Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUN, SIKAP IBU DAN DUKUNGAN SUAMI

DENGAN PENCEGAHAN PNUEMONIA DI WILAYAH KERJA UPT.


PUSKESMAS ASTAMBUL TAHUN 2019

Muhammad Kaspi1, Fahrurazi2, Akhmad Fauzan3


Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arysad Al Banjari
Fakultas Kesehatan Masyarakat
E-mail. @kasfyalkahfy@gmail.com/No. Hp. 0856-5115-5219

ABSTRAK

Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Penyakit ini menyumbang 16%
dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun, yang menyebabkan kematian 920.136 balita atau
lebih dari 2.500 per hari, atau diperkirakan 2 anak Balita meninggal setiap menit pada tahun 201 5.
Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini
adalah semua ibu balita yang datang ke posyandu dengan kategori posyandu punama dengan
jumlah sampel 100 responden. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik proportional
random sampling dan teknik stratified random sampling. Hasil penelitian diperoleh ada hubungan
antara tingkat pengetahuan (p-value=0,000), sikap ibu (p-value=0,000), dukungan suami (p-
value=0,000) dengan pencegahan pneumonia. Kesimpulan penelitian ini ada hubungan
pengetahuan, sikap ibu dan dukungan suami dengan pencegahan pneumonia di wilaha kerja UPT.
Puskesmas Astambul Tahun 2019. Disarankan kepada masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap yang masih kurang baik dalam hal ini lebih berperan aktif baik ibu dan juga
suami sebagai kepala keluarga.

KATA KUNCI : Pengetahuan; Sikap; Dukungan Suami; Pneumonia


LITERATUR : 49 (1958-2019)

____________________________________________________________________________

Pneumonia is the leading cause of infant mortality in the world. This disease accounts
for 16% of all deaths of children under 5 years, which causes the deaths of 920,136 infants or more
than 2,500 per day, or an estimated 2 children under five die every minute in 2015. This type of
research is an analytical survey with a cross sectional approach. The sample of this study was all
mothers of children under five who came to the posyandu with the category of punama posyandu
with a sample of 100 respondents. Sampling using proportional random sampling techniques and
stratified random sampling techniques. The results showed that there was a relationship between
the level of knowledge (p-value = 0.000), mother's attitude (p-value = 0.000), husband's support
(p-value = 0.000) with prevention of pneumonia. The conclusion of this study is the relationship
between knowledge, mother's attitude and husband's support for prevention of pneumonia in the
UPT work area. Astambul Health Center in 2019. It is recommended to increase knowledge,
attitude that is still not good in this case more active role both mother and husband as the head of
the family.

KEY WORDS: Knowledge, Attitudes, Husband Support, Pneumonia


LITERATURES : : 49 (1958-2019)

PENDAHULUAN
Sebesar 15% kematian anak dibawah lima tahun di seluruh dunia disebabkan oleh
pneumonia. Menurut WHO tahun 2013, kematian akibat pneumonia diperkirakan sebanyak
935.000 anak di bawah usia lima tahun, (WHO, 2014). Pneumonia merupakan penyebab utama
kematian balita di dunia. Penyakit ini menyumbang 16% dari seluruh kematian anak di bawah 5
tahun, yang menyebabkan kematian 920.136 balita atau lebih dari 2.500 per hari, atau diperkirakan
2 anak Balita meninggal setiap menit pada tahun 2015. (WHO, 2017).
Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang pada jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit
pneumonia adalah hal yang menjadi penyebab utama dalam kematian balita di Indonesia ataupun
di dunia, tetapi hal ini tidak menjadi perhatian khusus. Oleh karena itu, penyakit yang satu ini
sering disebut dengan Pembunuh Balita Yang Terlupakan (The Forgotten Killer of Children)
(Depkes RI, 2009). Di Indonesia kasus pneumonia masuk kedalam sepuluh besar penyakit rawat
inap di rumah sakit (Depkes RI, 2011).
Jumlah kasus Pneumonia balita di Indonesia sampai Tahun 2014, angka cakupan penemuan
pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 20-30%.
Peningkatan cakupan pada tahun 2015-2017 dikarenakan adanya perubahan angka perkiraan kasus
dari 10% menjadi 3,55%, selain itu ada peningkatan dalam kelengkapan pelaporan dari 91.91%
pada tahun 2015 menjadi 94,12% pada tahun 2016 dan 90,30% pada tahun 2017 (Kemenkes RI,
2014).
Menurut Riskesdas tahun 2007, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua
pada balita yaitu 13,2% setelah diare 17,2%. Berdasarkan data dari Riskesdes tahun 2013 tentang
Prevalensi Pneumonia Berdasarkan Dianosis Nakes di Kalimantan Selatan yaitu 1.0% dan Data
Riskesdas Tahun 2018 yaitu 1,5%.
Untuk mengurangi terjadinya penyakit pneumonia maka pencegahan perlu dilakukan.
Pencegahan pneumonia selain dengan menghindarkan atau menggurangi faktor risiko dapat
dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu dengan pendekatan pendidikan kesehatan di
komunitas, perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam hal memanfaatkan pedoman
diagnosis dan pengobatan pneumonia, penggunaan antibiotik yang benar dan efektif, dan waktu
untuk merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang pneumonia berat. Peningkatan gizi termasuk
pemberian ASI eksklusif dan asupan zinc, peningkatan cakupan imunisasi, dan pengurangan
polusi udara didalam ruangan dapat pula mengurangi faktor risiko. Selain itu mencuci tangan juga
dapat mengurangi kejadian pneumonia (Weber M, F, M Said dkk, 2010).
Menurut konsep perilaku L.Green salah satu yang berpengaruh terhadap kesehatan
seseorang adalah pengetahuan dan sikap seseorang. Pengetahuan tentunya berperan penting,
karena dengan memiliki pengetahuan yang baik mengenai pneumonia, ibu bisa memutuskan sikap
apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan khususnya mengurangi resiko
kambuhnya pneumonia pada balitanya (Umrahwati dkk, 2013).
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal, akan tetapi juga
dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek
yang diketahui, akan menumbuhkan sikap yang semakin positif terhadap objek tersebut
(Syahrani , Santoso, & Sayono,2012).
Tingkat pengetahuan ini yang nantinya akan membentuk sikap seseorang terhadap sesuatu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi masih merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap seseorang akan mempengaruhi perilaku kesehatan, sikap positif
seseorang akan menghasilkan perilaku kesehatan yang positif pula (Notoatmodjo, 2007).
Dukungan suami dan pemberian perhatian akan membantu isteri dalam mendapatkan
kepercayaan diri dan dan harga diri sebagai seorang isteri, dengan perhatian suami membuat istri
meras lebih yakin, bahwa ia tidak saja tepat menjadi isteri, tetapi isteri juga akan bahagia mejadi
(calon) ibu bagi anak yang diandunganya (Admin, 2002). Dukungan yang diberikan orang lain
sangat mungkin untuk memberi sumbangan terhadap kestabilan psikologis seseorang
(Hersen,1983).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar Kasus Penumonipada Balita
yang ditemui dan ditangani di Kabupaten Banjar dari tahun 2016 ada 1769 orang (40,07%), Tahun
2017 ada 1802 orang (57,91%) (Dinkes Kabupaten Banjar, 2017).
Upaya dalam mengatasi kasus pneumonia di Puskesmas Astambul telah banyak dilakukan,
mulai dari pencegahan sampai pengobatan. Namun kasus pneumonia masih tetap tinggi, jumlah
data Bayi dan Balita pada Tahun 2017 yang mengalami Pneumonia sebanyak 276 orang dan di
tahun 2018 sebanyak 225 orang, memang mengalami penurunan tetapi ditahun 2018 Puskesmas
Astambul menempati Presentasi Puskesmas yang paling tinggi ditemukan Kasus Pneumonia yaitu
110,82%.
Kabupaten Banjar memiliki 24 Puskesmas dengan cakupan pneumonia yang berbeda-beda.
Salah satu Puskesmas yang memiliki jumlah kasus pneumonia yang ditemukan paling tinggi
adalah Puskesmas Astambul. Puskesmas Astambul merupakan salah satu dari tiga puskesmas
dengan kasus pneumonia tertinggi selama dua tahun terakhir.
Hasil Survei di Puskesmas Astambul setiap Minggu berdasarkan data Surveilans
Puskesmas Astambul, terhitung dari tanggal 02 Januari-23 Maret 2019 jumlah kasus pneumonia
sebanyak 30 orang yang terdata sampai saat ini, dari hal tersebut menunjukan bahwa masih cukup
tinggi data pneumonia dalam 3 bulan terakhir.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap ibu balita, dan dukungan suami dengan
pencegahan pneumonia di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Astambul Tahun 2019. Desain
penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengumpulan data yang menyangkut variabel
independen pengetahuan ibu balita, sikap ibu balita dan dukungan suami dan dependen
pencegahan pneumonia yang dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
Populasi yang dijadikan dalam penelitian ini adalah semua ibu balita yang datang ke
Posyandu wilayah Kerja UPT. Puskesmas Astambul Bulan Maret Tahun 2019 dengan jumlah
balita sebanyak 608 balita dari kategori posyandu purnama. Sampel dalam penelitian ini adalah
Ibu Balita yang datang ke Posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas Astambul dengan kategori
posyandu purnama dengan menggunakan teknik proportional random sampling, yaitu
pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata atau
setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau
wilayah ( Arikunto, 2006) dan teknik stratified random sampling dengan proses pengambilan
sampel melalui proses pembagian populasi kedalam starata dan menggabungkan ke dalam sebuah
sampel untuk menaksir parameter populasinya, dalam hal ini perkategori posyandu purnama,
setelah itu dilakukan teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak
sederhana.
Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari responden
ialah menggunakan kuesioner. Variabel dependen (terikat) Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah pengetahuan, sikap ibu balita dan dukungan suami. Variabel independent (bebas) Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah pencegahan pneumonia. Pengumpulan data, data primer
dikumpulkan dari hasil melakukan wawancara kepada responden menggunakan kuesioner, data
sekunder dikumpulkan dari instansi yang terkait.
Analisis menggunakan uji statistik chi-square dengan syarat tidak ada cell dari nilai frekuensi
kenyataan atau disebut juga Actual Count (F0) sebesar 0 (nol), apabila bentuk tabel ada 1 cell saja
yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count (“Fh”) kurang dari 5, kemudian
apabila bentuk tabel lebih dari 2x2, missal 3x2 maka jumlah cell dengan frekuensi harapan yang
kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Distribusi responden berdasarkan umur diketahui bahwa jumlah umur terbanyak pada
kelompok 20-24 tahun dengan jumlah 41 orang (41%), karakteristik responden pendidikan
terbanyak pada Tamat SLTP yaitu 45 orang (45%), karakteristik responden pekerjaan terbanyak
Ibu Rumah Tangga yaitu 58 (58%), karakteristik responden usia balita terbanyak 13-18 bulan yaitu
32 orang (32%), karakteristik responden BB Balita terbanyak yaitu 11,00-11,70 kg dengan 32
orang (32%), karakteristik responden TB Balita terbanyak yaitu 76,90-89,70 dengan 61 orang
(61%), karakteristik responden status imunisasi sebanyak 100 orang (100%) yaitu mendapatkan
imunisasi dan karakteristik responden kejadian terkena pneumonia sebanyak 70 orang (70%) tidak
pernah mengalami pneumonia.

Analisis Univariat
Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Pencegahan Pneumonia
Di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Astambul Tahun 2019
Pencegahan Pneumonia Frekuensi (orang) %
Baik 39 39,0
Cukup 31 31,0
Kurang 30 30,0
Total 100 100

Berdasarkan data tabel. 1 dapat diketahui responden dengan pencegahan pneumonia yang
baik sebanyak 39 responden (39,0%), pencegahan pneumonia yang cukup sebanyak 31 responden
(31,0%) dan pencegahan pneumonia yang kurang sebanyak 30 responden (30,0%). Berdasarkan
data tersebut, diketahui bahwa pencegahan pneumonia yang baik adalah jumlah terbanyak yaitu 39
responden (39,0%).
Menurut (Misnadiarly, 2011). Pencegahan yang dapat dilakukan adalah diantaranya
menghindari balita dari paparan asap rokok, polusi udara, dan tempat keramaian yang berpotensi
menjadi faktor penularan dan menghindari balita dari kontak penderita Pneumonia.
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang
memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai
media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang (Hendra, 2008).

Tabel. 2
Distirbusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Balita dengan Pencegahan Pneumonia di Wilayah Kerja
UPT. Puskesmas Astambul Tahun 2019
Pengetahuan Ibu Frekuensi (orang) %
Baik 17 17,0
Cukup 29 29,0
Kurang 54 54,0
Total 100 100

Berdasarkan data tabel. 2 dapat diketahui responden yang memiliki pengetahuan baik
sebanyak 17 responden (17,0%), pengetahuan cukup sebanyak 29 responden (29,0%) dan
pengetahuan kurang sebanyak 54 responden (54,0%), dari hal tersebut diketahui bahwa
pengetahuan kurang merupakan pengetahuan yang banyak didapatkan pada responden yaitu 54
responden (54,0%).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang
tentang sesuatu hal yang didapat secara formal maupun informal. Menurut teori Lawrence Green
menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan faktor awal dari suatu perilaku yang diharapkan dan
pada umumnya berkorelasi positif dengan perilaku.

Menurut (Hendra, 2008). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Adapun salah satu faktor tersebut adalah pendidikan, tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula
pengetahuannya.

Tabel. 3
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Balita dengan Pencegahan Pneumonia di Wilayah Kerja
UPT. Puskesmas Astambul Tahun 2019
Sikap Ibu Balita Frekuensi (orang) %
Positif 76 76,0
Negatif 24 24,0
Total 100 100

Berdasarkan data tabel. 3 dapat diketahui responden yang memiliki sikap ibu dengan
hasil positif sebanyak 76 responden (76,0%) sedangkan dengan sikap ibu dengan hasil negatif
sebanyak 24 responden (24,0%), dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa sikap ibu yang positif
adalah paling banyak pada penelitian ini yaitu 76 responden (76,0%).
Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif), dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Secord
dan Backman, 2012). Sikap merupakan adanya sebuah pernyataan dalam sebuah objek, orang
ataupun peristiwa, di mana dapat mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu serta adanya
evaluasi umum yang dilakukan manusia terhadap dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi atau
respon terhadap stimulus di mana menimbulkan perasaan atau sikap dengan tindakan yang sesuai
terhadap objek tersebut.
Menurut (Notoatmodjo, 2003). Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi masih merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, sikap seseorang akan
mempengaruhi kesehatan seseorang.
Tabel. 4
Distribusi Frekuensi Dukungan Suami dengan Pencegahan Pneumonia di Wilayah Kerja UPT.
Puskesmas Astambul Tahun 2019
Dukungan Suami Frekuensi (orang) %
Baik 41 41,0
Cukup 42 42,0
Kurang 17 17,0
Total 100 100

Berdasarkan data tabel. 4 dapat diketahui responden dengan dukungan suami yang baik
sebanyak 41 responden (41,0%), dukungan suami yang cukup sebanyak 42 responden (42,0%) dan
dukungan suami yang kurang sebanyak 17 responden (17,0%), dari data tersebut diketahui bahwa
dukungan suami yang cukup adalah jawaban yang paling banyak yaitu 42 responden (42,0%).
Dukungan suami dalam hal ini merupakan pemberian perhatian suami terhadap istri,
dimana dilakukan secara psikologis dan memberikan dukungan moral serta emosional, dalam hal
ini dukungan suami tentu sangat berperan dalam keluarga terhadap istri dan anak, salahsatunya
ketika anak sedang mengalami sakit dan tindakan yang harus dilakukan ataupun bagaimana
melakukan pencegahan, dukungan suami salah satunya adalah perhatian yaitu seorang istri tentu
membutuhkan yang namanya sebuah perhatian, tidak ada istri yang tidak ingin diperhatikan, tetapi
dalam hal ini tentu bagaimana perhatian seorang suami terhadap anaknya yang sedang sakit untuk
bisa lebih memperhatikan seperti biasanya (Jacinta, 2005).
Menurut (Jacinta, 2005). Dukungan suami dalam hal ini merupakan pemberian
perhatian suami terhadap istri, dimana dilakukan secara psikologis dan memberikan dukungan
moral serta emosional, dalam hal ini dukungan suami tentu sangat berperan dalam keluarga
terhadap istri dan anak, salahsatunya ketika anak sedang mengalami sakit dan tindakan yang harus
dilakukan ataupun bagaimana melakukan pencegahan, dukungan suami diantarannya adalah
motivasi, di mana sebagai seorang suami tentunya memberikan motivasi kepada istri untuk
permasalahan yang dihadapi dalam rumah tangga serta dalam merawat anak ketika sedang sakit.
Analisis Bivariat
Tabel. 5
Hubungan Pengetahuan Ibu Balita dengan Pencegahan Pneumonia di Wilayah Kerja UPT.
Puskesmas Astambul Tahun 2019
Pengetahuan Pencegahan Pneumonia
Total (%) p-value
Ibu Baik % Cukup % Kurang %
Baik 15 88,2 1 5,9 1 5,9 17 100,0
Cukup 15 51,7 9 31,0 5 17,2 29 100,0
0,000
Kurang 9 16,7 21 38,9 24 44,4 54 100,0
Total 39 39,0 31 31,0 30 30,0 100 100,0

Berdasarkan tabel. 5 diketahui bahwa pengetahuan ibu yang baik dengan pencegahan
pneumonia yang baik adalah 15 responden (88,2%), pencegahan pneumonia yang cukup adalah 1
responden (5,9%) dan pencegahan pneumonia yang kurang 1 responden (5,9%). Kemudian
pengetahuan ibu yang cukup dengan pencegahan pneumonia yang baik adalah 15 responden
(51,7%), pencegahan pneumonia yang cukup adalah 9 responden (31,0%) dan pencegahan
pneumonia kurang adalah 5 responden (17,2%), sedangkan pengetahuan ibu yang kurang dengan
pencegahan pneumonia yang baik adalah 9 responden (16,7%), pencegahan pneumonia yang
cukup adalah 21 responden (38,9%), pencegahan pneumonia yang kurang adalah 24 responden
(44,4%). Hasil analisis Uji Chi Square diperoleh p-value = 0,000 artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara hubungan pengetahuan ibu dengan pencegahan pneumonia.
Menurut (Notoatmodjo, 2003) Pengetahuan tentu sangat penting untuk melakukan dalam
beberapa kehidupan yang dilakukan setiap hari, diantaranya dengan pengetahuan yang dimiliki
bertambah, maka semakin baik dalam penerapan yang dilakukan. dalam hal ini pengetahuan dalam
pencegahan penyakit pneumonia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pendidikan dan
pekerjan, pendidikan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah
menerima masukan ide-ide dan teknologi, pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan
kualitas manusia, dalam hal ini bagaimana dengan pendidikan yang dimiliki mampu menerapkan
untuk melindungi keluarga. Kemudian Pekerjaan yang dilakukan untuk menunjang kehidupannya
dan kehidupan keluarga, pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak cara mencari
nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan, sedangkan bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan keluarga, sehingga bagaimana ketika bekerja tidak lepas dari tanggungjawab
dalam keluarga dan juga bisa melakukan. Berdasarkan penelitian penelitian ini di dapatkan
pendidikan SLTP menjadi pendidikan yang paling banyak dan bahkan ada yang tidak tamat SD,
sedangkan untuk pekerjaan paling banyak ibu rumah tangga.
Mereka yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, akan lebih mudah terkena
pneumonia dikarenakan mereka kurang mengerti hal apa saja yang berhubungan dan yang dapat
mencegah terjadinya pneumonia pada balita mereka, dengan tingkat pengetahuan semakin baik
maka kemungkinan untuk terjadinya pneumonia akan semakin kecil. Di mana diketahui informasi
akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki
pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media
misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang
(Hendra, 2008).
Menurut Depkes RI (2009). Status Imunisasi Campak, pertusis, difteri dan beberapa
penyakit lain dapat meningkatkan resiko terkena pneumonia. Sebagian besar kematian pneumonia
berasal dari jenis pneumonia yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, maka peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan
pneumonia. Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap bila terserang penyakit
diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat.

Tabel. 6
Hubungan Sikap Ibu Balita dengan Pencegahan Pneumonia di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas
Astambul Tahun 2019
Sikap Pencegahan Pneumonia
Total (%) p-value
Ibu Baik % Cukup % Kurang %
Positif 11 14,5
37 48,7 28 36,8% 76 100,0
%
0,000
Negatif 2 8,3 3 12,5 19 79,3 24 100,0
Total 39 39,0 31 31,0 30 30,0 100 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa sikap ibu yang positif dengan pencegahan
pneumonia yang baik adalah 37 responden (48,7%), pencegahan pneumonia yang cukup adalah 28
responden (36,8%) dan pencegahan pneumonia yang kurang adalah 11 responden (14,5%),
sedangkan sikap ibu yang negatif dengan pencegahan pneumonia yang baik adalah 2 responden
(8,3%), pencegahan pneumonia yang cukup 3 responden (12,5%) dan pencegahan pneumonia
yang kurang adalah 19 responden (79,3%). Hasil analisis Uji Chi Square diperoleh p-value =
0,000 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan sikap ibu balita dengan
pencegahan pneumonia.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi masih merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap seseorang akan mempengaruhi perilaku kesehatan,
sikap positif seseorang akan menghasilkan perilaku kesehatan yang positif pula. Sedangkan sikap
yang negatif akan menghasilkan perilaku kesehatan yang negatif pula. Sikap positif adalah suatu
sikap yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan yang berlaku, sedangkan sikap negatif adalah sikap
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan yang berlaku. Sikap positif disini adalah orang tua
sudah benar dalam bersikap tentang hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan ketika balita sakit
dan bagaimana pencegahannya. Sedangkan sikap negatif, orang tua belum benar dalam bersikap
tentang hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan ketika balita sakit dan bagaimana
pencegahannya. Sikap yang positif dari responden kemungkinan disebabkan pengalaman
responden yang banyak dan pembentukan sikap yang baik sehingga melahirkan pola pikir yang
baik, serta keyakinan dan emosi yang baik (Notoatmodjo,2003).

Tabel. 7
Hubungan Dukungan Suami dengan Pencegahan Pneumonia di Wilayah Kerja UPT.
Puskesmas Astambul Tahun 2019
Dukungan Pencegahan Pneumonia
Total (%) p-value
Suami Baik % Cukup % Kurang %
Baik 35 85,4 5 12,2 1 2,4 41 100,0
Cukup 3 7,1 22 52,4 17 40,5 42 100,0
0,000
Kurang 1 5,9 4 23,5 12 70,6 17 100,0
Total 39 39,0 31 31,0 30 30,0 100 100,0

Berdasarkan tabel. 7 diketahui bahwa dukungan suami yang baik dengan pencegahan
pneumonia yang baik adalah 35 responden (85,4%), pencegahan pneumonia yang cukup adalah 5
responden (12,2%) dan pencegahan pneumonia yang kurang adalah 1 responden (2,4%),
Kemudian dukungan suami yang cukup dengan pencegahan pneumonia yang baik adalah 3
responden (7,1%), pencegahan pneumonia yang cukup adalah 22 responden (52,4%) dan
pencegahan pneumonia yang kurang adalah 17 responden (40,5%). Sedangkan dukungan suami
yang kurang dengan pencegahan pneumonia yang baik adalah 1 responden (5,9%), pencegahan
pneumonia yang cukup adalah 4 responden (23,5%) dan pencegahan pneumonia yang kurang
adalah 12 responden (70,6%). Hasil analisis Uji Chi Square diperoleh p-value =0,000 artinya
terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan suami dengan pencegahan pneumonia.
Menurut (Jacinta, 2005). Dukungan suami diterjemahkan sebagai sikap penuh perhatian
yang ditujukan dalam bentuk kerjasama yang baik, serta memberikan dukungan moral dan
emosional. Dukungan suami merupakan pemberian perhatian suami terhadap istri, yang dilakukan
secara psikologis, baik berupa motivasi, perhatian dan penerimaan, dalam hal ini dukungan suami
berupa hubungan bersifat menolong dan memiliki nilai khusus terhadap istri dalam ikatan-ikatan
yang bersifat positif.
Menurut (Jacinta, 2005). Dukungan suami dalam hal ini merupakan pemberian perhatian
suami terhadap istri, dimana dilakukan secara psikologis dan memberikan dukungan moral serta
emosional, dalam hal ini dukungan suami tentu sangat berperan dalam keluarga terhadap istri dan
anak, salahsatunya ketika anak sedang mengalami sakit dan tindakan yang harus dilakukan
ataupun bagaimana melakukan pencegahan.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap ibu balita dan
dukungan suami dengan pencegahan pneumonia di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Astambul
Tahun 2019, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
Kesimpulan
Diketahui hasil pencegahan pneumonia yang baik merupakan responden terbanyak yaitu 39
responden (39,0%). Pengetahuan ibu yang kurang merupakan responden terbanyak yaitu 54
responden (54,0%). Sikap ibu yang positif merupakan responden terbanyak yaitu 76 responden
(64,0%). Dukungan suami yang cukup merupakan responden terbanyak yaitu 42 responden
(42,0%). Terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan pengetahuan ibu dengan
pencegahan pneumonia dengan p-value = 0,000. Terdapat hubungan yang bermakna antara
hubungan sikap ibu dengan pencegahan pneumonia dengan p-value = 0,000 dan Terdapat
hubungan yang bermakna antara hubungan dukungan suami dengan pencegahan pneumonia
dengan p-value = 0,000.
Saran
Bagi Instansi Kesehatan Terkait : Meningkatkan penggunaan media komunikasi,
informasi, dan edukasi kepada masyarakat dalam permasalahan pencegahan pneumonia pada
balita, dalam hal ini adalah penggunaan media yang tersedia seperti poster, leaflet, atau media
sosial sehingga dapat membantu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga
seperti suami dalam melakukan pencegahan pneumonia untuk dapat mengurangi resiko terjadinya
penyakit pneumonia pada balita. Bagi Masyarakat di wilayah kerja UPT. Puskesmas Astambul :
Masyarakat diharapkan agar dapat meningkatan pengetahuan, sikap yang masih kurang baik dalam
hal ini lebih berperan aktif baik ibu dan juga suami sebagai kepala keluarga, dimana mereka aktif
dalam mencari informasi tentang kesehatan kepada keluarga, tetangga dan lingkungan sekitar
maupun dengan media sosial lainnya mengenai penyakit pneumonia dan cara pencegahannya.
Bagi Peneliti Selanjutnya : Dapat dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan jenis desain
penelitian yang berbeda mengenai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan pneumonia pada
balita, misalnya dengan variabel penularan pneumonia.

REFERENSI
Admin. 2002. Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif (http://stikesmuhla.ac.id).
Diakses tanggal 28 Maret 2019.
Arikunto, S. 2006. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Proses Edisi Revisi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Info Penyakit Menular. Jakarta. : Depkes RI.
------,2011. Sistem Kesehatan. Jakarta. : Depkes RI.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, 2019, Profil Kesehatan Kabupaten Banjar Tahun 2018,
Banjar : Dinkes Banjar.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, 2017, Profil Kesehatan Kabupaten Banjar Tahun 2016,
Banjar : Dinkes Banjar.
Hendra. 2008. Pengaruh Pemahaman Materi dan Hak Asasi Manusia Terhadap Sikap
Kemanusian Siswa Kelas VII di SMP Negeri 2 Hulu Sungka Bandar Lampung :
Universitas Lampung.
Hersen. 1993, Hubungan Dukungan Suami dengan Motivasi ibu post partum dalam pemberian
ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo.
(http://download,portalgaruda.org). Diakses tanggal 30 Maret 2019.
Jacinta, Rini F. 2005. Pensiun dan Pengaruhnya. Http://www.epsokologi.com/usia/pensiun.html.
Misnadiarly, 2018. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia
Lanjut, Pustaka Obor Populer, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Pendidikan dan Promosi Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
--------,2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Riskesdas, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia, Jakarta 2013.
Secord dan Backman. 2012. Pengaruh Sikap dan Motivasi Masyarakat Terhadap Partisipasi
Dalam Pelaksanaan Kegiatan Siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar
Lampung, Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Syahrani, Santoso & Sayono. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang penatalaksanaan
ISPA terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu merawat balita ISPA dirumah.
Umrahwati, Alfiah A, dan St.Nurbaya, 2013, Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
ISPA Berulang pada Balita Di Puskesmas Watampone, ISSN, Volume 2 No.4, 2013,
hlm, 115-122.
Weber M. FHandy, M Said, CB Kartasasmita, Kusbiyantoro. 2010. Pneumonia balita. Dalam :
Panriwibowo S, A Tryadi, IS Indah, editor. Bulletin jendela epidemiologi. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
WHO. 2013. Pneumonia The Forgotten Killer of Children. Avenue Appia, Geneva. Switzerland.
--------,2017. The Global Burned of Disease: This figure includes pneumonia deaths that occur in
the neonatal period, but not those that are associated with measles, pertussis and HIV.
Geneva. Switzerland.
---------,2014, Penyakit Tidak Menular, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai