Anda di halaman 1dari 11

STUDI DESKRIPTIF PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ISPA

WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAINGAPU KECEMATAN KOTA


WAINGAPU KABUPATEN SUMBA TIMUR

USULAN KARYA TULIS ILMIAH

Usulan Karya Tulis Ilmiah Ini Dianjurkan Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Dalam Menyelesaikan Progaram Studi Diploma-III Keperawatan
Waingapu

OLEH:
UMBU BALLA NDJURUMANA
NIM : PO5303203200691

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU

TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) tetap menjadi penyebab utama
morbiditas dan mortalitas dari penyakit infeksi yang didapat masyarakat,
seringkali dengan gejala ringan hingga berat. ISPA merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di seluruh dunia. Menurut
World Health Organization (WHO), terdapat 18,8 miliar kasus ISPA di
seluruh dunia dan juta kematian per tahun, dimana 98% disebabkan oleh
ISPA, sekitar 2% - 9% kematian pada tahun 2017, sekitar 21,7% - 0 pada
tahun 2018 % (Nyomba, 2021). ISPA lebih banyak terjadi di negara
berkembang, terutama di negara dengan pendapatan per kapita rendah dan
menengah dibandingkan negara maju yang persentasenya 25%-30% dan
10%-25% (Barni, 2022)
Hasil survey demografi dan kesehatan indonesia dilaporkan bahwa dari
jumlah 433.354 orang di rumah sakit, gambaran 10 penyakit terbanyak di
rawat jalan menunjukan pola yang sedikit berbeda, ISPA memiliki jumlah
kasus terbanyak sebesar 291.534 kasus (Depkes RI, 2011). ISPA merupakan
penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan
anak (WHO), 2019).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan
utama di Indonesia karena tingginya prevalensi ISPA, terutama pada anak
kecil. Prevalensi ISPA di Indonesia adalah 25,5% (kisaran: 17,5% - 1,%) ,
dimana 16 provinsi memiliki prevalensi lebih tinggi dari tingkat nasional
(Riskedes, 2019). (Dewan Kesehatan NTT, 2020).
Hasil data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Sumba Timur pada tahun
2020 insiden penyakit ISPA pada balita sebanyak 21.860 kasus, sedangkan
pada tahun 2021 insiden penyakit ISPA pada balita sebanyak 12.841 kasus,
dan pada tahun 2022 insiden penyakit ISPA sebanyak 20.937 kasus. Dan hasil
data yang diperoleh dari Puskesmas Waingapu kasus ISPA pada balita di
tahun 2020 sebanyak 2.167 kasus, sedangkan data ISPA di tahun 2021
sebanyak 133 kasus, dan data ISPA di tahun 2022 sebanyak 2.058 kasus
(Dinkes, 2022).

ISPA adalah penyakit saluran pernafasan atas atau bawah yang bersifat
akut dan menimbulkan berbagai gejala mulai dari demam sampai dengan satu
atau lebih gejala berikut: sakit tenggorokan atau nyeri saat menelan, pilek,
batuk kering atau dahak. lendir Perjalanan penyakit ISPA dapat berlangsung
selama sampai 1 hari dari infeksi ringan sampai penyakit berat dan fatal
bergantung pada patogen, faktor lingkungan dan faktor pejamu.
ISPA pada balita juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor
lingkungan dimana kualitas udara kurang baik, status gizi buruk pada balita,
vaksinasi yang kurang memadai, adanya perokok pada anggota keluarga dan
kurangnya pengetahuan orang tua. Dalam hal ini, orang tua membutuhkan
pengetahuan untuk mensosialisasikan perilaku rumah tangga atau keluarga
dalam pencegahan dan perawatan kesehatan ketika anak sakit. Pentingnya
sikap orang tua dalam mengetahui faktor risiko terjadinya ISPA pada balita
terutama mengenai pengertian, penyebab, gejala dan pencegahannya, serta
penatalaksanaan pada bayi balita jika terjadi paparan ISPA sehingga dapat
mendorong keluarga untuk rutin minum obat. tindakan pencegahan dan
perawatan balita untuk mengurangi kejadian ISPA pada balita 
Pengetahuan adalah salah satu faktor terhadap resiko kejadian penyakit
ISPA pada balita. Semakin rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang bahaya
ISPA maka semakin besar pula peluang balita yang terkena ISPA untuk
mengalami kondisi yang lebih buruk dari penyakitnya. Sebaiknya tingkat
pengetahuan ibu yang baik tentang penyakit ini akan menolong ibu dalam
uapaya pencegahannya. Pengetahuan juga dapat memotivasi untuk berperilaku
hidup sehat, tepatnya terhadap penyakit ISPA maka akan lebih besar
kemungkinan mau menciptakan lingkungan yang sehat agar selalu terhindar
dari ISPA dan secepatnya menyadari bahwa balita menderita ISPA dengan
upaya melakukan tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya.
(Notoatmodjo,2003). Tingkat pengetahuan adalah faktor penting yang dapat
mempengaruhi perubahan perilaku dan sikap seseorang, dan hal ini juga
dilandasi oleh bertambahnya suatu pengalaman yang di peroleh, dengan secara
tidak langsung terjadi perubahan perilaku dan sikap seseorang serta tanggung
jawab terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat. (Notoadmojo,2019).
Komplikasi ISPA antara lain gagal napas saat paru-paru berhenti bekerja
dan gagal jantung kongestif. Perlu ditekankan bahwa komplikasi ISPA yang
serius dapat menyebabkan kerusakan permanen bahkan kematian.

Berdasarkan pada masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang ‘’Studi Deskriptif Pengetahuan Ibu Balita Tentang
ISPA Wilayah Kerja Puskesmas Waingapu Kecamatan Kota Waingapu
Kabupaten Sumba Timur”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, Peneliti merumuskan
masalah ’’Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Balita Tentang ISPA Wilayah
Kerja Puskesmas Waingapu Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba
Timur”.

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Balita Tentang ISPA Wilayah
Kerja Puskesmas Waingapu Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba
Timur.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan bagi peneliti
dalam melakukan penelitian tentang Pengetahuan Ibu Balita Tentang
ISPA Wilayah Kerja Puskesmas Waingapu Kecamatan Kota Waingapu
Kabupaten Sumba Timur.
1.4.2 Bagi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan tentang ISPA pada balita di Puskesmas Waingapu
Kabupaten Sumba Timur.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sarana untuk memperkaya
ilmu pengetahuan pembaca khususnya mahasiswa.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan serta wawasan orangtua tentang
Pengetahuan Ibu Balita Tentang ISPA Wilayah Kerja Puskesmas
Waingapu Kabupaten Sumba Timur.

1.5 Keaslian Penelitian

NO Nama Judul Desain Subjek Variab Instrumen Analis Hasil Dan


Penulis Penelitian, el Kesimpul
tahun an

1 Aries Pengetahuan Deskripti Semua Indepen Kuesinoer Analisis Hasil


W. Ibu Balita f yaitu penderita den univariat penelitian
Esterin Tentang Ispa pembagi ISPA pengeta dengan menunjuk
a Di Desa an Wilayah huan distribusi an
Nawan Mbatakapidu kosiner kerja Ibu frekuensi sebagian
Grasi ( Wilayah Puskesm tentang besar
2015 ) Kerja as penyaki orang tua
Puskesmas Waingap t ISPA kurang
Waingapu u mengerti
Kecamatan tentang
Kota penyakit
Waingapu ISPA
Kabupaten
Sumba Timur
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra pendengaran, pengelihatan, penciuman rasa dan
raba. Namun sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indra
pendengaran dan pengelihatan. (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang didapatkan melalui penginderaan


objek (Notoatmodjo, 2007). Seseorang dinyatakan berpengetahuan yang cukup
jika orang itu mampu memengingat masalah yang telah dipelajari sebelumnya.
Setelah itu mengenterprestasikan materi tersebut secara benar lalu materinya itu di
jabarkan komponen-komponen tetapi masih ada kaitannya satu asam lain dan
dapat di tunjukan dalam tindakan nyata sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

Pengetahuan berasal dari pengalaman-pengalaman yang diabsraksikan


yang menjadi konsep teori dan pendirian. Pengetahuan pula dapat diartikan
sebagai kesan, dimana pikiran atau pengetahuan tingkatnya sebagai berikut:

a. Tahu/ Knowledge yaitu suatu materi yang dipelajari.


b. Memahami/ Comprehension yaitu sesuatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar objek yang ia ketahui dan dapat diinterprestasikan secara
benar.
c. Aplikasi/ Application yaitu kemampuan menggunakan materi yang
diketahui pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d. Analisa/ Analysis yaitu kemampuan menjabarkan materi suatu objek
kedalam komponen-komponen.
e. Sintesis/ Syntesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi/ Evaluasion yaitu kemampuan melakukan penelitian terhadap
suatu materi atau objek.

2.1.1 Cara Memperoleh Pengetahuan

Berbagai macam dari yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran


pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokan sebagiberikut:

1. Cara tradisional: Cara tradisional atau kuno ini dipakai orang untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelim ditemukan metode
penemuan secara logis dan sistematik. Cara tradisional itu meliputi:
a. Cara coba salah (Trial and Error), yaitu cara yang paling tradisional
dan dipakai orabg sebelum adanya kebudaayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban.
b. Otoritas dan kekuasaan dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak
sekali penalaran, tapi biasanya biasanya diwariskan turun-temurun dari
generasi kegenerasi berikutnya.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman ialah guru terbaik.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
kebenaran dalam memperoleh pengetahuan, oleh karena itu
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
penegtahuan dan kesimpulannya pengalaman dengan benar diperlukan
berpikir kritis dan logis.
d. Melalui cara berpikir, sejalan dengan perkembangan budaya manusia,
cara berpikir manusia juga berkembang.
e. Cara modern: cara ilmiah atau cara modern, yaitu cara memperoleh
pengetahuan baru atau modern saat ini lebih sistematis, logis dan
ilmiah.  
2.1.2 Bagaimana mengukur pengetahuan

Menurut Arikunto ( 2022 ) untuk menentukan tingkat pengetahuan yang


dimiliki seseorang terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Nilai baik jika responden dapat menjawab pertanyaan 8-10 (80%-


100%) dengan benar dari yang diharapkan.
b. Kategori ini cukup jika responden dapat menjawab pertanyaan 5-7
(50%-70%) dengan benar dari yang diharapkan.
c. dibandingkan dengan Nilai buruk jika responden dapat menjawab
pertanyaan dengan benar kurang dari 5 (50%) dari yang diharapkan

2.2 Konsep Ispa

2.2.1 Pengertian Ispa

Word Health Organozation (WHO), ISPA adalah penyakit menular


pada saluran pernapasan bagian atas atau dibawahnya dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit mulai dari infeksi penyakit
ringan hingga berat dan kematian, tergantung pada patogennya
penyebab, faktor pejamu dan faktor lingkungan. Penyakit ISPA adalah
penyebabnya penyebab utama morbiditas dan mortalitas akibat penyakit
menular di seluruh dunia. Penyakit ISPA juga Penyebab kematian
ketiga di dunia dan pembunuh utama negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Kematian akibat IRA hingga sepuluh 50 kali lebih banyak di
negara berkembang daripada di negara maju. termasuk ISPA
Sekelompok penyakit yang ditularkan melalui udara yang menyebar
melalui udara. Patogen menyerang dan menginfeksi saluran pernapasan
dan menyebabkan peradangan ( Lubis Ira, dkk.2019 ).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit


menular menyerang satu atau lebih bagian jalan napas, dimulai dari
hidung atas) ke alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan andexa,
seperti sinus, 8 rongga telinga tengah dan pleura. ISPA adalah infeksi
saluran pernapasan berlangsung selama 14 hari. Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit yang biasa dijumpai pada
balita dan anak kecil, mulai dari ISPA ringan sampai berat. ISPA berat
jika sudah menyerang jaringan paru menyebabkan radang paru-paru.
Pneumonia merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan
kematian terutama pada anak-anak (Jalil, 2018)
Daftar pustaka

Barni, M. M. (2022). GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU


PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI DESA
GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN
BANJARNEGARA TAHUN 2021. 8(01), 45–50.

Barni, M. M. (2022). GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU


PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI DESA
GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN
BANJARNEGARA TAHUN 2021. 8(01), 45–50.

Anda mungkin juga menyukai