Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENYULUHAN

“PENYULUHAN PENCEGAHAN KECACINGAN PADA


SISWA DI TK AL ISLAM BABARSARI SLEMAN”

Novita Sekarwati, S.KM. M.Si


NIDN. 0501118401
Ariana Sumekar, S.KM.
NIDN. 0521128301
Program Studi Kesehatan Masyarakat

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA


YOGYAKARTA
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Pengabdian : “PENYULUHAN PENCEGAHAN KECACINGAN


PADA SISWA DI TK AL ISLAM BABARSARI
Masyarakat SLEMAN”

2. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Novita Sekarwati, S.KM. M.Si
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIDN : Lektor/IIIC
d. Pangkat/Golongan : Dosen Tetap Program Studi Ilmu Kesehatan
e. Jabatan : Masyarakat
2.. a. Nama Lengkap : Ariana Sumekar, S.KM. M.Sc
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIDN : 0521128301
d. Pangkat/Golongan : IIIC
e. Jabatan : Dosen Tetap Program Studi Ilmu Kesehatan
: Masyarakat
3. Anggota Tim : 5 Mahasiswa

4. Lokasi Kegiatan : TK Al Islam Babarsari Depok Sleman


5 Sumber dana : STIKES Wira Husada Yogyakarta
6. Jumlah : Rp. 1.000.000,-
Yogyakarta, Oktober 2022
Mengetahui
Ketua STIKES Wira Husada Yogyakarta Penyusun

Dr. Dra. Ning Rintiswati, M.Kes Novita Sekarwati, S.KM. M.Si


NIK. 0140.07.2017 NIDN. 0501118401

Menyetujui Ketua
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Siti Uswatun Chasanah, S.KM., M.Kes


NIDN.0503098302

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya sehingga proposal penyuluhan tentang pecegahan

kecacingan dapat berjalan dengan lancar.

Penyuluhan tentang Penyuluhan tentang pencegahan kecacingan

pada siswa taman kanak-kanak dilakukan dengan tujuan memberikan

pemahaman kepada anak-anak untuk mencegah kecacingan. Terselesainya

proposal penyuluhan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Dra. Ning Rintiswati, M.Kes selaku Ketua STIKES Wira Husada

Yogyakarta.

2. Siti Uswatun Chasanah, S.KM. M.Kes selaku Kepala Bagian

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKES Wira Husada

Yogyakarta

3. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penyuluhan.

Semoga proposal penyuluhan ini bermanfaat dan dapat

meningkatkan pengetahuan di bidang kesehatan.

Yogyakarta, Oktober 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ............................................................................................ i


Kata Pengantar ........................................................................................... ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
Daftar Lampiran .......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................ 2
C. Manfaat …………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
BAB III PELAKSANAAN
A. Sasaran/lokasi ............................................................................... 11
B. Tema .............................................................................................. 11
C. Waktu dan Jadwal Pelaksanaan .................................................... 12
D. Tahap Pelaksanaan ....................................................................... 12
E. Media/ Instrumen/ alat peraga yang digunakan ............................. 13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alokasi Waktu Kegiatan Penyuluhan


Tabel 2. Angaran Dana Kegiatan Penyuluhan

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi kecacingan masih merupakan problem kesehatan yang terabaikandi
kalangan masyarakat pekerja maupun individu, karena infeksi kecacingan
kurang diperhatikan dan penyakitnya bersifat kronis tanpa menimbulkan gejala
klinis yang jelas serta dampak yang ditimbulkannya baru terlihat dalam jangka
panjang seperti kekurangan gizi, gangguan tumbuh kembang dan gangguan
kognitif pada anak.1 Sebanyak 300 juta kasus kecacingan diperkirakan masih
terjadi di dunia, baik infestasi tunggal maupun infestasi campuran dengan 150
ribu kematian pertahun. 2 Infeksi cacing terdapat luas di daerah yang beriklim
tropis, terutama di pedesaan, daerah kumuh, dan daerah yang padat
penduduknya (Word bank, 2016).
Menurut penelitian studi penyakit cacing usus yang dilakukan di Sulawesi
Tengah tahun 2009 diperoleh proporsi jenis cacing di Kota Palu adalah T.
trichiura sebanyak 43,01 %, A. lumbricoides 27,96%, oxiurus vermicularis
sebanyak 9,68%, dan untuk infeksi campuran 1,08%. Proporsi jenis cacing di
Kabupaten Donggala ditemukan Hookworm 11,95%, A. lumbricoides 7,55%, T.
trichiura 2,52%, dan infeksi campuran 0,63% (Chadijah, 2013). Kecacingan
merupakan penyakit yang berhubungan erat dengan lingkungan karena dapat
ditularkan melalui tanah atau disebut Soil Transmitted Helminths (STH), dengan
spesies cacing penyebabnya adalah cacing gelang (Ascaris lumricoides), cacing
tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk
(Trichuris trchiura) (Depkes RI, 2008).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya angka cacingan pada
masyarakat Indonesia selain karena kondisi lingkungan geografis, juga karena
faktor kesadaran untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat,
rendahnya pemahaman kesehatan, dan kurangnya penyuluhan kepada
masyarakat terutama di daerah terpencil memberi kontribusi tingginya angka
cacingan di Indonesia.

