Oleh :
AINUN ENDARWATI
(K11016I021)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah saya ucapkan rasa syukur yang sebesar besarnya kepada Allah SWT,
karena telah tersusunnya makalah PKPA Apotek dengan tema Hipertensi dan Diabetes
Mellitus. Saya selaku penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan
gambaran mengenai definisi, etiologi, patofisiologi , dan terapi farmakologi pada penyakit
hipertensi dan diabetes mellitus.
Saya selaku penulis memohon maaf apabila dalam penulisan masih memiliki banyak
kekurangan, semoga kesalahan dan kekeliruan yang ada dapat menjadi pelajaran untuk saya
pribadi pada khususnya agar lebih baik dikemudian hari.
DAFTAR ISI
1.2
1.3
Tujuan ..................................................................................................................................2
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan
multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat , lipid, dan protein sebagai insufiensi fungsi insulin. Insufiensi
insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel sel beta
Langerhans pankreas , atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap
insulin (Depkes RI, 2005).
Menurut WHO , angka kejadian Diabetes Mellitus di dunia pada tahun 2015 mencapai
422 juta jiwa. Di Indonesia, menurut survey yang dilakukan oleh IDF (International
Diabetes Federation) pada tahun 2015 menunjukkan bahwa angka kejadian Diabetes
Mellitus di Indonesia sekitar 10 juta jiwa. IDF juga memprediksi adanya peningkatan
jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. Dimana
proporsi angka kejadian Diabetes Tipe 1 adalah 10% -15%, dan Diabetes Tipe 2 adalah
85% - 90 %.
Diabetes melitus merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler. Bukti
epidemiologi menunjukkan bahwa mortalitas kardiovaskuler 2-3 kali lebih tinggi dibanding
populasi non-DM. Hipertensi sering dijumpai pada penderita DM 2 (Bandiara, 2008). Data
WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa sekitar 972 juta (26,4%) penduduk dunia menderita
hipertensi dan angka tersebut kemungkinan meningkat menjadi 29,2% pada tahun 2025.
Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju sedangkan 639 juta
sisanya berada di negara berkembang. Di Indonesia, pada tahun 2007, prevalensi hipertensi
di daerah urban dan rural berkisar antara 17-21%, tetapi data secara nasional belum
lengkap. Sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara
mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya (Yogiantoro, 2006)
(Misbach, 2007)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Diabetes Mellitus dan Hipertensi?
2. Apa saja Etiologi dan Tipe Diabetes Mellitus dan Hipertensi?
3. Apa saja Patofisiologi Diabetes Mellitus dan Hipertensi?
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka Diabetes Mellitus
2.1.1 Definisi
Diabetes adalah penyakit yang sangat kompleks, penyakit kronik yang membutuhkan
perawatan medis secara terus-menerus. Diabetes melitus (DM) terjadi pada saat
berkurangnya insulin untuk membawa glukosa keluar dari ruang pembuluh darah dan
masuk ke dalam sel. Pankreas kita seharusnya memproduksi dan mengeluarkan insulin.
Insulin diperlukan untuk memindahkan glukosa keluar dari ruang pembuluh darah dan
masuk ke dalam sel. Jika glukosa tidak ditarik dari ruang pembuluh darah, maka glukosa
akan banyak terdapat dalam darah. Sel-sel membutuhkan glukosa (gula) sebagai energi.
(ADA, 2015).
2.1.2 Etiologi
Penyebab utama diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun yang menyerang sistem
pertahanan tubuh sehingga kerusakan autoimun dimediasi sel T pada sel di pankreas
untuk produksi insulin (Pesenacker, 2016). Akibatnya, tubuh tidak dapat memproduksi
insulin yang dibutuhkan. Tidak diketahui secara pasti hal ini dapat terjadi. DM tipe 1
dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, tetapi biasanya terlihat pada saat anak-anak
atau remaja. Orang dengan tipe ini, membutuhkan insulin setiap hari untuk mengontrol
kadar gula darah. Tanpa insulin, orang dengan DM tipe 1 akan mengalamai kematian
(IDF, 2015).
