Anda di halaman 1dari 166

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN


PERILAKU IBU DALAM MENJAGA HIGIENITAS BOTOL
SUSU PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II
DENPASAR BARAT

NI MADE SINTYA INDRIANTARI

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021

SKRIPSI

i
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN
PERILAKU IBU DALAM MENJAGA HIGIENITAS BOTOL
SUSU PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II
DENPASAR BARAT

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Pada Institut Teknologi dan Kesehatan Bali

Diajukan Oleh:

NI MADE SINTYA INDRIANTARI

NIM. 17C10061

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Ibu
dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Barat” telah mendapatkan persetujuan pembimbing dan disetujui untuk
ii
diajukan kehadapan Tim Penguji Skripsi pada Program Studi Sarjana
Keperawatan ITEKES Bali.

Denpasar,17 Juni 2021


Pembimbing I Pembimbing II

I Ketut Swarjana, SKM., MPH., Dr.PH Idah Ayu Wulandari, S.Si.T.,M.Keb


NIR/NIDN 0807087401 NIR/NIDN 0828038201

LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program Studi
Sarjana Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali pada Tanggal:
17 Juni 2021

iii
Panitia Penguji Skripsi Berdasarkan SK Rektor ITEKES Bali Nomor:
DL.02.02.1784.TU.IX.20

Ketua: I Gede Putu Darma Suyasa,S.Kp.,M.Ng.,Ph.D


NIDN. 0823067802

Anggota :

1. I Ketut Swarjana, S.KM.,MPH., Dr.PH


NIDN. 0807087401

2. Idah Ayu Wulandari, S.Si.T.,M.Keb


NIDN. 0828038201

LEMBAR PERNYATAAAN PENGESAHAN


Skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Ibu dalam
Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Barat”, telah mendapatkan persetujuan pembimbing dan disetujui untuk
diajukan ke hadapan Tim Penguji Skripsi pada Program Studi Sarjana
Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali.
Denpasar, 17 Juni 2021
Disahkan oleh:

iv
Dewan Penguji Skripsi

1. I Gede Putu Darma Suyasa,S.Kp.,M.Ng.,Ph.D


NIDN. 0823067802

2. I Ketut Swarjana, S.KM.,MPH., Dr.PH


NIDN. 0807087401

3. Idah Ayu Wulandari, S.Si.T.,M.Keb


NIDN. 0828038201

Mengetahui

Institut Teknologi dan Kesehatan Bali Program Studi Sarjana Keperawatan


Rektor Ketua

I Gede Putu Darma Suyasa,S.Kp.,M.Ng.,Ph.D A.A.A Yuliati Darmini,S.Kep.Ns.,MNS


NIDN. 0823067802 NIDN. 0821076701

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Ni Made Sintya Indriantari

v
NIM : 17C10061

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul


“Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga
Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar
Barat” yang saya tulis ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri. Semua
sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan dengan
benar. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Skripsi adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik
jika dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Dibuat di : Denpasar
Pada Tanggal : 17 Juni 2021
Yang menyatakan

Ni Made Sintya Indriantari PERTANYAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Ilmu Teknologi dan Kesehatan Bali (ITEKES) Bali,
saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Ni Made Sintya Indriantari
NIM : 17C10061
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
Demikian pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui, memberikan kepada
ITEKES Bali Hak Bebas Royalty Nonekslusif (Non-exclusive Royalty Free
vi
Right) atas karya saya yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan
Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Barat”.
Dengan Hak Bebas Royalty Nonekslusif ini dari ITEKES Bali berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan Skripsi saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Denpasar
Pada Tanggal : 17 Juni 2021
Yang menyatakan

Ni Made Sintya Indriantari KATA


PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga
Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar
Barat”.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan,


pengarahan, dan bantuan dari semua pihak sehingga Skripsi ini bisa diselesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D.selaku rektor Institut
Teknoogi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada
penulis menyelesaikan skripsi ini.

vii
2. Ibu dr. Linawati, M.Kes., selaku Kepala Puskesmas II Denpasar Barat yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan pengumpulan data di Puskesmas II Denpasar
Barat.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor (Warek) II
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan yang
memberikan dukungan kepada penulis.
5. Ibu Ns. A.A.A. Yuliati Darmini, S.Kep., MNS selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan yang memberikan dukungan moral dan perhatian kepada penulis.
6. Bapak I Ketut Swarjana, SKM., MPH., Dr.PH selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Idah Ayu Wulandari,S.Si.T.,M.Keb selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Ni Wayan Novi Suryati, S.Pd.,M.Pd. selaku wali kelas tingkat IV kelas A yang
memberikan motivasi dan dukungan moral kepada penulis.
9. Bapak I Ketut Jati dan ibu Ni Wayan Budiarsi sebagai orangtua yang banyak
memberikan dukungan serta dorongan moral dan materil dalam penyelesaian
Skripsi ini.
10. Kakak Ni Luh Medijayanti dan adik I Ketut Odit Okta Dijaya sebagai saudara
kandung yang banyak memberikan dukungan serta dorongan moral dan materil
dalam penyelesaian Skripsi ini.
11. Teman-teman angkatan 2017 yang selalu memberikan dukungan hingga selesainya
Skripsi ini.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan Skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Skripsi ini masih belum sempurna, untuk
itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk Skripsi ini.

Denpasar,14 Juni 2021

viii
Penulis
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU IBU
DALAM MENJAGA HIGIENITAS BOTOL SUSU PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR BARAT

Ni Made Sintya Indriantari


Fakultas Kesehatan
Program Studi Sarjana Keperawatan
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
Email : sintyaindriatari@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyakit utama yang masih menjadi
masalah kesehatan di Indonesia pada anak di bawah lima tahun. Upaya untuk
menurunkan resiko diare pada anak yaitu dengan cara perawatan botol susu yang
meliputi cara membersihkan, sterilisasi, cara penggunaan, dan penyimpanan botol
susu.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
Metode. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik koleratif dengan
pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah ibu dengan balita
yang menggunakan botol susu yang berjumlah 217 responden yang dipilih dengan
teknik probability sampling dengan tipe Stratified random sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner serta analisis menggunakan
Spearman’s Rho Correlation. Hasil. Sebagian besar responden menjaga higienitas
botol susu dengan pengetahuan baik sebanyak (47,0%), mempunyai sikap baik
sebanyak (47,9%) dan mempunyai perilaku baik sebanyak (59,9%). Terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan (Pvalue<0,001, r = 0,586) dan
sikap (Pvalue<0,001, r = 0, 693) dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas
botol susu pada balita Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
Kesimpulan. Ibu balita diharapkan agar tetap mempertahankan higienitas botol
susu pada balita dengan baik dan benar sehingga tingkat higienitas botol susu
tetap terjaga.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Higienitas Botol Susu

ix
THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE
WITH MOTHER BEHAVIOR IN MAINTAINING THE HYGIENE OF
MILK BOTTLES FOR TODDLERS IN THE WORKING AREA OF PUBLIC
HEALTH CENTRE II WEST DENPASAR

Ni Made Sintya Indriantari


Faculty of Health
Bachelor of Nursing Program
Institute of Health Sciences Bali
Email: sintyaindriatari@gmail.com

ABSTRACT

Background. Diarrhea is one of the primary diseases and is still experienced as a


health problem in Indonesia among toddlers. Efforts to reduce the risk of diarrhea
in toddlers are by taking care of milk bottles, including cleaning, sterilizing,
using, and storing milk bottles. The purpose of this study was to determine the
correlation between knowledge and attitude with mother behavior in maintaining
the hygiene of milk bottles for toddlers in the Working Area of Public Health
Centre II West Denpasar.
Method. This study employed library research by design with a collaborative
analytic with a cross-sectional approach. The sample was mothers with toddlers
who use milk bottles in a total of 217 respondents who were selected by
probability sampling technique with Stratified Random Sampling. Data were
collected by using a questionnaire and analyzed using Spearman's Rho
Correlation.
Results. Findings indicated that most of the respondents maintain the hygiene of
milk bottles with good knowledge was 47.0%, having good attitudes were 47.9%,
and good behavior was 59.9%. There was a significant correlation between ability
(p-value <0.001, r = 0.586) and the attitude (p-value <0.001, r = 0.693) with the
behavior of mothers in maintaining the hygiene of milk bottles for toddlers in the
Working Area of Public Health Centre II West Denpasar.
Conclusion. Mothers of toddlers are expected to maintain the hygiene of milk
bottles for toddlers correctly and adequately; therefore, the hygiene of milk bottles
is well maintained.

Keywords: Knowledge, Attitude, Behavior, Hygiene of Milk Bottles

x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DENGAN SPESIFIKASI ...................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN .............................................. v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PUBLIKASI SKRIPSI ............. vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI ................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xviii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................
xix BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8
A. Konsep Pengetahuan ..................................................................... 8
B. Konsep Sikap................................................................................. 14
C. Konsep Perilaku ............................................................................ 18
D. Konsep Higienitas Botol Susu ...................................................... 22
E. Susu Formula................................................................................. 30
F. Konsep Diare ................................................................................. 32
G. Konsep Dasar Balita ...................................................................... 37
H. Penelitian Terkait .......................................................................... 40
xi
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL ........... 44
A. Kerangka Konsep .......................................................................... 44
B. Hipotesis ........................................................................................ 46
C. Variabel Penelitian ........................................................................ 46
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 51
A. Desain Penelitian ........................................................................... 51
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 51
C. Populasi, Sample, Sampling .......................................................... 52
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 55
E. Analisa Data .................................................................................. 61
F. Etika Penelitian ............................................................................. 67
BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................... 70
A. Gambaran Tempat Penelitian ........................................................ 70
B. Karakteristik Umum Responden ................................................... 71
C. Hasil Penelitian Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan
Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat ................. 72
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................... 83
A. Pengetahuan Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu
pada Balita ..................................................................................... 83
B. Sikap Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita ...... 87
C. Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada
Balita ............................................................................................. 90
D. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga
Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Barat ........................................................ 94
E. Hubungan Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol
Susu pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
II Denpasar Barat .......................................................................... 96
F. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 98

xii
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 99
A. Simpulan........................................................................................ 99
B. Saran .............................................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3. 1 Kerangka konsep penelitian hubungan pengetahuan dan
sikap dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar

Barat..............................................................................................................................45
DAFTAR TABEL ........................................................................................................
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel..............................................................................................48
Tabel 4.1 Jumlah sampel yang di perlukan pada setiap Desa dengan Metode Stratified Random
Sampling...............................................................................................................................................55
Tabel 4.2 Kisi-kisi penyusunan kuesioner hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu
dalam menjaga higienitas botol susu pada balita di wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat.....58
Tabel 5.1 Karakteristik Umum Responden di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat Bulan
Maret 2021 (n = 217)............................................................................................................................71
Tabel 5.2 Pernyataan Pengetahuan Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas II Denpasar Barat Bulan Maret tahun 2021 (n=217)..............................................72
Tabel 5.3 Kategori Pengetahuan Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas II Denpasar Barat Bulan Maret tahun 2021 (n= 217).............................................73
Tabel 5.4 Pernyataan Sikap Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol susu pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Barat Bulan Maret tahun 2021 (n = 217)......................................................74
Tabel 5.5 Kategori Sikap Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Barat Bulan Maret tahun 2021 (n=217).........................................................75
Tabel 5.6 Pernyataan Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas II Denpasar Barat Bulan Maret tahun 2021 (n=217)...............................................76
Tabel 5.7 Kategori Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Barat Bulan Maret tahun 2021 (n = 217)......................................................79
Tabel 5.8 Tabel Silang Pengetahuan dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat Bulan Maret tahun 2021 (n=217).................79
Tabel 5.9 Tabel Silang Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat Bulan Maret tahun 2021 (n=217)............................81

Halaman

xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Kisi-kisi Kuesioner

Lampiran 3. Instrument Penelitian

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6. Surat Rekomendasi Penelitian dari Rektor Institut Teknologi dan


Kesehatan Bali

Lampiran 7. Surat izin Ethical Clearance dari Komite Etik Institut Teknologi dan
Kesehatan Bali

Lampiran 8. Formulir Pernyataan Face Validity

Lampiran 9. Surat Rekomendasi Dinas Kesehatan Kota Denpasar

Lampiran 10. Surat Rekomendasi Penelitian Puskesmas II Denpasar Barat

Lampiran 11. Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Satu Pintu Provinsi Bali

Lampiran 12. Surat Izin Penelitian dari Kesbangpolinmas Kota Denpasar

Lampiran 13. Surat Pernyataan Translate

Lampiran 14. Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 15. Lembar Pernyataan Analisa data

Lampiran 16. Hasil Analisa Data

xvi
DAFTAR SINGKATAN
ASI : Air Susu Ibu

BAB : Buang Air Besar

BPA : Bisphenol-A

CFR : Case Fatality Rate

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dinkes RI : Dinas Kesehatan Republik Indonesia

HDPE : High Density Polyethylene

IRT : Ibu Rumah Tangga

Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

KLB : Kejadian Luar Biasa

LDPE : Low Density Polyethylene

PET : Polyethulene Terephthalate

PNS : Pegawa Negeri Sipil

PP : Polypropylene

PS : Polystryrene

PVC : Polyvinyl Chloride

SD : Sekolah Dasar

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

UNICEF : United Nations Childrens Fund

WHO : Word Healt Organization

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyakit utama yang masih menjadi
masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang seperti
Indonesia. Hal tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare. Menurut World Healt Organization (WHO) tahun
2017 diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan
darah dan atau lendir.
Menurut WHO (2017), penyakit diare adalah penyebab kematian
kedua pada anak di bawah lima tahun, dan bertanggung jawab untuk
membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahunnya. Secara global, ada
hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak setiap tahun. Angka
berdasarkan kasus 4,6 miliar diare dan 1,6 juta kematian karena diare yang
terjadi di seluruh dunia di 2010, serupa dengan angka-angka yang terjadi di
tahuntahun berikutnya.

Di Indonesia menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


tahun 2019, penyakit diare merupakan penyakit endemis dan juga
merupakan penyakit yang berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) disertai
dengan kematian. Pada tahun 2018 terjadi 10 kali KLB yang tersebar di 8
provinsi, 8 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 756 orang dan
kematian 36 orang atau dengan presentase Case Fatality Rate (CFR)
4,76%. CFR diharapkan 1%, sedangkan pada tahun 2018 CFR diare
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017 yaitu menjadi 4,76%.
Penderita dengan kasus penyakit diare di Provinsi Bali masih
cukup tinggi ditemukan, Jumlah penemuan penderita diare mengalami
peningkatan pada tahun 2017 sebanyak 48.734 orang menjadi 56.725 pada
Tahun 2018. Kejadian diare pada balita ditemukan sebanyak 1.351 kasus
dan 1.182 kasus di Provinsi Bali. Angka kejadian diare pada balita di
Denpasar selama 3 tahun terakhir masih tinggi. Tahun 2018 kejadian diare
2

pada balita di Denpasar menempati peringkat pertama dari 9 Kabupaten di


Provinsi Bali sebanyak 785 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2019).
Pada tahun 2018 di kota Denpasar jumlah target penemuan
penderita diare balita kota Denpasar tahun 2018 adalah sebanyak 10.339
orang, penderita diare yang ditemukan dan dilayani sebanyak 3523 orang
(34,1%). Penderita balita yang mendapatkan oralit sebanyak 2985 orang
(84,7%) dan mendapatkan zink sebanyak 2,900 orang (82,3 %) (Dinkes
Provinsi Bali, 2019).
Menurut Dinas Kesehatan Kota Denpasar (2019), Prevelensi
kejadian diare pada balita tertinggi di Kota Denpasar yaitu di wilayah
Kerja Puskesmas II Denpasar Barat. Menurut data yang ditemukan di
Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat pada tahun 2018 prevelensi
kejadian Diare pada balita masuk kedalam 10 penyakit terbanyak dan
menduduki peringkat pertama yaitu jumlah target penemuan penderita
diare pada balita sebanyak 1.421 orang dan penderita diare balita yang
ditemukan dan dilayani sebanyak 878 orang.
Banyak faktor resiko yang diduga menjadi penyebab tingginya
tingkat kejadian diare pada balita, diantaranya faktor lingkungan, gizi,
kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku
masyarakat yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik, terutama
yang berhubungan dengan interaksi perilaku ibu dalam mengasuh anak.
Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare
yaitu tidak memberikan ASI secara penuh untuk 6 bulan pertama
kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada
suhu kamar, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, dan sebelum
menjajah makan (Utami, N. 2016).
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, terutama bayi umur
kurang dari 6 bulan. Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan ibu
tidak dapat menyusui, seperti harus kembali bekerja setelah masa cuti
melahirkan habis, ibu menderita suatu penyakit tertentu sehingga tidak
dapat menyusui atau hal-hal lainnya. Sehingga dengan kondisi diatas
pemberian ASI dapat dialihkan melalui botol susu. Cara-cara pemberian
3

ASI atau pun pemberian susu formula melalui botol harus memperhatikan
berbagai hal seperti cara mencuci botol susu dan cara penyimpanannya
(Setyaningsih dan Fitriyanti, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Ayaz, Furrukh, & Matee (2017)
mengatakan bahwa susu sebagai makanan pelengkap untuk bayi lebih
mudah dan terkontaminasi bakteri. Penelitian ini menemukan bahwa 52%
botol yang dianggap bersih oleh pengasuh di Rawal pindi Pakistan ternyata
telah terkontaminasi bakteri penyebab diare. Pencegahan risiko terjadinya
penyakit diare dapat dilakukan melalui perilaku keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan gizi untuk anaknya selalu memperhatikan
kebersihan.
Upaya pemerintah dalam pengendalian penyakit diare dengan
strategi tatalaksana melalui lima langkah tuntaskan diare (Lintas Diare)
sesuai standar di sarana kesehatan. Penanggulangan diare di titik beratkan
pada penanganan penderita untuk mencegah kematian dan promosi
kesehatan tentang hygiene sanitasi dan makanan untuk mencegah
penyebarluasan kasus diare (Kemenkes RI, 2019).
Tingginya angka kejadian diare pada bayi dan balita merupakan
masalah yang sangat serius dan perlu dicari jalan keluarnya. Salah satu
upaya untuk menurunkan resiko anak terkena diare akibat minum susu
botol yaitu dengan cara perawatan botol susu yang meliputi pengetahuan,
sikap dan praktek yang benar mengenai cara membersihkan, sterilisasi,
cara pemakian, dan penyimpan botol susu yang dilakukan oleh ibu. Cara
pencucian yang buruk membuat mikroorganisme atau bakteri berkembang
pada botol susu. Sisa susu yang masih menempel pada botol susu akibat
cara pencucian yang kurang baik menjadi media berkembangnya
mikroorganisme atau bakteri. Jika sisa lemak dan protein itu masih ada di
botol susu maka akan menjadi media untuk berkembangnya bakteri.
Bakteri yang berkembang itulah yang akan menjadi penyebab terjadinya
suatu penyakit dan salah satunya diare (Harris, dkk. 2017)
Botol susu merupakan sarana tempat berkembang biaknya kuman
maupun bakteri karena botol susu sulit dibersihkan. Perilaku ibu dalam
penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam
dibiarkan dilingkungan terbuka, sering menyebabkan infeksi karena botol
dapat tercemar oleh kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita
4

beresiko mengalami diare apabila perilaku perawatan botol susu yang


dilakukan ibu kurang tepat. Peran ibu sangat penting dalam kejadian diare
pada balita karena jika balita terserang diare maka ibu akan melakukan
beberapa tindakan terkait upaya pengobatan dan perawatan. Upaya yang
telah dilakukan ibu juga akan sangat menentukan perjalanan penyakit
anaknya. Bentuk tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal yaitu,
pengetahuan sikap dan perilaku. Apabila Perilaku didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut
akan bersifat langgeng (longlasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.
Jadi, Pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam
merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng (Notoatmodjo dalam
Yuliana 2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lanida dan
Farapti (2016) dengan cara wawancara dari 60 responden hanya 26 ibu
balita melalukan teknik membersihkan botol susu dengan baik, 18 ibu
teknik membersihkan botol susu dengan kategori buruk yaitu hanya
mencuci dengan sabun, dan 16 ibu hanya rendam dengan air mendidih
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan teknik dalam
menjaga higienitas botol susu dengan upaya pencegahan kejadian diare di
Kelurahan Sidotopo Kecamatan Semampir Kota Surabaya. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih dan Fitriyanti
(2015) yaitu terdapat hubungan perilaku ibu dalam membersihkan botol
susu dengan kejadian diare pada balita di Desa Sale Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan.
Penelitian lainnya yang mendukung pernyataan tersebut adalah
penelitian yang dilakukan oleh Harris, dkk. (2017) dari 33 responden
didapatkan hasil 12 (36,36%) memiliki pengetahuan yang baik terkait
higinitas botol susu 21 (63,63%) memiliki pengetahuan yang buruk terkait
higinitas botol susu. Hasil penelitian juga menunjukkan apabila balita
dengan higienitas botol susu yang buruk berisiko 3,5 kali lebih besar untuk
menderita diare dibanding dengan higienitas botol susu yang baik. Selain
itu, pada penelitian yang dilakukan Harris, dkk. (2017) Terdapat hubungan
bermakna antara higienitas botol susu dengan kejadian diare di wilayah
Puskesmas Kelayan Timur.
5

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Rothstein et al. (2019) dari


48 responden didapatkan hasil 6 (12,5%) responden melaporkan
menggosok bagian dalam botol dengan deterjen dan sikat botol, 9 (18,7%)
responden menggunakan sikat tanpa deterjen, 33 (68,8%) responden tidak
menggosok bagian dalam botol dengan deterjen dan sikat botol. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayaz, Furrukh, & Matee
(2017) dari 198 responden didapatkan hasil hanya 3 (1,5%) responden
mencuci botol susu dengan air yang direbus, distrerilkan dan diklorinasi
cairan, 15 (7,6 %) responden hanya mencuci botol susu dengan air biasa,
180 (90.9%) responden mencuci botol susu dengan sabun dan air.

Berdasakan uraian diatas mengingat tingginya angka kejadian


kasus diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat dan
masih terbatasnya penelitian terkait higienitas botol susu dengan kejadian
diare pada balita maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku Ibu dalam
menjaga higienitas botol susu pada balita di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Barat. Hasil penelitian ini nantinya dapat mengungkap hubungan
pengetahuan, sikap dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol
susu pada balita. Temuan tersebut nantinya dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam merumuskan kebijakan dan program untuk
menurunkan kejadian kasus diare pada balita dan menurunkan kejadian
luar biasa (KLB) disertai kematian.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti dapat merumuskan
masalah sebagai berikut: Bagaimanakah hubungan pengetahuan dan sikap
dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan
perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
2. Tujuan Khusus
6

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik umum ibu balita di wilayah


kerja Puskesmas II Denpasar Barat
b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu dalam menjaga higienitas
botol susu pada balita di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Barat.
c. Untuk mengidentifikasi sikap ibu dalam menjaga higienitas botol
susu pada balita di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
d. Untuk mengidentifikasi perilaku ibu dalam menjaga higienitas
botol susu pada balita di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Barat.
e. Untuk menganalisa hubungan pengetahuan dan sikap dengan
perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
informasi kepada masyarakat tentang pentingnya higienitas botol susu
pada balita.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai suatu pengalaman belajar dalam kegiatan penelitian,
sehingga dapat pengalaman dan meningkatkan wawasan peneliti
tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku
ibu pengguna botol susu balita.
b. Bagi Keluarga
Sebagai masukan dan pembelajaran bagi keluarga klien dalam
penggunaan botol susu yang benar.
c. Bagi masyarakat
Untuk masyarakat yang belum tahu akan bahaya penggunaan botol
susu yang bisa menimbulkan bakteri berkembangbiak yang bisa
7

menyebabkan diare pada balita, diharapkan untuk mau merubah


dan melakukan prilaku yang benar dalam penggunaan botol susu.
d. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi data diharapkan dapat menjadi masukan
tambahan dalam keilmuan terutama dalam bidang keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014) menyebutkan pengetahuan adalah
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui paca indra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Jadi Pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh
oleh seseorang melalui panca indra
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2014, ada 6 tingakat pengetahuan yang
dicapai dalam domain kognitif yaitu: a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.