16
Eliminasi Filariasis dan Pengendlaian Kecacingan menurut rikeesdas tahun
2018 adalah 0,8%. Angka ini sama dengan angka di Jawa Tengah, sedangkan
di DIY lebih rendah dari Jawa Tengah (Jawa Tengah : 0,8%; DIY : 0,5%).
Tahun 2019 DIY menempati urutan ke 2 terendah (3 kasus). Sebagai upya
mensukseskan eliminasi filariasis dan penyakit kecacingan, BBTKLPP
Yogyakarta memberikan dukungan Pelayanan Surveilans dan Laboratorium
kesehatan untuk Pencegahan dan Pengendalian Penakit melalui Kegiatan
Layanan Kewaspadaan Dini (Laporan Kinerja BBTKLPP Yogyakarta, 2021).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Enriyani (2010), bahwa faktor
kejadian kecacingan pada anak usia 1-4 tahun adalah kebiasaan mencuci tangan,
kebiasaan memakai alas kaki, kebersihan kuku, kebiasaan bermain ditanah,
kepemilikkan jamban, dan lantai rumah.

B. Tujuan
1. Meningkatkan pemahaman pada siswa tama kanak-kanak tentang penyakit
kecacingan, jenis-jenis cacing yang menyebabkan kecacingan, gejala-gejala
penyakit kecacingan, dan pencegahan penyakit kecacingan
2. Meningkatkan pemahaman pada siswa taman kanak-kanak tentang
pentingnya mencuci tangan untuk mencegah kecacingan.

16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kecacingan
Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
berupa cacing.Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat.
Infeksi kecacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing kelas nematode
usus khususnya yang penularan melalui tanah, diantaranya Ascaris
lumbricoides Trichuris trichiura dan cacing tambang(Ancylostoma duodenale
dan Necator americanus) dan Strongyloides stercoralis.
Definisi infeksi kecacingan menurut WHO (2011) adalah sebagai infestasi
satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematode
usus.Diantara nematoda usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui
tanah atau biasa disebut dengan cacing jenis STH yaitu Ascaris lumbricoides,
Necator americanus, Trichuris trichuira dan Ancylostoma duodenale.
Kecacingan ini umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis dan beriklim
basah dimana hygiene dan sanitasinya buruk. Penyakit ini merupakan penyakit
infeksi paling umum menyerang kelompok masyarakat ekonomi lemah dan
ditemukan pada berbagai golongan usia (WHO, 2011).
Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral simetris,
mempunyai saluran cerna yang berfungsi penuh, biasanya berbentuk silindris
serta panjangnya bervariasi dari beberapa milimeter hingga lebih dari satu
meter.Nematoda usus biasanya matang dalam usus halus, dimana sebagian
besar cacing dewasa melekat dengan kait oral atau lempeng pemotong.Cacing
ini menyebabkan penyakit karena dapat menyebabkan kehilangan darah, iritasi
dan alergi (Margono, 2008).Cacingan dapat menular melalui larva atau telur
yang tertelan dan masuk ke dalam tubuh.Cacing merupakan hewan tidak
bertulang yang berbentuk lonjong & panjang yang berawal dari telur atau larva
hingga berubah menjadi bentuk cacing dewasa.Cacing dapat menginfeksi
bagian tubuh manapun yang ditinggalinya seperti pada kulit, otot, paru-paru,
ataupunusus atau saluran pencernaan Penyakit cacingan, khususnya pada anak

16
seringdianggap sebagai penyakit yang sepeleoleh sebagian besar
kalanganmasyarakat.Padahal penyakit ini bisa menurunkan tingkat kesehatan
anak. Diantaranya, menyebabkan anemia, IQ menurun, lemas tak bergairah,
ngantuk,malas beraktivitas serta berat badan rendah.

