TAHUN 2022
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
1803034
TAHUN, 2022
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
SKRIPSI
OLEH :
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Mengetahui
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Nim : 1803034
Komisi Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Ketua
ii
PANITIA UJIAN PROPOSAL
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I
Penguji II
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
Shalawat serta salam tidak lupa kita berikan kepada junjungan kita Nabi
masukan dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini peneliti mengucapkan
terimakasih terutama kepada Ibu Eliza Trisna Dewi, MPH selaku pembimbing I
dan Ibu Wiya Elsa Fitri, M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan
iv
5. Bapak Drs. H. Hasrinal, Amd.Kep dan Ibu Anisa Novita Sari, M.Kes
sebagai Penguji yang telah memberikan masukan dan kritikan dalam
penyempurnaan penyusunan proposal ini.
6. Bapak/ibu Staf dan Dosen pengajar Stikes Syedza Saintika Padang yang
telah banyak memberikan ilmu kepada peneliti selama perkuliahan.
7. Bapak/Ibu Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci yang sudah bersedia
untuk memberikan izin pengambilan data dalam rangka untuk
menyelesaikan penelitian bagi peneliti.
8. Kepala Puskesmas yang telah memberikan izin dan data-data yang
diperlukan peneliti dalam melakukan peneliti ini.
9. Teristimewa orang tua tercinta serta keluarga besar yang telah memberikan
semangat, dukungan dan doa yang tulus bagi peneliti sehingga dapat
menyelesaikan proposal ini.
10. Teristimewa Alvino Renol Arlando, SE yang telah memberikan semangat,
dukungan dan doa yang tulus bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan
proposal ini.
11. Sahabat yang sangat membantu dan selalu memberikan semangat bagi
peneliti dalam penyelesaian proposal ini.
12. Seluruh teman-teman IKM-18 dan semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya proposal ini
Peneliti menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
sehingga akhirnya proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang
Padang, 2022
Peneliti
v
DAFTAR ISI
vi
3.3.1 Populasi .............................................................................. 28
3.3.2 Sampel ................................................................................ 29
3.4 Etika Penelitian ............................................................................ 29
3.4.1Izin Penelitian....................................................................... 32
3.4.2 Informed Concent (Lembar Persetujuan) ............................ 32
3.4.3 Anonymity (Identitas Disembunyikan) ............................... 32
3.4.4 Confidentyality (Jaminan Kepercayaan Terhadap
Responden ........................................................................... 32
3.5 Cara Pengumpulan Data .............................................................. 32
3.5.1 Alur Penelitian yang Dilaksanakan .................................... 32
3.6 Jenis Data ..................................................................................... 32
3.6.1 Data Primer ......................................................................... 32
3.6.2 Data Sekunder..................................................................... 34
3.7 Pengolahan Data .......................................................................... 34
3.7.1 Editing Data (Mengedit Data)............................................ 34
3.7.2 Coding Data ( Pengkodean Data) ...................................... 35
3.7.3 Entry Data (Memasukkan Data) ........................................ 35
3.7.4 Cleaning Data (Membersihkan Data) ................................ 35
3.7.5 Processing Data (Memproses Data) ................................... 36
3.8 Analisis Data................................................................................ 36
3.8.1 Analisa Univariat ............................................................... 36
3.8.2 Analisa Bivariat .................................................................. 36
3.9 Kerangka Konsep ........................................................................ 37
3.10 Definisi Operasional .................................................................. 37
3.11 Hipotesis Penelitian ................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 40
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan banyaknya kasus
gizi kurang pada anak balita baik pada laki-laki dan perempuan. Masalah gizi
yang menjadi salah satu faktor penyebab kesakitan dan kematian yang paling
sering terjadi pada anak diseluruh dunia. Masalah gizi dikenal sebagai masalah
yang multi komplek. Permasalahan gizi kurang pada bayi dan balita salah satunya
adalah Stunting yang merupakan salah satu permasalahan gizi yang terjadi di
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil)
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan
angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan
1
memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa (Millenium Challengga Account
Indonesia, 2013).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh balita (bayi di bawah lima tahun)
akibat dari kekurangan gizi kronis dan paparan infeksi berulang terutama dalam
1000 hari pertama kehidupan (HPK) yaitu dari janin hingga anak berusia dua
tahun. Kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun yang
ditunjukkan dengan nilai standar deviasi (SD) unit z (z-score) tinggi badan
menurut umur (TB/U) < -2 SD untuk balita pendek dan < -3 SD untuk balita
terjadinya stunting pada balita baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Beberapa kareteristik seperti status sosial ekonomi keluarga, pola asuh
Angka kejadian stunting pada tahun 2017 di dunia adalah 22,2 % atau
sekitar 150,8 juta balita. Lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari
Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia
selatan yaitu 58,7% balita stunting dan proporsi paling sedikit di Asia tengah
0,9% balita stunting. Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World
prevalensi tertinggi di Asia tenggara, setelah Timor leste dan India yaitu 36, 4%
(Kemenkes, 2018).