8
9

c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau komdisi sebenarnya,
aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisi merupakan
kempuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
e. Sintesa (Syntesis)
Sintesa adalah kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada
misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat
meringkaskan, dapat membuat kesimpulan terhadap suatu teori
atau rumusan yang telah ada.
f. Penilaian (Evaluation)
Evaluasi yaitu menentukan nilai materi dan metode untuk
tujuan tertentu. Evaluasi bersangkutan dengan penentuan secara
kuantitatif atau kualitatif tentang nilai materi atau metode untuk
sesuatu maksud dengan memenuhi tolak ukur tertentu.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014) cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahaun dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Cara tradisional
1) Cara coba-salah (Trial and Error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila
10

seseorang menghadapi persoalan atau masalah upaya


pemecahnnya dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba
ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan
dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai
masalah tersebut dapat terpecahkan.
2) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena
tidak disengaja oleh orang bersangkutan.
3) Cara kekuasaan (otoritas)
Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
Kebiasaan seperti in bukan hanya terjadi pada masyarakat
tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat
modern. Kebiasaan ini seolah diterima dari sumbernya
sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan
tersebut dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik
formal maupun informal. Para pemuka agama, pemegang
pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang
otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan,
baik tradisi otoritas pemerintah otoritas pemimpin agama
maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
4) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh keberanan
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa yang lalu.
5) Cara akal sehat (common sense)
11

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat


menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian
hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh
banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks
pendidikan.
6) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari
Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan
diyakini oleh pengikut agama bersangkutan, terlepas dari
apakan kebenaran tersebut rasioanal atau tidak. Sebab
kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu
dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan
manusia.
7) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui
proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh
melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak
menggunakan cara yang rasional dan sistematis.
8) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaaan umat manusia
cara manusia berfikir ikut berkemban. Dari sini manusia
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan
cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pernyataan-pernyataan yang dikemukakan. Apabila proses
pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan
yang khusus kepada yang umum dinamakan induksi
sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan umum ke khusus.
9) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang
bersifat umum. Hal ini berarti dalam berfikir induksi
pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-
12

pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra kemudian


disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan
seseorang untuk memahami suatu gejala.
10) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataanpernyataan umum ke khusus. Di dalam proses
berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar
secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya
pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk
dalam kelas itu.
b. Cara Modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah. cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau metodelogi penelitian (research
metodelogi). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang
mengembangkan metode berpikir induktif kemudian
dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang menyatakan bahwa
dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan
observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap
semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya.

Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok:


1) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakaukan pengamatan
2) Segala sesuatu yang negaatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
3) Gejala-gejala muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014), faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan ada 7, yaitu: a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak
dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada
13

akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikiya.


Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan,
informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan perkejaan dapat menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
c. Umur
Bertambahnya umur seseorang akan menyebabkan terjadinya
perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan
fisik secara garis besar ada empat katagori perubahan, yaitu
perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya cirri-ciri lama
dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi
organ. Sedangkan pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
d. Minat
Minat merupakan suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam.
e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan
pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk
melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga
kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan.
g. Informasi
14

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat


seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
5. Cara Pengukuran Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014) pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari sumber penelitian atau responden.

B. Konsep Sikap
1. Definisi Sikap
Notoatmodjo (2014) menyebutkan bahwa sikap merupakan konsep yang
sangat penting dalam komponen sosio-psikologis, karena merupakan
kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Sikap adalah respon tertutup
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan
faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senangtidak senang,
setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya).
2. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2014) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan,
yaitu:
a. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding), yaitu dapat berupa memberikan jawaban
apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan.
c. Menghargai (valuating), yaitu dapat berupa mengajak orang lain
untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya
3. Komponen Sikap
Menurut Azwar (2012), struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang
saling menunjang yaitu:
a. Komponen kognitif (cognitive)
Disebut juga komponen perseptual, yang berisi kepercayaan
individu yang berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu
berpresepsi terhadap objek sikap, dengan apa yang dilihat dan
15

diketahui pengetahuan, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman


pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain.
b. Komponen efektif (affective)
Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional dan
subjektifitas individu terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa
senang) maupun negatif (rasa tidak senang).
c. Komponen konatif (konative)
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang, berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap


Menurut Azwar (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
terhadap suatu objek antara lain: a. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan
yang meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang.
Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
berulangulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap
diserap ke dalam individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan,
misalnya dalam kehidupan masyarakat yang hidup di pedesaan,
mereka akan mengikuti apa yang diberikan oleh tokoh masyarakat.
c. Kebudayaan
Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pembentukan sikap. Dalam kehidupan di masyarakat diwarnai
dengan kebudayaan yang ada di daerahnya.
d. Media masa
Media masa elektronik maupun media cetak sangat besar
pengaruhnya terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
seseorang. Dengan pemberian informasi melalui media masa
mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap.
e. Lembaga pendidikan
16

Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama berpengaruh dalam


pembentukan sikap, hal ini dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

5. Pembentukan sikap
Ada dua faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu faktor interisik
individu diantaranya kepribadian, intelegensi, bakat, minat, perasaan,
serta kebutuhan dan motivasi seseorang dan faktor ekstrisik antara lain
adalah faktor lingkungan, pendidikan, ediologi, ekonomi, dan politik.
Selain itu ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
diantaranya pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain, media massa,
institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta emosi
dalam diri individu (Notoatmodjo, 2014)
6. Pengukuran sikap
Menurut Notoatmodjo (2014), pengukuran sikap dapat dilakukan
berdasarkan jenis atau metode penelitian yang digunakan.
1. Kuantitatif
Pengukuran sikap dalam penelitian kuantitatif, digunakan dengan
dua cara seperti pengukuran pengetahuan, yakni: a. Wawancara
Metode wawancara untuk pengukuran sikap sama dengan
pengukuran pengetahuan, bedanya pada substansi
pertanyaannya saja. Jika pada pengukuran pengetahuan
pertanyaannya menggali jawaban yang diketahui oleh
responden, sedangkan pengukuran sikap pertanyaannya
menggali pendapat atau penilaian responden terhadap objek.
b. Angket
Demikian pengukuran sikap menggunakan metode angket,
juga menggali pendapat atau penilaian responden terhadap
objek kesehatan melalui pertanyaan dan jawaban tertulis.
2. Kualitatif
Pengukuran sikap dengan metode kualitatif, substansi
pertanyaannya sama dengan pertanyaan pada metode penelitian
kuantitatif, yaitu wawancara mendalam dan Diskusi Kelompok
Terfokus (DKT). Dalam wawancara mendalam dan diskusi
17

kelompok terfokus yakni seperti pertanyaan dalam metode


penelitian kuantitatif untuk sikap, tetapi pertanyaannya bersifat
menggali pendapat atau penilaian responden terhadap objek
(Notoatmodjo,2014)

C. Konsep Perilaku
1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah suatu reaksi atau tanggapan individu yang dapat
terwujud melalui gerakan (sikap) tidak hanya berupa badan atau ucapan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Perilaku adalah suatu bentuk aktivitas manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar dimana
aktivitas atau tindakan ini memiliki bentangan yang sangat luas, seperti:
berjalan, menangis, berbicara, bekerja, tertawa, kuliah, menulis, membaca
dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2014)
Dari tanggapan beberapa ahli tersebut, penulis dapat menyimpulkan
bahwa perilaku merupakan suatu tindakan, aktivitas, atau perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang berdasarkan suatu stimulus yang berasal dari
dalam diri dan hal tersebut dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung oleh pihak luar.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
a. Faktor genetik atau faktor internal.
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal
untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor
genetik berasal dari dalam diri individu (Internal), antara lain:
1) Ras
Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda
satu dengan yang lainya.
2) Jenis kelamin
Perbedan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara
berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku
atas dasar pertimbangan rasional atau akal sedangkan wanita atas
dasar pertimbangan, emosional tau perasaan.
3) Sifat fisik
18

Kalau diamati perilaku individu berbeda-beda karena sifat


fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk
berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
4) Sifat kepribadian
Perilaku individu adalah manifestasi dari kepribadian yang
dimilikinya sebagai perpaduan antara faktor genetik dan
lingkungan. Perilaku individu tidak ada yang sama karena adanya
perbedaan kepribadian yang dimiliki individu yang dipengaruhi
oeh aspek kehidupan seperti pengalaman, usia, watak, tabiat,
sistem norma, nilai dan kepercayaan yang dianutnya.
5) Bakat pembawaan
Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan
serta bergatung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.
6) Inteligensi
Kita mengenal ada individu yang inteligen, yaitu individu yang
dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan
mudah. Sebaliknya, bagi individu yang memiliki intelegensi
rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat
(Notoatmodjo, 2014)
b. Faktor eksternal atau faktor dari luar individu
1) Faktor lingkungan
Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik fisik, biologi, maupun sosial. Ternyata lingkungan
sangat berpengaruh terhadap perilaku individu karena lingkungan
merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.
2) Pendidikan
Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan
individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi
individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun
informal. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya
melibatkan masalah perilaku maupun kelompok.
3) Agama
Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam
kontruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara
berpikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku individu.
19

4) Sosial ekonomi
Lingkungan sosial dapat menyangkut sosial budaya dan sosial
ekonomi. Khusus menyangkut lingkungan sosial ekonomi, sebagai
contoh keluarga yang status ekonominya berkecukupan akan
mampu menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini akan berpengaruh terhadap
perilaku individu-individu yang ada di dalam keluarga tersebut.
Sebaliknya keluarga yang sosial ekonominya rendah akan
mengalami kesulitan didalam memenuhi kebutuhan hidup
seharihari.
5) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau
peradaban manusia, ternyata hasil kebudayaan manusia akan
mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri (Notoatmodjo, 2014).
3. Proses Pembentukan Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2014) perilaku merupakan hasil hubungan
antara perangsang (stimulus) dan respon. Perilaku baru terjadi apabila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yaitu yang disebut
rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau
perilaku tertentu. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena
adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun
tidak langsung
Individu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seorang,
pribadi orang (terpisah dari orang lain), organisme yang hidupnya berdiri
sendiri, secara fisiologi ia bersifat bebas tidak mempunyai hubungan
organik dengan sesamanya).
4. Domain Perilaku
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dimana hal ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2014)
Pengetahuan mencakup 6 tingkan di dalam domain kognitif: 1)
Tahu
Dapat mengingat kembali suatu materi yang telah di pelajari.
20

2) Memahami kemampuan untuk menjelaskan dan


menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
3) Penerapan
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang nyata.
4) Analasis
Kemampuan untuk menguraikan suatu objek kedalam bagian-
bagian lebih kecil
5) Sintesis
Suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam
bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi
Kemampuan melakukan suatu penilaian terhadap suatu objek.
b. Tindakan
Suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu
tindakan, sama seperti halnya pengetahuan dan sikap, tindakan juga
memiliki tingkatan-tingkatan, yaitu:
1) Persepsi
Mekanisme mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil.
2) Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh.
3) Mekanisme
Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu ajakan
orang lain.
4) Adopsi
Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya
tindakan itu telah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran
dari tindakan tersebut.

(Notoatmodjo, 2014).

D. Konsep Higienitas Botol Susu


1. Definisi Higienitas
21

Higienitas berasal dari kata hygiene dan itas. Hygiene mencakup


upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
subjeknya dan itas adalah akhiran, akhiran adalah imbuhan yang terletak
di akhir kata. Fungsi dari imbuhan itas adalah untuk membentuk kata
benda (Wiyanto, 2012 dalam Batubara, 2018). Jadi higienitas adalah
upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
objeknya yaitu botol susu (Depkes RI, 2004).
Menurut UU No. 2 tahun 1996, hygiene adalah semua usaha untuk
memelihara, melindungi, dan meningkatkan derajat kesehatan badan,
jiwa, baik untuk umum maupun perorangan yang bertujuan memberikan
dasardasar kelanjutan hidup yang sehat, serta meningkatkan kesehatan
dalam perikemanusiaan
Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain
karena erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci
tangan, tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air
bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna. Higiene dan sanitasi
merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas makanan dimana
Escherichia coli sebagai salah satu indikator terjadinya pencemaran
makanan yang dapat menyebabkan penyakit akibat makanan (food borne
diseases). Escherichia coli dalam makanan dan minuman merupakan
indikator terjadinya kontaminasi akibat penanganan makanan dan
minuman yangkurang baik. Minimnya pengetahuan para penjaja makanan
mengenai cara mengelola makanan dan minuman yang sehat dan aman,
menambah besar resiko kontaminasi makanan dan minuman yang
dijajakannya (Ningsih, 2014)

2. Higienitas Botol Susu


Higienitas botol susu adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan objeknya yaitu botol susu yang
meliputi persiapan penggunaan botol susu, penyajian, dan penyimpanan
(Depkes RI, 2004).
Menurut (Fitriyanti, 2015) ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi higienitas botol susu:
a. Kebiasaan mencuci tangan
b. Cara pemakaian botol susu
c. Cara membersihkan botol susu
22

d. Tempat penyimpanan botol susu


3. Manfaat Higienitas
Menurut UNICEF (2009) dalam Batubara (2018), manfaat
higienitas botol susu adalah salah satu cara untuk mendorong berperilaku
higienis untuk mencegah penyebaran penyakit diare.
4. Faktor yang mempengaruhi hygiene seseorang
Perilaku seseorang melakukan higienitas dipengaruhi oleh sejumlah
faktor antara lain:
a. Citra tubuh (body image)
Penampilan umum penjamah makanan dapat menggambarkan
pentingnya personal hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh
merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.
Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan
citra tubuh.
b. Praktik social
Kelompok-kelompok sosial dapat mempengaruhi bagaimana
seseorang dalam pelaksanan praktik personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi
Pendapatan keluarga akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk
menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan
untuk menunjang hidup dan kelangsungan hidup keluarga.
Sumberdaya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkatan
praktik personal hygiene.
d. Pengetahuan
Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan
tentang pentingnya personal hygiene dan implementasinya bagi
kesehatan mempengaruhi praktik personal hygiene.
e. Kebudayaan
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perilaku
hygiene. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda,
mengikuti praktek personal hygiene yang berbeda. Keyakinan yang
didasari budaya sering menentukan defenisi tentang kesehatan dan
perawatan diri.
f. Kebiasaan seseorang
23

Kebiasaan seseorang akan mempengaruhi tindakan orang tersebut


dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dalam menyiapkan susu
menggunakan botol susu yang tidak menerapkan perilaku hygiene
dalam mengolah menyajikan susu tersebut akan menjadikan sebuah
kebiasaan jika hal itu dilakukan secara terus menerus sehingga
mempengaruhi kesehatan balitnya (Depkes RI, 2000 dalam Batubara,
N. 2018).

5. Botol Susu
Botol susu yang aman untuk bayi adalah botol susu yang bebas dari
polikarbonat yang mengandung BPA (Bisphenol-A). BPA dapat
menimbulkan beberapa masalah kesehatan pada anak seperti gangguan
hormon, reproduksi, gangguan saraf, dan sistem daya tahan tubuh yang
berpengaruh pada proses perkembangan anak. Bahaya tersebut dapat
dihindari dengan memilih botol susu yang aman, tepat, dan terjaga
kualitasnya
Botol susu merupakan sarana tempat berkembang biaknya kuman
maupun bakteri karena botol susu sulit dibersihkan. Perilaku ibu dalam
penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-
jam dibiarkan dilingkungan terbuka, sering menyebabkan infeksi karena
botol dapat tercemar oleh kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita
beresiko mengalami diare apabila perilaku perawatan botol susu yang
dilakukan ibu kurang tepat.
a. Cara memilih botol susu yang aman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih botol susu, yaitu:
1. Pilihlah botol susu yang sesuai dengan usia bayi. Perlu
memperhatikan ujung botol bayi dan pastikan sesuai ukuran mulut
bayi.
2. Saat memilih botol susu, pastikan produk tersebut tidak
mengandung bahan kimia berbahaya. Pilihlah botol susu yang
terdapat tulisan “recycle” yang berarti bisa digunakan kembali,
atau pilihlah produk dengan tanda “food grade. Perlu diketahui,
kodekode tersebut merupakan informasi tentang jenis plastik botol
tersebut. Menurut Menteri Perindustrian RI Nomor
24

24/MIND/2/2010, berikut beberapa kode yang biasanya ada pada


botol, yaitu:
a. PP atau polypropylene adalah bahan yang paling aman
digunakan seperti untuk botol susu bayi atau tempat makanan.
b. LDPE atau Low Density Polyethylene adalah bahan yang dapat
di daur ulang. Bahan ini cocok untuk tempat makanan.
c. PET atau Polyethilene Terephthalate adalah bahan yang
biasannya dipakai untuk kemasan air mineral dan hanya untuk
sekali pakai saja. Tidak digunakan dengan air panas atau hangat.
d. HDPE atau High Density Polyethylene adalah bahan yang
direkomendasikan hanya untuk sekali pakai saja. Bahan jenis ini
biasanya digunakan untuk botol susu yang berwarna putih susu.
e. PVC atau Polyvinyl Chloride adalah bahan plastik yang
berbahaya untuk ginjal dan hati. Bahan jenis ini sulit di daur
ulang.
f. PS atau Polystyrene adalah bahan yang biasa digunakan untuk
tempat minum sekali pakai atau tempat makan dari Styrofoam.
Bahan jenis styrene berbahaya untuk otak dan system saraf.
Bahkan beberapa negara sudah melarang pemakaian bahan ini.
g. Otther, jika anda mendapatkan produk dengan symbol yang
bertuliskan kata “other” artinya adalah produk tersebut
menggunakan salah satu bahan plastik yang berasal dari
Polycarbonate, Polylactic Acid, Acrylonitrile Butadiene Styrene
Acrylc, Nylon atau Fiberglass. Sebaiknya menghindari produk
yang bertuliskan “Polycarbonate” karena mengandung
bisphenol-A (BPA) yang bisa berbahaya bagi perkembangan
anak, sistem reproduksi, saraf, daya tahan tubuh dan bisa
menyebabkan kanker.
b. Langkah-langkah Membersihkan botol
Standard Operasional Prosedur mencuci botol susu menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 adalah:
1) Cuci botol susu bayi dengan segera, setelah digunakan. Cara ini
untuk mencegah susu lama atau kotoran terakumulasi di dalam
botol.
2) Kumpulkan bahan-bahan yang tepat untuk mencuci.
25

3) Pastikan anda memiliki:


a) Sikat pembersih botol yang membantu anda membersihkan
bagian dasar dan sisi botol, sikat karet dot yang membantu
membersihkan dot yang rentan sebagai tempat berkumpulnya
bakteri.
b) Cairan pencuci yang dirancang khusus untuk botol bayi anda.
Cairan ini sangat lembut dan tidak beracun, serta tidak akan
meninggalkan sisa-sisa sabun pada botol.
c) Jika akan menggunakan botol susu plastik, pastikan botol
tersebut bebas dari Bisfenol-A.
4) Isilah bak cuci dengan air sabun panas.
a) Sebelum mencuci botol, membersihkan bak cuci yang akan
anda gunakan terlebih dahulu adalah ide yang bagus untuk
menghilangkan bakteri atau bahan kimia yang potensial.
b) Gunakan spons untuk menggosok bagian dasar dan samping
bak cuci tersebut, dan sekitar lubang pembuangannya, serta
gunakan air panas.
c) Setelah bak cuci tersebut bersih dan kering, isi dengan sabun
pencuci piring dan dengan air panas (sepanas yang dapat
ditahan dengan nyaman oleh tangan).
5) Buka semua bagian botol dan cucilah masing-masing bagiannya
secara berpisah. ketika mencuci botol balita, melepas bagiannya:
botol, cincin, dot, dan karet dotnya secara terpisah adalah penting
a) Melepas bagian-bagian ini penting karena banyak susu lama
yang terkumpul di cincin dot dan karet dot, yang dapat
menyebabkan tumbuhnya bakteri.
b) Masukkan semua bagian botol ke dalam air sabun panas, dan
cucilah secara terpisah.
Gunakan sikat botol dan sikat karena dot untuk dot plastik dan
untuk dot plastik dan cincin dotnya.

6) Sebagai alternatif, cucilah botol dalam mesin cuci piring.


7) Jika botol anda berlabel aman untuk dicuci dengan mesin pencuci
piring anda dapat meneruskan mencucinya di mesin tersebut.
26

a) Letakkan botolnya terbalik di rak mesin pencuci yang paling


atas, jauh dari elemen pemanas
b) Anda dapat membeli keranjang yang aman yang khusus untuk
dimasukkan ke mesin pencuci piring ditoko pelatan bayi, untuk
meletakkan karet dot dan cinci dot
8) Biarkan dotnya benar-benar kering. Setelah mencuci, bilas
bagianbagian botol secara menyeluruh dengan air panas yang
mengalir untuk menghilangkan busa atau sisa sabun.
a) Letakkan bagian-bagian botol pada rak pengering.
b) Pastian botol-botol dikeringkan dilokasi yang berventilasi
dengan baik untuk memastikan botol tersebut benar-benar
kering. Botol yang lembab dalam waktu yang terlalu lama
dapat ditumbuhi jamur
c) Cuci tangan anda sebelum menggunakan botol tersebut. Segera
setelah botol kering, cuci tangan dengan air bersih dan sabun.
c. Mensterilkan botol
Menurut Akademi Pediatrik Amerika (The American Academy of
Pediatrics), mencuci botol dengan air sabun yang hangat cukup efektif
untuk membersihkannya, selama air tersebut aman untuk diminum
Namun demikian, mensterilkan botol baru sebelum digunakan untuk
pertama kali dan mensterilkan botol yang telah dicuci dengan air
secara benar setiap kali selesai digunakan adalah penting.
1) Gunakan alat pensteril botol
a) Dengan kedua tipe alat sterilisasi tersebut, botol direndam
dalam uap dengan temperatur 212 derajat Fahrenheit (atau
100 derajat Celsius), yang membunuh semua bakteri.
b) Dengan alat sterilisasi elektris, anda tinggal menambahkan air,
menata botol, cincin botol, dan karena dot (diberi jarak),
menutup alat tersebut dengan penutupnya, mencolokkan alat
tersebut ke listrik dan menyalakannnya. Proses sterilisasi
memakan waktu 10 menit.
c) Dengan alat sterilisasi microwave, prosesnya sebenarnya
sama. Setelah botolnya berada didalam alat sterilisasi,
tempatkan didalam mikrowave, dan panaskan dengan panas
27

penuh selama 4 hingga 8 menit, tergantung pada watt atau


daya microwave.
2) Sterilkan botol dalam air mendidih
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013,
cara ini merupakan cara lama yaitu mensterilkan botol hanya
dengan merebusnya didalam sepanci air.
a) Ambil sepanci air untuk direbus, kemudian masukkan
bagianbagian botol, tutup pancinya, botol harus terendam
seluruhnya sehingga tidak ada udara didalam botol
b) Panci ditutup dan dibiarkan sampai mendidih selama 5-10
menit
c) Biarkan botol didalam panci tertutup dan air panas sampai
segera akan digunakan
d) Cuci tangan dengan sabun sebelum mengambil botol dan dot
e) Bila botol tidak langsung digunakan setelah direbus:
1) Keringkan botol dan dot dengan menempatkannya di rak
khusus botol pada posisi yang memungkinkan air rebusan
menetes.
2) Setelah kering botol disimpan ditempat yang bersih,
kering dan tertutup
3) Dot dan penutupnya terpasang dengan baik
f) Cara ini paling bagus untuk mensterilkan botol susu dari kaca,
namun juga baik untuk mensterilkan botol plastik (asal botol
tersebut tidak mengandung BPA).
E. Susu Formula
1. Definisi Susu formula
Menurut WHO (2013), susu botol atau susu formula yaitu susu
yang diproduksi oleh industry untuk keperluan asupan gizi yang
diperlukan oleh bayi atau balita. Susu formula kebanyakan tersedia dalam
bentuk bubuk, biasanya terbuat dari susu sapi atau susu kedelai
diperuntukkan khusus untuk bayi dan komposisinya disesuaikan
mendekati komposisi ASI serta biasanya diberikan didalam botol.
Menurut Khasanah (2011) menyatakan bahwa susu formula
merupakan suatu susu sapi atau sumber lain yang susunan gizinya
(nutrient, diubah sedemikian rupa, sehingga dapat diberikan kepada bayi.
28

Dari tanggapan beberapa ahli tersebut, penulis dapat


menyimpulkan bahwa susu formula merupakan suatu makanan
pendamping untuk bayi selain ASI yang memilik kandungan nutrient dan
zat gizi yang hampir sama dengan ASI.
2. Jenis Susu Formula
Menurut Bambang (2011), produk susu formula berupa tepung
susu yang diformulasikan sedemikian rupa sehingga komposisinya
mendekati ASI. Komposisi susu formula bervariasi tergantung pada
industri pembuatannya. Di Indonesia beredar susu formula dengan
berbagai merek dagang, akan tetapi dapat dibagi menjadi 3 golongan
sebagai berikut:
a. Susu Formula Adapted
Adapted berarti disesuaikan dengan keadaan fisiologis bayi, susu
formula ini komposisinya sangat mendekati ASI, sehingga cocok
digunakan bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Formula adafted
yang beredar di Indonesia antara lain Vitalac, Nutrilon, Bebelac,
Dumex dan Enfamil.
b. Susu Formula Complete Starting
Susu formula ini susunan zat gizinya lengkap dan dapat diberikan
sebagai formula permulaan. Kadar protein dan kadar mineral susu
formula ini lebih tinggi dibandingkan dengan susu formula adapted.
Karena cara pembuatannya lebih mudah dibandingkan dengan
formula adapted, maka harga susu formula ini lebih murah. Untuk
menghemat biaya biasanya diberikan susu formula sampai umur 3
bulan selanjutnya diberikan susu formula ini. Susu formula complete
starting yang beredar di Indonesia antara lain SGM, Lactogen 1 dan
New Comelpo.
c. Susu Formula Follow-Up
Pengertian follow up dalam susu formula ini adalah lanjutan yaitu
menggantikan susu formula yang sedang digunakan dengan susu
formula ini. Susu formula ini diperuntukkan untuk bayi berumur 6
bulan keatas. Contoh susu formula follow-up adalah Lactogen-2,
Chilmil, Promil dan Nutrima.
3. Cara Penayajian dan Pemberian Susu Formula.
29

Standard Operasional Prosedur penyajian susu menurut Peraturan


Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 meliputi:
a. Membersihkan tempat penyiapan susu formula bayi.
b. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian
keringkan.
c. Rebus air minum sampai mendidih selama 10 menit dalam panci
tertutup.
d. Setelah mendidih, biarkan air tersebut didalam panci tertutup
selama 10 -15 menit agar suhunya turun menjadi tidak kurang dari
70°C.
e. Tuangkan air tersebut (suhunya tidak kurang dari 70°C) sebanyak
yang dapat dihabiskan oleh bayi (jangan berlebihan) ke dalam
botol susu yang telah disterilkan.
f. Tambahkan bubuk susu sesuai takaran yang dianjurkan pada label.
g. Tutup kembali botol susu dan kocok sampai susu larut dengan
baik. 4. Penyimpanan
Bila susu tidak langsung diberikan kepada bayi, simpan susu di
dalam botol tertutup rapat didalam ruang utama kulkas. Susu formula
yang disimpan dalam kulkas dapat bertahan selama 24 jam. Dalam
suhu ruangan, susu formula dapat bertahan selama tiga jam (Soetomo,
2010).