B. Jenis-Jenis Cacing
Cacing pada manusia pun banyak jenisnya, ada cacing gelang, cacing pita
dan cacing pipih.Berikut jenis-jenis cacing.
Tabel 1. Jenis-jenis cacing
JENIS-JENIS
CACING CIRI-CIRI PENULARANYA
Cacing Gelang Warna : Merah muda atau Telur cacing masuk melalui
(Ascaris Putih, Besarnya : 20 - mulut ,Menetas di usus kecil
Lumbricoides) 30 cm menjadi larva, Larva dibawa
Hidup di : Usus kecil oleh aliran darah ke paru-
paru melalui hati
Bila larva ini sampai ke
tenggorokan dan tertelan,
mereka masuk ke dalam
usus kecil dan
menjadi dewasa di sana.
Cacing Cambuk Besarnya : 3 - 5 cm Telur cacing tertelan
(Tricuris Trichiura) Hidup di : Usus besar bersama dengan air atau
makanan.Menetas di usus
kecil dan tinggal di usus
besar.Telur cacing keluar
melalui kotoran dan jika
telur ini tertelan, terulanglah
siklus ini
Cacing Tambang Warna : Merah Larva menembus kulit
(Ancylostomiasis) Besarnya : 8 - 13 mm kaki,Melalui saluran darah
Hidup di : Usus kecil larva dibawa ke paru-paru
yang menyebabkan batuk.
Larva,yang
ditelan,menjadi,dewasa
pada,usus
kecil,dimana,mereka
menancapkan,dirinya untuk
mengisap darah

Cacing,Kremi Cacing betina bertelur 1. Penularan dari tangan ke


(Enterobius pada malam hari di anus mulut penderita sendiri
Vermicularis) Anus menjadi gatal, (auto infection) atau pada
garukan pada anus orang lain sesudah
membawa telur memegang benda yang

16
cacing,ini,menyebar. tercemar telur infektif
Melalui,kontak,dengan misalnya alas tempat tidur
tempat tidur, bantal,sprei, 2. atau pakaian dalam
pakaian, telur cacing penderita.
kremi dibawa ke tempat 3. Melalui pernafasan dengan
lain menghisap udara yang
tercemar telur yang
infektif.
4. Penularan secara
retroinfeksi yaitu
penularan melaui anus
yang terjadi pada penderita
sendiri, oleh karena larva
yang menetas di daerah
perianal mengadakan
migrasi kembali ke usus
penderita dan tumbuh
menjadi cacing dewasa.

C. Epidemiologi STH
Dampak infeksi STH perlu diketahui untuk dapat menanggulangi dan
melakukan pencegahanya. Secara epidemiologi, penyebaran cacing gelang
(Ascaris lumbricoides) dan cacing cambuk (Trichuris Trichiura) memiliki pola
yang hampir sama, demikian juga denganpenularan cacing tambang
(Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus) (Sutanto. dkk, 2008).
Dari ketiga cacing tersebut memerlukan tanah sebagai media infektif untuk
penularanya kepadahospes utamanyayaitu manusia. Telur cacing gelang
(Ascaris lumbricoides) dan cacing cambuk (Trichuris memerlukan tanah untuk
menjadi bentuk infektif, telur yang mencapai tanah akan menjadi matang dalam
waktu 3 minggu pada suhu obtimum 250–30℃. Kemudian telur yang matang
akan menetas setelah masuk dalam tubuh manusia. Semakin banyak telur
ditemukan pada daerah yang terkontaminasi maka semakin endemis daerah
tersebutSedangkan untuk cacing tambang (Ancylostoma Duodenale dan
Necator Americanus) memerlukan tanah berpasair, mengandung humus dan
terlindung dri sinar matahari langsung. Telur cacing akan menetas dalam waktu
24 –36 jam dan kemudian pada hari ke 5 –8 menjadi bentuk filariformyang
infektif (Dikjen PP&PL RI, 2012).

