Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KKN

PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


“ PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA SEBAGAI PENCEGAHAN
DEMAM BERDARAH DI KELURAHAN BANJAR KECAMATAN AMPENAN
KOTA MATARAM”

Disusun oleh :

1. Nenti Oktavianti (4161029)


2. Nita Dwi Jayanti (4161031)
3. Nurma Astri Apriyani (4161030)
4. Satria Pamungkas (4161035)
5. Sinta Wulandari (4161036)
6. Yachinta A.K.W (4161041)
7. Yovina Ika .A (4161042)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
2020

KATA PENGANTAR
  Puji syukur kami panjatkan kehadiran  Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya-Nya

sehingga kegiatan Kuliah Kerja Lapangan / Nyata (KKL/ KKN) ini hingga penyusunan laporan

kegiatan Kuliah Kerja Lapangan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Sholawat serta salampun kami haturkan kepada  junjungan kita Nabi Besar Muhammad

SAW dan para sahabatnya, yang telah memberikan tauladan baik sehingga akal dan fikiran penyusun

mampu menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan/ Nyata (KKL/KKN) ini, semoga kita termasuk

umatnya yang kelak mendapatkan syafa’at  dalam menuntut ilmu.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak

membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

diantaranya :

Surakarta, Maret 2020

penyusun

DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program KKN merupakan salah satu program STIKES Nasional sebagai salah satu

implementasikan Tri Dharma Perguruam tinggi yaitu pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat

untuk membantu dan membimbing masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya yang diharapkan

dapat membantu mengembangkan potensi masyarakat. Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah suatu

bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup

ditengah-tengah masyarakat, secara terstruktur melalui beberapa tahap diantaranya persiapan,

pembekalan, observasi sampai pada tahap evaluasi. Program KKN dilakukan dengan

menyelaraskan kegiatan riset dan pengabdian kepada masyarakat dari dosen dan mahasiswa.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menimbulkan masalah bagi

masyarakat. WHO (2011) melaporkan bahwa setiap tahunnya 50 juta penduduk dunia terinfeksi

virus dengue dan 2, 5% dari mereka meninggal dunia. Dinas kesehatan Nusa Tenggara Barat
mencatat kasus tertinggi terjadi pada tahun 2005 dengan jumlah kasus 1.062 orang, Dinas

Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat melaporkan Sepanjang periode 2001 – 2009 jumlah kasus

tertinggi terjadi pada tahun 2005 dengan jumlah kasus sebanyak 1.062 (IR = 0,024%) dan

kematian 15 orang (CFR = 1,41%), sedangkan pada tahun 2010 jumlah kasus mencapai 2.094

orang (IR = 46,53 per 100.000 penduduk) dan kematian 16 orang (CFR = 0,76%) (Dinkes Prov

NTB, 2010).

Program KKN yang diadakan diharapkan memberikan nilai dan manfaat bagi masyarakat

dalam upaya mencegah DBD dan kebersihan lingkungan di Kelurahan Taman sari, Ampenan.

Berdasrkan permasalahan yang terjadi di atas diperlukan suatu tindakan untuk peningkatan program

seperti penyuluhan terkait Deman Berdarah (DBD), mengajarkan kepada anak sekolah pentingnya

cuci tangan yang baik dan benar, membagikan ilmu yang telah didapatkan kepada masyarakat,

melakukan pembersihan terhadap daerah sekitar tempat tinggal atau selokan, dan mengadakan

kegiatan jalan sehat.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan terhadap

tingkat pengetahuan dan perilaku mencuci tangan serta pengaruh penyuluhan tentang

pencegahan penyakit DBD di kelurahan taman sari, Lombok

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang mencuci tangan sebelum

dilakukan pendidikan kesehatan.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang mencuci tangan setelah

dilakukan pendidikan kesehatan.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang pencegahan penyakit DBD

masyarakat sekitar desa taman sari.


D. Manfaat

Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi pendidikan

Memberikan masukan agar dapat membudayakan cuci tangan yang merupakan salah satu

upaya pencegahan dan penularan penyakit serta memberikan penyuluhan tentang

pencegahan penyakit DBD agar tidak terjadi.

