PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh :
PANDU NUGROHO
NPM. 1880100021
Dosen Pengampuh:
HENNI FEBRIAWATI, SKM., MARS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
erat dengan satu atau lebih komponen lingkungan pada sebuah ruang dimana
(Achmadi, 2012).
lingkungan. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai
2012).
Menurut WHO kurang lebih 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap
dimana ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh
2
± 4 juta anak balita setiap tahun (Rudianto, 2013).
25,0%. Sebanyak lima provinsi dengan prevalensi ISPA tertinggi, yaitu Nusa
Tenggara Timur 41,7%, Papua 31,1%, Aceh 30,0%, Nusa Tenggara Barat 28,3%,
dan Jawa Timur 28,3%. Penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada
kelompok umur 1-4 tahun 25,8%. (Data Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013).
ISPA pada balita tahun 2016 sebanyak 2487 atau 4,45%. ISPA di kabupaten
Ponorogo menjadi tren penyakit setiap tahunnya. Puskesmas yang ada di wilayah
Ponorogo salah satunya adalah Puskesmas Pulung. Dari 30 Puskesmas yang ada
2016). Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2016 kasus ISPA di
Puskesmas Pulung sebanyak 1385 penderita. Sedangkan kasus baru ISPA di tahun
2017 sebanyak 1599 penderita. Kasus ISPA balita di Puskesmas Pulung tahun
2017 tersebut didominasi oleh balita sebanyak 324 penderita. Puskesmas Pulung
membawahi 11 desa, dari 11 desa tersebut kasus ISPA balita tertinggi ada di Desa
Pulung Merdiko, dengan jumlah penderita ISPA sebanyak 109 balita (Puskesmas
Pulung, 2017).
Secara umum faktor risiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan fisik,
faktor host/pejamu, faktor agent serta faktor lingkungan sosial. Faktor agent yaitu
3
bakteri, virus dan jamur. Faktor lingkungan fisik meliputi, pencemaran udara
dalam rumah, kondisi fisik rumah seperti kepadatan hunian, jenis lantai, jenis
pendidikan ibu, serta perilaku merokok anggota keluarga (Depkes RI, 2010)
rumah khususnya pada balita karena sistem kekebalan tubuh balita sangat rentan
terhadap penyakit. Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi
syarat kesehatan yang terdiri dari komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku
antara lain yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan sampah, sarana air
bersih, sarana pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah
sesuai dan lantai rumah tidak dari tanah (Profil Indonesia, 2016).
Menurut data Puskesmas Pulung tahun 2016 cakupan rumah sehat masih
dibawah target, dari 8307 rumah yang diperiksa 3895 rumah belum memenuhi
syarat rumah sehat atau baru tercapai 53,11% dari target 100%. Kemudian di
tahun 2017 data rumah sehat masih sama yaitu 53,11%. Berdasarkan data
Puskesmas Pulung pada tahun 2017, di Desa Pulung Merdiko terdapat 26% rumah
yang belum memenuhi syarat, dibandingkan dengan desa lain persentase tersebut
Ponorogo tahun 2016 terdapat 19.919 (57,4%) dari 34,704 yang disurvei, hal ini
masih dibawah target yaitu 100% (Dinkes Ponorogo, 2016). Perilaku manusia
4
sarana sanitasi dasar telah tersedia, misalnya terjadinya penyakit ISPA. Salah satu
meningkatkan terjadinya kasus ISPA pada balita, hal tersebut sesuai dengan
merupakan salah satu faktor yang bermakna dalam kejadian ISPA termasuk balita.
dan atap dengan kejadian ISPA pada balita di Blang Muko menunjukkan bahwa
ada hubungan antara ventilasi rumah (p=0,032), lantai rumah (p=0,014), dinding
rumah (p=0,000), atap rumah (0,022) dengan kejadian ISPA pada balita.
hubungan antara kondisi lingkungan rumah dengan kejadian ISPA pada anak
Maka dari itu penting bagi setiap masyarakat untuk menjaga dan
memelihara sanitasi fisik rumah, menerapkan gaya hidup bersih dan sehat dalam
tergolong tinggi dan persentase rumah sehat masih dibawah target yang telah
hubungan antara kesehatan lingkungan rumah dengan kejadian ISPA pada balita.
5
B. Rumusan Masalah
ISPA?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
balita.
pada balita.
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
pentingnya menjaga lingkungan rumah agar tetap nyaman dan sehat, serta
6
ibu untuk meningkatkan kesehatan anak agar terhindar dari faktor-faktor yang
program P2ISPA dan pemerintah desa agar lebih peduli dengan kesehatan
lingkungan masyarakat.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yaitu infeksi dan saluran pernapasan atas. Pengertian infeksi adalah masuknya
laring (kotak suara), dan trakea (batang tenggorokan). Gejala dari penyakit ini
antara lain ; sakit tenggorokan, beringus (rinorea), batuk, pilek, sakit kepala,
Penyebab ISPA terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan aspirasi. Bakteri
Jamur yang dapat menyebabkan ISPA antara lain Aspergillus sp., Candida
7
berikut:
Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek, otitis
media, faringitis.
Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai
rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang
tenang, mengi, demam (38 ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah
(di bawah 35,5oC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit,
60 kali per menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
8
b. Pneumonia berat: batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding
walaupun telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba.
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
9
a. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang
dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur
ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut:
bernafas.
f. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
10
1. Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Secara umum infeksi saluran pernapasan akut pada balita dapat dicegah
d. Menjauhkan bayi, balita dan anak dari asap rokok, tembakau, dan polusi
udara lain
menderita ISPA.
Pengobatan ISPA pada bayi, balita dan anak secara umum bisa
yang sifatnya aman dan alami pada balita, sedangkan bayi sebaiknya segera
dibawa ke dokter. Jika demam, bayi yang berusia 2bulan-5tahun dapat diobati
sedikit, tetapi rutin dan berulang, sedangkan untuk bayi yang masih
menyusui dibutuhkan ASI ekslusif dari ibu. Agar penderita ISPA tidak
kekurangan cairan, berilah air yang lebih banyak dari biasanya baik air putih
maupun sari buah. Asupan minuman yang banyak akan membantu mencegah
11
dehidrasi dan mengencerkan dahak (Ardinasari, 2016). Kemudian untuk
a. ISPA yang disebabkan oleh alergi: cara yang paling tepat dengan
tersebut.
b. ISPA disebabkan oleh virus: biasanya ISPA yang disebabkan oleh virus
berlalu.
c. ISPA disebabkan oleh bakteri dan jamur: ISPA jenis ini memerlukan
hasil yang maksimal dan mengurangi resiko munculnya efek yang tidak
diinginkan.
Faktor risiko adalah faktor atau keadaan yang mengakibatkan seorang anak
rentan menjadi sakit atau sakitnya menjadi berat. Faktor risiko yang
meningkatkan kejadian, beratnya penyakit dan kematian karena ISPA antara lain :
a. Jenis Kelamin
12
Meskipun secara fisik pria cenderung lebih kuat dibandingkan wanita, wanita
sejak bayi hingga dewasa memiliki daya tahan lebih kuat dibandingkan laki-laki,
baik itu daya tahan akan rasa sakit dan daya tahan terhadap penyakit. Anak laki-
laki lebih rentan terhadap berbagai jenis penyakit dan cacat dibandingkan
dibandingkan anak laki-laki sejak lahir hingga masa remaja, dan pertumbuhan
fisiknya pun lebih cepat. Wanita cenderung hidup lebih lama daripada pria
(Chandra, 2009)
d. Status Imunisasi
seperti polio, TBC, difteri, pertusis, tetanus, campak (Notoatmodjo, 2011). Dari
hasil penelitian Heryanto (2016) ada hubungan yang bermakna antara status
imunisasi dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. Balita yang status
imunisasinya tidak lengkap memiliki risiko lebih besar untuk menderita penyakit
e. Umur
Umur menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti usia pada
Menurut Dian Fitriawati (2013) kejadian ISPA atas lebih sering terjadi pada
anak berusia 2-5 tahun karena pada usia tersebut anak sudah banyak terpapar
dengan lingkungan luar dan kontak dengan penderita ISPA lainnya sehingga
13
f. Status Gizi
penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Parameter yang umum
digunakan untuk menentukan status gizi pada balita adalah berat badan, tinggi
badan dan lingkar kepala (Marimbi, 2010). Asupan gizi yang kurang merupakan
resiko untuk kejadian dan kematian balita dengan infeksi saluran pernapasan.
Berdasarkan penelitian Heryanto (2016) ada hubungan yang bermakna status gizi
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral). ASI
untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga
pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi (Depkes RI,
4. Faktor Agent
14
albicans, dan Histoplasma. (Wahyono, 2008).
C. Faktor Lingkungan
a. Kepadatan Hunian
tidur sebaiknya tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak
tersebut. Bangunan yang sempit dan tidak sesuai jumlah penghuninya akan
balita.
b. Pencahayaan
15
langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan
c. Jenis Lantai
Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak
lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, jadi paling
tidak lantai perlu diplester dan akan lebih baik kalau dilapisi ubin atau
d. Jenis Dinding
Rumah yang berdinding tidak rapat seperti papan, kayu dan bambu dapat
16
e. Langit-langit Rumah
ini dikarenakan langit-langit dapat menahan rembesan air dari atap rumah
dalam ruangan. Langit-langit juga dapat menahan panas yang yang berasal
dari atap rumah pada siang hari dan udara dingin yang ada pada malam hari.
rawan kecelakaan.
17
BAB III
A. Kerangka Konsep
1. Variabel Bebas
2. Variab el Terikat
Kepadatan Hunian
Jenis Lantai
Jenis Dinding
Kejadian ISPA pada Balita
Langit-langit Rumah
Pencahayaan
18
B. Hipotesis
2012).
2. Ha = Ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian ISPA pada balita
19
DAFTAR PUSTAKA
Pers
Ardianasari, Eiyta. 2016. Buku Pintar Mencegah dan Mengobati Penyakit Bayi &
Anak.Jakarta: Bestari
Cindi Astuti. 2017. Hubungan Perilaku Keluarga dengan Kejadian ISPA pada
Muhammadiyah Purwokerto
Moh, Toyib. 2016. Daftar Isian Tingkat Perkembang Desa Pulung Merdiko dan
Fitriawati D. 2013. Hubungan antara tingkat keparahan ISPA pada balita usia 0-
20
Provinsi Jawa Tengah
Heryanto Eko. 2016. Hubungan Status Imunisasi, Status Gizi, Dan Asi Eksklusif
Baturaja
Julia, dkk. 2017. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Kebiasaan Orang Tua
21