2
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2019) prevalensi
stunting di Provinsi Jambi pada tahun 2019 sebesar sebesar 20,8%. Terdapat
yaitu Kabupaten Kerinci (34,3%), Tebo (29,5%), Bungo (27,9%), dan Batang
dibawah angka Provinsi yaitu Kabupaten Muaro Jambi (8,6%) dan Merangin
merupakan daerah dengan kasus stunting yang terbilang tinggi, dimana prevalensi
stunting pada tahun 2020 yakni sebesar 42,41%, kemudian pada tahun 2021
prevalensi stunting menjadi 34,3% dan pada tahun 2022 prevalensi stunting di
Kerinci, 2021).
tahun 2019 yaitu sebesar 18,7%, kemudian pada tahun 2020 mengalami
penurunan menjadi 2,8% dan pada tahun 2021 Puskesmas Kersik Tuo menempati
Puskesmas Kersik Tuo memiliki 21 Desa yang menjadi wilayah kerja, salah
satunya adalah Desa Tanjung Bungo yang merupakan Desa dengan kejadian
stunting yang tinggi yaitu 19,6% pada tahun 2021 (Puskesmas Kersik Tuo, 2021).
3
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan (Hafid and Razak Thaha, 2015)
dalam penelitiannya yang berjudul Faktor Risiko Stunting Usia 6-23 Bulan Di
stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Bontoramba adalah berat badan
lahir rendah, pengasuh tidak mencuci tangan menggunakan sabun, tinggi badan
berjudul Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada Balita
pendidikan ibu, pola asuh orang tua, pemberian ASI ekslusif dan berat badan lahir
gizi kronis. Kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan
pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh lainnya. Hasil
reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi diekspresikan pada usia dewasa dalam
10 orang responden yang mempunya balita stunting yang berada di wilayah kerja
4
Puskesmas Kersik Tuo yang kususnya di desa Tanjung Bungo. Dari 10 responden
tersebut di teemukan balita stunting yang berat bayi lahir rendah sebanyak 9
responden, dan setatus ekonomi rendah 8 responden, serta 7 responden pola asuh
tahun 2022.
5
d. Mengetahui distribusi frekuensi berat bayi lahir rendah terhadap
tahun 2022.
2022.
2022.
pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, bayi baru lahir, bayi dan balita.
bagi mahasiswa Stikes Syedza Saintika Padang yang akan melakukan penelitian
selanjutnya.
6
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Stunting Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kersik Tuo Tahun 2022.
Variabel Independen penelitian ini adalah jumlah anggota keluarga, berat bayi
lahir rendah, pendidikan ibu, pola asuh, dan status ekonomi sedangkan variabel
dependen penelitian ini adalah kejadian stunting. Jenis penelitian ini adalah
variabel dependen.
akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Populasi penelitian yaitu seluruh
ibu yang memiliki balita di Desa Tanjung Bungo Wilayah Kerja Puskesmas
Kersik Tuo, metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling
yaitu mengambil semua anggota populasi menjadi responden penelitian yaitu 114
wawancara, pengisian kuesioner dan pengukuran tinggi badan dan data sekunder
didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci dan Puskesmas Kersik Tuo.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan
gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Balita pendek (stunted)
dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U)
atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana anak memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan anak seusianya.Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan anak yang minus dari standard pertumbuhan
anak WHO. Anak dengan stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan
oleh beberapa factor seperti gizi saat ibu mengandung, kesakitan pada bayi,
kurangnya asupan gizi pada bayi dan kondisi sosial ekonomi. Anak stunting
Stunting atau yang disebut dengan “Pendek” adalah kondisi gagal tumbuh
pada balita akibat kekurangan gizi kronis terutama 1000 hari pertaama kehidupan
yang menyebabkan anak terlalu pendek untuk usianya. Istilah kekurangan gizi
8
gizi yang tejadi secara komulatif dalam jangka waktu yang lama. Balita stunting
patologis pada balita (Lamid, 2015). Kurangnya asupan gizi terjadi dari sejak bayi
di dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, dan kondisi stunting
bisa di capai dan menjadi dampak buruk kondisi gizi seseorang, Prevalensi
stunting meningkat saat anak berusia 3 bulan, dan akan melambat saat anak
berusia sekitar 3 tahun. Selanjutnya kurva tinggi badan anak stunting akan
mengikuti kurva standard dan berada di bahwa batas normal. Diantara kedua
kelompok usia anak, terdapat perbedaan interpretasi kejadian stunting. Anak yang
(Fikawati, 2017).
2.2 Balita
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai
dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak
dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok yang rawan
9
gizi serta mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang
terhadap status gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak
(Nurhasanah, 2018).
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau
lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Menurut
Nurhasanah (2018), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita)
dan anak pra sekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh
kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan
kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam
proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan pasa masa itu
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung
cepat dan tidak akan pernah terulang kembali, karena itu sering disebut golden age
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia di
bawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun
yang yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima
tahun yang dikenal dengan usia pra sekolah (Nurhasanah, 2018). Menurut
10
karakterisik, balita terbagi dalam dua kategori, yaitu anak usia 1- 3 tahun (batita)
dan anak usia pra sekolah. Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif,
artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan oleh ibunya
(Nurhasanah, 2018).
Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra sekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Pola makan yang
diberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi sering karena perut balita
masih kecil sehingga tidak mampu menerima jumlah makanan dalam sekali
(Pohan, 2017). Pada stunting metode penilaian status gizi yang paling sering
tingkat umur dan keadaan gizi. Indeks antropometri yang digunakan untuk
stunting adalah tinggi badan menurut umur (TB/U) atau panjang badan menurut
11
Berat badan menurut tinggi Gemuk > 2 SD
badan (BB/TB) Normal - 2 SD sampai + 2 SD
Kurus < 2 SD sampai -3 SD
Kurus Sekali < - 3 SD
Sumber : Kemenkes RI,2015.
besar kecilnya kebutuhan gizi untuk seseorang. Pria lebih banyak membutuhkan
zat tenaga dan protein dibandingkan wanita. Pria lebih sanggup mengerjakan
pekerjaan berat yang tidak bisa dilakukan wanita. Selama masa bayi dan anak-
serve stunting dari pada anak laki-laki, selain itu bayi perempuan dapat bertahan
hidup dalam jumlah lebih besar dari pada bayi laki-laki dikebanyakan Negara
tahun lebih awal dari pada laki-laki, dan dua tahun juga merupakan selisih
zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologi akibat dari
tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, 2014), sedangkan menurut
Soekirman (2015), status gizi adalah keadaan kesehatan fisik seseorang atau
sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari
12
Seorang anak sehat, pada status gizi baik akan tumbuh dan berkembang
dengan baik, berat dan tinggi badannya akan selalu bertambah, sedangkan
keadaan gizi yang buruk akan muncul sebagai faktor risiko yang penting untuk
terjadinya stunting. Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui
oleh setiap orang tua, perlu perhatian lebih dalam tumbuh kembang diusia balita
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini akan
Menurut WHO 2016, gizi kurang masih menjadi masalah kesehatan utama
di dunia, yaitu sekitar 45% kematian pada anak dibawah 5 tahun mengalami gizi
kurang. sebanyak 2-3 juta orang pada tahun 2014 mengalami gizi kurang di setiap
Negara, gizi kurang bukan merupakan penyebab kematian secara langsung namun
gizi kurang dihubungkan dengan penyebeb dari 54% kematian pada anak di
Di dunia prevalensi gizi kurang sampai 104 juta anak dan menjadi
Indonesia prevalensi gizi kurang pada balita pada tahun 2013 sebanyak 13,9%.
Pada tahun 2016 data survelains gizi Indonesia mengatakan rata-rata persentase
gizi kurang 11,1%, kemudian pada tahun 2017 kasus gizi kurang di Indonesia
sebesar 18,9%, Prevalensi gizi kurang di Sulawesi Barat sebanyak 18,4% pada
dibawah lima tahun (balita), ibu yang sedang‟ mengandung dan menyusui.
13
Kekurangan zat gizi meliputi unsur pendek dan kurus diartikan sebagai anak
berusia 0 sampai 59 bulan dimana berat badan menurut umur (BB/U) berada pada
jumlah uang yang dihasilkan dan jumlah uang yang dikeluarkan untuk membiayai
keperluan keluarga selama satu bulan. Pendapatan yang memadai akan menunjang
memadai.
Salah satu faktor penyebab masalah gizi adalah kemiskinan dan pekerjaan
orang tua. Kemiskinan dinilai mempunyai peran penting yang bersifat timbal balik
kerja karena kurang fisik, menurunnya fungsi kognitif yang akan mempengaruhi
Pekerjaan orang tua mempunyai andil yang besar dalam masalah gizi.
14
mempengaruhi daya beli keluarga. Keluarga dengan pendapatan yang terbatas,
makanan. Pengeluaran yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih
akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan
semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder (Yuliana, Wahida dan
Hakim, 2019).
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah berat badan bayi ketika lahir atau
paling lambat berumur 1 hari dilihat dari Kartu Menuju Sehat (KMS) dimana bila
berat badan lahir kurang dari 2.500 gram berarti berat badan lahir rendah dan bila
lebih dari atau sama dengan 2.500 gram berarti normal. Berat badan lahir rendah
sering dihubungkan dengan tinggi badan yang kurang atau stunting pada balita
(Pohan, 2017).
jangka panjang anak balita. Berat badan lahir rendah dapat terjadi juga akibat
kelahiran sebelum usia kehamilan sempurna, yaitu 37 minggu. Bayi yang lahir
dengan berat badan rendah mempunyai resiko lebih tinggi terhadap gangguan
15
Berdasarkan penelitian (Pohan, 2017) BBLR dapat diklasifikasikan
menjadi:
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu bayi dengan berat lahir 1.501
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu bayi dengan berat lahir
3) Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), yaitu bayi dengan berat
Dalam masa kehamilan kondisi ibu yang tidak baik seperti malnutrisi, stres,
nantinya apabila bayi yang dilahirkan memiliki panjang badan kurang dari
bayi lahir dengan panjang badan lahir pendek. Bayi yang dilahirkan memiliki
panjang badan lahir normal bila panjang badan lahir bayi tersebut berada pada
16
Penentuan asupan yang baik sangat penting untuk mengejar panjang badan
yang seharusnya. Berat badan lahir, panjang badan lahir, dan pola asuh
lahir merupakan salah satu faktor risiko kejadian stunting pada balita
(Nurhasanah, 2018).
Pola Asuh adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan biomedis anak termasuk
layak, hygiene perorangan, sanitas lingkungan, sandang dan rekreasi. Pola asuh
yang memadai pada balita adalah kebutuhan fisik dan biomedis anak terpenuhi
secara optimal. Hal ini dilakukan melalui pemberian gizi yang baik berupa
pemberian ASI, pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) tepat
waktu dan bentuknya, melanjutkan menyusui anak sampai anak berumur 2 tahun,
ibu punya cukup waktu untuk merawat anak, imunisasi dan memantau status gizi
Pola asuh atau kebutuhan emosi atau kasih sayang, penting menimbulkan
rasa aman dengan kontak fisik dan psikis sedini mungkin dengan ibu. Kebutuhan
anak akan kasih sayang, diperhatikan dan dihargai, pengalaman baru, pujian,
etika dan perilaku. Ciri bakal proses pembelajaran, pendidikan dan pelatihan yang
17
Pola asuh adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktu,
perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan
sebaik-baiknya secara fisik, mental dan social. Pola pengasuhan anak merupakan
sikap dan praktek ibu atau pengasuh lain dalam kedekatannya dengan anak, cara
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI)
tanpa menambahkan dan atau menggantikan dengan makanan dan minuman lain
Menurut UNICEF Anak yang diberikan ASI saja selama enam bulan
pertama akan mengalami pertumbuhan yang baik. ASI dapat melindungi bayi dari
serangan penyakit infeksi karena ASI mengandung antibodi, protein dan vitamin
A. Biasanya, bayi yang baru lahir perlu menyusu antara 10 hingga 12 kali sehari,
dengan jarak antara 1,5 hingga 2 jam sekali. Jika frekuensi menyusui lebih sering,
tidak usah dibatasi. Biarkan bayi menyusu hingga merasa kenyang, karena
kebutuhan setiap bayi selalu bervariasi. Atau pada bayi yang baru lahir karena
waktunya lebih banyak untuk tidur, upayakan membangunkannya agar ada waktu
untuk menyusui.
balita diberikan makanan pendamping ASI selama 0-6 bulan akan menyebabkan
produksi ASI menurun karena bayi tidak mau mengisap lagi akibat perasaan
18
kenyang. Jika diberikan makanan pendamping ASI secara dini itu juga berdampak
pada pencernaan bayi. Pada usia 0-6 bulan sistem pencernaan bayi belum
menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh serta
kemampuan fisik individu. Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses dimana
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
pengalaman seharihari baik secara sadar maupun tidak sadar sepanjang hayat.
19
Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, dalam pergaulan sehari-hari
Hakim, 2019).
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam
tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua
dapat menerima segala informasi dari luar tentang cara pengasuhan anak yang
keluarga, baik berada di rumah pada saat pencacahan maupun sementara tidak
ada. Kategori BKKBN keluarga dengan anggota keluarga kurang dari 4 orang
yang tinggal pada keluarga kecil relative akan lebih terjamin dibandingkan
memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada balita. Anak-
anak dengan stunting berasal dari keluarga yang jumlah anggota rumah tangganya
20
lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak normal sehingga kemungkinan
gizi balita disamping konsumsi makanan. Penyakit infeksi rentan terjadi dan
sering dialami oleh balita. Dimana balita merupakan kelompok umur yang rawan
gizi dan rawan penyakit, salah satu masalah yang sering dialami pada balita
adalah infeksi cacing, diare dan ISPA. Beberapa penyakit infeksi yang diderita
bayi dapat menyebabkan berat badan bayi turun. Jika kondisi ini terjadi dalam
waktu yang cukup lama dan tidak disertai dengan pemberian asupan yang cukup
untuk proses penyembuhan maka dapat mengakibatkan stunting (Pusat Data dan
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar atau tidak mau makan.
Penyakit ini juga dapat menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang
adalah diare, dan infeksi saluran napas atas, infeksi cacing atau cacingan
(Proverawati, 2018).
2. Diare
Diare sering disertai dengan munculnya tanda dan gejala seperti muntah,
gejala yang terjadi akibat adanya infeksi oleh bakteri, virus dan parasit perut.
21
Escherichia coli, yersiniosis, giardiasis, enteritis Campylobacter,
(2003), diare adalah suatu keadaan buang air besar dengan konsistensi lembek
hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari berlangsung kurang dari 14
hari. Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus ECHO,
signifikan dengan kejadian stunting. Seorang anak yang terkena diare akan
mengalami malabsorbsi zat gizi dan durasi diare yang berlangsung lama (lebih
dari empat hari) akan membuat anak semakin mengalami kehilangan zat gizi, bila
tidak segera ditangani dengan asupan yang sesuai maka dapat terjadi gagal
tumbuh.
Kejadian diare ini dapat menimbulkan efek jangka panjang berupa defisit
pertumbuhan tinggi badan. Selama masa diare yang dialami oleh balita, maka
mineral Zinc akan ikut hilang dalam jumlah yang banyak sehingga perlu diganti
untuk membantu penyembuhan diare pada anak dan juga menjaga balita tetap
diare pada 2-3 bulan berikutnya yang akan berdampak pada balita yang
22
3. Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan suatu penyakit pada
saluran pernapasan atas atau bawah, yang biasanya menular dan dapat
menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala
atau infeksi ringan bahkan sampai penyakit yang parah dan mematikan, semua
sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di
Indonesia diperkirakan 3-6 kali pertahun (rata-rata 4 kali pertahun, artinya seorang
balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun)
(Marinda, 2020).
Angka kejadian ISPA pada anak dan balita cukup tinggi, dimana hampir 50% dari
penyakit yang diderita oleh anak di bawah lima tahun adalah ISPA. ISPA
dikatakan berulang jika dalam 1 tahun mengalami ISPA sebanyak 6 kali atau
lebih. ISPA dapat menjadi salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan pada
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Yuliana dkk, 2018) adalah
penyakit infeksi (kejadian dan frekuensi penyakit infeksi) seperti ISPA dan Diare
mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian malnutrisi pada anak usia
2-5 tahun. Hal ini dikarenakan anak-anak yang menderita diare dan/atau ISPA
Apabila asupan nutrisi anak tidak kuat, ketidak seimbangan antara kebutuhan
23
Dampak lain dari penyakit infeksi adalah kecukupan energi yang seharusnya
adanya penyakit infeksi. Oleh karena itu anak-anak yang menderita penyakit
berhubungan dengan status gizi balita dimana semakin tinggi frekuensi ISPA
maka status gizi balita semakin buruk. Anak yang memiliki riwayat penyakit
ISPA memiliki risiko 4 kali lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan
dengan yang tidak mengalami penyakit ISPA (Proverawati, 2018). Anak yang
menderita penyakit infeksi dengan durasi waktu yang lebih lama, maka
(Marinda, 2020) .
4. Cacingan
berupa cacing dan kondisi tubuh manusia yang terinfeksi cacing atau parasit yang
mengalami stunting, Sedangkan stunting bisa terjadi lantaran anak yang terinfeksi
2018).
berkembang. Ini berarti 1 dari 3 anak Indonesia akan kehilangan peluang lebih
24
baik dalam hal pendidikan dan pekerjaan dalam sisa hidup mereka. Stunting
bukan semata pada ukuran fisik pendek, tetapi lebih pada konsep bahwa proses
metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang
stroke dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang
merupakan alat untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang diteliti. Teori
selalu berdasarkan fakta, didukung oleh dalil dan proposisi. Secara teori harus
memprediksikan kenyataan atau realitas. Suatu penelitian dengan dasar teori yang
25
dan 4) faktor genetik (keturunan). Keempat determinan tersebut saling
Dalam hal ini, faktor gaya hidup atau life style ditandai dengan pola asuh
orangtua yaitu pemberian ASI Eksklusif. Faktor lingkungan seperti dalam hal
sosial, ekonomi, politik, dan budaya ditandai dengan tingkat pendidikan orang tua,
dan tingkat ekonomi atau pendapatan, pekerjaan orang tua. Faktor pelayanan
kesehatan pun juga akan berpengaruh pada kesehatan anak seperti penyakit
infeksi. Sedangkan, faktor genetik atau keturunan ditandai dengan riwayat berat
bayi lahir rendah (BBLR), panjang badan lahir. Semua faktor tersebut akan
berpengaruh terhadap ketidak seimbangan kebutuhan dan asupan gizi pada balita
kebutuhan dan asupan gizi inilah yang akan menjadi awal dari stunting pada
balita.
26
Genetik
1. Jenis Kelamin
2. Jumlah Anggota Keluarga
3. Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR)
4. Panjang Badan Lahir
Gaya Hidup
1. Staus Gizi
2. Pola Asuh
Asi Ekslusif
27
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian yang digunakan adalah desain cross sectional, yaitu peneliti mencari
keluarga, pola asuh, pendidikan ibu, dan riwayat pemberian ASI Ekslusif dan
stunting.
2022.
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita di Desa
Tanjung Bungo Wilayah Kerja Puskesmas Kersik Tuo yaitu 114 orang.
28
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan responden pada
adalah total sampling atau disebut juga dengan populasi sampel, yaitu seluruh
Hak-hak responden:
(Notoadmodjo, 2018).
29
Informasi yang akan diberikan oleh responden adalah miliknya
individual dari orang per orang dengan nama tertentu, tetapi dalam
bentuk agregat atau kelompok responden. Oleh sebab itu realisasi hak
Kewajiban Responden:
peneliti. Tetapi selama belum ada informed concent, responden tidak ada
Hak peneliti:
30
Bila responden bersedia dimintai informasinya (menyetujui informed
jujurnya dan selengkap-lengkapnya dari responden atau informan. Apabila hak ini
Kewajiban peneliti:
31
3.4.1 Izin Penelitian
meminta surat izin pengantar penelitian dari ketua Stikes Syedza Saintika Padang.
Kerinci.
concent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta
hanya dengan nama inisial saja, misalnya Ny. P atau Tn. A pada lembar ukur
dan menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
32
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data yang
Tuo.
penelitian ini peneliti dibantu oleh teman dalam pengambilan foto atau
pengisian kuesioner, dan pengukuran tinggi badan. Sesuai tujuan penelitian data
Data primer adalah data yang berasal dari orang pertama didapatkan
dengan cara wawancara (Marinda, 2020). Data primer dalam penelitian ini berasal
33
dari wawancara dan pengisian kuesioner. Data primer yang dikumpulkan adalah
jumlah anggota keluarga, berat bayi lahir rendah, pendidikan ibu, pola asuh dan
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak kedua. Data
sekunder dari penelitian ini adalah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci,
berikut :
kuesioner, apakah jawaban responden sudah lengkap, jelas, relevan dan jawaban
segera. Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan
pengecekan dan perbaikan isian data kuesioner yang telah dikumpulkan agar
34
3.7.2 Coding Data (Pengkodean Data)
merubah bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Peneliti
mengkode setiap pertanyaan dari setiap variabel. Setelah semua kuesioner diedit
data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan
(Notoatmodjo, 2018).
cara memindahkan data dari kuesioner ke dalam tabel yang telah disediakan.
Jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau
2018).
atau dientri ke dalam computer untuk melihat apakah ada kesalahan atau tidak.
Pengecekan data dilakukan dengan cara distribusi frekuensi dari variabel. Apabila
semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu
35
3.7.5 Processing Data (Memproses Data)
Merupakan kegiatan memproses data mentah menjadi data dibaca. Diberi skoring
sesuai dengan kategori data dan jumlah item pertanyaan, kemudian dilakukan
variabel yang diteliti, yaitu berat bayi lahir rendah, status ekonomi, pola asuh,
independen dengan variabel dependen yaitu berat bayi lahir rendah, status
ekonomi, pola asuh, dengan kejadian stunting. Untuk menguji data tersebut
Cara pengambilan Keputusan dengan tingkat kebenaran 95% dan p value = 0,05
adalah :
36
b. Jika nilai p value > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara berat bayi lahir rendah, status ekonomi, serta pola asuh dan
dan variabel yang diamati, diukur melalui penelitian yang dilakukan. Kerangka
BBLR
Stunting
Status Ekonomi
Pola Asuh
Status Scs
37
Untuk memahami masalah penelitian, maka peneliti membuat definisi
faktor yang Berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
BBLR Berat Bayi Lahir Wawancar Kuesione Ordinal 0. BBLR,
Rendah (BBLR) a r jika ≤2.500
ditetapkan sebagai gram
suatu berat lahir 1. Tidak BBLR,
yang kurang 2.500 jika ≥2.500
gram gram
(Kemenkes,
2018).
Status Gaji atau Wawancar Kuesione Ordinal 1. Pendapatan
Ekonomi pendapatan yang a r Tinggi jika ≥
di dapatkan orang 2.630.000
tua berdasarkan 0. Pendapatan
UMR daerah Rendah Jika <
perbulan. 2.630.000
Sumber :
(Disnakertrans
Provinsi Jambi,
2021).
Pola Asuh Kemampuan Wawancar Kuesione Ordinal 1. Pola Asuh
keluarga untuk a r baik jika skor T
menyediakan ≥ 9.
waktu, perhatian 0. Pola Asuh
dan dukungan Kurang Baik jika
terhadap anak agar skor T < 9.
dapat tumbuh T=9
kembang dengan Sumber :
sebaik-baiknya (Kusyuantomo,
secara fisik, 2017).
mental dan sosial.
Kejadian Pertumbuhan Pengukura Microtoa Ordinal 1. Tidak Stunting
Stunting linier dengan n jika tinggi anak
panjang badan -2 SD
38
atau tinggi badan 0. Stunting jika
< -2 z scoreatau tinggi anak <-2
lebih. SD
Sumber :
(Supariasa,
Dewa Nyoman,
Bakri Bachyar,
2012).
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan kerangka konsep yang telah
1. Ada hubungan berat bayi lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting
39
DAFTAR PUSTAKA
Antari, L. I. B. (2019) „Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan kejadian Stunting
pada Balita Usia 24-59 bulan di desa Singakerta kecamatan Ubud
Gianyar‟, Skripsi, pp. 7–17. Available at: http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/id/eprint/2356.