2. Bagi guru di Sekolah

Masukan pada guru dalam pembelajaran tentang mencuci tangan serta agar guru lebih

memperhatikan perilaku mencuci tangan siswa.

3. Bagi masyarakat

Memberikan informasi tentang pencegahan penyakit DBD serta pentingnya mencuci

tangan, sehingga pengetahuan masyarakat meningkat dan penularan penyakit melalui tangan

dapat dicegah.

4. Bagi siswa

Membangun kesadaran siswa akan pentingnya mencuci tangan dan mengubah perilaku

siswa, sehingga siswa dapat membudayakan untuk mencuci tangan.

5. Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam berdarah dengue

1. Definisi

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga

Flaviviridae yang ditularkan melalui gigitan nyamuk (arthropod borne viruses/arbovirus) yaitu

Aedes aegypti dan Aedes albopictus dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot/ sendi disertai
leukopenia, ruam, limfodenopati, trombositopenia (Halstead, 2008). Demam berdarah dengue

(DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis,

terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya

adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4

serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den -4 (Candra, 2010). Masa inkubasi virus dengue dalam

manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3 sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis

rata-rata muncul pada hari keempat sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di

dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari. Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa

gejala demam, demam dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus

selama 2-7 hari; pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah

trombosit ≤ 100 x 109/L dan kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh

(Candra, 2010).

Tiga tahap presentasi klinis diklasifikasikan sebagai demam, beracun dan pemulihan. Tahap

beracun, yang berlangsung 24-48 jam, adalah masa paling kritis, dengan kebocoran plasma cepat

yang mengarah ke gangguan peredaran darah. Terdapat 4 tahapan derajat keparahan DBD, yaitu

derajat I dengan tanda terdapat demam disertai gejala tidak khas dan uji torniket positif; derajat II

yaitu derajat I ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain, derajat III yang

ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (<20

mmHg), hipotensi (sistolik menurun sampai <80 mmHg), sianosis di sekitar mulut, akral dingin,

kulit lembab dan pasen tampak gelisah; serta derajat IV yang ditandai dengan syok berat (profound

shock) yaitu nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur (SITASI)

2. ETIOLOGI

Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Sampai saat ini dikenal ada 4 serotipe virus yaitu ;

a. Dengue 1 (DEN-1) diisolasi oleh Sabin pada tahun1944.

b. Dengue 2 (DEN-2) diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.

c. Dengue 3 (DEN-3) diisolasi oleh Sather 4.

d. Dengue 4 (DEN-4) diisolasi oleh Sather.


Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod Borne Virus. Keempat type virus tersebut

telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3.

Penelitian di Indonesia menunjukkan Serotipe DEN-3 merupakan virus yang dominan

menyebabkan kasus yang berat.

3. CARA PENULARAN

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu

mausia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui nyamuk

Aedes Aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes polynesiensis. Aedes tersebut mengandung virus

dengue. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari

(extrinsic incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia pada saat gigitan

berikutnya. Virus di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya

(infektif). Virus dengue yang telah masuk dalam tubuh manusia memerlukan waktu masa tunas 4–6

hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada

nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari

sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

Tanda dan gejala DBD

Gejala umumnya timbul 4-7 hari sejak gigitan nyamuk, dan dapat berlangsung selama 10

hari. Beberapa gejala demam berdarah, yaitu:

a. Demam tinggi mencapai 40 derajat Celsius;


b. Nyeri kepala berat;
c. Nyeri pada sendi, otot, dan tulang;
d. Nyeri pada bagian belakang mata;
e. Nafsu makan menurun;
f. Mual dan muntah;
g. Pembengkakan kelenjar getah bening;
h. Ruam kemerahan sekitar 2-5 hari setelah demam;
i. Kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening; dan
j. Perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit.

4. Patogenesis DBD

Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfesi virus dengue, akan tetap infektif sepanjang hidupnya

dan terus menularkan kepada individu yang rentan pada saat menggigit dan menghisap darah
(WHO, 2009). Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus de-ngue akan menuju organ sasaran

yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru.

Beberapa penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini,

dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan

membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah komponen struktur dirakit,

virus dilepaskan dari dalam sel (Soegijanto, 2002). Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas

protektif terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross protective terhadap serotipe virus

lainnya.32 Secara invitro, antobodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi biologis yaitu

netralisasi virus, sitolisis komplemen, antibody dependent cell-mediated cytotoxity (ADCC) dan

ADE (Darwis, 1999). Berdasarkan perannya, terdiri dari antobodi netralisasi atau neutralizing

antibody yang memiliki serotipe spesifik yang dapat mencegah infeksi virus, dan antibody non

netralising serotype yang mempunyai peran reaktif silang dan dapat meningkatkan infeksi yang

berperan dalam pathogenesis DBD dan DSS (Soegijanto, 2002).

B. PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK

Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan cara :

1. Fisik

Cara ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi tempat-tempat perindukkan.

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang pada dasarnya ialah pemberantasan jentik atau

mencegah agar nyamuk tidak dapat berkembang biak. PSN ini dapat dilakukan dengan

(Chahaya,2011):

a. Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurangkurangnya

seminggu sekali. Ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa perkembangan telur

menjadi nyamuk selama 7-10 hari.

b. Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan tempat air lain
c. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung sekurangkurangnya

seminggu sekali

d. Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas seperti

kaleng bekas dan botol pecah sehingga tidak menjadi sarang nyamuk.

e. Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan tanah

f. air yang tergenang diatap rumah

g. Memelihara ikan

PSN memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Tidak memerlukan biaya yang besar,

2. Bisa dilombakan untuk menjadi daerah yang terbersih,

3. Menjadikan lingkungan bersih,

4. Budaya bangsa Indonesia yang senang hidup bergotong royong,

5. Dengan lingkungan yang baik tidak mustahil, penyakit lain yang diakibatkan oleh

lingkungan yang kotor akan berkurang.

2. Kimia

Dikenal sebagai Larvasidasi atau Larvasiding yakni cara memberantas jentik nyamuk

Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida). Larvasida yang

biasa digunakan antara lain adalah temephos yang berupa butiran – butiran (sand granules).

Dosis yang digunakan adalah 10 gram (± 1 sendok makan) untuk tiap 100 liter air. Larvasida

dengan temephos ini mempunyai efek residu selama 3 bulan (Depkes RI,2004). Nama merek

dagang temephos adalah abate.

Abate merupakan senyawa fosfat organik yang mengandung gugus phosphorothioate.

Bersifat stabil pada pH 8, sehingga tidak mudah larut dalam air dan tidak mudah terhidrolisa.

Abate murni berbentuk kristal putih dengan titik lebur 300–30,50⁰ C. Mudah terdegradasi

bila terkena sinar matahari, sehingga kemampuan membunuh larva nyamuk tergantung dari

degradasi tersebut. Gugus phosphorothioate (P=S) dalam tubuh binatang diubah menjadi

fosfat (P=O) yang lebih potensial sebagai anticholinesterase. Kerja anticholinesterase adalah
menghambat enzim cholinesterase baik pada vertebrata maupun invertebrata sehingga

menimbulkan gangguan pada aktivitas syaraf karena tertimbunnya acetylcholin pada ujung

syaraf tersebut. Hal inilah yang mengakibatkan kematian jentik nyamuk(Fahmi,2006).

C. GERAKAN CUCI TANGAN

Mencuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit

kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan mencuci tangan adalah untuk

menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah

mikroorganisme (Tietjen, 2003). Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling

pentingdalam pencegahan dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005). Diare biasanya

berasal dari bakteri yang ditransmisikan dari tangan yang tidak bersih ke makanan. Bakteri

Masuk ke dalam tubuh manusia yang mengkonsumsi makanan tersebut. Hal ini bisa diegah

dengan selalu mencuci tangan setelah menggunakan toilet dan sebelum menyiapkan makanan

(Darmiatun, 2013).

Mencuci tangan juga dapat menghilangkan sejumlah besar virus dan bakteri yang menjadi

penyebab berbagai penyakit, terutama penyakit yang menyerang saluran cerna, seperti diare dan

saluran nafas seperti influenza. Hampir semua orang mengerti pentingnya mencuci tangan pakai

sabun, namun masih banyak yang tidak membiasakan diri untuk melakukan dengan benar pada

saat yang penting (Umar, 2009 dalam Mirzal). Hal ini sangat penting untuk di ajarkan pada

masyarakat agar bias mencegah terjadinya penyakit (Siswanto, 2009).

D. DAUN SALAM

Gambar Daun salam


1. Deskripsi Tanaman

Salam merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang mudah tumbuh pada daerah tropis. Salam

banyak tumbuh di hutan dan dapat ditanam di pekarangan rumah. Salam merupakan tumbuhan

asli Indonesia yang telah ditetapkan sebagai salah satu tumbuhan obat yang tergolong dalam

klasifikasi sebagai berikut (Wulandari, 2006)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium polyanthum (Wight) Walp.

Bagian tanaman salam yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian daunnya. Daun salam

memiliki beberapa karakteristik seperti berdaun tunggal, pertulangan menyirip, letak berhadapan,

berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur, dan berwarna hijau. Daun salam memiliki tangkai

yang panjangnya 0.5-1 cm, panjang daun 5-15 cm dan lebar daun 3-8 cm. Adapun fisiologi daun

salam dapat dilihat pada Gambar (Dewi,2012).

2. Senyawa Aktif

Daun salam mengandung senyawa aktif seperti minyak atsiri, tanin, flavonoid dan eugenol yang

berfungsi sebagai antioksidan dan antijamur.Kandungan gizi dalam 100 gram daun salam diantaranya

400,00 energi, 57,00 zat besi dan 8214,00 vitamin A (Anonim,2014). Daun ini sering dimanfaatkan

masyarakat sebagai bumbu dapur serta dapat digunakan obat diare, diabetis, gatal-gatal, gangguan

pencernaan dan lemah lambung. Rebusan daun salam yang diminum setiap hari, dipercaya dapat

menurunkan kolesterol darah (Sofiana 2013). Oleh Badan POM, daun salam ditetapkan sebagai salah

satu dari sembilan tanaman obat unggulan yang telah diteliti atau diuji secara klinis untuk

menanggulangi masalah kesehatan tertentu (Fitri, 2007). daun salam (Syzygiumpolyanthum) memiliki
kandungan minyak atsiri 0.05% (sitral, eugenol), flavonoid, tannin, dan metachavicol (Murtini &

Widodo, 2006).

a. Flavonoid

Senyawa flavonoid diyakini mampu merusak sel bakteri dengan cara membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga senyawa intraseluler akan keluar

menuju ekstraseluler (Nuria, Faizatun, dan Sumantri, 2009). Ketika Flavonoid diabsorbsi, akan

mengalami peningkatan fungsi biologis,diantaranya sintesis protein, diferensiasi dan proliferasi sel,

serta angiogenesis. Apabila flavonoid dikomsumsi secara berlebihan, akan menyebabkan mutagen

dan menghambat enzim-enzim tertentu dalam kerja metabolisme hormon serta metabolisme energi

(Sabir, 2003; Cushnie, 2005). Tentunya hal ini juga berpengaruh pada serangga, dimana flavonoid

akan merusak permeabilitas dinding sel dan menghambat kerja enzim sehingga mempengaruhi

proses metabolisme pada serangga. Hollingworth (dalam Utami, Syaufina, & Haneda, 2010)

menjelaskan dalam golongan flavonoid terdapat senyawa rotenon yang berfungsi sebagai toksik

pada respirasi sel, dengan cara menghambat transfer elektron dalam NADH-koenzim ubiquinon

reduktase (komplek I) dari sistem transpor elektron di dalam mitokondria.

b. Tanin

Tanin memiliki sasaran terhadap polipeptida dinding sel yang menyebabkan kerusakan dinding sel,

dan mampu pula menggumpalkan protein (Sari, F. P., & Sari, S. M., 2011). Yunita, Suprapti, dan

Hidayat (2009) menambahkan jika tanin memiliki rasa pahit sehingga menghambat serangga untuk

memakannya. Ini terjadi karena tanin bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang

tidak larut dalam air sehingga protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan

(Harborne,1987). Tanin dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan (protease dan amilase) dan

mengganggu aktivitas protein usus, sehingga akan mengalami gangguan nutrisi (Aseptianova,

2015).

c. Saponin

Saponin dapat merusak mukosa kulit jika terabsorbsi dan akan mengakibatkan hemolisis sel darah

sehingga pernapasan menjadi terhambat dan dapat mengakibatkan kematian (Hildamamus, 2004
dalam Liem, 2013). Pengaruh lain yang ditimbulkan oleh saponin terhadap serangga yakni berupa

gangguan fisik bagian luar (kutikula). Lapisan lilin yang melindung tubuh serangga dan akan hilang

akibat saponin dan menyebabkan kematian karena kehilangan banyak cairan tubuh. Saponin juga

menyebabkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan menurun serta mengganggu proses

metabolisme tubuh (Novizan, 2002).

d. Alkaloid

Alkaloid bersifat racun mampu menghambat kerja pada sistem saraf dan merusak membran sel.

Golongan ini umumnya akan menghambat enzim asetilkolinesterase, sehingga asetilkolin akan

tertimbun pada sinapsis. Efek yang ditimbulkan akan menghambat proses transmisi saraf. Efek lain

yang ditimbulkan adalah proses inhibitor sintesis kitin dan kerja hormon yang terhambat (Soemirat,

2003). Zat toksik relatif lebih mudah untuk menembus kutikula dan selanjutnya masuk ke dalam

tubuh serangga, karena umumnya tubuh serangga berukuran kecil sehingga luas permukaan luar

tubuh yang terpapar relatif lebih besar (terhadap volume) (Widyantoro, 2011). Kandungan za-tzat

inilah yang menyebabkan tanaman-tanaman secara tidak langsung berpotensi sebagai insektisida

alami yang dapat mengganggu bahkan membunuh perkembangan nyamuk Aedes aegypti L.

BAB III

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN


A. Kerangka Pemecahan Masalah
Demam berdarah adalahB.masalah
n
yang sering
terjadi di masyarakat

Kasus Demam berdarah meningkat dari tahun


ke tahun

Penyuluhan Pembuatan Penyuluhan Pemberantasan Penyuluhan Gerakan


Sarang dan
Abate alami Adanya peningkatan pemahaman Nyamuk (PSN) masyarakat
pengetahuan Masyarakat Hidup Sehat
di kelurahan
Taman Sari (GERMAS)

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan


B. Realisasi Pemecahan Masalah

Dalam rangka mencapai tujuan kegiatan dan penjabaran dari kerangka

pemecahan masalah secara detail, hal-hal berikut yang akan dilakukan:

1. Observasi dari tema sesuai kebutuhan masyarakat;

2. Perencanaan bentuk kegiatan;

3. Penyuluhan cara pembuatan abate alami

4. Penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

5. Penyuluhan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS);

6. Evaluasi; pembuatan abate alami dan pengisian kuisioner terhadap

pelaksanaan kegiatan dikelurahan Taman Sari

7. Pembuatan laporan.

C. Khalayak Sasaran

Sasaran yang dianggap strategis adalah masyarakat kelurahan Taman Sari

D. Metode Kegiatan

Dalam rangka mencapai tujuan kegiatan dan penjabaran dari kerangka

pemecahan masalah secara detail, hal-hal berikut yang akan dilakukan:

1. Observasi dari tema sesuai kebutuhan masyarakat

Observasi melalui wawancara dengan Bapak Camat Ampenan Selatan, Bapak Lurah

Taman Sari dan Bapak Kaling (Kepala Lingkungan) Taman Sari.

2. Perencanaan bentuk kegiatan;

Membuat jadwal kegiatan, membuat anggaran kegiatan, membuat pamflet DBD dan
cuci tangan yang benar,

3. Penyuluhan cara pembuatan spray anti nyamuk

Warga Kelurahan Taman Sari diberi edukasi mengenai gejala-gejala DBD, cara

pengatasan DBD, dan pembuatan obat pengganti abate sintetik yaitu pembuatan abate

alami dengan menggunakan bahan alam yaitu daun salam.

4. Penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

Pembersihan atau kerja bakti, penanaman ToGa ( Tanaman obat keluarga) pengusir

nyamuk yaitu sereh dan jeruk, pembuatan kolam ikan.

5. Penyuluhan gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS)

Melakukan senam rutin mingguan dan pembuatan infuse water.

6. Pelaksanaan kegiatan.

Kegiatan dilakukan sesuai jadwal yang telah dibuat


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan wahana bagi mahasiswa untuk
belajar bersosialisasi, menerapkan ilmu pengetahuan, dan mengabdikan
dirinya kepada masyarakat. Program yang dilaksanakan dalam KKN telah
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat berdasarkan
observasi. Penyusunan program kerja KKN membagi program kerja menjadi
2 bagian, yaitu fisik dan non fisik. Dari program kegiatan yang telah
terlaksana dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Mahasiswa KKN dituntut untuk dapat hidup bermasyarakat dan
memahami realita masyarakat dengan mengaplikasikan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya.
b. Mahasiswa KKN dituntut untuk dapat memahami dan membantu
pengaktifan kembali berbagai kegiatan yang pernah dijalankan di
Kelurahan Taman Sari yang berkaitan dengan Penyuluhan DBD.
Seluruh program kerja KKN yang direncanakan telah dilaksanakan
semaksimal mungkin, meskipun ada beberapa program kerja yang tidak
dapat terlaksana dikarenakan beberapa faktor dan juga kondisi yang
tidak memungkinkan.
c. Keberhasilan Program–program KKN pada akhirnya akan memberikan
manfaat yang saling menguntungkan antara masyarakat dan mahasiswa
itu sendiri. Dampak positif bagi mahasiswa adalah meningkatkan
kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan memperluas pemikiran
dalam bidang sosial. Sedangkan bagi masyarakat adalah meningkatkan
semangat untuk mengembangkan pembangunan diri dan lingkungan.
Program-program di atas telah berhasil dilaksanakan oleh mahasiswa
KKN dan diharapkan dapat membantu serta dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat dengan sebaik mungkin. Mahasiswa KKN berharap agar
program-program fisik yang telah berhasil dilaksanakan dapat
mempermudah kegiatan warga dan dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya. Juga untuk program non fisik dapat menambah pengetahuan
dan membantu masyarakat dalam segi ekonomi, sosial dan budaya.
B. Saran
Selama pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) segala perencanaan
yang dilakukan Tim KKN tidak begitu mengalami kesulitan dalam
pelaksanaannya. Akan tetapi, untuk kelancaran penyelenggaraan kegiatan
KKN pada masa-masa yang akan datang perlu disampaikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
a. Diharapkan dengan adanya KKN Stikes Nasional Surakarta, dapat
terjalin kembali kerjasama yang berkelanjutan pada tahun berikutnya.
b. Dengan adanya mahasiswa KKN yang ditempatkan di Kelurahan
Taman Sari, masyarakat dapat memberikan bekal pengalaman yang
berharga dalam bermasyarakat bagi mahasiswa KKN, sebelum
mahasiswa benar-benar terjun menjadi masyarakat yang sebenarnya.
c. Masyarakat dapat memberikan koordinasi yang erat dengan tim KKN
sehingga tercipta suatu sinergisitas program yang saling
menguntungkan kedua belah pihak.
d. Pihak masyarakat dapat memberikan gambaran program kerja yang
akan dilaksanakan dari program masyarakat dan sebagainya, sehingga
program kerja KKN dapat disesuaikan dengan program masyarakat
yang ada.
2. Bagi STIKES Nasional Surakarta
a. Memberikan anggaran dana yang jelas untuk menunjang program
KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa.
b. Pihak STIKES Nasional hendaknya mengadakan koordinasi yang
jelas dan teratur dengan para mahasiswa KKN dan pihak lain yang
terkait selama program KKN berlangsung.
3. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa lebih mengoptimalkan dalam mempraktikan ilmu-ilmu
yang telah dimiliki selama pembelajaran di STIKES Nasional.
b. Mahasiswa diharapkan dapat mengamalkan hal-hal positif yang telah
didapatkan pada saat KKN di Kelurahan Taman Sari.
c. Setelah selesai melaksankan KKN, mahasiswa harus terus berproses
untuk menjadi seseorang yang profesional dan bertanggung jawab di
dalam bermasyarakat.
d. Mahasiswa hendaknya mampu untuk berpikir kreatif dengan
melaksanakan program-program yang memilki tujuan dan manfaat
yang jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Soegijanto S. Patogenesa dan Perubahan Patofisiologi Infeksi Virus Dengue.


www.pediatrikcom/buletin/20060220- 8ma2gi-buletindoc; 2002 [cited
2010]; Available from: www.pediatrikcom/ buletin/20060220-8ma2gi-
buletindoc.
WHO. Dengue: Guidlines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. New
Edition. Geneva: World Health Organization; 2009.

Darwis D. Kegawatan Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Naskah lengkap,


pelatihan bagi dokter spesialis anak dan dokter spesialis penyakit dalam
pada tata laksana kasus DBD. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1999.

Nety Wulandari,“Pengaruh Pemberian Ekstrak Syzygium polyanthum Terhadap


Produksi ROI Makrofog Pada Mencit BALB/c yang Diinokulai
Salmonella typhimurium”, Skripsi (Semarang : Universitas Diponegoro,
2006), hlm.19
Rizqiana Dewi, Aktivitas Antioksidan dan Sitotoksisitas Metabolit Sekunder
Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight) Dan Daun Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.), Skripsi, (Bogor : Program studi strata satu
Institut Pertanian Bogor, 2012), hlm. 3
Anonim, “Fakta Tentang Kandungan Daun Salam”
(http://manfaatdaunsalam.blogspot.com/2012/05/fakta-tentang-
kandungan-daun-salam.html) diakses pada tanggal 6 Maret 2014 pukul
16.15 WIB
Sofiana,dkk, Identifikasi Kandungan Kimia Minyak Daun Salam dari Sukabumi
dan Bogor, Jurnal Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Vol. 14
No.2, 2013), hlm. 9
Ana Fitri,“ Pengaruh Penambahan Daun Salam (Eugenia Polyantha Wight)
Terhadap Kualitas Mikrobiologis, Kualitas Organoleptis dan Daya
Simpan Telur Asin pada Suhu Kamar”, Skripsi (Surakarta : Program
studi strata satu Universitas Sebelas Maret, 2007), hlm. 13

LAMPIRAN

A. Realisasi Anggaran
B. Dokumentasi kegiatan

NO KEGIATAN
.
1. Perkenalan
program dan
penyuluhan

2. Penyuluhan
cara mencuci
tangan yang
baik dan
bahaya DBD
3. Kegiatan
Posyandu
4. Mengikuti
Kegiatan
Senam

5. Penanaman
Tanaman Toga
dan
Pembersihan
Kolam Ikan

6. Pembagian
Leaflet DBD
dan Abate
Alami di CFD
7. Penyuluhan
NAPZA di
SMP Nurul
Jannah

8. Penyerahan
Kenang-
Kenangan
kepada Lurah
Taman Sari

9. Diskusi dengan
kepala
lingkungan
seruni
10. Penyuluhan
demam
berdarah dan
pembuatan
serum bersama
kader pkk
lingkungan
seruni
11. Pertemuan
dengan bapak
lurah taman
sari

12. Pertemuan
dengan bapak
walikota
lombok, bapak
camat dan
bapak lurah di
kecamatan
lombok

13. Perpisahan
dengan bapak
lurah taman
sari bersama
babinkamtimna
s

Anda mungkin juga menyukai