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Bentuk diabetes ini ditandai dengan resistensi reseptor insulin dan relatif
kurangnya sekresi insulin, dengan sekresi insulin semakin rendah dari waktu ke waktu.
Kebanyakan individu dengan diabetes tipe 2 menunjukkan obesitas abdominal yang
dengan sendirinya menyebabkan resistensi insulin. Pengelompokan kelainan ini
disebut sebagai "sindrom resistensi insulin" atau "sindrom metabolik".
Karena
1
kelainan ini, pasien dengan diabetes tipe 2 memiliki peningkatan risiko terjadinya
komplikasi makrovaskuler (Dipiro, 2011).
3. Diabetes Millitus Gestasional
Diabetes militus gestasional menggambarkan intoleransi terhadap glukosa yang
terjadi selama masa kehamilan. Penting dilakukan deteksi klinis untuk dilakukan terapi
sehingga menurunkan morbiditas dan mortalitas perinatal (Dipiro, 2011).
4. Diabetes Tipe Lain
Dikarenakan beberapa penyebab, contohnya kerusakan fungsi sel beta, kerusakan
genetik pada insulin, penyakit eksokrin pankreas (seperti cystic fibrosis), dan obat atau
senyawa kimia (seperti pada pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ)
(Dipiro, 2011).
2.1.3 Patofisiologi
Diabetes Mellitus Tipe 1
Bentuk diabetes ini hasil dari kerusakan autoimun dari sel-sel pankreas. Penanda
dari kerusakan autoimun pada sel muncul pada saat diagnosis pada 90% dari populasi dan
termasuk juga kerusakan pada sel terhadap insulin. Sementara diabetes ini biasanya terjadi
pada anak-anak dan remaja, juga dapat terjadi pada semua usia (Dipiro, 2011).
Diabetes Mellitus Tipe 2
Patofisiologi DM Tipe 2 ditandai dengan tiga kelainan patofisiologis: gangguan
sekresi insulin, resistensi insulin perifer, dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan.
Obesitas (Harrison, 2005).
2.1.4 Tanda dan Gejala
Gejala yang muncul pada diabetes tipe 1 seperti terasa sangat haus dan mulut kering,
sering BAK, tidak memiliki energi, terasa sangat lelah, cepat lapar, penurunan berat badan
secara tiba-tiba, penyembuhan luka lama, memiliki infeksi yang berulang, dan penglihatan
kabur. Kebanyakan pasien dengan diabetes tipe 2 tidak menyadari bahwa mereka menderita
diabetes tipe 2 dalam waktu yang lama karena gejala muncul setelah beberapa tahun atau
baru diketahui, selama waktu tersebut tubuh mengalami kerusakan dikarenakan kadar gula
darah yang berlebihan. Diabetes tipe 2 ini sering diketahui ketika sudah terjadi komplikasi
(IDF, 2013).
Kemungkinan adanya DM perlu dicurigai apabila terdapat keluhan klasik DM berupa
poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
2
sebabnya. Keluhan lain dapat berupa: badan lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. Diagnosis DM dapat
ditegakkan melalui tiga cara, yaitu jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan
glukosa darah acak >200 mg/dL dan pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM (Dipiro, 2011).
Tabel 1: Diagnosa diabetes mellitus (American Association Of Clinical
Endocrinologists and American College Of Endocrinology, 2015)
Glucose Testing and Interpretation
Normal
Resiko
tinggi
terkena Diabetes
diabetes
GDP <100 mg/dL
GD2PP
<140
mg/dL
A1C <5.5%
Komplikasi Akut
a. Ketoasidosis diabetik (DKA)
DKA bisa menjadi gejala kompleks awal yang mengarah pada diagnosis DM tipe 1,
tetapi lebih sering terjadi pada individu dengan penegakan diabetes. Pernapasan yang
dalam dan bau buah pada nafas pasien (asidosis metabolik sekunder dan peningkatan
aseton) adalah tanda-tanda klasik dari gangguan tersebut. (Harrison, 2005).
b. Hyperglycemic hyperosmolar state (HHS)
Pasien lumpuh dengan HHS adalah pasien geriatri dengan DM tipe 2, dengan riwayat
beberapa minggu poliuria, penurunan berat badan, dan asupan oral berkurang yang
berujung pada gangguan mental, lesu, atau koma. (Harrison, 2005).
Komplikasi Kronis
a. Mikrovaskular
Banyak menyerang pada syaraf ( Neuropati), Retina (Retinopati), Ginjal
(Nefropati) (ADA, 2015).
3
b. Makrovaskuler
Kardiovaskular adalah komplikasi makrovaskular yang merupakan penyebab
utama terjadinya kematian pada pasien dengan diabetes tipe 1 dengan durasi 20 tahun
atau lebih. Komplikasi makrovaskular lainnya adalah serebrovaskular dan pembuluh
darah perifer. Beberapa data terbaru juga mengatakan tingkat kematian pada diabetes
tipe 1 kemungkinan menurun dibandingkan dengan beberapa dekade; tingkat kematian
ini berhubungan dengan pengaturan faktor resiko yang sangat intensif untuk diabetik
nefropati dan kardiovaskular (Dipiro, 2011).
2.1.5 Penatalaksaan Terapi
1. Terapi Non Farmakologi
Pola makan pasien dengan DM juga perlu diperhatikan dalam terapinya. Terapi
nutrisi medis direkomendasikan untuk semua pasien dengan DM. Untuk individu dengan
DM tipe 1, fokus pada mengatur pemberian insulin dengan diet seimbang untuk mencapai
dan mempertahankan berat badan yang sehat (Dipiro, 2011).
Olahraga juga sangat disarankan pada penderita DM untuk dapat menstabilkan gula
darah dan berat badan yang ideal. Secara umum, kebanyakan pasien dengan DM bisa
mendapatkan keuntungan dari peningkatan aktivitas. (Dipiro, 2011).
2. Terapi Farmakologi
Oral Anti Diabetes (OAD)
Tabel 2 : Penggolongan obat antidiabetik oral ( DEPKES RI, 2005)
Golongan
Contoh senyawa
Mekanisme kerja
Biguanide
Metformin
Sulfonilurea
Meglitinid
Glibenklamide
Glipizide
Glicazide
Glimeoiride
- Nateglinide
- Repaglinide
Thiazolidinedion
Rosiglitazone
Troglitazone
Pioglitazone
-Glucosidase
Acarbose
inhibitor
Miglitol
DPP-4 inhibitor
Sitagliptine
Insulin
Tabel 3 : Penggolongan Insulin Berdasarkan waktu kerjanya ( Goodman and
Gilman, 1999)
Jenis Sediaan
Contoh sediaan
Rapid
lispro
insulin,
acting,dengan
insulin
aspart,
dan
insulin
Short acting,
Insulin Regular
glulisine
Mula Kerja
Puncak Kerja
Masa Kerja
(Jam)
( Jam )
(Jam)
0,5
1-4
6-8
1-2
6-12
18-24
0,,5
4-15
18-24
4-6
14,20
24-36
cepat
Intermediate
Insulin
acting
protamine
neutral
Hagedorn (NPH)
(insulin
isophane)
dan
insulin
lente
(insulin
zink
suspensi).
Long acting,
Insulin glargine ,
insulin determir
lambat
Sistol
(mmHg)
<120
120-139
Diastol
(mmHg)
<80
80-89
140-159
>160
90-99
>100
1.
Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatik dan/atau variasi diurnal),
mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll.
2.
3.
4.
5.
6.
Diabetes mellitus.
7.
Resistensi insulin.
8.
Obesitas.
9.
Peningkatan tekanan darah: sakit kepala (pada hipertensi berat), paling sering didaerah
occipital dan dikeluhkan pada saat bangun pagi, selanjutnya berkurang secara spontan
setelah beberapa jam, dizziness, palpitasi, mudah lelah.
2.
3.
2.
a.
Merokok
b.
Dislipidemia
c.
d.
e.
f.
Obesitas (Body mass index atau BMI 30 kg/m) dan penyakit jantung
g.
b.
c.
d.
e.
f.
Terapi Farmakologi
Terapi Hipertensi
Tidak Ada
Penyakit Lain
Hipertensi
Dengan TD
(140-150/90-99)
Pilihan Pertama
Diuretic Thiazid,
Alternatif (ACE,
Ca, dan bloker),
ARB atau
Kombinasi
Ada Penyakit
Lain
Hipertensi
Dengan TD
( 160/ 100)
Kombinasi 2 Obat,
Diuretic Thiazid
Dengan (ACE, Ca,
dan bloker), dan
ARB
Obat-Obatan
Tertentu Yang
Sesuai Dengan
Penyakit Yang
Menyertai. Obat
Selain Diuretic
Thiazid, (ACE, Ca
dan bloker), dan
ARB Mungkin
Diperlukan
Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air, dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah
jantung dan tekanan darah. Diuretik yang biasanya digunakan untuk pengobatan
hipertensi adalah:
a.
Diuretik Thiazid
Bekerja dengan menghambat transport bersama (symport) Na-CI di tubulus
distal ginjal. Sehingga ekskresi Na+ dan CI- meningkat. Contoh : HCT
(Hydrochlorothiazide) (Nafrialdi, 2008).
10
4. Ca Channel blockers
Mekanisme kerja Ca Channel blockers menyebabkan relaksasi otot jantung dan
otot polos pembuluh darah dengan cara menghambat kanal kalsium. (Nafrialdi, 2008).
5. Penghambat Adrenoseptor Beta (-blocker)
Mekanisme kerja -blocker sebagai antihipertensi masih belum jelas,
diperkirakan ada beberapa cara: pengurungan denyut jantung dan kontraktilitas
miokard menyebabkan curah-curah jantung berkurang, hambatan pengelepasan NE
melalui hambatan reseptor 2 pra-sinapsis, hambatan sekresi renin melalui hambatan
1 di ginjal, dan efek sentral. Memberikan kontribusi yang berbeda-beda dalam
menimbulkan efek antihipertensi dari setiap -blocker (Mycek,2001).
6. Penghambat Adrenoseptor Alfa (-blocker)
Obat-obat ini menurunkan resistensi vaskuler perifer dan menurunkan tekanan
darah arterial dengan menyebabkan relaksasi otot polos arteri dan vena. Obat ini
menyebabkan bukan hanya perubahan yang kecil dari curah jantung, aliran darah
ginjal, dan kecepatan filtrasi glomerulus (Rahardjo, 2009).
7. Sentral Agonis 2
Metildopa, klonidin, guanaben, dapat menurunkan tekanan darah dengan cara
menstimulasi reseptor adrenergik pada sistem saraf pusat, sehingga mengurangi
aliran keluar (outflow) simpatetik perifer eferen (NKF-KDOQI, 2004).
8. Vasodilator
Hidralazin dan monoksidal digunakan sebagai pengobatan hipertensi. Kedua obat
ini bekerja dengan cara merelaksasi otot polos vaskuler, yang menurunkan resistensi
dan mengurangi tekanan darah. Obat ini menyebabkan stimulasi refleks jantung,
menyebabkan gejala terpacu dari kontraksi miokard yang meningkat, nadi dan
penggunaan oksigen (Mycek, 2001).
11
Obat
(Nama Dagang)
Kelas
Dosis
Lazim
(mg/hari)
12,5-25
Frekuensi
Pemberian
(per hari)
1
20-80
Thiazid
Hydrochlorothuazide
Loops
Furosemid (Lasix)
Pottasium
sparing
Amilorid (Midamor)
Amilorid/hydrochlorothiazide
(Moduretic)
Triamterene (Dyrenium)
Triamterene/hydrochlorothiazid
e (Dyazide)
5-10
5-10/50100
50-100
37,575/25-50
1 atau 2
1
Eplerenone (Inspra)
Spironolakton (Aldactone)
Spironolakton/hydrochlorothiazi
de (Aldactazide)
50-100
25-50
25-50/2550
1 atau 2
1 atau 2
1
Captopril (Capoten)
Enalapril (Vasotec)
Lisinopril (Prinivil)
Ramipril (Altace)
25-150
5-40
10-40
2,5-10
2 atau 3
1 atau 2
1
1 atau 2
Canderstan (Atacand)
Irbesartan (Avapro)
Losartan (Cozaar)
Olmesartan (Benicar)
Telmisartan (Micardis)
Valsartan (Diovan)
8-32
150-300
50-100
20-40
20-80
80-320
1 atau 2
1
1 atau 2
1
1
1
Amlodipin (Norvasc)
Nicardipin SR (Cardene SR)
Nifedipin long-acting
(Procardia XL)
2,5-10
60-120
30-90
1
2
1
180-360
120-540
2
1
Nondihidropiridin
180-420
1 atau 2
Cardioselective
Atenolol (Tenormin)
Bisoprolol (Zebeta)
25-100
2,5-10
1
1
Diuretik
Aldosterone
antagonis
(hemat
kalium)
ACE
Inhibitors
ARBs
Dihidropiridin
Calcium
channel
bockers
blockers
1 atau 2
1
12
Nonselective
Nadolol (Corgard)
Propanolol (Inderal)
Propanolol long-acting
(Inderal LA, InnoPran XL)
40-120
160-480
80-320
1
2
1
Kelas
Obat
Dosis Lazim
(Nama Dagang)
(mg/hari)
Frekuensi
Pemberian
(per hari)
1-Blockers
Doxazosin (Cardura)
1-8
Prazosin (Minipress)
2-20
2 atau 3
Terazosin (Hytrin)
1-20
1 atau 2
Penghambat renin
langsung
Aliskiren (Tekturna)
150-300
Agonis sentral 2-
Klonidin (Catapres)
0,1-0,8
Metildopa (Aldomet)
250-1000
Antagonis Adrenergik
Perifer
0,05-0,25
1 atau 2
Vasodilator arteri
langsung
Minoxidil (Loniten)
10-40
1 atau 2
Hydralazin (Apresoline)
20-100
2 atau 4
Diabetes Mellitus
a.
b.
c.
d.
CCBs juga bermanfaat sebagai obat tambahan jika diperlukan untuk mengontrol
TD pada kasus DM.
Hipertensi dengan
Kondisi Tertentu
Gagal
jantung
Setelah
infark
Resiko Koroner
Tinggi
Diabetes
Mellitus
Diuretik
dan
ACE
Inh
-Blocker
dan ACE
Inh
-Blocker
ACE Inh
atau ARB
-Blocker
Antagonis
aldosteron
Diuretik ACE
Inh dan Inh Ca
Sakit
Ginjal
Kronis
Mencegah
stoke
kambuh
ACE Inh
atau
ARB
Diuretik
dan ACE
Inh
Diuretik
-Blocker
dan Inh Ca
Antagonis
aldosteron
, ARB
Menguntungkan
ACE-inhibitor
Hindari
-blocker dan dosis
tinggi Diuretic, Cablocker untuk terapi
tunggal
14
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan :
Diabetes adalah penyakit yang sangat kompleks, penyakit kronik yang
membutuhkan perawatan medis secara terus-menerus. Diabetes melitus (DM)
terjadi pada saat berkurangnya insulin untuk membawa glukosa keluar dari ruang
pembuluh darah dan masuk ke dalam sel.
Hipertensi menurut JNC-8 adalah kenaikan tekanan darah arteri yang tetap.
Tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg.
15