Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MINAT

IBU UNTUK MELAKUKAN IMUNISASI MR PADA ANAK USIA 9


BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANGEAN
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Nurlelawati Siaahan (1), Citra Dewi Anitasari (2), Riski Novera Yenita (3)
(1)
Mahasiswa Program Studi kebidanan Program Sarjana Terapan STIKes Al Insyirah
Pekanbaru UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan
Email : nurlelawati043@gmail.com
(2)
Program Studi kebidanan Program Sarjana Terapan STIKes Al Insyirah Pekanbaru
Email :
(3)
Program Studi kebidanan Program Sarjana Terapan STIKes Al Insyirah Pekanbaru
Email : qynas85@gmail.com

ABSTRAK
Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan pengendalian
rubella/Congenital Rubella Syndrom pada tahun 2020. Salah satu upaya untuk mencegah
penyakit campak dan rubella adalah dengan memberikan imunisasi MR. Cakupan imunisasi MR
di Riau masih sangat jauh dari target nasional yaitu dengan persentase cakupan 41,61%. Tujuan
penelitian ini untuk melihatFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk
Melakukan Imunisasi Measles Rubella Pada Anak Usia 9 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pangean Kabupaten Kuantan Singingi. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan
desain Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pangean.Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 9 bulan dengan jumlah sampel
60 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Intrumen penelitian
yang digunakan yaitu kuesioner. Data dianalisa secara univariat dan bivariat dengan
menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji statistik terdapat ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan ibu nilai p value 0,000, sikap nilai p value=,007 dan peran tokoh masyarakat p
value 0,014 dengan imunisasi MR pada anak usia 9 bulan. Sedangkan petugas kesehatan tidak
berhubungan dengan imunisasi MR pada anak usia 9 bulan nilai p value =0,288. Disarankan
kepada petugas kesehatan untuk melakukan upaya meningkatkan cakupan imunisasi Measles –
Rubella (MR) pada anak usia 9 bulan dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat
tentang pentingnya memberikan imunisasi tersebut pada anak.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Peran petugas kesehatan, Peran tokoh masyarakat, Imunisasi
MR
Referensi : 22 Buku, 12 Jurnal (2007 – 2018)
ABSTRACT
Indonesia has committed to achieve measles elimination and control of rubella / Congenital
Rubella Syndrome in 2020. One effort to prevent measles and rubella is by giving MR
immunization. MR immunization coverage in Riau is still very far from the national target, with
a percentage of coverage of 41.61%. The purpose of this study was to look at the Factors
Influencing the Low Interest of the Mother to Immunize the Measles Rubella in Children of 9
Months in the Work Area of Pangean Health Center, Kuantan Singingi District. This type of
research is analytic using a cross sectional design. This research was conducted in the working
area of Pangean Community Health Center. The population in this study were all mothers who
have 9-month-old children with a sample of 60 people. The instrument is cuesionerData were
analyzed univariately and bivariately using the Chi-Square test. Statistical test results show that
there is a significant relationship between mother's knowledge of p value 0,000, attitude value p
value = .007 and the role of community leaders p value 0.014 with MR immunization in children
aged 9 months. While health workers are not related to MR immunization in 9 month old
children, p value = 0.288. It is recommended to health workers to make efforts to increase the
coverage of Measles - Rubella (MR) immunization to children aged 9 months by providing
counseling to the public about the importance of providing such immunizations to children.
Keywords: Knowledge, Attitude, Role of health workers, Role of community leaders,
Immunization MR
References: 22 books, 12 journals (2007 - 2018)

PENDAHULUAN satu tertinggi sebesar 61.307 kasus,


mengalami penurunan 22% dari tahun 2017
Imunisasi merupakan upaya yang yakni 79.368 kasus. Indonesia merupakan
dilakukan untuk mencegah terjadinya salah satu dari 10 negara dengan incedence
penyakit infkesi yang dapat disebabkan oleh rate campak tertinggi yaitu 13,3% (3.436
adanya virus dan bakteri yang menyerang. kasus) dan termasuk urutan ke 3 tertinggi
Imunisasi adalah dilakukan secara pasif jumlah kasus rubella di kawasan Asia
dengan perpindahan suatu antibodi. Tenggara yaitu 2.245 kasus, di Indonesia
Imunisasi bekerja dengan cara merangsang tercatat kasus rubella tertinggi terjadi tahun
sistem kekebalan tubuh, sistem tersebut 2017 dengan total 4.349 kasus dinyatakan
melawan penyakit alami tubuh dengan (+) rubella, mengalami penurunan pada
mengahasilkan antibodi yang berfungsi tahun 2018 sekitar 80% 862 kasus (WHO,
untuk melawan dan menghancurkan bakteri 2018).
dan virus didialam tubuh (Alwina, 2016).
Setiap tahun melalui kegiatan surveilans
WHO (2018) menyatakan di seluruh dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspect
dunia tahun 2017 terdapat 16.149 kasus campak dan dari hasil konfirmasi
rubella dan 149.623 kasus campak, laboratorium, 12 – 39% diantaranya adalah
sedangkan tahun 2018 dilaporkan terdapat campak pasti (lab confirmed) sedangkan 16
154.627 kasus campak dan 7.196 kasus – 43% adalah rubella pasti. Dari tahun 2010
rubella. Laporan WHO sampai November sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164
tahun 2018 dicatat bahwa kawasan Asia kasus campak dan 30.463 kasus rubella. RS
Tenggara mempunyai kasus campak nomor sentinel CRS melaporkan 226 kasus CRS
yang terdiri dari 83 kasus pasti dan 143 persentase cakupan 41,61 %, ada beberapa
kasus klinis. Dari 83 kasus pasti (lab hal yang mempengaruhi antara lain sebagian
confirmed) yang dilaporkan, 77% menderita masyarakat menolak vaksin ini sesudah
kelainan jantung, 67,5% menderita katarak beredar di media sosial berita palsu tentang
dan dan 47 % menderita ketulian (Kemenkes isu haram vaksin MR, serta berita yang
RI, 2017). tidak akurat beredar di tengah masyarakat
baik secara lisan maupun media lain, yang
Indonesia telah berkomitmen untuk menyatakan bahwa efek samping vaksin MR
mencapai eliminasi campak dan menyebabkan anak menjadi sakit, lumpuh,
pengendalian rubella/Congenital Rubella autisme, cacat bahkan meninggal dunia.
Syndrom pada tahun 2020. Berdasarkan Selain itu, pemahaman masyarakat
hasil surveilans dan cakupan imunisasi, khususnya orang tua masih rendah,
maka imunisasi campak rutin saja belum ditambah lagi oleh kelompok anti vaksin di
cukup untuk mencapai target eliminasi media sosial dan blog bahwa vaksin MR
campak. Dampak buruk yang ditimbulkan mengandung enzim babi padahal enzim ini
penyakit campak dan rubella. Pemerintah berfungsi sebagai katalisator dalam
indonesia berkomitmen tercapainya pembuatan namun akan hilang setelah
eliminasi penyakit campak dan pengendalian prosesnya selesai. Hal ini mendorong
rubella tahun 2020 melalui kampanye dan pandangan buruk masyarakat sehingga para
intoduksi Imunisasi MR. Untuk itu orang tua enggan untuk memberikan
pemerintah mengadakan program kampanye imunisasi MR pada anaknya (Profil
pemberian imunisasi vaksin MR secara Kesehatan Indonesia, 2017).
serentak di indonesia pada anak usia 9
bulan sampai dengan < 15 tahun sesuai Berdasarkan laporan dinas kesehatan
dengan keputusan menteri kesehatan kabupaten Kuantan Singingi tahun 2018
republik indonesia nomor tentang cakupan kampanye MR, cakupan
hk.01.07/menkes/45/2017 tentang terendah terdapat di kecamatan Koto Rajo
pelaksanaan kampanye dan introduksi 26,8%, kecamatan Baserah 29,8% dan
imunisasi measles rubella di indonesia kecamatan Pangean 38,5% (Dinkes
(Kemenkes RI, 2017). Kuansing, 2018). Berdasarkan laporan
Puskesmas Pangean cakupan capaian
Kegiatan kampanye imunisasi MR ini imunisasi MR di Puskesmas Pangean
akan dilaksanakan dalam dua fase yaitu fase sampai bulan Desember 2017 sangat rendah
I pada bulan Agustus - September 2017 di yaitu 6,67%. Berdasarkan laporan
seluruh Pulau Jawa dan fase II pada bulan Puskesmas Pangean pada tahun 2018
Agustus -September 2018 di seluruh Pulau cakupan imunisasi MR terendah yaitu di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Desa Padang Kunik (15,4%) dan Desa Pauh
Tenggara, Maluku dan Papua. Target Angit Hulu (16,7%), sedangkan pada tahun
cakupan imunisasi MR yaitu 95% seluruh 2019 cakupan imunisasi MR terendah yaitu
anak usia 9 bulan – 15 tahun, pencapaian di desa Padang Tanggung (30,8%), desa
imunisasi MR di Pulau Jawa yakni 100% Koto (45,5%), desa Pauh Angit Hulu
dan bisa dikatakan seluruh anak telah (47,4%) dan Desa Pauh Angit Hulu (50%)
diimunisasi (Ditjen P2P, 2017). (Laporan Tahunan Puskesmas Pangean,
2019).
Cakupan imunisasi MR di Riau masih
sangat jauh dari target nasional yaitu dengan
Campak dan Rubella merupakan Kerja Puskesmas Mangarabombang
penyakit infeksi menular melalui saluran Kabupaten Takalar, hasil penelitian
nafas yang disebabkan oleh virus Campak menunjukkan bahwa. ada hubungan antara
dan Rubella. Batuk dan bersin dapat menjadi pengetahuan (p=0,000) dengan status
jalur masuknya virus campak maupun imunisasi campak. Sehingga perlu adanya
rubella (WHO, 2017). Campak merupakan peningkatan pengetahuan berupa sosialisasi
penyakit menular yang disebabkan oleh dari petugas kesehatan kepada masyarakat
virus genus Morbillivirus. Gejala campak tentang imunisasi campak melalui
muncul sekitar 10 hari setelah infeksi, dan penyuluhan maupun media sehingga
ruam coklat kemerahan muncul sekitar 14 masyarakat dapat bersikap positif dan
hari setelah infeksi. Gejala penyakit campak berperilaku positif karena tahu pentingnya
diantaranya demam tinggi, bercak imunisasi campak bagi anak.
kemerahan pada kulit (rash) dapat disertai
batuk dan atau pilek maupun konjungtivitis Berdasarkan survei awal yang peneliti
serta dapat mengakibatkan kematian apabila lakukan kepada 10 orang ibu yang memiliki
terdapat komplikasi penyerta seperti balita usia 9 bulan, 7 diantara mengatakan
pneumonia, diare, dan meningitis (Ditjen anaknya tidak di Imunisasi MR karena ibu
P2P, 2016). tidak mengetahui manfaat dan dampak
imunisasi tersebut serta diantaranya ada
Peran ibu dalam program imunisasi yang mengatakan bahwa imunisasi itu
sangat penting, sehingga pemahaman ibu dilarang dalam agama sehingga mereka
tentang imunisasi sangat diperlukan, enggan untuk mengizinkan anaknya diberi
perilaku, sikap, kepercayaan, tradisi, imunisasi. Dari 7 orang ibu yang tidak
pekerjaan dan sebagainya dari orang tua memberikan imunisasi MR kepada anaknya,
maupun dari masyarakat yang bersangkutan 1 orang anaknya mengalami penyakit
(Priyoto, 2015). Menurut hasil penelitian campak.
Sanewe et al, Ibu berperan dalam kebutuhan
imunisasi anaknya, ada beberapa faktor yang Berdasarkan latar belakang diatas, maka
dapat mempengaruhi diantaranya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
pengetahuan tentang vaksinasi dan tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
pendidikan ibu (Senewe et al, 2017). Dan Rendahnya Minat Ibu Untuk Melakukan
juga sebanding dengan hasil penelitian Imunisasi MR Pada Anak Usia 9 Bulan Di
Garaha yaitu Pengetahuan tentang vaksinasi Wilayah Kerja Puskesmas Pangean
yang baik akan mempengaruhi minat ibu Kabupaten Kuantan Singingi.
memvaksinasikan anaknya (Gahara, et al.,
2015). Ibu dengan pengetahuan yang tinggi METODE PENELITIAN
akan memberikan kebutuhan imunisasi
kepada anaknya serta memperhatikan waktu Tujuan penelitian ini untuk
yang tepat, begitu juga sebaliknya ibu melihatFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi
dengan pengetahuan rendah tidak akan Rendahnya Minat Ibu Untuk Melakukan
mengetahui imunisasi apa yang seharusnya Imunisasi Measles Rubella Pada Anak Usia
diberikan pada anaknya (Triana, 2016). 9 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pangean Kabupaten Kuantan Singingi. Jenis
Penelitian Jannah (2015) tentang penelitian ini adalah analitik dengan
Faktor Yang Berhubungan Dengan Status menggunakan desain Cross Sectional.
Imunisasi Campak Pada Batita di Wilayah Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pangean.Populasi dalam Intrumen penelitian yang digunakan yaitu
penelitian ini adalah seluruh ibu yang kuesioner. Data dianalisa secara univariat
memiliki anak usia 9 bulan dengan jumlah dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-
sampel 60 orang dengan teknik pengambilan Square.
sampel yaitu simple random sampling.

HASIL PENELITIAN
UNIVARIAT

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Imunisasi MR Pada Anak Usia 9 Bulan Di Wilayah KerjaPuskesmas
Pangean Kabupaten Kuantan Singingi

No Imunisasi MR Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Tidak 26 43,3
2 Ya 34 56,7
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat (56,7%) responden yang mendapatkan


bahwa dari 60 orang responden, 34 orang imunisasi MR.

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pangean
Kabupaten Kuantan Singingi

No Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Kurang 7 11,7
2 Cukup 20 33,3
3 Baik 33 55,0
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat (55,0%) responden memiliki tingkat


bahwa dari 60 orang responden, 33 orang pengetahuan yang baik.

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pangean
Kabupaten Kuantan Singingi
No Sikap Ibu Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Negatif 24 40,0
2 Positif 36 60,0
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat orang(60,0) responden memiliki sikap


bahwa dari 60 orang responden, 36 positif.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Dukungan Petugas Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pangean
Kabupaten Kuantan Singingi

Dukungan Petugas
No Frekuensi (f) Persentase (%)
Kesehatan
1 Tidak mendukung 22 36,7
2 Mendukung 38 63,3
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat responden memiliki yang mendapat


dilihat bahwa dari 60 orang dukungan dari petugas kesehatan
responden, 38 orang (63,3%)

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Peran Tokoh Masyarakat Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pangean Kabupaten Kuantan Singingi

No Peran masyarakat Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Tidak mendukung 25 41,7
2 Mendukung 35 58,3
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat (58,3%) responden yang mendapatkan


bahwa dari 60 orang responden, 35 orang dukungan dari tokoh masyarakat.

Tabel 4.6
Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Imunisasi MR Pada Anak Usia 9 Bulan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Pangean Kabupaten Kuantan Singingi

Tingkat Imunisasi MR Total P


pengetahuan Tidak Ya Value
N %
n % n %
Kurang 6 85,7 1 14,3 7 100
0,000
Cukup 15 75,0 5 25,0 20 100
Baik 5 15,2 28 84,8 33 100
Jumlah 26 43,3 34 56,7 60 100

Berdasarkan tabel 4.6 Hasil hubungan reponden yang tidak melakukan imunisasi
pengetahuan ibu dengan imunisasi MR pada MR.
anak usia 9 bulan diperoleh dari 7 orang Hasil uji statistik diperoleh nilai p
responden dengan tingkat pengetahuan yang =0,000 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan
kurang, terdapat sebanyak 6 orang (85,7%) ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan ibu dengan imunisasi MR pada anak usia 9 bulan.

Tabel 4.7
Hubungan Sikap Ibu Dengan Imunisasi MR Pada Anak Usia 9 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pangean Kabupaten Kuantan Singingi

Sikap Imunisasi MR Total P OR


Tidak Ya Value
N %
n % n %
Negatif 16 66,7 8 33,3 24 100 5,200
0,007
Positif 10 27,8 26 72,2 36 100 (1 – 15)
Jumlah 26 43,3 34 56,7 60 100

Berdasarkan tabel 4.6 Hasil hubungan ada hubungan yang signifikan antara sikap
sikap ibu dengan imunisasi MR pada anak ibu dengan imunisasi MR pada anak usia 9
usia 9 bulan diperoleh dari 24 orang bulan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
responden yang bersikap negatif, terdapat OR=5,200 artinya ibu yang bersikap negatif
sebanyak 16 orang (66,7%) reponden yang memiliki peluang 5,200 kali lebih besar
tidak melakukan imunisasi MR. tidak melakukan imunisasi MR pada
anaknya dibandingkan dengan ibu yang
Hasil uji statistik diperoleh nilai p bersikap positif.
=0,007 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan

Tabel 4.8
Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Imunisasi MR Pada Anak
Usia 9 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pangean
Kabupaten Kuantan Singingi

Dukungan Imunisasi MR Total P OR


petugas Value
kesehatan Tidak Ya
n % n % N %
Tidak 12 54,5 10 45,5 22 100 2,057
mendukung 0,288 (1 – 5)
Mendukung 14 36,8 24 63,2 38 100
Jumlah 26 43,3 34 56,7 60 100

Berdasarkan tabel 4.8 Hasil


hubungandukungan petugas kesehatan Hasil uji statistik diperoleh nilai p
dengan imunisasi MR pada anak usia 9 =0,288 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan
bulan diperoleh dari 22 orang responden tidak ada hubungan yang signifikan antara
yang tidak mendapatkan dukungan dari pengetahuan ibu dengan imunisasi MR pada
petugas kesehatan, terdapat sebanyak 12 anak usia 9 bulan. Dari hasil analisis
orang (54,5%) reponden yang tidak diperoleh pula nilai OR=2,057 artinya ibu
melakukan imunisasi MR. yang tidak mendapatkan dukungan dari
petugas kesehatan memiliki peluang 2,057 yang mendapat dukungan dari petugas
kali lebih besar tidak melakukan imunisasi kesehatan.
MR pada anaknya dibandingkan dengan ibu

Tabel 4.9
Hubungan Peran Tokoh Masyarakat Dengan Imunisasi MR Pada Anak Usia 9 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pangean Kabupaten Kuantan Singingi

Peran tokoh Imunisasi MR Total P OR


masyarakat Tidak Ya Value
N %
n % n %
Tidak 16 64,0 9 36,0 25 100 4,444
mendukung 0,014 (1 - 13)
Mendukung 10 28,6 25 71,4 35 100
Jumlah 26 43,3 34 56,7 60 100

Berdasarkan tabel 4.9 Hasil hubungan ada hubungan yang signifikan antara peran
peran tokoh masyarakat dengan imunisasi tokoh masyarakat dengan imunisasi MR
MR pada anak usia 9 bulan diperoleh dari 25 pada anak usia 9 bulan. Dari hasil analisis
orang responden yang tidak mendapatkan diperoleh pula nilai OR=4,444 artinya ibu
dukungan atau peran dari masyarakat, yang tidak mendapatkan dukungan atau
terdapat sebanyak 16 orang (64,0%) peran dari tokoh masyarakat memiliki
reponden yang tidak melakukan imunisasi peluang 4,444 kali lebih besar tidak
MR. melakukan imunisasi MR pada anaknya
dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan
Hasil uji statistik diperoleh nilai p dukungan atau peran dari tokoh masyarakat.
=0,014 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan

PEMBAHASAN tersebut maka ibu tidak akan tahu manfaat


imunisasi MR tersebut sehingga ibu tidak
1. Pengetahuan mau memberikan imunisasi MR tersebut
untuk anaknya. Ibu dengan pengetahuan
Hasil analisa univariat didapatkan
yang tinggi akan memberikan kebutuhan
bahwa dari 60 orang responden, terdapat 33
imunisasi kepada anaknya serta
orang (55,0%) responden memiliki tingkat
memperhatikan waktu yang tepat, begitu
pengetahuan yang baik. Hasil uji statistik
juga sebaliknya ibu dengan pengetahuan
diperoleh nilai p =0,000 (p < 0,05) maka
rendah tidak akan mengetahui imunisasi apa
dapat disimpulkan ada hubungan yang
yang seharusnya diberikan pada anaknya
signifikan antara pengetahuan ibu dengan
(Triana, 2016).
imunisasi MR pada anak usia 9 bulan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Menurut teori salah satu upaya
yang dilakukan oleh Jannah (2015) tentang
pencegahan yang dapat dilakukan agar anak
Faktor Yang Berhubungan Dengan Status
terhindar dari penyakit campak rubella yaitu
Imunisasi Campak Pada Batita di Wilayah
dengan melakukan imunisasi MR, namun
Kerja Puskesmas Mangarabombang
jika pengetahuan ibu kurang akan hal
Kabupaten Takalar, hasil penelitian Menurut teori Indonesia telah
menunjukkan bahwa. ada hubungan antara berkomitmen untuk mencapai eliminasi
pengetahuan (p=0,000) dengan status campak dan pengendalian
imunisasi campak. Sehingga perlu adanya rubella/Congenital Rubella Syndrom pada
peningkatan pengetahuan berupa sosialisasi tahun 2020. Berdasarkan hasil surveilans
dari petugas kesehatan kepada masyarakat dan cakupan imunisasi, maka imunisasi
tentang imunisasi campak melalui campak rutin saja belum cukup untuk
penyuluhan maupun media sehingga mencapai target eliminasi campak. Dampak
masyarakat dapat bersikap positif dan buruk yang ditimbulkan penyakit campak
berperilaku positif karena tahu pentingnya dan rubella. Pemerintah indonesia
imunisasi campak bagi anak. berkomitmen tercapainya eliminasi penyakit
campak dan pengendalian rubella tahun
Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan 2020 melalui kampanye dan intoduksi
berhubungan dengan imunisasi MR, hal ini Imunisasi MR. Untuk itu pemerintah
terjadi karena jika ibu banyak mengetahui mengadakan program kampanye pemberian
manfaat dari imunisasi tersebut maka ibu imunisasi vaksin MR secara serentak di
akan membawa anaknya melakukan indonesia pada anak usia 9 bulan sampai
imunisasi lanjutan MR. Dalam penelitian dengan < 15 tahun sesuai dengan keputusan
terdapat hubungan yang signifikan antara menteri kesehatan republik indonesia nomor
pengetahuan dengan pemberian imunisasi hk.01.07/menkes/45/2017 tentang
MR hal ini terbukti bahwa sebagian besar pelaksanaan kampanye dan introduksi
responden yang tingkat pengetahuannya imunisasi measles rubella di indonesia
kurang atau rendah tidak melakukan (Kemenkes RI, 2017).
imunisasi kepada anaknya, hal ini dipicu
karena mereka kurang mengetahui manfaat Penelitian ini didukung oleh hasil
dari imunisasi tersebut sehingga mereka penelitian hairunida (2012) yang
beranggapan imunisasi lanjutan tersebut menyatakan bahwa ada hubungan sikap ibu
tidak penting. dengan pemberian imunisasi MR. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p value
=0,011maka ada hubungan sikap dengan
2. Sikap imunisasi MR pada anak. Semakin baik
sikap ibu maka akan semakin meningkatkan
Hasil analisa univariat didapatkan dari keinginan ibu tersebut memberikan
60 orang responden, terdapat 36 orang imunisasi MR kepada anaknya.
(60,0) responden memiliki sikap positif.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p =0,007 (p Peneliti berasumsi bahwa, sikap
< 0,05) maka dapat disimpulkan ada merupakan salah satu faktor yang
hubungan yang signifikan antara sikap ibu berhubungan dengan cakupan imunisasi
dengan imunisasi MR pada anak usia 9 MR. Pernyataan tersebut terbukti pada
bulan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai penelitian ini yang menyatakan ada
OR=5,200 artinya ibu yang bersikap negatif hubungan yang bermakna antara sikap
memiliki peluang 5,200 kali lebih besar dengan imunisasi MR. Artinya semakin baik
tidak melakukan imunisasi MR pada sikap ibu maka ibu akan cenderung
anaknya dibandingkan dengan ibu yang membawa anaknya untuk di imunisasi.
bersikap positif.
3. Dukungan Petugas Kesehatan
Hasil analisa univariat didapatkan nilai p value =0,021 maka ada hubungan
bahwa dari 60 orang responden, terdapat 38 dukungan petugas kesehatan dengan
orang (63,3%) responden memiliki yang imunisasi MR pada anak. Penyuluhan
mendapat dukungan dari petugas kesehatan. ataupun edukasi yang diberikan petugas
Hasil uji statistik diperoleh nilai p =0,288 (p kesehatan kepada ibu dapat menambah
> 0,05) maka dapat disimpulkan tidak ada pengetahuan ibu tentang imunisasi MR
hubungan yang signifikan antara sehingga ibu termotivasi untuk memberikan
pengetahuan ibu dengan imunisasi MR pada imunisasi tersebut kepada anak mereka.
anak usia 9 bulan. Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR=2,057 artinya ibu Peneliti berasumsi bahwa, dalam
yang tidak mendapatkan dukungan dari penelitian ini tidak terdapat hubungan
petugas kesehatan memiliki peluang 2,057 dukungan petugas kesehatan dengan
kali lebih besar tidak melakukan imunisasi imunisasi MR. Namun petugas kesehatan
MR pada anaknya dibandingkan dengan ibu tetap berperan penting dalam meningkatkan
yang mendapat dukungan dari petugas derajat kesehatan salah satunya dalam
kesehatan. memberikan imunisasi MR pada anak.
Semakin sering petugas kesehatan
Menurut teori tenaga kesehatan memberikan edukasi dan penyuluhan
merupakan garda terdepan dalam tentang pentingnya imunisasi MR untuk
pelaksanaan program imunisasi. Oleh karena mencegah penyakit rubella maka akan
itu, pemerintah berupaya untuk meratakan semakin tinggi pula minat ibu untuk
perserabaran tenaga kesehatan di setiap membawa anak mereka melakukan
daerah agar pelayanan kesehatan, terutama imunisasi tersebut.
pelayanan imunisasi dapat dilaksanakan
dengan baik. Tenaga kesehatan
berkesempatan untuk mengetahui status 4. Peran Tokoh Masyarakat
imunisasi dengan kontak langsung dengan
anak atau orang tua. Tenaga kesehatan perlu
Hasil analisa univariat didapatkan dari
memahami pengetahuan tentang imunisasi
60 orang responden, 35 orang (58,3%)
dengan baik, seperti pentingnya imunisasi
responden yang mendapatkan dukungan dari
bagi balita, efek samping pemberian
tokoh masyarakat. Hasil uji statistik
imunisasi, kontraindikasi pemberian
diperoleh nilai p =0,014 (p < 0,05) maka
imunisasi, dan dampak yang akan timbul
dapat disimpulkan ada hubungan yang
bila anak tidak diberikan imunisasi. Tenaga
signifikan antara peran tokoh masyarakat
kesehatan harus dapat membantu
dengan imunisasi MR pada anak usia 9
memberikan pemahaman kepada orang tua
bulan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
dan membantu mengubah persepsi orang tua
OR=4,444 artinya ibu yang tidak
yang salah tentang imunisasi sehingga dapat
mendapatkan dukungan atau peran dari
meyakinkan ibu bahwa pemberian imunisasi
tokoh masyarakat memiliki peluang 4,444
tidak menimbulkan masalah kesehatan pada
kali lebih besar tidak melakukan imunisasi
anak (Widhiarto, 2016).
MR pada anaknya dibandingkan dengan ibu
Penelitian ini didukung oleh hasil yang mendapatkan dukungan atau peran dari
penelitian hairunida (2012) yang tokoh masyarakat.
menyatakan bahwa ada hubungan dukungan
Menurut teori dukungan dari tokoh
petugas kesehatan dengan pemberian
masyarakaty berkaitan dengan keberhasilan
imunisasi MR. Hasil uji statistik didapatkan
program imunisasi. Bentuk dukungan ini
melibatkan pemberian informasi, saran atau Wilayah Kerja Puskesmas Pangean
umpan balik tentang situasi dan kondisi Kabupaten Kuantan Singingi.
individu. Jenis informasi seperti ini dapat
menolong individu untuk mengenali dan 2. Ada hubungan yang signifikan antara
mengatasi masalah dengan lebih mudah. pengetahuan ibu dengan imunisasi MR
pada anak usia 9 bulan di Wilayah Kerja
Berdasarkan hasil penelitian yang Puskesmas Pangean Kabupaten Kuantan
dilakukan Rahmadani Anisa (2018) tentang Singingi dengan nilai p = 0,000.
faktor yang berhubungan dengan
kelengkapan imunisasi lanjutan menyakan 3. Ada hubungan yang signifikan antara
bahwa (67,3%) mendapatkan dukungan dari sikap ibu dengan imunisasi MR pada
tokoh masyarakat. hasil uji statistik anak usia 9 bulan di Wilayah Kerja
didapatkan nilai p value=0,013 maka ada Puskesmas Pangean Kabupaten Kuantan
hubungan antara dukungan dari masyarakat Singingi dengan nilai p = 0,007 dan
dengan keberhasilan cakupan imunisasi OR=5,200.
lanjutan pada anak termasuk imunisasi MR.
4. Tidak ada hubungan yang signifikan
Peneliti berasumsi bahwa, dalam
antara dukungan petugas kesehatan
penelitian ini ada hubungan tokoh
dengan imunisasi MR pada anak usia 9
masyatakat dengan cakupan imunisasi MR,
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
tokoh masyarkat dapat mempengaruhi
Pangean Kabupaten Kuantan Singingi
kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan
dengan nilai p = 0,288 dan OR=2,057.
masyarakat kita harus bisa berinteraksi
dnegan lingkungan sekitar dan mengikuti
5. Ada hubungan yang signifikan antara
adat budaya setempat. Ibu yang
peran tokoh masyarakat dengan imunisasi
mendapatkan dukungan dari tokoh
MR pada anak usia 9 bulan di Wilayah
masyarakat cenderung membawa anak
Kerja Puskesmas Pangean Kabupaten
mereka melakukan imunisasi MR. Salah
Kuantan Singingi dengan nilai p = 0,014
satu bentuk positif dari peran masyarakat
dan OR=4,444.
terhadap minat ibu melakukan imunisasi
MR kepada anaknya yaitu ajakan dari
SARAN
masyarakat setempat kepada ibu serta
adanya himbauan dari tokoh masyarakat
1. Bagi Puskesmas Pangean
setempat untuk memotivasi ibu agar mau
Bagi Dinas Kesehatandan khususnya di
membawa anaknya melakukan imunisasi
Wilayah kerja Puskesmas sebagai
MR.
informasi, bahan masukan dan upaya
KESIMPULAN meningkatkan cakupan imunisasi
Measles – Rubella (MR) pada anak usia
1. Sebagian besar yaitu (56,7%) responden 9 bulan.
mendapatkan imunisasi MR, (55,0%)
memiliki pengetahuan yang baik, 2. Bagi STIKes Al Insyirah
(60,0%) bersikap positif, (63,3%) Diharapkan hasil penelitian ini dapat
mendapat dukungan dari petugas menjadi bahan bacaan bagi institusi
kesehatan dan (58,3%) mendapat pendidikan khususnya tentang faktor-
dukungan dari tokoh masyarakat di faktor yang mempengaruhi rendahnya
minat ibu untuk melakukan imunisasi Azwar, Saifuddin. 2011. Metode Penelitian.
MR pada anak usia 9 bulan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

3. Bagi peneliti Bart, Smet. 2012. Psikologi Kesehatan. PT.


Diharapkan hasil penelitian ini dapat Gramedia Widiasarna Indonesia : Jakarta.
menambah pengetahuan dan wawasan
peneliti khususnya yang terkait dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kuantan
rendahnya cakupan Imunisasi Measles Singingi. 2018. Cakupan Imunisasi Pada
– Rubella (MR) pada anak usia 9 bulan. Anak Balita. Kuantan Singingi

4. Bagi peneliti Selanjutnya Ditjen P2P, K. R., 2016. Petunjuk Teknis


Diharapkan hasil penelitian ini dapat Kampanye Imunisasi Measles Rubella
menjadi gambaran bagi peneliti (MR). Jakarta: Kemenkes RI.
selanjutnya tentang apa saja faktor yang
Ditjen P2P, K. R., 2017. Petunjuk Teknis
berhubungan dengan pemberian
Kampanye Imunisasi Measles Rubella
imunisasi MR pada anak dan
(MR). Jakarta: Kemenkes RI.
diharapkan peneliti selanjutnya dapat
meneliti faktor lain yang berkaitan Friedman.2012. Keperawatan keluarga.
dengan imunisasi MR pada anak seperti Yogyakarta : Gosyen Publishing
pendidikan ibu, dukungan suami,
jumlah anak dan lainnya. Jannah et al. 2015. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Imunisasi
Campak Pada Batita Di Wilayah Kerja
DAFTAR PUSTAKA Puskesmas Mangarabombang Kabupaten
Takalar. Junal Kesehatan Masyarakat.
Al-Rahmad AH. 2013. Perolehan imunisasi
campak menurut faktor predisposisi, Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan
pendukung dan pendorong di Puskesmas Indonesia 2013. Keputusan Menteri
Lhoknga. Idea Nursing Journal. 6(1): 51–60 kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Alwina, dkk. 2016. Faktor-Faktor Yang Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan
Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Indonesia 2016. Keputusan Menteri
Hepatitis B 0. ISSN : 2339-1731. Vol 4 No kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
1.
Lisnawati, L., 2011. Generasi Sehat Melalui
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Imunisasi. Trans Info Media. Jakarta.
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta Maryunani, 2010. Faktor yang
Berhubungan dengan Cakupan Imunisasi
Astriani AAE. 2016. Faktor yang Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja
mempengaruhi tingkat kelengkapan Puskesmas Banto Skripsi. Yuliana
imunisasi lanjutan pada anak bawah tiga Makamban.
tahun di Puskesmas I Denpasar Selatan
Tahun 2016. skripsi. Denpasar : Program Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kedokteran Universitas Udayana
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Triana, V. 2016. Faktor Yang Berhubungan
Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta Dengan Pemberian Imunisasi Dasar
Lengkap Pada Bayi Tahun 2015. Jurnal
Priyoto. 2015. Perubahan Dalam Perilaku Kesehatan Mayarakat Andalas, Volume 10
Kesehatan. Cetakan I. Yogyakarta: Graha No. 2, pp. 123-135.
Ilmu.
Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye
Profil Kesehatan Indonesi. 2017. Riset Panduan Teoritis dan Praktis dalam
Kesehatan Dasar. RISKESDAS. Jakarta: Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.
Balitbang Kemenkes RI Bandung: Simbiosa Rekatama.

Puskesmas Pangean. 2019. Laporan Walgito, B. 2003. Pengantar Psikologi


Tahunan Puskesmas Pangean. Puskesmas Umum. Edisi ketiga. Andi. Yogyakarta.
Pangean
Wawan, A dan Dewi, M. 2011. Teori dan
Pujiasih K. 2017. Hubungan status pengukuran pengetahuan, sikap, dan
pekerjaan ibu dengan ketepatan waktu prilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
pemberian imunisasi pentavalen dan
campak lanjutan pada batita di Puskesmas World Health Organization 2018. Mental
Paliyan. skripsi. Yogyakarta: Universitas disorders fact sheets. World Health
„Aisyiyah Yogyakarta. Organization.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/f
Purnamasari. 2011. Pengetahuan, Sikap Ibu s396/en/ - Diakses November 2019
Dan Peran Petugas Kesehatan Sebagai
Faktor Dalam Meningkatkan Cakupan
Imunisasi Hepatitis B Di Kota Jambi. Jurnal
Mkmi.

Ranuh et al. 2011. Buku Imunisasi di


Indonesia. Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI.

Riyanto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Senewe, M. S., Rompas, S. & Lolong, J.,


2017. Analisis Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Ibu dalam
Pemberian Imunisasi Dasar Di Puskesmas
Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota
Madya Manado. EJournal Keperawatan,
Volume 5 No. 1.

Supriatin, Eva. 2015. Hubungan


Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga
Dengan Ketepatan Waktu Pemberian
Imunisasi Campak Di Pasir Kaliki Bandung.
Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol 3 No 1.

Anda mungkin juga menyukai