Sampai saat ini, kata Akmal, hasil investigasi menunjukkan penanganan dua pasien
oleh RS Siloam Karawaci sudah sesuai standard operating procedure (SOP) baik dari
sisi tindakan, dokter, maupun rumah sakitnya. “Sampai sekarang kita tidak temukan
kelalaian. Dari segi perizinan rumah sakit dan dokter anestesi maupun urologi yang
melakukan tindakan masih memilikii izin operasional. Jadi secara regulasi tidak ada
masalah. Kemudian juga sudah dilihat mereka (Siloam Karawaci, Red) memiliki semua
SOP tindakan,” kata Akmal di Jakarta, Rabu (18/2).
Ia memastikan tidak ada korban lain terkait kasus dugaan tertukarnya isi obat anestesi
Buvanest Spinal dengan Asam traneksamat. Sejauh ini, kasus tersebut hanya terjadi
pada meninggalnya dua pasien di Rumah Sakit Siloam Karawaci. Dokter maupun pihak
rumah sakit pasti akan langsung melaporkan jika menemui kasus yang sama.
Akmal mengatakan, dari hasil investigasi tersebut diketahui gejala yang terjadi pada
kedua pasien sama setelah diberikan obat Buvanest Spinal, produksi PT Kalbe Farma.
Biasanya setelah disuntik obat bius ini, pasien mati rasa. Tetapi yang terjadi pada kasus
ini, kedua pasien justru mengalami kejang hebat dan gatal-gatal.
Hal senada disampaikan Kepala BPOM, Roy Sparringa. Menurutnya, setelah menerima
laporan meninggalnya dua pasien yang diduga karena obat Buvanest Spinal, BPOM
langsung menurunkan tim investigasi, dan ditemukan pemberian obat ini sudah sesuai
prosedur. “Misalnya, pada prosedur penyimpanan obat sudah pada temperatur yang
sesuai. Semua memenuhi kaidah yang kita standarkan,” kata Roy.
Roy mengatakan, Buvanest Spinal yang menyebabkan dua pasien ini meninggal dunia
diproduksi Kalbe Farma di line enam pada tanggal 3 November 2014. Pada tanggal
tersebut Kalbe Farma juga memproduksi setidaknya 26.000 botol Buvanest Spinal.
Deputi 1 BPOM, Tengku Bahdar Johan mengatakan, hasil uji tersebut sebenarnya
serupa dengan pengujian yang dilakukan Kalbe Farma sebelumnya. “Labelnya
Buvanest Spinal, tapi isinya, menurut pengujian Kalbe sendiri, Asam tranexamat,"
katanya.
Namun, tidak sampai 24 jam pada keesokan harinya, 12 Februari, kedua pasien
akhirnya meninggal. Pihak Siloam Hospital kemudian melaporkan kejadian ini kepada
pihak produsen obat, yang ditindaklanjuti dengan melakukan investigasi lalu disusul
penarikan semua obat Buvanel Spinal dari Siloam Hospital.
“Kami masih menunggu hasil investigasi, baru nanti penanganan selanjutnya untuk
mencegah jangan sampai terulang kembali. Yang pasti, kami sudah melakukan sesuai
prosedur, dan kami tidak akan melepaskan tanggung jawab terhadap korban,” kata
Heppi