F. Konsep Diare
1. Definisi Diare
Diare merupakan salah satu penyakit utama yang masih menjadi
masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang seperti
Indonesia. Hal tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare (WHO, 2017).
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai
dengan darah dan atau lendir. Diare merupakan salah satu masalah
kesehatan terbesar di masyarakat, penyakit yang berbasis lingkungan
terutama karena masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik
maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.
Penyakit diare dapat berakibat fatal dan menjadi penyakit berbahaya
30

karena dapat menyebabkan kematian dan menimbulkan kejadian luar


biasa (Dinas kesehatan Provinsi Bali, 2017).
Diare adalah penyakit yang di tandai dengan terjadinya perubahan
bentuk dan konsentrasi tinja yang melembek sampai dengan cair dengan
frekuensi lebih dari lima kali sehari. Diare dapat merupakan penyakit
yang sangat akut dan berbahya karena sering mengakibatkan kematian
bila terlambat penanganannya (Pudiastuti, 2011)
Dari tanggapan beberapa ahli tersebut, penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengertian dari diare adalah frekuensi buang air
besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi encer dapat disertai
lendir, darah maupun tidak.
2. Etiologi Diare
Menurut (Ngastiyah, 2014) diare disebabkan oleh faktor infeksi,
malabsorpsi gangguan penyerapan zat gizi, makanan dan faktor
psikologis.
a. Faktor Infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare
pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain
1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
enteral sebagai berikut :
a) Infeksi oleh bakteri: Escherichia coli, salmonella thyposa,
vibrio cholera, dan serangan bakteri lain yang jumlahnya
berlebihan dan patogenik seperti pseudomonas.
b) Infeksi virus yaitu Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain
lain.
c) Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides, Trichuris,
Oxyuris, Strongyloides); ptotozoa (Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida
albicans).
2) Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis,
bronkopneu-monia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
31

b. Faktor Malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi
karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat pada bayi, kepekaan
terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare.
Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam dan sakit di
daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam
makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida,
dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles
yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan
mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan
baik.
c. Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang
tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak mentah (sayuran) dan
kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah
mengakibatkan diare pada anak-anak balita.
d. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita,
umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.
3. Manifestasi Klinik
Menurut (Ngastiyah, 2014), manifestasi klinik penyakit diare
antara lain cengeng, rewel, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan
menurun, feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya
darah. Kelamaan feses ini akan berwarna hijau dan asam, anus lecet,
dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume
dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung,
penurunan kesadaran dan diakhiri dengan syok, berat badan menurun,
turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut serta kulit
menjadi kering.
4. Klasifikasi Diare
Terdapat beberapa pembagian diare (Octa, dkk. 2014)
a. Berdasarkan lamanya diare:
1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
32

2) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari


dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah
(failure to thrivel) selama masa diare tersebut
b. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
1) Diare sekresi (secretory diarrhea)
2) Diare osmotic (osmotic diarrhea)
5. Patofisiologi Diare
Menurut (Sweetser, 2012) diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih
patofisiologi / patomekanisme di bawah ini:
a. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini
yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak
sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan
puasa makan / minum
b. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obatan / zat
kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2),
malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi glukosa / galaktosa
Malabsorpsi asam empedu dan lemak. Diare tipe ini didapat pada
gangguan pembentukan / produksi micelle empedu dan penyakit-
penyakit saluran bilier dan hati
c. Defek sistem pertukaran anion / transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disesbabkan adanya hambatan mekanisme transport
aktif NA+ dan air yang abnormal
d. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas
usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebabnya atara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi,
hipertiroid.
e. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada
beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight
junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik
33

menyebabkan air, elektrolit, mucus, protein dan seringkali sel darah


merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare
akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare
osmotik dan diare sekretorik (Juffrie, 2010).
f. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari
sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non invasif dan
invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare
karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut.
6. Gambaran Klinis
Diare terjadi dalam kurun waktu atau sama dengan 15 hari disertai
dengan demam, nyeri abdomen dan muntah. Jika diare berat dapat
disertai dehidrasi. Muntah-muntah hampir selalu disertai diare akut,
baik yang disebabkan bakteri, virus V. Choerae, E. Coli pathogen dan
virus biasanya menyebabkan watery diarrhea sedangkan
camphylobacter dan amoeba menyebabkan bloody diarrhea (Ngastiyah,
2014).
7. Pemeriksaan Laboratorium
Pemerisaan laboratorium lengkap pada diare umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keaadan tertentu mungkin diperlukan, misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain
diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat
dilakukan untuk menentukan diagnose pasti. Secara makroskopik harus
diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak,
dan lain-lain. Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit,
eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri dan lain-lain.
8. Komplikasi Diare
Menurut (Ngastiyah,2014), akibat diare dan kehilangan cairan
serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi
sebagai berikut dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik,
hipertonik), hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot,
lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram), renjatan
hipovolemik, hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan vili
mukosa usus dan defisiensi enzim laktase, kejang (terjadi pada
34

dehidrasi hipertonik), malnutrisi energi protein (akibat muntah dan


diare, jika lama atau kronik)
9. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2019), prinsip tatalaksana diare pada balita
adalah LINTAS DIARE (lima langkah tuntaskan diare), yang didukung
oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO.
Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/
menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare
juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS
DIARE yaitu:
a. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah.
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
c. Teruskan pemberian ASI dan makanan
d. Antibiotik selektif
e. Nasehat kepada orang tua / pengasuh

G. Konsep Dasar Balita


1. Definisi Balita
Anak Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Anak Balita
adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun atau biasa digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan (Kemeskes RI, 2015)
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia balita, anak masih tergantung penuh
kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang
air dan makan, perkembangan berbicara dan berjalansudah bertambah
baik, namun kemampuan lain masih terbatas (Marmi, 2012)
Dari beberapa menurut para ahli penulis dapat menyimpulkan, balita
merupakan anak bawah lima tahun yaitu dengan rentang umur 1-5 tahun
atau dalam bulan 12-59 bulan.
2. Pertumbuhan Balita
Penilaian tumbuh kembang meliputi evaluasi pertumbuhan fisis (kurva
atau grafik berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan
lingkar perut), evaluasi pertumbuhan gigi geligi, evaluasi neurologis, dan
35

perkembangan sosial serta evaluasi keremajaan (Andriani dan Wirjatmadi,


2012).
a. Pertumbuhan tinggi dan berat badan
Selama tahun kedua, angka penambahan berat badan adalah 0,25
kg/bulan. Lalu, menjadi sekitar 2kg/bulan sampai berusia 10 tahun.
Panjang rata-rata pada akhir tahun pertama bertambah 50% (75 cm)
dan menjadi dua kali lipat pada akhir tahun keempat (100 cm). Nilai
baku yang sering dipakai adalah grafik (peta pertumbuhan atau growht
chart) yang disusun oleh NCHS untuk berat badan dan tinggi badan
(Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
b. Perkembangan indra
Pada usia ini, kelima indra anak yaitu indra penglihatan,
pendengaran, pengecap, penciuman, peraba diharapkan sudah
berfungsi optimal. Sejalan dengan perkembangan kecerdasan dan
banyaknya katakata yang ia dengar, anak usia prasekolah sudah dapat
berbicara dengan menggunakan kalimat lengkap yang sederhana
(Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
c. Pertumbuhan gigi
Pembentukkan struktur gigi yang sehat dan sempurna
dimungkinkan dengan gizi yang cukup protein, kalsium, fosfat dan
vitamin (terutama vitamin C dan D). Klasifikasi gigi dimulai pada
umur janin lima bulan mencakup seluruh gigi susu. Erupsi gigi yang
terlambat dapat ditemukan pada hipotiroidisme, gangguan gizi dan
gangguan pertumbuhan (Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
Terdapat perbedaan pertumbuhan pada balita yang mengalami
gangguan pertumbuhan dengan balita yang pertumbuhannya normal.
Balita normal dan balita dengan pertumbuhan terganggu pada awalnya
mengalami tingkatan pertumbuhan yang sama, biasanya hal ini terjadi
pada usia bayi. Namun pada usia balita perbedaan pertumbuhan akan
terlihat. Pada balita yang mendapatkan asupan gizi secara baik saat
usia bayi dan janin akan tumbuh secara normal sesuai dengan usianya
(Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
3. Status Gizi balita
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2010:3). Sedangkan menurut
36

Supariasa (2012), status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara
asupan makan dengan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sehingga,
status gizi merupakan keadaan seseorang sebagai gambaran dari asupan zat
gizi dan kebutuhan zat gizi yang diukur dengan indikator tertentu.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi balita yaitu
pola pengasuhan, infeksi penyakit, asupan makanan, ketahanan pangan di
keluarga, riwayat ASI eksklusif, tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
orang tua serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan (Supariasa,
2012)
4. Masalah Kesehatan Pada Balita
Menurut Su Laurent dan Peter Reader, (2010) dalam Yeni Wulandari
(2013), ada beberapa masalah kesehatan pada balita yang umum terjadi
dan kemungkinan penyebabnya, yaitu:
a. Batuk-batuk (kemungkinan disebabkan oleh selesma, atau dikenal juga
sebagai infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), asma, bronkiolitis,
batuk rejan atau pneumonia.
b. Diare (Pada bayi di bawah usia 3 tahun (batita) terkadang diare
disebabkan oleh sistem pencernaan yang belum sempurna.)
c. Sulit bernapas (disebabkan karena kondisi seperti asma, bronkiolitis
atau pneumonia)
d. Sakit telinga (disebabkan oleh adanya infeksi pada telinga bagian
tengah dan luar
e. Menangis berlebihan (kondisi yang mengakibatkan sakit perut, nyeri
pada tulang atau adanya infeksi tulang)
f. Demam (merupakan pertanda terjadinya infeksi dan masalah kesehatan
pada batita yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
g. Kejang yang disebabkan karena demam yang terlalu tinggi.
h. Ruam yang disebabkan oleh banyak hal, seperti penyakit infeksi,
alergi, eksim dan juga infeksi kulit
i. Sakit perut (salah satu penyebab yang paling umum adalah sembelit
(konstipasi) atau susah buang air besar dan gastroenteritis.

j. Muntah (disebabkan oleh infeksi seperti gastroenteritis, infeksi saluran


kemih, keracunan makanan atau masalah struktural misalnya refluks
atau stenosis pilorik).
37

H. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Lanida dan Farapti (2016) tentang
pencegahan kejadian diare pada balita melalui higienitas botol susu.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cara menjaga higienitas
botol susu dalam mencegah kejadian diare pada balita di Kelurahan
Sidotopo, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya. Penelitian ini
merupakan penelitian analitik observasional dengan desain studi cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki balita
di Kelurahan Sidotopo, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya.
Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode simple random
sampling dengan perhitungan berdasarkan rumus slovin sehingga
sampel yang didapat sebanyak 60 balita. Pengumpulan data dilakukan
mulai dari tanggal 2 Januaria - 5 Februari 2018 Pengumpulan data
dengan mengggunakan kuisioner dan wawancara mendalam. Analisis
data menggunakan uji chisquare. Penelitian ini menunjukkan bahwa
teknik menjaga higienitas botol susu dapat mencegah kejadian diare
pada balita (p < 0.05). Hasil uji chi square menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara teknik mencuci tangan ibu dengan
menggunakan sabun dan tidak menggunakan sabun dengan kejadian
diare (p = 0,03), namun hasil uji pada perilaku kebiasaan cuci tangan
ibu dengan kejadian diare menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p =
0,27). Simpulan dari penelitian ini yaitu Ada hubungan teknik dalam
menjaga higienitas botol
susu dengan upaya pencegahan kejadian diare di Kelurahan Sidotopo
Kecamatan Semampir Kota Surabaya.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Harris, dkk. (2017) tentang hubungan
higienitas botol susu dengan kejadian diare di wilayah Puskesmas
Kelayan Timur Banjarmasin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan higienitas botol susu dengan kejadian diare di wilayah
Puskesmas Kelayan Timur. Penelitian bersifat observasional analitik
dengan pendekatan case control. Analisis data menggunakan uji
Chisquare dan prevalence odds ratio. Sampel yang diambil sebanyak
66 sampel, dimana 33 sampel yang diambil sebagai kelompok kasus
menunjukkan 21 sampel (63,63%) dengan higienitas botol susu yang
buruk dan 12 sampel (36,36%) dengan higienitas botol susu yang baik,
38

sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 11 sampel (33,33%) dengan


higienitas botol susu yang buruk dan 22 sampel (66,66%) dengan
higienitas botol susu yang baik. Hasil penelitian, didapatkan nilai
p=0,014 dan OR=3,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara higienitas botol susu dengan kejadian diare
di wilayah Puskesmas Kelayan Timur. Balita dengan higienitas botol
susu yang buruk berisiko 3,5 kali lebih besar untuk menderita diare
dibanding dengan higienitas botol susu yang baik
3. Penelitian yang dilakukan oleh Hikmawati dan Verawati (2015) tentang
hubungan perilaku ibu dalam penggunaan botol susu dengan kejadian
diare pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
perilaku ibu dalam penggunaan botol susu dengan kejadian diare.
Metode dalam penelitian ini adalah cross sectional. Tempat penelitian
ini di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Harjono Ponorogo dan Penelitian
ini dilaksanakan pada 6 Juli - 3 Agustus 2012. Sampel penelitian adalah
39 orang ibu dan bayi yang menggunakan botol susu. Analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Chi-Square. Hasil dari
penelitian ini, ada hubungan perilaku ibu dalam penggunaan botol susu
dengan kejadian diare. Diberitahukan dari hasil analisachi square
didapat x 2hitung sebesar 4,6 dan x 2 tabel sebesar 3,84. Jadi x 2hitung
 dari x 2 tabel yang berarti Ha diterima Ho ditolak, Jadi dapat
disimpulkan bahwa ada Hubungan Antara Perilaku Ibu dalam
Penggunaan Botol dengan Kejadian Diare pada Balita. Sedangkan
untuk keeratan hubungan didapatkan 0,32 yang berarti tingkat keeratan
rendah
4. Penelitian yang dilakukan oleh Rothstein et al. (2019) tentang
Household Contamination of Baby Bottles and Opportunities to
Improve Bottle Hygiene in Peri-Urban Lima, Peru. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur tingkat kontaminasi Botol susu, faktor-faktor
yang berhubungan, dan untuk mempromosikan higienitas botol susu.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan design
penelitian cohort stud. Sampel penelitian adalah 48 orang ibu dan bayi
yang menggunakan botol susu, teknik sampling dalam penelitian ini
yaitu Total Sampling. Hasil dari penelitian ini menurut laporan diri
pengasuh (Ibu bayi), metode desinfeksi yang paling umum adalah
39

mencuci botol dengan deterjen piring karena lebih dari setengah


(52,1%) pengasuh melaporkan melakukan ini secara teratur. Dari
jumlah tersebut, enam (12,5%) melaporkan menggosok bagian dalam
botol dengan deterjen dan sikat botol; sembilan (18,8%) pengasuh
lainnya menggunakan sikat tanpa deterjen. Hanya 11 (22,9%) pengasuh
melaporkan merebus botol mereka setiap hari. Mayoritas pengasuh
(58,3%) tidak pernah merebus botol sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak di temukan signifikan secara statistik tidak ada hubungan antara
desinfeksi botol, Karakteristik botol, kontaminasi bakteri, dan
penggunaan botol susu bayi
5. Penelitian yang dilakukan oleh Ayaz, Furrukh, & Matee (2017) tentang
Cleaning Practices and Contamination Status of Infant Feeding Bottle
Contents and Teats In Rawalpindi, Pakistan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi praktik pembersihan dan status kontaminasi isi dan
puting botol susu yang digunakan oleh anak-anak yang dirawat di
rumah sakit Rawalpindi, Pakistan. Penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif dengan design penelitian Studi deskriptif cross-
sectional.
Sampel penelitian adalah 198 orang ibu dan bayi yang menggunakan
botol susu. Dengan teknik sampling Total Sampling. Hasil penelitian ini
yaitu Ibu balita mencuci tangan sebelum membuat makanan (93,4%),
dan (90,9%) menggunakan sabun dan air untuk mencuci botol susu
setiap habis digunakan. (68,7%) responden menggunakan air hangat
untuk mencuci botol susu. (100%) responden melalukan sterilisasi botol
susu sampai mendidih. Jadi simpulan dalam penelitian ini, sebagian
besar pengasuh anak dalam penelitian ini mencuci tangan sebelum
membuat makanan, membersihkan botol susu dengan sabun dan air
setelah digunakan, sementara sisa makanan dibuang dari pada
disimpan.
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel baik
variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti. Kerangka konsep akan
membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,
2014, hal. 49).
Kerangka konsep (conceptual framework) adalah metode pendahuluan
Dari sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi dari hubungan-
hubungan variable yang diteliti (Swarjana, 2015, hal. 38). Kerangka konsep
akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori.

44
41

Faktor yang Faktor yang


mempengaruhi mempengaruhi sikap:
pengetahuan: a) Pengalaman
a) Pendidikan b) Pengaruh orang lain
b) Pekerjaan c) Kebudayaan
c) Umur d) Lembaga Pendidikan
d) Pengalaman e) Media Massa
e) Budayaan
f) Informasi

Pengetahuanibu dalam Sikap ibu dalam menjaga


menjaga higienitas botol susu higienitas botol susu

Perilaku ibu dalam menjaga


higienitas botol susu

Hubungan Pengetahuan
dan sikap dengan
perilaku ibu dalam
menjaga higienitas botol
susu
Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Alur pikir

Gambar 3. 1 Kerangka konsep penelitian hubungan pengetahuan dan sikap


dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada
balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat

Dari kerangka diatas dapat diuraikan bahwa Pengetahuan, sikap, dan


perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita merupakan
segala kemampuan ibu untuk memahami tentang manfaat dari higienitas botol
susu. Pengetahuan, sikap dan perilaku akan mempengaruhi higienitas botol.
Dari ketiga faktor tersebut akan dipengaruhi oleh minat dan kebiasaan.
42

Misalnya bila ibu kurang berminat dan terbiasa dalam pengelolaan higienitas
maka akan timbul suatu higienitas yang buruk. Sebaliknya bila ibu memiliki
minat dan terbiasa dalam pengelolaan higienitas maka akan timbul higienitas
yang baik. Semakin baik pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam menjaga
higienitas botol susu maka semakin sedikit resiko terjadinya diare pada bayi.

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan


penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber (2002) dalam Nursalam
(2014), hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara
dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan
dalam penelitian. Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hipotesa alternatif (Ha) yang berbunyi adanya hubungan pengetahuan dan
sikap dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain). Variabel juga merupakan
konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu
fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam
2014:177)
Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi
nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti
secara empiris atau ditentukan tingkatannya. Mengidentifikasikan suatu
variabel untuk diteliti dalam suatu proyek riset mencakup penangkapan
hanya sebagian tentang yang dapat ditunjukkan oleh konsep (Setiadi,
2013).

a. Variabel Bebas (variabel Independent)


Variabel Independent yaitu variabel yang menyebabkan adanya
suatu perubahan terhadap variabel lain. Akibat perubahan yang
43

ditimbulkannya, maka variable ini disebut sebagai variable independen


atau variable bebas (Swarjana, 2015, hal. 45). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah “pengetahuan dan sikap ibu dalam menjaga
higienitas botol susu”.
b. Variabel Terikat (variabel Dependent)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi
variabel-variabel lain. Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah
aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenai
stimulus. Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati
dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh
dari variabel bebas (Nursalam 2013:178). Variabel tergantung dalam
penelitian ini adalah “perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol
susu”
2. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah definisi terhadap variabel
berdasarkan konsep teori namun bersifat oparasional, agar variabel
tersebut dapat diukur atau bahkan dapat diuji baik oleh peneliti maupun
peneliti lain (Swarjana, 2015).
Definisi operasional variabel adalah definisi berdasarkan
karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut
(Nursalam, 2015).
Untuk menghindari kesalahan persepsi, maka perlu disusun
definisi operasional yang merupakan penjelasan lanjut variabel sebagai
berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel


No Variabel Definisi Cara dan Alat Hasil Skala
Operasional Pengumpulan Pengukuran Ukur
Data
44

1 Pengetahuan Pengetahuan Alat ukur Kategori hasil Interval


ibu dalam adalah hasil berupa 1. Baik
menjaga dari tahu yang kuesioner (bila nilai
higienitas diperoleh oleh Cara ukur: akumulasi
botol susu ibu balita pengumpulan 80% -100%)
melalui panca data dilakukan 2. Cukup
indra dengan cara (bila nilai
mengenai memberikan akumulas
higienitas pernyataan 60%-79%)
botol susu kepada responden 3. Kurang
meliputi sebanyak 10 (bila nilai
kebiasaan pernyataan akumulasi
mencuci dengan <60%)
tangan, cara menggunakan
pemakaian, skala guttman.
cara Pada kuesioner
membersihkan berisi
, dan tempat pernyataan
penyimpanan positif dan
negatif dengan
pilihan
jawaban benar
dan salah

2 Sikap ibu Sikap adalah Alat ukur Kategori hasil 1. Interval


dalam Konsep yang berupa Baik
menjaga sangat penting kuesioner (bila nilai
higienitas dalam Cara ukur: akumulasi
botol susu kecenderungan pengumpulan 80%-100%)
bertindak, dan data dilakukan 2. Cukup
persepsi ibu dengan cara (bila nilai
balita memberikan akumulasi
mengenai pernyataan 60% -79%)
higienitas kepada responden 3. Kurang
botol susu sebanyak 10 (bila nilai
meliputi
kebiasaan

No Variabel Definisi Cara dan Alat Hasil Skala


Operasional Pengumpulan Pengukuran Ukur
Data
45

mencuci tangan, Pertanyaan akumulasi


cara pemakaian, dengan <60%)
cara menggunakan
membersihkan skala likert.
botol, dan Pada kuesioner
tempat berisi
penyimpanann pernyataan
positif dan
negatif dengan
pilihan jawaban
sangat
setuju(SS),
setuju(S),
raguragu(RR),
tidak
setuju(TS), dan
sangat tidak
setuju(STS)

3 Perilaku ibu Perilaku adalah Alat ukur: Kategori hasil Interval


dalam Suatu reaksi Kuesioner. 1. Baik
menjaga tindakan, Cara ukur: (bila nilai
higienitas aktivitas, atau pengumpulan akumulasi
botol susu perbuatan yang data dilakukan 80% -100%)
dilakukan oleh dengan cara 2. Cukup
ibu balita dalam memberikan (bila nilai
akumulasi 60%
menjaga pernyataan
-79%) 3. Kurang
higienitas botol kepada responden
(bila nilai
susu meliputi sebanyak 15
akumulasi
kebiasaan pernyataan
<60%)
mencuci dengan
tangan, cara menggunakan
pemakaian, skala Likert. Pada
cara kuesioner
membersihkan berisi pernyataan
, dan tempat positif dan
penyimpanan negatif dengan
pilihan

No Variabel Definisi Cara dan Alat Hasil Skala


Operasional Pengumpulan Pengukuran Ukur
Data
46

jawaban berupa
Tidak Pernah
(TP), Jarang
(JR), Kadang -
Kadang (KD),
Sering (SR), dan
Selalu (SL).
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan kerangka yang mana menjawab pertanyaan
penelitian dan mengarahkan peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik koleratif menggunakan
pendekatan cross-sectional. Menurut De Vaus (2001) dalam Swarjana (2015),
penelitian koleratif adalah penelitian yang menghubungkan variabel yang satu
dengan yang lainnya, selanjutnya mengujinya secara statistik (uji hipotesis)
atau yang dikenal dengan uji kolerasi yang menghasilkan koefisien kolerasi.
Menurut Polit dan Beck (2003) dalam Swarjana (2015), corss-sectional
adalah desain penenlitian yang pengumpulan datanya dilakukan pada satu titik
waktu atau (at one point in time). Jadi koleratif cross-sectional study adalah
penelitian yang menghubungkan variabel yang satu dengan yang lainnya
selanjutnya menguji statistik atau dikenal dengan uji kolerasi dimana
dilakukan determinasi terhadap paparan (exposure) dan hasil (disease
outcome) secara simulutan pada setiap subyek penelitian (Swarjana, 2015).

Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan hubungan antara


pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol
susu pada balita di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanankan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar
Barat. Peneliti memilih tempat tersebut karena berdasarkan datadata yang
sudah di kumpulkan bahwa perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol
susu masih kurang di wilayah kerja Puskessmas II Denpasar Barat.

51
2. Waktu Penelitian
48

Penelitian ini telah di mulai dari pembuatan proposal mulai bulan


Oktober 2020 sampai bulan Januari 2021 dan di setujui. Pengumpulan data
dimulai dari tanggal 1 Maret sampai tanggal 31 Maret 2021.

C. Populasi, Sampel, Sampling


1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu, objek atau fenomena yang
secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian (Mazhindu
and Scott, 2005 dalam Swarjana, 2015). Dalam penelitian ini populasi
yang digunakan adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang
menggunakan botol susu di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
Menurut data yang diperoleh jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Barat berjumlah 498 balita
2. Sampel
Sampel adalah kumpulan individu-individu atau objek-objek yang
dapat diukur mewakili populasi. Dalam penelitian, sampel yang diambil
hendaknya sampel yang dapat mewakili populasi (Mazhindu and Scott,
2005 dalam Swarjana, 2015).
a. Besar Sampel
Menurut daniel (1999) dalam Naing dkk. (2006) perhitungan besar
sampel sebagai berikut:
n’= N.z²p. (1-p)

d²(N-1) + z².p.(1-p)

n’= 498 x 1,96² x 0,5 x (1-0,5)

0,05² (498 -1) + 1,96² x 0,5 x (1-0,5)


n’= 478

2,20
n’= 217

Keterangan:
49

n’ = Sample size white FPC (Finite Ppulaion

Correction) N = population size z = Statistic Z for a level of

a confidence (Z=1,96) p = Prevalence (P= 0.5) d=

Precision (d=0.05)

b. Kriteria Sampel
Dalam penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria itu menentukan dapat
dan tidaknya sampel tersebut digunakan:
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang diambil sebagai
sampel (Notoatmodjo, 2014). Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah:
a) Ibu yang mempunyai balita dengan menggunakan botol susu
b) Ibu dan balita yang melakukan kunjungan dan bertempat
tinggal di wilayah kerja puskesmas II denpasar barat
c) Ibu yang memiliki balita yang bisa membaca dan menulis
d) Ibu yang memiliki balita yang bersedia menjadi responden
yang telah menyetujui informed consent
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian
tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian yang penyebabnya antara lain
hambatan etis, menolak responden atau berada pada suatu
keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian
(Notoatmodjo, 2014). Kriteria eksklusi, yaitu:

a) Ibu yang memiliki balita dalam keadaan sakit


b) Ibu yang mengalami gangguan pendengaran (tuli) dan
gangguan penglihatan (buta).
50

c) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden dan tidak


menyetujui inform consent.
3. Sampling
Sampling adalah sebuah strategi yang digunakan untuk memilih
elemen atau bagian dari populasi atau proses untuk memilih elemen
populasi untuk diteliti (Swarjana,2015). Cara pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah dengan teknik probability sampling dengan tipe
Stratified random sampling. Probality sampling adalah setiap elemen di
dalam populasi memiliki peluang yang sama dan kesempatan untuk
dipilih (Swarjana, 2015). Metode stratified random sampling adalah
metode yang dilakukan melibatkan kelompok atau group atau memastikan
elemen setiap group terpilih (Swarjana, 2015). Metode stratified random
sampling menentukan beberapa banyak item yang akan dipilih dalam
setiap strata atau bagaimana mengalokasikan besar sampel dalam setiap
strata (Swarjana, 2015). Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian
ini adalah 217 responden yang masuk kedalam kriteria inklusi dan kriteria
ekslusi dan dipilih pada masing-masing desa dengan metode stratified
random sampling dengan perhitungan (Swarjana, 2015). Berikut adalah
cara perhitungan jumlah sampel pada masing-masing desa:

Tabel 4.1 Jumlah sampel yang di perlukan pada setiap Desa dengan Metode
Stratified Random Sampling.
No Desa Populasi Perhitungan Sampel Sampel
Tiap Desa
1 Pemecutan Kelod 102 N = 217 (102/498) 44
2 Dauh Puri Kauh 74 N = 217 (74/498) 33
51

3 Dauh Puri 84 N = 217 (84/498) 37


4 Padangsambian 83 N = 217 (83/498) 36
Kelod
5 Dauh Puri Kelod 86 N = 217 (86/498) 38
6 Dauh Puri Kangin 65 N = 217 (65/498) 29

Total
217

Pemilihan responden untuk masing-masing desa dengan menggunakan


metode Simple Random Sampling. Simple random sampling adalah metode
yang paling umum dan sederhana, dimana subjek memiliki peluang yang
sama untuk terpilih sebagai subjek penelitian (Swarjana, 2015). Setiap
responden yang dipilih pada tiap Desa diundi menggunakan teknik Simple
Random Sampling dengan cara peneliti membuat undian (dengan
menggunakan kertas kecil yang berisikan nomor dan tidak berisikan nomor
(kertas kosong) kemudian di gulung lalu diambil secara acak oleh ibu balita.
Jika kertas undian yang didapatkan ibu balita tidak berisi nomor atau kosong
berarti ibu tersebut tidak menjadi resonden, sedangkan jika kertas undian
yang didapatkan berisi nomor maka ibu lalita tersebut akan menjadi
responden dalam penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data


1. Metode Pengumpulan data
Dalam penelitian dibutuhkan data yang akurat, karena data yang
didapatkan mempengaruhi hasil penelitian. Adapun metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner
(questionnaires). Kuesioner yang digunakan pada penelitian adalah lembar
kuesioner terkait pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam menjaga
higienitas botol susu. Kuesioner berarti sebuah form yang berisikan pernyataan
yang telah ditentukan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi
(data) dari dan dari orang-orang sebagai bagian dari sebuah survei (Swarjana,
2015).
52

Jenis metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah


dengan memberikan kuesioner kepada calon responden secara formal
untuk mengisi identitas responden dan pertanyaan tertulis secara
terstruktur yang berisi beberapa pernyataan tertutup positif dan negatif.
Responden dapat mengisi sendiri kuesioner jika sudah menandatangani
informed consent yang diberikan oleh peneliti kepada calon responden.
Kuesioner diberikan kepada responden untuk diisi, bila responden kurang
memahami isi pernyataan dapat menanyakan langsung kepada peneliti,
bila responden buta huruf peneliti dapat melakukan interview kepada
responden (Nursalam, 2014).
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Alat
yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner merupakan sederet pertanyaan-pertanyaan yang telah
disiapkan oleh peneliti yang akan digunakan sebagai alat untuk
mengumpulkan data penelitian (Swarjana, 2015). Adapun kuesioner dalam
penelitian ini yang mencakup:
a. Karakteristik Demografi Responden
Kuesioner ini berisikan tentang identitas responden, yaitu meliputi
nama (inisial), umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan Jumlah anak.
b. Kuesioner (questioners)
Kuesioner diperlukan untuk mengetahui persepsi dan perilaku
tentang personal hygiene. Pertanyaan di dalam kuesioner merupakan
pertanyaan bersifat tertutup (closed ended items/ restricted items)
(Swarjana, 2015). Selanjutnya peneliti menjelaskan lebih rinci tentang
masing-masing bagian kuesioner yaitu:
1) Kuesioner pengetahuan
Kuesioner tentang pengetahuan terdiri dari 10 pernyataan
tertutup yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif . Kuesioner
ini menggunakan skala Guttman dengan memberikan pilihan
benar atau salah dengan pernyataan positif benar mendapat skor 1
dan jawaban salah mendapat skor 0, sedangkan untuk pernyataan
negatif benar nilanya 0 dan salah nilainya 1.
53

2) Kuesioner sikap
Kuesioner sikap terdiri dari 10 pernyataan yang menggunakan
skala Likert. Dimana setiap pernyataan positif dengan pilihan
jawaban sagat setuju (SS) diberi skore 5, setuju (S) diberi sekor 4,
ragu-ragu (RR) diberi sekor 3, tidak setuju (TS) diberi sekor 2,
sangat tidak setuju (STS)
3) Kuesioner perilaku
Kuesioer perilaku terdiri dari 15 pernyataan yang
menggunakan skala Likert. Dimana pernyataan berupa pernyatan
positif dan negatif dengan pilihan jawaban berupa Tidak Pernah
(TP) diberi skor 1, Jarang (JR) diberi sekor 2, Kadang – Kadang
(KD) diberi sekor 3, Sering (SR) diberi sekor 4, Selalu (SL) diberi
sekor 5.

Kisi-kisi kuesioner hubungan pengetahuan sikap dan perilaku ibu


dalam menjaga higienitas botol susu pada balita dpat dilihat pada tabel
berikut ini:

Tabel 4.2 Kisi-kisi penyusunan kuesioner hubungan pengetahuan dan


sikap dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol
susu pada balita di wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar
Barat.

Variabel Sub Dominan Jumlah Nomor dan


Sifat
Item Item
Positif Negatif
54

Pengetahuan 1. Definisi Cara 10 1,3 2


2. membersihkan 4,7,8 5,6
botol susu
Penyimpanan 9
3. botol susu
Sterilisasi botol 10
4. susu

Sikap 1. Cara 10 1, 3 2, 4, 5, 6
membersihkan
botol susu
2. Sterilisasi botol 7
susu
3. Penyajian susu 8
formula
4. Penyimpanan botol 9, 10
susu

Perilaku 1. Cara memilih 15 1 2


botol susu Cara
2. membersihkan 3,5 4, 6
botol susu
Sterilisasi botol 7, 9, 11 8, 10,
3. susu 12
Penyimpanan botol
13,15
4. susu
14

c. Uji Validitas
Peneliti menguji alat ukur yang digunakan sebelum melakukan
penelitian. Uji validitas adalah instrument pengukuran untuk apa yang
seharusnya diukur, yang dapat dikatagorikan menjadi logikal (face
validity), content validity, criterion, dan construct validity (Swarjana,
2015). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji face
validity dengan dua orang dosen yang expert dibidang penelitiannya
dan kuesioner penelitian telah dinyatakan valid. Selama uji validitas
peneliti mendapatkan masukan terhadap kuesioner yang diajukan,
seperti memperjelas petunjuk pengisian lembar kuesioner dan
memperhatikan pertanyaan yang memiliki makna serupa.
3. Teknik Pengumpulan Data
55

Beberapa tahap pengumpulan data yang perlu dilakukan saat


melakukan penelitian, antara lain sebagai berikut: a. Tahap persiapan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam tahap ini, antara lain:
1) Peneliti telah mendapatkan izin dari institusi Pendidikan (ITEKES)
Bali untuk melakukan penelitian.
2) Peneliti mengajukan surat izin pelaksanaan penelitian yang
ditandatangani oleh Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
yang diserahkan kepada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu dengan nomor surat DL.02.02.0692.TU .II.2021
3) Peneliti mendapatkan izin Etichal Clearance dari komisi etik
ITEKES Bali untuk melakukan penelitian dengan nomor surat
03.0225/KEPITEKES-BALI/III/2021
4) Peneliti mendapatkan izin dari Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu dengan nomor surat 070/630/IZIN-
C/DISPMPT
5) Peneliti mendapatkan izin dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa
Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kota
Denpasar dengan nomor surat 070/201/BKBP
6) Peneliti mengajukan izin kepada kepala UPTD Kecamatan II Dinas
Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat dan telah disetujui serta
mendapatkan surat rekomendasi dengan nomor surat
070/265/Puskesmas II D.B
7) Peneliti mempersiapkan lembar permohonan untuk menjadi
responden. (inform consent)
8) Peneliti mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian,
yaitu kuesioner dan alat tulis
b. Tahap Pelaksanaan
Setelah mendapatkan izin penelitian, dilanjutkan tahap pelaksanaan
antara lain:
1) Peneliti mendatangi puskesmas II Denpasar Barat untuk
mengumpulkan data
2) Menentukan sampel untuk menjadi responden berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi.
56

3) Peneliti melakukan pengambilan sampel dengan teknik sampling


yang akan digunakan dalam penelitian yaitu dengan teknik
probability sampling dengan tipe stratified random sampling yaitu
pengambilan data setiap strata, pengambilan sampel pada setiap
strata dapat dilakukan secara simple random sampling. Kemudian
peneliti menentukan sampel untuk menjadi responden berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi. Peneliti akan mengambil sampel di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat dengan jumlah sampel
217.
4) Saat pengambilan data, peneliti tetap menerapkan protokol
kesehatan covid-19 yaitu dengan memastikan responden mencuci
tangan, memastikan responden menggunakan masker dan saat
menjelaskan cara pengisian kuesioner serta saat responen
menjawab kuesioner, peneliti dan responden tetap menjaga jarak
(minimal 1 meter).
5) Peneliti memberikan lembar informed consent dan peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan
kepada responden.
6) Selanjutnya peneliti menyerahkan kuesioner kepada responden
untuk diisi.
7) Sebelum kuesioner diisi, peneliti lebih dulu menjelaskan tata cara
pengisian kuesioner kepada responden. Pada saat pengisian
kuesioner responden tidak didampingi oleh peneliti, namun jika
responden tidak paham dengan pertanyaan yang ada maka peneliti
akan memberikan penjelasan tentang pertanyaan tersebut.
8) Setelah kuesioner diisi maka kuesioner tersebut diserahkan kembali
kepada peneliti untuk dilakukan pengolahan data.

E. Analisa Data
1. Tehnik Pengolahan Data
Analisa data merupakan mengolah data agar dapat disimpulkan atau
di interprestasikan menjadi informasi. Data yang telah terkumpul akan
diolah dengan proses pengolahan data sebagai berikut:
57

a. Editing (pengeditan)
Editing merupakan suatu cara untuk memeriksa kembali kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan melalui instrument penelitian.
Dalam tahap ini, peneliti melakukan pemeriksaan antara lain
kesesuaian jawaban dan kelengkapan pengisian lembar kuesioner
ketika data telah terkumpul.
Dalam penelitian ini editing dilakukan peneliti pada tahap
pengumpulan data dan setelah terkumpul dengan melakukan
pemeriksaan/mengecek kelengkapan kuesioner, yaitu kelengkapan
data umum (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan)
dan memastikan bahwa setiap pernyataan dalam kuesioner telah diisi
scara lengkap, jelas, relevan dan konsisten.
b. Coding (pengkodean)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode
pada setiap jawaban dari lembar kuesioner tentang pengetahuan
sikap dan perilaku yang terkumpul akan dikelompok untuk
memudahkan dalam proses pengolahan data. Pemberian kode
yang dilakukan sebagai berikut:
1) Karakteristik Demografi Responden:
a) Karakteristik berdasarkan umur ibu balita dibagi menjadi 4,
yaitu 20-25 tahun diberi kode 1, 26-30 tahun diberi kode 2,
3135 tahun diberi kode3, dan >35 tahun diberi kode 4.
Sedangkan karakteristik umur balita dibagi menjadi 4 yaitu
012 bulan diberi kode 1, 13-24 diberi kode 2, 24-36 diberi
kode 3, dan 37-59 diberi kode 4.
b) Karakteristik berdasarkan pekerjaan responden dibagi
menjadi 7, yaitu Pegawai Negeri diberi kode 1, Wiraswasta
diberi kode 2, Swasta diberi kode 3, Ibu Rumah Tangga
(IRT) diberi kode 4, Petani diberi kode 5, Pedagang diberi
kode 6, dan Lainlainya diberi kode 7.
c) Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan responden
dibagi menjadi 5, yaitu tidak bersekolah diberi kode 1, SD
58

diberi kode 2, SMP diberi kode 3, SMA diberi kode 4, dan


Diploma/Sarjana diberi kode 5.
d) Karakteristik berdasarkan jumlah anak dibagi menjadi 5,
yaitu 1 anak diberi kode 1, 2 anak diberi kode 2, 3 anak
diberi kode 3, 4 anak diberi kode 4 dan >5 anak diberi kode
5.
2) Pernyataan kuesioner
a) Kuesioner tentang pengetahuan terdiri dari 10 pernyataan
dengan pilihan jawaban benar diberi kode 1 dan jawaban salah
diberi kode 0. Kategori pengetahuan ibu dikelompokkan
menjadi 3 kategori, yaitu 76-100% (Baik) diberi kode 1, 56-75%
(Cukup) diberi kode 2, dan <56% (Kurang) diberi kode 3.
b) Kuesioner sikap terdiri dari 10 pernyataan, dengan pilihan
jawaban sagat setuju (SS) diberi kode 5, setuju (S) diberi kode 4,
ragu-ragu (RR) diberi kode 3, tidak setuju (TS) diberi kode 2,
sangat tidak setuju (STS). Kategori sikap ibu dikelompokkan
menjadi 3 kategori, yaitu 76-100% (Baik) diberi kode 1, 56-75%
(Cukup) diberi kode 2, dan <56% (Kurang) diberi kode 3.
c) Kuesioer perilaku terdiri dari 15 dipernyataan dengan pilihan
jawaban Tidak Pernah (TP) diberi kode 1, Jarang (JR) diberi
kode 2, Kadang-kadang (KD) diberi kode 3, Sering (SR) diberi
kode 4, Selalu (SL) diberi kode 5. Kategori perilaku ibu
dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu 76-100% (Baik) diberi
kode 1, 56-75% (Cukup) diberi kode 2, dan <56% (Kurang)
diberi kode 3.
c. Entry data (memasukan data)
Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga
dengan membuat tabel kontingensi. Peneliti menyusun atau
memasukan data-data yang telah lengkap ke dalam suatu tabel
dengan bantuan microsoft excel. Data-data yang dimasukan seperti
kode responden, skor dari masing-masing pilihan pernyataan dan
59

total skor dari seluruh akumulasi yang diperoleh oleh


masingmasing responden sehingga data dapat dianalisis dengan
bantuan program SPSS versi 25 for Windows
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak sebelum
dilakukan pegolahan data. Cleaning juga bertujuan untuk
menghindari missing data agar dapat dilakukan dengan akurat, jika
tidak ada missing data dilanjutkan dengan analisa data.
2. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini dibedakan menjadi analisis univariat
dan analisis bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisa univariate merupakan analisa data yang terkait dengan
pengukuran satu variabel pada waktu tertentu (Swarjana, 2016).
Analisa data yang digunakan adalah statistik deskriptif yang bertujuan
untuk mencari distribusi frekuensi dan persentase. Beberapa
perhitungan statistic deskriptif meliputi nilai terbesar (maksimum),
nilai terkecil (minimum), Range (perbedaan nilai terbesar dan nilai
terkecil dari frekuensi distribusi), dan central tendency yang
mencakup tiga perhitungan yaitu mean (nilai rata-rata), median (nilai
tengah), dan modus (nilai yang selesai muncul), (Swarjana, 2016).
Analisis univariate pada penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam
menjaga higienitas botol susu pada balita.
1) Analisa data untuk pengetahuan
Untuk penilaian pengetahuan ibu menggunakan skala guttman
dengan pilihan jawaban’’benar dan salah” Jika responden
memilih jawaban benar maka diberikan skor 1 dan jika
memilih jawaban salah diberi skor 0.
Setelah scoring tiap jawaban dilakukan, skor yang diperoleh di
jumlahkan keseluruhannya. Total hasil yang diperoleh
60

kemudian dibandingkan dengan skor maksimal kemudian


dikalikan 100 % (nursalam, 2014) Rumus yang digunakan:
sp
N= 𝑥 100%
sm
Keterangan:
N : nilai
Sp : skor yang diperoleh
Sm : skor maksimal dari nilai yang didapatkan
Hasil penilaian pengetahuan ibu dikelompokkan menjadi 3
kategori menurut Bloom (1908) dalam Seid, M. A. & Hussen, M.
S. (2018) sebagai berikut:
a) Baik bila nilai akumulasi 80-100%
b) Cukup bila nilai akumulasi 60 – 79%
c) Kurang bila nilai akumulasi <60%
2) Analisa data untuk sikap
Untuk penilaian perilaku ibu menggunakan skala Likert
dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-
ragu (RR), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS)
dengan skor terendah 1 dan skor tertinggi 5. Selanjutnya, skor
yang didapat akan dijumlahkan dan dibandingkan dengan skor
maksimal kemudian dikalikan dengan 100%.
Rumus yang digunakan:
sp
N= 𝑥 100%
sm
Keterangan:
N : nilai
Sp : skor yang diperoleh
Sm : skor maksimal dari nilai yang didapatkan
Hasil penilaian perilaku ibu dikelompokkan menjadi 3 kategori
menurut Bloom (1908) dalam Seid, M. A. & Hussen, M. S.
(2018) sebagai berikut:
a) Baik bila nilai akumulasi 80-100%
b) Cukup bila nilai akumulasi 60-79%
c) Kurang bila nilai akumulasi <60%
61

3) Analisa data untuk perilaku ibu


Untuk penilaian perilaku ibu menggunakan skala Likert
dengan pilihan jawaban Tidak Pernah (TP), Jarang (JR),
KadangKadang (KD), Sering (SR), dan Selalu (S) dengan skor
terendah 1 dan skor tertinggi 5. Selanjutnya, skor yang didapat
akan dijumlahkan dan dibandingkan dengan skor maksimal
kemudian dikalikan dengan 100%.
Rumus yang digunakan:
sp
N= 𝑥 100%
sm
Keterangan:
N : nilai
Sp : skor yang diperoleh
Sm : skor maksimal dari nilai yang didapatkan
Hasil penilaian perilaku ibu dikelompokkan menjadi 3 kategori,
menurut Bloom (1908) dalam Seid, M. A. & Hussen, M. S.
(2018) yaitu sebagai berikut:
a) Baik bila nilai akumulasi 80-100%
b) Cukup bila nilai akumulasi 60-79%
c) Kurang bila nilai akumulasi <60%
b. Analisa bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa data yang terkait dengan
pengukuran dua variable pada waktu tertentu (Swarjana, 2016).
Analisa bivariate dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku ibu dalam menjaga
higienitas botol susu pada balita di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Barat. Penelitian ini menggunakan uji asumsi Kolmogorov-
smirnov. Uji Kolmogorov-smirnov digunakan karena jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah lebih dari 50. Pada analisa data didapatkan
nilai p<0,05 sehingga dikatakan data berdistribusi tidak normal. Uji
statistik yang digunakan pada penelitian ini tidak terdistribusi normal
yang dianalisa menggunakan analisa korelasi non parametrik yaitu
Spearman (rho) (Swarjana, 2015). Dengan demikian hubungan
62

pengetahuan, sikap dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas


botol susu pada balita di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat
dapat diketahui. Data selanjutnya diolah dengan komputer
menggunakan program Statistical Program for Social Science (SPSS)
for windows versi 25.

1) Niai signifikansi hipotesis


Nilai signifikansi hipotesis menurut (Swarjana, 2016) yaitu:
a) Jika nilai signifikansi (sig) <α (0,05), maka Ho ditolak dan Ha
diterima merupakan hipotesis yang menyatakan adanya
perbedaan atau hubungan diantara dua variabel.
b) Jika nilai signifikansi (sig) >α (0,05), maka Ho diterima dan
Ha ditolak merupakan hipotesis yang menyatakan tidak adanya
hubungan antara perbedaan atau hubungan diantara dua
variabel.
2) Arah kolerasi
Arah korelasi menurut (Swarjana, 2016) yaitu:
a) Sifat hubungan positif (+) berarti jika variabel X mengalami
kenaikan maka variabel Y juga akan mengalami kenaikan atau
sebaliknya jika variabel Y mengalami kenaikan maka variabel
X juga akan mengalami kenaikan.
b) Sifat hubungan negatif (-) berarti jika variabel X mengalami
kenaikan maka variabel Y akan mengalami penurunan atau
sebaliknya jika variabel Y mengalami kenaikan maka variabel
X akan mengalami penurunan.
3) Pedoman untuk menginterpretasikan hubungan atau koefisien
korelasi menurut (Sugiyono, 2018) yaitu:
a) 0,00 – 0,199 : korelasi memiliki hubungan sangat rendah.
b) 0,20 – 0,399 : korelasi memiliki keeratan rendah.
c) 0,40 – 0,599 : korelasi memiliki keeratan sedang.
63

d) 0,60 – 0,799 : korelasi memiliki keeratan kuat.


e) 0,80 – 1,000 : korelasi memiliki keeratan sangat kuat.
F. Etika Penelitian
Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus
memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-
prinsip etika penelitian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian
tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan subyek
penelitian, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek sosioetika dan
menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan (Nursalam, 2014).
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika harus diperhatikan (Hidayat, 2007).
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti mengajukan izin yang
ditandatangani oleh ketua ITEKES Bali kepada kepala desa di wilayah kerja
Puskesmas II Denpasar Barat. Setelah mendapatkan izin, peneliti bisa
melakukan penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan acuan dari Nursalam (2014) yang
dibagi menjadi 5 jenis etika penelitian, diantaranya:
1. Informed consent (lembar persetujuan untuk responden)
Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan
responden dengan memberikan persetujuan melalui informed consent,
dengan memberikan lembar persetujuan kepada responden sebelum
penelitian dilaksanakan. Setelah calon responden memahami atas
penjelasan peneliti terkait penelitian ini, selanjutnya peneliti memberikan
lembar informed consent untuk ditandatangani oleh sampel penelitian.
2. Anonimity (tanpa nama)
Merupakan usaha menjaga kerahasian tentang hal-hal yang berkaitan
dengan data responden. Pada aspek ini peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada kuesioner dan hanya diberikan kode atau nomor responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin
kerahasiannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah terkumpul
dari responden benar-benar bersifat rahasia dan penyimpanan dilakukan di
64

file khusus yang benar-benar milik pribadi sehingga hanya peneliti dan
responden yang mengetahuinya.

4. Benificience (kebaikan)
a. Bebas dari bahaya
Peneliti harus berusaha melindungi yang diteliti agar terhindar dari
bahaya atau ketidaknyamanan fisik dan mental. Pada saat pengisian
kuesioner, peneliti mengupulkan subjek penelitian disebuah ruangan
kelas yang nyaman dan bebas dari bahaya.
b. Bebas eksploitasi
Keterlibatan peserta dalam penelitian tidak seharusnya merugikan
mereka atau memaparkan mereka pada situasi yang mereka tidak siap.
Pada saat penelitian, peneliti meyakinkan subjek bahwa partisipasi
mereka atau informasi yang mereka berikan pada peneliti tidak akan
digunakan untuk melawan atau merugikan mereka.
c. Keseimbangan antara risiko dan manfaat
Peneliti dan penilai menelaah keseimbangan antara risiko dan manfaat
penelitian. Untuk menentukan keseimbangan risiko dan manfaat,
peneliti memprediksi hasil studi, mengkaji risiko dan manfaat yang
nyata maupun potensial terjadi berdasarkan hasil dan memaksimalkan
manfaat serta meminimalkan risiko.
5. Resfect For Human (Menghargai martabat manusia)
a. Self determination
Peneliti memberikan subjek penelitian hak untuk memutuskan secara
sukarela apakah dia ingin berpartisipasi dalam suatu penelitian, tanpa
berisiko untuk dihukum, dipaksa atau diperlakukan tidak adil.
b. Full disclosure (mendapat penjelasan lengkap)
Peneliti menjelaskan secara penuh tentang sifat penelitian, hak subjek
untuk menolak berperan serta, tanggung jawab peneliti serta
kemungkinan risiko dan manfaat yang bisa terjadi.
BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini menyajikan tentang hasil penelitian yang dilaksanakan di


Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat yang berlangsung pada Maret Tahun
2021. Penelitian ini melibatkan sebanyak 217 responden dan pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini terdiri dari beberapa sub bab
diantaranya: 1) gambaran tempat penelitian; 2) karakteristik umum responden; 3)
pengetahuan ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita; 4) sikap ibu
dalam menjaga higienitas botol susu pada balita; 5) perilaku ibu dalam menjaga
higienitas botol susu pada balita; 6) hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu
dalam menjaga higienitas botol susu pada balita; 7) hubungan sikap dengan
perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita. Hasil dari penelitian
ini akan penulis tampilkan sebagai berikut:

A. Gambaran Tempat Penelitian


Puskesmas II Denpasar Barat adalah Puskesmas yang terletak di Jl.
Gunung Soputan Gg Puskesmas no 3, Desa Pemecutan Kelod Kecamatan
Denpasar Barat, bediri pada tahun 1984 dengan luas wilayah sekitar 13,52
km2 dengan batas wilayah, diantaranya sebelah utara yaitu Kelurahan
Pemecutan, sebelah timur yaitu Desa Dangin Puri Kauh, sebelah selatan
yaitu Banjar Abianbase, Desa Kuta dan sebelah barat yaitu Desa Kerobokan,
Kuta Utara.

Jumlah balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat sebanyak


8.676 jiwa yang terdiri dari 5 desa dan 1 kelurahan. Desa Pemecutan Kelod
sebanyak 1.890 balita, Desa Dauh Puri Kauh sebanyak 1.503 balita,
Kelurahan Dauh Puri sebanyak 1.575 balita, Desa Padangsambian Kelod
sebanyak 1.290 balita, Desa Dauh Puri Kelod sebanyak 1.239 balita, dan
Desa Dauh Puri Kangin sebanyak 1.179 balita. Penelitian ini dilakukan pada
217 ibu dengan balita yang menggunakan botol susu di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Barat.
66

70
B. Karakteristik Umum Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
II Denpasar Barat dengan jumlah sampel sebanyak 217 responden, dapat
disajikan sebagai berikut:
Tabel 5.1 Karakteristik Umum Responden di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Barat Bulan Maret 2021 (n = 217)
Karakteristik n %
Umur Ibu (Tahun) 20-25
72 33,2
26-30 94 43,3
31-35 39 18,0
> 35 12 5,5
Umur Balita (Bulan) 0-
12 126 58,1
13-24 55 25,3
24-36 22 10,1
37-59 14 6,5
Tingkat Pendidikan SD
10 4,6
SMP 39 18,0
SMA 132 60,8
Diploma/Sarjana 36 16,6
Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil 24 11,1
Wiraswasta 26 12,0
Swasta 33 15,2
Ibu Rumah Tangga 97 44,7
Pedagang 22 10,1
Lain-lainnya 15 6,9
Jumlah Anak
1 51 23,5
2 98 45,2
3 55 25,3
4 13 6,0
67

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 217 responden,


karakteristik umum responden berdasarkan umur ibu sebagian besar adalah
umur 26-30 tahun sebanyak 94 (43,3%) responden. Berdasarkan umur balita
sebagian besar adalah umur 0-12 Bulan sebanyak 126 (58,1%) responden.
Berdasarkan tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SMA
sebanyak 132 (60,8%) responden. Berdasarkan pekerjaan responden sebagian
besar adalah ibu rumah tangga sebanyak 97 (44,7%) responden. Berdasarkan
jumlah anak sebagian besar responden memiliki 2 anak sebanyak 98 (45,2%)
responden.

C. Hasil Penelitian Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Ibu


dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Barat
1. Pengetahuan Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol susu pada Balita
Tabel 5.2 Pernyataan Pengetahuan Ibu dalam Menjaga
Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Barat Bulan Maret tahun 2021
(n=217)
No Pernyataan Benar
n %
1. Perawatan botol susu adalah upaya 162 74,7
kesehatan dengan cara memelihara
kebersihan botol susu
2. Botol susu yang aman adalah botol susu 70 32,3
yang terbuat dari kaca dan bergambar
3. Bakteri yang mengendap dalam botol 161 74,2
susu dapat menyebabkan diare pada
anak
4. Cara pencucian botol susu harus 169 77,9
menggunakan sabun dan di rendam
dengan air hangat selama 15 menit
5. Membersihkan botol susu hanya 67 30,9
menggunakan spon dan sabun cuci
piring
6. Setelah mencuci botol susu bilas 65 30,0
dengan air dingin untuk menghilangkan
busa dan sisa sabun
68

No Pernyataan Benar
n %
7. Perawatan botol susu anak dengan baik 163 75,1
dan benar dapat mencegah diare
8. Sisa-sisa susu di dalam botol susu anak 165 76,0
dapat menimbulkan adanya bakteri dan
bau busuk
9. Tempat menyimpan botol susu anak 58 26,7
harus di lingkungan yang tertutup dan
dalam keadaan lembab
10. Cara mensterilkan botol susu dengan air 64 29,5
panas yang direbus dengan suhu lebih
dari 100 ° C

Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa dari 217


responden, sebagian besar respoden yang menjawaban “Benar” pada
pernyataan “Cara pencucian botol susu harus menggunakan sabun
dan di rendam dengan air hangat selama 15 menit” sebanyak 169
(77,9%) responden dan sebagian besar responden menjawab “Benar”
pada penyataan sisa-sisa susu di dalam botol susu anak dapat
menimbulkan adanya bakteri dan bau busuk sebanyak 165 (76,0%)
responden.
Tabel 5.3 Kategori Pengetahuan Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat Bulan Maret tahun
2021 (n= 217)
Pengetahuan n %
Baik 102 47,0
Cukup 88 40,6
Kurang 27 12,4
Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan dari 217 responden,
dapat dilihat pengetahuan ibu dalam menjaga higienitas botol susu
pada balita sebagian besar adalah kategori baik sebanyak 102 (47,0%)
responden, kategori cukup sebanyak 88 (40,6%) responden,
sedangkan kategori kurang sebanyak 27 (12,4%) responden.

2. Sikap Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita


69

Tabel 5.4 Pernyataan Sikap Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol susu
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat
Bulan Maret tahun 2021 (n = 217)
No Pernyataan Sangat Setuju Raguragu Tidak Sangat
Setuju Setuju Tidak
n Setuju
n n (%) n n
(%) (%) (%) (%)
Mencuci botol susu anak 50 115 40 12 0
sebaiknya di air (23,0) (53,0) (18,5) (5,5) (0)
mengalir
Mencuci botol susu anak 3 24 64 91 35
sebaiknya hanya (1,4) (11,1) (29,5) (41,9) (16,1)
menggunakan sikat
botol
Sebelum digunakan 28 (54,8) 50 (8,8) 1
putting (dot) botol (12,9) (23,0) (0.5)
susu anak perlu
dicuci
Botol susu anak 5 25 53 (47,0) 32
sebaiknya dicuci (2,4) (11,5) (24,4) (14,7)
tanpa membuka
cincin dan karet dot
Botol susu anak boleh 7 22 66 85 37
digunakan langsung (3,2) (10,1) (30,4) (39,2) (17,1)
setelah dicuci
Mengeringkan botol 8 24 61 (47,9) (9,2)
susu anak harus (3,7) (11,1) (28,1)
menggunakan
kain katun
Botol susu anak 31 (47,5) 56 23 4
sehabis dicuci (14,3) (25,8) (10,6) (1,8)
harus disterilkan
Menyajikan susu 8 (9,2) 59 (47,5) 27
formula (3,7) (27,2) (12,4)
menggunakan
botol susu
sebaiknya
menggunakan air
mendidih dengan
suhu 80° C
No Pernyataan Sangat Setuju Raguragu Tidak Sangat
58 17 6
Setuju Setuju Tidak
n Setuju
70
n n (%) n n
(%) (%) (%) (%)
9. Menyimpan botol 36 100 (26,7) (7,8) (2,8)
susu di tempat (16,6) (46,1)
kering, bersih dan
tertutup dapat
mencegah diare
10. Botol susu anak yang 47 95 54 17 4
digunakan (21,7) (43,8) (24,9) (7,8) (1,8)
berjamjam dan
dibiarkan ditempat
terbuka
dapat menyebabkan
diare

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 217 responden,


sebagian besar responden yang menjawab “Setuju” adalah pada
pernyataan “Sebelum digunakan putting (dot) botol susu anak perlu
dicuci” sebanyak 119 (54,8%) responden, akan tetapi masih ada
responden yang menyatakan “Tidak Setuju” pada pernyataan “Botol
susu anak sehabis dicuci harus disterilkan” sebanyak 23 (10,6%)
responden
Tabel 5.5 Kategori Sikap Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat
Bulan Maret tahun 2021 (n=217)
Sikap n %
Baik 104 47,9
Cukup 89 41,0
Kurang 24 11,1
Berdasarkan tabel 5.5 di atas menunjukkan dari 217 responden
dapat dilihat sikap ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada
balita sebagian besar adalah kategori baik sebanyak 104 (47,9%)
responden, kategori cukup sebanyak 89 (41,0%) responden,
sedangkan kategori kurang sebanyak 24 (11,1%) responden.

3. Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol susu pada Balita


Tabel 5.6 Pernyataan Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol
Susu pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat
Bulan Maret tahun 2021 (n=217)
No Pernyataan Selalu Sering Kadangkadang Jarang Tidak
n Pernah
71

n n (%) n n
(%) (%) (%)
1. Saya memilih 49 32 5 13
menggunakan (22,6) (54,4) (14,7) (2,3) (6,0)
botol susu
yang terbuat
dari plastik
dan aman
digunakan
secara
berulang
2. Saya mencuci 5 25 43 100 44
botol susu (2,3) (11,5) (19,8) (46,1) (20,3)
hanya
menggunakan
sabun
3. Setelah botol 46 114 45 10 2
susu digunakan (21,2) (52,5) (20,7) (4,6) (1,0)
oleh anak saya,
botol susu
tersebut dicuci
4. Saat saya 7 13 56 97 44
membersihkan (3,2) (6,0) (25,8) (44,7) (20,3)
botol susu,
bagian- bagian
botol susu
seperti cincin
dot dan karet
dot tidak
dilepaskan
5. Saya mencuci 35 114 51 16 1
botol susu (16,1) (52,5) (23,5) (7,4) (0,5)
pada air yang
mengalir
dengan
menggunakan
sikat dan sabun
untuk
membersikan
botol dan dot

No Pernyataan Selalu Sering Kadang Jaran Tidak


kadang n g Perna
n n (%) hn
(%) n (%)
72

2 (%)
6. Saya membilas (1,0) 62 106 32
botol susu dengan (6,9) (28,6) (48,8) (14,7)
air mengalir
sebelum botol
susu diisi susu
formula tanpa
melakukan
sterilisasi.
7. Saya merebus 36 98 63 20 0
botol dan dot (16,6) (45,2) (29,0) (9,2) (0)
susu setelah
dicuci bersih
8. Saya mensterilkan 3 25 53 110 26
botol susu (1,4) (11,5) (24,4) (50,7) (12,0)
dengan cara
merebus botol
susu kurang dari
10 menit
9. Saya juga 29 109 61 14 4
melakukan (13,4) (50,2) (28,1) (6,5) (1,8)
sterilisasi botol
susu dengan
merendam botol
susu di dalam
panci yang
berisi air hangat
10. Saya 10 24 45 102 36
mendiamkan (4,6) (11,1) (20,7) (47,0) (16,6)
botol susu yang
telah di
disterilkan di
dalam panci,
sampai botol
susu akan segera
digunakan
11. Saya mencuci 42 106 48 15 6
tangan dengan (19,4) (48,8) (22,1) (6,9) (2,8)
sabun sebelum
mengambil
dan
menggunakan
botol susu
No Pernyataan Selalu Sering Kadangkadan Jaran Tidak
gn g Perna
n n (%) hn
73

(%) n (%)
9 (%)
12. Saya menyimpan (4,1) (9,2) 55 99 34
susu formula di (25,4) (45,6) (15,7)
dalam botol susu
lebih dari 6 jam
di dalam suhu
ruangan
13. Saya menyimpan 48 90 57 18 4
botol susu dan (22,1) (41,5) (26,3) (8,3) (1,8)
dot dengan
menempatkanny
a di rak khusus
pada posisi
terbalik
14. Setelah botol susu 7 16 50 105 39
kering, saya (3,2) (7,4) (23,0) (48,4) (18,0)
menyimpan botol
ditempat yang
bersih, kering
tanpa memasang
dot dan
penutupnya.
15. Saya menutup 40 109 55 13 0
putting (dot) (18,4) (50,2) (25,4) (6,0) (0)
botol susu anak
saya untuk
mencegah
diare
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 217 responden,
sebagian besar responden menjawab “Selalu” dilakukan adalah pada
pernyataan “Saya memilih menggunakan botol susu yang terbuat dari
plastik dan aman digunakan secara berulang” sebanyak 49 (22,6%)
responden, yang sering dilakukan adalah pada pernyataan “Saya
mencuci botol susu pada air yang mengalir dengan menggunakan
sikat dan sabun untuk membersikan botol dan dot sebanyak 114
(52,5%) responden, yang “Kadang-kadang dilakukan adalah pada
pernyataan
“Saya merebus botol dan dot susu setelah dicuci bersih” sebanyak 63
(29,0%) responden, akan tetapi masih ada responden menjawab
“Tidak Pernah” pada pernyataan “Mencuci tangan dengan sabun
74

sebelum mengambil dan menggunakan botol susu” sebanyak 6 (2,8


%) responden.

Tabel 5.7 Kategori Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol


Susu pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar
Barat Bulan Maret tahun 2021 (n = 217).
Perilaku n %
Baik 130 59,9
Cukup 64 29,5
Kurang 23 10,6
Berdasarkan tabel 5.7 di atas menunjukan dari 217 responden,
dapat dilihat perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada
balita sebagian besar adalah kategori baik sebanyak 130 (59,9%)
responden, kategori cukup sebanyak 64 (29,5%) responden,
sedangkan kategori kurang sebanyak 23 (10,6%) responden.
4. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga
Higienitas Botol Susu pada Balita
Tabel 5.8 Tabel Silang Pengetahuan dengan Perilaku Ibu dalam
Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Barat Bulan Maret tahun 2021 (n=217)
Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol
Susu
Pengetahuan Baik Cukup Kurang r P-value*
n n n
(%) (%) (%)
Baik 93 8 1 0,586 <0,001
(43,0) (3,7) (0,5)
Cukup 37 51 0
(17,1) (23,3) (0,0)
Kurang 0 5 22
(0,0) (2,3) (10,1)

*Spearman rho
Berdasarkan tabel 5.8 hasil penelitian menunjukkan responden
dengan pengetahuan baik sebagian besar memiliki perilaku baik
dalam menjaga higienitas botol susu pada balita sebanyak 93 (43,0%)
responden, responden dengan pengetahuan cukup sebagian besar
memiliki perilaku cukup dalam menjaga higienitas botol susu pada
balita sebanyak 51 (23,4%) responden, sedangkan responden dengan
pengetahuan kurang sebagian besar memiliki perilaku kurang dalam
75

menjaga higienitas botol susu pada balita sebanyak 22 (10,1%)


responden.
Berdasarkan perhitungan dengan spearman’s rho nilai
Pvalue<0,001 yang artinya bahwa nilai p < α 0,05, maka Ha diterima
yang mana hasilnya menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas
botol susu pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
Hubungan ini ditunjukkan dengan kekuatan korelasi (r = 0,586) yang
termasuk dalam kategori sedang dengan arah korelasi positif (+) yang
berarti semakin baik pengetahuan ibu dalam menjaga higienitas botol
susu pada balita maka semakin baik juga perilaku ibu dalam menjaga
higienitas botol susu pada balita diwilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Barat.

5. Hubungan Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol


Susu pada Balita
Tabel 5.9 Tabel Silang Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga
Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Barat Bulan Maret tahun 2021
(n=217)
Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu
Sikap Baik Cukup Kurang r P-value*

n n n
(%) (%) (%)
76

Baik 103 0 1 0, 693 <0,001


(47,5) (0,0) (0,5)
Cukup 27 61 1
(12,4) (28,1) (0,5)
Kurang 0 3 21
(0,0) (1,4) (9,6)
*
Spearman rho
Berdasarkan tabel 5.9 hasil penelitian menunjukkan responden
dengan sikap baik sebagian besar memiliki perilaku baik dalam
menjaga higienitas botol susu pada balita sebanyak 103 (47,5%)
responden, responden dengan sikap cukup sebagian besar memiliki
perilaku cukup dalam menjaga higienitas botol susu pada balita
sebanyak 61 (28,1%) responden, sedangkan responden dengan sikap
kurang sebagian besar memiliki perilaku kurang dalam menjaga
higienitas botol susu pada balita sebanyak 21 (9,6%) responden.
Berdasarkan perhitungan dengan spearman’s rho nilai
Pvalue<0,001 yang artinya bahwa nilai p< α 0,05, maka Ha diterima
yang mana hasilnya menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara sikap dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu
pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
Hubungan ini ditunjukkan dengan kekuatan korelasi (r = 0, 693) yang
termasuk dalam kategori kuat dengan arah korelasi positif (+) yang
berarti semakin baik sikap ibu dalam menjaga higienitas botol susu
pada balita maka semakin baik juga perilaku ibu dalam menjaga
higienitas botol susu pada balita di wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Barat.
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan tentang pembahasan hasil penelitian. Pembahasan bab


ini didasarkan pada bab pendahuluan, tinjauan pustaka, kerangka konsep,
variabel, hipotesis, metode dan hasil. Lebih lanjut, bab pembahasan ini
mencakup hal-hal berikut ini yaitu: 1) pengetahuan ibu dalam menjaga
higienitas botol susu pada balita; 2) sikap ibu dalam menjaga higienitas botol
susu pada balita; 3) perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada
balita; 4) hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam menjaga
higienitas botol susu pada balita; 5) hubungan sikap dengan perilaku ibu
dalam menjaga higienitas botol susu pada balita.

A. Pengetahuan Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada


Balita
Hasil penelitian ini menemukan bahwa pengetahuan ibu dalam
menjaga higienitas botol susu pada balita didapatkan hasil bahwa dari 217
responden sebagian besar atau sebanyak 102 (47,0%) responden
mempunyai pengetahuan baik dalam menjaga higienitas botol susu pada
balita, terdapat 88 (40,6%) responden mempunyai pengetahuan cukup
dalam menjaga higienitas botol susu pada balita, dan 27 (12,4%)
responden mempunyai pengetahuan kurang akan higienitas botol susu
pada balita.
Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu dalam menjaga
higienitas botol susu pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar
Barat tergolong baik karena dari hasil penelitian dengan menggunakan
kuisioner didapatkan sebagian besar respoden sudah mengerti terkait
Perawatan botol susu adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara
kebersihan botol susu sebanyak 162 (74,7%), sebagian besar responden
menyatakan benar pada pernyataan cara pencucian botol susu harus
menggunakan sabun dan di rendam dengan air hangat selama 15 menit
sebanyak 169 (77,9%) responden, dan sebagian besar responden
menyatakan benar pada penyataan sisa-sisa susu di dalam botol susu anak
78

83
dapat menimbulkan adanya bakteri dan bau busuk sebanyak 165 (76,0%)
responden. Temuan dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Silvia, dkk. (2019) di Kelurahan
Cempaka Kota Banjarbaru tentang manajemen botol susu dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sikap ibu bayi/balita diperoleh
hasil pengetahuan ibu terkait manajemen botol susu dalam kategori baik
34 (35%) responden. Dalam penelitian tersebut pengetahuan ibu baik
disebabkan oleh kepatuhan ibu dalam pemilihan bahan botol susu yang
benar dan ibu di Kelurahan Cempaka sudah bisa melakukan sterilisasi
dengan baik. Adapun faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
ibu dalam penelitian tersebut yaitu pengalaman, pendidikan, dan umur.
Sementara itu, penelitian lainnya yang dilakukan oleh Setiawan
dan Basuki (2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Wedung I Kabupaten
Demak tentang faktor pengetahuan dan pemakaian botol susu steril yang
berhubungan dengan kejadian diare pada balita menemukan hal
sebaliknya. Penelitian tersebut memperoleh hasil pengetahuan ibu dalam
sterilisasi botol susu dalam kategori cukup 40 (64,5%) responden.
Pengetahuan ibu yang kurang baik diakibatkan dari cara pencucian,
sterilisasi, penyajian dan penyimpanan botol susu yang kurang baik. Hasil
penelitian tersebut menunjukan ibu balita memiliki kesadaran yang kurang
akan higienitas botol susu, hal ini dilihat dari masih banyak ibu tidak
mencuci botol susu dengan air bersih yang mengalir, tidak memakai sabun
dan tidak menggunakan sikat khusus, serta masih banyak ibu tidak
menggunakan air yang direbus hingga mendidih untuk menyajikan susu
formula.
Pengetahuan ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita
tergolong baik tetapi masih ada responden mempunyai pengetahuan cukup
dan pengetahuan kurang akan higienitas botol susu pada balita. Hal ini
bisa dilihat dari jawaban responden pada kuesioner yang menunjukkan
sebanyak 55 (25,3%) responden menyatakan salah pada pernyataan
perawatan botol susu adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara
kebersihan botol susu, sebanyak 67 (30,9%) responden hanya
79

menggunakan spon dan sabun cuci piring dalam membersihkan botol


susu, sebanyak 65 (30,0%) responden masih menggunakan air dingin
untuk menghilangkan busa dan sisa sabun, serta masih banyak responden
melakukan sterilisasi botol susu dengan air panasyang direbus dengan
suhu lebih dari 100°c 15 sebanyak 64 (29,5%) responden.
Pengetahuan tentang higienitas botol susu sangat penting untuk
pencegahan dan penanganan terhadap penyakit diare pada balita. Apabila
pemahaman ibu balita rendah tentang higienitas botol susu akan
berimplikasi atau berakibat pada berkembangya bakteri dibotol susu yang
akan menjadi penyebab terjadinya suatu penyakit dan salah satunya diare
(Saripah, dkk. 2020).
Tingginya tingkat pengetahuan ibu dipengaruhi dari beberapa
faktor diantaranya umur, pendidikan, pengalaman dan informasi.
Berdasarkan data yang didapat usia responden menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki umur 26-30 tahun sebanyak 94
(43,3%) responden, itu berarti sebagian besar responden memiliki tingkat
kedewasaan berdasarkan usia. Pada rentang usia 26-30 tahun ini
kemungkinan pengalaman terhadap aplikasi sehari-hari sudah baik,
responden yang masih muda cenderung bisa menerima informasi baru
didasari pengetahuan yang baik.
Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan Notoatmodjo (2014),
yang menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang adalah umur. Bertambahnya umur seseorang akan
menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek psikis dan psikologis
(mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat katagori
perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-
ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi
organ. Sedangkan pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
Putri (2008) dalam Burhanudin (2014) yang menyatakan
pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan formal. Pengetahuan erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan semakin tinggi
pendidikan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya jika
80

seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah, maka akan memperhambat


perkembangan sikap orang tersebut terhap penerimaan informasi.
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan perilaku yang positif. Pendidikan seseorang juga
mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang menunjukkan latar belakang pendidikan terbanyak adalah
pendidikan SMA/SMK sebanyak 132 (60,8%) responden dan minoritas
pendidikan SD sebanyak 10 (4,6%) responden.
Pengalaman juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang. Pengalaman bisa dikaitkan dengan jumlah
anak, dimana ibu yang sudah mempunyai anak sebelumnya lebih
berpengalaman dibanding ibu yang hanya mempunyai anak satu. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan mayoritas responden
memiliki 2 anak sebanyak 98 (45,2%) responden sedangkan sebanyak 51
(23,5%) responden memiliki jumlah anak 2. Seseorang cenderung
menerapkan pengalamannya terdahulu untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengalaman yang dimiliki oleh responden menyebabkan
seseorang mempunyai kemampuan analisis dan sintesis yang baik. Hal ini
sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2014) bahwa
semakin baik kemampuan analisis dan sintetis yang dimiliki seseorang
maka tingkat pengetahuannya semakin baik.
Selain faktor umur, pendidikan, dan pengalaman, faktor lain yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah informasi. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang menunjukan masih ada responden
mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 27 (12,4%) responden.
Pengetahuan kurang disebabkan karena kurangnya informasi yang
didapatkan oleh responden dari media masa seperti buku, televise ataupun
radio dan juga dari puskesmas terdekat yang memberikan penyuluhan
terkait higienitas botol susu. Tenaga kesehatan harus bekerja sama dengan
masyarakat dalam rangka meningkatkan upaya edukator pada masyarakat
yang masih pemahaman kurang terkait higienitas botol susu pada balita.
Menurut Kemenkes RI (2019) Peran tenaga kesehatan yaitu salah
satunya memberikan pelayanan promosi kesehatan, tenaga kesehatan
81

mempunyai peranan dalam mengubah perilaku masyarakat menjadi


kondusif terhadap Perilaku Sehat dan Bersih (PHBS) melalui higienitas
botol susu dalam pencegahan diare, diantaranya memberikan penyuluhan
dan memperkenalkan teknik higienitas botol susu, melalukan identifikasi
terhadap perubahan masyarakatan terkait perilaku kesehatan khususnya
dalam higienitas botol susu, memberikan motivasi kepada masyarakat
terkait pentingnya higienitas botol susu dan memberikan intervensi cara
higienitas botol susu yang baik dan benar.
B. Sikap Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita
Hasil penelitian ini menemukan sikap ibu dalam menjaga
higienitas botol susu pada balita menunjukan bahwa dari 217 responden
terdapat 104 (47,9%) responden yang mempunyai sikap baik dalam
menjaga higienitas botol susu pada balita, terdapat 89 (41,0%) responden
mempunyai sikap cukup dalam menjaga higienitas botol susu pada balita,
dan 24 (11,1%) responden mempunyai sikap kurang akan higienitas botol
susu pada balita. Sikap ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada
balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat tergolong baik,
karena dari hasil penelitian dengan menggunakan kuisioner didapatkan
sebagian besar responden sudah mengetahui cara melakukan higienitas
botol susu dengan baik dan benar. Hal ini bisa dilihat dari jawaban
responden pada kuesioner dimana sebagian besar sikap responden
menyatakan setuju pada pernyataan mencuci botol susu anak sebaiknya di
air mengalir sebanyak 115 (53,0%) responden. dan responden setuju botol
susu anak sehabis dicuci harus disterilkan sebanyak 103 (47,5%)
responden. Ayaz, Furrukh, & Matee (2017) menyatakan bahwa
membersihkan botol susu harus di air mengalir serta sebelum digunakan
mensterilakan botol susu dengan merebusnya dalam air dapat mencegah
infeksi bakteri yaitu Escherichia coli.
Dari hasil penelitian juga menunjukkan sikap responden sebagian
besar menyatakan setuju pada pernyataan sebelum digunakan putting (dot)
botol susu anak perlu dicuci sebanyak 119 (54,8%) responden tetapi
terdapat juga responden yang tidak setuju untuk pernyataan tersebut 19
(8,8%) responden. Sikap responden ini sesuai dengan hasil penelitian
82

dilakukan oleh Batubara (2017) sebagian besar responden mencuci botol


susu dan memisahkan bagian-bagian botol susu saat mencuci botol susu
dan saat melakukan sterilisasi botol susu. Higienitas botol susu dikatakan
baik apabila responden melakukan 5 hal dalam pencucian botol susu yaitu,
pertama memisahkan botol, dot, dan tutup botolnya serta mencucinya
dengan air sabun, kedua menggunakan sikat khusus untuk membersihkan
botol susu, dot dan tutup botolnya, ketiga menyikat dengan bersih bagian
dasar botol dan bagian leher botol, keempat membilas botol hingga benar
benar bersih menggunakan air bersih yang mengalir, dan kelima merebus
botol di dalam air hangat (Harris, dkk. 2017).
Temuan dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Silvia, dkk. (2019) di Kelurahan Cempaka
Kota Banjarbaru tentang manajemen botol susu dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan sikap ibu bayi / balita diperoleh hasil bahwa
sikap ibu dalam manajemen botol susu mempunyai kategori baik
sebanyak 37 (39%) responden. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
adanya ibu yang memiliki sikap positif namun manajemen botol susunya
adalah kurang ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya rasa
bertanggung jawab yang merupakan sikap paling tinggi dalam tingkatan
sikap dan ibu yang memiliki sikap negatif namun manajemen botol
susunya adalah baik mungkin ini disebabkan oleh kecenderungan dalam
bertindak (end to behave) yang merupakan salah satu komponen pokok
sikap. Ibu di Kelurahan Cempaka banyak tidak setuju tentang melihat
tanda label yang terdapat pada botol, hal ini dikarenakan ibu beranggapan
semua botol susu itu sama saja.
Sementara itu, penelitian lainnya yang dilakukan oleh Batubara
(2018) di Desa Huta Lombang dan Desa Pijorkoling Kec.
Padangsidimpuan Tenggara tentang hubungan higienitas botol susu dan
perilaku ibu yang memiliki bayi dan balita usia 6 bulan-2 tahun dengan
kejadian diare menemukan hal sebaliknya. Penelitian tersebut mencatat
mayoritas 29 (64,4%) responden memiliki sikap negatif tentang higienitas
botol susu pada bayi dan balita usia 6 bulan-2 tahun. Sikap ibu dalam
penelitian tersebut masih kurang terkait higienitas botol susu, hal ini
83

kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengalaman dan rasa tanggung


jawab ibu dalam perawatan botol susu. Hasil penelitian tersebut juga
menunjukan masih masih banyak ibu tidak mencuci botol susu di air
mengalir, tidak melalukan sterilisasi botol susu selam 10-15 menit, dan
masih banyak ibu yang menyimpan botol susu ditempat terbuka sehingga
mengakibatkan debu dan bakteri mudah melekat dan mengkontaminasi
botol susu sehingga menjadi faktor penyebab diare pada balita.
Sikap ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita di
wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat tergolong baik tetapi masih
ada responden mempunyai sikap kurang akan higienitas botol susu pada
balita sebanyak 24 (11,1%) responden. Hal ini bisa dilihat dari jawaban
responden pada kuesioner yang menunjukkan sebanyak 23 (10,6%)
responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan botol susu anak
sehabis dicuci harus disterilkan, sebanyak 17 (7,8%) responden tidak
setuju pada peryataan menyimpan botol susu di tempat kering, bersih dan
tertutup dapat mencegah diare dan sebanyak 19 (8,8%) responden
menyatakan tidak setuju pada pernyataan sebelum digunakan putting (dot)
botol susu anak perlu dicuci.
Sikap responden yang kurang dipengaruhi oleh pengetahuan dan
informasi yang kurang didapat oleh responden. Hal ini sesuai dengan teori
Notoatmodjo (2014) yang menyatakan bahwa sikap seseorang
berpengaruh terhadap pengetahuan, dimana dalam hal ini sikap ibu dalam
menjaga higienitas botol susu balita pada dasarnya akan dipengaruhi oleh
pengetahuan ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita. Jadi
dapat disimpulkan semakin baik pengetahuan seseorang akan semakin
mudah menerima informasi. Sehingga jika semakin mudah menerima
informasi maka semakin baik sikap yang dimiliki.
Dampak negatif dari botol yang tidak aman dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada balita. Apabila pemahaman ibu balita rendah
tentang higienitas botol susu akan berimplikasi atau berakibat pada
berkembangya bakteri dibotol susu yang akan menyebabkan suatu
penyakit seperti diare, kanker dan gangguan hormone (Silvia, 2019).
84

Dalam rangka mencegah terjadinya diare pada balita pemerintah


telah membuat program prinsip tatalaksana diare pada balita yaitu Lintas
Diare (lima langkah tuntaskan diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO, melalui program tersebut
pemerintah dan tenaga kesehatan bisa memberikan promosi kesehatan
untuk pencegatan diare yang dapat dilakukan dengan cara perlaku hidup
sehat dan bersih melalui higenitas botol susu pada balita (Kemenkes RI
2019).

C. Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita


Penelitian ini menemukan perilaku ibu dalam menjaga higienitas
botol susu pada balita didapatkan hasil dari 217 responden terdapat 130
(59,9%) responden yang mempunyai perilaku baik dalam menjaga
higienitas botol susu pada balita, terdapat 64 (29,5%) responden yang
mempunyai perilaku cukup dalam menjaga higienitas botol susu pada
balita, dan 23 (10,6%) responden yang mempunyai perilaku kurang akan
higienitas botol susu pada balita. Seseorang dapat menjadi sehat ataupun
sakit akibat dari kebiasaan atau perilaku yang dilakukannnya. Perilaku
individu tidak akan timbul dengan sendirinya, tetapi akibat adanya
rangsangan, baik yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar diri
individu. Dalam hal ini kebiasaan yang tidak sehat dapat menunjang
terjadinya berbagai penyakit, sedangkan kebiasaan yang sehat dapat
membantu mencegah penyakit
(Notoatmodjo, 2014)
Temuan dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hikmawati dan Verawati (2015) tentang
hubungan perilaku ibu dalam penggunaan botol susu dengan kejadian
diare pada balita, dari 39 responden didapatkan 20 (51%) responden
berperilaku baik ini dibuktikan dengan adanya pernyataan dari kuesioner
diamana ibu selalu menggunakan botol susu yang bersih, selalu menyeduh
susu menggunakan air matang, dan selalu membilas menggunakan air
yang mengalir.
85

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Lanida dan


Farapti (2016) di Kelurahan Sidotopo, Kecamatan Semampir, Kota
Surabaya tentang pencegahan kejadian diare pada balita melalui
higienitas botol susu yang menunjukan bahwa sebagian besar ibu
memiliki perilaku baik dalam melakukan teknik membersihkan botol
susu dengan presentase 26 (43,3%) responden.
Sementara itu, penelitian lainnya yang dilakukan oleh
Setyaningsih dan Fitriyanti (2015) di Desa Sale Kecamatan Plaosan
Kabupaten Mangetan tentang hubungan perilaku ibu dalam membersihkan
botol susu dengan kejadian pada bayi menemukan hal sebaliknya.
Penelitian tersebut mencatat mayoritas 20 (65,5%) responden memiliki
perilaku buruk dalam membersihkan botol susu. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan sebagian besar dari ibu tidak melakukan
pembersihan botol susu dengan baik, hal ini dipengaruhi oleh banyak
faktor yang dapat membentuk perilaku yang sesuai dengan harapan,
diantaranya adalah dengan cara membiasakan diri (conditioning) untuk
membersihkan botol susu dengan benar, kebanyakan dari ibu cara
membersihkan botol susu hanya dengan air hangat tanpa disabun, disikat
dan direbus untuk sterilisasi.
Perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat tergolong baik. Hal ini bisa
dilihat dari jawaban responden pada kuesioner dimana sebagian besar
perilaku responden menyatakan sering pada pernyataan saya memilih
menggunakan botol susu yang terbuat dari plastik dan aman digunakan
secara berulang sebanyak 118 (54,4%) responden. Silvia, dkk. (2019)
mengatakan dalam pemilihan botol susu harus memperhatikan tanda pada
botol susu. botol susu yang aman adalah botol susu yang terhindar dari
Bhisphenol-A (BPA). Dampak negatif dari botol susu yang tidak aman
adalah gangguan seperti kanker, gangguan hormon, sistem reproduksi,
saraf dan sistem daya tahan tubuh yang berpengaruh pada proses
perkembangan anak.
Dari hasil penelitian juga menunjukkan sebagian besar responden
menyatakan sering pada pernyataan saya mencuci botol susu pada air yang
86

mengalir dengan menggunakan sikat dan sabun untuk membersikan botol


dan dot sebanyak 114 (52,5%) responden. Responden menyatakan jarang
pada pernyataan saya membilas botol susu dengan air mengalir sebelum
botol susu diisi susu formula tanpa melakukan sterilisasi sebanyak 106
(48,8%) responden. Responden menyatakan sering pada pernyataan saya
juga melakukan sterilisasi botol susu dengan merendam botol susu di
dalam panci yang berisi air hangat sebanyak 109 (50,2%) responden. Dan
responden menyatakan sering pada pernyataan saya menyimpan botol
susu sebanyak 90 (41,5%) responden dan dot dengan menempatkannya di
rak khusus pada posisi terbalik tetapi ada juga responden yang meyatakan
tidak pernah menyimpan botol susu dan dot dengan menempatkannya di
rak khusus pada posisi terbalik sebanyak 7 (3,2%) responden. Hikmawati
dan Verawati (2015) menyatakan proses pencucian botol susu yang baik
harus melalui beberapa tahapan diantaranya harus menggunakan air
megalir langsung dari kran, menggunakan sabun, setelah dicuci botol susu
direbus menggunakan air hangat, selanjutnya botol susu yang sudah
kering di tempatkan dalam ruang khusus bebas dari debu / serangga dan
diletakkan pada ruang yang sirkulasinya segar atau langsung kena sinar
matahari agar bakteri dapat mati.
Perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat tergolong baik tetapi masih
ada ibu yang mempunyai perilaku kurang akan higienitas botol susu, ini
dilihat dari jawaban responden pada kuesioner, sebanyak 13 (6,0%)
responden tidak pernah memilih botol susu yang terbuat dari plastik dan
aman digunakan secara berulang, sebanyak 13 (6,0%) responden saat
membersihkan botol susu, bagian- bagian botol susu seperti cincin dot dan
karet dot tidak dilepaskan, sebanyak 25 (11,5%) responden mensterilkan
botol susu dengan cara merebus botol susu kurang dari 10 menit, dan
sebanyak 16 (7,4%) responden setelah botol susu kering, menyimpan
botol tanpa memasang dot dan penutupnya.
Perilaku responden yang kurang dipengaruhi oleh pengetahuan dan
sikap yang kurang. Hal ini sesuai denga teori Notoatmodjo (2014) Sikap
merupakan evaluasi positif atau negatif individu yang selanjutnya akan
87

berpengaruh terhadap perilaku. Sikap terhadap suatu perilaku didasarkan


atas keyakinan dan pengetahuan tentang akibat positif dan negatif dari
perilaku. Apabila ibu balita mempunyai pengetahuan baik tentang
perawatan botol susu cenderung akan berperilaku positif dalam perawatan
botol susu. Sedangkan ibu balita yang berpengetahuan kurang, cenderung
untuk berperilaku negatif dalam perawatan botol susu.
Perilaku ibu yang kurang terkait higienitas botol susu akan
berdampak pada kesehatan pada balita. Apabila perilaku ibu balita rendah
tentang higienitas botol susu akan berimplikasi atau berakibat pada
berkembangya bakteri dibotol susu yang akan menyebabkan suatu
penyakit seperti diare (Burhanudin, 2019).
Menurut Nursalam, et al. (2005) dalam Setyaningsih dan Fitriyanti
(2015) penyebab utama diare adalah beberapa kuman diantaranya
rotavirus, eschericia coli, vibrio cholera dan shigella. Selain kuman ada
beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko diare akibat penggunan
botol susu yaitu menggunakan botol susu yang tidak bersih. Penggunaan
botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman yang berasal dari feses
dan sukar dibersihkan sewaktu susu dimasukkan ke dalam botol yang
tidak bersih, maka akan terjadi kontaminasi kuman dan bila tidak segera
diminum kuman akan tumbuh, menyimpan susu formula pada suhu
kamar, tidak mencuci tangan sebelum memberikan ASI dan susu formula
pada balita, dan tidak menggunakan air bersih saat membersihkan botol
susu dan menyajikan susu formula.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan


pentingnya higienitas botol susu pada balita tenaga kesehatan harus
bekerja sama dengan masyarakat dalam rangka meningkatkan upaya
kesehatan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat yang masih memiliki
perilaku kurang terkait higienitas botol susu pada balita. Dalam
memberikan informasi petugas kesehatan harus memperlakukan sasaran
dengan sopan, baik, dan ramah, menghargai keadaan atau latar belakang
sasaran, menggunakan alat peraga yang menarik sehingga masyarakat
88

mengerti terkait penyuluhan yag diberikan khususnya higienitas botol


susu pada balita (Ningsih, 2016).

D. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga


Higienitas Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
II Denpasar Barat
Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam menjaga
higienitas botol susu pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar
Barat. Hubungan ini ditunjukkan dengan kekuatan korelasi sedang dengan
arah korelasi positif (+) yang berarti semakin baik pengetahuan ibu dalam
menjaga higienitas botol susu pada balita maka semakin baik juga perilaku
sikap ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita diwilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Barat.
Temuan dalam penelitian ini searah dengan yang dilakukan oleh
Khasanah dan Galuh (2016) di wilayah kerja Puskesmas Kotagede II
Yogyakarta tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang diare
dengan perilaku pencegahan diare pada balita menunjukkan ada hubungan
yang siginifikan antara pengetahuan ibu tentang diare dengan perilaku ibu
dalam pencegahan diare pada balita. Menurut hasil penelitian tersebut
disamping pengetahuan yang diperoleh ibu sangat penting diperlukan juga
perilaku yang mendukung tentang kebersihan. Perilaku pencegahan diare
yang baik dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik pula.
Hasil penelitian ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan
oleh Adha, dkk. (2018) di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Kota
Pontianak yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara perilaku
hygiene (cuci tangan dan membersihkan botol susu formula) ibu dengan
tingkat pengetahuan penyakit diare pada anak balita.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol
susu pada balita, hal ini didukung oleh teori Notoatmodjo (2014) yang
menyatakan bahwa perilaku seseorang berpengaruh terhadap pengetahuan,
dimana dalam hal ini perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu
89

balita pada dasarnya akan dipengaruhi oleh pengetahuan ibu dalam


menjaga higienitas botol susu pada balita. Selanjutnya pengetahuan
merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk perilaku
seseorang yang dalam hal ini dipengaruhi oleh konsekuensi perilaku yang
dilakukan (akibat tertentu) dari rendah dan tingginya pengetahuan.
Menurut teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2014)
menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor predisposisi
(predisposing factors), faktor pendukung (enabling factor), dan faktor
pendorong (reinforcing factor). salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku tersebut adalah faktor predisposisi yaitu pengetahuan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Hal ini sesuai dengan hasil tabulasi silang yang
menunjukkan responden yang mempunyai pengetahuan baik sebagian
besar mempunyai perilaku baik dalam menjaga higienitas botol susu balita
sebanyak 93 (43,0%) responden, sedangkan responden dengan
pengetahuan kurang sebagian besar memiliki perilaku kurang dalam
menjaga higienitas botol susu pada balita sebanyak 22 (10,1%) responden.
Hasil tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2014) bahwa pengetahuan atau koginif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang (overt
behavior). Semakin baik pengetahuan ibu dalam menjaga higienitas botol
susu maka semakin semakin baik perilaku ibu dalam menjaga higienitas
botol. Sebaliknya apabila ibu memiliki pengetahuan kurang dalam
menjaga higienitas botol susu maka akan timbul perilaku yang buruk
dalam menjaga higienitas botol pada balita

Saripah, (2020) mengatakan pengetahuan akan menentukan


perilaku, cara-cara pemberian baik ASI maupun susu formula melalui
botol harus memperhatikan berbagai hal seperti cara penyajian, seperti
botol susu, cara mencuci botol, cara sterilisasi. Cara yang salah dalam
menggunakan botol susu dapat menyebabkan bakteri berkembang. Dari
90

berkembangnya bakteri dalam botol bisa mengganggu sistem pencernaan


bayi, bahkan dapat menimbulkan diare pada bayi atau balita.

