Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

KELOMPOK 4

Nama anggota kelompok 4:

1. Elisa (2213201046)
2. Fransiska Mella F. A (2213201051)
3. Jannatul Rolisa F (2213201047)
4. Lintang Syarafina Z. A (2213201042)
5. Masitoh Ujianti (2213201048)
6. Mila Mini H (2213201039)
7. Nur Rahimatun A (2213201033)

Jurnal : 1

Judul Jurnal : Hubungan Paparan Polusi Udara didalam Rumah dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Desa Sumber Mulya UPTD Puskesmas
Sumber Mulya Kabupaten Muara Enim.

Nama Jurnal : Jurnal Kesehatan Abdurahman Palembang

Penulis : Putri Mayang Sari, Eka Joni Yansah

Volume : 12 No.2

Halaman : 73-78

Tahun : 2023

Link Jurnal :
https://ejournal.stikesabdurahman.ac.id/index.php/jkab/article/view/179

Literature Review :
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernanafasan mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah). Penularan ISPA yang utama melalui
droplet yang keluar dari hidung atau mulut penderita saat batuk atau bersin yang
mengandung bakteri. ISPA merupakan penyakit yang masih terdapat di beberapa negara
berkembang dan juga negara maju dikarenakan angka kematian yang disebabkan oleh
ISPA terus meningkat.

Faktor :

1. Populasi seluruh ibu balita yang berusia 1-5 tahun yang berada di desa Sumber
Mulya yaitu 250 balita, sampel dalam penelitian ini berjumlah 154 sampel.
2. Analisa univariat menunjukan 154 responden 54 (35,1%) balita yang menderita
ISPA , balita yang tidak menderita ISPA 100 (64,9%). 56 (36,4%) responden
dengan kebiasaan meroko di dalam rumah , kebiasaan tidak meroko di dalam
rumah 98 (63,6). 65(42,2%) responden dengan kebiasaan menggunkan obat
nyamuk bakar, kebiasaan tidak menggunkan obat nyamuk bakar 89 (57,8%). 60
(39,0%) responden dengan membakar sampah di sekitar lingkungan rumah,
tidak membakar sampah di sekitar lingkungan rumah 94(60,0%).
3. Analisa Bivariat menunjukan hasil uji Chi-square diperoleh p value 0,000 berarti
bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok di dalam rumah
dengan kejadian ISPA pada Balita. p value 0,000 berarti bahwa ada hubungan
yang bermakna antara kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar dengan
kejadian ISPA pada Balita.
4. p value 0,001 berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
membakar sampah di lingkungan rumah dengan kejadian ISPA pada Balita.
5. Dari hasil analisa di simpulkan bahwa tergapat hubungan yang bermakna antara
kebiasaan merokok di dalam rumah, kebiasaan menggunakan obat nyamuk
bakar dan kebiasaan membakar sampah di lingkungan rumah dengan kejadian
ISPA pada balita.
6. Berdasarkan data di UPTD Puskesmas Sumber Mulya pada tahun 2019 jumlah
kasus ISPA pada balita sebanyak 245 kasus (27,4%) dari 893 balita, kemudian
pada tahun 2020 menjadi 265 kasus (26,8 %) dari 987 balita dan ditahun 2021
menjadi 298 kasus (27,7%) kasus dari 1073 balita. (Profil Puskesmas , 2021).
Desa Sumber Mulya menduduki peringkat pertama kasus ISPA pada balita
tercatat pada tahun 2019 jumlah kasus ISPA pada balita sebanyak 70 kasus
(29,7%) dari 235 balita, kemudian pada tahun 2020 menjadi 63 kasus (25,7%)
dari 245 balita dan ditahun 2021 turun menjadi 54 kasus (21,6 %) kasus dari 250
balita (Profil Desa, 2021).

Jurnal 2

Judul Jurnal : Hubungan Pengetahuan Ibu, Lingkungan dan status Gizi dengan Kejadian
ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru
Tahun 2021

Nama Jurnal : Jurnal Kesehatan Komunitas

Penulis : Bayu Afdhal Masril, Nila Puspita Sari, Jihan Natassa

Volume : 8 No.2

Halaman : 333-343

Tahun : 2022

Link Jurnal : https://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/view/1034

Literature Review :

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi yang melibatkan organ
saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah yang dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit dari infeksi ringan sampai berat. Infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas akibat penyakit menular di
dunia. Hampir 4 juta orang meninggal karena ISPA setiap tahun, di mana 98% kematian
tersebut disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat kematian sangat
tinggi pada bayi, anak-anak dan orang tua, terutama di negara berpendapatan rendah dan
menengah. ISPA adalah salah satu penyebab paling umum konsultasi atau perawatan di
fasilitas pelayanan kesehatan, terutama dalam layanan anak.

Analisis statistik menggunakan uji chi square untuk melihat hubungan antara
variabel pengetahuan, ventilasi, kepadatan hunian, asap rokok, dan status gizi dengan
variabel infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Hasil peneltian dengan p-value < α =
0,05 menunjukkan bahwa adanya hubungan dengan infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) dengan pengetahuan (p-value = 0,022, OR = 0,464), ventilasi (p-value = 0,024,
OR = 0,461), kepadatan hunian (p-value = 0,029, OR = 0,480), asap rokok (p- value =
0,027, OR = 2,114), status gizi (p-value = 0,028, OR = 2,167). Untuk itu perlu diberikan
edukasi melalui sosialisi atau penyuluhan kesehatan kepada masyarakat bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Faktor :

1. Bakteri adalah penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah, dimana


Streptococcus pneumoniae menjadi penyebab paling umum pneumonia bakteri
dapatan komunitas di banyak negara. Namun, sebagian besar ISPA disebabkan
oleh virus atau campuran infeksi virus-bakteri. ISPA yang memiliki potensi
epidemi atau pandemi dan dapat menimbulkan risiko kesehatan masyarakat
memerlukan tindakan kewaspadaan dan kesiapsiagaan khusus.
2. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti, di wilayah kerja Puskesmas
R.I Sidomulyo kota Pekanbaru dari sepuluh penyakit terbesar, penyakit ISPA
selalu menduduki peringkat teratas setiap tahunnya dengan jumlah 859 pasien
pada tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dan
hubungan antara pengetahuan ibu, lingkungan, dan status gizi dengan kejadian
ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat
Inap Tahun 2021.
3. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian ISPA, yaitu proses
inflamasi yang di sebabkan oleh virus, bakteri, mycoplasma, atau aspirasi
substansia asing yang melibatkan suatu atau semua bagian seluran pernapasan
pada balita umur 0-59 bulan.
4. Berdasarkan hasil penelitian diketahui angka penderita ISPA pada balita sebesar
67%. Ada hubungan antara pengetahuan ibu, ventilasi, kepadatan penduduk,
asap rokok dan status gizi dengan prevalensi ISPA pada balita di wilayah kerja
Balai Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru. Diperlukan edukasi melalui sosialisasi
atau pendidikan kesehatan kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru agar dapat meningkatkan
pemahaman/pengetahuan mengenai ISPA dan dampak negatif ekstrim dari
paparan ISPA. Selain itu, perlu dilakukan pembinaan tokoh masyarakat melalui
kolaborasi lintas sektor, sehingga tokoh diberikan peran langsung dalam
pendidikan masyarakat.

Jurnal 3

Judul Jurnal : Gambaran Faktor Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Balita
(Status Gizi dan Status Imunisasi) di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana

Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan (Nursing Update)

Penulis : Analizza Ina Lea, Ema Febriyanti, Simfrosa Olivia Trianista

Volume : 13 No.4

Halaman : 67-75

Tahun : 2022

Link Jurnal : https://stikes-nhm.e-journal.id/NU/article/view/893


Literature Review :

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit yang menginfeksi


saluran pernapasan atas dan menginfeksi seluruh bagian pernapasan bawah (alveoli)
seperti jaringan sinus, pleura dan rongga telinga tengah. Penyakit ini berlangsung 14
hari sehingga dikatakan termasuk penyakit infeksi akut. ISPA memiliki gejala seperti
demam, batuk kurang dari 2 minggu, pilek dan sakit tenggorokan. Kejadian ISPA pada
balita dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah status gizi dan status imunisasi
yang kurang lengkap. Penyakit ISPA merupakan penyakit utama kematian bayi dan
sering menempati urutan pertama angka kesakitan balita. ISPA biasa disebut sebagai
The Forgotten Pandemic atau pandemi yang terlupakan (Jalil, R. ,2018). Penyakit ISPA
pada balita masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat, masalah ini
penting untuk diperhatikan karena ISPA merupakan penyakit akut yang dapat
menyebabkan kematian pada balita diberbagai negara berkembang termasuk Indonesia.

Faktor :

1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa balita yang mengalami ISPA sebagian


besar memiliki status gizi baik sebanyak 67 balita dan sebagian besar status
imunisasi belum lengkap sebanyak 54 balita.
2. Dampak negatif penyakit ISPA dapat menyebabkan pneumonia yang
kronologisnya bisa mengakibatkan kematian jika tidak segera ditangani.
3. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Kupang tahun 2019, terdapat 11
puskesmas dengan kejadian ISPA terbanyak. Di antaranya yaitu Puskesmas
Sikumana yang menempati urutan pertama kejadian ISPA terbanyak dengan
presentase sebesar 4.165 kasus (DINKES, 2019). Pada tahun 2020 jumlah kasus
ISPA pada balita di Kota Kupang adalah 15.423 kasus dan puskesmas sikumana
menempati urutan pertama kejadian ISPA terbanyak yaitu 3.107 kasus
(DINKES, 2020). Data yang di ambil dari puskesmas sikumana tahun 2021
bulan agustus jumlah kasus ISPA sebanyak 678 kasus (Puskesmas
Sikumana, 2021).
4. Kejadian ISPA sering kita temukan khususnya pada balita. Anak yang
mengalami penyakit ISPA memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. ISPA
menyerang langsung ke saluran pernapasan bagian atas melalui mata, mulut dan
hidung. Penyakit ini dapat menular apabila virus atau bakteri yang terbawa
dalam droplet terhirup oleh orang sehat. Droplet penderita dapat disebarkan
melalui batuk atau bersin. Proses terjadinya penyakit setelah agent penyakit
terhirup berlangsung dalam masa inkubasi selama 1 sampai 4 hari untuk
berkembang dan menimbulkan ISPA. Kualitas lingkungan udara juga dapat
menentukan berbagai macam transmisi penyakit (Putra, Yuhendri, and Sekar Sri
Wulandari, 2019). Gejala awal munculnya ISPA diawali dengan panas disertai
gejala seperti tenggorokan terasa sakit atau nyeri saat menelan, pilek, batuk
kering dan berdahak (Maulana, 2021).
5. Faktor status gizi juga mempengaruhi kejadian ISPA pada Balita. Balita dengan
status gizi normal memiliki imun tubuh yang baik sehingga terhindar dari
berbagai penyakit termasuk ISPA. Penelitian sebelumnya di Kecamatan Alak
Kota Kupang menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian
ISPA pada Balita (Niga, 2017). Penelitian tersebut menemukan bahwa jumlah
Balita dengan status gizi normal yang tidak menderita ISPA lebih besar
dibandingkan jumlah balita dengan status gizi kurang yang tidak menderita
ISPA. Status gizi yang kurang menyebabkan proses terganggunya sistem
hormonal dan pertahanan tubuh pada Balita sehingga mempermudah untuk
terjadinya penyakit infeksi (Hadiana, 2013). Belum ada penelitian sebelumnya
yang mengidentifikasi factor status gizi dan imunisasi pada balita yang
mengalami ISPA di Puskesmas Sikumana.

Rangkuman :
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang
banyak di jumpai pada anak usia balita (0-59 bulan) dikarenakan pada usia ini
merupakan usia yang rawan terserang penyakit infeksi. Infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) saat ini masih menjadi masalah di Indonesia bahkan di dunia. ISPA menjadi
penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa infeksi saluran pernapasan akut merupakan
penyakit menular yang menduduki peringkat teratas penyebab kematian pada anak
balita (WHO, 2020).

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang menyerang
satu komponen saluran pernapasan. Terutama pernapasan bagian atas meliputi hidung,
sinus, faring, dan laring. Infeksi ini dapat menimbulkan sejumlah gejala. Mulai dari
batuk, pilek, dan demam. Selain itu, gangguan pernapasan ini juga sangat mudah
menular dan siapapun dapat mengalaminya. Khususnya anak-anak dan mereka yang
berusia lanjut (lansia). Adapun Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi yang
terjadi pada saluran pernapasan. Baik saluran pernapasan atas maupun bawah. Contoh
infeksi saluran pernapasan atas, adalah flu biasa, epiglottitis, radang tenggorokan,
faringitis, dan sinusitis (infeksi sinus). Sementara itu, infeksi saluran pernapasan bawah
dapat meliputi infeksi bakteri, Staphylococcus aureus atau infeksi jamur.

Metode : Streangths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT)

a. Streangths : Kekuatan dari materi ISPA pada Balita yaitu memiliki beberapa
landasan teori yang jelas dan pasti. Serta diadakannya suatu program pemerintah
untuk menanggulangi ISPA.
b. Weaknesses : kelemahan dari materi ISPA pada Balita yaitu karena faktor
penyebab dari responden yang diketahui bahwa mayoritas/sebagian besar
memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang penyakit ISPA.
c. Opportunities : Peluang dari materi ini yaitu, respondem yang mau
berpartisipasi, dan ada keinginan untuk mencoba menanggulangi ISPA pada
balita.
d. Threats : Ancaman yang timbul dari materi ini yaitu, jika orang tua kurang
memahami tentang ISPA maka salah satu contohnya akan menaikkan angka
kematian balita akibat pneumonia dan menaikkan angka kesakitan pneumonia.

SOLUSI

Kelemahan
IFAS (Weaknesses)
Kekuatan (Streangths)
kelemahan dari materi
Kekuatan dari materi ISPA pada
ISPA pada Balita yaitu
Balita yaitu memiliki beberapa
karena faktor penyebab
landasan teori yang jelas dan pasti.
dari responden yang
Serta diadakannya suatu program
diketahui bahwa
EFAS pemerintah untuk menanggulangi
mayoritas/sebagian besar
ISPA.
memiliki pengetahuan
yang kurang baik tentang
penyakit ISPA pada balita.
Peluang
(Opportunities) Memanfaatkan situasi
Peluang dari materi Melibatkan puskesmas atau pengetahuan beberapa
ini yaitu, respondem posyandu dengan memanfaatkan orang tua yang sangat
yang mau partisipasi dari orang tua balita kurang, jadi peluang rasa
berpartisipasi, dan untuk program pemberian ingin tau orangtua sangat
ada keinginan untuk imunisasi lengkap yang besar tentang apa saja
berpengaruh terhadap status proteksi untuk kesehatan
mencoba
kesehatan anak dalam menerima balita yang notabenenya
menanggulangi
penyakit. masuk kedalam situasi
ISPA pada balita.
rentan terinfeksi virus.
Ancaman (Threats)
Ancaman yang Melibatkan puskesmas dan Memberikan edukasi
timbul dari materi posyandu, untuk mengedukasi dan tentang pentingnya
ini yaitu, jika orang mengajak orangtua untuk imunisasi pada balita, guna
tua kurang mengikuti program P2 (program menurunkan risiko
memahami tentang pemberantasan dan tingginya angka kematian
ISPA maka salah penanggulangan). ISPA guna dan kesakitan akibat
satu contohnya akan menurunkn angka kematian dan ISPA.
menaikkan angka menurunkan angka kesakitan balita.
kematian balita
akibat pneumonia
dan menaikkan
angka kesakitan
pneumonia.

Anda mungkin juga menyukai