Anda di halaman 1dari 67

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

ANAK DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


ANAK USIA SEKOLAH SDN 01 BARUNG BARUNG BALANTAI
KABUPATEN PESISIR SELATAN
TAHUN 2021

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Sarjana
Kesehatan Masyarakat Peminatan Promosi Kesehatan Gigi

Oleh :

RINDA SETRI AYU


NIM 1803112

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG
TAHUN 2021

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal Skripsi
Faktor Faktor yang berhubugan dengan perilaku anak dalam pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

Oleh :
RINDA SETRI AYU
1803112

Proposal Skripsi ini sebagai hasil penelitian telah diperiksa, disetujui oleh
Pembimbing Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Stikes Syedza
Saintika Padang dan telah siap untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Proposal Skripsi Stikes Syedza Saintika Padang

Padang,September2021
Menyetujui

PembimbingI PembimbingII

(Oktariyani Dasril, M. Kes) (Wiya Elsa Fitri, M. Si )


NIDN :1005108607 NIDN : 1005068702

Mengetahui
Ketua Prodi S-1 Kesehatan Masyarakat
Stikes Syedza Saintika Padang

(Oktariyani Dasril,SKM,M.Kes)
NIDN:1005108607

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala

petunjuk, kemampuan dan kekuatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul “Faktor – Faktor yang

berhubungan dengan kebiasaan anak dalam perilaku kesehatan gigi dan

mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai Kabupaten Pesisir

Selatan Tahun 2021”. Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi pesyaratan untuk menyelesaikan syarat untuk melakukan penelitian

untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah pada Program Studi Kesehatan

Masyarakat Stikes Syedza Saintika Padang.

Dalam proses penyelesaian proposal ini tidak lepas dari pihak-pihak yan

telah membantu dan mendukung penulis untuk tetap yakin dan bisa

menyelesaikan proposal ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. H. Hasrinal, Amd.Kep, MM Ketua Sikes Syedza Saintika

Padang

2. Ibu Oktariyani Dasril, SKM, M.Kes ketua Prodi Kesehatan Masyarakat

Stikes Syedza Saintika Padang.

3. Ibu Oktariyani Dasril, SKM, M.Kes sebagai pembimbing 1 dalam

penyelesaian proposal yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan

petunjuk dalam menyelesaikan proposal penelitian.

iii
4. Ibu Wiya Elsa Fitri, M.Si sebagai pembimbing 2 dalam penyelesaian

proposal yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk

dalam menyelesaikan proposal penelitian.

5. Ibu Dr. Nova Arihman, M.Kes sebagai penguji I yang telah memberikan

arahan, masukan dan petunjuk dalam menyelesaikan proposal penelitian.

6. Ibu Annisa Novita Sary sebagai penguji II yang telah memberikan arahan,

masukan dan petunjuk dalam menyelesaikan proposal penelitian.

7. Kepala Sekolah dan semua pihak SDN 01 Barung Barung Balantai, yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian.

8. Kepala Puskesmas dan semua pihak Puskesmas Barung Barung Balantai

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian.

9. Semua pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung

dalam penyusunan propsal peneitian ini.

10. Rekan-rekan seperjuangan yang telah bekerja sama dan saling membantu

dalam banyak hal.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaian proposal

penelitian ini. Namun penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata, semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

Padang, Oktober 2021

iv
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………….... ii
KATA PENGANTAR………………………………………………….... iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL……………………………………………..............….. vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………vii

BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................5
1.3.2 Khusus....................................................................................5
..........................................................................................................................
1.4 Manfaat penelitian..........................................................................6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Tinjauan Teoritis............................................................................8
2.1.1 Anak Usia Sekolah................................................................8
2.1.2 Kesehatan Gizi dan Mulut....................................................10
2.1.3 Pengetahuan..........................................................................18
2.1.4 Sikap.....................................................................................21
2.1.5 Peran Orang Tua...................................................................24
2.3 Kerangka Teori...............................................................................29

BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN


3.1 Disain penelitian..............................................................................31
3.2 Tempat dan Waktu penelitian.........................................................31
3.3Populasi dan Sampel........................................................................31
3.4 Jenis Data........................................................................................33
3.5 Instrumen Penelitian.......................................................................33
3.6 Teknik Pengolahan Data.................................................................34
3.7 Analisa Data....................................................................................35
3.8 Kerangka Konsep............................................................................36
3.9 Hipotesa..........................................................................................37
3.10 Definisi Operasional.....................................................................38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional……………………………...…………... 34

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................ 29

Gambar 2.2 Kerangka Konsep......................................................................... 34

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Ganchart
Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 : Master Tabel Penelitian
Lampiran 6 : Dummy Tabel
Lampiran 7 : Surat Izin Pengambilan Survey Awal
Lampiran 8 : Lembar Konsultasi

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Indonesia perlu diperhatikan. Di

Indonesia, penyakit gigi dan mulut berada pada sepuluh besar penyakit terbanyak yang

tersebar di berbagai wilayah (Mikail, B., & Candra, A, 2011). Dari tahun ke tahun

terjadi kenaikan angka prevalensi kejadian karies pada penduduk Indonesia pada tahun

1995 sebesar 63 % menjadi 90 % pada tahun 2011 (Dirjen Pelayanan Medik

Direktorat Kesehatan Gigi, 2011). Untuk itu masalah karies di Indonesia memerlukan

penanganan yang serius dari berbagai pihak.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan penunjang tercapainya kesehatantubuh

yang optimal. Kondisi kesehatan gigi dan mulut yang terpelihara akanberpengaruh

pada peningkatan kualitas hidup dan produktifitas sumber dayamanusia. Upaya

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan sejakdini pada usia sekolah

dasar mengingat penyakit gigi dan mulut berada padaperingkat sepuluh besar penyakit

yang terbanyak dan tersebar di berbagaiwilayah (Ramadhani, 2018).

Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak ditemukan adalah kariesgigi dan

penyakit periodontal. World Health Organization (WHO) 2019,karies gigi di wilayah

Asia Selatan-Timur mencapai 75%-90% terserangkaries gigi di seluruh dunia 60-90%

anak mengalami karies gigi. Prevalensikaries terus menurun di negara maju sedangkan

di negara-negara berkembangtermasuk Indonesia ada kecenderungan kenaikan

(Gultom, 2019).

Berdasarkan riset kesehatan dasar (indonesia basis health research)pada tahun

2018, sebanyak 57% dari penduduk provinsi Sumatera Barat masihmengalami

kesehatan gigi dan mulut dengan 9,5% penduduk mendapatkanperawatan dan

1
pengobatan.Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Penduduk

dengan umur 1-4 tahun yang mempunyai masalah dengan kesehatan gigi dan mulut

sebesar 5,2% dan pada usia 5-9 tahun sebesar 21,1%, dari angka ini terlihat dengan

meningkatnya umur meningkat juga masalah kesehatan gigi dan mulut terutama karies

(Talibo & Mulyadi, 2016).

Presentasi mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar

93%ditemukan pada kelompok usia 6-12 tahun, karena pada usia 6-12 tahunsebagian

besar masih memiliki kebiasaan menggosok gigi yang keliru yaitusaat mandi pagi dan

mandi soreh. Hal ini dibuktikan bahwa kebiasaan benarmenggosok gigi anak usia

sekolah hanya 2% (BPPK, 2018). Ditemukanbahwa 91, 1% orang indonesia

menggosok gigi setiap hari. Namun hanya 7,3% dari keseluruhan melakukan

penggosokan gigi dengan benar. Fakta yangterjadi 72,1% penduduk indonesia

memiliki masalah gigi berlubang dan46,5% diantaranyatidak merawat gigi berlubang

(Lubis & Nugrahaeni, 2018).

Cara menyikat gigi yang benar sangat penting diajarkan kepada

anakanakkarena sangat mempengaruhi tingkat kebersihan giginya. Usia anak-

anakmerupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motoric 4 seoranganak.

Namun faktanya, penduduk yang berusia 10 tahunyang menyikat gigi dengan benar

hanya 5,6%, dengan data spesifik (10-14tahun 4,9%, 15-24 tahun 5,9%, 25-34 tahun

6,1%, 45-54 tahun 5,1%). Inimenunjukkan bahwa anak-anak masih kurang mendapat

pengetahuan tentangcara menyikat gigi yang benar dan menjadikan ini menjadi salah

satu factorutama dalam tingginya kerusakan gigi pada anak (Kasang, 2016).

Dampak dari kurangnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yaitu

menyebabkan penyakit gigi berlubang antara lain karena struktur gigi,

mikroorganisme mulut, lingkungan subtract (makanan), dan lamanya waktu makanan

2
menempel didalam mulut. Faktor lain adalahusia, jenis kelamin, tingkat ekonomi,

tingkat pendidikan, lingkungan, kesadaran dan perilaku yang berhubungan dengan

kesehatan gigi (Hermawan, 2016).

Selain itu kurangnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga dapat

menyebabkan karies gigu. Karies gigi pada anak apabila dibiarkan begitu saja akan

mengakibatkan masalah kesehatan lain. Akibat dari karies gigi pada anak antara lain

akan menimbulkan masalah nyeri, kelainan jantung, infeksi ginjal, infeksi

lambung, dan kematian (Minata,2011). Anak yang mengalami kerusakan gigi akan

malas beraktivitas karena harus menahan rasa sakit pada gigi dan mulutnya. Rasa sakit

itu juga dapat menyebabkan anak mengalami penurunan selera makan. Hal ini

berdampak pada kekurangan asupan gizi pada anak. Selain itu, apabila gigi dibiarkan

membusuk maka gigi berlubang harus dicabut. Pencabutan gigi pada anak sekolah

mengakibatkan ada ruang kosong yang menyulitkan anak dalam mengunyah

makanan. Hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan anak jika berlangsung

dalam jangka waktu yang lama. Menggosok gigi yang salah dapat meninggalkan sisa -

sisa makanan bahkan penumpukan sisa makanan yang dapat membentuk asam

mikrobial sehingga lama kelamaan akan menimbulkan destruksi komponen organik

gigi dan mengakibatkan gigi berlubang. Berbagai sarana informasi telah diberikan

mengenai kesehatan gigi dan cara perawatannya. Namun, angka prevalensi kerusakan

gigi pada anak di Indonesia masih tinggi (Hermawan, 2016).

Pemerintah bekerja sama dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI)

telah berupaya menangani masalah kesehatan gigi melalui program pemeriksaan gigi

gratis enam bulan sekali. Pemerintah juga telah membuat program kegiatan Usaha

Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di setiap sekolah (Hutabarat,2009). Harapannya

dengan adanya program-program tersebut masalah kesehatan gigi dapat teratasi.

3
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sintya Azwir (2019)

tentang faktor yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia

sekolah yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan (p

= 0,002) dan sikap (p = 0,014) dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Selain pengetahuan dan sikap, peran orang tua juga berkontribusi dalam

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Dimana peran orang tua dalam membantu

anak dan mengajarkan anak bagaimana cara merawat gigi dan mulut akan berdampak

positif pada kesehatan gigi dan mulut anak. Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Junralis (2018) tentang hubungan peran orang tua dengan

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak sekolah yang menyatakan ada hubungan

peran orang tua dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak sekolah dengan

nilai p value 0,004.

Berdasarkan hasil pemeriksaan langsung yang peneliti lakukan pada murid SD

kelas 1 di semua SD wilayah kerja Puskesmas Barung Barung Balantai Kecamatan

Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan ketika penulis melakukan kegiatan

Screaning (penjaringan kesehatan) anak pada awal bulan Agustus 2021 penulis

mendapatkan data bahwasanya dari 20 Sekolah Dasar yang dilakukan pemeriksaan

kesehatan gigi dan mulut didapatkan data anak yang terjaring bermasalah dengan

karies gigi rata-rata setiap sekolah 70% orang anak yang menderita karies. Adapun

sekolah dasar dengan angka karies pada anak yang paling banyak ditemukan di SDN

01 Barung Barung Balantai, dimana dari 27 anak yang diperiksa kesehatan gigi

ditemukan 20 anak menderita karies gigi. SDN 01 merupakan SDN percontohan yang

sudah mendapatkan sertifikat adiwiyata nasional dan UKS provinsi di wilayah kerja

Puskesmas Barung Barung Balantai sehingga merupakan SD favorit bagi anak- anak

4
dan orang tua sehingga memiliki murid paling banyak diantara sekolah yang ada di

wilayah Puskesmas Barung Barung Balantai.

Hasil wawancara yang peneliti lakukan sebagian besar diantara meraka tidak

mengetahui bagaimana cara melakukan perawatan gigi dan mulut dengan benar dan

mereka mengatakan juga kurang mendapatkan perhatian dari orang tua dalam

melakukan perawatan gigi dan mulut.

Selain itu berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan kepada 10

orang siswa kelas IV – VI di SDN 01 Barung Balantai didapatkan 5 orang diantara

mereka mengalami karies gigi. Berdasarkan hasil wawancara mereka kurang tau cara

perawatan kesehatan gigi dan mulut yang benar serta mereka enggan dan jarang

menggosok gigi sebelum tidur dan sesudah makan. Selain itu hasil wawancara mereka

juga mengatakan bahwa orang tua mereka jarang mengingatkan mereka untuk

menggosok gigi terutama sebelum tidur.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang Faktor – Faktor yang berhubungan dengan perilaku anak dalam pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apasajakah “Faktor – Faktor yang berhubungan

dengan perilaku anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah

SDN 01 Barung Barung Balantai Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021?”

1.3 Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

5
Untuk mengetahui Faktor – Faktor yang berhubungan dengan perilaku anak dalam

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung

Balantai Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021.

2) Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi perilaku anak dalam pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan anak tentangpemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap anak tentang pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai Kabupaten

Pesisir Selatan Tahun 2021.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi peran orang tua dalam pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021.

e. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku anak dalam

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung

Balantai Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021.

f. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan perilaku anak dalam pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021.

g. Untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan perilaku anak dalam

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung

Balantai Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021.

6
1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan tingkat pengetahuan orang

tua dengan sikap dan kebiasaan anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

anak usia sekolah di SDN 01 Barung Barung Balantai Kecamatan Koto XI Tarusan

Kabupaten Pesisir Selatan.

2. Bagi Orang Tua

Mengetahui sikap dan kebiasaan anak yang baik dalam memelihara kesehatan gigi dan

mulut anak.

3. Bagi Institusi

Meningkatkan keahlian tenaga kesehatan, khususnya tenaga promosi kesehatan gigi

dan mulut dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan di bidang promosi kesehatan

gigi dan mulut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini membahas tentang ” Faktor – Faktor yang berhubungan

dengan perilaku anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah

SDN 01 Barung Barung Balantai Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021”. Tujuan dalam

penelitian ini untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan desain penelitian

crossectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas IV – VI

SDN 01 Barung Barung Balantai yang berjumlah 101 orang yang berjumlah 101 orang,

jumlah sampel dalam penelitian ini 88 orang, dengan teknik pengambilan

sampelproportional random sampling. Penelitian akan dilakukan pada bulan Oktober

7
Tahun 2021 di SDN 01 Barung Barung Balantai. Data yang digunakan adalah data primer

yaitu dengan melakukan wawancara kepada responden, analisis data secara univariat dan

bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu

golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak

yang berusia 6-12 tahun Anak usia sekolah Periode usia pertengahan ini dimulai dengan

masuknya anakkedalam lingkungan sekolah (WHO, 2016).

Masa anak usia sekolah dimulai dari usia 6 -12 tahun atau sampai tiba saatnya

individu menjadi matang seksual. Selam satu sampai dua tahunterakhir dari masa anak-

anak terjadi perubahan fisik yang menonjol dan hal ini dapat merubah dalm sikap, nilai-

nilai ,dan perilaku. Menjelang akhir periodeanak mempersiapkan diri secara fisik dan

psikologis untuk memasuki tahap remaja. Anak pada masa ini dinamakan anak usia

sekolah karena anak sudah memasuki dunia pendidikan yang lebih serius walaupun
8
pembelajaran di sekolah harus disesuaikan dengan nanak-anak. Masa ini juga ditandai

dengan perubahan dalam kemampuan dalam berperilaku, yang dapat membuat anak lebih

siap dan mampu untuk belajar dibandingkan sebelumnya (Christiana,2012).

Pada Usia sekolah orang tua harus mengetahui beberapa hal dari perkembangan

kesehatan gigi dan mulut anakya yaitu 1) mulai sekitar 6 tahun, gigi permanen tumbuh

dan anak secara bertahap kehilangan gigi deciduinya; 2) kunjungan kedokter gigi secara

teratur adalah penting bagi anak dalam penanaman rasa berani dan pecaya diri; 3)

suplemen fluorda harus dilanjukan jika persediaan air tidak mengandung flourida yan

cukup; 4) orang tua harus melakukan flossing paa anak; 5) pada usia ini anak harus

menyikat giginya setelah makan dengan sikat gigi nilon yang lembut, pngawasan dan

bantuan orang tua biasanya tidak diperlukan lagi tetapi peranan orag tua dalam

mengingatkan anak tetap dilakukan; 6) pada kelompok usia ini penyakit gigi dan mulut

semakin jelas yaitunya: karies, maloklusi dan penyakit periodontal (Hermawan, 2016).

2.1.2 Karakterisktik Gigi Anak Usia Sekolah

Pada usia 6 tahun sampai 7 tahun, gigi yang tumbuh antara lain gigi seri tengah

dan gigi geraham pertama. Usia 7 sampai 8 tahun tumbuh gigi seri tengah, dan gigi seri

lateral. Usia 9 sampai 10 tahun tumbuh gigi taring bagian mandibula. Usia 10 sampai 12

tahun tumbuh gigi geraham kecil pertama, gigi taring bagian maksila, dan gigi geraham

kecil kedua. Secara fisiologis anak usia sekolah dimulai dengan tanggalnya gigi susu

yang pertama dan diakhiri dengan masa pubertas dan tumbuhnya gigi permanen, kecuali

geraham belakang. Gigi permanen yang tumbuh pada anak usia sekolah harus

diperhatikan kebersihan giginya karena perpindahan dari gigi susu menuju gigi permanen

memiliki risiko tinggi terkena karies gigi (Charles, 2016).

Anak yang mengalami kerusakan gigi akan malas beraktivitas karena harus

menahan rasa sakit pada gigi dan mulutnya. Rasa sakit itu juga dapat menyebabkan anak
9
mengalami penurunan selera makan. Hal ini berdampak pada kekurangan asupan gizi

pada anak. Selain itu, apabila gigi dibiarkan membusuk maka gigi berlubang harus

dicabut. Pencabutan gigi pada anak sekolah mengakibatkan ada ruang kosong yang

menyulitkan anak dalam mengunyah makanan. Hal tersebut dapat mempengaruhi

pertumbuhan anak jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Menggosok gigi

yang salah dapat meninggalkan sisa - sisa makanan bahkan penumpukan sisa makanan

yang dapat membentuk asam mikrobial sehingga lama kelamaan akan menimbulkan

destruksi komponen organik gigi dan mengakibatkan gigi berlubang. Berbagai sarana

informasi telah diberikan mengenai kesehatan gigi dan cara perawatannya. Namun, angka

prevalensi kerusakan gigi pada anak di Indonesia masih tinggi (Hermawan, 2016).

2.1.3 Kesehatan Gigi dan Mulut

Mulut adalah rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air,

mulutmerupakan bagian awal dari sistem pencernaan. Didalam mulut terdapat gigi,

lidahdan ludah. Gigi adalah tulang keras dan kecil berwarna putih yang tumbuh

tersusunberakar dalam gusi. Gigi tersusun dalam dua lingkung, dirahang atas dan

bawahyang dikelilingi oleh pipi dan lidah. Tiap gigi terdiri atas mahkota gigi dan akar

gigi yang bersatu pada bagian yang sedikit lebih tipis yang disebut leher gigi (Utami,

2015).

Beberapa pakar mengemukakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan

bagian integral dari kesehatan secara umum, namun banyak orang tidak mengetahui

bahwa rongga mulut berperan penting bagi kesehatan tubuh. Rongga mulut yang

sehat memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif, menikmati

berbagai macam makanan, meningkatkan kualitas hidup, percaya diri dan mempunyai

kehidupan sosial yang lebih baik. Kondisi sebaliknya, rongga mulut yang tidak sehat

dapat berpengaruh pada kehidupan sosial seseorang, keterbatasan fungsi

10
pengunyahan, keterbatasan fungsi bicara, rasa sakit dan terganggunya waktu bekerja

atau sekolah (Halim, 2011).

Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan

perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari memperhatikan diet

makanan, membatasi makanan yang mengandung gula dan makanan yang lengket.

Pembersihan plak dan sisa makanan yang tersisa dan menyikat gigi harus

menggunakan teknik dan cara yang tidak merusak stuktur gigi. Pembersihan karang

gigi dan penambalan gigi yang berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan gigi yang

sudah tidak bisa diperhatikan lagi dan merupakan fokal infeksi. Kunjungan berkala ke

dokter gigi setiap enam bulan sekali baik ada keluhan ataupun tidak ada keluhan.

(Malik, 2018).

2.1.3.1 Penyakit Gigi

Perawatan gigi yang kurang baik dan tidak ade kuat dapat menyebabkan masalah

kesehatan gigi. Masalah yang biasa muncul pada anak-anak adalah gigi berlubang

(karies), maloklusi, dan penyakit periodontal.

a. Karies Gigi (Kavitis)

Caries atau karies dalam bahasa indonesia, sebenarnya istilahuntuk lubang

gigi. Karies diawali dengan timbulnya bercak cokelatatau putih yang kemudian

berkembang menjadi lubang cokelat.Lubang ini terjadi karena luluhnya mineral

gigi akibat reaksifermentasi karbohidrat termaksud sukrosa, fruktosa, dan

glukosa olehbeberapa bakteri penghasil asam. Lubang gigi baru akan terasa

sakitbila lubang gigi sudah dalam mencapai rongga pulpa yang berisipembuluh

darah dan saraf. Karies dapat dicegah dengan melakukankebiasan baik menyikat

gigi setelah makan dan sebelum tidur dan rutinmemeriksa gigi setiap enam bulan

sekali (Marthariwansyah, 2018).

11
Karies atau gigi berlubang adalah yang membusuk di dalam gigi yang

terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan

gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi.

Penyebab penyakit gigi ini diakibatkan karena adanya kuman. Karies gigi

merupakan penyakit yang paling banyak diderita anak-anak maupun orang

dewasa. Anak usia 6-14 tahun merupakan kelompok usia kritis terkena karies gigi

karena terjadi transisi dari gigi susu kegigi permanen. Faktor yang dapat

menyebabkan karies terdiri dari faktor kausal; 1) tertinggalnya karbohidrat yang

mudah diragi didalam mulut; 2) adanya bakteri acidogenesis dalam mulut

(berbentuk asam), sedangkan faktor konditinal yaitu: 1) yang bekerja secara

umum: umur, makanan, pengaruh iklim, dan 2) yang berpengaruh di dalammulut:

gigi, saliva dan makanan (Charly, 2012).

Martariwansyah (2018) menyatakan bahwa karies gigi terbagi menjadi tiga,

yaitu :

a) Karies superfisial, yaitu gigi berlubang yang hanya mengenai lapisan gigi terluar.

b) Karies media, yaitu gigi berlubang yang sudah mengenai dentin.

c) Karies profunda, yaitu gigi berlubang yang sudah mengenai jaringan pulpa.

d) Gingtivitis (Peradangan Gusi) radang gusi terjadi akibat adanya plak dan bakteri.

e) Penyakit Periodental (jaringan pendukung gigi)

b. Maloklusi

Secara harfia, maloklusi berarti “gigitan buruk’’. Malocclusion atau maloklusi

adalah keadaan gigi yang menyimpang dari keadaan normal sehingga

menyebabkan timbulnya masalah dalam menggigit atau mengunyah. Kondisi ini

juga dapat disebut sebagai gigitan tidak teratur, crosbite, atau overbite. Maloklusi

dapat dilihat sebagai bengkok, ramai, atau menonjol. Hal ini dapat memengaruhi

12
penampilan seseorang, ucapan, dan kemampuan untuk makan. Maloklusi paling

sering terjadi karena faktor keturunan. Minsalnya, ukuran rahang mengikuti garis

keturunan ibu dimana rahang berukuran kecil, sedangkan ukuran gigi mengikuti

garis keturunan bapak yang ukurannya giginya besar. Kondisi yang sering terjadi

adalah gigi terlalu banyak atau terlalu sedikit, terlalu banyak atau terlalu sering

kondisi ruang antara gigi, mulut tidak teratur dan bentuk, dan formasi atipikal

dari rahang dan wajah seperti bibir sumbing. Namun maloklusi dapat terjadi

akibat kebiasaan buruk seperti mingisap jari atau jempol, menetrasi lidah,

premature hilangnya gigi dari kecelakaan atau penyakit gigi, dan kondisi medis

seperti pembesaran amandel dan kelenjar gondok yang menyebabkan pernafasan

mulut (Andriani, 2015).

c. Penyakit Periodontal

Pada periodontitis akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi dan meluas

kebawah antara akar gigi dan tulang bawahnya. Jika keadaan ini terus berlanjut,

pada akhirnya banyak tulang rahang dekat kantong yang rusak sehingga gigi

lepas.Penyakit periodontal merupakan kondisi peradangan dan degeneratif yang

mengenai gusi dan jaringan penyokong gigi. Penyakit ini disebabkan oleh respon

imun, penyakit lain seperti diabetes, stres, mengonsumsi obat. Masalah yang

sering muncul terkait periodontal adalah gingivitis (inflamasi ringan pada gusi)

dan periodontitis (inflamasi gusi dan kehilangan jaringan ikat serta tulang yang

menyokong struktur gigi). Gingivitis merupakan penyakit periodontal stadium

awal berupa peradangan. Penyebab terjadinya gingivitis adalah seperti bakteri,

plak dan karang gigi. Radang gusi ditandai pada gusi bengkak, warnanya merah

terang, dan mudah berdarah dengan sentuhan ringan (Wazia, 2015).

2.1.3.2 Anatomi Gigi

13
Struktur gigi pada manusia terbagi dua bagian yaitu bagian mahkota dan bagian

akar. Pada bagian mahkota merupakan bagian gigi yang terlihat dalam mulut,

sedangkan pada bagian akar merupakan bagian yang tertanam didalam tulang rahang

(Tarigan, 2016)

Menurut Tarigan tahun 2016, pada bagian gigi manusia terstruktur/tersusun atas

4 (empat) jaringan yakni:

a) Mahkota merupakan bagian yang menonjol dari rahang.

b) Leher merupakan bagian yang terletak antara mahkota dengan bagianakar gigi.

c) Akar merupakan bagian yang tertanam didalam rahang.

d) Email dikenal juga dengan istilah “Enamel”, merupakan jaringanyang berfungsi untuk

melindungi tulang gigi dengan zat yang sangatkeras yang berada di bagian paling luar

gigi manusia. Warna emailgigi pun sebenarnya tidak putih mutlak, kebanyakan lebih

mengarahkeabu-abuan dan semi translusen. Kecuali pada kondisi enamel

yangabnormal seringkali menghasilkan warna yang menyimpang dariwarna enamel

yang cenderung mengarah ke warna gelap.

e) Tulang dikenal dengan istilah “dentin’’ yaitu tulang yang merupakanlapisan yang

14
berada pada pada lapisan setelah email yang dibentukdari zat kapur. Dentim juga

merupakan bagian terluas dari strukturgigi, meliputi seluruh panjang gigi mulai dari

mahkota hingga akar.Dentin pada mahkota gigi dentin dilapisi oleh enamel,

sedangkandentin pada akar gigi dentin yang dilapisi enamel, sedangkan dentinpada

akar gigi dilapisi oleh semen.

f) Rongga gigi adalah rongga yang di dalamnya terdapat pembuluhdarah kapiler dan

serabut-serabut syaraf.

g) Rongga gigi adalah rongga yang didalamnya terdapat pembuluh darahkapiler dan

serabut-serabut syaraf.

2.1.3.3Akibat Penyakit Gigi

Masalah kesehatan gigi dapat menyebabkan kematian bila infeksinya sudah

parah karena akan mempengaruhi jaringan tubuh lain seperti tenggorokan, jantung

hingga otak. Dampak yang akan dialami seseorang dengan masalah gigi antara lain

keterbatasan fungsi gigi (sulit mengunyah, makanan tersangkut, bau nafas, pencernaan

disabilitas fisik (diet tidak memuaskan, menghindari makanan tertentu, tidak dapat

menggosok gigi dengan baik), rasa sakit setiap mengunyah (sakit kepala, infeksi, sakit

radang), ketidaknyamanan psikis (merasa rendah diri, sangat khawatir), dan disabilitas

psikis (tidur terganggu, sulit berkonsentrasi, merasa malu) (Minata, 2011).

2.1.3.4Pemeliharaan Gigi

Menurut Arisman (2015) perawatan gigi yang benar dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

a. Menggosok gigi (brushing)

1. Metode Menggosok Gigi

15
a. Gerakan Vertikal

Arah gerakan menggosok gigi ke atas kebawah dalam keadaan rahan

bawah dan atas tertutup. Gerakan inin digunakan untuk permukaan gigi

yang menghadap ke pipi sedangkan untuk permukaan yang menghadap

lidah atau langit-langit.gerakan menggosok gigi ke atas kebawah dalam

keadaan mulut terbuka. Jika menggosok gigi dengan cara ini tidak benar

maka dapat menimbulkan resensi penurunan gusi sehingga akar gigi

terlihat (Ghofur, 2012).

b. Gerakan Horizontal

Arah gerakan menggosok gigike depan dan belakan dari permukaan bukal

dan lingual. Gerakan menggosok pada bidang kunyah dikenal sebagai

scrub brush, dengan menggunakan cara yang dilakukan dan sesuai dengan

bentuk anatomi permukaan kunyah. Kombinasi gerakan vertikal dan

horizontalharus dilakukan dengan hati-hati jika tidak hati-hati akan

menyebabkan resesi gusi / abrasi lapisan gigi (Ghofur, 2012).

c. Gerakan Roll

Gerakannya sederhana, paling dianjurkan karena gerakannya yang efesian

dan menjangkau semua bagian mulut, bulu sikat diletakan pada permukaan

gusi, jauh dari permukaan bidang kunyah ujung bulu sikat mengarah ke

ujung akar perlahan melewati permukaan gigi sehingga bagian belakang

kepala sikat bergerak dalam lengkungan (Ghofur, 2012).

2. Pemilihan sikat yang benar

Sikat gigi menjadi salah satu faktor dalam menjaga kesehatan gigi.Apabila kita

salah memilih dan menggunakan sikat gigi maka sisa-sisa makanan yang ada di

16
sela gigi tidak dapat terjangkau. Untuk anak usia sekolah sikat gigi yang baik

adalah sikat gigi dengan bulu halus yang terbuat dari nilon dengan panjang sekitar

21cm. Pilih sikat gigi yang kecil baik tangkai maupun kepala sikatnya sehingga

mudah dipegang dan tidak merusak gusi. Ujung kepala sikat menyempit agar

mudah menjangkau seluruh bagian mulut yang relatif kecil (Charles, 2012).

3. Frekuensi menggosok gigi

Menggosok gigi sedikitnya empat kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur).

Hal itu merupakan dasar untuk program oral hygiene yang efektif. Menggosok

gigi sebelum tidur sangat penting karena saat tidur terjadi interaksi antara bakteri

mulut dengan sisa makanan pada gigi. Ginandjar 2011) berpendapat bahwa

menggosok gigi sehari cukup 2 kali, setelah makan pagi dan sebelum tidur malam.

4. Pemeriksaan ke Dokter Gigi

Pemeriksaan gigi kedokter gigi masih sangat minim dilakukan pada masyarakat

Indonesia. Padahal apabila sejak dini anak diajarkan untuk melakukan pemeriksa

kesehatan gigi secara rutin, maka angka kejadian karies gigi akan berkurang.

Pemeriksaan secara rutin 6 bulan sekali telah dicanangkan oleh pemerintah.

Pemeriksaan ini sangat dianjurkan pada anak usia sekolah, karena pada anak usia

sekolah mengalami pergantian dari gigi susu menjadi gigi permanen. Usaha lain

yang dilakukan pemerintah dalam menangani masalah kesehatan gigi adalah

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). UKGS ini merupakan bagian integral

dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melakukan pelayanan kesehatan gigi

dan mulut secara terencana (Charles, 2012).

5. Mengatur Makanan

Anak pada usia sekolah sering mengonsumsi makanan manis seperti

17
cokelat, permen, kue, dan lain sebagainya. Makanan manis mengandung larutan

gula yang memiliki konsentrasi tinggi. Larutan tersebut dapat menembus plak gigi

dan dimetabolisasi untuk menghasilkan asam sebelum dinetralisasi oleh saliva.

Konsumsi makanan tersebut apabila tidak dikontrol dengan perawatan gigi yang

benar akan berisiko terkena karies gigi. Oleh karena itu pada anak usia sekolah

dianjurkan diet lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Raindha dalam Schuurs

2016) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kenaikan karies gigi

dengan frekuensi kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa.

Sukrosa yang berlebih dapat mengakibatkan pH dari plak gigi akan turun dari 6.5

menjadi 5.0. Penurunan pH tersebut menyebabkan demineralisasi dari lapisan

email gigi (Ghofur, 2012).

Oleh karena itu seseorang yang sering mengkonsumsi makanan

mengandung sukrosa, semakin lama keadaan pH asam bertahan dalam rongga

mulut. Sumber makanan yang baik dikonsumsi untuk penguat gigi yakni makanan

yang mengandung tinggi kalsium (Charles, 2016).

2.1.3 Tingkat Pengetahuan

2.1.3.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan

penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang

dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu

pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi

oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek, sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Dewi dan Wawan, 2011).

2.1.3.2 Tingkat Pengetahuan

18
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu : (Dewi dan Wawan, 2011).

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajarisebelumnya setelah mengamati sesuatu, Oleh sebab itu tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya (Dewi dan Wawan,

2011).

b. Memahami (comprehension)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut (Dewi dan Wawan, 2011).

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagi kemampuan apabila seseorang yang telah

memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang telah diketahui tersebut pada situasi yang lain (Dewi dan Wawan, 2011).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat

dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan

19
seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah

dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tersebut (Dewi dan Wawan, 2011).

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukan kepada suatu kemampuan

seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang

telah ada (Dewi dan Wawan, 2011).

f.Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri (Dewi dan

Wawan, 2011).

2.1.3.3 Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Menurut Skinner, bila seseorang mampu menjawab mengenai materi tertentu

baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang tersebut mengetahui

bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan tersebut dinamakan

pengetahuan. Pengukuran bobot pengetahuan seseorang ditetapkan menurut hal-hal

sebagai berikut :

a. Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.

b. Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis.

c. Bobot III : tahap tahu,pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluasi.

20
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur

pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan maupun tahapan

pengetahuan (Riyanto, 2013).

Ari Kunto (2006) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga

tingkatan yang di dasarkan pada nilai persentase yaitu :

a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%

b. Tingkat penetahuan kategori Cukup jika nilainya 56-74%

c. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55% (Riyanto, 2013).

2.1.4 Sikap

2.1.4.1 Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulasi atau obyek (Notoatmodjo, 2007). Manifestasi sikap itu tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksana motif tertentu (Dewi dan Wawan, 2011).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

dahulu dari perilaku yang tertup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari - sehari adalah

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan

21
atau prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi

terbuka atau tingkah laku yang tebuka (Notoatmodjo, 2010).

2.1.4.2 Komponen sikap

Menurut Aswar (2011) sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang

yaitu:

1. Komponen kognitif, representasi yang dipercayai individu pemilik sikap,komponen

kognitif berisi kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan

penanganan (opini) terutama apablila menyangkut masalah isu atau yang

kontroversial.

2. Komponen afektif, perasaan yang menyangkut aspek emosional.

3. Komponen koratif, aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang

dimiliki oleh seseorang.

2.1.4.3 Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2007) Berbagai tingkatan dalam pembentukan sikap

yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjakan itu benar atau

salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

22
3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah-masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko adalah telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang

paling tinggi.

2.1.4.4 Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak lansung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap

suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan

hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Dewi dan

Wawan 2011).

Skala Likers (Method of Summateds Ratings) Likert (1932) mengajukan

metodenya sebagai alternatif yang sederhana, masing masing responden diminta

melakukan egreement untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5

point (Sangat setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat tidak setuju). Semua

item yang Favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat

setuju nilainya 5 dan sangat tidak setuju nilainya 1 begitupun sebaliknya (Dewi dan

Wawan 2011).

Dalam penelitian ini, pada variabel sikap menggunakan 2 kategori hasil ukur

yaitu positif dan negatif. Sikap dikategorikan positif jika skor jawaban responden ≥

dari nilai mean dan sikap dikategorikan negatif jika skor jawaban responden < dari

nilai mean. Skor didapatkan dari jumlah jawaban kuisoner responden. Sedangkan

23
nilai mean didapatkan yaitu nilai rata-rata dari skor jawaban seluruh responden

(Charles, 2016).

2.1.5 Peran Orang Tua

Menurut teori orang tua yaitu terdiri dari ayah dan ibu. Orang tua memiliki

peran penting dalam membimbing dan mendampingi anak-anaknya baik dalam

pendidikan formal maupun non-formal. Peran orang tua itu sendiri dapat

mempengaruhi perkembangan anak dalam aspek kognitif, efektif, dan psikmotor

(Samadi, 2014).

Orang tua sudah bisa membawa anak ketempat pelayanan gigi sejalan dengan

mulai tumbuhnya gigi anak antara enam bulan sampai setahun, karena kunjungan ini

berarti bagi orang tua dan anak. Orang tua ayah/ ibu bisa konsultasi mengenai pola

makan anak, cara pembersihan gigi atau apapun yang perlu diketahuinya mengenai

penjagaan gigi anak. Kunjungan pertama yang menyenangkan bagi anak akan

berakibat secara psikologis bahwa perawatan gigi bukanlah sesuatu yang perlu

ditakuti, sehingga kunjungan berikutnya tidak akan ada masalah. Namun apabila ibu

tidak pernah melakukan konsultasi gigi sejak awal, ibu tidak tahu bagaimana merawat

gigi anak dirumah, maka rantai itupun bersambung kearah munculnya gigi berlobang,

rasa sakit bahkan bengkak pada pipi (Herman, 2015).

Peran dan Pola asuh yaitu bagaimana orang tua dalam mendidik anak mereka

dalam kehidupan sehari. Orang tua berperan penting dalam setiap kegiatan yang

dilakukan oleh seorang anak, pengawasan dari orang tua dapat menentukan tingkah

laku anak dimasa yang akan datang salah satunya dalam pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut. peranan orang tua secara khusus dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut anak adalah keterlibatan orang tua terutama ibu secara aktif dengan segenap

24
pengetahuan, kesadaran, kemampuan dan kemauan dalam pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut anak (Risnawati, 2016).

Keberhasilan perawatan gigi pada anak dipengaruhi oleh peran orang tua

dalam melakukan perawatan gigi. Orang tua yang menjadi teladan lebih efisien

dibandingkan anakyang menggosok gigi tanpa contoh yang baik dari orang tua.

Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua dalam perawatan gigi antara lain

membantu anak dalam menggosok gigi terutama pada anak yang berusia dibawah 10

tahun, karena anak belum memiliki kemampuan motorik yang baik untuk menggosok

gigi terutama pada gigi bagian belakang (Herman, 2015).

Dalam penelitian ini, pada variabel peran orang tua menggunakan 2 kategori

hasil ukur yaitu baik dan tidak baik. Peran orang tua dikategorikan baik jika skor

jawaban responden ≥ dari nilai mean dan peran orang tua dikategorikan tidak baik jika

skor jawaban responden < dari nilai mean. Skor didapatkan dari jumlah jawaban

kuisoner responden. Sedangkan nilai mean didapatkan yaitu nilai rata-rata dari skor

jawaban seluruh responden (Herman, 2015).

2.1.6 Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitasorganisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudutpandang biologis semua makhluk hidup mulai

dari tumbuh-tumbuhan,binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena

merekamempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud denganperilaku

manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antaralain: berjalan, berbicara, menangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis,membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau

25
aktivitasmanusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati

oleh pihak luar (Hidayat, 2012).

2.1.6.1 Jenis – Jenis Perilaku


a. Respondent respone atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-

rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation

karena menimbulkan respons-respons yang relative tetap. Misalnya: makanan yang

lezat menimbulkan keinginan makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan

sebagainya Respondent response ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya

mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan

kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

b. Operant response atau instrumental response, yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini

disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons. Misalnya

apabila seseorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons

terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari

atasannya (stimuls baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam

melaksankan tugasnya (Notoadmodjo, 2011).

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi

dua.

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).

Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut

convert behavior atau unobservable behavior, misalnya: seorang ibu hamil tahu

pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular
26
melalui hubungan seks, dan sebagainya. Bentuk perilaku tertutup lainnya adalah sikap,

yakni penilaian terhadap objek.

b. Perilaku terbuka (overt behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktik (practive), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat

oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut over behavior, tindakan nyata atau praktik

(practice) misalnya, seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya

ke puskesmas untuk di imunisasi, penderita TB paru minum obat secara teratur, dan

sebagainya (Charles, 2012).

2.1.6.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi perilaku

Setiap individu memiliki perlakunya sendiri yang berbeda dengan individu

lain, termasuk pada kembar identik sekalipun. Perilaku tidak selalu mengikuti urutan

tertentu sehingga terbentuknya perilaku positif tidak selalu dipengaruhi oleh

pengetahuan dan sikap positif. Menurut teori Lawgreen mengklasifikasi beberapa

faktor penyebab sebuah tindakan atau perilaku :

a. Faktor Pendorong (predisposng factor)

Faktor prdisposing merupakan faktor yan menjadi dasar motivasi atau niat seseorang

melakukan sesuatu. Faktor pendorong meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai dan persepsi, tradisi dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu

maupun masyarakat yangberkaitan dengan kesehatan (Hermawan, 2016).

b. Faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor enabling merupakan faktor-faktor yang memunkinkan atau yang memfasiliasi

perilaku atau tindakan. Faktor pemungkin meliputi sarana dan prasarana atau

fasilitas - fasilitas atau sarana - sarana kesehatan. Untuk berprilaku sehat masyarakat

memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pencegahan gigi


27
berlubang pada balita, jadi orang tua melakukan pemeriksaan gigi dari masih balita

saat semua gigi ana sudah tumbuh, kemudian orang tua melakukan penambalan pada

gigi yang berlobang dan orang tua mengajarkan anak menyikat gigi sedari kecil saat

gigi anaksudah tumbuh semua (Hermawan, 2016).

c. Fakor penguat( reinforcing factor)

Fakor reinforcing merupakan faktor- faktor yang mendorong atau mmperkuat

terjadinya peilaku seseorang yag dikarenakan adanya sikap suami. Orang tua, tokoh

masyarakat atau petugas kesehatan. Misalnya bagaimana peranan orang ua saat anak

menyikat gigi. Menikat gigi yag didampingi oleh orang tua akan memberikan ingatan

yang bagus bagi si anak (Hermawan, 2016).

2.1.6.3 Tahapan Membentuk Perilaku

Perilaku merupakan proses yang dilakukan berulang kali. Perilaku tidak dapat muncul

secara tiba-tiba. Herman (2012) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang memiliki

perilaku baru, makaorang itu melalui beberapa tahapan. Proses tersebut antara lain

awareness, interest, evaluation, trial, dan adoption (Hermawan, 2016).

a. Awareness (Kesadaran)

Awareness merupakan tahap awal dalam mengadopsi sebuah perilaku.Karena

dengan kesadaran ini akan memicu seseorang untuk berfikir lebih lanjut tentang apa

yang ia terima.

b. Interest(Ketertarikan)

Interest merupakan tahap kedua setelah seseorang sadar terhadap

suatustimulus.Seseorangpadatahapinisudahmulaimelakukansuatutindakandaristimulu

syangditerimanya.

28
c. Evaluation(Menimbang)

Evaluation merupakan sikap seseorang dalam memikirkan baik buruk stimulus yang

ia terima setelah adanya sikap ketertarikan.Apabila stimulus yang dianggap buruk

atau kurang berkesan, maka ia akan diamatau acuh. Sebaliknya apabila stimulus yang

ia terima dianggap baik, ia akan membuat seseorang melakukan suatu tindakan.

d.Trial (Mencoba)

Trial merupakan tahap lanjutan pada seseorang yang telah mampu memikirkan

stimulus yang diperoleh baik atau buruk. Sehingga menimbulkan keinginan untuk

mencoba.

e.Adoption(Mengadopsi)

Adoption merupakan tahap terakhir setelah melewati tahapan- tahapan sebelumnya.

Perilaku ini akan muncul sesuai dengan kesadaran, pengetahuan, dan sikap yang

dimiliki seseorang. Sehingga ia mampu melakukan suatu tindakan yang dianggap

baik atau salah sesuai stimulus (Hermawan, 2016).

2.1.6.4 Pengukuran Perilaku

Dalam penelitian ini, pada variabel perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut menggunakan 2 kategori hasil ukur yaitu baik dan tidak baik. perilaku

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut menggunakan dikategorikan baik jika skor

jawaban responden ≥ dari nilai mean dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut menggunakan dikategorikan tidak baik jika skor jawaban responden < dari nilai

mean. Skor didapatkan dari jumlah jawaban kuisoner responden. Sedangkan nilai
29
mean didapatkan yaitu nilai rata-rata dari skor jawaban seluruh responden (Charles,

2016).

2.2 Kerangka Teori

Pengetahuan
Pendidikan
Faktor
Predisposisi Kebiasaa
n
Persepsi

Keyakinan

Sikap

Perilaku dalam
Ketersediaan
pemeliharaan
Waktu
kesehatan gigi dan
Faktor Ketersediaan mulut
pemungkin Sarana

Ketersediaan alat

Dukungan tenaga
Faktor kesehatan
penguat
Peran orang tua

Sumber : Teori Perubahan Perilaku Law Green (1998)


Gambar 2.1 Kerangka Teori

30
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 DesainPenelitian

Jenis Penelitian yang akan dilakukan ini adalah analitik dengan menggunakan

desain Cross Sectional dimana variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan

dalam waktu bersamaan serta mencari hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen.

3.2 Tempat dan WaktuPenelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini pada murid SDN 01 Barung Barung Balantai

Kecamatan Koto XI Tarusan. Penelitian dilaksanakan pada Minggu kedua bulan

September 2021 sampai dengan minggu pertama bulan Oktober 2021.

3.3 PopulasidanSampel

1. Populasi

Populasidalampenelitianiniadalahseluruhmurid kelas IV – VI SDN 01 Barung

Barung Balantai Kecamatan Koto XI Tarusan yang berjumlah 101 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh

populasi.

N
n= 2
1+ N (d )

Ket :

N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

31
d2 = Presisi yang ditetapkan 0,052= 0,0025

101
n=
1+ 101(0,0025)

101
n=
1,2525

n = 80,64 orang, jadi total sampel dalam penelitian adalah 80 orang.

Untuk mengantisipasi subjek yang drop out, maka dilakukan perhitungan

sebagai berikut:

n
n=
1−f

80
n=
1−0,1

n = 88,48 (dibulatkan menjadi 88)

Berdasarkan perhitungan di atas maka besar sampel dalam penelitian ini adalah

88 orang.

Teknik pengambilan sampel yaitu secara proportional random sampling

(pengelompokan subjek populasi menjadi beberapa strata, tiap strata beranggotakan

subjek yang sama atau hampir sama karakteristiknya, kemudian membuat daftar subjek

pada setiap strata, selanjutnya subjek sampel dari tiap subpopulasi random sistematis).

Besar sampel pada masing masing kelas ditentukan dengan rumus :

Nhxn
nh=
N

Keterangan :

nh : Jumlah sampel yang diperlukan

Nh : Jumlah populasi tiap kelas

N : Jumlah populasi

32
n : Jumlah sampel penelitian

31
Kelas IV = x 88 = 27,00 (28 orang)
101
35
Kelas V = x 88 = 30,49 (30 orang)
101
35
Kelas VI = x 88 = 30,49 (30 orang)
101
Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi ,yaitu :

(1) Bisa diajak berinteraksi

(2) Bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

(1) Tidak berada di tempat saat penelitian berlangsung

3.4 Jenis Data


1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan cara

membagikan kuesioner kepada responden. Setiap data yang telah dikumpulkan

segera diperiksa oleh peneliti, untuk melihat kelengkapan data yang telah diisi oleh

responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh darijumlah populasi yaitu kelas IV –

VI yang berjumlah 101 orang.

3.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian maka digunakan kuesioner sebagai

instrument penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

1. Sebelum melakukan penelitian tentukan populasi.

2. Tentukan sampel yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 56 orang.
33
3. Lakukan teknik pengambilan sampel secara proportional random sampling yaitu

pengelompokan per kelas.

4. Setelah sampel yang akan diteliti telah diketahui kemudian peneliti menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian dan meminta persetujuan responden yang ditandatangani

di lembar persetujuan.

5. Setelah itu lakukan pengumpulan data dengan membagikan kuesioner kepada

responden responden.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan proses, data di olah secara

komputerisasi dengan tahapan pengolahan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Data (Editing)

Kuesioner di jawab oleh responden dan jawabannya ditulis oleh peneliti.semua

kuisioner yang telah dijawab oleh responden dan diisi oleh peneliti tidak boleh

terdapat kesalahan dalam pengumpulan data, dan kuesioner sudah tidak terdapat

kesalahan.

2. Pengkodean data (Coding)

Memberikan kode pada kuesioner yang telah terkumpul sehingga lebih mudah

dalam pengolahan data,diantaranya :

a. Perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

Tidak baik :1

Baik :2

b. Pengetahuan

Cukup :1

Kurang :2

Baik :3

34
c. Sikap

Negatif :1

Positif :2

d. Peran orang tua

Tidak baik :1

Baik :2

3. Memasukkan data (Entry)

Dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan master tabel yang telah

dibuat terdiri dari baris dan kolom.

4. Mentabulasi data (Tabulating)

Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan pentabulasian data dengan

membuat tabel distribusi frekuensi masing – masing variabel.

5. Membersihkan data (Cleaning)

Setelah data dimasukkan kedalam master tabel, selanjutnya peneliti memastikan

kembali bahwa tidak ada data yang salah ketika data di entri dengan kode yang

telah ditetapkan.

3.8 Uji Validitas Dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan suatu alat itu benar mengukur

apa saja yang diukur. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen atau kuisoner

dilakukan dengan cara melakukan kolerasi antar skor masing-masing variabel. Dikatakan

valid bila skor variabel tersebut berkolerasi secara signifikan dengan skor totalnya.Teknik

kolerasi yang digunakan Kolerasi Pearson Product Moment. Hasil uji validitas dengan

keputusan ujinya adalah sebagai berikut :

a. Bila r hitung ≥ dari r tabel Ho ditolak, artinya variabel valid.

b. Bila r hitung < dari r tabel Ho gagal ditolak, artinya variabel tidak valid.

35
Sedangkan uji reliabilitas yaitu melihat konsistensi dari pertanyaan yang diajukan.

Hasil reliabilitas dengan keputusan ujinya adalah sebagai berikut :

a. Bila nilai cronbach’s Alpha ≥ 0,60, artinya kuesioner atau angket dikatakan reliabel

atau konsisten.

b. Bila nilai cronbach’s Alpha <0,60, artinya kuesioner atau angket dikatakan tidak

reliable atau tidak konsisten.

3.9 Analisis Data

1. Analisis Univariat

Untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari variabel independen dan

dependen.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesis hubungan variabel

dependen dengan variabel independent, metode statistik yang digunakan untuk melihat

kemaknaan dan besarnya hubungan antara variabel tadi maka dilakukan uji chi

square( X2).

Nilai p alpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05 dengan demikian

bila hasil menunjukan p value< alpha maka di katakan bahwa kedua variabel tersebut

berhubungan.Hasil analisa dinyatakan bermakna apabila nilai p value = 0,05 dengan

kriteria:

a. Ha diterima jika p value ≤ 0,05 berarti ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

b. Ha ditolak jika p value > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

36
3.10Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap Perilaku dalam


pemeliharaan kesehatan
Peran orang tua gigi dan mulut

Gambar 3.1
Kerangka Konsep
3.11Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang

bersifat praduga yang masih harus dibuktikan kebenarannya, dimana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.

Hipotesa atau jawaban sementara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ha :

a. Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku anak dalam pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai Kecamatan

Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

b. Ada hubungansikap dengan perilaku anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai Kecamatan Koto XI

Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

37
c. Ada hubungan peran orang tua dengan perilaku anak dalam pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai

Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

2. Ho :

a. Tidak adahubungan pengetahuan dengan perilaku anak dalam pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai Kecamatan Koto

XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

b. Tidak adahubungan sikap dengan perilaku anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai Kecamatan Koto XI

Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

c. Tidak adahubungan peran orang tua dengan perilaku anak dalam pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai

Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021.

3.12Definisi Operasional

Tabel 3.1Defenisi Operasional

Defenisi Skala
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur

1. Perilaku Perilaku anak Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Tidak baik


dalam jika skor <
melakukan nilai
perawatan gigi mean/median
dan mulut
2. Baik jika skor
≥ nilai
mean/median
(Charles,
2016)

2. Pengetahua Semua yang Kuesioner Wawancara Ordinal 1.Kurang jika


n diketahui anak skor < 55%
tentang
pemeliharaan 2.Cukup jika skor
38
kesehatan gigi 55 – 74 %
dan mulut
3.Baik jika skor ≥
75% (Riyanto,
2011)

3. Sikap Respon Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Negatif jika


tertutup skor < nilai
seseorang mean/median
terhadap suatu
stimulus atau 2. Positif jika
objek skor ≥ nilai
mean/median
(Charles,
2016).

4. Peran orang Peran orang Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Tidak baik


tua tua dalam jika skor <
membantu nilai
anak mean/median
melakukan
perawatan gigi 2. Baik jika skor
dan mulut ≥ nilai
mean/median
(Herman,
2015).

39
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2015. Faktor Yang Berhungan Dengan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Usia
Sekolah. Jurnal Kesehatan Anak : ISSN : 8671 – 8871

Christiana. 2012. Serba Serbi Kesehatan Gigi Dan mulut. Jakarta : EGC

Charles. 2016. Efektivitas dental health education disertai demonstrasi cara menyikat gigi
terhadap tingkat kebersihan gigi dan mulut anak sekolah dasar. Pharmacon, 5(1).

Dewi & Wawan. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia
Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika

Dirjen Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi. 2011. Kesehatan Gigi dan Mulut :
Jakarta

Dinkes Sumbar. 2019. Kesehatan Gigi dan Mulut di Provinsi Sumatera Barat. Sumbar :
Dinas Kesehatan

Ghofur. 2012. Buku Pintar Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta : Mitra Buku

Gultom, 2019. Analisis Status Kesehatan Gigi Dan Kebutuhan Perawatan Gigi Pada Murid-
Murid SD Di Kota Bandar Lampung http://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&assdt=0%2c5=
Analisis+Status+Kesehatan+Gigi+Dan+Kebutuhan+Perawatan+Gigi+pada
+Murid+Di+Bandar+ lampung&btnG

Hermawan, 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Usia
Prasekolah Di POS PAUD Perlita Vinolia Kelurahan
Mojolangu.http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/286

Hutabarat. 2009. Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi. Medan : USU

Junralis. 2018. Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan
Mulut Anak Sekolah. Jurnal Kesehatan Anak. DOI : 8712 - 9981

Kasang. 2016. Gambara Perawatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Dalam Kegiatan Bulan
Kesehatan Gigi Nasional Periode Tahun 2016. Diakses pada tanggal 6 September 2021

Lubis & Nugrahaeni, (2018). Sudahkah Anda Menyikat Gigi Dengan Denar. http://kosmo.
vivanew. com/new/read90266- sudahkah -anda-menyikat-gigi-dengan-benar
Malik. 2018. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi
pada Siswa di SD Kartika XX-10 Kota Kendari Tahun 2015. Al-Ta'dib, 9(1), 94-119.

Mikail, B & Chandra. 2011. 90% Anak SD di Bangka Sakit


Gigi.http://health.kompas.com/read/2011/09/20/09005592/90

Minata. 2011. Cara Menggosok Gigi yang Benar. http:// trik-tips-


sehat.blogspot.co.id/2013/07/caramenggosok- gigi.hml

Notoadmodjo, soekidjo, 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :Rineka
Cipta.

Taibo & Mulyani. 2016. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta Salemba Medika

Tarigan. 2016. Cara Perawatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Salemba Medika

Ramadhani, 2018. Upaya Peningkatan Kesehetan Gigi dan Mulut Melalui Pedekatan Kuratif
Di Sekolah Dasar Negeri Susukan, Kecematan Sumbang Kabupaten Bayumas di akses
pada tanggal 1 Juni 2021.
http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/view/701

Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Risnawati. 2016. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Gigi dan Mulut. Jurnal
Kesehatan : ISSN : 0912 - 7659

Sintya, A. 2019. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak
Usia Sekolah. Jurnal Kesehatan Anak : ISSN : 8872 – 9810

Utami. 2015. Gambaran efektifitas penyuluhan dengan media poster dan phantom gigi
terhadap tingkat pengetahuan tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar pada
siswa/i kelas IV SDN 065015 kemenangan tani. Jurnal ilmiah pannmed (pharmacist,
analyst, nurse, nutrition, midwivery, environment, dentist), 11(3), 177-180.

Wazia. 2015. Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Usia Sekolah. Jakarta : EGC

WHO. 2016. Kesehatan Gigi dan Mulut. Wordl Health Organazation.


Lampiran 1

POA PENELITIAN

Faktor – Faktor yang berhubungan dengan perilaku anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah
SDN 01 Barung Barung Balantai Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

BULAN
NO KEGIATAN Agustus September Oktober November Desember
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
1 Pengurusan izin penelitian
2 Pengambilan data awal
3 Pengajuan judul, Draf Proposal
4 ACC judul
5 Konsul proposal (BAB I,II,III)
6 Seminar proposal
7 Penelitian
8 Pengelolahan Data
9 Konsul penelitian BAB IV,V,VI
10 Persiapan ujian penelitian
11 Ujian skripsi

Pembimbing I Pembimbing II Peneliti

Oktariyani Dasril, M.Kes Wiya Elsa Fitri M.Si Rinda Setri Ayu
Lampiran 2

PERMOHONAN JADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Saudara .....................
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Saya Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Rinda Setri Ayu
Nim : 1803112
Alamat : Barung Balantai
Adalah Mahasiswa STIKES SYEDZA SAINTIKA Padang bermaksud mengadakan
Penelitian dengan judul “Faktor – Faktor yang berhubungan dengan kebiasaan anak
dalam perilaku kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung Barung
Balantai Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan
akibat yang merugikan bagi Saudara selaku responden. Kerahasiaan semua informasi akan
dijaga dan hanya dipergunakan untuk kepentingan Penelitian.
Apabila Saudara menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaannya untuk
menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang diajukan sejujurnya
sesuai yang saudara ketahui.
Demikianlah, atas perhatian dan kesediaan Saudara sebagai responden saya ucapkan
terima kasih.

Barung Balantai, Oktober 2021

( Rinda Setri Ayu )


Lampiran 3

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada lembar pertama (Lembar

permohonan responden), saya menyatakan bersedia turut berpartisipasi sebagai responden

pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa di STIKES SYEDZA SAINTIKA Padang

yang bernama Rinda Setri Ayu (1803112 ) dengan judul penelitian “Faktor – Faktor yang

berhubungan dengan kebiasaan anak dalam perilaku kesehatan gigi dan mulut anak

usia sekolah SDN 01 Barung Barung Balantai Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021”.

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak berakibat negatif bagi saya, sehingga jawaban

yang saya berikan adalah benar sesuai dengan kenyataan, pengetahuan dan pengalaman saya

serta akan dirahasiakan.

Oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini dengan sukarela

dan tanpa paksaan siapapun

Barung Balantai, Oktober 2021

Responden
Lampiran 4
INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Dengan ini menyatakan bersedia mengisi/menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam

kuesioner penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor yang berhubungan dengan kebiasaan

anak dalam perilaku kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah SDN 01 Barung

Barung Balantai Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021”. Dengan sejujur-jujurnya tanpa

paksaan dari siapapun dengan catatan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian dan

dijamin kerahasiannya.

pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sesuai dengan

kepentingan.

Barung Balantai, Oktober 2021

( )
Lampiran 5
KUESIONER
PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

No Responden :…………….
Umur :…………….
Jenis Kelamin :…………….
Kelas :…………….

A. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

Jawaban
No Pertanyaan
YA TIDAK
1 Apakah adik selalu pergi kedokter gigi setiap 6 bulan sekali
untuk memeriksakan gigi
2 Apakah adik sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung gula seperti coklat , permen , minuman bersoda
dll
3 Apakah adik setelah mengkonsumsi makanan yang manis-
manis langsung menggosok gigi atau kumur-kumur
4 Apakah adik menggosok gigi pada pagi hari

5 Apakah adik menggosok gigi sebelum tidur


6 Apakah adik menggunakan sikatgigibergantian dengan
oranglain
7 Apakah adik menyikat gigi menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor

8 Apakah adik setelah menggosok gigi berkumur-kumur


dengan air yang bersih
9 Apakah adik menggosok gigi dalam waktu minimal 2 menit
10 Apakah adik menyikat gigi dengan lembut
11 Apakah adik menggosok semua area mulut, mulai dari luar,
dalam, hingga ke gusi
12 Apakah adik membersihkan gigi dengan gerakan yang benar
(Sumber : Hermawan, 2016)
B. Pengetahuan

1. Kesehatan gigi dan mulut perlu dipelihara agar.............


a. Gigi tidak mudah tanggal
b. Gigi dapat berfungsi dengan baik
c. Gigi tidak mudah goyang
d. Gigi menjadi bersih dan sehat
2. Waktu menyikat gigi yang tepat adalah.............
a. Setiap mandi
b. Pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur
c. Pada saat mandi dan setelah sarapan pagi
d. Sebelum sarapan dan malam sebelum tidur

3. Syarat-syarat sikat gigi yang baik adalah.............


a. Tangkainya lurus, bulu sikat halus, ujung sikat bulat dan kecil
b. Tangkainya membentuk sudut, bulu sikatnya kasar, ujung sikatnyasegitiga
c. Tangkainya lurus, bulu sikat kasar, ujung sikatnya segitiga
d. Kepala sikat besar, tangkainya panjang, permukaannya rata

4. Cara menyikat gigi yang benar adalah.............


a. Bagian depan digosok dengan gerakan naik turun posisi gigi tertutup
b. Bagian samping dengan gerakan naik turun sedikit memutar posisiterbuka
c. Bagian pengunyahan dengan gerakan maju mundur posisi tertutup
d. Bagian yang menghadap ke lidah atau ke langit-langit dengan gerakan naik turun posisi
tertutup

5. Akibat tidak menggosok gigi adalah ..............


a. Gusi mudah berdarah
b. Gigi cepat tanggal
c. Sariawan
d. Gigi mudah berlubang

6. Pasta gigi yang digunakan pada waktu menyikat gigi sebaiknya mengandung...............
a. Kalsium
b. Fluor
c. Phospor
d. Kalium

7. Tujuan kumur-kumur larutan fluor adalah..............


a. Membuat nafas segar
b. Mencegah terjadinya gigi berlubang
c. Terhindar dari radang gusi
d. Gigi menjadi bersih

8. Contoh makanan yang dapat merusak gigi adalah..........


a. Coklat, permen, dodol
b. Coklat, jeruk, biscuit

c. Dodol, roti, nenas


d. Pisang, semangka, permen

9. Contoh makanan yang dapat membantu membersihkan gigi adalah...........


a. Semangka, dodol, permen
b. Apel, semangka, papaya
c. Pepaya, nenas, roti
d. Jeruk, kedondong, biscuit
10. Penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan kerusakan, dimulai dari permukaan gigi
yang paling luar disebut................
a. Plak
b. Radang gusi
c. Karang gigi
d. Katies gigi

11. Makanan yang dapat menguatkan gigi adalah .................


a. Telur asin
b. Ikan laut
c. Jagung bakar
d. Daging sapi

12. Karang gigi dapat menyebabkan terjadinya................


a. Radang gusi
b. Plak
c. Sariawan
d. Gigi berlubang

13. Tanda-tanda gusi yang sehat adalah ...............


a. Gusi berwarna merah mengkilat
b. Gusi mudah berdarah

c. Gusi mengeluarkan nanah


d. Gusi berwarna merah muda

14. Radang gusi disebabkan oleh karena kekurangan...............


a. Vitamin A
b. Vitamin B
c. Vitamin C
d. Vitamin D

15. Cara memelihara kesehatan gigi dan mulut adalah................


a. Mencabut semua gigi yang sakit
b. Mangganti gigi dengan gigi palsu
c. Makan sirih untuk menguatkan gigi
d. Teratur menyikat gigi, makan makanan berserat dan berair

(Sumber : Charles, 2016)


C. Sikap
Berilah tanda ( √ ) pada kolom Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju atau sangat
Tidak Setuju pada tabel di bawah ini
Tidak Sangat
No Sangat Setuj Kurang
Pernyataan Setuj Tidak
. Setuju u Setuju
u Setuju
Jika saya sakit gigi saya tidak akan pergi ke dokter
1.          
gigi dan dibiarkan saja
Jika gigi saya berlubang, saya pergi ke Puskesmas
2.          
atau dokter gigi
Saya takut disuntik, sehingga saya malas ke dokter
3          
gigi
4 saya takut dengan alat-alat kedokteran gigi          
5 Saya rajin menggosok gigi agar bersih          
jarak puskesmas yang jauh dari rumah membuat
6          
saya malas berobat di puskesmas
Jika sakit gigi saya selalu minum obat yang beli di
7          
warung
Saya lebih memilih mengkikir gigi saya agar
8 terlihat rapi          
9 saya malas ke dokter gigi karena biayanya mahal          
Saya selalu malas menggosok gigi setiap selesai
10 makan
(Sumber : Hermawan, 2016)

D. Peran Orang Tua


Berilah tanda ( √ ) pada kolom Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju atau sangat
Tidak Setuju pada tabel di bawah ini
Tidak
No Serin Selal
Pernyataan Jarang perna
. g u
h

1. Ibu mendampingi saya dalam perawatan gigi        


Ibu memberikan pujian dan perhatian jika
2.        
merawat gigi
3 Ibu memarahi saya jika tidak menggosok gigi        
Ibu tidak menyediakan sikat gigi khusus anak -
4        
anak
5 Ibu membiarkan saya jika tidak sikat gigi        
6 Ibu mengajari cara menggosok gigi yang benar        
7 Ibu tidak membiarkan saya sikat gigi sendiri        
8 Ibu membiarkan saya makan sembarangan        
9 Ibu selalu mengingatkan saya untuk gosok gigi        
10 Ibu mengawasi saya saat gosok gigi
(Sumber : Risnawati, 2016)
Lampiran 6

Master Tabel
Pengetahuan Sikap Peran Orang Tua
No Nama Umur Jenis Kleamin Kelas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total % Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Skor Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
dst

Lampiran 7

Dummy Table :

1. Analisa Univariat

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut

Berikut ini distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku responden.

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Perilaku Anak Dalam Perawatan Kesehatan Gigi dan
Mulut di SDN 01 Barung Balantai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten
Pesisir Selatan Tahun 2011

Perilaku F %
Tidak baik
Baik
Total
2. Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut

Berikut ini distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan.

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dalam Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut
di SDN 01 Barung Balantai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir
Selatan Tahun 2011

Pengetahuan F %
Kurang
Cukup
Baik
Total
3. Sikap Responden

Berikut ini distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap responden.

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Sikap Dalam Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut di SDN
01 Barung Balantai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan
Tahun 2011
Sikap F %
Negatif
Positif
Total

4. Peran Orang Tua

Berikut ini distribusi frekuensi peran orang tua

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Peran Orang Tua Dalam Perawatan Kesehatan Gigi dan
Mulut di SDN 01 Barung Balantai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten
Pesisir Selatan Tahun 2011

Peran Orang Tua F %


Tidak baik
Baik
Total

2. Analisa Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan


Mulut Anak Usia Sekola

Berikut ini hubungan pengetahuan dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut pada anak usia sekolah

Tabel 5
Hubungan Pengetahuan dengan Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak
Usia Sekolah di SDN 01 Barung Balantai Kecamatan Koto XI Tarusan
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2011
Pengetahuan Perilaku Jumlah P-Value
Tidak baik Baik
F % f % f %
Kurang
Cukup
Baik
Jumlah

2. Hubungan Sikap dengan dengan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
pada anak usia sekolah

Berikut ini hubungan sikap dengan dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut pada anak usia sekolah

Tabel 6

Hubungan Sikap dengan Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Usia
Sekolah di SDN 01 Barung Balantai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten
Pesisir Selatan Tahun 2011

Sikap Perilaku Jumlah P-Value


Tidak baik Baik
f % f % f %
Negatif
Positif
Jumlah

3. Hubungan Peran orang tua dengan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut pada anak usia sekolah

Berikut ini hubungan peran orang tua dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut pada anak usia sekolah

Tabel 7
Hubungan Peran Orang Tua dengan Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak
Usia Sekolah di SDN 01 Barung Balantai Kecamatan Koto XI Tarusan
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2011

Peran orang tua Perilaku Jumlah P-Value


Tidak baik Baik
F % f % f %
Tidak Baik
Baik
Jumlah

Lampiran 8
Lampiran Dokumentasi Survey Awal

34
35
36

Anda mungkin juga menyukai