempuan untuk melakukan perkawinan yang dianggap tidak konstitusional

9
10

karena melanggar asas kesamaan di mata hukum pada Pasal 28 D ayat (1)

UUD 1945. Pembedaan batas umur tersebut awalnya ditentukan berdasarkan

tingkat keumuman kematangan biologis antara laki-laki dan wanita. Namun,

bila ditarik ke masa sekarang, hal tersebut justru merefleksikan adanya

diskriminasi dan penghilangan hak-hak dasar serta pengabaian terhadap

kesehatan mental maupun fisik wanita. Zaman yang semakin maju

mendorong wanita untuk melakukan segala bentuk produktivitas dan meraih

pendidikan yang layak. Wanita memiliki hak-hak dasar yang sama dengan

laki-laki seperti pendidikan, sosial, hak sipil, hak ekonomi dan hak-hak

konstitusional lainnya sebagai warga Negara.

Berdasarkan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) bahwa tingkat pernikahan dini di Jawa Barat tahun 2014 Jumlah

pasangan usia perkawinan mencapai 50% dari total pasangan usia subur

(PUS) yakni sekitar 9 juta pasangan. Dari studi pendahuluan yang di lakukan

di dusun lll Desa Karang Baru Pada 110 Remaja Putri ternyata 67 orang telah

melakukan pernikahan dini. (Julianti, N. 2019).

Kehamilan pada wanita Nikah usia dini dapat di cegah melalui

penggunaan kontrasepsi. Beberapa faktor yang menghambat wanita usia dini

untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi adalah kurangnya pengetahuan

tentang kontrasepsi dan dimana mereka bisa mendapatkannya, selain iti

tekanan sosial yang mengharuskan mereka untuk segera memiliki keturunan

setelah menikah. Dapat dilihat bahwa dari 53 responden, 19 orang (35,8%)


11

tidak menggunakan kontrasepsi dan sisanya 34 orang (64,2%) menggunakan

kontrasepsi (Simanjuntak, H. Maynia, Fika Ayu. 2018).

Tingginya angka kelahiran di sebabkan oleh banyaknya pernikahan

yang terjadi, terlebih lagi cukup banyak masyarakat Indonesia yang menikah

pada usia dini sehingga resiko untuk melahirkan anak lebih banyak daripada

yang menikah pada usia yang lebih dewasa. Hal ini disebabkan wanita yang

menikah dibawah usia 20 tahun memiliki rentan masa subur yang lebih

panjang. Berdasarkan Riskesdas (2013) proporsi penggunaan kontrasepsi

pada wanita nikah usia muda masih rendah dan mereka tergolong ke dalam

kelompok beresiko usia 15-19 tahun.

Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan di bawah usia

reproduktif yaitu kurang dari 20 tahun. Pernikahan dini (early marriage)

merupakan suatu pernikahan formal atau tidak formal yang dilakukan

dibawah usia 19 tahun.

Menurut Namora Lumongga Lubis bahwa pernikahan dini merupakan

pernikahan yang dilakukan pada usia yang terlalu muda. Pernikahan usia

dini/muda terdiri dari dua kata, yaitu pernikahan dan usia muda. Usia muda

menunjukkan usia belia, ini bisa digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang

dilakukan sebelum batas usia minimal.

Fenomena perkawinan muda masih sering dijumpai di beberapa negara

berkembang khususnya Indonesia. Perkawinan disebut sebagai perkawinan

muda ketika dilakukan oleh seseorang yang masih dibawah umur atau anak-

anak. Perkawinan muda di Indonesia ini sudah menjadi fenomena nasional,


12

faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah budaya karena memiliki

pengaruh besar dalam pola kehidupan di masyarakat, termasuk perkawinan

dibawah umur. Perkawinan usia dini adalah pernikahan yang dilaksanakan

secara resmi atau tidak resmi yang dilakukan sebelum usia 18 tahun

(UNICEF, 2014).

Perkawinan muda atau perkawinan dini menjadi salah satu praktik

tradisional yang sudah lama dikenal dan tersebar luas di seluruh dunia.

Secara definisi, perkawinan muda sebagai ikatan lahir batin antara seorang

pria dan wanita sebagai sepasang suami istri pada usia muda/remaja. Menurut

World Health Organization (dalam Hanum&Tukiman, 2015) :

Banyaknya perkawinan di usia muda itu sangat berpengaruh pada

kesehatan reproduksi, jumlah kematian ibu melahirkan, tingkat kesejahteraan

ekonomi keluarga.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan pernikahan

dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh anak yang masih remaja atau

sebelum anak mencapai usia 19 tahun.

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini

Modifikasi Referensi Eva Elly Sibagariang, dkk 2010 dan Maryanti, dkk

2009 antara lain :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau

kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan penelitian. (Budiman dan Riyanto, 2013). Semakin tinggi


13

pendididkan seseorang maka semakin cepat menerima dan memahami

suatu informasi sehingga pengetahuan yang di miliki juga semakin tinggi.

(Sriningsih, 2011).

Dari hasil penelitian Ayu Wiratih di dapatkan hasil responden dengan

pendidikan SD sebanyak 10%, responden dengan pendidikan SMP

Sebanyak 27%, responden dengan pendidikan perguruan tinggi sebanyak

20%, dan responden yang tidak sekolah 0%.

Kategori tingkat pendidikan digolongkan menjadi 4 (empat) Yaitu :

a. Tingkat pendidikan yang sangat tinggi, yaitu minimal pernah

menempuh pendidikan tinggi.

b. Tingkat pendidikan tinggi, yaitu pendidikan SLTA/sederajat.

c. Tingkat pendidikan sedang, yaitu pendidikan SMP/Sederajat.

d. Tingkat pendidikan rendah, yaitu pendidikan SD/sederajat (Ridwan,

2009)

b. Budaya

Menurut Edward Burnett Tylor kebudayaan merupakan keseluruhan

yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan lain

yang didapatkan seseorang sebagai anggota keluarga.

Budaya di percayai oleh remaja puteri karena kurangnya pengetahuan

remaja putri tentang kesehatan reproduksi. Adapun budaya yang di

percayai di masyarakat diantaranya adalah anak perempuan yang menikah

di atas usia 20 tahun maka akan menjadi perawan tua, serta jika terlambat
14

menikah akan menjadi aib bagi keluarg. Maka tidak heran apabila ada

wanita yang lama menikah usia> 20 tahun) akan dijadikan sebagai bahan

pembicaraan di masyarakat. Karena takut di cemooh oleh masyarakat

maka banyak terjadi pernikahan di bawah usia 20 tahun. Ditambah lagi

saat melihat teman-temannya sudah banyak yang menikah maka mereka

pun ingin menikah juga. (Nazli Halawani, 2017).

c. Umur

Umur adalah usia yang terhitung saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Pernikahan usia muda pada

reproduksi, banyak faktor lain yang mempengaruhi.

Hasil penelitian Hagiwara (2013) ibu dengan usia muda akan beresiko

pada reproduksi belum matang kemungkinan terjadinya lahir premature,

BBLR, Panggul sempit (97,3%)

d. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam kehidupan Menurut

Daniel bali pekerjaan adalah sebuah aktifitas intelektual yang di pelajari

sebelumnya dan menjadi sebuah keahlian yang menjadi sebuah kegiatan

rutin yang dilakukan. Dan profesi penting untuk memiliki keterampilan

yang teknis dan moral dalam ruang lingkup masyarakat.

e. Status Ekonomi

Status sosio ekonomi erat hubungannya dengan pekerjaan atau

sejenisnya, pendapatan keluarga, daerah tempat tinggal, kebiasaan hidup


15

dan lain sebagainya. Status ekonomi berhubungan erat pula dengan faktor

psikologi dalam masyarakat. (Noor,NN, 2008)

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyetujui besaran Upah

Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Tahun 2020 sesuai rekomendasi dari

para kepala daerah di Jabar. Kabupaten Karawang tetap memiliki upah

tertinggi di Jabar sekaligus nasional dengan nominal Rp. 4.594.324,54.

Pengesahan UMK tersebut di tuangkan dalam surat edaran

Nomor:56/175/Yanbangsos tentang Pelaksanaan Upah Minimum

Kabupaten/Kota di Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2020.

Persoalan ekonomi keluarga, orangtua menganggap jika anak

gadisnya telah ada yang melamar dan ada yang menikahi. Orangtua

mengharapkan anak gadisnya mandiri tidak lagi bergantung pada orangtua

karena ada suamiyang siap menafkahinya sekalipun usia anak

perempuannya belum mencapai kematangan baik secara fisik maupun

mental. Namun dalam kenyataannya para gadis ini menikah dengan pria

yang berstatus ekonomi yang jauh berbeda dengan dirinya sehingga

menimbulkan kemiskinan baru Eva, Ellya, 2010).

f. Peran Orang tua

Peran orangtua sangat menentukan remaja untuk menjalani

pernikahan di usia muda (Al-Ghifari, 2002). Nurhajati (2013) juga

mengungkapkan bahwa orang tua yang memiliki keterbatasan pemahaman

khususnya tentang kesehatan reproduksi, hak anak maka kecenderungan


16

yang terjadiadalah menikahkan anaknya. Orangtua memiliki peran yang

besar terhadap kejadian pernikahan dini.

Ada 3 elemen penting dalam penentu keputusan seseorang untuk

menikah usia remaja di tinjau dari perspektif komunikasi keluarga yaitu

peran orangtua sebagai pemegang kekuasaan dalam keluarga,

perankeluarga sebagai sebuah komponen komunikasi dan peran keluarga

dalam membangun relasasi intim dengan anggota keluarga (Nurhajati,

2013). Besarnya peran orangtua di tinjau dari segi perspektif komunikasi

keluarga yang mana peran-peran tersebut merupakan salah satu penentu

keputusan seorang remaja untuk menikah pada usia muda.

Keluarga yang tidak memiliki hubungan yang harmonis akan

berdampak pada prilaku seks bebas anak dan dapat berujung pada

pernikahan usia dini. Menurut Juspin (2012) mengemukakan bahwa peran

orangtua terhadap kelangsungan pernikahan dini pada dasarnya tidak

terlepas dari tingkat pengetahuan orangtua yang di hubungkan pula dengan

tingkat pendidikan orangtua. Selain itu, Juspin (2012) juga

mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan keluarga ini akan

mempengaruhi pemahaman keluarga tentang kehidupan berkeluarga yang

lebih baik. Orangtua yang memiliki pemahaman rendah terhadap orangtua

dengan memandang bahwa dalam kehidupan keluarga akan tercipta suatu

hubungan silaturahmi yang baik sehingga pernikahan yang semakin cepat

maka solusi utama bagi orang tua.


17

Kategori pola asuh orangtua yang demokratis merupakan pola suh

yang kurang signifikan, hal ini merupakan orang tua tidak mengekang

kepada anak-anaknya untuk bisa menjalani kehidupannya dimasa depan.

Pola asuh orangtua yang seperti ini akan berdampak pada kurangnya peran

serta orangtua dalam memberikan nasehat atau informasi tentang

pernikahan.

g. Lingkungan

Lingkunan adalah segala benda,kondisi,keadaan dan pengaruh yang

terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang

hidup termasuk kehidupan manusia (Emil Salim, 2011)

Di rekomendasikan agar remaja tidak melakukan pernikahan usia dini

remaja harus memiliki lingkungan positif, yaitu lingkungan yang tidak

akan menyebabkan remaja masuk kedalam pergaulan bebas. Karena itu

perlu adanya peningkatan kemampuan orangtua dalam berkomunikasi

dengan remaja secara terbuka sehingga anak memiliki rasa percaya dan

mudah di ajak berbicara tentang masalah-masalah yang mereka hadapi.

Dengan demikian remaja tidak akan memilihteman sebaya dalam

menyelesaikan masalah mereka dan akan terhindar dari pergaulan bebas

yang berujung kepada usia pernikahan dini.

Dalam penelitian yang di lakukan (Eka yuli handayani, 2014) di

temukan bahwa remaja yang mempunyai lingkungan negative

berhubungan sebab akibat dengan kejadian pernikahan usia dini, remaja

puteri dengan lingkungan negatif lebih beresiko 2,1 kali melakukan


18

pernikahan pada usia dini di bandingkan pada remaja puteri dengan

lingkungan positif (C.I. 95%:POR=1,01-4,03).

h. Pergaulan bebas

Pergaulan berarti kehidupan berteman atau bermasyarakat, sedangkan

bebas adalah lepas dan tidak terhalang, sehingga dapat berbicara, bergerak

dan berbuat sesuatu dengan leluasa, tanpa terikat oleh sesuatu aturan. Jadi

dapat di simpulkan pergaulan bebas adalah sebuah perilaku pertemanan

yang tidak terikat oleh aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di

masyarakat, dalam hal ini adalah adat ketimuran yang menjungjung tinggi

norma kesusilaan. (KBBI, 2018).

Adapun antara lain Ada dua faktor penyebab terjadinya perkawinan

dini pada kalangan remaja, yaitu sebab dari anak dan luar anak.

1) Sebab dari Anak

a) Faktor Pendidikan

Peran pendidikan anak sangat mempunyai peran yang besar.

Jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur. Kekosongan

waktu tanpa pekerjaan, membuat mereka akhirnya melakukan hal-

hal yang tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin hubungan

dengan lawan jenis, yang jika diluar kontrol membuat kehamilan di

luar nikah.

2) Faktor telah melakukan hubungan biologis

Ada beberapa kasus di ajukannya pernikahan karena anak yang

telah melakukan hubungan biologis layaknya suami istri. Kondisi


19

seperti ini, orangtua anak perempuan cenderung segera menikahkan

puterinya, bahwa karena sudah tidak perawan lagi di takutkan hal ini

tersebar di kalangan masyarakat menjadi perbincangan Aib anaknya.

2) Sebab dari Luar Anak

a) Faktor Pemahaman Agama

Ada sebagian dari kalangan masyarakat kita, yang memahami bahwa

jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis layaknya seperti

suami istri, telah terjadi pelanggaran agama dan sebagai orangtua

wajib melindungi dan mencegahnya dengan segera menikahkan

anak-anak tersebut.

b) Faktor ekonomi

Orang tua biasanya yang memiliki hutang/terbentur soal

keuangan dan tidak mampu lagi membayarnya, maka anak gadisnya

di serahkan sebagai alat pembayaran kepada penagih hutang, serta

setelah anak di nikahi lunaslah hutang-hutang orangtua tersebut.

c) Faktor adat budaya.

Beberapa belahan daerah di Indonesia masih terdapat beberapa

pemahaman tentang perjodohan, anak gadisnya sejak kecil telah di

jodohkan orang tuanya dan akan segera di nikahkan setelah anak

tersebut mengalami masa menstruasi. Di pastikan anak tersebut akan

di nikahkan pada usia 13 tahun, jauh di bawah batas usia minimum

sebuah pernikahan yang di amanatkan UU.


20

3. Dampak Pernikahan Usia Dini

Indikator yang lazim di gunakan untuk menentukan derajat kesehatan

masyarakat adalah angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi

(AKB), baik pada tingkat provinsi maupun nasional serta internasional.

Selain itu, program-program kesehatan di Indonesia banyak menitikberatkan

pada upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB). Sasaran pembangunan kesehatan nasional, salah satunya adalah

menurunkan faktor berat bayi lahir rendah, apabila berhasil akan berpengaruh

terhadap angkan kematian ibu dan bayi. ( Ika Kania Fatdo Wardani, 2019)

Pernikahan dini pada remaja dasarnya berdampak pada segi fisik maupun

biologis remaja, yaitu

a. Dampak bagi remaja yang melakukan pernikahan dini yaitu: remaja yang

hamil akan lebih mudah mengalami anemia selagi hamil dan melahirkan,

salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi (Yuni Widyastuti,

2009)

b. Remaja yang melakukan pernikahan usia muda memiliki resiko dalam

kehamilan dan proses persalinan, yaitu :menderita anemia, lahirnya

premature, BBLR, preeklampsi, panggul sempit.

c. Sebagian besar pasangan muda ini menjadi tergantung dengan orang tua,

sehingga kurang dapat mengambil keputusan sendiri, Perkawinan dini

memberikan pengaruh bagi kesejahteraan keluarga dan dalam masyarakat

secara keseluruhan.
21

Berikut beberapa resiko kehamilan yang dapat di alami oleh remaja (usia

kurang dari 20 tahun) yakni :

a. Kurang darah (Amenia) adalah dalam masa kehamilan dengan akibat yang

buruk bagi janin yang di kandung, seperti pertumbuhan janin terhambat

dan kelahiran prematur.

b. (Kurang Gizi) pada masa kehamilan yang dapat mengakibatkan

perkembangan biologis dan kecerdasan janin terlambat, sehingga janin

terlahir dengan berat badan rendah.

c. Preeklampsi dan eklampsi yang dapat membawa maut bagi ibu maupun

bayi nya.

d. Pasangan yang kurang siap untuk menerima kehamilan cenderung untuk

melakukan pengguguran kandungan (aborsi) yang dapat mengakibatkan

kematian bagi wanita.

B. Remaja

1. Definisi Remaja

Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut

peraturan Menteri Kesehatan reproduksi Republik Indonesia nomor 25 tahun

2014 , remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut

peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) sangat

rentan pada usia remaja adalah 10-24 tahun dan yang belum menikah.

Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut sensu penduduk

2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia
22

diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah

penduduk dunia (WHO,2014).

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut

Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut

BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009)

Masa remaja merupakan masa transisi yang di tandai oleh adanya fase

peralihan, yaitu di suatu sisi akan meninggalkan masa anak-anak dan di sisi

lain masuk pada usia dewasa dan bertindak sebagai individu (Supartini,

2009)

Menurut Stanley Hall, seorang Bapak pelopor Psikologi Perkembangan

Remaja, masa remaja dianggap masa “topan badai dan stress” (strom and

stress), karena mereka telah memiliki keinginan untuk bebas menentukan

nasib dari diri sendiri.

Menurut Pieter, masa remaja adalah masa berintegrasi dengan

masyarakat dewasa, usia dimana individu tidak lagi merasa dibawah

tingkatan orang-orang dewasa, akan tetapi sudah dalam tingkatan yang sama.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan

memasuki masa dewasa.

2. Pembagian Perkembangan Masa Remaja

Menurut Mansyur Masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yaitu :

a. Masa remaja awal (10-14 tahun)

b. Masa remaja Menegah (14-16 tahun)


23

c. Masa remaja akhir (17-20 tahun)

Masa remaja awal di tandai dengan peningkatan cepat pertumbuhan dan

pematangan fisik.

Masa remaja menengah di tandai dengan hampir lengkapnya

pertumbuhan pubertas, timbulnya keterampilan-keterampilan berpikir yang

baru, peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa, dan

keinginan untuk memapankan jarak emosional dan psikologis dengan

orangtua.

Masa remaja akhir di tandai dengan persiapan untuk peran sebagai

orang dewasa termasuk klarifikasi tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu

sistem nilai pribadi.

3. Karakteristik Masa Remaja

Menurut mansyur, perubahan fisik remaja berhubungan dengan

perubahan hormonal remaja, tanda kematangan seksual dan reaksi terhadap

menarche.

Menarche merupakan tanda-tanda dari kematangan fungsi seksual pada

wanita. Karakteristik remaja (adolescence) adalah tumbuh menjadi dewasa,

secara fisik, remaja ditandai dengan ciri perubahan pada penampilan fisik

dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual.

Karakteristik perubahan fisik pada remaja wanita yaitu terjadinya perubahan

secara biologis ditandai dengan kematangan organ seks primer dan sekunder,

kondisi tersebut di pengaruhi oleh kematangan hormone seksual, seperti :

pertumbuhan payudara, terjadi pada anak yang telah mencapai usia 7 sampai
24

13 tahun, pertumbuhan rambut kemaluan terjadi pada anak yang telah

mencapai usia 7-14 tahun.

Pertumbuhan badan atau tubuh terjadi pada anak yang telah mencapai

usia 9 sampai 14 tahun. Remaja wanita memiliki kematangan organ-organ

seks yang di tandai dengan berkembangnya rahim dan ovarium (indung telur).

Cirri-ciri sekunder pada wanita yaitu :

a. Tumbuh rambut pubis disekitar kemaluan dan ketiak

b. Bertambah besar buah dada

c. Bertambah besarnya pinggul

d. Kulit halus

e. Suara melenting tinggi

4. Karakteristik Perubahan Hormonal Remaja

Menurut Mansur, perubahan hormonal merupakan awak dari masa

puberitas remaja yang terjadi sekitar usia 11 sampai 12 tahun. Pengaruh-

pengaruh hormonal perkembangan organ-organ tubuh remaja wanita, yaitu

menambah lemak tubuh, memperkuat kematangan organ tubuh dan

memperbesar payudara.

Berdasarkan hasil survey BKKBN provinsi Jawa Barat pada tahun 2015

menunjukkan bahwa 83% remaja tidak tahu tentang kesehatan reproduksi

yang benar, 61,8% tidak tahu persoalan di sekitar masa subur dan masalah

haid 40,6% tidak tahu resiko kehamilan remaja, dan 42,4 tidak tahu resiko

PMS. Dari studi pendahuluan yang di lakukan di SMP Negeri 5 Tambun

Selatan dari 50 siswi ternyata 35 siswi yang melakukan vulva hygiene saat
25

memstruasi kurang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku vulva hygiene saat

menstruasi pada remaja puteri di SMPN 5 Tambun Selatan Tahun 2019.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian analitik kuantitatif

dengan pendekatan Cross Sectional. Dengan jumlah populasi 208 orang

remaja puteri di SMPN 5 Tambun Selatan dan di dapatkan hasil 151 orang

remaja puteri yang perilaku vulva hygiene saat menstruasi kurang baik.

(Mirna T, Julianti N. 2019)

C. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Menurut UU No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan UU Perkawinan

Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila

pria wanita sudah mencapai umur 19 tahun., perkawinan adalah ikatan

lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai seorang

suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah-tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Menurut Mansur, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal sebagai bentuk obadah

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan diperlukan kesiapan fisik dan mental

untuk melaksanakannya.
26

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pernikahan

adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita dengan tujuan membentuk

keluarga yang telah diakui secara sah dalam hukum dan agama.

2. Tujuan Pernikahan

Tujuan pernikahan dalam islam menurut Djamaludi Arra‟uf dibagi

menjadi:

a. Memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi

b. Membentengi akhlak yang luhur

c. Menegakkan rumah tangga yang islami

d. Meningkatkan ibadah kepada Allah

e. Mencari keturunan yang shalih.

F. Kerangka Teori

1. Pendidikan
2. budaya
3. umur Gambaran Kejadian
4. pekerjaan Pernikahan Dini
5.status ekonomi
6. Peran orang tua
7. Lingkungan
8. pergaulan bebas
27

Sumber : Modifikasi Referensi Eva, Elly Sibagariang, dkk (2010) dalam

Buku Ajar Kesahatan Reproduksi Teori dan Praktikum dan Maryanti,dkk

(2009) dalam Buku Kesahatan Reproduksi Wanita.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL,DEFINISI OPERASIONAL

DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep penelitian adalah suatu uraian yang visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu dan konsep lainnya, atau antara

variabel yang lain dari masalah yang ingin di teliti. (Notoatdmojo, 2010).

Dalam penyusunan proposal terdapat kerangka konsep untuk mengetahui

hubungan antara variabel dependen (Pernikahan Usia Dini Pada Remaja) dan

variabel independen (pendidikan, umur, pekerjaan, status ekonomi, budaya,

peran orangtua, lingkungan, pergaulan bebas) karena keterbatasan dan

kemampuan penulis, maka penulis membatasi variabel independen yang di

teliti yaitu pendidikan, umur, pekerjaan, status ekonomi.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Independen Dependen

1. Pendidikan

2. Umur Gambaran kejadian


pernikahan dini
3. Pekerjaan

4. Status ekonomi

27
28

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi

opersional ini merupakan informasi ilmiah yang akan membantu penelitian lain

yang ingin menggunakan variabel yang sama. Devinisi operasional merupakan

penjelasan semua variabel dan istilah yang akan di gunakan dalam mengartikan

makna penelitian (Setiadi, 2013).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Devinisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

Operasional ukur

1 Pernikahan Remaja yang Observasi Dokumen 0= ya, Ordinal

dini telah menikah remaja

pada usia < 19 menikah

tahun. usia <19

tahun.

1= tidak,

remaja

tidak

menikah ≥

19 tahun

2 Pendidikan Suatu jenjang Observasi Dokumen 0= Rendah, Ordinal

pendidikan yang jika

di miliki oleh pendidikan


29

seseorang melalui < SMA

pendidikan 1= Tinggi,

formal yang di Jika

buktikan dengan pendidikan

sertifikat ≥ SMA

kelulusan/ijazah.

3 Umur Usia yang Observasi Dokumen 0= < 20 Ordinal

terhitung saat di tahun

lahirkan sampai 1= ≥ 20

berulang tahun. tahun

Semakin cukup

umur, tingkat

kematangan dan

kekuatan

seseorang akan

lebih matang

dalam berfikir

dan bekerja.

4 Pekerjaan Pekerjaan Observasi Dokumen 0= Bekerja Ordinal

merupakan suatu 1= Tidak

yang penting bekerja

dalam kehidupan

untuk mencari
30

nafkah.

5 Status Suatu Keadaan Observasi Dokumen 0= Rendah Ordinal

Ekonomi yang (UMK<)

berhubungan Rp.

dengan 4000.000

pendapatan 1= Tinggi

orangtua. (UMK≥)

Rp.

4000.000
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang di gunakan penelitian ini adalah deskriptif yaitu

suatu penelitian yang di gunakan dengan tujuan untuk melihat gambaran

fenomena yang terjadi di dalam masyarakat secara obyektif (Notoatmodjo,

2012). Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan cross sectional

(Arikunto, 2012)

Cross sectional adalah setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali

saja dan pengukuran di lakukan dengan cara mengobservasi dokumen atau

pengumpulan data sekaligus pada saat yang sama (Notoadmodjo, 2012).

B. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang di teliti atau di

selidiki (Notoadmodjo, 2010). Dalam penelitian ini populasi yang di

gunakan adalah seluruh remajayang melakukan pernikahan di usia muda di

Desa Sindang Sari Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawangyang

berjumlah 89 orang remaja selama 1 bulan pada Oktober tahun 2020.

31
32

2. Sampel

a. Definisi Sampel

Sampel adalah merupakan bagian populasi yang akan di teliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2011).

b. Total Sampling

Menurut Sugiono (2018:140) sensus atau sampling total adalah

teknik pengambilan sampel dimana seluruh anggota populasi di jadikan

sampel semua.

c. Teknik Sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan di gunakan pada penelitian

ini adalah total sampling. Total Sampling yaitu teknik pengambilan

sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi, alasan mengambil

total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100. Jadi jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 89 orang dalam waktu satu

bulan.Sampel penelitian ini adalah Remaja yang sudah menikah usia dini

di Desa Sindang Sari Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai ciri,sifat,

atau ukuran yang di miliki atau di dapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep.(Notoadmodjo,2010)
33

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di laksanankan di Desa Sindang Sari Kecamatan

Rengasdengklok Kabupaten Karawang.

E. Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan peneliti ini adalah Data Sekunder diperoleh dari

Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat, data Kabupaten, data Desa Sindang

Sari dan Data KUA Rengasdengklok.

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan di gunakan untuk

mengumpulkan data. Instrumen dalam penelitian ini adalah data responden

yang tercatat di Dokumen Kementrian Urusan Agama (KUA).

G. Pengolahan Data

Menurut (Notoatmodjo, 2012) bahwa pengolahan data di lakukan untuk

mencegah Garbage In Garbage One (GIGO), bila yang masuk sampah maka

yang keluar juga sampah, dengan kata lain maka data yang telah terkumpul

kemudian di olah.

Oleh karena itu proses pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Editing

Pada tahap ini dimaksudkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap data

yang di kumpulkan, memeriksa kelengkapan dan kesalahan.


34

2. Coding

Data yang sudah diedit selanjutnyadiberi kode untuk mempermudah

dalam pelaksanaan pengolahan data berikutnya, yang terdiri dari beberapa

ketegori.

3. Scoring

Langkah ini untuk menilai dari hasil jawaban di dokumen dalam bentuk

skor, sehingga memudahkan dalam proses entry data.

4. Entry Data

Merupakan proses memindahkan data dalam media computer agar di

peroleh masukkan yang siap diolah menggunakan SPSS.

5. Tabuling

Memindahkan jawaban dalam bentuk kode ke dalam master table dangan

menggunakan komputer.

H. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Dalam penelitian ini analisa data yang di gunakan adalah analisa

univariat yaitu analisa yang di lakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan presentasi masing-masing variabel yang di teliti.

Analisis univariat di lakukan dengan menggunakan rumus:

f
P= x 100
n

Keterangan :
35

p = presentasi F = frekuensi n = sampel


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Profil Lokasi Penelitian

Desa Sindangsari adalah suatu desa yang berada di Kecamatan

Kutawaluya Kabupaten Karawang. Desa Sindangsari terletak di wilayah yang

cukup trategis, keberadaannya dekat dengan jalan raya yang menjadikan desa

ini cukup mudah untuk di jangkau, baik dengan kendaraan umum maupun

kendaraan pribadi.

Desa Sindangsari memiliki 5 Dusun yaitu dusun tegal asem, dusun

gebang malang, dusun cilendi, dusun borontok barat, dusun borontok timur.

Dusun cilendi merupakan dusun terkecil di Desa Sindangsari.

B. Hasil Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat hasil penelitian ini menjelaskan secara deskriptif

dan di sajikan dalam bentuk distribusi frekuensi di setiap variabel

dependen dan variabel independen meliputi pernikahan dini dengan

pendidikan,umur,pekerjaan,status ekonomi.

35
36

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi gambaran pendidikan,umur,pekerjaan,status ekonomi

dengan kejadian pernikahan dini di Desa Sindangsari Kecamatan

Rengadengklok Kabupaten Karawang Tahun 2020.

NO Variabel Kategori Frekuensi Presentasi

1 Pernikahan 0= Menikah dini <19 tahun. 48 53,9%

dini 1= Tidak menikah dini≥19 tahun. 41 46,1%

Total

89

2 Pendidikan 0= Rendah < SMA 57 64,0%

1= Tinggi ≥SMA 32 36,0%

Total 89

3 Umur 0= < 20 tahun. 48 53,9%

1= ≥ 20 tahun. 41 46,1%

Total 89

4 Pekerjaan 0= Bekerja 33 37,1%

1= Tidak bekerja 56 62,9%

Total 89

5 Status 0= Rendah< pendapatan Rp.4000.000 47 52,8%

ekonomi 1= Tinggi ≥ pendapatan Rp.4000.000 42 47,2%

Total 89
37

Berdasarkan tabel 5.1 Menunjukkan bahwa dari 89 responden KUA

Rengasdengklok Kabupaten Karawang yang menikah usia dini terdapat 48

responden remaja (53,9%). Sedangkan remaja yang tidak menikah usia

dini sebanyak 41 responden (46,1%).

Dari 89 remaja yang pendidikan rendah terdapat 57 responden

(64,0%). Sedangkan yang berpendidikan tinggi sebanyak 32 responden

(36,0%).

Kemudian dari 89 responden yang umur nya masih muda terdapat

sebanyak 48 responden (53,9%). Sedangkan responden yang umur nya

sudah menginjak dewasa terdapat 41 responden (46,1%).

Kemudian dari 89 responden yang bekerja terdapat 33 responden

(37,1%). Sedangkan responden yang tidak bekerja terdapat 56 responden

(62,9%).

Kemudian dari 89 responden yang status ekonomi rendah sebanyak 47

responden (52,8%). Sedangkan yang status ekonomi tinggi terdapat

sebanyak 42 responden (47,2%).


38

2. Analisis Tabel Silang (Crosstab)

Tabel 5.2

Tabulasi Silang Antara pendidikan,umur,pekerjaan,status ekonomi dengan

kejadian pernikahan dini di Desa Sindangsari Kecamatan Rengasdengklok

Kabupaten Karawang Tahun 2020

Pernikahan Dini Total


No Pendidikan
Ya % Tidak % N %
1 Rendah < SMA 46 80,7% 11 19,2% 57 100%
2 Tinggi ≥ SMA 2 6,2% 30 93,7% 32 100%
Total 48 53,9% 41 46,1% 89 100%

Berdasarkan tabel 5.2 di atas di peroleh hasil, dari 48 responden yang

melakukan pernikahan dini paling banyak pada pendidikan rendah sebesar 46

responden (80,7%) di bandingkan dengan pendidikan tinggi.

Pernikahan Dini Total


No Usia
Ya % Tidak % N %
1 < 20 tahun 39 81,2% 11 18,7% 48 100%
2 ≥ 20 tahun 9 21,9% 30 78,0% 41 100%
Total 48 53,9% 41 46,1% 89 100%
39

Berdasarkan tabel 5.2 di atas di peroleh hasil, dari 48 responden yang

melakukan pernikahan dini, paling banyak pada usia < 20 tahun yaitu sebanyak

39 responden (81.2%) dibandingkan dengan usia dewasa.

Pernikahan Dini Total


No Pekerjaan
Ya % Tidak % N %
1 Bekerja 20 60,6% 13 39,3% 33 100%
2 Tidak Bekerja 28 50% 28 50,0% 56 100%
Total 48 53,9% 41 46,1% 89 100%

Berdasarkan tabel 5.2 diatas di peroleh hasil, dari 48 responden yang

melakukan pernikahan dini paling banyak pada remaja yang tidak bekerja yaitu

sebanyak 28 responden (50%) dibandingkan dengan remaja yang bekerja.

Pernikahan Dini Total


No Status ekonomi
Ya % Tidak % N %
1 < Rp.4000.000 39 82,9% 8 17,0% 47 100%
2 ≥ RP.4000.000 9 21,4% 33 78,5% 48 100%
Total 48 53,9% 41 41,6% 89 100%

Berdasarkan tabel 5.2 diatas di peroleh hasil, dari 48 responden yang

melakukan pernikahan dini, paling banyak pada remaja yang memiliki

penghasilan rendah (UMK < Rp.4000.000) yaitu sebanyak 39 responden

(82.9%) dibandingkan dengan remaja yang memiliki penghasilan tinggi

(UMK≥ RP.4000.000)
BAB VI

PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Keterbatasan Penelitian

Oleh karena penelitian ini memiliki keterbatasan waktu, biaya dan tenaga

sehingga peneliti ini menggunakan desain cross sectional yang hanya dapat

memperlihatkan hubungan dengan cara mengamati variabel indevenden dan

variabel dependen pada saat bersamaan, sehingga tidak dapat menentukan

hubungan sebab akibat antara kedua variabel tersebut. Selain itu, karena hanya

menghubungkan variabel independen dan variabel dependen, kemungkinan ada

beberapa variabel lain yang belum masuk atau belum ikut dalam kerangka

konsep.

Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder,

data yang di dapat dari dokumentasi. Penelitian dengan menggunakan data

sekunder memiliki beberapa keterbatasan dan kelemahan antara lain yaitu

variabel yang di teliti sangat tergantung dari data yang tersedia sehingga

menyulitkan peneliti mengembangkan variabel, kelengkapan, ketetapan dan

kebenaran data yang dianalisis tergantung pada ketersediaan data sekunder

dalam hal ini sangat tergantung pada dokumentasi.

Dalam tahap pengelolaan data di lakukan analisis univariat. Analisis

univariat di lakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi masing-

masing variabel yang di teliti.

40
41

B. Pembahasan Penelitian

Hasil Analisis Univariat Karakteristik Kejadian Pernikahan Dini

1. Gambaran Kejadian Pernikahan Dini

Gambaran Kejadian Pernikahan Dini di Desa Sindangsari Kecamatan

Rengasdengklok Kabupaten Karawang Tahun 2020.

Berdasarkan hasil dari analisis univariat di dapatkan jumlah bahwa dari

89 responden KUA Rengasdengklok Kabupaten Karawang yang menikah

usia dini terdapat 48 responden remaja (53,9%). Sedangkan remaja yang

tidak menikah usia dini sebanyak 41 responden (46,1%).

2. Gambaran Kejadian Pernikahan Dini Berdasarkan Pendidikan

Gambaran faktor resiko terjadinya pernikahan dini di Desa Sindangsari

Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang Tahun 2020 berdasarkan

pendidikan.

Berdasarkan hasil dari analisis univariat di dapatkan jumlah Dari 89

remaja yang pendidikan rendah terdapat 57 responden (64,0%). Sedangkan

yang berpendidikan tinggi sebanyak 32 responden (36,0%).

Hasil Penelitian ini sejalan dengan Hotnatalia (2012) secara sendiri,

pendidikan dapat mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usia

pernikahannya.semakin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah,

maka secara teoritis makin tinggi pula usia menikah. Mayoritas responden

yang menempuh pendidikan di tingkat dasar (70.27%) menikah di usia dini.


42

3. Gambaran Kejadian Pernikahan Dini Berdasarkan Umur

Gambaran faktor resiko terjadinya pernikahan dini di Desa Sindangsari

Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang Tahun 2020 berdasarkan

umur.

Berdasarkan hasil dari analisis univariat di dapatkan jumlah dari 89

responden yang umur nya masih muda terdapat sebanyak 48 responden

(53,9%). Sedangkan responden yang umur nya sudah menginjak dewasa

terdapat 41 responden (46,1%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Riski Danik Kusumawati (2013)

menunjukkan bahwa umur pernikahan dini dilakukan paling banyak umur

17-20 tahun yaitu dengan jumlah 41 (75%) wanita. Sedangkan paling sedikit

di lakukan pada umur < 16 tahun yaitu dengan jumlah 13 wanita (24,1%)

hal ini menunjukkan bahwa umur mempengaruhi di lakukannya pernikahan

dini.

4. Gambaran Kejadian Pernikahan Dini Berdasarkan Pekerjaan

Gambaran faktor resiko terjadinya pernikahan dini di Desa Sindangsari

Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang Tahun 2020 berdasarkan

pekerjaan.

Berdasarkan hasil dari analisis univariat di dapatkan jumlah dari 89

responden yang bekerja terdapat 33 responden (37,1%). Sedangkan

responden yang tidak bekerja terdapat 56 responden (62,9%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang di lakukan Rini Meiandayati

(2014) pekerjaan responden saat menikah terbanyak yaitu tidak bekerja


43

sebanyak 28 responden (71,79%), jadi mayoritas responden tersebut banyak

yang tidak bekerja.

Berdasarkan Teori peran gender bahwa pengalaman masa remaja bagi

para remaja puteri lebih di fokuskan pada masalah pernikahan, menekankan

pada pekerjaan rumah tangga dan kepatuhan serta sifat yang baik untuk

menjadi istri dan ibu.

5. Gambaran Kejadian Pernikahan Dini Berdasarkan Status Ekonomi

Gambaran faktor resiko terjadinya pernikahan dini di Desa Sindangsari

Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang Tahun 2020 berdasarkan

status ekonomi.

Berdasarkan hasil dari analisis univariat di dapatkan jumlah dari 89

responden yang status ekonomi rendah sebanyak 47 responden (52,8%).

Sedangkan yang status ekonomi tinggi terdapat sebanyak 42 responden

(47,2%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Yuliati Amperaningsih (2012)

pendapatan responden saat menikah (UMK) Rp. 1.175.000 di ketahui 50

responden yang dengan status ekonomi keluarga rendah ada sebanyak 28

orang (56,0%) melakukan pernikahan dini, sedangkan pada responden

dengan status ekonomi tinggi ada 8 orang (20,5%) melakukan pernikahan

dini.
BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Desa Sindangsari

Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang Tahun 2020 untuk

mengetahui kejadin pernikahan dini dapat di tarik kesimpulannya:

1. Hasil distribusi frekuensi yang mengalami kejadian pernikahan dini pada

remaja Menunjukkan bahwa dari 89 responden KUA Rengasdengklok

Kabupaten Karawang yang menikah usia dini terdapat 48 responden

remaja (53,9%). Sedangkan remaja yang tidak menikah usia dini sebanyak

41 responden (46,1%).

2. Hasil distribusi frekuensi kejadian pernikahan dini pada remaja dari 89

responden terdapat wanita dengan tingkat pendidikan rendah lebih banyak

yaitu yang pendidikan rendah terdapat 57 responden (64,0%). Sedangkan

yang berpendidikan tinggi sebanyak 32 responden (36,0%).

3. Hasil distribusi frekuensi kejadian pernikahan dini pada remaja wanita

berdasarkan umur di dapatkan jumlah dari 89 responden yang umur nya

masih muda terdapat sebanyak 48 responden (53,9%). Sedangkan

responden yang umur nya sudah menginjak dewasa terdapat 41 responden

(46,1%).

4. Hasil distribusi frekuensi kejadian pernikahan dini pada remaja wanita

berdasarkan pekerjaan di dapatkan jumlah dari 89 responden yang bekerja

44
45

terdapat 33 responden (37,1%). Sedangkan responden yang tidak bekerja

terdapat 56 responden (62,9%).

5. Hasil distribusi frekuensi kejadian pernikahan dini pada remaja wanita

yang berdasarkan status ekonomi di dapatkan jumlah dari 89 responden

yang status ekonomi rendah sebanyak 47 responden (52,8%). Sedangkan

yang status ekonomi tinggi terdapat sebanyak 42 responden (47,2%).

B. SARAN

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan untuk semua orang bahwa pendidikan tinggi sangat

penting, pendidikan tinggi dapat memberikan wawasan dan pengetahuan

sehingga seseorang dapat berpikir logis dalam mengambil keputusan untuk

melakukan pernikahan.

2. Bagi Remaja

Diharapkan bagi semua wanita dan remaja agar lebih banyak

menambah wawasan pengetahuan tentang pernikahan dan dampak dari

pernikahan dini.

3. Bagi Bidan

Diharapkan bidan dapat meningkatkan pelayanan bagi remaja dan

wanita dengan mengadakan penyuluhan reproduksi wanita di sekolah-

sekolah maupun di layanan kesehatan, sehingga dapat mengurangi angka

kejadian pernikahan dini.


46

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat lebih banyak menambah referensi penelitian tentang

pernikahan dini.

a. Bagi institusi pelayanan kantor urusan agama

Diharapkan institusi pelayanan Kantor Urusan Agama dapat terus

mengembangkan program penyuluhan untuk pasangan pra-nikah dan

dapat memberikan perhatian khusus pada pasangan pra nikah, sehingga

pasangan pra nikah lebih mengerti tentang pernikahan, dan program-

programnya agar lebih terstruktur.

b. Bagi masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan pendidikan dan

pengetahuan tentang pernikahan dini agar dapat mengurangi kejadian

pernikahan dini.
DAFTAR PUSTAKA

Maryanti & dkk, 2009. Buku Kesehatan Reproduksi Wanita. Penerbit : Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

Notoatmodjo soekidjo. Metologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;


2014.

Eva Elly Sibagariang,dkk, 2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Teori dan
Praktikum. Penerbit Nuha Medika, Jakarta

Andrew, Gilly, 2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC: Jakarta

Halawani, 2017. Ekonomi Internasional Dan Globalisasi Ekonomi, Ghalia


Indonesia: Bogor

Fathonah, Siti, 2012. Penggerak Buku Pegangan Tenaga Desa/Kelurahan.


Gramedia: Bandung

Maryanti & dkk, 2009. Buku Kesehatan Reproduksi Wanita. Penerbit : Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

Simanjuntak, H. Maynia, Fika Ayu. 2018 “Faktor Yang Berhubungan dengan


Penggunaan Kontrasepsi Pada Wanita Dengan Pernikahan Usia Dini” dalam
The Shoutheast Asia Journal of Midwefery Vol 4, Nomor 1 (halaman 41-
43). Bekasi: Universitas Medika Suherman.

LARASATI NH. Pengertian Remaja Menurut Para Ahli dan WHO. diadona.id.

Julianti N. Manuskrip Status Gizi Pada Remaja Putri Di Mts Al-Barkah Bekasi Tahun
2017 Disusun Oleh : Neneng Julianti Program Studi Diii Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Medika Cikarang – Bekasi. J Ilm Kebidanan. 2017;12.

Yatiningsih E, Julianti N. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Pernikahan


Dini Pada Remaja Puteri Di Dusun III Desa Karang Baru Kabupaten Bekasi Pada
Remaja. 2019.

Thalib, 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif Kencana


Media Group: Jakarta

Noor,NN,2008. Pengantar Epidemologi Penyakit Menular. Rhineka Cipta: Jakarta

Ilmiah J, Volume K. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) Kabupaten Bekasi Disusun Oleh : Ika Kania Fatdo Wardani
Program Studi DIII Kebidanan Institut Medika Cikarang – Bekasi. 2019;12.
Mirna T, Julianti N. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Perilaku Vulva Hygiene
Saat Menstruasi Pada Remaja Puteri Kabupaten Bekasi Tahun 2019 Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Perilaku Vulva Hygiene
Saat Menstruasi Pada Remaja. 2019.

Anda mungkin juga menyukai