E. Hubungan Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas


Botol Susu pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Barat
Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara sikap dengan perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada
balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat. Hubungan ini
ditunjukkan dengan kekuatan korelasi kuat dengan arah korelasi positif
(+) yang berarti semakin baik sikap ibu dalam menjaga higienitas botol
susu pada balita maka semakin baik juga perilaku sikap ibu dalam
menjaga higienitas botol susu pada balita di wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Barat. Ini menunjukan dengan memiliki sikap yang positif atau
pengalaman yang positif yang sudah ada dalam diri kita atau yang
diperoleh dari orang lain yang ada di sekitar kita maka kita akan
terpengaruh untuk cenderung berperilaku baik, hal ini didukung oleh
pernyataan bahwa sikap merupakan reaksi atau respons yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek dan sikap sering diperoleh dari
pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat (Notoatmodjo,
2014).
Temuan penelitian ini searah dengan penelitian yang dilakukan oleh
Silvia, dkk. (2019) di Kelurahan Cempaka Kota Banjarbaru tentang
manajemen botol susu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengetahuan
dan sikap ibu bayi/balita menemukan bahwa ada hubungan bermakna
antara sikap dengan perilaku manajemen botol susu.
Sementara itu, penelitian lainnya yang dilakukan oleh Paramitha,
dkk (2010) di Kelurahan Kayuringin Jaya Kecamatan Bekasi Selatan Kota
Bekasi tentang perilaku ibu pengguna botol susu dengan kejadian diare
pada balita menemukan hal sebaliknya. Penelitian tersebut tidak
menemukan hubungan yang signifikan antara perilaku ibu pengguna botol
susu dengan sikap ibu dalam penyiapan botol susu.
91

Ajzen (1980) dalam Adventus, dkk. (2019) mengatakan bahwa sikap


mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang
teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal; Pertama,
perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang
spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh
sikap tapi juga oleh norma-norma objektif (subjective norms) yaitu
keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat.
Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma- norma subjektif
membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu.
Sikap merupakan evaluasi positif atau negatif individu yang
selanjutnya akan berpengaruh terhadap perilaku. Sikap terhadap suatu
perilaku didasarkan atas keyakinan dan pengetahuan tentang akibat positif
dan negatif dari perilaku. Apabila ibu balita mempunyai pengetahuan baik
tentang perawatan botol susu cenderung akan berperilaku positif dalam
perawatan botol susu. Sedangkan ibu balita yang berpengetahuan kurang,
cenderung untuk berperilaku negatif dalam perawatan botol susu. Hal
tersebut sesuai dengan hasil tabulasi silang yang menunjukkan responden
dengan sikap baik sebagian besar memiliki perilaku baik dalam menjaga
higienitas botol susu pada balita sebanyak 103 (47,5%) responden,
sedangkan responden dengan sikap kurang sebagian besar memiliki
perilaku kurang dalam menjaga higienitas botol susu pada balita sebanyak
21 (9,6%) responden.
Azwar (2012) mengemukakan bahwa sikap merupakan komponen
konatif (konative), kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek yang dihadapinya. Sikap dan perilaku
ibu dalam menjaga higienitas botol susu sangat berkaitan dengan
informasi. Responden yang memiliki sikap netral atau positif akan lebih
siap menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Sebaliknya responden
yang memiliki sikap negatif akan mempunyai perilaku yang negatif.
F. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan merupakan kelemahan, kekurangan dan hambatan
dalam penelitian yang dihadapi oleh peneliti. Keterbatasan dalam
penelitian ini yaitu:
92

1. Saat pengambilan data, responden memerlukan waktu yang lebih dalam


pengisian data, dikarenakan beberapa responden ada yang mengalami
kesulitan utuk memahami pernyataan pada kuesioner.
2. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional yaitu melakukan
penelitian hanya dengan suatu saat saja sehingga hasil penelitian tidak
bisa dilihat untuk jangka panjang kedepan atau hasil penelitian bisa
saja berbeda dengan waktu penulis melakukan penelitian
3. Sampel dalam penelitian hanya sedikit yaitu 217 jika sampel yang
diteliti lebih banyak maka hasil yang didapatkan dapat
digeneralisasikan
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

Bab penutup ini terdiri dari dua bagian yaitu kesimpulan dan saran.
Adapun kesimpulan dan saran tersebut dibuat berdasarkan uraian dari bab-bab
sebelumnya.

A. Simpulan
Berdasarkan tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam menjaga
higienitas botol susu pada balita di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Barat. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengetahuan ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita sebagian
besar baik sebanyak 102 (47,0%) responden akan tetapi masih ada
responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 88 (40,6%)
responden
2. Sikap ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita sebagian besar
baik sebanyak 104 (47,9%) responden akan tetapi masih ada responden
yang memiliki sikap cukup sebanyak 89 (41,0%) responden.
3. Perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita sebagian
besar baik sebanyak 130 (59,9%) akan tetapi masih ada responden yang
memiliki perilaku cukup sebanyak 64 (29,5%) responden.
93

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan


perilaku ibu dalam menjaga higienitas botol susu pada balita di Wilayah
Kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti dapat memberikan
beberapa saran yang dapat dijadikan masukan antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Ibu Balita
Ibu balita yang memiliki perilaku baik agar tetap mempertahankan
higienitas botol susu dengan baik dan benar serta untuk ibu yang masih
memiliki perilaku kurang agar tetap meningkatkan higienitas botol susu
pada balita, mulai dari cara membersihkan botol susu, sterilisasi, cara
penyimpanan dan cara penggunaan botol susu sehingga tingkat higienitas
botol susu tetap terjaga.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang
higienitas botol susu pada balita yaitu dengan cara memberikan informasi.
Pemberian informasi ini dapat dilakukan baik secara langsung melalui
penyuluhan saat posyandu, ataupun melalui media massa dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam menjaga
higinitas botol susu.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian tentang higienitas botol susu pada balita diharapkan menjadi
referensi bagi peneliti selanjutnya, dengan mempertimbangkan beberapa
hal yaitu: memperluas area penelitian, mengembangkan variabel agar hasil
yang diperoleh lebih baik serta meneliti faktor-faktor lain yang
mempengaruhi Ibu balita dalam menjaga higienitas botol susu.
100
DAFTAR PUSTAKA

Adha, S. N., Mahyudin, & Maulana, M. A. (2018). Pengaruh edukasi perilaku


hygiene ibu terhadap perilaku ibu (cuci tangan & membersihkan botol susu
formula) dan tingkat pengetahuan penyakit diare pada anak balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Kota Pontianak. Jurnal ProNers, 4
(1).
Adriani & Wirjatmadi. (2014). Peranan gizi dalam siklus kehidupan. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Ayaz, F., Ayaz, S. B., Furrukh, M., & Matte, S. (2017). Cleaning practices and
contamination status of infant feeding bottle contents and teats in
Rawalpindi, Pakistan. Pakistan Journal of Pathology, 28 (1), 13-20.

Azwar, S. (2012). Sikap manusia: Teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Belajar.
Batubara. (2018). Hubungan higienitas botol susu dan perilaku ibu yang memiliki
bayi dan balita usia 6 bulan- 2 tahun dengan kejadian diare di Desa Huta
Lombang Dan Desa Pijorkoling Kec. Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017. [Skripsi]. Medan: Univsersitas Sumatera
Utara.

Burhanudin. (2014). Hubungan antara tingkat pengetahuan dan peilaku ibu


tentang cara perawatan botol susu dengan kejadian diare pada batita di
Puskesmas Gatak. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Dinkes Kota Denpasar. (2018). Profil Kesehatan Kota Denpasar tahun 2018.
Denpasar: Dinas Kesehatan Kota Denpasar.
Dinkes Provinsi Bali. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2018. Bali:
Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Dinkes Provinsi Bali. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2018. Bali:
Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Fitri, S. M. (2017). Gambaran tingkat pengetahuan tentang diare pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan. [Skripsi].
Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidyatullah Jakarta.

Harris, M.F., Farida, H., & Lisda, H. (2017). Hubungan higienitas botol susu
dengan kejadian diare di Wilayah Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin.
Berkala Kedokteran, 13 (1), 74-52.

Hikmawati, R., & Verawati, M. (2015). Hubungan perilaku ibu dalam


penggunaan botol susu dengan kejadian diare pada balita. Jurnal Ners dan
Kebidanan, 2 (1), 43-49.
Khasanah, U., & Galuh, K. S. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
diare dengan perilaku pencegahan diare pada balita. Jurnal Kesehatan
Samodra Ilmu 07 (02).

Lanida, B. P., & Farapti. (2016). Pencegahan kejadian diare pada balita melalui
higienitas botol susu. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6 (3), 244-251.

Ngastiyah. (2012). Perawatan anak sakit (Edisi II). Jakarta: EGC.

Ningsih, R. (2014). Penyuluhan hygiene sanitasi makanan dan minuman, serta


kualitas makanan yang dijajakan pedagang di lingkungan sdn kota
samarinda. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10 (1), 64-72.

Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam. (2014). Metodologi penelitian ilmu keperawatan (Edisi 3). Jakarta:


Salemba Medika.

Paramitha, G.W., Soprima, M., & Haryanto, B (2010). Perilaku ibu pengguna botol
susu dengan kejadian diare pada balita. Makara, Kesehatan, 14 (1), 46-50.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013. Susu formula dan produk
bayi lainnya. Jakarta: Sekretariat Negara.

Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 24/M-IND/2/2010. Pencantuman logo


tara dan kode daur ulang pada kemasan pangan pada plastik. Jakarta:
Sekretariat Negara.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan penelitian dan pengembangan


Kesehatan Kementrian RI tahun 2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.

Rothstein, J. D., Mendoza, A. L., Cabrera, L. Z., Pachas, J., Calderón, M.,
Pajuelo, M. J., & Gilman, R. H. (2019). Household contamination of baby
bottles and opportunities to improve bottle hygiene in Peri-Urban Lima,
Peru. International Journal of Medical Science, 100 (4), 988-997.

Sani, A., Sartika, S., & Anugrah, I. (2020). Kontaminasi bakteri escheriscia coli
pada botol susu balita dengan kejadian diare pada balita. Window of Public
Health Journal, 1 (1), 22-30.

Saripah, S. (2020). Hubungan higienitas botol susu dengan kejadian diare pada
balita di Wilayah Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. [Doktoral Disertasi]. Banjarmasi: Universitas
Islam Kalimantan MAB.
Seid, M. A., & Hussen, M. S. (2018). Knowledge and attitude towards
antimicrobial resistance among final year undergraduate paramedical
students at University of Gondar, Ethiopia. BMC infectious diseases, 18(1),
1-8.

Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Edisi 2).
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiawan, B. B., & Basuki, R. (2012). Faktor pengetahun dan pemakian botol susu
steril yang berhubungan dengan kejadian diare pada batit di Wilayah
Puskesmas Wedung I. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, 1(2).

Setyaningsih, R., & Fitriyanti, L. (2015). Hubungan perilaku ibu dalam


membersihkan botol susu dengan kejadian diare pada bayi di Desa Sale
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Kosala, 3 (2). 28-37.

Silvia, A., Rahmawati, & Erminawati (2019). Manajemen botol susu dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu bayi/balita. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 16 (2).

Soetomo, B. (2010). Makanan sehat pendamping ASI. Jakarta: Demedia Pustaka.

Swarjana, I. K. (2015). Metodologi penelitian kesehatan (Edisi II). Yogyakarta:


Penerbit Andi & STIKES Bali.

Sweetser, S. (2012). Evaluating the patient with diarrhea: A case-based approach,


the divinsion of gastroenterology and hepatoogy. Mayo Clinic Proceedings,
87 (6), 596-602.

Utami, N., & Nabila, L. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi diare pada
anak. Majority, 5 (4).

Widyastuti, T. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu


terhadap pencegahan diare pada anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas 4
Ulu Palembang. [Skripsi]. Palembang: Universitas Muhammadiyah
Palembang.

World Health Organization (WHO). (2017). Diarrhoeal disease.


Lampiran 1 JADWAL PENELITIAN
BULAN
NO KEGIATAN
Oktober Nopember Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Penyusunan
1 Skripsi
2 ACC Skripsi
Penyebaran
3 Skripsi
4 Ujian Skripsi

Ujian Ulang
5 Skripsi
Pengumpulan
6 Data

Penyusunan
Hasil
7 Penelitian

Penyebaran
8 Skripsi
9 Ujian Skripsi
Ujian Ulang
10 Skripsi
Perbaikan dan
11
Pengumpulan
Lampiran 2 KISI-KISI PENYUSUNAN KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU IBU


DALAM MENJAGA HIGIENITAS BOTOL SUSU PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR BARAT
Variabel Sub Dominan Jumlah Item Nomor dan Sifat
Item
Positif Negatif

Pengetahuan 5. Definisi 10 1,3 2


6. Cara membersihkan 4,7,8 5,6
botol susu
9
7. Penyimpanan botol susu
10
8. Sterilisasi botol susu

Sikap 1. Cara membersihkan 10 1, 3 2, 4, 5, 6


botol susu

2. Sterilisasi botol susu


7
3. Penyajian susu formula
8
4. Penyimpanan botol susu
9, 10

Perilaku 5. Cara memilih botol susu 15 1 2


6. Cara membersihkan 3,5 4, 6
botol susu
7. Sterilisasi botol susu
7, 9, 11 8, 10, 12
8. Penyimpanan botol susu
13,15 14

Lampiran 3
KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU IBU
DALAM MENJAGA HIGIENITAS BOTOL PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS II DENPASAR BARAT

A. Data Umum:
1. Nama (inisial) : ………………………………..
2. Umur Ibu : …………..tahun
3. Umur Anak terakhir : …………..tahun
4. Pekerjaan : Pegawai Negeri Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta
Petani

Swasta Pedagang

Lain-

lain…………………..

5. Pendidikan : Tidak bersekolah SMA


SD
Diploma / Sarjana
SMP
6. Jumlah Anak : ………………………………..
B.
Kuesioner Pengetahuan Ibu dalam menjaga higienitas botol
susu
Berilah tanda centang (√) pada salah satu kolom yang sesuai dengan
keadaan anda yang sebenarnya. Setiap pernyataan hanya satu jawaban
yang menurut anda paling sesuai. Semua pernyataan harus dijawab.
Terdapat dua pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan
yaitu: Benar dan Salah
No Pernyataan Benar Salah Skor
1 Perawatan botol susu adalah upaya
kesehatan dengan cara memelihara
kebersihan botol susu
2 Botol susu yang aman adalah botol
susu yang terbuat dari kaca dan
bergambar
3 Botol susu yang bersih merupakan
botol susu yang segera dicuci setelah
digunakan
4 Cara pencucian botol susu harus
menggunakan sabun dan di rendam
dengan air hangat selama 15 menit
5 Membersihkan botol susu hanya
menggunakan spon dan sabun cuci
piring

6 Setelah mencuci botol susu bilas


dengan air dingin untuk
menghilangkan busa dan sisa sabun

7 Perawatan botol susu anak dengan


baik dan benar dapat mencegah diare
8 Sisa-sisa susu di dalam botol susu
anak dapat menimbulkan adanya
bakteri dan bau busuk
9 Tempat menyimpan botol susu anak
harus di lingkungan yang tertutup
dan dalam keadaan lembab
10 Cara Mensterilkan botol susu dengan
air panas yang direbus dengan suhu
lebih dari 100 o C
C.
Kuesioner Sikap Ibu Dalam Menjaga Higienitas Botol Susu Berilah
tanda centang (√) pada salah satu kolom yang sesuai dengan keadaan anda
yang sebenarnya. Setiap pernyataan hanya satu jawaban yang menurut
anda paling sesuai. Semua pernyataan harus dijawab.
Terdapat lima pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan
yaitu:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
RR : Ragu-ragu
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju

NO Pernyataan SS S RR TS STS Skor


1 Mencuci botol susu anak
sebaiknya di air mengalir
2 Mencuci botol susu anak
sebaiknya hanya menggunakan
sikat botol
3 Sebelum digunakan putting
(dot) botol susu anak perlu
dicuci
4 Botol susu anak sebaiknya
dicuci tanpa membuka cincin
dan karet dot
5 Botol susu anak boleh
digunakan langsung setelah
dicuci
6 Mengeringkan botol susu anak
harus menggunakan kain katun
7 Botol susu anak sehabis dicuci
harus disterilkan
8 Menyajikan susu formula
menggunakan botol susu
sebaiknya menggunakan air
mendidih dengan suhu 80o C
9 Menyimpan botol susu di
tempat kering, bersih dan
tertutup dapat mencegah diare
10 Botol susu anak yang
digunakan berjam-jam dan
dibiarkan ditempat terbuka
dapat
D.
menyebabkan diare

Kuesioner Perilaku Ibu dalam menjaga Higienitas Botol Susu


Berilah tanda centang (√) pada salah satu kolom yang sesuai dengan
keadaan anda yang sebenarnya. Setiap pernyataan hanya satu jawaban
yang menurut anda paling sesuai. Semua pernyataan harus dijawab.
Terdapat lima pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan
yaitu:
TP: Tidak pernah
JR: Jarang (Kurang dari 1-2 kali sehari)
KD: kadang-kadang (setiap 2-3 kali sehari)
SR: Sering (setiap 4-5 kali sehari setelah digunakan)
SL: Selalu (setiap selesai digunakan)
NO Pernyataan TP JR KD SR SL Skor

1. Saya memilih menggunakan botol


susu yang terbuat dari plastik dan
aman digunakan secara berulang
2. Saya mencuci botol susu hanya
menggunakan sabun cuci piring
3. Setelah botol susu digunakan oleh
anak saya, botol susu tersebut dicuci
4. Saat saya membersihkan botol susu,
bagian- bagian botol susu seperti
cincin dot dan karet dot tidak
dilepaskan
5. Saya mencuci botol susu pada air
yang mengalir dengan menggunakan
sikat dan sabun untuk membersikan
botol dan dot
6. Saya membilas botol susu dengan
air mengalir sebelum botol susu
diisi susu formula tanpa melakukan
sterilisasi.
7. Saya merebus botol dan dot susu
setelah dicuci bersih
E.
8. Saya mensterilkan botol susu dengan
cara merebus botol susu kurang dari
10 menit
9. Saya juga melakukan sterilisasi botol
susu dengan merendam botol susu
di dalam panci yang berisi air hangat
10. Saya mendiamkan botol susu yang
telah di disterilkan di dalam panci,
sampai botol susu akan segera
digunakan
11. Saya mencuci tangan dengan sabun
sebelum mengambil dan
menggunakan botol susu
12. Saya menyimpan susu formula
formula didalam botol susu lebih
dari 6 jam di dalam suhu ruangan
13. Saya menyimpan botol susu dan dot
dengan menempatkannya di rak
khusus pada posisi terbalik
14. Setelah botol susu kering, saya
menyimpan botol ditempat yang
bersih, kering tanpa memasang dot
dan penutupnya
15. Saya menutup putting (dot) botol susu
anak saya untuk menceggah diare

Lampiran 4 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada:
Yth. Calon Responden
Di wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat Dengan
hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ni Made Sintya Indriantari

NIM : 17C10061
Pekerjaan : Mahasiswa semester VII Program Studi Sarjana
Keperawatan, ITEKES Bali

Alamat : Jalan Tukad Balian No. 180 Renon, Denpasar-Bali


Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara untuk
bersedia menjadi responden dalam penelitian saya yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Menjaga
Higienitas Botol Susu pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar
Barat ”yang pengumpulan datanya akan dilaksanakan pada bulan Maret s.d
bulan Mei 2021. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam
menjaga higienitas botol susu pada balita di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Barat. Saya akan tetap menjaga segala kerahasiaan data maupun
informasi yang diberikan.
Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian,
kerjasama dari kesediaannya saya mengucapkan terimakasih.

Denpasar, 18 Januari 2021


Peneliti

Ni Made Sintya Indriantari


NIM. 17C10061
Lampiran 5 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :.................................................................
Jenis Kelamin : .................................................................
Pekerjaan : .................................................................
Alamat : ..................................................................

Setelah membaca Lembar Permohonan Menjadi Responden yang


diajukan oleh Saudara Ni Made Sintya Indriantari, Mahasiswa
semester VII Program Studi Sarjana Keperawatan-ITEKES Bali,
yang penelitiannya berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan
Perilaku Ibu dalam Menjaga Higienitas Botol Susu pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat, maka dengan ini saya
menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut, secara
sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun.
Demikian persetujuan ini saya berikan agar dapat digunakan.
Sebagaimana mestinya.

…………,
…………………………
Responden

…………………………
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13

Lampiran 14

BUKU BIMBINGAN SKRIPSI


MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
ITEKES BALI TAHUN AKADEMIK 2020/2021

NAMA : Ni Made Sintya Indriantari


NIM : 17C10061
TK/SMT : IV/ VII
Pembimbing I : I Ketut Swarjana, S.KM.,MPH

No Hari/Tanggal/ Kegiatan Bimbingan Komentar/Saran Paraf


Jam Perbaikan Pembimbing

1 Selasa, 6 April Bimbingan master data ACC data excel


2021 excel dan lanjut ke dosen
analisa data.

2 Kamis, 20 Bimbingan Bab V 1. Cek tabel,


Mei 2021 pastikan jumlah
persentase
100%.
2. Cek spasi pada
tabel.

3 Sabtu, 22 Mei Bimbingan Bab V 1. Jelaskan


2021 masingmasing
tujuan khusus
terlebih dahulu.
2. Jelaskan sesuai
dengan

skala yang
digunakan

4 Rabu, 26 Mei Bimbingan Bab VI Uraikan argument


2021 peneliti dan
support dengan
teori ataupun hasi;-
hasil penelitian
sebelumnya
5 Sabtu, 29 Mei Bimbingan Bab VI Keterbatasan
2021 penelitian merujuk
pada metode
penelitiann yang
tidak bisa
dilakukan sesuai
dengan rencana
awal.

6 Senin, 31 Mei Bimbingan Bab VII Simpulan mengacu


2021 ke tujuan
penelitian.

7 Selasa, 01 Juni Bimbingan Bab VII Menyusun saran


2021 lihat kembali Bab
V dan Bab VI.

8 Rabu, 04 Juni Bimbingan Bab I-VII 1. Cek format


2021 penulisan secara
keselurahan.

2. Cek lampiran
dan daftar
pustaka.

9 Sabtu, 05 Juni Bimbingan Bab I-VII Cek dan


2021 sesuaikan kembali
semua Bab
dengan format
yang telah
diberikan.

