Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infesksi akut yang

menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran nafas mulai dari hidung sampai

alveoli. ISPA dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi,

dan anak balita di Negara berkembang. Oleh Karena itu ISPA memerlukan

perhatian yang lebih dalam kehidupan sehari-hari, kejadian ISPA erat terkait

dengan pengetahuan dan sikap orang tua sebagai penanggung jawab utama

dalam kesejahteraan anak. Pada masa bayi masih sangat tergantung pada

orang tua. Saat dilakukan survey awal oleh peneliti pada bulan Januari tahun

2016 di Puskesmas Bunten Barat dari 15 ibu yang mempunyai bayi, 3 ibu

yang mempunyai pengetahuan baik dengan jawaban benar sebesar 76% -

100%, 5 ibu mempunyai pengetahuan cukup dengan jawaban benar sebesar

56% - 75%, dan 7 ibu yang mempunyai pengetahuan kurang dengan jawaban

benar sebesar ≤ 55%.

Laporan menurut WHO menunjukkan bahwa angka kejadian pada balita di

Indonesia adalah 22% (WHO, 2010). Di Indonesia kasus Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan pertama penyebab 32,1%

kematian bayi pada tahun 2009, serta penyebab 18,2% kematian pada balita

pada tahun 2010 dan 38,8% tahun 2011. Selain itu ISPA juga sering berada

pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Berdasarkan data dari P2

program ISPA tahun 2009 cakupan penderita ISPA melampaui target 13,4%,
hasil yang diperoleh 18.749 kasus sementara target yang ditetapkan hanya

16.534 kasus. Survey moralitas yang dilakukan disubdit ISPA tahun 2010

menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di

Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Kemenkes

RI, 2012). Berdasarkan data awal penyakit ISPA di Puskesmas Bunten Barat

menduduki peringkat keempat dari 21 Puskesmas yang ada di Kabupaten

Sampang dan penyakit ISPA pada balita di wilayah Puskesmas tersebut

menduduki peringkat kedua. Berdasarkan data (Dinkes kabupaten Sampang,

Januari-Desember 2014) di Puskesmas Bunten Barat jumlah penyakit ISPA

pada balita sebanyak 162 bayi. Laki-laki sebanyak 66 bayi dan perempuan 96

bayi. Sedangkan (data rekam medik, Januari-Agustus 2015) di Puskesmas

Bunten Barat kejadian ISPA pada balita sebanyak 495 bayi, laki-laki sebanyak

241 bayi dan perempuan 254 bayi.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut

berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan

menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari

hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan

adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI,

2005). Ada faktor tertentu yang dapat memudahkan penularan seperti : Kuman

(bacteria dan virus) yang menyebabkan ISPA mudah menular dalam rumah

yang mempunyai kurang ventilasi (peredaran udara) dan ada banyak asap

(baik asap rokok maupun asap api), orang yang bersin/batuk tanpa menutup

mulut dan hidung, kuman yang menyebabkan ISPA mudah menular dalam

rumah yang ada banyak orang (misalnya : banyak orang yang tinggal di satu
rumah kecil). Dampak pada balita jika ISPA dibiarkan dan tidak ditangani

secara cepat akan mengalami komplikasi dan juga dapat menyebabkan

kematian (Misna diarly, 2008).

Upaya pencegahan yang dilakukan mengusahakan agar anak memperoleh

gizi yang baik, di antaranya dengan cara memberikan makanan kepada anak

yang mengandung cukup gizi, memberikan imunisasi yang lengkap kepada

anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit baik, menjaga kebersihan

perorangan dan lingkungan agar tetap bersih, mencegah anak berhubungan

dengan klien ISPA. Salah satunya adalah memakai penutup hidung dan mulut

ketika kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang

menderita penyakit ISPA (Adhisty, 2013). Penatalaksanaan di wilayah

Puskesmas Bunten Barat Kecamatan Ketapang Kabupaten Sampang yaitu

dengan cara : pertama Puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu

yang mempunyai anak balita, perihal pengenal tanda-tanda penyakit ISPA

serta tindakan penunjang di rumah. Kedua melatih kader untuk bisa mengenal

kasus penyakit ISPA. Terakhir melakukan koordinasi kepada petugas yang

berada di polindes, pustu, poskesdes untuk pelaporan bulanan khususnya data

pasien penyakit ISPA.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu

Tentang ISPA dengan Kejadian Penyakit ISPA Di Wilayah Kerja Puskesma

Bunten Barat Kecamatan Ketapang Kabupaten Sampang”.


1.2 Rumusan Masalah

Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang ISPA dengan

Kejadian Penyakit ISPA pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Bunten

Barat Kecamatan Ketapang Kabupaten Sampang ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang

ISPA dengan Kejadian Penyakit ISPA pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Bunten Barat Kecamatan Ketapang Kabupaten Sampang.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ISPA pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bunten Barat Kecamatan

Ketapang Kabupaten Sampang.

b) Mengidentifikasi Sikap Ibu Tentang ISPA pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Bunten Barat Kecamatan Ketapang Kabupaten

Sampang.

c) Mengidentifikasi Kejadian Penyakit ISPA pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Bunten Barat Kecamatan Ketapang Kabupaten

Sampang

d) Menganalisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu

Tentang ISPA dengan Kejadian Penyakit ISPA pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Bunten Barat Kecamatan Ketapang

Kabupaten Sampang.
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan pengembangan ilmu

keperawatan keluarga khususnya tentang Tingkat Pengetahuan dan

Sikap Ibu Tentang ISPA dengan kejadian penyakit ISPA pada balita.

1.4.2 Praktis

1. Puskesmas

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi bahan

masukkan dalam membuat intervensi keperawatan dengan masalah

pengetahuan dan sikap ibu Tentang ISPA dengan kejadian penyakit

ISPA pada balita.

2. Ibu (Masyarakat)

Dari penelitian ini, diharapkan ibu (masyarakat) dapat bertambah

pengetahuannya tentang penyakit ISPA pada balita.

3. Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi/gambaran bagi

peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian tentang

pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit ISPA.

Anda mungkin juga menyukai