16
D. Gejala kecacingan
Gejala kecacingan paca cacing kremi adalah :
1. Lesu, kurang bergairah
2. Wajah pucat
3. Kurus dan perut agak buncit
4. Berat badan menurun
5. Anak tampak gelisah di malam haru dan sering garuk pantat
6. Susah buang air besar (BAB)
7. Batuk berkelanjutan

E. Dampak Kecacingan Terhadap Kesehatan


Akibat dan kerugian yang di sebabkan oleh parasit ini hingga membuat
produktivitas secara umum menurun dibandingkan orang sehat pada umumnya.
Produktivitas yang menurun erat kaitannya dengan fisik yang lemah dan proses
berpikir yang lambat. Berikut ini dampak negatif dari perasit ini antara lain
dapat menyebabkan kurang gizi bahkan gizi buruk, Anemia, IQ menurun,
Lemas tak bergairah, Malas beraktivitas, Berat badan rendah, Mengganggu
pertumbuhan, Menurunkan daya tahan tubuh, Gangguan saluran pencernaan,
Penurunan kemampuan belajar pada anak, Cacing itu bisa menginfeksi sampai
kejaringan otak, bahkan dapat menimbulkan kematian.
Hasil penelitian Ginting (2005) juga diperoleh kesimpulan bahwa infestasi
cacing pada anak akan mengganggu pertumbuhan, menurunkan kemampuan
fisik, produktifitas belajar dan intelektualitas. Selain itu juga dapat
menyebabkan gangguan gizi, anemia, gangguan pertumbuhan yang pada
akhirnya akan mempunyai pengaruh terhadap tingkat kecerdesan seorang anak.
Cacing perut yang ditularkan melalui tanah dapat mengakibatkan menurunnya
kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga
secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena menyebabkan
kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga
menurunkan kualitas sumber daya manusia.(Depkes RI, 2006).

16
Beberapa kasus akibat sering terjadinya infeksi cacing dan bila kasusnya
terjadi terlalu lama dan tidak segera diobati, dapat menyebabkan hal-hal berikut
ini:
1. Akibat Cacing Gelang
Jika penderita terus menerus terinfeksi cacing gelang sehingga jumlah
cacing gelang yang ada didalam usus meningkat sehingga terjadi
penyumbatan usus.
2. Akibat Cacing Cambuk
infeksi cacing yang lama dan tidak diobati, hal ini menyebabkan keluarnya
jaringan anus. Tentu saja tidak semua akibat di atas dapat terjadi pada semua
penderita kecacingan, yang paling sering ditemukan adalah kurang darah
(anemia).

F. Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kecacingan


Hasil penelitian Rifdah (2007) tentang kejadian kecacingan pada murid
sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor pada Tahun
2007 diperoleh kesimpulan bahwa faktor resiko yang paling dominan terhadap
kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibinong
Kabupaten Bogor adalah kebiasaan mencuci tangan.
Penelitian untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan
kecacingan, khususnya askariasis telah diteliti oleh Ismid dkk (1988).Ternyata
didapat hubungan bermakna antara adanya askariasis dengan kebersihan
pribadi dan kebersihan lingkungan.Anak yang berperilaku buruk berisiko lebih
besar mengalami infestasi kecacingan daripada anak yang berperilaku
baik.(Ginting, 2005).
G. Pencegahan Kecacingan
Menurut Sasongko (2000), kunci pemberantasan cacingan adalah
memperbaiki higiene dan sanitasi lingkungan, misalnya, tidak menyiram
jalanan dengan air got, Sebaiknya, bilas sayur mentah dengan air mengalir atau
mencelupkannya beberapa detik ke dalam air mendidih, Juga tidak jajan di
sembarang tempat, terlebih lagi jajanan yang terbuka. Biasakan pula mencuci