10 Senin, 07 Juni Finishing ACC Bab I-VII


2021 Maju ujian skripsi.
PEMBIMBING 2

BUKU BIMBINGAN SKRIPSI


MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
ITEKES BALI TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Nama Mahasiswa : Ni Made Sintya Indriantari


NIM : 17C10061
Pembimbing 2 : Idah Ayu Wulandari, S.Si.T.,M.Keb

No Hari/Tanggal/ Kegiatan Bimbingan Komentar/ Saran Paraf


Jam Perbaikan Pembimbing

1 Jumat, 21 Mei Bimbingan BAB V 1. Tambahkan


2021 garis bawah
pervariabel
2. Lengkapi
tahunnya
2020 atau
2021
3. Buat
hasilnya
sesuaikan
dengan skala
yang
digunakan
2 Senin, 24 Mei Bimbingan BAB V 1. Judul tabel dan
2021 tabel dijadikan
satu halaman
2. Buat persen ke
samping biar
satu kolom

3 Kamis, 27 Mei Bimbingan BAB V 1. Penjelasan


2021 pada bab V
jangan
terlalu
panjang
2. Lanjut
pembuatan
BAB VI

4 Senin, 31 Mei Bimbingan BAB VI 1. Sebutkan


2021 kategori ini
menurut siapa,
samakan dengan
sumbernya serta
berikan
justifikasi
2. Kalimatnya
tidak
nyambung
dengan pargaraf
diatas, cek
kembali

5 Kamis, 03 Juni Bimbingan BAB VI 1. Perbaiki


2021 keterbatasan
penelitian yang
dapat
menghambat
hasi penelitian
2. Liat penulisan
spasi dan tanda
baca

6 Sabtu, 05 Juni Bimbingan BAB VI Dari saya sudah


2021 cukup dan lanjut
pembuatan BAB
VII
7 Senin, 07 Juni Bimbingan BAB VII Kesimpulan bukan
2021 hanya menyalin
hasil
penelitian di bab
VI dipindahkan ke
bab VII. Buat
kesimpulannya
dari bab 1-6

8 Selasa, 08 Juni Bimbingan BAB VII Selanjutnya


2021 kirimkan BAB
lengkap

9 Rabu, 09 Juni Bimbingan BAB I-VII Perbaiki penulisan


2021 dan spasi pada
daftar pustaka dan
lampiran

10 Kamis, 10 Juni Bimbingan BAB I-VII ACC BAB


2021 lengkap dan
silakan maju
untuk ujian
PEMBIMBING 1
DAFTAR HADIR BIMBINGAN SKRIPSI
NAMA : Ni Made Sintya Indriantari
NIM : 17C10061
TK/SMT : IV/ VII
Pembimbing I : I Ketut Swarjana, S.KM.,MPH

No Nama Tanggal Tanda Tangan Tanda Tangan


Bimbingan Pembimbing Mahasiswa
1 Ni Made Sintya Indriantari Selasa, 6 April
2021

2 Ni Made Sintya Indriantari Kamis, 20 Mei


2021

3 Ni Made Sintya Indriantari Sabtu, 22 Mei


2021

4 Ni Made Sintya Indriantari Rabu, 26 Mei


2021

5 Senin, 31Mei
Ni Made Sintya Indriantari 2021

6 Ni Made Sintya Indriantari Selasa, 02 Juni


2021

7 Ni Made Sintya Indriantari Rabu, 02 Juni


2021
8 Ni Made Sintya Indriantari Jumat, 04 Juni
2021

9 Sabtu, 05 Juni
Ni Made Sintya Indriantari 2021

10 Ni Made Sintya Indriantari Senin, 07 Juni


2021
PEMBIMBING 2
DAFTAR HADIR BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Ni Made Sintya Indriantari
NIM : 17C10061
Pembimbing 2 : Idah Ayu Wulandari, S.Si.T.,M.Keb

No Nama Tanggal Bimbingan Tanda Tangan Tanda Tangan


Pembimbing Mahasiswa
1 Ni Made Sintya Jumat, 21 Mei 2021
Indriantari

2 Ni Made Sintya Senin, 24 Mei 2021


Indriantari

3 Ni Made Sintya Kamis, 27 Mei 2021


Indriantari

4 Ni Made Sintya Senin, 31 Mei 2021


Indriantari

5 Ni Made Sintya Kamis, 03 Juni 2021


Indriantari

6 Ni Made Sintya Sabtu, 05 Juni 2021


Indriantari

7 Ni Made Sintya Senin, 07 Juni 2021


Indriantari

8 Ni Made Sintya Selasa, 08Juni 2021


Indriantari
9 Ni Made Sintya Rabu, 9 Juni 2021

Indriantari
10 Ni Made Sintya
Indriantari Kamis 10 Juni 2021
Lampiran 15

Lampiran 16

HASIL OLAH DATA

1. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Umur Umur Pekerjaan Tingkat Jumlah
Ibu Balita Pendidikan Anak
N Valid 217 217 217 217 217
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1.96 1.65 3.69 3.89 2.14
Median 2.00 1.00 4.00 4.00 2.00
Mode 2 1 4 4 2
Std. Deviation .857 .906 1.603 .722 .844
Range 3 3 6 3 3
Minimum 1 1 1 2 1
Maximum 4 4 7 5 4

Umur Ibu
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
20-25 Tahun 72 33.2 33.2 33.2
26-30 Tahun 94 43.3 43.3 76.5
Valid 31-35 Tahun 39 18.0 18.0 94.5
> 35 Tahun 12 5.5 5.5 100.0
Total 217 100.0 100.0

Umur Balita
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
0-12 Bulan 126 58.1 58.1 58.1
13-24 Bulan 55 25.3 25.3 83.4
Valid 24-36 Bulan 22 10.1 10.1 93.5
37-59 Bulan 14 6.5 6.5 100.0
Total 217 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Pegawai 24 11.1 11.1 11.1
Negeri Sipil
Wiraswasta 26 12.0 12.0 23.0
Swasta 33 15.2 15.2 38.2
Valid Ibu Rumah 97 44.7 44.7 82.9
Tangga
Pedagang 22 10.1 10.1 93.1
Lain-lainnya 15 6.9 6.9 100.0
Total 217 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
SD 10 4.6 4.6 4.6
SMP 39 18.0 18.0 22.6
Valid SMA 132 60.8 60.8 83.4
Diploma/Sarjana 36 16.6 16.6 100.0
Total 217 100.0 100.0

Jumlah Anak
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
1 51 23.5 23.5 23.5
2 98 45.2 45.2 68.7
Valid 3 55 25.3 25.3 94.0
4 13 6.0 6.0 100.0
Total 217 100.0 100.0

2. VARIABEL PENGETAHUAN

Perawatan botol susu adalah upaya kesehatan dengan cara


memelihara kebersihan botol susu
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Salah 55 25.3 25.3 25.3
Valid Benar 162 74.7 74.7 100.0
Total 217 100.0 100.0

Botol susu yang aman adalah botol susu yang terbuat dari kaca
dan bergambar
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Benar 70 32.3 32.3 32.3
Valid Salah 147 67.7 67.7 100.0
Total 217 100.0 100.0

Bakteri yang mengendap dalam botol susu dapat menyebabkan


diare pada anak
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Salah 56 25.8 25.8 25.8
Valid Benar 161 74.2 74.2 100.0
Total 217 100.0 100.0

Cara pencucian botol susu harus menggunakan sabun dan di


rendam dengan air hangat selama 15 menit
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Salah 48 22.1 22.1 22.1
Valid Benar 169 77.9 77.9 100.0
Total 217 100.0 100.0

Membersihkan botol susu hanya menggunakan spon dan sabun cuci


piring
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Benar 67 30.9 30.9 30.9
Valid Salah 150 69.1 69.1 100.0
Total 217 100.0 100.0

Setelah mencuci botol susu bilas dengan air dingin untuk menghilangkan
busa dan sisa sabun
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Benar 65 30.0 30.0 30.0
Valid Salah 152 70.0 70.0 100.0
Total 217 100.0 100.0

Perawatan botol susu anak dengan baik dan benar dapat mencegah diare
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Salah 54 24.9 24.9 24.9
Valid Benar 163 75.1 75.1 100.0
Total 217 100.0 100.0

Sisa-sisa susu di dalam botol susu anak dapat menimbulkan adanya


bakteri dan bau busuk
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Salah 52 24.0 24.0 24.0
Valid Benar 165 76.0 76.0 100.0
Total 217 100.0 100.0

Tempat menyimpan botol susu anak harus di lingkungan yang tertutup


dan dalam keadaan lembab
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Benar 58 26.7 26.7 26.7
Valid Salah 159 73.3 73.3 100.0
Total 217 100.0 100.0

Cara Mensterilkan botol susu dengan air panas yang direbus dengan suhu
lebih dari 100 o C
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Benar 64 29.5 29.5 29.5
Valid Salah 153 70.5 70.5 100.0
Total 217 100.0 100.0

Statistics
Total Skor KP
N Valid 217

Missing 0

Mean 7.29

Median 7.00

Mode 7

Std. Deviation 1.522

Range 7

Minimum 3

Maximum 10

Total Skor KP
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
3 3 1.4 1.4 1.4
4 8 3.7 3.7 5.1
5 16 7.4 7.4 12.4
6 32 14.7 14.7 27.2
Valid 7 56 25.8 25.8 53.0
8 52 24.0 24.0 77.0
9 40 18.4 18.4 95.4
10 10 4.6 4.6 100.0
Total 217 100.0 100.0

Kategori KP
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Baik 102 47.0 47.0 47.0
Valid Cukup 88 40.6 40.6 87.6
Kurang 27 12.4 12.4 100.0
Total 217 100.0 100.0

3. VARIABEL SIKAP
Mencuci botol susu anak sebaiknya di air mengalir
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak Setuju 12 5.5 5.5 5.5
Ragu-ragu 40 18.4 18.4 24.0
Valid Setuju 115 53.0 53.0 77.0
Sangat Setuju 50 23.0 23.0 100.0
Total 217 100.0 100.0

Mencuci botol susu anak sebaiknya hanya menggunakan sikat botol


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sangat Setuju 3 1.4 1.4 1.4
Setuju 24 11.1 11.1 12.4
Valid Ragu-ragu 64 29.5 29.5 41.9
Tidak Setuju 91 41.9 41.9 83.9
Sangat Tidak 35 16.1 16.1 100.0
Setuju
Total 217 100.0 100.0

Sebelum digunakan putting (dot) botol susu anak perlu dicuci


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sangat Tidak 1 .5 .5 .5
Setuju 19 8.8 8.8 9.2
Valid Tidak setuju 50 23.0 23.0 32.3
Ragu-ragu
Setuju 119 54.8 54.8 87.1
Sangat Setuju 28 12.9 12.9 100.0
Total 217 100.0 100.0

Botol susu anak sebaiknya dicuci tanpa membuka cincin dan karet dot
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sangat Setuju 5 2.3 2.3 2.3
Setuju 25 11.5 11.5 13.8
Valid Ragu-ragu 53 24.4 24.4 38.2
Tidak Setuju 102 47.0 47.0 85.3
Sangat Tidak 32 14.7 14.7 100.0
Setuju
Total 217 100.0 100.0

Botol susu anak boleh digunakan langsung setelah dicuci


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sangat Setuju 7 3.2 3.2 3.2
Setuju 22 10.1 10.1 13.4
Valid Ragu-ragu 66 30.4 30.4 43.8
Tidak Setuju 85 39.2 39.2 82.9
Sangat Tidak 37 17.1 17.1 100.0
Setuju
Total 217 100.0 100.0

Mengeringkan botol susu anak harus menggunakan kain katun


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sangat Setuju 8 3.7 3.7 3.7
Setuju 24 11.1 11.1 14.7
Valid Ragu-Ragu 61 28.1 28.1 42.9
Tidak Setuju 104 47.9 47.9 90.8
Sangat Tidak 20 9.2 9.2 100.0
Setuju
Total 217 100.0 100.0

Botol susu anak sehabis dicuci harus disterilkan


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sangat Tidak 4 1.8 1.8 1.8
Setuju 23 10.6 10.6 12.4
Valid Tidak Setuju 56 25.8 25.8 38.2
Ragu-ragu
Setuju 103 47.5 47.5 85.7
Sangat Setuju 31 14.3 14.3 100.0
Total 217 100.0 100.0

Menyajikan susu formula menggunakan botol susu sebaiknya menggunakan air


mendidih dengan suhu 80o C
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sangat Setuju 8 3.7 3.7 3.7
Setuju 20 9.2 9.2 12.9
Valid Ragu-ragu 59 27.2 27.2 40.1
Tidak Setuju 103 47.5 47.5 87.6
Sangat Tidak 27 12.4 12.4 100.0
Setuju
Total 217 100.0 100.0

Menyimpan botol susu di tempat kering, bersih dan tertutup dapat mencegah diare
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sangat Tidak 6 2.8 2.8 2.8
Setuju 17 7.8 7.8 10.6
Valid Tidak Setuju 58 26.7 26.7 37.3
Ragu-ragu
Setuju 100 46.1 46.1 83.4
Sangat Setuju 36 16.6 16.6 100.0
Total 217 100.0 100.0

Botol susu anak yang digunakan berjam-jam dan dibiarkan ditempat terbuka
dapat menyebabkan diare
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sangat Tidak 4 1.8 1.8 1.8
Setuju 17 7.8 7.8 9.7
Valid Tidak Setuju 54 24.9 24.9 34.6
Ragu-ragu
Setuju 95 43.8 43.8 78.3
Sangat Setuju 47 21.7 21.7 100.0
Total 217 100.0 100.0

Statistics
Total Skor KS
N Valid 217

Missing 0

Mean 36.49

Median 37.00

Mode 42

Std. Deviation 5.503

Range 22
Minimum 24

Maximum 46

Total Skor KS
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
24 3 1.4 1.4 1.4
25 6 2.8 2.8 4.1
26 6 2.8 2.8 6.9
27 9 4.1 4.1 11.1
28 3 1.4 1.4 12.4
29 4 1.8 1.8 14.3
30 2 .9 .9 15.2
31 3 1.4 1.4 16.6
32 12 5.5 5.5 22.1
33 13 6.0 6.0 28.1
34 7 3.2 3.2 31.3
35 13 6.0 6.0 37.3
Valid
36 13 6.0 6.0 43.3
37 20 9.2 9.2 52.5
38 19 8.8 8.8 61.3
39 16 7.4 7.4 68.7
40 9 4.1 4.1 72.8
41 10 4.6 4.6 77.4
42 23 10.6 10.6 88.0
43 9 4.1 4.1 92.2
44 9 4.1 4.1 96.3
45 3 1.4 1.4 97.7
46 5 2.3 2.3 100.0
Total 217 100.0 100.0

Kategori KS
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Baik 104 47.9 47.9 47.9
Valid Cukup 89 41.0 41.0 88.9
Kurang 24 11.1 11.1 100.0
Total 217 100.0 100.0
4. Variabel Perilaku
Saya memilih menggunakan botol susu yang terbuat dari plastik dan aman
digunakan secara berulang
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak Pernah 13 6.0 6.0 6.0
Jarang 5 2.3 2.3 8.3
Valid Kadang-kadang 32 14.7 14.7 23.0
Sering 118 54.4 54.4 77.4
Selalu 49 22.6 22.6 100.0
Total 217 100.0 100.0

Saya mencuci botol susu hanya menggunakan sabun


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Selalu 5 2.3 2.3 2.3
Sering 25 11.5 11.5 13.8
Valid Kadang-kadang 43 19.8 19.8 33.6
Jarang 100 46.1 46.1 79.7
Tidak Pernah 44 20.3 20.3 100.0
Total 217 100.0 100.0

Setelah botol susu digunakan oleh anak saya, botol susu tersebut dicuci
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak Pernah 2 .9 .9 .9
Jarang 10 4.6 4.6 5.5
Valid Kadang-kadang 45 20.7 20.7 26.3
Sering 114 52.5 52.5 78.8
Selalu 46 21.2 21.2 100.0
Total 217 100.0 100.0

Saat saya membersihkan botol susu, bagian- bagian botol susu seperti cincin dot
dan karet dot tidak dilepaskan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Selalu 7 3.2 3.2 3.2
Sering 13 6.0 6.0 9.2
Valid Kadang-kadang 56 25.8 25.8 35.0
Jarang 97 44.7 44.7 79.7
Tidak Pernah 44 20.3 20.3 100.0
Total 217 100.0 100.0

Saya mencuci botol susu pada air yang mengalir dengan menggunakan sikat dan
sabun untuk membersikan botol dan dot
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak Pernah 1 .5 .5 .5
Jarang 16 7.4 7.4 7.8
Valid Kadang-kadang 51 23.5 23.5 31.3
Sering 114 52.5 52.5 83.9
Selalu 35 16.1 16.1 100.0
Total 217 100.0 100.0

Saya membilas botol susu dengan air mengalir sebelum botol susu diisi susu
formula tanpa melakukan sterilisasi.
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Selalu 2 .9 .9 .9
Sering 15 6.9 6.9 7.8
Valid Kadang-kadang 62 28.6 28.6 36.4
Jarang 106 48.8 48.8 85.3
Tidak pernah 32 14.7 14.7 100.0
Total 217 100.0 100.0

Saya merebus botol dan dot susu setelah dicuci bersih


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Jarang 20 9.2 9.2 9.2
Kadang-kadang 63 29.0 29.0 38.2
Valid Sering 98 45.2 45.2 83.4
Selalu 36 16.6 16.6 100.0
Total 217 100.0 100.0

Saya mensterilkan botol susu dengan cara merebus botol susu kurang dari 10
menit
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Selalu 3 1.4 1.4 1.4
Sering 25 11.5 11.5 12.9
Valid Kadang-kadang 53 24.4 24.4 37.3
Jarang 110 50.7 50.7 88.0
Tidak pernah 26 12.0 12.0 100.0
Total 217 100.0 100.0

Saya juga melakukan sterilisasi botol susu dengan merendam botol susu di dalam
panci yang berisi air hangat
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak Pernah 4 1.8 1.8 1.8
Jarang 14 6.5 6.5 8.3
Valid Kadang-kadang 61 28.1 28.1 36.4
Sering 109 50.2 50.2 86.6
Selalu 29 13.4 13.4 100.0
Total 217 100.0 100.0

Saya mendiamkan botol susu yang telah di disterilkan di dalam panci, sampai
botol susu akan segera digunakan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Selalu 10 4.6 4.6 4.6
Sering 24 11.1 11.1 15.7
Valid Kadang-kadang 45 20.7 20.7 36.4
Jarang 102 47.0 47.0 83.4
Tidak pernah 36 16.6 16.6 100.0
Total 217 100.0 100.0
Saya mencuci tangan dengan sabun sebelum mengambil dan menggunakan botol
susu
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak Pernah 6 2.8 2.8 2.8
Jarang 15 6.9 6.9 9.7
Valid Kadang-kadang 48 22.1 22.1 31.8
Sering 106 48.8 48.8 80.6
Selalu 42 19.4 19.4 100.0
Total 217 100.0 100.0

Saya menyimpan susu formula di dalam botol susu lebih dari 6 jam di dalam
suhu ruangan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Selalu 9 4.1 4.1 4.1
Sering 20 9.2 9.2 13.4
Valid Kadang-kadang 55 25.3 25.3 38.7
Jarang 99 45.6 45.6 84.3
Tidak Pernah 34 15.7 15.7 100.0
Total 217 100.0 100.0

Saya menyimpan botol susu dan dot dengan menempatkannya di rak khusus
pada posisi terbalik
Frequen Percent Valid Cumulative
cy Percent Percent
Tidak pernah 4 1.8 1.8 1.8
Jarang 18 8.3 8.3 10.1
Valid Kadang-kadang 57 26.3 26.3 36.4
Sering 90 41.5 41.5 77.9
Selalu 48 22.1 22.1 100.0
Total 217 100.0 100.0

Setelah botol susu kering, saya menyimpan botol ditempat yang bersih, kering
tanpa memasang dot dan penutupnya.
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Selalu 7 3.2 3.2 3.2
Sering 16 7.4 7.4 10.6
Valid Kadang-kadang 50 23.0 23.0 33.6
Jarang 105 48.4 48.4 82.0
Tidak Pernah 39 18.0 18.0 100.0
Total 217 100.0 100.0

Saya menutup putting (dot) botol susu anak saya untuk menceggah diare
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Jarang 13 6.0 6.0 6.0
Kadang-kadang 55 25.3 25.3 31.3
Valid Sering 109 50.2 50.2 81.6
Selalu 40 18.4 18.4 100.0
Total 217 100.0 100.0

Statistics
Total Skor KPR
N Valid 217
Missing 0
Mean 55.79
Median 58.00
Mode 60
Std. Deviation 7.461
Range 29
Minimum 37
Maximum 66
Total Skor KPR
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
37 2 .9 .9 .9
38 1 .5 .5 1.4
39 1 .5 .5 1.8
40 4 1.8 1.8 3.7
41 14 6.5 6.5 10.1
42 1 .5 .5 10.6
43 1 .5 .5 11.1
44 1 .5 .5 11.5
45 1 .5 .5 12.0
46 4 1.8 1.8 13.8
47 9 4.1 4.1 18.0
Valid
48 3 1.4 1.4 19.4
49 4 1.8 1.8 21.2
50 2 .9 .9 22.1
51 9 4.1 4.1 26.3
52 4 1.8 1.8 28.1
53 5 2.3 2.3 30.4
54 5 2.3 2.3 32.7
55 10 4.6 4.6 37.3
56 6 2.8 2.8 40.1
57 16 7.4 7.4 47.5
58 15 6.9 6.9 54.4
59 12 5.5 5.5 59.9
60 20 9.2 9.2 69.1
61 13 6.0 6.0 75.1
62 11 5.1 5.1 80.2
63 15 6.9 6.9 87.1
64 18 8.3 8.3 95.4
65 9 4.1 4.1 99.5
66 1 .5 .5 100.0
Total 217 100.0 100.0
Kategori KPR
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Baik 130 59.9 59.9 59.9
Cukup 64 29.5 29.5 89.4
Valid Kurang 23 10.6 10.6 100.0
Total 217 100.0 100.0

5. Uji Normality

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


Total Skor KP 217 100.0% 0 0.0% 217 100.0%
Total Skor KS 217 100.0% 0 0.0% 217 100.0%
Total Skor KPR 217 100.0% 0 0.0% 217 100.0%

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total Skor KP .154 217 .000 .944 217 .000
Total Skor KS .104 217 .000 .957 217 .000
Total Skor KPR .163 217 .000 .900 217 .000

6. Uji Correlations
Uji Correlations Pengetahuan*Perilaku
Total Skor Total Skor
KP KPR
Total Skor KP Correlation Coefficient 1.000 .586**
Spearman's rho Sig. (2-tailed) . .000
N 217 217
Total Skor KPR Correlation Coefficient .586** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 217 217

Uji Correlations Sikap*Perilaku


Total Skor Total Skor
KS KPR
Total Skor Correlation Coefficient 1.000 .693**
Spearman's rho KS Sig. (2-tailed) . .000
N 217 217
Total Skor Correlation Coefficient .693** . 1.000
KPR Sig. (2-tailed) 000 .
N 217 217

CROSSTABS

Pengetahuan * Perilaku
Perilaku Total
Baik Cukup Kurang
Pengetahua n Baik Count 93 8 1 102
Expected Count 61,1 30,1 10,8 102,0
% within 91,2% 7,8% 1,0% 100,0%
Pengetahuan
% within Perilaku 71,5% 12,5% 4,3% 47,0%
% of Total 42,9% 3,7% 0,5% 47,0%
Cukup Count 37 51 0 88
Expected Count 52,7 26,0 9,3 88,0
% within 42,0% 58,0% 0,0% 100,0%
Pengetahuan
% within Perilaku 28,5% 79,7% 0,0% 40,6%
% of Total 17,1% 23,5% 0,0% 40,6%
Kurang Count 0 5 22 27
Expected Count 16,2 8,0 2,9 27,0
% within 0,0% 18,5% 81,5% 100,0%
Pengetahuan
% within Perilaku 0,0% 7,8% 95,7% 12,4%
% of Total 0,0% 2,3% 10,1% 12,4%
Total Count 130 64 23 217
Expected Count 130,0 64,0 23,0 217,0
% within 59,9% 29,5% 10,6% 100,0%
Pengetahuan
% within Perilaku 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 59,9% 29,5% 10,6% 100,0%

Sikap * Perilaku
Perilaku Total
Baik Cukup Kurang
Sikap Baik Count 103 0 1 104
Expected Count 62,3 30,7 11,0 104,0
% within Sikap 99,0% 0,0% 1,0% 100,0%
% within Perilaku 79,2% 0,0% 4,3% 47,9%
% of Total 47,5% 0,0% 0,5% 47,9%
Cukup Count 27 61 1 89
Expected Count 53,3 26,2 9,4 89,0
% within Sikap 30,3% 68,5% 1,1% 100,0%
% within Perilaku 20,8% 95,3% 4,3% 41,0%
% of Total 12,4% 28,1% 0,5% 41,0%
Kurang Count 0 3 21 24
Expected Count 14,4 7,1 2,5 24,0
% within Sikap 0,0% 12,5% 87,5% 100,0%
% within Perilaku 0,0% 4,7% 91,3% 11,1%
% of Total 0,0% 1,4% 9,7% 11,1%
Total Count 130 64 23 217
Expected Count 130,0 64,0 23,0 217,0
% within Sikap 59,9% 29,5% 10,6% 100,0%
% within Perilaku 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 59,9% 29,5% 10,6% 100,0%

Anda mungkin juga menyukai