Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Paparan Asap Rokok Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah

Kerja Puskesmas Matangkuli Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh Utara


Tahun 2023

SKRIPSI

OLEH :
NOVI WANDIRA
NIM :

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANDA ACEH
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) merupakan infeksi-infeksi

yang disebabkan oleh mikro-organisme. Infeksi-infeksi tersebut terbatas pada

struktur-struktur saluran napas termasuk rongga hidung, faring, dan laring

(Corwin, 2009).

WHO memperkirakan insiden ISPA di negara berkembang dengan

angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

pertahun. ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada

kelompok bayi dan balita di Indonesia,. Berdasarkan prevalensi ISPA tahun

2018 di Indonesia telah mencapai 25% dengan 16 provinsi diantaranya

mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Selain itu ISPA juga sering

berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas

yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2019 menempatkan ISPA sebagai

penyebab kematian balita terbesar di Indonesia dengan persentase 32,10%

dari seluruh kematian balita, sedangkan di Jawa Tengah pada tahun 2019

sebesar 27,2 % (DepKes, 2013).

Faktor risiko terjadinya ISPA ada tiga yaitu faktor lingkungan, faktor

individu anak dan faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi: pencemaran

udara dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk

memasak dengan konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah dan kepadatan


hunian. Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat badan lahir, status

gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi perilaku

pencegahan dan penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif

keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit ISPA (Trisnawati, 2012).

Anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah

dapat berdampak negatif bagi anggota keluarga lain khususnya balita.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok aktif sekitar 27,6%

dengan jumlah 65 juta perokok atau 225 miliar batang per tahun (WHO,

2008).

Paparan asap rokok lingkungan sebagai salah satu faktor risiko

timbulnya ISPA merupakan pembunuh nomor tiga setelah jantung dan

kanker. Satu batang rokok akan membuat umur memendek sebanyak 12

menit. 10.000 orang perhari di dunia meninggal karena merokok dan 57.000

orang pertahun di Indonesia meninggal karena merokok, dengan kenaikan

konsumsi rokok di Indonesia adalah tertinggi di dunia yaitu 44%. Prevalensi

merokok di Indonesia dari tahun 1995 sampai 2001 di kalangan orang dewasa

meningkat sebanyak 4,6% (Depkes, 2008).

Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-bahan

yang dapat menimbulkan kanker. Bahan berbahaya dalam asap rokok tersebut

tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok,

tetapi juga kepada orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok tetapi ikut

terpapar asap rokok yang sebagian besar adalah balita, anak-anak, dan ibu-

ibu. Anggota keluarga tersebut terpaksa menjadi perokok pasif karena ayah
atau suaminya merokok di dalam rumah. Perokok pasif mempunyai risiko

lebih tinggi untuk menderita ISPA, kanker paru-paru dan penyakit jantung

ishkemia. Kelompok janin, balita dan anak-anak mempunyai risiko lebih

besar untuk menderita kejadian BBLR, bronchitis, pneumonia, infeksi rongga

telinga dan asma (Depkes, 2008).

Bayi dan balita yang terpapar asap rokok dapat mengalami gangguan

kesehatan antara lain adalah muntah, diare, kolik (gangguan pada saluran

pencernaan bayi), denyut jantung meningkat, gangguan pernapasan pada bayi,

infeksi paru-paru dan telinga, gangguan pertumbuhan. Paparan asap rokok

berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita. Balita yang terpapar asap

rokok berisiko lebih besar untuk terkena ISPA dibanding balita yang tidak

terpapar asap rokok (Trisnawati, 2012).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan

Kabupaten Aceh Utara tercatat bahwa jumlah balita penderita ISPA terbanyak

adalah di wilayah kerja Puskesmas Matangkuli sedangkah jumlah balita ISPA

terbanyak ke dua adalah di wilayah kerja Lhoksukon yaitu sebanyak 366

penderita (9,1%) dari 3661 balita pada tahun 2018. Oleh karena itu penulis

tertarik mengambil judul “Hubungan Antara Lama Paparan Asap Rokok

Dengan Frekuensi Kejadian ISPA Pada Balita Di Puskesmas Matangkuli”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

diambil dalam penelitian ini adalah “adakah hubungan antara lama paparan

asap rokok dengan frekuensi kejadian ISPA pada balita di Puskesmas

Matangkuli Kabupaten Aceh Utara?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan

antara lama paparan asap rokok dengan frekuensi kejadian ISPA pada

balita di Puskesmas Matangkuli Kabupaten Aceh Utara.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi lama paparan asap rokok di

Puskesmas Matangkuli Kabupaten Aceh Utara

b. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian ISPA pada balita di

Matangkuli Kabupaten Aceh Utara

c. Menganalisis hubungan antara lama paparan asap rokok dengan

frekuensi kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Matangkuli

Kabupaten Aceh Utara


DAFTAR PUSTAKA

Abeng, Andi ,T. Djauhar ,Ismail. & Emy, Huriyati (2014) Sanitasi, infeksi, danstatus gizi
anak balita di Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara, Jurnal kinik gizi
indonesia. Vol 10, No.3 Aditama, T.Y. (2011) Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut

Kartiningrum, Eka. D., (2016) Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPAPadaBalita


Didesa Kembang Sari Kec.Jatiban Kab. Situbondo, Jurnal kesehatanPoliteknik kesehatan
majapahit.

Millo. S., Ismanto. Y.A., & Kalo. V.D. (2015) Hubungan Kebiasaan Merokokdi Dalam
Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada Anak Umur 1-5 Tahundi Pukesmas Sario Kota
Menado, Ejurnal keperawatan,

Sukendro. S. (2007). “Sehat, tanpa berhenti merokok filosofi rokok”, yogyakarta. Hal 79-
87 Supran, Supran. R

Anda mungkin juga menyukai