Anda di halaman 1dari 60

PROPOSAL SKRIPSI

PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU HAMIL SEBELUM DAN SESUDAH


EDUKASI DENGAN BOOKLET TENTANG KETUBAN PECAH DINI
DI PMB MARSINI KARNI PONTIANAK TIMUR

MELAN EVTIANA PUTRI


NIM. 211092026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEBIDANAN PRODI KEBIDANAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2022
PROPOSAL SKRIPSI

PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU HAMIL SEBELUM DAN SESUDAH


EDUKASI DENGAN BOOKLET TENTANG KETUBAN PECAH DINI
DI PMB MARSINI KARNI PONTIANAK TIMUR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar


Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun Oleh :

MELAN EVTIANA PUTRI


NIM. 211092026

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEBIDANAN PRODI KEBIDANAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2022
PROPOSAL SKRIPSI

PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU HAMIL SEBELUM DAN SESUDAH


EDUKASI DENGAN BOOKLET TENTANG KETUBAN PECAH DINI
DI PMB MARSINI KARNI PONTIANAK TIMUR

Diusulkan Oleh

MELAN EVTIANA PUTRI


NIM. 211092026

Telah disetujui di Pontianak


Pada Tanggal 25 Maret 2022

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Emy Yulianti, S. Kep., M. Kes Wahyu Astuti, S.Pd. MM


NIDN. 4004127302 NIDN. 4004066001

Ketua Program Sarjana Terapan Kebidanan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak

Henny Fitriani, S.Si.T., M.Keb


NIDN. 4007078401

ii
PROPOSAL SKRIPSI

PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU HAMIL SEBELUM DAN SESUDAH


EDUKASI DENGAN BOOKLET TENTANG KETUBAN PECAH DINI
DI PMB MARSINI KARNI PONTIANAK TIMUR

Telah dipersiapkan dan disusun oleh

MELAN EVTIANA PUTRI


NIM. 211092026

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


Pada tanggal 26 April 2022

Tim Penguji

Tanda Tangan

1. Ketua : Lepita, M. Keb …………………

2. Anggota : Nurmala Sari, M. Tr. Keb …………………

3. Anggota : Emy Yulianti, S. Kep., M. Kes …………………

4. Anggota : Wahyu Astuti, S.Pd. MM …………………

Mengetahui, Pontianak, 26 April 2022


Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Program Sarjana Terapan Kebidanan

Dini Fitri Damayanti, S.Si.T., M.Kes Henny Fitriani, S.Si.T., M.Keb


NIP. 19800813 200112 2 002 NIP. 19840707 200812 2 001

iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini peneliti :
Nama : Melan Evtiana Putri
NIM : 2110920 26
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan (Alih Jenjang)
Jurusan : Kebidanan
Perguruan Tinggi : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Menyatakan bahwa peneliti tidak melakukan kegiatan plagiat dalam


penulisan skripsi peneliti yang berjudul : Perbedaan Pengetahuan Ibu Hamil
Sebelum dan Sesudah Edukasi Dengan Booklet Tentang Ketuban Pecah Dini Di
PMB Marsini Karni Pontianak Timur
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka
peneliti bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini peneliti buat dengan sebenar-benarnya.

Pontianak, 25 Maret 2022


Peneliti

Melan Evtiana Putri

iv
BIODATA PENULIS
Nama : Melan Evtiana Putri
Tempat/Tgl lahir : Dedai, 09 Januari 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat Rumah : Jl Parit Pangeran Dalam RT/RW 002/028
Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara
Kabupaten Pontianak
No Hp : 0821-5361-8409
Orang Tua :
Ayah : H. Saepudin
Ibu : Hj. Herlina Widya
Nama Suami : Wahyu Putra Pratama, SE
Nama Anak : Kiandra Adzra Arsheenqo
Saudara Kandung :
1. Erwin Winara Jaya, S.Kom
2. Merry Elisa Dewi, S.Kom

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD : SD Negeri 06 Dedai Tahun 200


2. SLTP : SMP Negeri 01 Dedai Tahun 2011
3. SLTA : Madrasah Aliyah Negeri Sintang Tahun 2014
4. Perguran Tinggi : DIII Kebidanan Panca Bhakti Pontianak Tahun 2017

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas Kuasa-
Nya yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penyusunan
Proposal Skripsi yang berjudul “Perbedaan Pengetahuan Ibu Hamil Sebelum Dan
Sesudah Edukasi Dengan Booklet Tentang Ketuban Pecah Dini Di PMB Marsini
Karni Tahun 2022” dapat terselesaikan.
Proposal skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan perkuliahan di
Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Alih Jenjang Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Pontianak dan mendapatkan gelar Sarjana Terapan Kebidanan.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga peneliti sampaikan kepada Ibu
Emy Yulianti, S. Kep., M. Kes selaku pembimbing utama dan Ibu Wahyu Astuti,
S.Pd. MM selaku pembimbing pendamping yang penuh kesabaran dan
perhatiannya dalam memberikan bimbingan hingga proposal skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Perkenankan peneliti untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Didik Hariyadi, S.Gz., M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak.
2. Dini Fitri Damayanti, S.SiT., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Pontianak
3. Ibu Marsini Karni selaku Ketua PMB Marsini Karni di Pontianak Timur
4. Henny Fitriani, M.Keb selaku Ketua Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
5. Seluruh dosen beserta staf administrasi dan staf perpustakaan Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Pontianak.
6. Teman-teman seperjuangan Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Alih Jenjang
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Pontianak, yang tidak bisa peneliti
sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, masukkan, dan
dorongan moril dalam penyusunan skripsi ini.

vi
Proposal Skripsi ini disadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya.
Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan
proposal skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti
dan pihak lain yang membutuhkan.

Pontianak, 25 Maret 2022

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
BIODATA ..................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN................................................. v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Penelitian....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian........................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Ibu Hamil....................................................................................... 8
B.Ketuban Pecah Dini........................................................................ 17
C.Pengetahuan .................................................................................. 20
E. Penyuluahan Kesehatan................................................................. 26
F. Kerangka Teori............................................................................... 28

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL


A. Kerangka Konsep........................................................................... 29
B. Hipotesis........................................................................................ 29
C. Definisi Operasional...................................................................... 29

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian........................................................................... 31
B. Populasi dan Sampel...................................................................... 31
C. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................ 34
D. Jenis Data Penelitian...................................................................... 34
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data..................................... 35
F. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data........................................ 35
G. Analisis.......................................................................................... 36
H. Implementasi Etika Penelitian`...................................................... 37
I. Jadwal Penelitian............................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKAAN

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Studi Penelitian
Lampiran 2 Surat Balasan Izin Studi Pendahulua
Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 5 Kuisioner
Lampiran 6 Kartu Bimbingan Porosal Skripsi Pembimbing Utama
Lampiran 7 Kartu Bimbingan Proposal Skripsi Pembimbing Pendamping.

ix
10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini merupakan masalah kehamilan yang dapat
mengakibatkan berbagai komplikasi bahkan kematian ibu dan bayi. Ketuban
pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane (PROM) merupakan
keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila KPD terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut sebagai ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur atau Preterm Premature Rupture of Membrane (PPROM).
Pecahnya selaput ketuban tersebut diduga berkaitan dengan perubahan proses
biokimiawi yang terjadi dalam kolagen matriks ekstrasel amnion, korion dan
apoptosis membran janin. KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan. Komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu sehubungan dengan
KPD ialah terjadinya korioamnionitis dengan atau tanpa sepsis yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
pada ibu dan bayi. Risiko pada bayi dengan KPD ialah kelahiran prematur
dengan segala akibatnya yaitu infeksi, gawat janin, dan persalinan traumatik.
Bila masa laten >24 jam, maka angka kematian perinatal meningkat dan
insiden amnionitis meningkat >50% (Anjarwati, 2017).
Ketuban pecah dini sangat berpengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan. Insidensi ketuban pecah dini terjadi 8- 10% pada semua kehamilan.
(Prawirahardjo, 2016) Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2%
dari semua kehamilan. (Marmy,dkk. 2012) Sekitar 30 – 40% persalinan
prematur didahului oleh pecah ketuban. Komplikasi ini merupakan faktor yang
signifikan terhadap kemungkinan persalinan dan kelahiran prematur. Pada
kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam dan pada
kehamilan aterm 90% akan memulai persalinan dalam 24 jam setelah ketuban
pecah (Prawirahardjo, 2016).
faktor-faktor penyebab meningkatnya kejadian KPD pada ibu bersalin
adalah fisiologi membran amnion, ketidakmampuan serviks dalam
mempertahankan janin, vagina/serviks yang terkena infeksi, gemelli, umur ibu,
paritas, cephalopelvic disproportion (CPD), stress pada fetal maupun maternal,
11

intensitas pekerjaan ibu, dan prosedur medis (Zamilah et al., 2020). Aktivitas
fisik yang berat, seperti berjalan dan berdiri dalam waktu lama, bekerja dengan
intensitas tinggi, dan waktu yang lama juga menjadi salah satu faktor resiko
terjadinya ketuban pecah dini.
Menurut (Legawati, 2018) dampak KPD pada janin dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi neonatus meliputi prematuritas,
respiratory distress syndrome, pendarahan intraventrikel, sepsis, hipoplasia
paru, deformitas skeletal sehingga mengakibatkan gawat janin, sedangkan
dampak ketuban pecah dini pada ibu dapat menyebabkan hubungan langsung
dengan dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya
infeksi asenden dan infeksi intrapartal (Legawati, 2018). Selain itu juga
dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis, dan septisemia, serta
drylabor. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam
rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian
kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam Rahim (Prastuti, 2016)
Dampak Ketuban Pecah Dini adalah bahaya yang lebih besar pada waktu
persalinan, tidak semua persalinan akan menunjukkan tanda-tanda yang
normal. Menghadapi ketuban pecah dini harus diambil sikap proaktif,terencana
dengan upaya promotif dan preventif sampai dengan yang harus diambil sikap
tegas dan cepat untuk menyelamatkan ibu dan janin. Kesehatan ibu hamil
merupakan salah satu aspek yang penting untuk di perhatikan dalam siklus
kehidupan seseorang perempuanjanin (Zauzati,2018)
Penanganan KPD terdapat pada kebijakan pemerintah dalam
Permenkes Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan
yang terdapat pada kompetensi ke-3 tentang asuhan dan konseling
selama kehamilan yaitu bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini,
pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu. Dalam hal ini bidan harus
mampu memberikan pelayanan kesehatan seoptimal mungkin dengan
melakukan deteksi dini untuk meminimalisir terjadinya komplikasi yang
akan terjadi sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu salah satunya
adalah kejadian ketuban pecah dini.
12

Menurut penelitian Darmayanti 2021 menunjukkan bahwa pemberian


suplemen vitamin C 100 mg per hari pada wanita hamil selama masa
kehamilannya dapat mencegah ketuban pecah dini (PPROM/PROM). Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin C pada masa
kehamilan secara efektif dapat mengurangi kejadian ketuban pecah dini atau
PROM. Vitamin C terlibat dalam pemeliharaan kolagen dan antioksidan.
Vitamin C yang adekuat dapat langsung bertindak untuk meningkatkan tiga
helix mRNA kolagen posttransciption. Selain itu vitamin C bertidak sebagai
kofaktor enzim untuk lysyl hidroksilase dan prolyl hydroxylase untuk dapat
membentuk hidroksiprolin yang menyediakan tiga helix stabilisasi. (Niknejad
H, Peirovi H, Jorjan M, Ahmadiani A, Ghanavi J, Seifalian AM., 2018 dan
Osaikhuwuomwan JA., 2020).
Pencegahan ketuban pecah dini, khususnya pada kehamilan trimester II
dan III oleh petugas kesehatan dengan memberikan konseling tentang
perawatan kehamilan seperti menghindari goncangan, hindari melakukan
hubungan seksual jika merasa ada gejala ketuban pecah dini, beristirahat
dengan cukup selama kehamilan, hindari pekerjaan yang berat secara fisik dan
psikis untuk kesehatan janin anda, mengkonsumsi vitamin C untuk kebutuhan
nutrisi harian yang mampu mengurangi resiko ketuban pecah dini (Anonim,
2018). Penelitian Siregar (2019), mengungkapkan bahwa ibu hamil yang
bekerja memiliki pengetahuan yang baik tentang perawatan kehamilan dari
informasi yang diperoleh karena lebih sering berinteraksi dengan orang lain
dan dengan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaanya memudahkan ibu
membeli informasi serta adannya pengalaman dari kehamilan sebelumnya.
Berdasarkan data di PMB Marsini Karni pada tahun 2019 terdapat 71
kejadian KPD pada ibu hamil, pada tahun 2020 terdapat 242 kejadian KPD
dan tahun 2021 terdapat 202 kejadian KPD pada ibu hamil.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil yaitu
dengan menggunakan penyuluhan. Penekanan konsep penyuluhan kesehatan
lebih pada upaya mengubah perilaku sasaran agar berperilaku sehat terutama
pada aspek kognitif (pengetahuan dan pemahaman sasaran), sehingga
pengetahuan sasaran penyuluhan telah sesuai dengan yang diharapkan oleh
13

penyuluh kesehatan maka penyuluhan berikutnya akan dijalankan sesuai


dengan program yang telah direncanakan (Maulana, 2015).
Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan media cetak, elektronik
maupun media ruang. Dalam hal ini media diposisikan untuk membuat
suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap
kesehatan. Media yang efektif adalah media yang melihat tingkat kebutuhan
masyarakat (Henny, 2018). Sehingga menurut peneliti perlu diberikan media
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga pesan dapat lebih efektif
untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil. Dari hasil penelitian
penggunaan media Booklet dapat mempengaruhi 50,0% pengetahuan dan
sikap respomden terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah. Hal ini sesuai
dengan penelitian oleh Hidayat (2021) bahwa ada pengaruh pengetahuan dan
sikap responden setelah dilakukan pemberian informasi melalui media
booklet.
Booklet adalah buku berukuran kecil yang didesain untuk mengedukasi
pembaca dengan tips dan strategi untuk menyelesaikan suatu masalah.
Booklet biasanya terdiri dari 16-24 halaman dan berukuran 3,5 x 8,5 inchi.
Tampilan sampul booklet biasanya menggunakan warna polos dan desain
yang minim (Bly, 2019).
Penelitian Rahawati (2018) mengatakan terdapat hubungan antara
intervensi penyuluhan menggunakan media booklet dengan perubahan minat
dan pengetahuan, penyuluhan menggunakan media booklet mengenai wanita
usia subur terhadap penggunaan kontrasepsi AKDR, Salah satu media yang
dapat digunakan secara efektif untuk memberikan informasi kesehatan adalah
booklet. Media booklet mempunyai beberapa kelebihan yaitu lebih tahan
lama, dapat dibawa kemanamana dengan mudah, Lebih menarik perhatian,
lebih jelas, dan dapat mempermudah pemahaman (Abidin, Z, 2017)
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Pengetahuan Ibu Hamil Sebelum dan Sesudah
Edukasi Dengan Booklet Tentang Ketuban Pecah Dini Di PMB Marsini Karni
Pontianak Timur”
14

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah “Apakah ada perbedaan pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah
edukasi dengan booklet tentang ketuban pecah dini Di PMB Marsini Karni
Pontianak Timur”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah edukasi dengan booklet tentang
ketuban pecah dini Di PMB Marsini Karni Pontianak Timur
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil sebelum diberikan
edukasi dengan booklet tentang ketuban pecah dini
2. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil sesudah diberikan
edukasi dengan booklet tentang ketuban pecah dini
3. Menganalisis perbedaan pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah
diberikan edukasi dengan booklet tentang ketuban pecah dini
D. Manfaat

1. Bagi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak


Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam praktik kebidanan serta
dapat digunakan sebagai sumber data, referensi dan bahan rujukan bagi
peneliti pemula dan peneleliti selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan
terhadap Pencegahan KPD (Ketuban Pecah Dini)
2. Bagi PMB Marsini Karni
Hasil penelitian dapat dijadikan informasi dan bahan masukan dalam
pelayanan kepada ibu hamil agar dapat memberikan edukasi dengan
menggunakan booklet tentang Ketuban Pecah Dini
3. Bagi Peneliti
Agar peneliti dapat memahami, menerapkan, dan lebih meningkatkan
pengetahuan yang diperoleh, khususnya mengenai Ketuban Pecah Dini
15

E. Keaslian Penelitian

No Nama Judul Metode Hasil Penelitian Perbedaan


Peneliti Penelitian
Penelitian

1 Puspita Jenis penelitian


Ningrum adalah
(2017) preexperimental
Pengaruh Media 1. Ada perbedaan Penelitian ini
Booklet Terhadap research dengan memberikan
pengetahuan remaja
Pengetahuan Dan one group pretest- edukasi tentang
putri terkait
Sikap Remaja posttest design pengetahuan
kebersihan dalam
Putri Terkait menstruasi sebelum terkait kebersihan
Kebersihan dan sesudah dalam
Dalam Menstruasi diberikan media menstruasi, dan
di Pondok booklet di pondok sampel pada
Pesantren Al- pesantren Al-Ishlah remaja putri,
Ishlah Demak Demak (p=0,0001). sedangkan
Triwulan Ii Tahun peneliti
2017 2. Ada perbedaan sikap memberikan
remaja putri terkait edukasi tentang
kebersihan dalam KPD dan sampel
menstruasi sebelum peneliti ibu hamil
dan sesudah
diberikan media
booklet di pondok
pesantren Al-Ishlah
Demak (p=0,0001).

2 Eka Karakteristik Jenis penelitian Dari 30 responden pada variabel


Maulana Pengetahuan Ibu yang digunakan sebanyak 16 orang
(2021) Hamil Dalam
terikat, variabel
adalah jenis (53.3%) berpengetahuan
Menghadapi bebas, dan desain
deskriptif, Desain kurang karena sedikitnya
Bahaya penelitian,peneliti
Kehamilan penelitian yang keingintahuan ibu dalam
Ketuban Pecah digunakan adalah mengenal masalah terdahulu
Dini Di Rumah desain penelitian kesehatannya. menggunakn
Bersalin Keluarga Cross Sectional, desain cross
Husein Medan
Aksara Tahun secsional, peneliti
2014 mengguanakan
quasy
ekperimental

3 Darmayanti Determinan Penelitian ini Kejadian Ketuban pada variabel


(2018) Kejadian merupakan Pecah Dini di RSUD terikat, variabel
Ketuban Pecah penelitian M. Ansari Saleh bebas, dan desain
16

Dini Di Rsud M. analitik dengan terbanyak adalah penelitian,peneliti


Ansari Saleh pendekatan kejadian ketuban terdahulu
Banjarmasin cross sectional pecah dini pada usia menggunakn
kehamilan aterm. Dan desain cross
kejadiannya mayoritas
secsional, peneliti
terjadi pada ibu hamil
mengguanakan
aterm dengan penyulit
lain. Faktor kejadian quasy
Ketuban Pecah Dini di ekperimental
RSUD M. Ansari
Saleh yang paling
tinggi kekuatan
hubungannya adalah
komplikasi KPD
dengan penyulit lain
17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ibu Hamil
1. Pengertian kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh setiap
perempuan dalam siklus reproduksi. Proses kehamilan dimulai dari ovulasi
atau pelepasan sel telur, kemudian terjadinya pertumbuhan zigot atau hasil
konsepsi, penempelan hasil konsepsi pada uterus, pembentukan plasenta,
kemudian tumbuh kembang hasil konsepsi sampai kehamilan cukup bulan.
Selama kehamilan cukup bulan. Selama kehamilan terdapat perubahan
psikologis dan perubahan fisik (Sehmawati dan Inaya, 2018). Kehamilan
dibagi atas 3 Trimester :
a. Kehamilan Trimester pertama antara 0 hingga 12 minggu
b. Kehamilan Trimester kedua antara 13 hingga 28 minggu
c. Kehamilan Trimester ketiga antara 28 hingga 40 minggu
Adapun tanda- tanda kehamilan adalah sebagai berikut :
1. Tanda tidak pasti hamil
a) Amenore, tidak terjadinya menstruasi karena proses konsepsi dan
nidasi.
b) Mual dan muntah, pengaruh hormon estrogen dan progesteron
menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan.
c) Sering buang air kecil, adanya pembesaran rahim sehingga kandung
kemih tertekan, sehingga kandung kemih terasa cepat penuh dan
sering buang air kecil.
d) Mamae menjadi tegang, adanya pengaruh hormon estrogen dan
progesteron.
e) Anoreksia, pada bulan pertama terkadang terjadi anoreksia (tidak
nafsu makan).
f) Konstipasi, hormon progesteron dapat menghambat peristaltik usus,
sehingga terjadi konstipasi.
g) Varises, pengaruh estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah dan vena.
18

2. Tanda pasti hamil


a) Terdengar denyut jantung janin.
b) Terasa gerakan janin.
c) Terlihat kantong kehamilan pada pemeriksaan USG.
d) Terlihat rangka janin pada pemeriksaan Rontgen.
2. Perubahan Fisiologis dalam Masa Kehamilan
Banyak perubahan-perubahan yang terjadi setelah fertilisasi dan
berlanjut sepanjang kehamilan. Berikut beberapa perubahan anatomi dan
fisiologis yang terjadi pada wanita hamil, diantaranya:
a. Vagina dan Vulva
Vagina sampai minggu ke-8 terjadi peningkatan vaskularisasi atau
penumpukan pembuluh darah dan pengaruh hormon esterogen yang
menyebabkan warna kebiruan pada vagina yang disebut dengan tanda
Chadwick. Perubahan pada dinding vagina meliputi peningkatan
ketebalan mukosa vagina, pelunakan jaringan penyambung, dan
hipertrofi (pertumbuhan abnormal jaringan) pada otot polos yang
merenggang, akibat perenggangan ini vagina menjadi lebih lunak.
Respon lain pengaruh hormonal adalah seksresi sel-sel vagina meningkat,
sekresi tersebut berwarna putih dan bersifat sangat asam karena adanya
peningkatan PH asam sekitar (5,2 – 6). Keasaman ini berguna untuk
mengontrol pertumbuhan bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit
(Kumalasari, Intan. 2015)
b. Uterus/ Rahim
Perubahan yang amat jelas terjadi pada uterus/ rahim sebagai ruang
untuk menyimpan calon bayi yang sedang tumbuh. Perubahan ini
disebabkan antara lain: 1) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi
pembuluh darah 2) Hipertrofi dan hiperplasia (pertumbuhan dan
perkembangan jaringan abnormal) yang meyebabkan otot-otot rahim
menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena
pertumbuhan janin
19

c. Perkembangan desidua atau sel-sel selaput lendir rahim selama hamil.


Ukuran uterus sebelum hamil sekitar 8 x 5 x 3 cm dengan berat 50
gram (Sunarti, 2013: 43). Uterus bertambah berat sekitar 70-1.100 gram
selama kehamilan dengan ukuran uterus saat umur kehamilan aterm
adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas > 4.000 cc. Pada perubahan
posisi uterus di bulan pertama berbentuk seperti alpukat, empat bulan
berbentuk bulat, akhir kehamilan berbentuk bujur telur. Pada rahim yang
normal/ tidak hamil sebesar telur ayam, umur dua bulan kehamilan
sebesar telur bebek, dan umur tiga bulan kehamilan sebesar telur angsa
(Kumalasari, Intan. 2015).
Dinding – dinding rahim yang dapat melunak dan elastis
menyebabkan fundus uteri dapat didefleksikan yang disebut dengan
Mc.Donald, serta bertambahnya lunak korpus uteri dan serviks di minggu
kedelapan usia kehamilan yang dikenal dengan tanda Hegar. Perhitungan
lain berdasarkan perubahan tinggi fundus menurut Sartika, Nita. (2016)
dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis maka diperoleh,
usia kehamilan 22-28 minggu : 24-26 cm, 28 minggu : 26,7 cm, 30
minggu : 29-30 cm, 32 minggu : 29,5-30 cm, 34 minggu : 30 cm, 36
minggu : 32 cm, 38 minggu : 33 cm, 40 minggu : 37,7 cm

B. Ketuban Pecah Dini


1. Pengertian
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau prematur ruptur of the membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan atau
inpartu (Wilda dan Suparji, 2020). Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada
pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Nugroho,
2012).
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
20

jauh sebelum waktunya melahirkan (Leveno, 2015). Sedangkan menurut


(Sagita, 2017) ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa
air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat
dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Cairan
keluar melalui selaput ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah
usia kehamilan mencapai 28 minggu dan setidaknya satu jam sebelum
waktu kehamilan yang sebenarnya. Dalam keadaan normal 8-10%
perempuan hamil aterm akan mengalami KPD. Jadi ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut
periode laten atau dengan sebutan Lag Period. Ada beberapa perhitungan
yang mengukur Lag Period, diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum
intrapartum, dan diatas 6 jam setelah ketuban pecah. Bila periode laten
terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada
ibu dan juga bayi (Fujiyarti, 2016)
2. Etiologi
Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut (Manuaba,
2007) yaitu sebagai berikut:
a. Multipara dan Grandemultipara
b. Hidramnion
c. Kelainan letak: sungsang atau lintang
d. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
e. Kehamilan ganda
f. Pendular abdomen (perut gantung)
Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu and Sari 2017)
mengenai penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa
kejadian KPD mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur
kehamilan ≥37 minggu, pembesaran uterus normal dan letak janin preskep.
3. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
21

berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus
diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri,
kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah capat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti, 2017).
Menurut (Johnson, 2014) Tanda dan gejala ketuban pecah dini :
a. Mengalirnya cairan dari vagina—air ketuban semburat darah/bersih—
ditegaskan dengan pemeriksaan kertas nitrazine positive (biru gelap)
b. Kemungkinan pembesaran serviks dengan kemungkinan janin turun atau
gugur jika kelahiran preterm segera terjadi.
c. Terdapat tanda tanda infeksi (demam,bau badan tidak enak,takikardia)
d. Kelahiran preterm berlangsung dengan preterm premature rupture of
membrane (PPROM)
e. Jika tali pusar bergerak ke bawah, tanda keluarnya tali pusar akar terlihat
(lihat kondisi)
4. Mekanisme terjadinya Ketuban Pecah Dini
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion
dan korion yang sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas sel epitel, sel
mesenkrim, dan sel trofoblas yang terkait dalam matriks kolagen. Selaput
ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban serta melindungi janin terhadap
infeksi. Ketuban pecah pada ibu hamil disebabkan oleh adanya kontraksi
uterus dan peregangan yang berulang.Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertentu terjadi perubahan biokimia, yang menyebabkan selaput
ketuban inferior rapuh. Selaput ketuban pada kehamilan muda sangat kuat,
pada trimester 3 selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan
selaput ada hubungannya dengan pembesaran uterus,kontraksi rahim, dan
gerakan janin. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal
fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar kevagina (Sarwono,
2012).
22

Mekanisme ketuban pecah dini ini terjadi karena pembukaan prematur


servik dan membran terkait dengan pembukaan terjadi devolarisasi dan
nekrosis serta dapat di ikuti pecah spontan jaringan ikat yang menyangga
membran ketuban, dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim
proteolitik, enzim kolagenase. Masa interval sejak ketuban pecah dini
sampai terjadi kontraksi disebut fase laten (Manuaba,2018).

Gambar 2.1
Jalur yang berpotensi menyebabkan korioamnionitis
Sumber: Goldenberg R.L (2018)

Bakteri yang masuk ke rongga rahim selain menginfeksi janin akan


melepaskan sejumlah endotoksin dan menyebabkan reaksi inflamasi pada
ibu dan janin. Hal ini mengakibatkan terjadinya KPD, kelahiran prematur,
dan kerusakan neurologis pada janin
23

Gambar 2.2
Tempat Potensial Infeksi Bakteri dalam Uterus
Sumber: Goldenberg R.L (2018)

Korioamnionitis merupakan infeksi akut pada cairan ketuban, janin


dan selaput korioamnion yang disebabkan oleh bakteri. Pada kehamilan
cukup bulan, korioamnionitis didiagnosa pada sekitar 5% kehamilan. Infeksi
ini merupakan manifestasi infeksi intrauterin dan berhubungan dengan
ketuban pecah dini dan persalinan lama. Bila leukosit mononuklear dan
polimorfonuklear menembus korion, secara mikroskopis dapat dikatakan
sebagai korioamnionitis. Sekitar 25% infeksi intrauterin disebabkan oleh
ketuban pecah dini. Makin lama jarak antara ketuban pecah dengan
persalinan, makin tinggi risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan janin
5. Faktor – Faktor Penyebab Ketuban Pecah Dini
Persalinan dengan ketuban pecah Dini biasanya dapat di sebabkan
oleh multi/grandemultipara, overdistensi (hidroamnion, kehamilan ganda),
disproporsio sefalo pelvis, kelainan letak (lintang dan sungsang) (Devi,Izzah
Malihah, 2018). Ada beberapa faktor yang mengalami ketuban pecah dini
(KPD) yaitu usia kehamilan,paritas, umur ibu, pekerjaan dimana usia
kehamilan merupakan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari pertama haid terakhir (Ayu W, dkk, 2019).
Ketuban pecah dini merupakan masalah obstetric yang masih
diperdebatkan, karena penyebab pasti ketuban pecah dini belum diketahui,
24

akan tetapi hal yang berhubungan dengan ketuban pecah dini yaitu servik
inkompeten, overdistensi uterus, faktor keturunan, pengaruh yang dapat
melemahkan ketuban, dan masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi
kontraksi atau yang disebut dengan fase laten (Diana, 2018). Faktor
penyebab ketuban pecah dini adalah riwayat KPD sebelumnya, serviks
inkompoten, gemeli, paritas, anemia, sosial ekonomi (pekerjaan),
hidramnion, kelainan letak janin, usia dan merokok (Dutton, 2018).
Faktor yang menyebabkan ketuban pecah dini yaitu usia, paritas,
kelainan letak, hidramnion dan gemeli. Usia untuk reproduksi bagi
seseorang ibu antara umur 20-35 tahun, dibawah atau diatas usia tersebut
angka meningkat risiko kehamilan dan persalinan. Paritas akan
mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini. Ibu yang telah melahirkan
beberapa kali akan lebih berisiko mengalami ketuban pecah dini disebabkan
vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang menimbulkan jaringan
ikat selaput ketuban mudah rapuh dan akhirnya pecah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini
yaitu sebagai berikut :
a. Usia Ibu
Umur didefinisikan sebagai usia seseorang yang secara garis besar
menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan
keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya dan umur individu
terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan logis (Notoatmodjo, 2010).
Umur ibu merupakan salah satu tolak ukur kesiapan seorang ibu
untuk melahirkan, dimana usia ideal untuk menjalani proses kehamilan
dan persalinan adalah usia 20-35 tahun. Wanita yang berusia kurang dari
20 tahun biasanya memiliki kondisi psikis yang belum matang serta
kemampuan finansial yang kurang mendukung.Sementara wanita yang
berusia lebih dari 35 tahun cenderung mengalami penurunan kemampuan
reproduksi (Ayu W,dkk,2019).
25

Hasil Penelitian usia 35 tahun juga berisiko tinggi mengalami


ketuban pecah dini karena usia yang sudah terlalu tua serta penurunan
organ-organ reproduksi untuk menjalankan fungsinya, keadaan ini juga
menyebabkan selaput ketuban semakin tipis yang memudahkan ketuban
pecah sebelum waktunya (Frelestanty dan Yunida Haryanti, 2019)
Kehamilan pada usia muda (35 tahun keadaan otot-otot dasar
panggul tidak lagi elastik, sehingga mudah terjadi penyulit/komplikasi
seperti serviks mudah berdilatasi sehingga dapat menyebabkan
pembukaan serviks terlalu dini sehingga dengan mudahnya terjadi
ketuban pecah dini (Ayu W,dkk,2019).
b. Paritas
Paritas adalah kelahiran bayi yang mampu bertahan hidup. Paritas
dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram (Ayu
W, dkk, 2019). Paritas 2-3 merupakan paritas yang dianggap aman
ditinjau dari sudut insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu dan
paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai risiko terjadinya ketuban pecah
dini lebih tinggi. Pada paritas yang rendah (satu), alat-alat dasar panggul
masih kaku (kurang elastik) daripada multiparitas. Uterus yang telah
melahirkan banyak anak (grandemulti) cenderung bekerja tidak efesien
dalam persalinan (Octavia dan Filda Fairuza, 2019)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara paritas
terhadap kejadian KPD. KPD banyak terjadi pada paritas multigravida.
Besar risiko paritas multigravida 6 kali untuk terjadi KPD, sehingga
paritas multigravida memberikan risiko 7 kali lebih besar untuk
terjadinya KPD. Ibu yang sudah melahirkan beberapa kali lebih beresiko
mengalami KPD, oleh karena vaskularisasi pada uterus mengalami
gangguan yang mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban mudah
rapuh dan akhirnya pecah spontan. Terjadinya ketuban pecah dini juga
karena terjadi trauma langsung pada perut ibu, mungkin karena kelainan
letak pada rahim dan grande multipara atau kehamilan lebih dari lima
kali.
26

Penyebab ketuban pecah dini dalam paritas salah satunya ialah


multiparitas. Multipara lebih besar memungkinkan terjadinya infeksi
karena adanya proses pembukaan serviks lebih cepat dibandingkan
primipara, sehingga dapat mengakibatkan pecahnya ketuban lebih dini.
Paritas multigravida memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadi KPD. Oleh
karena itu seorang ibu multigravida sebaiknya mengikuti konseling
dengan petugas pelayanan kesehatan, sehingga dapat mengetahui faktor
risiko terjadinya KPD (Wilda dan Suparji, 2020). Kejadian KPD banyak
didapatkan pada multiparitas karena kehamilan yang terlalu sering dapat
memengaruhi embriogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk
akan lebih tipis dan mudah pecah sebelum waktunya, serta semakin
mudah terjadi infeksi amnion karena rusaknya struktur serviks pada
persalinan sebelumnya (Syarwani,dkk,2020).
c. Usia Kehamilan
Usia kehamilan adalah lamanya kehamilan mulai dari ovulasi
sampai partus kira-kira 280 (40 minggu dan tidak lebih dari 300 hari (43
minggu). Pada umumnya ibu dengan preterm lebih, cenderung
mengalami ketuban pecah dini dikarenakan masih lemahnya kekuatan
selaput ketuban yang berhubungan dengan perbesaran dan usia uterus,
kontraksi rahim dan gerakan janin. Tetapi dari hasil uji statistic yang
telah dilakukan, diperoleh hasil ibu dengan usia kehamilan aterm juga
mengalami ketuban pecah dini. Hal ini dapat disebabkan oleh Faktor lain
seperti pola pekerjaan ibu hamil yang terlalu berat dapat berakibat pada
kelelahan dan akan menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga
timbul ketuban pecah dini (Ayu W,dkk,2019).
KPD dibagi menjadi dua kategori yaitu KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. KPD
merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang
bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian
perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan
27

kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan


kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Rahayu, 2018).
d. Pekerjaan (Aktivitas)
Kehamilan bukanlah merupakan halangan untuk berkarya asalkan
dikerjakan dalam pengertian sedang hamil. Pada dasarnya, ibu hamil
diperbolehkan untuk bekerja, tetapi jangan terlampau berat. Ibu harus
mampu mengatur waktu untuk istirahat, karena bila terlalu lelah untuk
bekerja dikhawatirkan dapat merangsang kontraksi rahim (His) lebih
awal. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan kerja
lama melebihi 3 jam perhari dapat berakibat kelelahan. Bekerja terlalu
lelah akan meningkatkan produksi hormon oksitosin oleh hipofise
posterior yang merupakan pemicu terjadinya kontraksi dini. Kontraksi
yang semakin lama semakin sering akan menyebabkan selaput ketuban
tidak lagi mampu menahan kehamilannya (Ayu W,dkk,2019).
e. Riwayat Ketuban Pecah Dini
Riwayat Ketuban Pecah Dini Riwayat ketuban pecah dini
sebelumnya merupakan faktor resiko terjadinya ketuban pecah dini,
dimana resiko ketuban pecah dini pada ibu yang riwayat ketuban pecah
dini nya beresiko tinggi adalah 4,7 kali lebih besar dibandingkan dengan
ibu yang tidak mempunyai riwayat ketuban pecah dini. Wanita yang
mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau menjelang persalinan
maka pada kehamilan berikutnya wanita yang telah mengalami ketuban
pecah dini akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali
dari pada wanita yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebelumnya,
karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan
kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya. (Octavia dan
Filda Fairuza,2019)
28

6. Pencegahan Ketuban Pecah Dini


Menurut Morgan (2019) Pencegahan ketuban pecah dini terbagi 2
yaitu:
a. Pencegahan Primer
Untuk mengurangi terjadinya pecah ketuban dini. dianjurkan bagi
ibu hamil untuk mengurangi aktivitas pada akhir trimester kedua dan
awal trimester ke 3, serta tidak melakukan kegiatan yang membahayakan
kandungan selama kehamilan. Ibu hamil juga harus dinasihatkan supaya
berhenti merokok dan minum alkohol. Berat badan ibu sebelum
kehamilan juga harus cukup mengikuti Indeks Massa Tubuh (IMT)
supaya tidak berisiko timbul komplikasi. Selain itu, pasangan juga
dinasihatkan supaya menghentikan koitus pada trimester akhir kehamilan
bila ada faktor predisposisi.
b. Pencegahan Sekunder
Mencegah infeksi intrapartum dengan anlibiotika spektrum luas:
gentamicin iv 2 x 80 mg. ampicillin iv 4 x I mg, amoxicillin iv 3 x I mg,
penicillin iv 3 x 1.2 juta IIJ. metronidazol drip. Pemberian kortikosteroid
pada ibu bisa menimbulkan konlroversi, karena di satu pihak dapat
memperburuk keadaan ibu karena menurunkan imunitas, di lain pihak
dapat menstimulasi pematangan paru janin (surfaktan)
Pencegahan Ketuban Pecah Dini Menurut penelitian Lina Darmayanti
Bainuan (2020) menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin C 100
mg per hari pada wanita hamil selama masa kehamilannya dapat mencegah
ketuban pecah dini (PPROM/PROM). Pemberian dosis besar suplemen
Vitamin C tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan reaksi yang
merugikan seperti yang terkait dengan stres oksidatif. Suplemen vitamin C
adalah sangat penting pada wanita hamil, kekurangan vitamin C telah
terbukti mempengaruhi stuktur plasenta dan memfasilitasi infeksi
korioamnion yang dapat menghasilkan peningkatan risiko ketuban pecah
dini (PROM atau PPROM) dan kelahiran premature. Selain itu suplemen
vitamin C dapat juga membantu mencegah pengembangan komplikasi yang
semua terkait dengan tingginya level stress oksidatif seperti kehamilan
29

dengan hipertensi (gestational hypertension), pertumbuhan janin terhambat


(Intrauterine Growth Retardation) dan gestational diabetes. Oleh karena itu
setiap wanita hamil dapat direkomendasikan untuk diberikan suplemen
vitamin C 100 mg selama masa kehamilannya untuk mencegah ketuban
pecah dini (PROM/PPROM).
7. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
Beberapa langkah dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini adalah
sebagai berikut (Fadlun dan Feryanto, 2012) :
a. Penatalaksanaan ketuban pecah dini bergantung pada umur kehamilan
dan tanda infeksi intrauterine.
b. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan ketuban
pecah dini ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang berumur > 37
minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk meminimalkan risiko
infeksi intrauterine.
c. Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) kolaborasi dengan
dokter dintaranya dalam pemberian antibiotik dan cegah infeksi (tidak
melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru,
amnioninfusi, epitelisasi (vitamin C dan trace element, masih
kontroversi), monitoring fetal dan maternal. Tindakan aktif
(terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan SC ataupun partus per
vaginam.
d. Dalam penetapan langkah penatalakanaan tindakan yang dilakukan
apakah langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu
mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas
perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan,
fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu, dan
kemampuan finansial keluarga.

C. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan adalah hasil penginderaan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
30

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya


pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang
berbeda-beda.
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada
waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan,
2017).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Wawan (2017) ada dua faktor yang mempengaruhi
pengetahuan antara lain:
a Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola
hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah pula menerima informasi.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa satuan
31

pendidikan merupakan kelompok layanan pendidikan yang


menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan
informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
a) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Jenis-jenis pendidikan formal
antara lain:
(1)Taman Kanak-Kanak atau Raudatul Athfal.
(2)Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah.
(3)Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah.
(4)Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah.
(5)Sekolah Menengah Kejuruan atau Madrasah Aliyah Kejuruan.
(6)Perguruan tinggi (Akademi, Politeknik, Sekolaj Tinggi,
Institut, dan Universitas).
b) Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Jenis-jenis pendidikan nonformal antara lain:
(1)Lembaga kursus dan pelatihan, terdiri dari lembaga kursus
komputer, lembaga kursus bahasa asing dan lain-lain.
(2)Kelompok belajar yang terdiri dari sekelompok masyarakat
yang saling berbagi pengalaman dan kemampuan satu sama
lain.
(3)Pusat kegiatan belajar masyarakat, yang berfungsi sebagai
tempat untuk belajar dari atau oleh atau dan untuk masyarakat.
(4)Majlis ta’lim, terdiri dari kelompok yasinan, kelompok
pengajian dan lain-lain.
(5)Satuan pendidikan sejenis, terdiri dari pra sekolah, balai latihan
dan penyuluhan, kepramukaan, sanggar kesenian dan lain-lain.
c) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan. Jenis-jenis pendidikan informal antara lain:
(1)Pendidikan budi pekerti.
(2)Pendidikan agama.
32

(3)Pendidikan etika.
(4)Pendidikan sopan santun.
(5)Pendidikan moral
(6)Sosialisasi dengan lingkungan.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
3) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan
sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
b Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan
dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
3. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
33

Tahu diartikan sebagai mengikat suatu materi yang telah dipelajari


sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat
menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu obyek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan
untuk melaksakakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
34

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan


justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada (Wawan, 2018).
D. Penyuluhan Kesehatan
1. Pengertian penyuluhan
Penyuluhan adalah suatu kegiatan mendidik sesuatu kepada individu
ataupun kelompok, memberi pengetahuan, informasi-informasi dan berbagai
kemampuan agar dapat membentuk sikap dan perilaku hidup yang
seharusnya. Hakekatnya penyuluhan merupakan suatu kegiatan nonformal
dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik
seperti yang dicita-citakan (Notoatmojo, 2012).

2. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap
upaya peningkatan kesehatan. Penyuluhan kesehatan masyarakat
diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok
masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi
(Richo, 2019).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat tahu apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai kehidupan yang
sehat (Richo, 2019).
3. Tujuan
Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah
perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
untuk mewujudkannya, perubahan perilaku yang diharapkan setelah
menerima pendidikan tidak dapat terjadi sekaligus. Oleh karena itu,
pencapaian target penyuluhan dibagi menjadi tujuan jangka pendek yaitu
tercapainya perubahan pengetahuan, tujuan jangka menengah hasil yang
diharapkan adalah adanya peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan
35

yang akan mengubah perilaku ke arah perilaku sehat, dan tujuan jangka
panjang adalah dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-
harinya (Notoadmojo, 2012)
Menurut WHO (1954) dalam Notoadmojo (2012) tujuan penyuluhan
kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan masyarakat
dalam bidang kesehatan. Tujuan penyuluhan kesehatan pada hakekatnya
sama dengan tujuan pendidikan kesehatan, menurut Effendy (1998) tujuan
penyuluhan kesehatan adalah :
a. Tercapai perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam
membina dan menjaga perilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan.
b. Terbentuk perilaku sehat pada individu, keluarga, dan masyarakat yang
sesuai dengan konsep hidup sehat baik secara fisik, mental, dan sosial
sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
4. Sasaran
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup:
a. Individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan, yang
dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin,
posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan.
b. Keluarga
Keluarga binaan yang mempunyai masalah keperawatan dan
kesehatan yang tergolong dalam keluarga-keluarga resiko tinggi.
c. Kelompok
Kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan
masyarakat adalah:
1) Kelompok ibu hamil
2) Kelompok ibu-ibu yang memiliki anak balita
3) Kelompok pasangan usia subur dengan resiko tinggi kebidanan
4) Kelompok-kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah
kesehatan
36

5) Kelompok-kelompok masyarakat yang ada di berbagai institusi


pelayanan kesehatan seperti masyarakat sekolah dan pekerja
perusahaan
d. Masyarakat
Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan
adalah:
1) Masyarakat binaan puskesmas
2) Masyarakat nelayan
3) Masyarakat pedesaan
4) Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti
puskesmas dan posyandu yang diberikan penyuluhan kesehatan
secara massal.
5) Masyarakat luas yang terkena masalah kesehatan seperti wabah
DHF (Dengue Haemmoragic Fever), muntah berak dan
sebagainya.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyuluhan, hal tersebut
bisa berasal dari penyuluh, sasaran, ataupun proses penyuluhan itu sendiri.
a. Faktor Penyuluh
Kurangnya persiapan, kurang menguasai materi, bahasa yang
digunakan tidak mudah dimengerti, penampilan penyuluh kurang
meyakinkan, dan penyampaian materi penyuluhan yang terlalu
monoton sehingga kurang menarik perhatian.
b. Faktor Sasaran
Rendahnya tingkat pendidikan sehingga sulit untuk mencerna
informasi yang disampaikan, rendahnya tingkat sosial ekonomi
sehingga tidak memperhatikan pesan yang disampaikan karena lebih
memikirkan kebutuhan yang lain, kepercayaan yang telah tertanam
dengan kuat dimasyarakat, serta kondisi lingkungan tempat tinggal
sasaran yang tidak miningkatkan terjadi perubahan perilaku.
c. Faktor Proses dalam Penyuluhan
37

Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan keinginan sasaran, tempat


penyuluhan di tempat yang tidak tenang, jumlah sasaran yang
mendengar penyuluhan terlalu banyak sehingga sulit untuk menarik
perhatian, dan metode yang digunakan kurang tepat (Richo,2019).
F. Media Booklet
1. Pengertian
Menurut Bly (2019), Booklet adalah buku berukuran kecil yang
didesain untuk mengedukasi pembaca dengan tips dan strategi untuk
menyelesaikan suatu masalah. Booklet biasanya terdiri dari 16-24 halaman
dan berukuran 3,5 x 8,5 inchi. Tampilan sampul booklet biasanya
menggunakan warna polos dan desain yang minim. Menurut French (2013),
booklet adalah buku kecil yang dicetak antara 32- 96 halaman. Booklet
memiliki bahasan yang lebih terbatas, struktur sederhana, dan fokus pada
satu tujuan. Menurut Hapsari (2013), Booklet merupakan media komunikasi
yang termasuk dalam kategori media lini bawah (below the lineb media).
Sesuai sifat yang melekat pada media lini bawah, pesan yang ditulis pada
media tersebut berpedoman pada beberapa kriteria yaitu: menggunakan
kalimat pendek, sederhana, singkat, dan ringkas. Selain itu penggunaan
huruf tidak kurang dari 10 pt, dikemas menarik dan kata yang digunakan
ekonomis
2. Kelebihan Booklet
Menurut Hapsari (2013) media booklet memiliki beberapa keunggulan
yaitu :
a. Dapat digunakan untuk belajar mandiri.
b. Pembaca dapat mempelajari isinya dengan santai.
c. Informasi dapar dibagikan dengan keluarga dan teman.
d. Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan.
e. Mengurangi kebutuhan mencatat.
f. Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah.
g. Awet.
h. Daya tampung lebih luas.
i. Dapat diarahkan pada segmen tertentu.
38

Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Mintarti (2010) terdapat


beberapa keunggulan booklet yaitu :
a. Pesan-pesan booklet bersifat permanen, mudah disimpan, diambil
kembali dan dibaca ulang sesuai dengan kemampuan pembaca.
b. Mampu mengatasi hambatan jarak dan geografis sehingga dapat
menjangkau sasaran lebih banyak.
c. Harganya relatif murah.
d. Pembaca dapat belajar sendiri atau berkelompok
e. Booklet dapat menampung informasi lebih lengkap, praktis dan
sederhana
39

G. Kerangka Teori

Faktor – Faktor yang


mempengaruhi
Pengetahuan :
1. Pendidkan
2. Pekerjaan Pendidikan Kesehatan
3. Umur
4. Lingkungan
5. Budaya
Media Pendidikan ksehatan
1. leetflet
2. Lembar balik
3. Booklet
4. Poster
5. Vidio
6. Power Point
7. film

Pengetahuan

Gambar 2.1 Kerangka Teori Pengaruh Pengetahuan Ibu Hamil Sebelum Dan
Sesudah Edukasi Dengan Booklet Tentang Ketuban Pecah Dini Modifikasi Teori
Notoadmodjo(2012); Wawan dan Dewi (2017), dan Fertman (2015)
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu dengan konsep lainnya atau antara variabel yang
satu dengan variabel yan lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmojo, 2014)

Edukasi dengan menggunakan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang


media Booklet Ketuban Pecah Dini

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


A. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenaranya.
(Setiawan 2017) Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Pengetahuan Sebelum diberikan ketuban edukasi tentang ketuban pecah
dini dengan media booklet pengetahuan ketegori cukup
2. Pengetahuan sesudah diberikan edukasi tentang ketuban pecah dini dengan
media booklet pengetahuan kategori baik.
3. Ada perbedaan pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah edukasi
dengan booklet tentang ketuban pecah dini Di PMB Marsini Karni

27
28

B. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel


Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Cara Hasil Ukur Skala
Ukur

Edukasi dengan Proses pemberian informasi - - -


media booklet dan edukasi kesehatan
tentang Ketuban Pecah Dini
dengan media Booklet

Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki Kuesioner 1.Kurang, bila < 56% Ordinal
Ibu reponden tentang Ketuban 2.Cukup, bila 56-75%
Pecah Dini mulai dari 3.Baik, bila >75%
.
pengertian, tanda dan
gejala, mekanisme kejadian
ketuban pecah dini, dan
faktor- faktor yang
mempengaruhi kejadian
ketuban pevahn dini.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen atau percobaan
menggunakan rancangan pre experimental design dengan jenis pretest and
posttest one group design. Pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi
perlakuan dan diberikan posttest setelah diberi perlakuan. Metode ini
diberikan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding (dharma,
2015). Metode ini digunakan untuk mengetahui ada perbedaan pengetahuan
ibu hamil sebelum dan sesudah edukasi dengan booklet tentang ketuban
pecah dini Di PMB Marsini Karni Tahun 2022.
Gambar 4.1 pretest and posttest one group design
P1 X P2

Keterangan :
P1 : Pretes Sebelum diberikan Edukasi
X : Memberikan intervensi Edukasi dengan media Booklet tentang
KPD
P2 : Posttes setelah diberikan edukasi

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek /subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Dharma,2015). Populasi
dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di
PMB Marsini pada bulan Januari s/d April berjumlah 151 ibu hamil.

29
2. Sampel
a. Besar sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi tersebut (Setiana A,
2018). Apabila populasi yang hendaknya diteliti kurang dari 100, lebih
baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, namun apabila populasi penelitian berjumlah lebih dari 100
maka sampel yang dapat diambil antara 10 – 15% atau 20-25% atau
lebih (Arikunto, 2013). Pada penelitian ini rencana sampel akan diambil
adalah 20% dari semua populasi, yaitu berjumlah 30 sampel ibu hamil
yang diberikan penyuluhan kesehatan dengan media booklet

30
31

b. Teknik sampling
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah teknik nonprobability sampling (sampel nonrandom). Dengan
teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Purposive
sampling adalah suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan
berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti
(Dharma, 2015).
Responden diambil secara purposive sampling dengan memilih
seluruh ibu hamil. Untuk mendapatkan data sesuai dengan fokus
penelitian ini, maka peneliti menentukan responden penelitian dengan
kriteria inklusi sebagai berikut.
1) Ibu hamil berusia 19 tahun s/d 35 tahun
2) Ibu hamil Trimester I, II, III
3) Ibu hamil tidak dengan resiko tinggi, seperti PEB,
4) Bersedia menjadi responden.

C. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2022
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di PMB Marsini Karni Keceamatan
Pontianak Timur, Kabupaten Pontianak

D. Jenis Data Penelitian


Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Menurut
Dharma (2015) menyatakan bahwa data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari subyek penelitian dengan mengunakan alat pengukuran atau alat
pengambil data, langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.
Data primer dalam penelitian ini adalah hasil dari pengukuran
Kuesioner. Data primer yang digunakan kuesioner berisi pertanyaan mengenai
Ketuban Pecah Dini.
32

E. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Lembar kuesioner, lembar yang digunakan untuk mencatat data
responden. Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan tentang pengetahuan
responden terhadap ketuban pecah dini sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan. Kuesioner di isi oleh responden.
Instrumen atau alat ukur yang digunakan adalah berupa kuesioner pre-
test dan post-test. Penelitian sebelumya dilakukan oleh Lestari (2012) tentang
gambaran pengetahuan ibu hamil tentang ketuban pecah dini di Sukoharjo.
Tabel 4.1
Kisi – kisi Kuesioner Pengetahuan
No Materi Nomor Pertanyaan
1 Definisi KPD 1,2,3,4,5,6
2 Faktor terjadinya KPD 7,8,9
3 Pencegahan KPD 10,11,12
4 Tanda gejala KPD 13
5 Penanganan KPD 14,15
Total Soal 15

F. Teknik Pengolahan Data


Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan. Pengolahan data dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Editing
Pengecekan kelengkapan data diantaranya kelengkapan lembar
kuesioner dan kelengkapan isian kuesioner sehingga apabila terdapat
ketidaksesuaian dapat segera dilengkapi segera oleh peneliti.
2. Scoring
Pada kegiatan ini penilaian data dengan memberikan skor pada
pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan responden. Jawaban benar
diberi skor 6,6, dan jawaban salah diberi skor 0, jika benar 15 skornya
100.
33

3. Tabulasi
Mengelompokkan data ke dalam tabel yang dibuat sesuai maksud
dan tujuan penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini analisis data dilakukan dengan 2 cara yaitu analisis
univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis Univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Dharma, 2015).
Analisis univariat dapat digunakan untuk menggambarkan masing-masing
karakteristik pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah. Dengan
kompurisasi, peneliti mengalaisis frekuensi responden berdasarkan
karakteristik umur, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Analisis bivariat yang
dilakukan untuk mengetahui ada perbedaan pengetahuan ibu hamil
sebelum dan sesudah edukasi dengan booklet tentang ketuban pecah dini
Di PMB Marsini Karni Tahun 2022 dengan menggunakan uji paired
sample t test dengan bantuan komputerisasi.
Pada penelitian ini uji normalitas yang digunakan Saphiro – Wilk
dikarenakan sampel kurang dari 50 sampel (Dharma, 2015). Jika data
berdistribusi normal maka akan menggunakan Uji T, namun jika data tidak
berdistribusi secara normal, maka akan menggunakan uji Wilcoxon.
Pengujian dalam penelitian ini selanjutnya dibantu dengan program
komputerisasi.
Penilaian yang diunakan adalah dengan melihat tingkat signifikan
yang ditunjuk dengan nilai probabilitas (p). Karena tingkat kepercayaan
penelitian yang digunakan adalah 95% maka penilaian probabilitas yang
34

digunakan adalah α = 0,05. Kemudian membandingkan hasil nilai P


dengan ketentuannya adalah :
a. Jika nilai P < 0,05 maka Ha diterima, ini artinya ada perbedaan sebelum
dan sesudah diberi perlakuan.
b. Jika nilai P > 0,05 maka Ha ditolak, artinya tidak ada perbedaan
sebelum dan sesudah diberi perlakuan
H. Etika Penelitian
1. Menghormati hakikat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti mempertimbangkan hak-hak responden dalam mendapatkan
informasi. Peneliti memberikan kebebasan kepada responden untuk
menentukan ikut atau menolaknya responden dalam penelitian (autonomy).
Peneliti memberikan informasi yang terbuka dan lengkap tentang
pelaksanaan penelitian. Peneliti menghormati dan menghargai harkat dan
martabat responden dan memberikan lembar persetujuan (inform concent).
Penjelasan informed consent ini mencakup penjelasan tentang judul
penelitian yaitu “Perbedaan Pengetahuan Ibu Hamil Sebelum Dan Sesudah
Edukasi Dengan Booklet Tentang Ketuban Pecah Dini Di PMB Marsini
Karni Tahun 2022” tujuan, manfaat penelitian, prosedur penelitian,
keuntungan yang didapat dan kerahasiaan informasi.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and
confidentiality)
Peneliti merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi
responden. Prinsip ini diterapkan dengan meniadakan identitas sepeti nama
dan alamat responden yang kemudian diganti dengan kode tertentu
3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness)
Penelitian ini dilakukan dengan jujur, tepat, cermat, hati-hati dan
dilakukan secara professional serta akan memberikan keuntungan bagi
responden. Dalam penelitian ini, peneliti tidak membeda-bedakan responden
dari segi suku, budaya, dan status sosial ekonomi. Semua responden akan
mendapatkan perlakuan yang sama pada saat penelitian.
35

4. Memperhatikan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm


and benefits)
Responden diberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur
penelitian (pada lembar informasi penelitian). Responden juga mendapatkan
penjelasan bahwa penelitian ini tidak akan membahayakan atau tidak akan
menimbulkan dampak yang merugikan. Jika responden merasa tidak
nyaman pada saat penelitian, maka responden bisa langsung mengundurkan
diri menjadi subjek penelitian. Peneliti menjelaskan tentang keuntungan bila
responden berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu responden dapat
mengetahui tahapan dari respon berduka serta responden akan mendapatkan
pengalaman berharga karena pernah terlibat sebagai responden dalam suatu
penelitian.
36

DAFTAR PUSTAKA

Abrar, N. M., Handono, B., & Triyanti Rukmana, G. I. (2017). Karakteristik


Luaran Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Periode Tahun 2013-2015. JSK, Volume 2, Nomor 4, 207-210
Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bouvier, dkk. (2019). Risk Factors and Outcomes of Preterm Premature
Rupture of Membranes in a Cohort of 6968 Pregnant
Women Prospectively Recruited. Journal of Clinical Medicine
Budhi, N., & Nurhayati, T. (2020). Efektifitas Bimbingan Pada Ibu Hamil
Tentang
Deteksi Dini Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan dan Nifas Dengan
Menggunakan Media Leaflet dan Audiovisual. Bandung: Jurnal Riset
Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung.
Budiman, & Agus Riyanto. (2013). Kapita Selekta Kuisoner Pengetahuan dan
Sikap dalam penelitian Kesehatan. Jakarta: Selemba Medika.
Dahlan, Sopiyudin M. (2013). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel.
Jakarta: Salemba Medika.
Dharma, Kusuma Kelana (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta : Trans Info
Media.
Dinas Kesehatan (2020). Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2019
Dinas Kesehatan (2021). Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2020
Eliriani MY, Kuswati. (2014). Determinan Pengetahuan
Ibu Tentang Ketuban Pecah Dini di Puskesmas
Ileboleng, Kabupaten Flores Timur Tahun 2014.
Sekol Tinggi Ilmu Kesehat YIMA;
Fatimah dan Nuraisyah, (2020). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Risiko 4T Desa. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu
Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi
Volume 20.
Haryanti, (2020). Analisis Hubungan Ketuban Pecah Dini (KPD) dan Paritas
dengan Partus Lama Jahiang Kecamatan Salawu Kabupaten
Tasikmalaya.
37

Hidayat, (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.


Jakarta : Salemba Medika
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia. Indonesia:
Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan,
Nifas, dan Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan Baru. Jakarta:
Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat.
Lestari, dkk. (2012). Gambaran pengetahuan ibu hamil TM III tentang ketuban
pecah dini di RSUD Sukoharjo. Surakarta : Jurnal STIKES MUS.
Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba LA, Fajar Manuaba I.B.G. (2007).
Pengantar Kuliah Obstertri. Bab 6: Komplikasi Umum Pada Kehamilan.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita (2009). Gadar Obstetri & Ginekologi & Obstetri
Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Morgan G., Hamilton C. 2019. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. EGC,
Jakarta, Indonesia, hal 391.
Nita. (2013). Persalinan Patologi. Jakarta: Bina Pustaka.
Notoatmodjo (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nugrahani , R. R. (2013). Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Aterm di Rumah Sakit Aura Syifa
Kediri. 52-66.2.
Nugroho, dr,Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
Nuha Medika
PMB Marsini Karni. (2021) Pencatatan dan Pelaporan PMB Marsini Karni,
Pontianak : PMB Marsini Karni
Prawirohardjo S. (2010). Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. YBP-SP. Jakarta
Puskemas Kampung Dalam. (2021). Pencatatan dan Pelaporan Ruang Bersalin
Puskemas Kampung Dalam, Pontianak : Puskemas Kampung Dalam.
Oktaviani. (2018). Pengaruh Penyuluhan Media Audiovisual terhadap Kepatuhan
Ibu Hamil dalam Mengonsumsi Tablet Besi di Psukesmas Paliyan
Gunungkidul. Yogyakarta : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Rumah Sakit Yarsi. (2021) Pencatatan dan Pelaporan Ruang Bersalin RS. Yarsi,
Pontianak : Rumah Sakit Yarsi.
Sadiman, A. (2012). Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Setyaningsih (2019). Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ketuban
Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Balaraja Tangerang.
Dudharma Journal, Maret 2019, Volume 3 (No.1).
38

Sadiman, R. (2011). Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan dan


Pemenfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Septi, Rtana. (2017). Ketuban Pecah Dini (KPD). Unimus (7): 7–17.
Setyaningsih, (2019). Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban
Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Balaraja Tanggerang.
Tanggerang : Edhudarma Journal.
Syarwani, T. I., Tendean, H. M., & Wantania, J. J. E. (2020). Gambaran Kejadian
Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
Tahun 2018. Medical Scope Journal (MSJ, Volume 1, Nomor 2, 24- 29.
39

PENGARUH PENGETAHUAN IBU HAMIL SEBELUM DAN SESUDAH


EDUKASI DENGAN BOOKLET TENTANG
KETUBAN PECAH DINI DI PMB MARSINI KARNI
PONTIANAK TIMUR

A. Identitas Responden
1. No Responden : ……….
2. Alamat : ……….
3. No. HP : ……….
4. Tanggal pengumpulan data : ……….
5. Umur : ……….
6. Pendidikan : ……….
7. Pekerjaan : ……….
8. Kehamilan Ke : ……….
9. Riwayat KPD : ……….

B. Pengetahuan
Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan Anda
1. Ketuban pecah dini adalah ……….
a. Pecahnya ketuban pada kehamilan lebih dari 6 bulan
b. Pecahnya ketuban pada kehamilan lebih dari 7 bulan
c. Pecahnya ketuban pada kehamilan lebih dari 8 bulan
d. Pecahnya ketuban pada kehamilan lebih dari 9 bulan
2. Fungsi air ketuban adalah ………
a. Menambah berat badan bayi
b. Memperlambat Gerakan bayi
c. Menambah berat badan ibu
d. Mempertahankan suhu tubuh bayi
3. Air ketuban berasal dari ………
a. Air yang diminum ibu
b. Kencing bayi
c. Darah ibu
d. Campuran dari berbagai cairan
40

4. Kemungkinan yang terjadi akibat mengalami ketuban pecah dini


adalah ……..
a. Ibu mengalami infeksi
b. Rahim robek
c. Perdarahan
d. BBLR
5. Bila ketuban pecah dini lebih dari 24 jam, maka dapat meningkatkan
risiko ……..
a. Ibu meninggal
b. Komplikasi persalinan
c. Ibu mengalami syok
d. Ibu mengalami nyeri
6. Keluarnya cairan ketuban yang tidak diikuti tanda persalinan
merupakan ………
a. Ketuban pecah sebelum waktunya
b. Premature
c. Persalinan cepat
d. Persalinan lama
7. Ketuban pecah dini dapat disebabkan oleh …….
a. Berkurangnya kekuatan selaput
b. Kontraksi rahim berlebih
c. Kelainan letak janin
d. Ibu makan nanas
8. Faktor penyebab ibu mengalami ketuban pecah dini adalah …….
a. Usia ibu 30 tahun
b. Jarak antar anak jauh
c. Jarak antar anak dekat
d. Bayi yang dikandung laki-laki
9. Berikut ini yang bukan dampak dari ketuban pecah dini bagi janin,
…….
a. Janin meninggal
b. Janin infeksi
41

c. Janis menangis segera setelah dilahirkan


d. Janin membiru
10. Infeksi ketuban pecah dini berasal dari ……..
a. Kuman yang ada di vagina
b. Kuman dari kuku
c. Kuman dari tangan
d. Kuman dari lingkungan
11. Ketuban pecah dini dapat dicegah dengan ……
a. Mengonsumsi susu
b. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, seperti
buah – buahan dan sayur sayuran
c. Mengonsumsi kopi/teh
d. Mengonsumsi makanan manis
12. Salah satu cara mencegah terjadinya ketuban pecah dini adalah ………
a. Tidak merokok dan menjauhi lingkungan perokok
b. Tidak melakukan aktivitas
c. Tidak berhubungan seks selama hamil
d. Tidak mengonsumsi kopi
13. Warna air ketuban yang normal adalah …..
a. Kekuningan
b. Kehijauan
c. Kemerahan
d. Jernih
14. Ketika mengalami Ketuban Pecah Dini yang harus ibu lakukan
adalah……
a. Tetap beraktivitas seperti biasa
b. Mengurangi porsi makan
c. Segera ke fasilitas kesehatan
d. Pergi ke dukun beranak
42

15. Yang bukan merupakan penanganan ketuban pecah dini untuk


mempertahankan janin adalah …….
a. Pematangan paru janin
b. Pemantauan kondisi ibu dan janin
c. Penanganan infeksi
d. Pemeriksaan pembukaan persalinan sesering mungkin
Sumber Kuesioner : Lestari (2012) Tentang Gambaran Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Ketuban Pecah Dini Di Sukoharjo.
43

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : KPD (Ketuban Pecah Dini)

Sasaran : Semua Ibu Hamil

Hari, tanggal : Maret 2022

Tempat : PMB Marsini Karni

Waktu : Setiap Ibu Hamil Yang Melakukan Pemeriksaan ANC

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan ini, diharapkan ibu hamil mampu memahami dan
mengerti tentang KPD (Ketuban Pecah Dini).
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Dapat menjelaskan pengertian KPD
2. Dapat menjelaskan gejala terjadinya KPD
3. Dapat menjelaskan Penyebab KPD
4. Dapat menjelaskan Komlpikasi KPD
5. Dapat menjelaskan cara pencegahan KPD
6. Dapat menjelaskan penaganan KPD di rumah
C. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan dengan memberikan booklet
D. Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan adalah media booklet
E. Rencana Kegiatan

No Kegiatan Materi
1 Pembukaan Membuka dengan mengucapkan salam
1. Penyampaian tujuan
2. Menandatangani informed consent
3. Memberikan kuesioner sebelum
2 Penyampaian Materi
diberikan media booklet (pre test)
4. Memberikan penyuluhan dengan media
booklet tentang KPD
Memberikan kuesioner kepada ibu hamil
3 Evaluasi untuk mengevaluasi pemahaman ibu (post
test)
44

4 Penutup Menutup dengan mengucapkan salam


F. Materi
A. Ketuban Pecah Dini (KPD)
1. Definisi KPD
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban pada
kehamilan lebih dari 34 minggu (di atas 8 bulan). Air ketuban berasal
dari campuran berbagai cairan tubuh ibu dan janin, air ketuban
normalnya berwarna jernih
2. Fungsi Air Ketuban
Fungsi air ketuban adalah
a. Air ketuban membuat bayi mudah bergerak
b. Janin menghirup cairan keluar-masuk, untuk melatih pernapasan dan
membantu perkembangan paru-paru.
c. Air ketuban menjaga suhu tubuh janin tetap hangat
d. Air ketuban mampu melindungi janin dari benturan atau pukulan yang
terjadi di daerah Rahim
3. Gejala Ketuban Pecah Dimi
a. Keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan
sedikit / banyak.
b. Dapat di sertai demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat bila sudah ada infeksi
c. janin mudah teraba.
pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah
kering.
4. Penyebab KPD
a. Infeksi
b. Kantung ketuban meregang secara berlebihan
c. Terbentur keras atau mengalami perdarahan
d. Ibu hamil kekurangan gizi.
e. Hamil anak kembar.
f. Jarak antar kehamilan terlalu dekat ( < 2 Tahun )
g. Merokok atau menggunakan NAPZA pada saat hamil.
h. Pernah menjalani operasi mulut Rahim
45

5. Komplikasi KPD adalah


a. Risiko infeksi
b. Tali pusat tertekan
c. Janin tidak segera menangis
d. Premature
e. Lebih dari 24 jam risiko komplikasi (penyulit) persalinan meningkat
6. Pencegahan Ketuban Pecah Dini
Cara Pencegahan KPD adalah :
a. Mengonsumsi vitamin C
b. Gaya hidup sehat
c. Hindari rokok aktif/pasif
d. Rutin periksa hamil
7. Penangan Ketuban Pecah Dini dirumah
a. Jangan panik dan segera ke klinik bersalin ataupun ke dokter
b. Jangan meminum ramuan apapun
c. Gunakan pembalut untuk menampung air ketuban yang merembes
d. Bersihkan vagina, jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
e. Basuh vagina dari arah depan kebelakang
46

TABEL REKAPITULASI DATA IDENTITAS RESPONDEN PENELITIAN

No Nama Umur Alamat No. Hp Pendidikan Pekerjaan Kehamilan


Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai