Anda di halaman 1dari 74

MUR

KARYA TULIS ILMIAH


STUDI DESKRIPTIF PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ISPA DI
KELURAHAN PRAILIU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMBANIRU
KECAMATAN KAMBERA KABUPATEN SUMBA TIMUR

Karya Tulis Ilmiah Ini di Ajukan untuk memenuhi salah salah satu persyaratan
menyelesaikan pendidikan diploma III Keperawatan

OLEH:
VERONIA DANIATI TAMU
APU PO.5303203191101

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH


STUDI DESKRIPTIF PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ISPA DI
KELURAHAN PRAILIU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMBANIRU
KECAMATAN KAMBERA KABUPATEN SUMBA TIMUR

Disusun Oleh

VERONIA DANIATI TAMU


APU PO.5303203191101

Telah Diujikan Didepan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Politeknik


Kesehatan Kementrian Kesehatan Kupang Program Studi Keperawatan
Waingapu Pada Tanggal, 21 Juni 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH


STUDI DESKRIPTIF PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ISPA DI
KELURAHAN PRAILIU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMBANIRU
KECAMATAN KAMBERA KABUPATEN SUMBA TIMUR

Disusun Oleh

VERONIA DANIATI TAMU


APU PO.5303203191101

Telah diuji dan di Pertahankan di Hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Politeknikkesehatan Kemenkes Kupang Prodi Keperawatan Waingapu
Pada Tanggal,21 Juni 2022

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri dan tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi. Semua sumber dan referensi baik yang dikutip maupun yang

dirujuk telah dinyatakan dengan benar.

Nama : Veronia Daniati Tamu Apu

Nim : PO.5303203191101

Tanggal : Maret 2022

Tanda tangan :

( )

iii
BIODATA PENULIS

Nama : Veronia Daniati Tamu Apu

Tempat tanggal lahir : Kombapari 18 februari 1999

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Kombapari

Riwayat pendidikan :

1. Tamat SDN Matawai Iwi Tahun 2013

2. Tamat SMP N Satap Matawai Iwi Tahun 2016

3. Tamat SMA Kristen Payeti Tahun 2019

MOTTO :

‘’ Janganlah Hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,tetapi


nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu pada Allah dalam doa
dan permohonan dengan ucapan syukur’’ Filipi 4:6

iv
ABSTRAK
Kementerian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Program Studi Keperawatan Waingapu
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2022

VERONIA DANIATI TAMU APU


“PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ISPA DI KELURAHAN
PRAILIU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMBANIRU
KECAMATAN KAMBERA KABUPATEN SUMBA TIMUR”

Xiii + 56 Halaman, 5 Tabel,14 Lampiran


Pendahuluan: Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu
penyebab kematian utama pada anak di negara berkembang. Data dari World
Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa ISPA merupakan salah satu
penyebab kematian tersering di negara sedang berkembang yang menyerang 400
sampai dengan 500 juta jiwa dengan proportional Mortality Rate (PMR) sebesar
26,67% ( WHO, 2019) WHO memperkirakan di Negara berkembang angka
kematian balita karena ISPA diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15% -
20% pertahun pada golongan usia balita. Tujuan: Mengetahui Pengetahuan Ibu
Balita tentang ISPA Di Kelurahan Prailiu Wilayah kerja Puskesmas Kambaniru
Kabupaten Sumba Timur. Metode: Jenis penelitian ini deskriptif, sampel
berjumlah 30 orang (Sampel minimal) instrumen menggunakan kuesioner dalam
bentuk google form. Hasil: Dari 30 Responden yang memiliki pengetahuan baik
19 orang (63,4%), Cukup 9 orang (30%), kurang 2 orang (6,6%). Kesimpulan:
berdasarkan hasil penelitian responden terbanyak memiliki pengetahuan yang baik
19 orang (63,4%). Saran: Diharapkan agar Ibu Balita Mencari informasi tentang
ISPA dan menyadari pentinngya pengetahuan tentang ISPA sehingga Kejadian
ISPA berkurang atau tidak terjadi

Kata Kunci: Pengetahuan, ISPA


Kepustakaan: 10 buah (2011 – 2021).

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

ini dengan judul “Studi Deskriptif Pengetahuan Ibu Balita Tentang ISPA Di

Kelurahan Prailiu Wilayah Kerja Puskesmas Kambaniru Kecamatan Kambera

Kabupaten Sumba Timur ”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karna itu

ijinkan penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Antonetha.R.H,.SST, M.

Kes selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar

memberikan bimbingan, masukan serta motivasi penulis dalam pembuatan Karya

Tulis Ilmiah ini. Ucapan terimakasih yang sama pula penulis sampaikan kepada

Ibu Kartini Pekabanda, SST, M,Kes selaku penguji yang telah memberikan

masukan dan bimbingan kepada penulis demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah

ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan penelitian ini, yaitu:

1. Ibu Dr R. H. Kristina, SKM, M. Kes, sebagai Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kupang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menempuh Pendidikan Di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Program

Studi Keperawatan Waingapu

2. Ibu Maria Kareri Hara, S.Kep. Ns, M. Kes sebagai Ketua Program Studi

Keperawatan Waingapu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk mengukuti perkuliahan di Program Studi Keperawatan Waingapu

vi
3. Bapak Benyamin L. Hiho, SKM. Sebagai Kepala Puskesmas Kambaniru yang

telah memberikan tempat untuk peneliti melakukan penelitian.

4. Bapak Petrus Kalaway,SE. Sebagai Kepala Kelurahan Prailiu yang telah

memberikan tempat untuk peneliti melakukan penelitian.

5. Bapak / Ibu dosen yang telah membekali penulis selama dalam perkuliahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

6. Bapak, Mama, dan Saudara – saudari yang selalu membantu dan mendoakan,

mendukung baik secara materi, moral dan spiritual pada penulis dalam

menyusun penelitian ini.

7. Teman – teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis

dalam penyusunan penelitian ini.

8. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan nama satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan penelitian ini.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah

referensi perpustakaan Prodi Keperawatan Waingapu

Waingapu, 22 April 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN DAN JUDUL...................................................................................................... I


LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................................................. V
DAFTAR TABEL.................................................................................................................... Vi
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................................... Vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................ Viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ Ix
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................... 3
1.4 KeaslianPenelitian........................................................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................. 6
2.1 KonsepDasar Pengetahuan........................................................................................... 6
2.2 Konsep Dasar Ispa...................................................................................................... 12
2.3 Konsep Dasar Balita................................................................................................ 16
BAB 3 KERANGKA KONSEP.............................................................................................. 31
3.1 Kerangka konsep......................................................................................................... 31
3.2 Definisi Operasional..................................................................................................... 32
BAB 4 METODELOGI PENELITIAN…………………………………………………….. 33
4.1 Jenis penelitian.............................................................................................................. 33
4.2 Rancangan penelitian.................................................................................................... 33
4.3 Populasi dan sampel...................................................................................................... 33
4.4 Variable penelitian........................................................................................................ 34
4.5 Lokasi dan waktu.......................................................................................................... 34
4.6 Instrument penelitian.................................................................................................... 35
4.7 Teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan analisa data..................................... 35
4.8 Etika penelitian............................................................................................................. 36

viii
4.9 Jadwal penelitian........................................................................................................... 37
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................................... 38
5.1 Gambaran Umum Penelitian………………………………………………………..... 38
5.2 Hasil Penelitian………………………………………………………………………. 38
5.3 Pembahasan………………………………………………………………………….. 39
BAB 6 PENUTUP…………………………………………………………………………… 40
6.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….. 40
6.2 Saran………………………………………………………………………………… 40
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….. 41
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………. 42

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kerangka Konsep...........................................................................24


Tabel 3.2 Definisi Operasional.......................................................................25
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian............................................................................31

x
DAFTAR SINGKATAN

RI : Republik Indonesia
Depkes : DepertemenKesehatan
WHO : World Health Organization
JNC : Join National Committee
RT : RumahTangga
BAB : Buang Air Bersih
BAK : Buang Air Kecil
GCS : Glose Coma Scala
BB : Berat Badan
B/d : Berhubungan dengan
Hb : Hemoglobin
ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Atas
SOAP : Subjek,Objektif,Asessmen dan Problem
WOD : Wawancara, Observasi, Dokumentasi
SOP : Standar opersional prosdur
PKL : Praktek kerjala pangan
TTV : Tanda tanda vital
KU : Keluhan utama
TD : Tekanan darah

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Permohonan Jadi Responden

Lampiran II : Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran III : Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran IV : Lembar Tabulasi

Lampiran V : Surat Pengambilan Data Awal

Lampiran VI : Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran VII : Surat Izin Penelitian

Lampiran VIII : Surat Selesai Penelitian

Lampiran IX : Undangan Ujian Proposal

Lampiran X : Berita Acara Dan Daftar Hadir Ujian Proposal

Lampiran XI : Surat Undangan Ujian Karya Tulis Ilmiah

Lampiran XII : Berita Acara Dan Daftar Hadir Ujian Karya Tulis Ilmiah

Lampiran XIII : Lembar Konsultasi dan Revisi Proposal

Lampiran XIV : Lembar Konsultasi dan Revisi Karya Tulis Ilmiah

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian............................................. 29

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab

kematian utama pada anak di negara berkembang. Data dari World Health

Organization (WHO) menyebutkan bahwa ISPA merupakan salah satu

penyebab kematian tersering di negara sedang berkembang yang menyerang

400 sampai dengan 500 juta jiwa dengan proportional Mortality Rate (PMR)

sebesar 26,67% ( WHO, 2019). WHO memperkirakan di Negara berkembang

angka kematian balita karena ISPA diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah

15% - 20% pertahun pada golongan usia balita. Data yang diperoleh di

Indonesia, 152.000 balita meninggal dunia pada tahun 2012. Berarti terdapat

17 balita meninggal setiap jam nya ( Kemenkes RI, 2019).

Hasil survey Demografi dan kesehatan Indonesia dilaporkan bahwa dari

jumlah 433.354 orang di Rumah Sakit, gambaran 10 penyakit terbanyak di

rawat jalan menunjukkan pola yang sedikit berbeda, ISPA memiliki jumlah

kasus terbanyak sebesar 291.534 kasus (Depkes RI, 2011). ISPA merupakan

penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan

anak (WHO, 2019).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan masalah kesehatan yang

utama di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada

balita. Prevalensi ISPA di Indonesia sebanyak 25,5% (rentang : 17,5% -41,4%)

1
2

dengan 16 provinsi diantarnya mempunyai prevalensi diatas angka nasional

(Riskedes, 2019). (Dinkes NTT, 2020).

Hasil rekapan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba

Timur pada tahun 2019 insiden penyakit ISPA pada balita sebanyak 23.209

kasus. Data pada tahun 2020 insiden penyakit ISPA pada balita sebanyak

18.710 kasus, sedangkan pada tahun 2021 insiden penyakit ISPA pada balita

sebanyak 21.860 kasus. Hasil rekapan data yang di peroleh dari Puskesmas

Kambaniru penyakit ISPA pada balita tahun 2019 sebanyak 2.159 kasus, tahun

2020 sebanyak 1.081 kasus, sedangkan pada tahun 2020 penyakit ISPA pada

bayi sebanyak 1.662 kasus, tahun 2021 sebanyak 161,kasus (Dinkes, 2021)

ISPA pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor

lingkungan dimana kualitas udara yang kurang baik, status gizi balita yang

buruk, imunisasi yang tidak lengkap, dan adanya anggota keluarga yang

merokok didalam rumah dan pengetahuan orangtua yang kurang. Pengetahuan

sangat diperlukan oleh orangtua dalam membina perilaku rumah tangga /

keluarga dalam pencegahan dan perawatan kesehatan anak yang sakit.

Pentingnya pengetahuan sikap orangtua mengenai faktor- faktor resiko

tejadinya ISPA pada balita mengenai pengertian, penyebab, gejala, pencegahan

serta perawatan balita yang terkena ISPA agar dapat mendorong perubahan

kebiasaan keluarga dalam melakukan tindakan pencegahan maupun perawatan

pada balita sehingga dapat mengurangi angka kejadian ISPA pada balita

(Wilson, 2019).
3

Pengetahuan merupakan salah satu faktor resiko terhadap kejadian

penyakit ISPA pada belita. Semakin rendah pengetahuan ibu tentang bahaya

ISPA pada belita maka makin besar peluang belita yang terkena ISPA untuk

mengalami kondisi yang lebih buruk dari penyakitnya.Sebaiknya pengetahuan

yang baik tentang penyakit ini akan menolong ibu dalam upaya

pencegahannya. Pengetahuan dapat memotivasi untuk berperilaku sehat,

khususnya terhadap penyakit ISPA maka akan lebih besar kemungkinan mau

menciptakan lingkungan yang sehat untuk selalu terhindar dari ISPA dan

dapat menyadari secepatnya jika belita menderita ISPA dengan melakukan

tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya. (Notoatmodjo,2003). Tingkat

pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi terjadinya

perubahan sikap dan perilaku sesorang, hal ini di landasi oleh bertambahnya

suatu pengalaman yang di peroleh, maka secara tidak langsung terjadi

perubahan sikap dan perilaku serta tanggungjawab terhadap diri sendiri,

keluarga dan masyarakat (Notoadmojo,2019). Pengetahuan tersebut di peroleh

melalui kenyataan atau fakta dengan melihat dan mendengar sendiri melalui

komunikasi, surat kabar, film, radio dan sebagainya (Sarjono, 2003). Pada

umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik pula

tingkat pengetahuannya.

Berdasarkan masalah diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang ‘’Studi Deskriptif Pengetahuan Ibu Balita Tentang ISPA di

Kelurahan Prailiu Wilayah Kerja Puskesmas Kambaniru Kecamatan

Kambera Kabupaten Sumba Timur’’.


4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah

‘’Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Balita Tentang ISPA Di Kelurahan Prailiu

Wilayah Kerja Puskesmas Kambaniru,Kecamatan Kambera Kabupaten

Sumba Timur’’.

1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Balita Tentang ISPA Di

Kelurahan Prailiu Wilayah Kerja Puskesmas Kambaniru Kecamatan

Kambera Kabupaten Sumba Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1.4.2 Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam

melakukan penelitian tentang Pengetahuan Ibu Balita Tentang ISPA Di

Kelurahan Prailiu Wilayah Kerja Puskesmas Kambaniru Kecamatan

Kambera,Kabupaten Sumba Timur.

1.4.3 Bagi Puskesmas

Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan penderita ISPA pada Balita di Puskesmas Kambaniru

Kabupaten Sumba Timur.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai salah satu sarana memperkaya ilmu pengetahuan

pembaca khususnya mahasiswa.


5

1.4.5 Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan serta wawasan orangtua mengenai Pengetahuan

Ibu Balita Tentang ISPA Di Kelurahan Prailiu Wilayah Kerja Puskesmas

Kambaniru Kabupaten Sumba Timur.

1.5 Keaslian Penelitian

N Nama Judul Desain Subyek Variabe Instru Analisi Hasil


o Penulis penelitian, l men s Dan
Tahun Kesimpu
lan

1 Aries Pengetahua Deskriptif Semua Indepen Kuesi Analisa Hasil


W. n seorang yaitu penderita den oner univari penelitian
Estheri Ibu Balita pembagia ISPA di pengeta at menunjuk
na tentang n kosioner kelurahan huan dengan an
Nawan penyakit prailiu ibu distribu sebagian
gsari(2 ispa di wilayah tentang si besar
015) kelurahan kerja penyakit frekuen orangtua
Prailiu puskesmas ispa si kurang
wilayah kambaniru mengerti
kerja tentang
puskesmas penyakit
Kambaniru ISPA.
Kecematan
kambera
kabupaten
Sumba
Timur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca

indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang didapatkan melalui

penginderaan obyek (Notoatmodjo, 2007). Seseorang dikatakan pengetahuan

yang cukup jika orang mampu mengingat masalah yang telah dipelajari

sebelumnya. Setelah itu menginterprestasikan materi tersebut secara benar

kemudian materi yang dipahaminya itu dijabarkan dalam komponen-

komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain dan akhirnya dapat

ditunjukkan dalam tindakan nyata sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

Pengetahuan berasal dari pengalaman-pengalaman yang diabstraksikan

menjadi konsep teori dan pendirian. Pengetahuan dapat pula diartikan sebagai

kesan, dimana pikiran atau pengetahuan tingkatnya sebagai berikut :

a. Tahu/ Knowledge diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari

b. Memahami/Comprehension diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar objek yang ia ketahui dan dapat

diinterprestasikan secara benar.

6
7

c. Aplikasi / Application diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi

yang diketahui pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisa / Analysis diartikan kemampuan menjabarkan materi suatu obyek

kedalam komponen-komponen.

e. Sintesis / Syntesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi / Evaluasion diartikan sebagai kemampuan melakukan penelitian

terhadap suatu materi atau obyek

2.1.1 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), dari berbagai macam yang telah di gunakan

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat

dikelompokkan menjadi:

1. Cara Tradisional :cara tradisional atau cara kuno ini dipakai orang untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukan metode

penemuan secara sistematik dan logis.Cara tradisional melipiti :

a. Cara coba salah (Trial and Error), merupakan cara yang paling

tradisional dan di pakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban.

b. Kekuasaan dan otoritas dalam kehidupan manusia sehari-hari,banyak

sekali penalaran tapi kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun

dari generasi kegenerasi berikutnya.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi,pengalaman adalah guru yang

baik.Bunyi pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu


8

merupakan memperoleh kebenaran pengetahuan,oleh sebab

itu,pengalaman pribadi pun dapat di gunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dan untuk kesimpulan dari pengalaman

dangan benar di perlukan berpikir kritis dan logis.

d. Melalui jalan pikiran,sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat

manusia,cara berpikir manusia pun ikut berkembang.

e. Cara modern :cara ilmiah atau cara modern, yakni cara baru atau

modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis,logis dan ilmiah.

2.1.2 Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang di

miliki seseorang dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:

a. Kategori baik bila responden dapat menjawab pertanyaan dengan

benar 8-10 (80%-100%) dari yang diharapkan.

b. Kategori cukup bila responden dapat menjawab pertanyaan dengan

benar 5-7 (50%-70%) dari yang diharapkan.

c. Kategori kurang bila responden dapat menjawab pertanyaan dengan

benar dibawah <5 (50%) dari yang diharapkan.

2.2 Konsep ISPA

2.2.1 Pengertian ISPA

Pertimbangan umum Infeksi Saluran Pernapasan Atas adalah infeksi

yang terutama mengenai struktur saluran pernapasan di atas laring, tetapi


9

kebanyakan, penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara

simultan atau berurutan ( Nelson, 2006).

Infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA ) adalah penyakit infeksi

pada saluran pernapasan akut terutama yang di tandai dengan demam,

menggigil, sesak, pilek (sakit pada saat menelan, serak, nafas ngorok, sesak

nafas, nyeri dada dan cyanosis) dalam proses ini pernapasan atas terpajan

terhadap berbagai jenis pathogen yang dapat masuk dan berkembang pada

berbagai area tubuh, patogen dapat bersarang dalam hidung, faring terutama

tonsil, laring atau trakea dan dapat diproliferasi jika daya tahan tubuh hospes

rendah ( Niluh, 2004 ).

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut

yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernapasan

mulai dari hidung (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti

sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA merupakan proses inflamasi

yang di sebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma) yang terjadi

secara akut (Wong, 2004).

2.2.2 Etiologi ISPA

Kebanyakan infeksi saluran pernapasan akut di sebabkan oleh virus

dan mikroplasma, kecuali epiglottitis akut (Behrman, 2000).

Ada beberapa penyebab ISPA yaitu :

a. Akut : virus, bakteri

b. Kronis : TBC, jamur, alergi, herediter


10

1. Virus dan bakteri : virus influenza sterptococus, shapilococus,

haemaopilus sinfluerzae.

2. Allergen spesifik : alergi yang di sebabkan oleh debu asap dan udara

dingin atau panas.

3. Perubahan cuaca dan lingkungan : kondisi cuaca yang tidak baik

seperti peralihan suhu panas ke hujan dan lingkungan yang tidak

bersih atau tercemar.

4. Aktivitas : kondisi di mana anak memiliki kegiatan yang banyak

tanpa memperhatikan kondisi tubuh yang dapat menyebabkan anak-

anak menderita ISPA.

5. Asupan gizi yang kurang.

2.2.3 Tanda Dan Gejala ISPA

a. suhu badan balita <37°C

b. batuk

c. pilek

d. hidung tersumbat, karena adanya discharge atau cairan di rongga hidung

anak, discharge hidung sering di mulai sebagai discharge yang jernih

kemudian kental berwarna kuning purulent.

2.2.4 Klasifikasi ISPA

Pembagaian infeksi saluran pernapasan pada anak berdasarkan golongan

umur dan tingkat keparahan penyakit adalah sebagai berikut :

1. Golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun


11

a. Bukan pneumonia bila batuk pilek biasa dan tidak di temukan terikan

dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.

b. Pneumonia bila di sertai nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan sampai 12

bulan pernapasan 50x/ menit atau lebih dan usia 1 tahun atau lebih dari

5 tahun pernapasan 40x/menit atau lebih.

c. Pneumonia berat bila di sertai nafas sesak. Adanya tarikan dinding

dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak tarik nafas.

2. Golongan usia kurang dari 2 bulan

a. Bukan pneumoia bila batuk plek biasa dan tidak di temukan tarikan

dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.

b. Pneumonia berat bila di sertai nafas sesak ( 60x/menit atau lebih ).

2.2.5 Manifestasi Klinik ISPA

1. Ringan : bila timbul batuk tapi tidak mengganggu tidur, dahak encer,

ingus encer, tidak ada anorexia, panas tidak begitu tinggi, misalnya

rhinitis, rhinopharingitis.

2. Sedang : dahak kental, ingus kental, panas meningkat (tinggi), anorexia,

sesak, nyeri saat menelan, misalnya tonsil opharingitis.

3. Berat : panas tinggi, di sertai sesak napas ngorok, strider, kadang-kadang

di sertai penurunan kesadaran. Misalnya pneumonia.

2.2.6 Penanganan ISPA

Mengatasi panas yaitu : usia anak 2 bulan sampai 5 tahun di atasi

dengan memberikan paracetamol di berikan 4 kali (tiap 6 jam). Untuk waktu

2 hari atau dengan kompres hangat (bayi di bawah usia 2 bulan dengan
12

demam harus di rujuk ke rumah sakit). Cara pemberian tablet di belah sesuai

dengan dosis yang di anjurkan kemudian di gerus (di ulik) dan di minumkan

pada anak, memberikan kompres, gunakan kain bersih celupkan pada air

hangat, kemudian di kompresi pada bagian ketiak (axila) dan lipatan paha

ulangi sampai panas turun. Mengatasi batu, obat batuk yang di anjurkan

adalah ramuan tradisional : ½ sendok teh air jeruk nipis dan ½ sendok teh

kecap manis atau madu. Pemberian makanan, bila muntah di berikan sedikit

tapi sering, pemberian cairan (air putih) untuk mengencerkan dahak.

Tidak di anjurkan pemberian pakaian atau selimut yang terlalu tebal

dan rapat lebih - lebih pada anak yang demam. Kenakan pakaian yang tipis

dan ringan. Jika pilek bersihkan hidung dengan sapu tangan atau tissue.

Membersihkan hidung akan mempercepat kesembuhan dan menghindari

komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang

sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama

perawatan di rumah keadaan lebih memburuk anjurkan untuk segera berobat

ke petugas kesehatan atau puskesmas atau rumah sakit terdekat.

2.2.7 Pengobatan ISPA

Pengobatan dapat di berikan terapi simtomatik, pemberian cairan yang

adekuat, pemberian vitamin C dan axpektoran sesuai kebutuhan dan

antibiotika untuk mengurangi komplikasi virus.

2.2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ISPA Pada Balita

Faktor- faktor lain yang menyebabkan kejadian ISPA pada balita/ anak

menurut ( Depkes RI,2010 ) antara lain :


13

a.Umur

Kebanyakan infeksi saluran pernapasan yang sering mengenai anak usia

di bawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penilitian

menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita

ISPA dari pada usia yang lebih lanjut karena daya tahan tubuhnya belum

terlalu kuat.

b. Status gizi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk

anak yang di indikasikan oleh berat badan anak. Status gizi juga di

definisikan sebagai status kesehatan yang di hasilkan oleh keseimbangan

antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan

pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan

riwayat diet.

Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan di pelihara. Semua

organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak di

ganti. Kulit dan rambut terus berganti , sel-sel tubuh terus bertumbuh.

Sel-sel tubuh memasak dan mengelola zat makanan yang masak agar zat

makanan dapat di pakai untuk pekerjaan tubuh.

c.Status imunisasi

Pemberian imunisasi adalah cara dengan sengaja dengan memberikan

kekebalan terhadap penyakit secara aktif sehingga anak dapat terhindar

dari suatu penyakit. Oleh sebab itu anak yang tidak mendapat imunisasi
14

lengkap akan berisiko terkena ISPA di bandingkan dengan anak yang

mendapat imunisasi lengkap.

d. Status pemberian ASI Eklusif

Kolostrum adalah susu yang di hasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap

akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi (Wikipedia,

2008). ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan bahkan air putih

tidak di berikan dalam tahap ASI eksklusif ini ( WHO, 2010 ).

e. Faktor lingkungan

Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap kejadian penyakit termasuk

ISPA. Keadaan lingkungan yang kotor khususnya perumahan yang kotor

dan padat akan memudahkan terkena berbagai penyakit, pembuangan air

limbah, sampah dan kotoran yang tidak teratur dengan baik

menyebabkan sampah dan kotoran terkumpul di sekitar rumah.

2.2.9 Faktor-Faktor Predisposisi Meningkatnya Ispa Pada Balita

1. Pengetahuan orang tua

Tingkat pengetahuan merupakan faktor penting yang

mempengaruhi terjadinya perubahan sikap dan perilaku sesorang, hal

ini di landasi oleh bertambahnya suatu pengalaman yang di peroleh,

maka secara tidak langsung terjadi perubahan sikap dan perilaku serta

tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat (

Notoadmojo, 2003). Pengetahuan tersebut di peroleh melalui kenyataan

atau fakta dengan melihat dan mendengar sendiri melalui komunikasi,


15

surat kabar, film, radio dan sebagainya ( Sarjono, 2003 ). Pada

umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik

pula tingkat pengetahuannya. Pengetahuan itu sendiri merupakan

kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol, prosedur teknik

dan teori (Notoatmodjo, 2019 ). Pengertian pengetahuan menurut(

Suprianto, 2006) mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari

aktifitas dari mengetahui yaitu tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam

jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

2. Perilaku

Perilaku adalah hasil hubungan antara rangsangan dan tanggapan

( Notoatmodjo, 2003 ).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan :

a. Faktor predisposisi merupakan faktor internal yang ada pada

diri,individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang

mempermudah individu untuk berperilaku seperti sikap, persepsi

dan kemampuan mengontrol diri atau mengendalikan diri.

b. Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan individu

berperilaku seperti tersedianya sumber daya, keterjangkauan dan

keterampilan.

c. Faktor pendukung merupakan faktor yang menguatkan perilaku

seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan, teman sebaya

dan orang tua.


16

Menurut Notoatmodjo ( 2010 ), perilaku kesehatan pada dasarnya

adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan

sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan

lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat di klasifikasikan

menjadi 3 yaitu :

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha

seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak

sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayan

kesehatan

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada

saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini

di mulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke luar

negeri (Notoatmodjo, 2003 ).

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang

merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan

sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana

seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu

kesehatannya sendiri, keluarga, dan masyarakat.


17

3. Kesehatan lingkungan

Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari hubngan

timbal balik antara faktor lingkungan dan faktor keshatan lingkungan

sangat bervariasi umumnya menjadi 2 kategori yaitu yang berhubungan

dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Masalah kesehatan

merupakan masalah yang kompleks yang saling berkaitan dengan

masalah-masalah di luar kesehatan sendiri. Secara umum setiap

pemecahan masalah tidak hanya di lihat dari segi kesehatan itu sendiri

tapi di lihat dari seluruh segi yang berpengaruh terhadap kesehatan

(Notoatmodjo, 2010 ). Lingkungan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi status kesehatan. Lingkungan yang kurang sehat dapat

menyebabkan peningkatan penyakit (Slamet, 2011 ).Kesehatan

lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimal

sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan

yang optimal pula.

2.3 Konsep Balita

2.3.1 Pengertian

Balita adalah anak yang berusia di bawah 5 tahun. Pada peristiwa

tumbuh kembang balita meliputi seluruh proses kejadian sejak terjadinya

pembuahan sampai masa dewasa. Ciri tumbuh kembang yang utama adalah

bahwa dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa

perlambatan serta tumbuh kembang yang berlainan di antara organ tubuh.

Anak yang berusia 5 tahun rentan terhadap penyakit tersebut.


18

Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran berbagai organ (fisik)

yang di sebabkan karena peningkatan ukuran dari masing-masing sel dalam

membentuk organ tubuh atau pertumbuhan jumlahnya keseluruhan sel atau

kedua-duanya. Pertumbuhan adalah suatu proses pematangan majemuk yang

berhubungan dengan aspek deferensial bentuk atau fungsi termasuk dalam

perubahan fungsi dan emosi. Dengan demikian proses perkembangan

berhubungan dengan aspek non fisik seperti kecerdasan tingkah laku dan

lain-lain. Dalam ilmu kesehatan pertumbuhan dan perkembangan di artikan

sebagai aspek kemajuan yang di capai oleh jasa manusia dari konsep hingga

dewasa. Menurut Frankenburg, dkk, (1981 ) melalui DDST ( Denver

Development Screeaning Test ) menemukan 4 parameter perkembangan

yang di pakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu :

1. Persona social (kepribadian atau tingkah laku sosial). Aspek yang

berhubungan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi

dengan lingkungannya.

2. Fine motor adaptive ( gerakan motorik halus )

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati

sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu saja dan di lakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar,

memegang sesuatu benda dan lain-lain.


19

3. Language ( bahasa )

Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti

perintah dan berbicara spontan.

4. Gross motor ( perkembangan motorik kasar )

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

2.3.2 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan

Perkembangan Anak Adalah Sebagai Berikut :

1. Faktor lingkungan

Lingkungan Eksternal seperti kebudayaan, status sosial keluarga, nutrisi,

penyimpangan keadaan sehat olahraga, urutan anak dalam keluarga,

Lingkungan Internal, Intelegensi, Hormon, dan Emosi.

2. Pertumbuhan dan perkembangan anak pada fisik, psikologi dan sosial.

Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat di lihat secara fisik,

psikologik, dan sosial, dimana akan di jelaskan di bawah ini :

1. Usia 1 bulan

Pertumbuhan fisik : berat badan meningkat 150-200 gr/mg, tinggi

badan meningkat 2,5 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 1,5

cm/bulan, besarnya kenaikan seperti ini berlangsung sampai usia 6

bulan, pertumbuhan motorik : mengangkat kepala di bantu, tubuh di

tengkurapkan, kepala menoleh ke kiri dan ke kanan, refleks primitive

(+), sucking, coating, refleks moro, menelan, menggenggam,

pertumbuhan sensorik : mengikuti sinar tengah, pertumbuhan

sosialisasi : sudah mulai tersenyum.


20

2. Usia 2-3 bulan

Pertumbuhan fisik : frontal posterior sudah menutup, pertumbuhan

motorik : mengangkat kepala, dada di tahan dengan tangan,

memasukan tangan ke mulut, mulai menarik benda-benda yang

menarik, sudah dapat di dudukkan dengan punggung di sokong, mulai

bermain-main dengan jari-jari dan tangan, pertumbuhan sensorik :

sudah bisa mengikuti sinar ke tepi, koordinasi vertikal horizontal,

mendengar suara, pertumbuhan sosialisasi : mulai tertawa pada

seseorang, senang tertawa keras, menangis sudah mulai berkurang.

3. Usia 4-5 bulan

Pertumbuhan fisik : BB 2 X BB lahir, pertumbuhan motorik : bila di

dudukkan kepala sudah mulai seimbang dan punggung sudah mulai

kuat, bila di tengkurapkan sudah bisa miring dan kepala sudah bisa

tegak lurus, refleks primitf mulai hilang, meraih benda dengan tangan,

pertumbuhan sensorik : sudah mengenal orang, okomodasi mata (+),

pertumbuhan sosialisasi : senang interaksi dengan orang lain,

pertumbuhan Vokalisasi : sudah bisa mengeluarkan suara tidak

senang bila mainan di ambil orang lain.

4. Usia 6-7 bulan

Pertumbuhan fisik : BB meningkat 90-150 gr/mg, TB meningkat 1,25

cm/bulan, besarnya kenaikan seperti ini berlangsung sampai usia 12

bulan, gigi mulai tumbuh, pertumbuhan motorik : membalikkan

badan, memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan yang


21

lain, mengambil mainan dengan tangan yang satu, senang masukan

kaki kedalam mulut, sudah mulai memasukkan makanan ke dalam

mulut, pertumbuhan sosialisasi : sudah dapat membedakan orang

yang di kenal, bila orang yang tak di kenal bayi akan kecemasan

(stranger Anxieti ), sudah dapat menyebutkan m...m...m...m.., bayi

biasanya cepat menangis tetapi cepat pula tertawa lagi.

5. Usia 8-9 bulan

Pertumbuhan motorik : sudah bisa duduk sendiri, koordinasi tangan

kemulut lebih sering, bayi mulai tengkurap sendiri dan mulai belajar

merangkak, sudah bisa mengambil dengan menggunakan jari,

pertumbuhan sensorik : bayi tertari pada benda-benda kecil,

pertumbuhan sosialisasi : Stranger Anxiety (cemas terhadap yang

asing) sehingga ia akan menangis dan mendorong, merangkul atau

memeluk orang yang di cintai, bila di marahi dia sudah bisa

memberikan reaksi menangis, mengulang kata-kata :’’ dada’’ tetapi

belum berarti.

6. Usia 10-12 bulan

Pertumbuhan fisik : berat badan 3 x BBL, tinggi badan ½ x BBL, Gigi

atas sudah tumbuh, pertumbuhan motorik : sudah mulai belajar berdiri

sendiri tapi tidak lama belajar berjalan dengan bantuan, sudah bisa

dudukdan berdiri sendiri, mulai belajar makan dengan sendok tapi

lebih sering menggunakan tangan, sudah bisa main ci-luk-ba, mulai

senang mencoret kertas, pertumbuhan sensorik : visual aculty 20/50


22

positif, pertumbuhan sosialisasi : Emosional (+) cemburu, marah,

senang lingkungan yang di kenal, takut situasi yang asing, mengerti

perintah yang sederhana, sudah tahu namanya, sudah bisa menyahut

da a a a da mama.

Tumbuh kembang Toddler : 1-3 tahun

1. Usia 15 bulan

Motorik kasar : berlari sudah baik , motorik halus : memegang

cangkir, memasukkan jari ke lubang, membuka kotak, melempar

benda.

2. Usia 18 bulan

Motorik kasar : berlari tapi sering jatuh, menarik mainan, sudah

sering naik tangga tetapi dengan bantuan, motorik halus sudah

menggunakan sendok, sudah bisa membuka halaman buku, belajar

menyusun balok-balok.

3. Usia 36 bulan

Motorik kasar : sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai

baju dengan bantuan, mulai bisa bersepeda roda tiga.

4. Usia 4 tahun

Di tahapan usia ini, mereka seringnya merasa ketakutan , misalnya

mereka mungkin menjadi takut gelap, dan mereka pun akan mulai

belajar untuk berbagi dan bermain dengan anak lainnya.

5. Usia 5 tahun
23

Perkembangan motoriknya akan mulai meningkat, seperti cara

mereka melompat, dan menjalankan mainan akan berbeda di setiap

tahapan tumbuh kembangnya. Mereka sudah mempunyai rasa

tanggungjawab, rasa penyesalan dan rasa bangga pada diri sendiri.

2.3.3 Fase - Fase Perkembangan

1. Tahap pekembangan psikososial anak

Menurut Erik Erikson, ada 4 tahap perkembangan psikososial anak,

antara lain :

a. Trust vs Mistrust ( dari seja lahir-1 tahun )

Sikap dasar psikososial yang di pelajari oleh bayi, bahwa mereka

dapat mempercayai lingkungannya. Timbulnya trust ( percaya ) di

bantu oleh adanya pengalaman yang terus-menerus,

berkesinambungan, adanya pengalaman yang ada kesamaannya

dengan “ trust “dalam pemenuhan kebetuhan dasar bayi oleh orang

tuanya. Apa bila anak terpenuhi kebutuhan dasarnya dan apabila

orang tuanya memberikan kasih sayang dengan tulus, anak akan

berpendapat bahwa dunianya (lingkungannya) dapat di percaya atau

di andalkan. Sebaliknya apa bila pengasuhan yang di berikan orang

tua kepada anaknya tidak memberikan/ memenuhi kebutuhan dasar

yang di perlukan, tidak konsisten atau sifatnya negatif, anak akan

cemas dan mencurigai lingkungannya.

b. Autonomy vs shame and Doubt ( antara 2-3 tahun )


24

Segera setelah anak belajar ‘ trust ‘ atau ‘mistrust’ terhadap orang

tuanya, anak akan mencapai suatu derajat kemandirian tertentu. Apa

bila “ toddler “ ( 1,6-3 tahun) mendapat kesempatan dan memperoleh

dorongan untuk melakukan yang di inginkan anak dan sesuai dengan

tempo dan caranya sendiri, tetapi dengan supervisi orang tua dan guru

yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran

outonomy. Tetapi apabila orang tua dan guru tidak sabar dan terlalu

banyak melarang anak yang berusia 2-3 tahun, maka akan

menimbulkan sikap ragu-ragu terhadap lingkungannya. Sebaiknya

orang tua menghindari sikap membuat malu anak apabila anak

melakukan tingkah laku yang tidak di setujui orang tua. Karena rasa

malu biasanya akan menimbulkan perasaan ragu terhadap

kemampuan diri sendiri.

c. Insiative vs ( antara 4-5 tahun )

Kemampuan untuk melakukan partisipasi dalam berbagai macam

kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan

yang akan di lakukan. Tetapi tidak semua keinginan anak akan di

setujui orang tua dan gurunya. Rasa percaya dan kebebasan yang baru

saja di terimanya, tetapi kemudian timbul keinginan menarik

rencananya atau kemauannya, maka timbul perasaan bersalah.

2. Tahap perkembangan psikoseksual menurut sigmund freud

a. Tahap oral ( lahir sampai sekitar usia 1 tahun )


25

Tahap ini di mulai ketika bayi. Pada tahap ini, kepuasan oral menjadi

pusat dari kehidupan individu. Pada tahap ini, sesuai dengan

kebutuhan dasarnya, untuk bertahan hidup, bayi menikmati kepuasan

dengan menghisap dan menerima rangsangan melalui mulutnya.

b. Tahap anal ( 1-3 tahun )

Pada tahap anal, anak-anak akan memasuki masa toilet training ( masa

yang tepat untuk melatih buang air kecil dan buang air besar pada

tempatnya ). Pada tahap ini daerah yang sensitif untuk memperoleh

kenikmatan adalah pada daerah anus dan pada proses menahan dan

mengeluarkan kotoran.

c. Tahap Phalik ( 3-5 tahun )

Pada tahap ini, daerah erogen ( daerah yang sensitif terhadap

rangsangan ) adalah wilayah kemaluan. Anak-anak akan mulai tertarik

mengamati alat kelaminnya dan alat kelamin orang lain. Biasanya

pada tahap ini anak-anak suka memegang-megang alat kelaminnya

dan seolah-olah mendapatkan kepuasan dari perilaku tersebut.


BAB III

KERANGKA KONSEP

2.1. Kerangka Konsep

Pengetahuan Ibu Penyakit ISPA


Balita

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

: hubungan

26
27

3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala ukur Hasil


Ukur

Variabel Segala sesuatu Ibu dapat Kuesioner Ordinal Di katakan


Independen yang diketahui menjelaskan Baik bila
Pengetahuan Ibu Balita tentang menjawab
Ibu tentang a. Pengertian
tentang penyakit pertanyaan
Ispa Ispa
Ispa b. Penyebab benar
Ispa 80-100%
c. Tanda dan
gejala Ispa Di katakan
d. Penanganan cukup bila
Ispa menjawab
e. Pengobatan pertanyaan
Ispa benar (50-
f. Komlikasi 80% )
g. Pencegahan
Di katakan
kurang bila
menjawab
pertanyaan
benar (<50%)

(Arikunto
2015)

Tabel 3.1 Definisi Operasional


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode deskriptif untuk mendapatkan gambaran pengetahuan

ibu balita tentang ISPA di Kelurahan Prailiu wilayah kerja Puskesmas

Kambaniru Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur.

4.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan studi deskriptif untuk meneliti suatu

masalah yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu balita tentang

ISPA di Kelurahan Prailiu wilayah kerja puskesmas Kambaniru Kecamatan

Kambera, Kabupaten Sumba Timur.

4.3. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti (Notoatmodjo,2016)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu balita di wilayah kerja

Puskesmas Kambaniru Kelurahan Prailiu 161 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian

(Notoadmojo 2016). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagian

dari populasi ibu balita yang anaknya dengan kasus ISPA di Puskesmas

Kambaniru Kelurahan Prailiu yang diperoleh dengan teknik survei, yaitu

dengan mendatangi dari rumah ke rumah pada ibu yang balita yang

28
29

anaknya dengan kasus ispa. Jumlah sampel dalam penelitian ini

menggunakan sampel minimal yaitu 30 orang.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoadmodjo,2012).

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

a) Ibu balita yang mempunyai balita dengan kasus ispa

b) Responden bersedia mendatangi surat persetujuan menjadi responden.

2.Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoadmodjo,2021).

Adapun kriteria ekslusi pada penelitian ini yaitu:

a) Bukan ibu balita

b) Ibu balita yang tidak bisa membaca dan menulis

c) Ibu balita yang domisili dan umum kelurahan prailiu

4.4. Variabel Penelitia

4.4.1 Variabel Independen (bebas)

Variabel Independen adalah stimulus aktivitas yang dimanipulasi oleh

Peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen

(Nursalam, 2008), Variabel independen dalam penelitian ini adalah

Pengetahuan Ibu Balita

4.4.2 Variabel Dependent (terikat)


30

Variabel terikat merupakan variable yang di pengaruhi oleh variable

bebas. Dalam penelitian ini variable terikatnya adalah penyakit ISPA.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Prailiu pada bulan Mei 2022

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar

kuesioner dengan jumlah soal 15 butir yang di buat oleh peneliti berdasarkan

tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengetahuan ibu balita tentang ISPA

di Kelurahan Prailiu Kabupaten Sumba Timur.

4.6. Teknik Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data

4.7.1 Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data yang langsung di kumpulkan dari responden melalui kuesioner

yaitu ibu yang anaknya pernah / sedang menderita ISPA di Kelurahan

Prailiu Wilayah kerja puskesmas Kambaniru Kabupaten Sumba Timur.

b. Data Sekunder

Data yang di peroleh dari suatu institusi terkait dalam penilitian ini.Data

yang diperoleh dari Puskesmas, Internet dan buku sumber lainnya.

4.7.2 Teknik pengolahan data

a. Editing yaitu untuk melihat apakah data yang di peroleh sudah terisi

lengkap atau belum.


31

b. Decoding yaitu mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut

macamnya dengan membedakan pengetahuan responden baik, cukup

dan kurang.

4.7.3 Analisa Data

Data dikumpulkan dan dikelompokan kemudian diolah secara univariate

sesuai dengan variabel penelitian. Hasil penilaian jika responden

menjawab benar diberi nilai 1, jika responden menjawab salah diberi nilai

0. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sehingga

mengetahui “ pengetahuan ibu balita tentang ISPA Di Kelurahan Prailiu

wilayah kerja Puskesmas Kambaniru Kabupaten Sumba Timur.

4.7. Etika Penelitian

4.7.1. Informed Consent

Tujuanya adalah subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika

subyek bersedia di teliti maka harus menandatangani lembar persetujuan.

Jika subyek menolak untuk di teliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati haknya.

4.7.2. Anonimity ( tanpa nama )

Adalah menjaga kerahasian identitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner)

dan lembar tersebut hanya di beri nomor kode tertentu.

4.7.3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasian informasi yang di berikan oleh subyek dijamin oleh peniliti.


BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Penelitian

5.1.1 Lokasi Penelitian

Kelurahan prailiu merupakan kelurahan yang terletak di kecamatan

kota Waingapu kabupaten sumba timur, Kondisi Demografi yang berjarak

sekitar 2 km dari kota waingapu kelurahan prailiu ,Kecamatan Kambera

terkenal akan kekhasan bangunan rumah ,tradisi unik,dan kerajinan kain

bermotif khas. Data kelurahan prailiu (2022) dengan jumlah penduduk

8.140 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki sebanyak 4.391 jiwa

dan jenis kelamin perempuan sebanyak 3.749 jiwa serta jumlah KK 1.602

KK. Luas wilayah sebesar 7.705 km dengan batas-batas wilayah kelurahan

prailiu:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kambaniru

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Wanga

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kambaniru

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Matawai

Secara umum lapangan kerja di dominisili oleh penjual

sayur,makanan,pakian dan sebagainya,penduduk asli sumba timur ialah

suku sumba selain itu juga ada suku pendatang seperti jawa,bali dan

lainya,Bahasa yang digunakan yaitu Bahasa Indonesia.

32
33

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data Umum

a. Distribusi Responden berdasarkan golongan umur dan pekerjaan

Berdasarkan penelitian yang di lakukan di Kelurahan Prailiu,

distribusi Responden menurut golongan umur dan pekerjaan dapat

di lihat dari tabel di bawah ini

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Pekerjaan

Ibu di Kelurahan Prailiu Kabupaten Sumba Timur


Distribusi Responden f %
Umur

< 20 Tahun 3 10

20-35 Tahun 6 20

>35 Tahun 21 70

Pekerjaan

Bekerja 8 26,6

Tidak bekerja 22 73,4

Sumber: Data Primer

Dari Tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi responden tertinggi

berdasarkan umur adalah umur >35 tahun sebanyak 21 orang (70%) dan paling

rendah umur < 20 tahun sebnyak 3 orang (10%), Responden tertinggi berdasarkan

pekerjaan adalah sebanyak 22 orang (73,4%) dan terendah sebanyak 8 orang

(26,6%),
34

6.2.2 Data Khusus

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Balita


tentang ispa di Kelurahan Prailiu Kabupaten Sumb Timur

No. Kriteria f %
1. Baik 19 63,4

2. Cukup 9 30

3. Kurang 2 6,6

Jumlah 30 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 Diketahui bahwa responden paling banyak memiliki

pengetahuan baik yaitu 63,4% dan yang paling rendah berpengetahuan kurang

6,6%.

1.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Prailiu menunjukkan bahwa

tingkat pengetahuannya baik, yaitu dari 30 responden yang memiliki pengetahuan

dengan kriteria baik 63,4%, tetapi masih ada beberapa responden yang memiliki

pengetahuan dengan kriteria kurang yaitu 6,6%. Pengetahuan dengan kriteria

kurang dapat menimbulkan ISPA semakin meningkat. Dikaitkan dengan dengan

teori Notoatmojo, 2003 pengetahuan berarti timbangan yang diberikan seorang

kepada yang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami .

Menurut hasil penelitian responden berpengetahuan terbanyak adalah baik,

sebanyak 73,4% dan yang paling sedikit berpengetahuan kurang adalah 6,6%, bila

dikaitkan dengan umur responden terbanyak adalah responden umur >35 tahun

sebanyak 21 orang (70%) hal ini di karenakan sudah memiliki pemikiran yang
35

stabil, semakin matang umur seseorang maka pengetahuannya akan semakin baik,

ini sejalan dengan penelitian yang mengatakan bahwa usia menggambarkan

kematangan fisik, psikis, sosial yang mempengaruhi proses belajar mengajar.

Responden berdasarkan pekerjaan mayoritas bekerja terbanyak Ibu Tidak

Bekerja yang berjumlah 22 orang (73,4%). Pekerjaan ibu tidak bekerja menjadi

mayoritas dibandingkan pekerjaan yang lainnya. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang diteliti oleh Suratiah dkk (2013). Menurut peneliti, ibu

yang menjadi tidak bekerja memungkinkan pengetahuannya jauh lebih baik dari

pada ibu yang sibuk dengan pekerjaannya, sehingga kesulitan dalam mendapatkan

informasi. Ibu tidak bekerja juga mampu mendapatkan pengetahuan dengan cara

berinteraksi dengan tetangga atau berinteraksi dengan orang yang memiliki

pengetahuan yang lebih baik. Maka dapat dipastikan seorang ibu tersebut

pengetahuannya akan semakin bertambah baik.

Menurut hasil penelitian bahwa dari 30 responden yang terbanyak adalah

usia produktif bila dibandingkan dengan pengetahuan baik sesuai hasil wawancara

dengan beberapa responden bahwa mereka sangat memahami suatu informasi

tentang pencegahan ISPA. Respondennya adalah berjenis kelamin perempuan

(Serian dan Fitriani,2014).

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penangkapan

informasi yang pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan pengetahuan

seseorang (hurlock,2011), dan dimana dalam penelitian ini ibu balita di Kelurahan

Prailiu sebagian besar sudah memiliki pengetahuan yang baik, tetapi ada

kemungkinan kebanyakan Ibu balita sibuk bekerja dan waktu dalam mengasuh
36

anak sedikit sehingga dapat menyebabkan anaknya tidak mendapatkan pola asuh

yang baik.
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan Ibu Balita

tentang ISPA di Kelurahan Prailiu Wilayah Kerja Puskesmas Kambaniru

terbanyak adalah berpengetahuan baik

6.2 Saran

1. Bagi Ibu Balita Di Kelurahan Prailiu

Diharapkan agar Ibu Balita Mencari informasi tentang ISPA dan

menyadari pentinngya pengetahuan tentang ISPA sehingga Kejadian ISPA

berkurang atau tidak terjadi

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam

melakukan penelitian tentang pengetahuan ibu tentang ISPA Pada Balita

Di Kelurahan Prailiu wilayah kerja puskesmas Kambaniru

3. Bagi Puskesmas Kambaniru

Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan penderita ISPA pada Balita di Puskesmas Kambaniru

Kabupaten Sumba Timur.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai salah satu sarana memperkaya ilmu pengetahuan

pembaca khususnya mahasiswa.

37
38

5. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan serta wawasan orangtua mengenai pengetahuan

ibu Balita tentang ISPA di Kelurahan Prailiu wilayah kerja puskesmas

Kambaniru kabupaten sumba Timur


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Jakarta : Dirjen


Bina Farmasi dan Alat Kesehatan.

Hartono, R dan D Rahmawati. 2012. Gangguan Pernafasan Pada Anak. ISPA.


Yogyakarta : Nuha Medika. Hoffmann, D. 2002.

Manurung, S, Suratun, P K risanty dan N Ekarini. 2015. Gangguan Sistem


Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta : Trans Info Media.

Niluh. 2004. KMB : Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : EGC.
Nelson. 2006. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Slamed. 2003. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada


University
Press.

Wilson. 2012. Healt Assessment For Nursing Practice. Jakarta : EGC.

Wong. 2004. Pedoman klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC.

http://widjajaanton.wordpress.com World Healt Organization. 2007. Penanganan


ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. From
http://widjajaanton.wordpress.com. Diakses pada tanggal 21 Februari 2021.
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
KEMENTERIAN KESEHATAN KEMENKES
KUPANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
WAINGAPU JLN. ADAM MALIK NO. 126, TELP
(0387) 61715

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth : Bapak / Ibu

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kupang Program Studi Keperawatan Waingapu yang akan

melaksanakan penelitian dengan judul “STUDI DESKRIPTIF

PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ISPA DI KELURAHAN

PRAILIU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMBANIRU KECAMATAN

KAMBERA KABUPATEN SUMBA TIMUR ”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan ibu balita tentang

Stunting. Apabila bapak/ibu menyetujui, maka dengan ini saya minta

kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan ini dan saya mohon

bapak/ibu dapat menjawab pertanyaan yang saya berikan. Pada saat ini Bapak /

Ibu boleh menolak berpartisipasi dalam penelitian ini.

Atas perhatian Bapak / Ibu sebagai responden saya ucapkan terima kasih.

Waingapu, Mei 2022

Pemohon

VERONIA DANIATI TAMU APU


NIM : PO 5303203191101
STUDI DESKRIPTIF PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ISPA DI
KELURAHAN PRAILIU WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KAMBANIRU KECAMATAN KAMBERA KABUPATEN SUMBA
TIMUR

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah saya membaca permohonan diatas, maka saya menyatakan bersedia

manjadi responden dalam penelitian ini. Sebagai bukti kesediaan menjadi

responden dibawah ini saya butuhkan tanda tangan saya :

Waingapu, Mei 2022

Tanda Tangan Responden

(.......................................)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
Jln. Adam Malik no. 126 waingapu
Fax (0387) 61715, Email : prodikepwgp@Email.com

KUISONER

PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ISPA DI KELURAHAN


PRAILIU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMBANIRU
TAHUN2022

IDENTITAS RESPONDEN :

Nomor Responden........................................................(diisi oleh peneliti)

Umur :………………………………..

Jenis Kelamin :………………………………...

Pekerjaan :………………………………..

Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menrurut anda benar
atau sesuai !!

PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ISPA

1. Pengetahuan Responden

Beri tanda check list (..) untuk menjawab yang menurut anda benar.

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah ispa merupakan infeksi yang menyerang saluran


pernapasan?

2. Apakah Ispa hanya terjadi pada anak-anak?

3. Apakah Ispa hanya berlangsung selama empat hari?

4. Apakah status imunisasi berhubungan dengan kejadian Ispa pada


anak?

5. Apakah keturunan berhubungan dengan kejadian Ispa pada


anak?

6. Penularan Ispa dapat melalui sentuhan tangan dan darah?

7. Apakah bencana alam (khususnya erupsi gunung berapi)


berhubungan dengan kejadian Ispa pada anak?

8. Apakah elergi berhubungan dengan kejadian Ispa pada anak?

9. Apakah anak yang terkena Ispa selalu diberi obat pengurang


gejala?

10. Apakah dengan menggunakan masker Ispa dapat di cegah?

11. Lingkungan rumah yang tidak bersih merupakan salah satu


faktor resiko terjadinya Ispa?

12. Apakah menurut ibu mencuci tangan dengan sabun adalah salah
satu cara untuk menurunkan faktor resiko terjadinya Ispa?

13. Menurut ibu penyakit Ispa penularan melalui udarah dan


percikan air ludah?

14. Apakah menurut ibu cara penanganan Ispa membawa anaknya


kepuskesmas atau tenaga medis?

15. Membersikan rumah secara teratur adalah salah satu cara untuk
menurunkan faktor resiko terjadinya Ispa?

Anda mungkin juga menyukai