Gracia, A.M (2020) „Hubungan Berat Lahir, Pemberian Asi Eksklusif, Dan Status
Ekonomi Keluarga Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia 25-59
Bulan Di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar‟. Public Health Science.
40
Kemenkes RI (2018) „Situasi Balita Pendek Di Indonesia‟, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, ISSN 2442-(Hari anak Balita 8 April), pp.
1–10.
Khoirun (2015) „Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada Balita
di Tanah Kali Kedinding Surabaya Tahun 2015‟, Jurnal Fakultas
Kesehatan Universitas Airlangga.
Kurniasih (2016) Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: PT. Gramedia.
Kusyuantomo, B. Y. (2017) „Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Balita
di RW VI Kelurahan Manisrejo Kecamatan Taman Kota Madiun Tahun
2017‟, Skripsi.
Nasrul (2015) „Faktor Resiko Stunting Usia 6-23 Bulan di Kabupaten Jeneponto‟,
Jurnal Gizi.
Ni‟kmah, C. (2015) „Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu dengan
Stunting Pada Balita di Keluarga Miskin‟, Media Gizi Indonesia, 10, pp.
84–90.
41
Oktarina, Z. (2012) „Hubungan Berat Lahir dan Faktor-Faktor Lainnya dengan
Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Provinsi Aceh,
Sumatra Utara, Sumatra Selatan dan Lampung Tahun 2010‟, pp. 1–180.
Weliam Dkk, (2021). „Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Gizi
Kurang Pada Balita Di Desa Rambusaratu Kecamatan Mamasa‟, Jurnal
Kesehatan Masyarakat, pp. 53-56.
42
Yusdarif (2017) „Determinan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan di
Kelurahan Rangas Kecamatan Banggae Kabupaten Majene Tahun 2017‟
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 1. Tabel Survei Awal
Pelayanan
Genetik Lingkungan Gaya Hidup
Kesehatan
No Inisial Jumlah Panjang
Pendidikan Status Status Pola Penyakit
JK Anggota BBLR Badan Pekerjaan
Ortu Ekonomi Gizi Asuh Infeksi
Keluarga Lahir
1 N 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
2 S 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0
3 NBS 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0
4 JI 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
5 IN 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
6 I 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
7 RF 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1
8 AI 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
9 TN 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
10 R 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0
Jumlah 9 9 9 10 7 8 9 10 7 8
Keterangan:
1. BBLR :9
2. Status Ekonomi : 8
3. Pola Asuh :7
45
Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden
Kepada Yth :
Di
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat STIKES SYEDZA SAINTIKA Padang :
Nim : 1803034
Alamat : Kerinci
Apabila saudara menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembar persetujuan dan jawab pertanyaan-pertanyaan yang saya
ajukan.Atas perhatian saudara sebagai responden saya ucapkan terimakasih.
46
Peneliti,
(INFORMED CONSENT)
Nama/Inisial :
Umur :
Alamat :
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.
47
Responde
Lampiran 3. Kuesioner
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KERSIK TUO TAHUN 2022
Petunjuk Pengisian :Beri tanda centang (√) pada jawaban yang dipilih
No. Responden :
A. Identitas Responden (Ibu)
Nama :
Umur :
B. Identitas Anak
Nama Anak :
TempatTanggal Lahir :
(0) ≥ 4 Orang
48
(0) Tidak BBLR = BB >2.500 gram
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat PT
G. Status Ekonomi
Pendapatan Orang Tua Perbulan : < Rp.2.630.000 (0)
≥ Rp.2.630.000 (1)
49
(1) Gizi Baik Jika -2SD - +2SD
(0) Gizi Kurang Jika < 2SD - -3SD
Keterangan : Status Gizi Dilihat Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Sumber : (Kemenkes RI, 2015).
J. Pola Asuh
Petunjuk Pengisian :Beri tanda centang (√) pada jawaban yang dipilih
No Pertanyaan Ya Tidak
50
makan?
K. Penyakit Infeksi
Petunjuk Pengisian :Beri tanda centang (√) pada jawaban yang dipilih
No Pertanyaan Ya Tidak
Keterangan : Ya (1)
Tidak (0)
51
52
53
54
Lampiran 5. Dokumentasi
55
56