16
tangan sebelum makan, bukan hanya sesudah makan.Dengan begitu, rantai
penularan cacingan bisa diputus. Sama halnya dengan Sadjimin (2000) yang
mengatakan bahwa higiene yang kurang sangat mendukung penyebaran
infestasi cacing.Menurut Iswara (2007), mencuci tangan dalam upaya
peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sangatlah penting dan
mudah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
Mencuci tangan menjadi penting jika ditinjau dari:
1. Kulit tangan banyak kontak dengan berbagai aktivitas, benda dan lingkungan
2. Kuman dapat terdapat di kulit jari, sela kuku, kulit telapak tangan
3. Kontak mulut dan tangan saat makan / minum Dapat menimbulkan penyakit
saluran cerna.
H. Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain :
Langkah-langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu :
1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
I. Pentingnya Mencuci Tangan Memakai Sabun
Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari mengatakan bahwa kebiasaan
mencuci tangan dengan air saja, tidak cukup untuk melindungi seseorang dari
kuman penyakit yang menempel di tangan. Terlebih bila mencuci tangan tidak
dibawah air mengalir.Tujuan utama dari cuci tangan secara higienis adalah
untuk menghalangi transmisi patogen-patogen kuman dengan cepat dan secara
efektif. (Carl A Osborne, 2008). Kebersihan tangan yang tidak memenuhi syarat
juga berkontribusi menyebabkan penyakit terkait makanan, seperti Salmonella
dan infeksi E. Coli. Menurut data CDC and The American Society for
Microbiology (2005), sebanyak 76 juta rakyat Amerika terkena penyakit terkait
makanan setiap tahunnya, dari jumlah ini, 5.000 di antaranya meninggal.

16
J. Kapan Saja Harus Mencuci Tangan Memakai Sabun
Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan setelah
beraktifitas. Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan
memakai sabun menurut Handayani , dkk (2000)
Sebelum dan setelah makan, setelah ganti pembalut, sebelum dan setelah
menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan setelah memegang bahan
mentah, seperti produk ternak dan ikan, setelah memegang hewan atau kotoran
hewan, setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan sebelum dan setelah
mengiris sesuatu, sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang
terluka, setelah menangani sampah, sebelum memasukkan atau mencopot lensa
kontak, setelah menggunakan fasilitas umum (mis. toilet, warnet, wartel, dll),
pulang bepergian dan setelah bermain dan sesudah buang air besar dan buang
air kecil.

A. Bahaya Jika Tidak Mencuci Tangan


Penyakit infeksi umumnya menyebar melalui kontak tangan ke tangan
termasuk demam biasa (common cold), flu dan beberapa kelainan sistem
pencernaan seperti diare.Kebersihan tangan yang kurang juga menyebabkan
penyakit terkait makanan seperti infeksi Salmonella dan E.coli.
Berdasarkan Pusat Pengendalian & Pencegahan Penyakit (CDC), sebanyak
76 juta warga Amerika menderita penyakit akibat makanan setiap tahunnya dan
sekitar 5000 orang meninggal akibat penyakit ini. Beberapa mengalami gejala
yang mengganggu seperti mual, muntah, diare.(Lestari, 2008).

16
BAB III
PELAKSANAAN PENYULUHAN

A. Waktu
Penyuluhan ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2022-2023, pada
Hari Selasa tanggal 20 September 2022, jam 08.00 – 11.00 WIB.
B. Tempat
Aula ruang kelas di TK Al Islam Babarsari Depok Sleman, Yogyakarta.
C. Sasaran
Siswa-siswi TK Al Islam dengan jumlah 23 siswa.
D. Materi
Kecacingan adalah penyakit dimana seseorang mempunyai cacing dalam
ususnya dan menimbulkan gejala atau tanda gejala.Jenis-jenis cacing STH
antara lain Cacing Gelang (Ascaris Lumbricoides), Cacing Cambuk (Tricuris
Trichiura) ,Cacing Tambang (Ancylostomiasis) dan Cacing Kremi (Enterobius
Vermicularis).
Host penyakit cacingan adalah tubuh manusia, agentnya cacing gelang
(Ascaris lumbricoides) ,cacing cambuk (Trichuris Trichiura), cacing tambang
(Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus) dan cacing kremi dan
environment pada daerah subtropis.
Dampak kecacingan terhadap kesehatan Kurang gizi bahkan gizi buruk,
Anemia, IQ menurun (mengganggu proses belajar mengajar anak) Lemas tak
bergairah, Mengantuk, mudah lelah dan rewel, Malas beraktivitas, Berat badan
rendah,
Pencegahan kecacingan dengan cara memperbaiki higiene dan sanitasi
lingkungan, Tidak jajan di sembarang tempat, terlebih lagi jajanan yang
terbuka. Meminum obat cacing rutin per 6 bulan sekali, biasakan pula mencuci
tangan sebelum makan, bukan hanya sesudah makan.
Langkah-langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu :
1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar

13
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
E. Metode
1. Ceramah
2. Games
3. Tanya jawab
4. Pretest dan Postest
F. Alat peraga
1. Poster , leafletdan Power Point
2. LCD atau proyektor
3. sound sistem
4. Komputer
5. Kursi dan meja
6. Terminal listrik (Kabel roll)
7. Tempat yang luas untuk sosialisasi
8. Daftar pertanyaan pretest dan postest
G. Evaluasi
1. Bentuk evaluasi
Evaluasi yang dilakukan berupa pretest, postest dan lembar evaluasi.Cara
penilaian pretest dan postest dengan memberi skor jawaban benar = 1 dan
salah = 0, kemudian kategori penilaian, dikatakan baik apabila hasil
jawaban benar ≥50% (6-10) dan dikatakan kurang jika hasil jawaban <50%
(0-5).
Untuk penilaian evaluasi dengan memberi skor jawaban baik= 2 dan kurang
= 1, kemudian kategori penilaian, dikatakan baik apabila hasil jawaban
benar ≥50% (7-12) dan dikatakan kurangjika hasil jawaban <50% (1-6).

H. Keterlibatan Mahasiswa

16
Penyuluhan ini melibatkan mahasiswa Prodi kesehatan masyarakat
semester IV dengan jumlah 5 orang.

I. Alokasi Waktu :
Tabel 1. Alokasi Waktu Kegiatan Penyuluhan
No. Kegiatan Uraian Waktu
1. Pembukaan  Mengucapkan salam 10 menit
 Kontrak waktu
 Appersepsi
2. Sambutan  Ketua kelompok 10 menit
 Tokoh masyarakat
3. Penyuluhan  Pretest 55 menit
 Penyampaian materi inti
(Pengertian, jenis-jenis,
gejala, dan cara
pencegahan kecacingan)
 Games
 Tanya jawab
 Postest

16
BAB IV
HASIL PENYULUHAN

A. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan Penyuluhan dilaksanakan pada siswa/siswi TK Al
Islam dengan jumlah 23 siswa. Penyuluhan yang diberikan dengan media Video
dan Powerpoint yang mudah diterima anak usia 4-5/6 tahun. Penyuluhan berisikan
Tentang Video yang menarik bagi siswa/siswi TK tentang penularan penyakit
kecacingan pada anak-anak dan cara pencegahan penyakit tersebut.
Menurut Notoatmodjo 2010 bahwa Promosi kesehatan pada hakikatnya
merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesan kepada
masyarakat, kelompok, atau individu, dengan harapan bahwa dengan adanya pesan
tersebut dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Perubahan perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan
intensi.

Upaya penyampaian informasi pemilihan media sangat penting dan perlu


diperhatikan karena pemilihan dan penyampaian yang benar akan
memberikan hasil yang maksimal dalam peningkatan pengetahuan, sikap
dan intensi (Luthviatin, N., Zulkarnain, E., Istiaji, E., Rokhmah., D., 2012).

Metode atau teknik penyuluhan adalah sutau kombinasi antara cara-


cara dan alat-alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap
pelaksanaan promosi kesehatan. Menurut (Notoatmodjo, 2010) Metode dan
teknik promosi kesehatan untuk kelompok kecil, disebut kelompok kecil
karena terdiri dari 6-15 orang. Misalnya; diskusi kelompok, metode
curahan pendapat (brain storming), bola salju (snow ball), bermain peran
(role play) dan metode permainan simulasi (simulation game). Metode dan
teknik promosi kesehatan untuk kelompok besar, disebut kelompok besar
karena terdiri dari 15 sampai dengan 50 orang. Misalnya; ceramah, seminar
dan loka karya. Sedangkan Metode Promosi Kesehatan Massa Metode dan
teknik promosi kesehatan untuk massa yang sering digunakan adalah

16
Ceramah umum (public speacking), misalnya di lapangan terbuka dan
tempattempat umum (public places). Penggunaan media massa elektronik,
seperti radio dan televisi. Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah
dan buku. Penggunaan media di luar ruang, misalnnya; billboard, spanduk
dan umbulumbul. Media promosi kesehatan dikatakan efektif apabila
media yang digunakan mudah dingerti oleh sasaran serta ide dan gagasan
yang terkandung didalamnya harus diterima oleh sasaran. Dengan
demikian keuntungan yang dapat diperoleh antara lain dapat menghindari
salah pengertian, mampu memperjelas apa yang diterangkan serta lebih
mudah ditangkap, isinya menarik serta memusatkan perhatian dan apa yang
telah diterangkan akan lebih lama diingat. Metode ceramah merupakan
salah satu cara menerangkan atau menjelaskan suatu ide, 9 pengertian atau
pesan secara lisan kepada sekelompok pendengar yang disertai diskusi dan
tanya jawab.

Pada metode ini penyuluh lebih banyak memegang peran untuk


menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit
memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan
tanggapannya (Hikmawati, 2011). kurang lebih 30% dari pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata, sedang sisanya melalui indera yang lain.)
Pengaruh penyuluhan kesehatan melalui metode ceramah dan diskusi dapat
meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa dalam ber Perilaku Hidup
Bersih Sehat di sekolah Lubis, et al.(2013 Pada umumnya proses
pembelajaran pada anak usia dini lebih diutamakan pada metode bermain
sambil belajar. Hal ini sesuai dengan kondisi anak-anak yang cenderung
lebih suka bermain.

Langkah yang dapat diambil dalam menunjang kegiatan


pembelajaran agar efektif dan efisien adalah pemanfaatan media
pembelajaran yang disesuaikan dengan metode pembelajaran. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan perkembangan media dalam
pembelajaran juga semakin berkembang salah satu contoh media lain yang

16
sering digunakan dalam pembelajaran untuk anak adalah penggunaan
video. Video dianggap mampu dalam melukiskan gambar hidup dan suara
yang memberikan daya tarik tersendiri (Windaviv, 2013).

Menurut Ayi (2020) Pada usia anak-anak untuk menyampaikan


pesan membutuhkan media yang tepat karena anak suka berimajinasi, salah
satu media yang tepat yaitu media video dapat lebih mudah untuk
dimengerti siswa. menggunaan media video akan mampu mencapai
efektivitas proses pembelajaran, mengarahkan perhatian anak untuk
berkonsentrasi pada materi yang dipelajari sehingga poses pembelajaran
menjadi menarik dan video juga dapat menggambarkan suatu proses secara
tepat dan dapat dilihat secara berulang-ulang. perilaku cuci tangan pakai
sabun yang diberi penyuluhan media video cenderung mengalami
peningkatan perilaku cuci tangan pakai sabun dengan baik dibandingkan
dengan kelompok yang tidak diberi penyuluhan media video. penelitian
yang dilakukan oleh Johan Herni (2018) membuktikan bahwa penggunaan
media video mampu meningkatkan kemampuan anak untuk mencuci 10
tangan dengan benar. Selanjutnya hal ini juga dibuktikan oleh penelitian
dari Wati (2017) juga membuktikan bahwa media video mampu
meningkatkan kemampuan anak untuk mencuci tangan yang benar dengan
memakai sabun. Dalam penelitian ini peneliti dapat mengetahui media
promosi kesehatan yang tepat untuk digunakan pada anak sekolah yaitu
menggunakan media audio visual karena alat ini dapat berguna dalam
menstimulasi indra penglihatan dan pendengaran pada waktu proses
penyuluhan, jika dibandingkan dengan media leafleat maka keuntungan
leafleat salah satunya adalah mudah dibawa kemana saja, dipelajari dimana
saja dan apabila ada kesalahan dapat dilakukan revisi dengan mudah akan
tetapi kekurangan dari media ini adalah jenis bahan yang digunakan mudah
sobek, Orang akan mengabaikan apabila leafleat kurang menarik.

16
PENUTUP

Penyuluhan tentang pencegahan kecacingan yang akan dilaksanakan pada


siswa TK Al Islam semoga dapat berjalan dengan lancar serta hasil penyuluhan
dapat bermanfaat bagi sekolah maupun siswa TK Al Islam Yogyakarta.

16
1

DAFTAR PUSTAKA

Chadijah S, Anastasia H, Widjaja J, Nurjana MA. Kejadian penyakit cacing usus di


Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
J Buski. 2013;4(4):181-187. 8. Departemen Kesehatan R.I. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan; 2008.
Kemenkes RI. Jakarta. Keumalasari., Hasballah, K., Imran. 2017. Promosi
Kesehatan Cuci Tangan dan Jajanan Sehat Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Siswa. (JIK) Jurnal Ilmu Keperawatan. 5(1). Banda Aceh : Universitas
Syiah Kuala.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih


dan Sehat (PHBS).

Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Kemenkes RI. (2015). Ayo Biasakan Cuci
Tangan Pakai Sabun.

Kholid, A. (2012) Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media


Dan Aplikasinya (Cetakan II). Jakarta: PT. Raja grafindo Persada.

Kholid, A. (2014). Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media,


dan Aplikasi untuk Mahasiswa dan Praktisi Kesehatan. Jakarta: Rajawali
Pers.

17
2

Kurniawan A. dkk. (2019). Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan


Dan Sikap Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Kelas Iv Dan V
Sekolah Dasar. Nursing News Volume 4, Nomor 1

Lubis, Z. S. A., Lubis, N. L., Syahrial, E. (2013). Pengaruh Penyuluhan Dengan


Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan
Sikap Anak Tentang PHBS di Sekolah Dasar Negeri 065014 Kelurahan
Namogajah Kecamatan Medan Tuntungan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
USU. 13(4). 12-29.

Luthviatin, N., Zulkarnain, E., Istiaji, E., Rokhmah., D. (2012). Dasar-Dasar


Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jember: UPT Penerbitan UNEJ.

Mergan N. & Alemayehu T., (2015). Knowledge, Perception, And Management


Skill Of Mother With Under Five Children About Diarrheal Disease In
Indigenous And Resettlement Communities Inassosa Distrik Western
Ethiopia. J Health Popul Nutr. 33 (1) 20-30.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Notoatmodjo. 2012. Metodologo Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Winita R, Mulyati, Astuty H. Upaya Pemberantasan Kecacingan di Sekolah Dasar.


Makara. 2012;16(2):65-71
World Bank.School Deworming at a Glance. Public Heal a Glance Ser. Accessed
January 1, 2016. http://www.worldbank.org/hnp.

17
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
WIRA HUSADA YOGYAKARTA
(SCHOOL OF HEALTH SCIENCES WIRA HUSADA YOGYAKARTA)
SK Menteri Pendidikan Nasional No. 74/D/O/2002
Jl. Babarsari, Glendongan, Tambak Bayan, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281
Telp 485110, 485113 Fax. 485110
Home page : www.stikes-wh.ac.id e-mail : info@stikes-wh.ac.id

SURAT TUGAS
Nomor : 2141 /STIKES-WH/XI/2022

Ketua STIKES Wira Husada Yogyakarta dengan ini menugaskan dosen tetap yang namanya
tersebut di bawah ini :
Nama : Novita Sekarwati, S.KM., M.Si
NIDN : 0501118401
Jabatan : Dosen tetap Prodi Kesehatan Masyarakat (S.1)

Untuk melakukan pengabmas :


Waktu Pelaksanaan : 20 September 2022
Judul : Pencegahan Kecacingan pada Anak di TK AL Islam
Tempat : TK Al islam Babarsari Sleman

Demikian surat tugas ini dibuat untuk dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Yogyakarta, 19 September 2022


Ketua,

Dr. Dra. Ning Rintiswati, M.Kes

Tembusan :
1. Yang bersangkutan
2. Arsip
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
WIRA HUSADA YOGYAKARTA
(SCHOOL OF HEALTH SCIENCES WIRA HUSADA YOGYAKARTA)
SK Menteri Pendidikan Nasional No. 74/D/O/2002
Jl. Babarsari, Glendongan, Tambak Bayan, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281
Telp 485110, 485113 Fax. 485110
Home page : www.stikes-wh.ac.id e-mail : info@stikes-wh.ac.id

SURAT TUGAS
Nomor : 2142 /STIKES-WH/XI/2022

Ketua STIKES Wira Husada Yogyakarta dengan ini menugaskan dosen tetap yang namanya
tersebut di bawah ini :
Nama : Ariana Sumekar, S.KM., M.Sc
NIDN : 0521128301
Jabatan : Dosen tetap Prodi Kesehatan Masyarakat (S.1)

Untuk melakukan pengabmas :


Waktu Pelaksanaan : 20 September 2022
Judul : Pencegahan Kecacingan pada Anak di TK AL Islam
Tempat : TK Al Islam Babarsari Sleman

Demikian surat tugas ini dibuat untuk dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Yogyakarta, 19 September 2022


Ketua,

Dr. Dra. Ning Rintiswati, M.Kes

Tembusan :
1. Yang bersangkutan
2. Arsip
3

Dokumentasi Kegiatan

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai